analisis perbandingan kinerja dan ews (studi pada
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJAKEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSIJIWA KONVENSIONAL DAN ASURANSIJIWA SYARIAH DENGAN METODE RBC
DAN EWS(Studi pada Perusahaan Asuransi Jiwa
Penyandang GelarBest Life Insurance 2016)
Faehak LamiesUIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstrak
Artikel ini mengkaji penelitian tentangperbandingan kinerja keuangan pada asuransi jiwakonvensional dan asuransi jiwa syariah untuk menganalisaperbedaan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwakonvensional dengan perusahaan asuransi jiwa syariah.Perbandingan kinerja keuangan akan dilakukan padaperusahaan asuransi jiwa yang menyandang gelar Best LifeInsurance 2016. Kajian dilakukan dengan berdasarkanmetode Purposive purposive Sampling sampling dandianalisis dengan menggunakan alat analisis uji bedaIndependent Sample t-test. Berdasarkan hasil pengujianhipotetsis menggunakan uji beda Independent Sample t-testpada perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransijiwa konvensional dengan asuransi jiwa syariah denganmMetode yang digunakan adalah Risk Based Capital(RBC) di tinjau dari rasio solvabilitas. Hasilnya, terdapatperbedaan yang signifikan antara keduanya. Hasil uji bedadengan metode Early Warning System (EWS) ditinjau darirasio kecukupan dana, rasio beban klaim, dan rasio retensisendiri terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerjakeuangan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan
perusahaan asuransi jiwa syariah. Sedangkan, pada uji bedadengan metode EWS ditinjau dari rasio likuiditas tidakterdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Kata Kunci: kinerja keuangan, Metode RBC, Metode EWS, asuransijiwa, asuransi jiwa syariah
1. PENDAHULUAN
Perusahaan asuransi adalah perusahaan yangbergerak di bidang jasa, penjamin risiko dan jugaperusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Industri jasaasuransi baik asuransi konvensional maupun asuransisyariah merupakan salah satu pilar keuangan dan dapatmenjadi penggerak utama roda ekonomi negara baikasuransi konvensional maupun asuransi syariah. Buktinyasetiap usaha di dunia, baik di bidang usaha perdaganganmaupun jasa dan kesehatan membutuhkan asuransi.Asuransi merupakan saran finansial dalam tata kehidupanrumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yangmendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapirisiko atas harta benda yang dimiliki.
Perusahaan asuransi di Indonesia berkembangdengan pesat dikarenakan kesadaran pola pikir masyarakatyang meningkat dalam perlindungan kehidupannyamaupun keluarganya. Pemahaman masyarakat teradappentingnya perlindungan sebuah asuransi menjadi sebuahhal yang mempengaruhi kemajuan industri asuransi diIndonesia.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas IKNBFirdaus Djaelani dalam Seminar Insurance Outlook 2016di Jakarta perusahaan asuransi baik konvensional maupunsyariah memiliki asset yang selalu mengalami teruskenaikan dari tahun ke tahun. Perkembangan industriasuransi di Indonesia dapat dilihat dari rata-ratapertumbuhan industri asuransi yang mencapai lebih dari16% dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Hal ini juga
terjadi pada pertumbuhan rata-rata dalam nilai investasidan premi yang masing-masiang mengalami pmeningkatansebesar 14,4% dan 21,0%.
Pertumbuhan perusahaan asuransi ini membuatpersaingan di dunia perasuransian semakin ketat danberlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yangterbaik kepada nasabahnya. Untuk menarik nasabah danmenumbuhkan kepercayaan masyarakat diperlukanpengawasan terhadap perusahaan asuransi di Indonesia.Perlunya pengawasan (peraturan) dalam bidang asuransiadalah karena industri asuransi membutuhkan keyakinanmasyarakat, dihubungkan dengan kondisi lembagakeuangan di Indonesia (Mehr, 1996: 96).
Masalah keuangan merupakan masalah terpentingdalam pengawasan kinerja suatu perusahaan, terutamapengawasan kinerja keuangan industri asuransi yangmemiliki kriteria khusus dalam penilaian kinerjanya.Pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransiberdasarkan Risk Based Capital (RBC) atau tingkatsolvabilitas tentang ketahanan perusahaan asuransi danketentuan Early Warning System (EWS) atau sistemperingatan dini tentang keuangan perusahaan asuransidigunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaanasuransi. (Mehr, 1996: 97)
Penelitian yang berkaitan dengan Analisis KinerjaKeuangan Perusahaan Asuransi Konvensional danPerusahaan Asuransi Syariah dengan metode RBC danEWS sudah banyak dilakukan.diantaranya, penelitian yangdilakukan oleh Arifin (2013) menemukan yangmenyatakan bahwa rasio beban klaim dan rasio retensisendiri terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerjakeuangan, sedangkan rasio ukuran perusahaan, rasiolikuiditas dan tingkat kecukupan dana tidak terdapatperbedaan secara signifikan terhadap kinerja keuangan.Namun hasil penelitian menurut Meirianie (2013) hasilpenelitian menunjukkan bahwa semua variabel yangdigunakan terdapat perbedaan secara signifikan. Penelitian
Nainggolan (2008) menunjukkan bahwa tidak terdapatperbedaan signifikan antara kinerja keuangan yang dilihatdari tingkat permodalan yaitu rasio likuiditas, dan tingkatstabilitas premium yaitu rasio retensi sendiri.
Berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian di atasartikel ini memaparkan hasil temuan peneliti tertarik untukmeneliti tentang Analisis analisis Perbandinganperbandingan Kinerja kinerja Keuangan keuanganPerusahaan perusahaan Asuransi asuransi Jiwa jiwaKonvensioanl konvensional dan Asuransi asuransi Jiwajiwa Syariah syariah Berdasarkan berdasarkan Metodemetode RBC dan EWS untuk maisng-masing rasio.Adapun perusahaan (Studi pada yang dikaji adalahPerusahaan perusahaan Asuransi asuransi Penyandangpenyandang Gelar gelar Best Life Insurance 2016).
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Asuransi KonvensionalPerusahaan asuransi merupakan perusahaan
yang melakukan usaha pertanggungan terhadap risikoyang akan dihadapi oleh nasabahnya baik peroranganataupun badan usaha. Dalam bahasa Belanda kataasuransi disebut Assuranite yang terdiri dari kata“assuradeur” yang berarti penanggung dan“geassureede” yang berarti tertanggung. AsuransiKemudian dalam bahasa Prancis disebut“AssuranceAssurances ” yang berarti menanggungsesuatu yang terjadi. Sedangkan dalam bahasa latinLatin asuransi disebut “Aassecurare ” yang berartimenanggung sesuatu yang mungkin terjadi. (Kasmir,2012: 260) Pengertian asuransi dapat diberikan dalamberbagai macam sudut pandang seperti yangdikemukakan Darmawi yang terangkum dalam tabelberikut:
Tabel 1Pengertian Asuransi
Pengertian AsuransiSudut
PandangObjek Teknik
Pencapaiannya
Ekonomi Penguranganrisiko
Dengan transferdan kombinasi
Hukum Perjanjianpemindahanrisiko
Melaluipembayaranpremi olehtertanggungkepadapenanggungdalam suatukontrakasuransi
Bisnis Berbagi risiko Denganmemindahkandari individu kelembagapenanggungrisiko
Sosial Memikulkerugian secarakolektif
Semua anggotamembayariuran kerugianyang kebetulandiderita olehsalah satuanggota
Matematika
Memperhitungkan danmendistribusikan
Denganperkiraanactuarialaktuarial yangdidasarkan atasprinsip-prinsipprobabilitas
Sumber: Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, BumiKasaraAksara: (2000:2)
Definisi asuransi lainnya menurut Pasal 21 UUNo.2/1992 tentang Usaha Perasuransian menjelaskanmendefinisikan tentang bisnis atau bidang usahaperasuransian, adalah “Usaha asuransi yaitu jasakeuangan yang dengan menghimpun dana masyarakatmelalui pengumpulan premi asuransi, memberikanperlindungan kepada anggota masyarakat pemakaijasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnyakerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atauterhadap hidup atau meninggalnya seseorang.” Dariberbagai pengertian tentang asuransi, dapatdisimpulkan bahwa perasuransian merupakan salahsatu lembaga keuangan yang memiliki perananpenting bagi kegiatan perlindungan risiko bagimasyarakat.
