makalah bleaching gigi nonvital

15
Tugas Mata Kuliah Ilmu Konservasi Gigi IV TEKNIK BLEACHING UNTUK GIGI NON VITAL Disusun oleh: KELOMPOK 2 GANJIL Aji Putri Amanda 07/KG/8119 Arief Setiawan 07/KG/8121 Hajar Novelty Wity 07/KG/8123 Nina Afriza Hapsari 07/KG/8125 M. Robby Wardhana 07/KG/8127 Resza Rizky Amalia 07/KG/8129 Yustika Chrysandra 07/KG/8131 Alberta Vianney 07/KG/8133 Krisna Amretasari 07/KG/8135 Ajeng Wahyu W. 07/KG/8137 Niken Nurwiyanti 07/KG/8139 Devi Nindya K. 07/KG/8141

Upload: krisna-amretasari

Post on 02-Jul-2015

1.068 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

Tugas Mata Kuliah Ilmu Konservasi Gigi IV

TEKNIK BLEACHING UNTUK GIGI NON VITAL

Disusun oleh:

KELOMPOK 2 GANJIL

Aji Putri Amanda 07/KG/8119

Arief Setiawan 07/KG/8121

Hajar Novelty Wity 07/KG/8123

Nina Afriza Hapsari 07/KG/8125

M. Robby Wardhana 07/KG/8127

Resza Rizky Amalia 07/KG/8129

Yustika Chrysandra 07/KG/8131

Alberta Vianney 07/KG/8133

Krisna Amretasari 07/KG/8135

Ajeng Wahyu W. 07/KG/8137

Niken Nurwiyanti 07/KG/8139

Devi Nindya K. 07/KG/8141

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

Teknik Bleaching untuk Gigi Non vital

A. Pendahuluan

Perubahan warna gigi terutama gigi anterior dapat menimbulkan suatu problema

estetika yang mempunyai dampak psikologi yang cukup besar bagi penderitanya. Pada

saat ini, perkembangangan kosmetik bidang kedokterang gigi sangat menonjol dalam

menanggulangi hal tersebut yaitu dengan cara restoratif misalnya pelapisan mahkota gigi

atau dengan cara bleaching (Tarigan, 1994).

Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna,

sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi dan tujuannya

mengembalikan faktor ekstrinsik penderita. Teknik bleaching memiliki beberapa

keuntungan, antara lain lebih baik dari segi estetik karena tidak mengambil jaringan keras

dan teknik perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan suatu mahkota

tiruan. Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital ataupun gigi non vital yang mengalami

perubahan warna (Tarigan, 1994).

B. Jenis-jenis Bleaching

Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching

secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan

bleaching secara internal yang dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran

akar dengan baik (Walton dan Torabinejad, 1996).

1. Teknik Bleaching secara eksternal

Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi yang masih vital dan dapat

dilakukan menggunakan bleaching tray (Schmidseder, 2000).

Gambar 1. Bleaching tray

(Schmidseder, 2000)

Page 3: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

Pewarnaan gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan

faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Jenis-jenisnya

antara lain :

a. Teknik Bleaching pada gigi vital yang berubah warna karena tetrasiklin

b. Bleaching teknik Mouthguard

c. Teknik Bleaching pada gigi vital yang berubah warna karena fluorosis

(Walton dan Torabinejad,1996)

2. Teknik Bleaching secara internal (intrakoronal)

Pemutihan gigi secara intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat

endodontik dengan baik. Metode bleaching yang dapat dilakukan untuk gigi ini

adalah teknik walking bleach, termokatalitik, kombinasi, modified home bleaching

technique atau biasa disebut inside/outside bleaching technique, foto oksidasi

ultraviolet dan CP irradiation method (Walton dan Torabinejad, 1996 ; Deliperi,

2008 ; Kwon dkk, 2009). Bleaching secara internal tidak boleh dilakukan atau

diulangi lebih dari 4 kali karena struktur gigi bagian dalam dapat melemah dan

resiko fraktur makhota semakin meningkat (Schmidseder, 2000).