Adapun karakteristik dari asuransikonvensiaonal adalah sebagai berikut:(syariahonline.comNurwidiatmo: 2008)a. Akad asuransi konvensional adalah akad mulzim
(perjanjian yang wajib dilaksanakan) bagi keduabelah pihak, pihak penanggung dan pihaktertanggung. Kedua kewajiban ini adalahkewajiban tertanggung membayar premi-premiasuransi dan kewajiban penanggung membayaruang asuransi jika terjadi peristiwa yangdiasuransikan.
b. Akad asuransi ini adalah akad mu’awadhah, yaituakad yang di dalamnya kedua orang yang berakaddapat mengambil pengganti dari apa yang telahdiberikannya.
c. Akad asuransi ini adalah akad gharar karenamasing-masing dari kedua belah pihakpenanggung dan tertanggung pada waktumelangsungkan akad tidak mengetahui jumlahyang ia berikan dana jumlah yang dia ambil.
d. Akad asuranasi ini adalah akad idzan(penundukan), pihak yang kuat adalah perusahaanasuransi karena dialah yang menentukan syarat-syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
Peraturan perundangan yang digunakansebagai dasar acuan pembinaan dan pengawasan usahaperasuransian di Indonesia saat ini adalah:(Budisantoso dan Sigit, 2006: 187)a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
peraturan uUsaha perasuransianPerasuransian.b. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang penyelenggaraan Penyelenggaraan usahaperasuransianPerasuransian.
c. Keputusan Menteri Keuangan, antara lain:- Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26
Februari 1993 tentang Perizinan PerusahaanAsuransi dan Reasuransi.
- Nomor 224/KNE.07/1993 tanggal 26 Februari1993 tentang Kesehatan Keuangan PerusahaanAsuransi atau Reasuransi.
- Nomor 225/KMK.017/1993 tanggal 26Februari 1993 tentang Penyelenggaraan UsahaPerasuransian atau Reasuransi.
- Nomor 226/CMK.07/1993 tanggal 26 Februari1993 tentang Perizinan dan PenyelenggaraanKegiatan Usaha Perusahaan Penunjang UsahaAsuransi.
2.2. Asuransi SyariahMenurut Janwari (2005: 5), asuransi syariah
dapat diartikan dengan asuransi yang prinsipoperasionalnya didasarkan pada syari’at Islam denganmengacu pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Pengertianasuransi syariah secara umum tidak jauh berbedadengan pengertian asuransi konvensional. Keduanyaberada dalam konteks perusahaan asuransi yang hanyaberfungsi sebagai fasilitator atau mediator hubungan
fungsional antara peserta penyetor premi(penanggung) dengan peserta penerima pembayaraanklaim (tertanggung).
Karakteristik asuransi syariah didasarkan padaprinsip dan nilai Islam, sehingga memilikikarakteristik tertentu yang berbeda dengan asuransikonvensional. Karakteristik tersebut antara lain:(Janwari, 2005: 21)a. Akad yang dilakukan adalah akad takaful, yaitu
akad yang berarti saling menanggung risiko diantara sesama peserta asuransi, sehingga antarasatu dengan lainnya menjadi penanggung atasrisiko yang lainnya.
b. Selain tabungan peserta dibuat pula tabunganderma (tabarru’).
c. Merealisir prinsip bagi hasil.
Peraturan perundang-undangan perusahaanasuransi syariah di Indonesia masih terbatas dan belumdiatur secara khusus dalam undang-undang. Secarateknis operasional perusahaan asuransi/perusahaanreasuransi berasarkan prinsip syari’ah mengacukepada: (Seomitra, 2010: 252)
a. SK Dirjen Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan InvestasiPerusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransidengan Sistem Syari’ah.
b. KMK No.422/KMK06/2003 tentangPenyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi.
c. KMK No.426/KMK06/2003 tentang PerizinanUsaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransidan Perusahaan Reasuransi.
d. Fatwa DSN-MUI No.21/DSN-MUI/III/2006tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada PerusahaanAsuransi dan Reasuransi Syariah.
e. Fatwa DSN-MUI No.53/DSN-MUI/III/2006tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi danReasuransi Syariah.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dapatdilihat bahwa adanya perkembangan keseriusanpemerintah dalam mengatur dan mengoperasionalkanperusahaan asuransi syariah. Namun, jikadibandingkan dengan perangkat peraturan perbankansyari’ah yang lebih baik, peraturan perusahaanasuransi syari’ah belum cukup mengakomodasikanmengakomodasi seluruh kegiatan perasuransian.
Landasan hukum dari asuransi syari’ah adalahAl-Qqur’an surat Al-Hasyr ayat 18 menjelaskantentang perintah Allah untuk mepersiapkan hari depandan hadits yang diriwayatkan Bukhori Muslim tentanganjuran untuk menghilangkan kesulitan seseorang.Dalam pPraktik asuransi syari’ah mengandungkegiatan tolong- menolong yang sesuai dengan suratAl-Maidah ayat 2 yang mengajarkan untuk salingtolong- menolong. (Al Arif, 2012: 223)
2.3. Perbedaan Asuransi Konvensional dan AsuransiSyariah
Perusahaan asuransi umum, baik dengansistem konvensional maupun syariah menjalankanusaha yang sama. Menurut Widyaningsih (2005: 186)perbedaan asuransi konvensional dan asuransi syari’ahdalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 2Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi
Syariah
No. Prinsip AsuransiKonvensional
AsuransiSyariah
1. Akad Jual beli (akadmu’awwadah)
Akad tabarru’dan akadtijarah(mudharabah,wakalah,wadiah,syirkah, dll.)
2. Jaminan/Risk Transfer risk Sharing of risk3. Kepemilikan
danaMilikperusahaan
Milik peserta,asuransi syariahhanya sebagaipemegangamanah
4. Sumberhukum
Merupakanpemikiranmanusia dankebudayaan
Al al-Quran danal-haditsHadits,ijtihad
5. DewanPengawasSyariah
Tidak ada Ada, berfungsisebagaipelaksanapengawasoperasionalperusahaan agarberjalan sesuaiprinsip syariah
6. Unsur Premi Terdiri atastabelmortalitas,bunga biayaasuransi
Terdiri atasunsur tabarru’dan tabungan
7. Investasi Tidak adabatasan
Ada batasan,sesuai denganprinsip syariah
Sumber: Widyaningsih et al., Bank dan Asuransi Islam diIndonesia, Kencana Prenada Media (2005: 186)
2.4. Risk Based Capital (RBC)Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat
Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah suatu jumlahminimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitusebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutuprisiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibatdari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dankewajiban.
Leviani dan Sukiati (2014) menyatakan bahwaRisk Based Capital menurut Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa:
“rRasio kesehatan Risk Based Capital adalahsuatu ukuran yang menginformasikan tingkatkeamanan financial finansial atau kesehatan suatuperusahaan asuransi yang harus dipenuhi olehperusahaan asuransi kerugian sebesar minimal 120%.Semakin besar rasio kesehatan Risk Based Capitalsebuah perusahaan asuransi, semakin sehat kondisifinancial finansial perusahaan tersebut.”
Pengertian Risk Based Capital lainnya menurutperusahaan asuransi terkemuka dalam situs webnya(www.axa-financial.co.id) menyatakan bahwa:
“Rasio kesehatan RBC suatu perusahaanasuransi pada dasarnya adalah rasio dari nilaikekayaan bersih atau net worth perusahaanbersangkutan, yang dihitung berdasarkanperaturan akuntansi standar, dibagi dengannilai kekayaan bersih, yang dihitung kembalidengan mengikutsertakan risiko-risikopemburukan yang mungkin terjadi.”
Dari beberapa pengertian di atas dapatdisimpulkan bahwa RBC merupakan suatu metodepenilaian kesehatan perusahaan asuransi yang dihitungberdasarkan ketentuan-ketentuan perasuransian dimana batas minimum pencapaian nilai rasionya
sebesar 120%. Metode Risk Based Capital dipilihdalam sebagai metode pengukuran kinerja keuangandalam penelitian ini karena metode RBC memilikikelebihan yakni adanya pengawasan yang ketatterhadap kinerja keuangan perusahaan asuransisehingga tidak sampai mengalami kerugian dankredibilitas perusahaan terjaga. Tidak hanya itu,perusahaan pun akan memiliki kekuatan modal yangcukup dalam pengelolaan kekayaan dan kewajibansehingga menghindarkan nasabah dari kerugian, dannasabah akan merasa aman sebab ada payung hukumyang jelas. Oleh karena itu, metode RBC sangat baikdigunakan dalam mengukur tingkat kesehatankeuangan perusahaan asuransi sehingga tidakmerugikan semua pihak dan dapat memberikanmanfaat kepada semua pihak.
Metode RBC yang didasarkan atas keputusanMenteri Kuangan No.424/KMK.06/2003 mengenaipelaporan perusahaan asuransi dan KeputusanDirektorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK)No.Kep.360/LK/2004 tentang pedoman perhitunganbatas tingkat solvabilitas yang dapat mengukur suatuperubahaan solven (sehat) atau tidak dengan rumussebagai berikut:
= − 100%Semakin besar nilai RBC maka semakin sehat
kondisi finansial perusahaan asuransi tersebut.Apabila nilai RBC lebih dari 120% maka perusahaanasuransi tersebut dikatakan sehat dan aman. DiIndonesia Risk Based Capital dihitung melalui KetuaBadan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan Nomor PER-09/b1/2011.
2.5. Early Warning System (EWS)Pendekatan Early Warning System (EWS)
adalah tolok ukur perhitungan dari The NationalAssociation of Insurance Commisioner (NAIC) atauLembaga Pengawas Badan Usaha Asuransi AmerikaSerikat dalam mengukur kinerja keungan dan menilaitingkat kesehatan perusahaan asuransi.
Definisi Early Warning System menurutMunawir (2007: 82), adalah:
“Suatu sistem yang menghasilkan rasio-rasiokeuangan dari perusahaan-perusahaan asuransi yangdibuat berdasarkan informasi dari laporan keuanganperusahaan dan bertujuan untuk memudahkanmelakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yangberkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.”
Berdasarkan pengertian di atas dapatdisimpulkan bahwa Early Warning System (EWS)adalah sistem pengukuran peringatan dini bagiperusahaan asuaransi yang dihitug menggunakanrasio-rasio yang memang dikhususkan untukmenghitung laporan keuangan perusahaan asuransi.
Sistem ini dapat memberikan peringatan diniterhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasiperusahaan asuransi di masa yang akan datang. Dimana dalam perhitungan dapat melakukan pengukurankinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaandan pengukurannya mempergunakan rasio-rasiokeuangan yaitu rasio Likuiditas, rasio TingkatKecukupan Dana, rasio Beban Klaim, dan rasioRetensi Sendiri.
Menurut Maria (2011) dalam penelitiannya,likuiditas merupakan suatu indikator menganaimengenai kemampuan perusahaan untuk membayarsemua hutang jangka pendek pada saat jatuh tempodengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Rasio likuiditas perusahaan dinyatakan baik apabilatidak melebihi batas maksimum sebesar 120%.Dimana rumus likuiditas sebagai berikut:
= ℎ 100%Menurut Sihombing (2005) dalam
penelitiannya rasio tingkat kecukupan dana (adequacyof capital funds) mengukur tingkat kecukupan sumberdana perusahaan dalam kaitannya dengan total operasiyang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakangambaran seberapa besar modal sendiri yangdigunakan sebagai sumber dana bagi total sumber dayauntuk aktivitas perusahaan. Rasio tingkat kecukupandana dinyatakan baik apabila melebihi batas minimumsebesar 30%.
Rumus untuk menghitung tingkat kecukupandana adalah:
= 100%Rasio beban klaim (incurred loss ratio)
berkaitan dengan nilai underwriting yang merupakantingkat keuntungan dari usaha asuransi yang dihitungdari selisih pendapatan premi dengan beban klaim danbeban komisi serta beban underwriting lainnya(Sulastri, 2004: 69), maka batasan minimum rasiobeban klaim sama dengan batasan minimumunderwriting yaitu 40% yang dikutip dalam penelitianyang dilakukan oleh Agustina (2011). Rumus untukmenghitung rasio beban klaim (incurred loss ratio)adalah:
= 100Menurut Sihombing (2005), rasio terakhir yang
dijadikan sebagai tolok ukur rasio EWS adalah rasioretensi sendiri (retention ratio), yang mengukurtingkat retensi perusahaan atau mengukur berapa besarpremi yang ditahan sendri dibandingkan premi yangditerima secara langsung. Rumus rasi retensi sendiriadalah:
= 100Dalam asuransi, retensi merupakan penahanan
risko premi perusahaan. rasio retensi sendiridinyatakan baik apabiala meleabihi batas minimumsebesar 33% yang dikutip dalam penelitian analisisrasio perusahaan asuransi oleh Sihombing (2005).
3. METODE PENELITIANOLOGI
3.1. Jenis dan Penekatan PenelitianArtikel ini menjawab pertanyaan Apakah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adaperbedaan kinerja keuangan pada perusahaan asuransijiwa konvensional dan asuransi jiwa syariah.Penelitian Dalam artikel ini ditulis berdasarkan hasilini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif.Penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yangmenggunakan data berupa angka-angka dan dapatdihitung secara statistik yang digunakan untukmenganalisa menganalisis data dengan caramendeskripsikan data dengan atau menggambarkandata yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untukumum atau generalisasi (Sugiyono, 2007: 207).
3.2. Objek PenelitianObjek penelitian kajian ini adalah Perusahaan
Asuransi di Indonesia yang menerima penghargaanBest Life Insurance 2016 yakni PT. AXA LifeIndonesia, PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan PT.Asuransi Takaful Keluarga.
3.3. Populasi dan SampelPopulasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyekobjek/subyek subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudianditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanyaorang, tetapi juga obyek objek dan benda-benda alamyang lain. Populasi juga bukan sekedar sekadar jumlahyang ada pada objyek/subjyek yang dipelajari, tetapimeliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki olehsubyek subjek atau obyek objek itu (Sugiyono,2014:115).
Sampel adalah bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betulrepresentatitf (mewakili) (Sugiyono, 2014:116).