Gambar 2. Agen bleaching diletakkan pada kamar pulpa)

(Schmidseder, 2000)

C. Bleaching pada gigi non vital

1. Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi dari perawatan bleaching internal adalah dikolorasi kamar pulpa,

diskolorasi dentin dan diskolorasi yang tidak dapat dirawat dengan bleaching eksternal.

Kontra indikasi perawatan ini ialah diskolorasi email bagian superfisial, kerusakan pada

bentuk email, kehilangan jaringan dentin berat, terdapat karies, diskolorasi komposit

bagian proksimal (kecuali bagian tersebut diganti setelah proses bleaching).

(Torabinejad dan Walton, 2009).

Page 4: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

2. Teknik bleaching pada gigi non vital

a. Teknik Walking Bleach

Teknik ini memakai campuran superoxol dan Na-perborat untuk memutihkan

gigi (Walton dan Torabinejad,1996). Teknik Walking Bleach menurut Walton dan

Torabinejad (2003) adalah sebagai berikut:

1) Pasien harus diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai penyebab perubahan

warna, prosedur yang akan dilakukan, hasil yang diharapkan, dan kemungkinan

perubahan warna timbul kembali (regresi) untuk mecegah kekecewaan dan salah

pengertian. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif sebelum, selama, dan

sesudah perawatan mutlak diperlukan.

2) Radiograf dibuat untuk melihat keadaan jaringan periapeks dan kualitas

perawatan saluran akar. Perawatan yang gagal atau pengisian saluran akar yang

meragukan harus dirawat ulang sebelum pemutihan dilakukan.

3) Pemeriksaan kualitas dan warna setiap tumpatan yang ada harus dilakukan

terlebih dahulu. Bila tumpatan rusak maka harus diganti. Perubahan warna gigi

sering disebabkan oleh kebocoran dan perubahan warna tumpatan. Selain itu,

pasien harus diberi tahu bahwa prosedur pemutihan dapat mempengaruhi warna

tumpatan untuk sementara (atau permanen) sehingga restorasi harus diganti.

Keteranga n :

Pewarnaan interna dari dentin yang disebabkan oleh sisa

material obturasi (OM) dalam ruang pulpa, juga oleh material

dan debris jaringan di dalam tanduk pulpa (PH)

Gambar 3.

4) Evaluasi warna gigi dilakukan dengan contoh warna dan membuat foto pada saat

awal kedatangan pasien dan selama prosedur dilakukan. Foto ini sebagai acuan

untuk pembanding.

5) Gigi diisolasi dengan isolator karet. Isolasi yang lebih baik dapat diperoleh

dengan memakai baji (wedge) interproksimal. Jika menggunakan Superoxol, krim

(misalnya vaselin, orabase, atau cocoa butter) dipakai sebelum isolator karet

dipasang untuk melindungi jaringan gingiva. Prosedur ini tidak perlu dilakukan

jika menggunakan Na-perborat.

Page 5: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

6) Pembongkaran tumpatan pada kavitas. Penghalusan akses dan pengangkatan

semua bahan pengisi lama dari kamar pulpa merupakan tahap yang paling penting

dalam proses pemutihan. Dokter gigi harus memeriksa secara teliti bahwa tanduk

pulpa atau daerah lain yang tidak terbuka. Bahan tumpatan harus dibuang agar

bahan pemutih dapat berkontak dan masuk ke dalam dentin. Pembuangan bahan

tumpatan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terpotongnya

dentin yang sehat.

Keterangan :

Restorasi korona dibuang semua, preparasi akses diperbaiki

dan gutta perca dibuang sampai sebatas di bawah margin

gingiva. Kemudian, tanduk pulpa dibersihkan dengan bur

bulat.

Gambar 4.

7) (Opsional) Tahap ini diperlukan jika perubahan warna diakibatkan oleh logam,

atau jika pada kunjungan kedua atau ketiga hasil pemutihan tidak memuaskan.