Populasi dalam penelitian kajian ini adalahperusahaan asuransi di Indonesia yang mendapatprediket Best Life Insurance 2016 berdasarkan risetyang dilakukan oleh Lembaga Riset Media Asuransi(LRMA) dari sebanyak 33 perusahaan denganberbagai kategori. Perusahaan yang dijadikan populasidalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3Daftar Best Insurance 2016
Kategori Perusahaan Asuransidan Reasuransi
Best Reinsurance2016
PT ReasuransiNasional Indonesia
PT ReasuransiInternasional
IndonesiaPT Tugu Reasuransi
Indonesia
Best GeneralInsurance 2016
Kelompok EkuitasRp1,5 Triliun ke atas
PT Asuransi SinarMas
PT Asuransi AdiraDinamika
PT Tugu PratamaIndonesia
Best GeneralInsurance 2016
Kelompok EkuitasRp500 miliar – Rp1,5
triliun
PT Asuransi BangunAskrida
PT Asuransi MSIGIndonesia
PT Asuransi TokioMarine Indonesia
Best GeneralInsurance 2016
Kelompok EkuitasRp250 miliar – Rp500
miliar
PT Asuransi SompoJapan Nipponkoa
IndonesiaPT Fairfax Insurance
IndonesiaPT Asuransi Umum
BCA
Best GeneralInsurance 2016
Kelompok EkuitasRp150 miliar – Rp250
miliar
PT Asuransi MitraPelindung Mustika
PT Victoria Insurance,Tbk
PT Asuransi SamsungTugu
Best GeneralInsurance 2016
PT Meritz KorindoInsurance
Kelompok EkuitasRp100 miliar – Rp150
miliar
PT Asuransi AsokaMas
PT Asuransi BinagriyaUpakara
Best Life Insurance2016 Kelompok
Ekuitas Rp2,5 triliunke atas
PT Asuransi Jiwasraya(Persero)
PT BNI LifeInsurance
PT Prudential LifeAssurance
Best Life Insurance2016 Kelompok
Ekuitas Rp1 triliun –Rp2,5 triliun
PT Asuransi JiwaBringin Jiwa Sejahtera
PT Asuransi JiwaInhealth IndonesiaPT AXA MandiriFinancial Services
Best Life Insurance2016 Kelompok
Ekuitas Rp350 miliar– Rp1 triliun
PT Asuransi JiwaAdisarana Wanaartha
PT Asuransi JiwaTaspen
PT AXA FinancialIndonesia
Best Life Insurance2016 Kelompok
Ekuitas Rp150 miliar– Rp350 miliar
PT AXA LifeIndonesia
PT Asuransi JiwaTugu Mandiri
PT Asuransi TakafulKeluarga
Best Life Insurance2016 Kelompok
Ekuitas Rp100 miliar– Rp150 miliar
PT Asuransi JiwaMega IndonesiaPT Capital Life
IndonesiaPT Asuransi JiwaIndosurya Sukse
Sumber: Data diolah dari websiteIndonesiasatu.com
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalahdata Laporan Keuangan Tahunan dari masing-masingperusahaan asuransi jiwa yang menjadi objekpenelitian.
3.4. Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposivesamplinesampling. Metode purposive samplingmerupakan metode pengambilan sampel berasarkanpertimbangan subjektif peneliti, dimana syarat yangdibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel.Kriteria objek yang akan menjadi sampel dalampenelitian ini adalah:
1. Perusahaan asuransi jiwa konvensional dansyariah yang merupakan penyandang gelar BestLife Insurance 2016
2. Merupakan perusahaan asuransi jiwa baikkonvensional maupun syariah yang memilikiekuitas Rp 150 Miliar – Rp 350 Miliar.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampele, perusahaanasuransi yang menjadi sampel penelitian adalah PT.Axa Life Indonesia, PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,dan PT. Asuransi Takaful Keluarga.
3.5. Data dan Jenis DataJenis data dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Sukaran (2006:60), data sekunderadalah data yang didapatkan dari sumber yang telahada melalui metode dokumentasi, akses via internet,dan lain-lain. Data yang digunakan dalam penelitianini yaitu Laporan Keuangan tahunan tiap perusahaanAsuransi Jiwa Konvensional dan Asuransi JiwaSyariah dalam periode 2011-2015. Data ini diperoleh
dari website masing-masing situs resmi Asurasi JiwaKonvensional dan Asuransi Jiwa Syariah.
3.6. Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara dokumentasi. MenurutSukandarrumidi (2006:100) metode dokumentasimerupakan teknik pengumpulan data yang ditujukankepada subjek penelitian. Metode ini dilakukandengan cara mengumpulkan semua data sekunderberupa laporan keuangan dari Asuransi JiwaKonvensional dan Asuransi Jiwa Syariah.
3.7. Analisis DataDalam pPenelitian ini menggunakan beberapa
tahap untuk analisis data. Tahap pertama yaitumengumpulkan data pokok yang berkaitan denganvariabel-variabel yang akan diteliti, seperti laporankeuangan tahunan dari tiap perusahaan yang menjadiobjek penelitian.
Tahap kedua, yakni melakukan penghitunganpada semua variabel yang diperlukan dalam penelitianyaitu; variabel rasio solvabilitas, variabel rasiolikuiditas, variabel rasio tingkat kecukupan dana,variabel rasio beban klaim, dan variabel rasio retensisendiri. Setelah tahap pertama dan kedua terselesaikanlanjut ke tahap ketiga yakni menguji semua variabelpenelitian menggunakan alat bantu hitung SPSS untukmengetahui seberapa besar perbedaan dari setiapvariabel yang diuji.
4. PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN
4.1. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio untukmengukur seberapa kuat kemampuan keuangan
perusahaan dalam mendukung kewajiban yangmungkin timbul dari penutupan risiko yang telahdilakukan. Hasil penghitungan rasio solvabilitas dapatdilihat pada tabel berikut:
Tabel 4Rasio Solvabilitas Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
PT. AXA LifeIndonesia 871,17 3.666,21 5.269,12 1.167,84 602,27 2.315,32
PT. Asuransi JiwaTugu Mandiri 314,29 222,67 149,66 194,19 161,17 208,40
PT. Asuransi TakafulKeluarga 144,55 149,09 162,98 209,44 223,45 177,90
Sumber: Data diolah dari laporan keuanganperusahaan tahun 2011-2015
Pada tabel di atas dapat dilihat dari masing-masing perusahaan asuransi rasio solvabilitas dan rata-rata rasio solvabilitas selama lima tahun. Deskripsirasio solvabilitas pada perusahaan asuransi yangmenjadi objek penelitian sebagai berikut:
Perusahaan asuransi AXA Life Indonesiaselama tiga tahun berturut-turut menunjukkan kinerjakeuangan yang baik namun, pada tahun 2014 hingga2015 mengalami penurunan. Dari lima tahun yangditeliti kinerja keuangan PT. AXA Life Indonesia padatahun 2013 menunjukkan hasil sangat baik dalammenjamin kewajiban atas risiko yang dilakukandibandingkan dengan dua tahun sebelum dansesudahnya. Dilihat dari rata-rata rasio solvabilitasselama lima tahun PT. AXA Life Inonesia memilikikinerja keuangan yang baik dalam menjaminkewajiban atas risiko yang telah dilakukan, dan
menunjukkan kinerja keuangan PT. AXA LiafeIndonesia sehat.
Perusahaan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dalamtabel rasio solvabilitas di atas dapat dilihat bahwadalam lima tahun sejak 2011 hingga 2015 mengalamipenurunan namun tidak signifikan dan masihmenunjukkan kinerja keuangan yang sehat dan mampumenjamin kewajiban yang muncul dari risiko yangtelah dikakukan. Penurunan yang terjadi disebabkanoleh adanya penurunan pendapatan premi di tahun2012, 2013, dan 2015, penurunan cadangan klaim dandana jaminan di tahun 2015. Meskipun terjadipenurunan pendapatan premi, cadangan klaim, dandana jaminan tidak menyebabkan penurunan kondisikinerja keuangan pada PT. Asuransi Jiwa TuguMandiri dikarenakan masih di atas batas minimumyang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangandan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan dalambatas tingkat solvabilitas perusahaan asuransi.
Dilihat dari tabel rasio solvabilitas di atas PT.Asuransi Takaful Keluarga menunjukkan bahwaselama lima tahun dari 2011 hingga 2015 mengalamikenaikan meskipun tidak signifikan. Hal tersebutmenandakan bahwa PT. Asuransi Takaful Keluargamemiliki kinerja keuangan yang baik dan mampumenjamin kewajiban yang muncul dari risiko yangtelah dilakukan.
Dari ketiga perusahaan asurasni jiwa yangmenjadi objek penelitian selama lima tahun sama-sama memiliki kinerja kesehatan keuangan yang sehatdan aman dilihat dari rasio solvabilitas. Tingkatpendapatan, cadangan klaim, jumlah dana jaminan,perkiraan klaim yang akan terjadi perlu diperhatikanuntuk mempertahankan tingkat kesehatan keuangan dibatas sehat dan aman ditijau dari rasio solvabilitas.
4.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untukmengukur kemampuan perusahaan dalam mememnuhikewajiban jangka pendek dan memberikan gambarankondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisilikuid atau tidak. Berikut hasil penghitungan dari rasiolikuiditas yang ditambilkan ditampilkan dalam tabel 5.
Tabel 5Rasio Likuiditas Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
PT. AXA LifeIndonesia 126,67 8,62 13,94 22,37 45,35 43,30
PT. Asuransi JiwaTugu Mandiri 81,61 100,70 104,45 92,01 86,18 92,99
PT. Asuransi TakafulKeluarga 54,83 131,72 67,61 56,25 52,92 72,67
Sumber: Data diolah dari laporan keuanganperusahaan tahun 2011-2015
Pada tabel di atas 5 dapat didefinisikan sebagaiberikut:
Kondisi kinerja keuangan PT. AXA LifeIndonesia dilihat dari rasio likuiditas mengalamikondisi yang kurang baik pada tahun 2011 dan padatahun 2012 hingga 2015 mengalami kondisi yang baik.Dilihat dari rRata-rata rasio likuiditas PT. AXA LifeIndonesia selama lima tahun terakhir menunjukkankinerja keuangan yang cukup baik yakni sebesar43,30%, artinya bahwa selama lima tahun terakhir PT.AXA Life Indonesia mampu melunasi kewajibanjangka pendeknya dengan baik meskipun di tahun2011 mengalami kondisi kinerja keuangan kurang baikdilihat dari rasio likuiditas.
Selama lima tahun terhitung dari 2011 hingga2015 dilihat dari tabel hasil penghitungan rasio
likuiditas di atas PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandirimengalami kenaikan di tahun 2012 hingga 2013, danmengalami penurunan di tahun 2014 hingga 2015. Haltersebut tidak menjadikan kinerja keuangan PT.Asuransi Jiwa Tugu Mandiri kurang baik dilihat darirasio likuiditas. Selama tahun 2011 hingga 2015 PT.Asuransi Jiwa Tugu Mandiri memiliki kondisikeuangan cukup baik dalam melunasi kewajibanjangka pendeknya dengan rata-rata rasio likuiditasselama lima tahun sebesar 92,99%.
Kondisi kinerja keuangan PT. AsuransiTakaful Keluarga ditinjau dari rasio likuiditas padatahun 2012 mengalami kondisi kinerja keuangan yangkurang baik dilihat dari tabel di atas. NemunNamun,pada tahun sebelumnya dan sesudahnya menunjukkankondisi kinerja keuangan yang cukup baik sehinggatidak menjadikan kinerja keuangan PT. AsuransiTakaful Keluarga menjadi kurang baik.
4.3. Rasio Kecukupan Dana
Rasio kecukupan dana merupakan rasio untukmengukur tingkat kecukupan sumber dana perusahaandalam kaitannya dengan total operasi yang dimilikiperusahaan. Berikut tTabel 6 menerangkan hasilpenghitungan rasio kecukupan dana.
Tabel 6Rasio Kecukupan Dana Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
PT. AXA LifeIndonesia 29.98 93.30 88.28 80.93 63.19 71.14
PT. Asuransi JiwaTugu Mandiri 22.21 13.90 7.45 16.26 19.06 15.78
PT. AsuransiTakaful Keluarga 16.68 15.01 15.14 15.34 15.26 15.48
Sumber: Data diolah dari laporan keuanganperusahaan tahun 2011-2015
Hasil penghitungan rasio dana pada PT. AXALife Indonesia berdasarkan tabel di atas menunjukkankondisi kinerja keuangan yang baik. Dari hasilpenghitungan tersebut menunjukkan bahwa PT. AXALife Indonesia sebagian besar menggunakan modalsendiri untuk aktivitas perusahaannya. Sedangkanuntuk PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan PT.Asuransi Takaful Keluarga dilihat dari tabelpenghitngan rasio kecukupan dana di atasmenunjukkan kondisi kinerja keuangan yang kurangbaik. Hal tersebut disebabkan karena keduaperusahaan asuransi syariah tersebut lebih banyakmenggunakan modal dari investor daripada modalsendiri.
4.4. Rasio Beban Klaim
Rasio beban klaim digunakan untuk mengukurtingkat kemampuan perolehan laba perusahaan yangberfungsi untuk menjaga likuiditas perusahaan.Berikut hasil penghitungan dari rasio beban klaim.
Tabel 7Rasio Beban Klaim Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
PT. AXA LifeIndonesia 92.82 92.81 35.36 45.07 29.45 59.10
PT. Asuransi JiwaTugu Mandiri 77.33 90.00 122.61 100.53 95.52 97.20PT. Asuransi
Takaful Keluarga 30.69 38.74 34.52 32.80 29.21 33.19
Sumber: Data diolah dari laporan keuangan perusahaan tahun2011-2015
PT. AXA Life Indonesia memiliki rata-ratarasio beban klaim sebesar 59,10% yang menandakanbahwa PT. AXA Life Indonesia memiliki kinerjakeuangan yang baik selama lima tahun dan perusahaandikatakan mampu dalam melaksanakan fungsi teknisasuransi (underwriting). Dari tabel di atas dapatdiketahui kondisi kinerja keuangan dituinjau denganrasio beban klaim tiap tahunnya PT. AXA LifeIndonesia mengalami naik turun dan memiliki rata-rata yang cukup bagus sehingga dapat dikatakanbahwa selama lima tahun 2011-2015 memiliki kondisikinerja keuangan yang cukup baik.
Rasio beban klaim PT. Asuransi Jiwa TuguMandiri pada tabel 7 hasil penghitungan di atasmenunjukkan bahwa kondisi kinerja keuangan yangbaik selama lima tahun 2011-2015 sehingga mampumelaksanakan fungsi teknis asuransi (underwriting)dengan baik.
Ditinjau dari rasio beban klaim PT. AsuransiTakaful Keluarga menunjukkan kondisi keuanganyang kurang baik dengan nilai rata-rata di bawah batasminimum underwriting yakni 40%. Sehingga dapatdikatakan bahawa PT. Asuransi Takaful Keluargabelum mampu melaksanakan fungsi teknis asuransi(underwriting) dengan baik ditinjau dari rasio bebanklaim.