Selapis tipis dentin yang berubah warna di daerah labial kamar pulpa dibuang

secara hati-hati dengan bur bulat putaran rendah. Tindakan ini dapat membuang

bagian yang berubah warna (yang terpusat di daerah permukaan pulpa) lebih

banyak, juga dapat membuka tubulus dentin agar masuknya bahan pemutih lebih

baik.

8) Semua bahan harus diangkat sampai sedikit di bawah margin gingiva. Untuk

melarutkan sisa-sisa semen saluran akar, digunakan pelarut yang sesuai (seperti

pelarut oranye, kloroform, atau xylol dalam butiran kapas).

9) Jika yang digunakan adalah Superoxol, lapisan semen protektif seperti semen

polikarboksilat, Zn-fosfat, ionomer kaca, IRM, atau cavit, diletakkan di atas

material obturasi setebal 2 mm. Hal ini penting untuk mencegah bocornya

material pemutih. Barrier semen ini harus melindungi tubulus dentin dan sesuai

dengan perlekatan epitel eksternal. Tinggi lapisan ini tidak boleh meluas melebihi

margin gingiva. Pengetsaan dentin sebelah dalam dengan asam fosfat (atau

pengetsa lain) untuk menghilangkan smear layer dan membuka tubulus dentin

ternyata tidak efektif. Tidak dianjurkan menggunakan zat kimia yang kaustik di

Page 6: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

dalam kamar pulpa sebab dapat mengiritasi ligamen periodonsium dan

menyebabkan resorpsi eksternal dari akar.

10) Pasta walking bleach disiapkan dengan mencampurkan Na-perborat dengan

cairan yang inert seperti air, salin, atau cairan anestesi sehingga membentuk

konsistensi seperti pasir basah (kira-kira 2 g/ml). Meskipun Na-perborat yang

dicampur dengan H2O2 30% akan lebih cepat memutihkan, dalam banyak kasus

hasil jangka panjangnya sama dengan yang menggunakan Na-perborat dicampur

dengan air. Selanjutnya, kamar pulpa dipenuhi dengan pasta menggunakan plastis

instrumen. Kelebihan cairan ditekan dengan butiran kapas. Hal ini akan

memampatkan dan mendorong pasta ke dalam ceruk-ceruk kamar pulpa.

Keterangan :

- Basis semen

protektif (B)

diletakkan di atas

gutta perca dan

tidak melampaui

margin gingival.

- Setelah sisa semen saluran akar dan material dibersihkan dari

kamar pulpa dengan pelarut, letakkan pasta (P) campuran dari Na-

perborat dengan air yang konsistensinya seperti pasir basah.

- Daerah insisal diberi undercut guna retensi tambalan sementara.

11) Kelebihan pasta oksidator dibuang dari daerah undercut di dalam tanduk pulpa

dan daerah gingiva dengan eksplorer. Di atas pasta dan ke dalam undercut,

campuran padat OSE atau cavit diaplikasikan tetapi bukan dengan cotton pellet.

Tumpatan sementara dimampatkan dengan hati-hati paling sedikit setebal 3 mm

agar kerapatannya baik.

Keterangan :

Tutup akses dengan campuran tebal OSE (Z)

Gambar 6.

12) Isolator karet dibuka. Pasien diberi tahu bahwa bahan pemutih bekerjanya

lambat dan pemutihannya kemungkinan belum akan terjadi dalam waktu 2 atau 3

Gambar 5.

Page 7: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

minggu. Hasil yang lebih baik akan terjadi pada minggu berikutnya atau sesudah

pemutihan ulang.

13) Pasien diminta datang kembali sesudah 2-6 minggu dan prosedur diulang.

Keterangan:

- Jika warna yang dikehendaki telah dicapai, buat restorasi permanen.

- Metode yang dianjurkan adalah menambal kamar pulpa dengan

penambal sementara yang putih (TS) atau dengan polikarboksilat atau

Zn-fosfat berwarna muda.

- Komposit (C) etsa asam merestorasi akses lingual dan meluas ke

tanduk pulpa untuk retensi dan mendukung insisal.