4.5. Rasio Retensi SendiriRasio retensi sendiri merupakan rasio untuk
mengukur tingkat retensi perusahaan atau mengukurberapa besar premi yang ditahan sendiri dibandingkandengan premi yang diterima secara langsung. Hasilpenghitungan rasio retensi sendiri disajikan dalambentuk tabel berikut:
Tabel 8Rasio Retensi Sendiri Tahun 2011-2015
Perusahaan/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015Rata-
RataPT. AXA Life
Indonesia 95.50 69.78 98.41 98.78 98.26 92.15PT. Asuransi Jiwa
Tugu Mandiri 93.33 83.45 113.70 96.90 95.86 96.65PT. Asuransi
Takaful Keluarga 34.41 40.56 39.79 41.15 38.69 38.92Sumber: Data diolah dari laporan keuangan perusahaan tahun 2011-
2015
Dari tabel 8 di atas diketahui pada tahun 2012PT. AXa AXA Life Indonesia mengalami penurunandalam rasio retensi sendiri. Namun, hal tersebut tidakmenjadikan kondisi kinerja keuangan di tahun tersebut.Di Pada tahun selanjutnya PT. AXA Life Indonesiameunjukkan nilai rasio retensi sendiri yang bagussehingga menjadikan kondisi kinerja keuanganperusahaan baik.
Dilihat dari tabel 7 rasio retensi sendiri di atasPT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri menunjukkan kondisikinerja keuangan yang baik. Begitu pula dengankondisi keuangan PT. Asuransi Takaful Keluargacukup baik dari tahun 2011 hingga 2015 ditinjau darirasio retensi sendiri, meskipun memiliki hasilpersentase penghitungan y yang lebih rendah dari duaperusahaan asuransi jiwa sebelumnya.
4.6. Hasil Uji Independent Sample t-test
Metode analisis data yang digunakan dalamtulisan ini adalah uji beda t-test. Uji beda t-testdigunakan untuk menentukan apakah dua sampel yangtidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yangberbeda, dengan melihat pada uji Independent Sample
t-test (Imam Ghozali, 2006: 59). Dalam melakukan ujibeda peneliti menggunakan alat bantu hitung yakniSPSS16.
Hasil dari uji beda dua sampel independentyakni perusahaan asuransi jiwa konvensional denganperusahaan asuransi jiwa syariah dapat diketahui adatidaknya perbedaan antara kinerja keuangan asuransijiwa konvensional dengan kinerja keuangan asuransijiwa syariah periode 2011-2015 dengan menggunakanmetode RBC dan EWS. Dalam penelitian ini metodeRBC ditinjau dari rasio solvebilitas dan metode EWSditinjau dari rasio likuiditas, rasio kecukupan dana,rasio beban klaim, dan rasio retensi sendiri. Dalam ujibeda ditentukan hipotesis sebagai berikut:
Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima danHa ditolak
Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterimaH0 = tidak ada perbedaan rasio-rasio
perusahaan asurasni jiwa konvensional denganrasio-rasio perusahaan asuransi jiwa syariah.
Ha = terdapat perbedaan rasio-rasioperusahaan asurasni jiwa konvensional denganrasio-rasio perusahaan asuransi jiwa syariah.
Hasil pengujian pada rasio solvabilitasdiketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikanantara kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwakonvensional dan perusahaan asuransi jiwa syariah.Hasil pengujian diketahui bahwa Pvalue Sig.(2-tailed) <0,05 yakni sebesar 0,044 < 0,05 sehingga dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan rasiosolvabilitas antara perusahaan asuransi jiwakonvensional dengan rasio solvabilitas perusahaanasuransi jiwa syariah.
Hasil uji beda rasio likuiditas diketahui Pvalue
Sig.(2-tailed) > 0,05 sebesar 0,804 > 0,05 sehinggadapat disimpulkan bahwa tidak terdapat yangsignifikan antara nilai rasio likuiditas perusahaanasuransi jiwa konvensional dengan rasio likuiditasperusahaan asuransi jiwa syariah. Terdapat perbedaanyang signifikan terhadap nilai rasio kecukupan danaperusahaan asuransi jiwa konvensional dengan rasiokecukupan dana perusahaan asuransi jiwa syariah.Dimana hasil dari penghitungan uji independentsample test menggunakan SPSS16 didapatkan nilaisignifikanya 0,000 < 0,005.
Pada hasil uji independent sample test untukrasio beban klaim diketahui sebesar 0,000 < 0,05sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan anatara rasio beban klaim perusahaanasuransi jiwa konvensional dengan perusahaanasuransi jiwa syariah. Hasil dari uji independentsimple test untuk rasio retensi sendiri sebesar 0,000 <0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antararasio retensi sendiri perusahaan asuransi jiwakonvensional dengan rasio retensi sendiri perusahaanasuransi jiwa syariah.
Dari penjabaran hasil uji independent sampletest tersebut dapat disumpulkan bahwa terdapatperbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuanganantara perusahaan asuransi jiwa konvensional denganperusahaan asuransi jiwa syariah dengan metode RBCyang ditinjau dengan rasio solvabilitas. Pada metodeEWS rasio yang terdapat pebedaan kinerja keuanganantara perusahaan asuransi jiwa konvensioanal danasuransi jiwa syariah adalah rasio kecukupan dana,rasio beban klaim, dan rasio retensi sendiri. Sedangkanrasio likuiditas yang menjadi indikator dalam metodeEWS tidak terdapat perbedaan yang signifikan antarakinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa
konvensional dengan kinerja keuangan perusahaanasuransi jiwa syariah.
5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang ditujukanuntuk melihat ada tidaknya perbedaaan kinerja keuanganperusahaan asuransi jiwa konvensional dan asuransi jiwasyariah dengan metode RBC dan EWS. Metode RBCmerupakan suatu ukuran yang digunakan untukmenginformasikan tingkat keamanan finansial/kesehatanperusahaan asuransi. Semakin besar hasil daripenghitungan rasio menggunakan metode RBC makasemakin sehat kondisi finansial perusahaan asuransitersebut. Batas minimum penghitungann rasio denganmetode RBC yang ditetapkan dalam Peraturan MenteriKeuangan sebesar 120%. Dalam penelitian ini pengukuranmenggunakan metode RBC menggunakan rasiosovabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukurseberapa besar kemampuan keuangan perusahaan asuransidalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul daripenutupan risiko yang telah dilakukan.
Dari hHasil penghitungan rasio solvabilitasmenggunakan metode RBC menunjukkan bahwaperusahaan asuransi jiwa konvensional memiliki kinerjayang lebih bagus dibandingkan dengan kinerja keuanganperusahaan asuransi jiwa syariah. Hal ini disebabkankarena perusahaan asuransi jiwa konvensional memilikipendapatan premi yang cukup stabil dari tahun ke tahunsedangkan pendapatan premi pada perusahaan asuransijiwa syariah cukup fluktuatif dari tahun ke tahun meskipunkedua perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yangbagus ditinjau dari rasio solvabilitas.
Menurut Munawir (2007: 82) metode EWSmerupakan suatu sistem yang mengahasilkan rasio-rasiokeuangan dari perusahaan-perusahaan asuransi yang dibuatberdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan
dan bertujuan untuk memudahkan melakukan identifikasiterhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan kinerjakeuangan perusahaan. Rasio yang digunakan untukpengukuran kinerja keuangan metode EWS adalah rasiolikuiditas, rasio tingkat kecukupan dana, rasio beban klaim,dan rasio retensi sendiri.
Hasil penelitian dan penghitungan rasio denganmetode EWS dapat diketahui bahwa kinerja keuanganperusahaan asuransi jiwa konvensioanal lebih baikdaripada kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwasyariah. Hal tersebut disebabkan perusahaan asuransikonvensional memiliki modal sendiri yang cukup untukmembiayai operasional perusahaan sedangkan perusahaanasuransi jiwa syariah masih menggunakan dana dariinvestor yang sebagian besar didapatkan dari iuran pesertaasuransi untuk membiayai operasional perusahaan.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antaraasuransi jiwa konvensional dan asuransi jiwa syariahpeneliti penulis menggunakan alat uji SPSS dengan ujiindependent sample t-test. Hasil pengujian pada rasiosolvabilitas diketahui bahwa terdapat perbedaan yangsignifikan antara kinerja keuangan perusahaan asuransijiwa konvensional dan perusahaan asuransi jiwa syariah.Rasio solvabilitas memiliki perbedaan yang signifikandikarenakan berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan Ha
diterima. Hasil pengujian diketahui bahwa Pvalue Sig. (2-tailed) < 0,05 yakni sebesar 0,044 < 0,05 sehingga dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan rasio solvabilitasantara perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan rasiosolvabilitas perusahaan asuransi jiwa syariah.
Pada uji beda rasio likuiditas didapatkan hipotesisH0 diterima dan Ha ditolak. Hasil uji beda rasio likuiditasdiketahui Pvalue Sig. (2-tailed) > 0,05 sebesar 0,804 > 0,05sehingga hipotesis yang terpenuhi adalah hipotesis H0
diterima. Karena H0 diterima, maka dapat disimpulkanbahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
rasio likuiditas perusahaan asuransi jiwa konvensionaldengan rasio likuiditas perusahaan asuransi jiwa syariah.
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilairasio kecukupan dana perusahaan asuransi jiwakonvensional dengan rasio kecukupan dana perusahaanasuransi jiwa syariah. Pada uji beda ini H0 ditolak dan Ha
diterima, dapat dilihat pada tabel nilai signifikannyasebesar 0,000 < 0,005 sehingga Ha diterima. Karena H0
ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan antara nilai rasio kecukupan danaperusahaan asuransi jiwa konvensional dengan rasiokecukupan dana perusahaan asuransi jiwa syariah.
Uji beda untuk rasio beban klaim dapat diketahuihipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Pada tabel hasil ujiindependent sample test diketahui Pvalue Sig. (2-tailed) <0,05 sebesar 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis yang munculadalah H0 ditolak. Karena H0 ditolak dan dan Ha diterima,maka terdapat perbedaan yang signifikan antara rasiobeban klaim perusahaan asuransi jiwa konvensionaldengan rasio beban klaim perusahaan asuransi jiwasyariah.
Rasio retensi sendiri memiliki nilai Sig. (2-tailed)0,000, nilai tersebut kurang dari α sehingga hipotesis yangterbentuk adalah Sig. (2-tailed) < α yakni sebesar 0,000 <0,05. Hipotesis yang terbentuk menunjukkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Karena H0 ditolak dan Ha diterima,maka terdapat perbedaan yang signifikan antara rasioretensi sendiri perusahaan asuransi jiwa konvensionaldengan rasio retensi sendiri perusahaan asuransi jiwasyariah.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan dilihatbahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerjakeuangan antara perusahaan asuransi jiwa konvensionaldengan asurasnsi jiwa syariah dengan metode RBC yangditinjau dengan rasio solvabilitas. Uji beda yang dilakukanmenggunakan metode EWS dengan empat indikator rasioyakni rasio likuiditas, rasio kecukupan dana, rasio beban
klaim, dan rasio retensi sendiri tidak semua rasiomenunjukkan perbedaan yang signifikan. Rasio yangterdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaanasuransi jiwa konvensioanal dan asuransi jiwa syariahadalah rasio kecukupan dana, rasio beban klaim, dan rasioretensi sendiri. Rasio likuiditas yang menjadi indikatorpenghitungan menggunakan metode EWS tidakmenunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerjakeuangan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengankinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah.
Untuk perbedaan menggunakan uji bedaindependent sample t-test didapatkan hasil bahwa terdapatperbedaan yang signifikan pada kinerja keuanganperusahaan asuransi jiwa konvensional dengan perusahaanasuransi jiwa syariah menggunakan metode RBC dan EWSyang ditinjau dari rasio solvabilitas, rasio kecukupan dana,rasio beban klaim, dan rasio retensi sendiri. Namun, saat ditinjau menggunakan rasio likuiditas tidak terdapatperbedaan yang signifikan di antara perusahaan asuransijiwa konvensional dan perusahaan asuransi jiwa syariah.
Perbedaan kinerja keuangan perusahaan asurasnsijiwa konvensional dan perusahaan asuransi jiwa syariahyang terjadi pada hasil uji independent sample t-testdisebabkan pada perbedaan modal yang dimiliki olehperusahaan asuransi jiwa konvensional dan perusahaanasuransi jiwa syariah. Perusahaan asuransi jiwakonvensional memiliki modal yang lebih banyak dari padamodal yang dimilki pada perusahaan asuransi jiwa syariah.Kinerja keuangan ditinjau dari metode RBC dan EWS padaperusahaan asuransi jiwa konvensional dan perusahaanasuransi jiwa syariah sebagai dasar pengambilan keputusanberinvestasi lebih baik menggunakan metode RBC. Haltersebut dikarenakan pada metode RBC tidak hanyamempertimbangkan faktor hasil perhitungan rasiokeuangan saja melainkan juga dipertimbangkanmempertimbangkan dari faktor lain juga misalnyakeputusan langsung manajer dalam menangani keuangan
perusahaan sedangkan pada metode EWS hanyadipertimbangkan dari rasio keuangan yang diugunakanpada metode EWS.
Setiap perusahaan atau usaha harus dilakukanpenilaian terhadap apa yang telah didapatkan untukmengukur seberapa besar keberhasilan yang diperolehsehingga dapat dilakukan keputusan untukmempertahankan faktor yang membuat kinerja bagus danberusaha memperbaiki faktor lain yang kurang baik. Hasilkinerja keuangan perusahaan yang baik akan berbandinglurus dengan balasan yang diterima dengan semakinbanyaknya investor yang mempercayai perusahaantersebut untuk berinvestasi. Dalam Islam pun dianjurkanmenganjurkan untuk melakukan penilaian kinerja sesuaidengan surat At Taubah ayat 105 yang artinya
“dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allahdan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akanmelihat pekerjaanmu itu, dan kamu akandikembalikan kepada (Allah) yang mengetahuiakan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(At-Taubah: 105)
Dimana pPada ayat tersebut Allah SWTmewajibkan kepada setiap hamba-nya Nya untuk bekerjasebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya danmenentukan nilai pribadi atau harga diri setiap muslim.Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah SWT akanmemberikan balasan yang sesuai dengan apa yangdikerjakan, . begitupun Demikian halnya denganperusahaan. apabila Apabila perusahaan memiliki kinerjayang bagus maka akan mendapatkan imbalan yang baguspula. Imbalan yang didapatkan oleh perusahaan dapatberupa laba perusahaan yang tinggi, investor yang percayadan mau menginvestasikan dananya untuk perusahaan, danmasih banyak lainnya.
6. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, berdasarkan Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa pengujian perbandingankinerja keuangan terhadap perusahaan asuransi jiwakonvensional dengan perusahaan asuransi jiwa syariahmenggunakan metode Risk Based Capital (RBC) danmetode Early Warning System (EWS) adalah:
1. Perbedaan yang signifikan antara kinerja keuanganperusahaan asuransi jiwa konvensional dan asuransijiwa syariah ditinjau dari rasio solvabilitas padametode RBC dapat dilihat dari hasil penelitian.
2. Terdapat perdedaan perbedaan yang signifikan antarakinerja keuangan perusahaan asuransi jiwakonvensional dan asuransi jiwa syariah ditinjau darirasio kecukupan dana, rasio beban klaim, dan rasioretensi sendiri pada metode EWS dan ditinjau darirasio likuiditas tidak terdapat perpedanaan perbedaandi antara keduanya.