Gambar 7.

b. Teknik Termokatalitik

Teknik termokatalitik adalah teknik pemutihan dengan meletakkan material

oksidator di dalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya. Panas ini diperoleh

dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk

memutihkan gigi (Torabinejad dan Walton, 2009). Teknik termokatalitik

menggunakan sepotong kapas kecil yang telah dibasahi dengan bahan pemutih yang

ditempatkan dalam kamar pulpa, kemudian dilakukan pemanasan selama dua menit.

bila perlu dapat juga pemanasan dilakukan pada sepotong kapas yang dibasahi

larutan pemutih dan ditempatkan dibagian labial gigi. Sumber panas yang dapat

digunakan adalah lampu pemanas, alat pemanas listrik, atau instrumen kecil yang

ujungnya dipanaskan (Andang dan Hidayat, 2002).

Pada teknik termokatalitik dengan menggabungkan pemanasan dan

konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi menyebabkan resorpsi dibagian servikal.

Teknik termokatalitik ini tidak sering digunakan lagi pada saat ini (Greenwall,

2001). Teknik ini mengunakan panas untuk mempercepat proses oksidasi. Sumber

panas yang dapat digunakan adalah rheostat controlled photoflood, lihgt activited

atau instrumen Woodson. Prosedur teknik termokatalitik menurut Torabinejad dan

Walton (2009) adalah sebagai berikut:

1) Isolasi gigi yang akan dirawat dengan karet isolator. Lindungi jaringan lunak

dengan menggunakan petrolium jelly atau cocoabutter.

2) Dentin dibagian labial kamar pulpa dibuang dengan bur bulat kecepatan rendah.

3) Membuang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah gusi.

Page 8: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

4) Membersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian keringkan

dengan hembusan udara.

5) Jaringan lunak dan gigi tetangga dilindungi dari panas yang berasal dari sumber

panas dengan meletakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah karet isolator

untuk menutup bibir dan jaringan lunak.

6) Kapas diletakkan dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen peroksida 30-35%,

lalu tutup permukaan labial gigi dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih.

Arahkan sumber panas pada gigi yang telah disiapkan.

7) Kapas dibasahi kembali dengan hidrogen peroksida segar. Ulangi langkah ini 4-5

kali.

8) Evaluasi efek pemutihan, bila belum berhasil pertemuan berikutnya dilakukan

seminggu kemudian setelah kavitas ditutup tumpatan sementara.

9) Apabila hasilnya sudah memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan kloroform

xylene atau alkohol, kemudian lapisi dengan semen yang berwarna putih sebelum

dilakukan tumpatan permanen dengan resin komposit.

c. Teknik Kombinasi

Teknik kombinasi merupakan teknik bleaching gabungan antara teknik

walking bleach dan teknik termokatalitik. Keuntungan dari teknik kombinasi ialah

hasil lebih cepat dan memuaskan karena kedua teknik tersebut dilakukan dengan

bergantian. Prosedur awal teknik kombinasi ialah menggunakan teknik

termokatalitik dengan memanaskan gigi yang akan dilakukan pemutihan. Setelah

dipanaskan, kapas yang mengandung hidrogen peroksida dikeluarkan dari kamar

pulpa dan gigi dikeringkan. Kemudian dilakukan teknik walking bleach yaitu

meletakkan pasta campuran superoksol dan Na-perborat di dalam kamar pulpa.

Prosedur selanjutnya mengikuti teknik walking bleach hingga selesai (Walton dan

Torabinejab, 1996).

d. Modified Home Bleaching Technique (Inside/Outside Bleaching Technique)

Teknik inside/outside bleaching didasarkan pada aplikasi karbamid peroksida

pada gigi dan menjaga gigi yang telah dipreparasi selama tahap pemutihan.