3. Kinerja perusahaan asuransi jiwa konvensional lebihbagus daripada kinerja keuangan asuransi jiwa syariahditinjau dari beberapa rasio pada penelitian ini. Begitupula saat ditinjau dari metode RBC dan EWS kinerjaperusahaan asuransi jiwa konvensional lebih bagusdaripada kinerja perusahaan asuransi syariah.
4. Dalam melakukan investasi investor dapat melihatkinerja keuangan hanya dengan menggunakan metodeRBC karena metode RBC mempertimbangkanbeberapa faktor dalam melakukan penilaian kinerjasehingga investor tidak ragu dalam melakukaninvestasi dan tidak takut akan mendapatkan kerugian
karena investor mendapat perlindungan hukum yangjelas sesuai denegan Keputusan Menteri Keuangan.
DAFTAR PUSTAKAAAJI, “Daftar Perusahaan Asuransi”,
www.aaji.or.id/perusahaan/axa-life-indonesiadiakses pada 10 Agustus 2020.
Al- Qur’an dan Terjemahnya.Agustina, Maria, 2011, Analisis Kinerja Keuangan
Berdasarkan Early Warning System pada PT.Asuransi Central Asia Cabang Palembang, e-Journal Riset Akuntansi 114-125, JurusanAkuntansi POLTEK PalComTech Palembang.
Al Arif, Muhammad Nur Rianto, 2012, LembagaKeuangan Syariah, Bandung: Pustaka Setia.Arifin, Firman, 2013, Analisis Perbandingan Rasio
Likuiditas, Rasio Retensi Sendiri, UkuranPerusahaan dan Tingkat Kecukupan DanaTerhadap terhadap Kinerja Keuangan PerusahaanAsuransi Yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2012,Skripsi. Tanjung Pinang: Jurnal Akuntansi,Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja HajiAli.
Asuransi Takaful, 2016, “Sekilas Kami”,www.takaful.co.id/profil-perusahaan , diaksespada 20 September 2016.
Asuransi Tugu Mandiri, 2016, “Tentang Kami, Sejarah”,www.tugumandiri.com/beranda, diakses pada 21Agustus 2016.
Asuransi AXA Indonesia, “Tentang AXA Indonesia”,www.axa.co.id/tentang-axa-indonesia diaksespada 11 Agustus 2020.
Darmawi, Herman, 2000, Manajemen Asuransi, Jakarta:Bumi Kasara.
Darmawi, H., 2006, Manajemen Asuransi, Jakarta:Bumi Aksara.
Diana Kusumasari, “Penerapan Metode Risk Based Capitalpada Perusahaan Asuransi Jiwa”,www.hukumonline.com/klinik/detail/cl165/penerapan-metode-risk-based-capital-pada-perusahaan-asuransi-jiwa Diakses pada 12 Agustus 2020.
Ghazali, Imam, 2016, Aplikasi Anaalisis Multivariatedengan Program IBM SPSS 23, Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.
Janwari, Yadi, 2005, Asuransi Syariah, Bandung: PustakaBani Quraisy.Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,
Edisi Revisi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.__.Kitab Undang-Undang Dagang Pasal 246Keputusan Menteri Keuangan, KMK
No.424/KMK.06/2003 tentang KesehatanPerusahaan Asuransi dan Reasuransi, Diaksesmelalui www.bapepam.go.id
Keputusan Menteri Keuangan, KMKNo.423/KMK.06/2003 tentang KesehatanPerusahaan Asuransi dan Reasuransi, Diaksesmelalui www.bapepam.go.id
Leviany, Tevi, dan Wiwin Sukiati. “Pengaruh Risk BasedCapital terhadap Profitabilitas Pada PerusahaanAsuransi Jiwa.” Jurnal ASET (Akuntansi Riset) 6,no. 1 (2014): 1–9.https://doi.org/10.17509/jaset.v6i1.8993.
Meirianie, 2013, Pengaruh Early Warning System (EWS)dan Risk Based Capital (RBC) Terhadap LabaPerusahaan pada PT. Asuransi Bintang, Tbk.,Jakarta, Jurnal Akuntansi, FakultasEkonomi,Universitas Gunadarma.
Merh, Robert Irwin, 1996, Fundamental of Insurance,Richard D. Irwin Inc., Illinois.
Munawir, S, 2002, Akuntansi Keuangan dan Manajemen,Revisi, Yogyakarta: BPFE.
Munawir S., 2007, Analisa Laporan Keuangan,Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Nainggolan, Alfred Marolop, 2008, Analisis PerbandinganKinerja Keuangan Perusahaan Asuransi LippoGeneral Insurance Tbk, PT. Dayin Mitra Tbk,dan PT. Panin Insurance Tbk pada Periode 2000-2002, Universitas Sumatera Utara ProgramStrata-1 Fakultas Ekonomi Medan, Calyptra:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas SumateraUtara, Vol.1 No.
Nurwidiatmo, 2008, “Laporan Akhir Tim Analisis danEvaluasi Hukum tentang Perasuransian (AsuransiSyariah) UU No. 2 tahun 1992, Jakarta: BadanPembinaan Hukum Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 20041999tentang , Perubahan atas Peraturan PemerintahNomor 73 Tahun 1992 tentang PenyelenggaraanUsaha Perasuransian.
Diakses melalui www.bapepam.go.idPeraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05.2005
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransidan Perusahaan Reasuransi, Diakses melaluiwww.bapepam.go.id.
Sihombing, Agustinus, 2005, Analisis KInerja KeuanganBerdasarkan Rasio Keuangan Early WarningSystem (EWS) pada PT. Asuransi Ramayana, TbkJakarta
SK. DLJK No.Kep 4499/LK/2000SK. DLJK No.Kep 3607/LK/2004SK. DLJK No.Kep 360/LK/2004Soemitra, Andri, 2010, Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah, Jakarta: Kencana.Subekti, 2008, Kitab Undang-Undang Dagang, Jakarta:Balai Pustaka.Sulastria, Satria, 2004, Pengukuran Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi, Jakarta: PT. Glora AksaraPratama
Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga KeuanganDepartemen Keuangan RI Nomor:
Kep.4499/lk/2000 tentang Jenis, Penilaian danPembatasan Investasi Perusahaan Asuransi danPerusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah
Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga KeuanganDepartemen Keuangan RI Nomor:Kep.5443/LK/2004 tentang Dukungan ReasuransiOtomatis Dalam Negeri dan Retensi Sendiri
Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan NOMOR : PER-09/BL/2011tentang Pedoman Perhitungan Batas TingkatSolvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransidan Perusahaan Reasuransi
Sandy Javia, 2016, “33 Perusahaan Raih Predikat BestInsurance 2016”
http://indonesiasatu.co/detail/33-perusahaan-raih-predikat-best-insurance-2016Diakses pada Agustus 2016
Totok, Budisantoso, dan Sigit, Triandaru, 2006, Bank danLembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang UsahaPerasuransian, Diakses melaluiwww.bapepam.go.id..
Widyaningsih, et al., 2005, Bank dan Asuransi Islam diIndonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media.
www.aaji.or.id/Perushaan/axa-life-indonesiawww.axa.co.id/tentang-axa-indonesiawww.axa-financial.co.idwww.hukumonline.com/klinik/detail/cl165/penerapan-
metode-risk-based-capital-pada-perusahaan-asuransi-jiwa
www.IndonesiaSatu.cowww.takaful.co.id/profil-perusahaanwww.seputarasuransijiwa.blogspot.comwww.syariahonline.comwww.tugumandiri.com