Pemutihan terjadi di bagian dalam dan luar gigi secara bersamaan. Teknik ini ideal

untuk pasien yang memiliki keinginan untuk memutihkan gigi, tidak hanya untuk

memutihkan warna gigi non vital yang telah dirawat endodontik tetapi juga dapat

memutihkan gigi vital yang berada di sebelahnya. Cara kerja teknik ini cepat karena

Page 9: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

pasien dapat mengaplikasikan gel segar karbamid peroksida setiap hari (Deliperi,

2008). Home bleaching dilakukan pasien dengan pengarahan dan pemantauan oleh

dokter gigi, akan tetapi terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi yaitu

iritasi gingiva, hipersensitif sementara pada gigi bagian servikal, mual jangka

pendek, dan nyeri pada regio TMJ.

e. Teknik Foto Oksidasi Ultraviolet

Teknik ini kurang efektif dibandingkan dengan teknik walking bleach, selain

itu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai warna gigi yang

diinginkan. Prosedur teknik ini ialah dengan meletakkan kapas yang dibasahi dengan

cairan hidrogen peroksida 30-35% ke dalam kamar pulpa. Kemudian gigi tersebut

akan disinari dari sisi labial gigi oleh lampu ultraviolet selama 2 menit. Penyinaran

dengan lampu ultraviolet akan melepaskan oksigen seperti pemutihan menggunakan

teknik termokatalitik (Walton dan Torabinejab, 1996).

f. Light-Activated Bleaching of Non Vital Teeth (CP irradiation method)

Teknik light-activated bleaching of non

vital teeth menggunakan metode CP

irradiation atau metode Hisamitsu. Prosedur

teknik ini ialah dengan menempatkan 10% gel

karbamid peroksida pada permukaan labial

dan masuk ke rongga akses masuk gigi non

vital. Kemudian cahaya diaktifkan dari sisi

bukal dan lingual (Kwon dkk, 2009)

Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa perubahan warna pada gigi non

vital meningkat sejak hari dimulainya perawatan. Mekanisme perbaikan melalui

aktivasi sinar tidak jelas, namun dikemukakan bahwa peningkatan suhu akibat

iradiasi mengkatalis pemecahan menjadi hidrogen peroksida dan merembes ke

dentin (Kwon dkk, 2009)

Gambar 8.

Page 10: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

Gambar 9. Hasil CP irradiation method

D. Kesimpulan

Bleaching merupakan salah satu cara untuk mengembalikan warna gigi seperti

semula. Cara ini dapat dilakukan pada gigi vital maupun gigi non vital yang telah

dilakukan perawatan saluran akar dengan baik. Teknik bleaching yang dapat dilakukan

pada gigi non vital antara lain teknik walking bleach, termokatalitik, kombinasi, modified

home bleaching technique atau biasa disebut inside/outside bleaching technique, foto

oksidasi ultraviolet dan CP irradiation method.

Daftar Pustaka

Andang, M.A., Hidayat, T., 2002, Bleaching dan Direct Composit Veneer pada Gigi Anterior

yang Mengalami Perubahan Warna, Jurnal Kedokteran Gigi, 14(2): 37-43

Deliperi, S. 2008. Clinical Evaluation of Non-vital Tooth Whitening and Composite Resin

Restorations: Five-year Results. The European Journal Of Esthetic Dentistry. 3(2): 16

Greenwall, L., 2001, Bleaching Techniques in Restorative Dentistry, New York, Martin

Dunitz Ltd., p. 25

Schmidseder, J., 2000, Color Atlas of Dental Medicine : Aesthetic Dentistry, Thieme,

German.

Kwon, S.R., Ko, S.H., dan Greenwall, L.H., 2009, Tooth Whitening in Esthetic Dentistry

Principles and Techniques, Quintessence Publishing Co. Ltd., London, p. 44-45

Tarigan, R., 1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodontik), Cetakan 1, Widya Medika, Jakarta

Torabinejad, M. dan Walton, R. E., 2009, Endodontics: Principles and Practice, W.B.

Saunders Co., Philadelphia, p. 398

Page 11: Makalah Bleaching Gigi Nonvital

Walton, R.E. dan Torabinejad, M., 2009, Principles and Practice of Endodontics, 2nd ed., W.

B. Saunders Co., Philadelphia

Walton, R.E. dan Torabinejad, M., 2003, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia (terj.), edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h. 461-462