makalah bimbingan dan konseling pada pasien terminal dan perawatan lanjutan di rumah

12
makalah Bimbingan dan Konseling Pada Pasien Terminal dan Perawatan Lanjutan di Rumah 2.1 Konsep Bimbingan Konseling 2.1.1 Pengertian Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial)” Bimbingan dan Konseling, “Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem- bantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya”. 2.1.2 fungsi layanan Bimbingan Dan Konseling fungsi pemahaman Memahami Karakteristik/Potensi/Tugas-tugas perkembangan Peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif/realistik fungsi preventif Memberikan Layanan orien-tasi dan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yg patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari masalah fungsi pengembangan Memberikan Layanan Bimbingan untuk Membantu Peserta didik Mampu Mengembangkan potensi dirinya/Tugas-tugas perkembagannya fungsi kuratif Membantu para Peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (pribadi,sosial, belajar,atau karir) 2.1.3 Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling

Upload: dewi-pradnyani

Post on 30-Nov-2015

363 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

makalah Bimbingan dan Konseling Pada Pasien Terminal dan Perawatan Lanjutan di Rumah

2.1   Konsep Bimbingan Konseling2.1.1 Pengertian

    Bimbingan   adalah   Proses   pemberian   bantuan   (process   of   helping)   kepada   individu   agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri   secara   positif   dan   konstruktif   terhadap   tuntutan   norma   kehidupan   (   agama   dan   budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial)”

Bimbingan dan Konseling, “Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu  klien  agar  dapat  mengembangkan  potensi  dirinya  atau memecahkan masalah  yang dialaminya”.

2.1.2 fungsi layanan Bimbingan Dan Konseling  fungsi pemahaman

Memahami Karakteristik/Potensi/Tugas-tugas perkembangan Peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif/realistik

  fungsi preventifMemberikan   Layanan   orien-tasi   dan   informasi   mengenai   berbagai   aspek   kehidupan   yg   patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari masalah

  fungsi pengembanganMemberikan Layanan Bimbingan untuk Membantu Peserta didik Mampu Mengembangkan potensi dirinya/Tugas-tugas perkembagannya

  fungsi kuratifMembantu   para   Peserta   didik   agar   mereka   dapat   memecahkan   masalah   yang   dihadapinya (pribadi,sosial, belajar,atau karir)

2.1.3 Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling Bimbingan akademik

Bertujuan:1.      Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif2.      Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat3.      Memiliki keterampilan belajar yang efektif4.      Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar/pendidikan5.      Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian6.      Memiliki keterampilan membaca buku

 Bimbingan pribadi/sosial

Page 2: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

Bertujuan:1.      Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME2.      Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara anugrah dan musibah) dan 

mampu meresponnya dg positif3.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif4.      Memiliki sikap respek thd diri sendiri5.      Dapat mengelola stress6.      Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama7.      Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar8.      Memiliki kemampuan memecahkan masalh9.      Memiliki rasa percaya diri10.  Memiliki mental yang sehat

 Bimbingan karierBertujuan:

1.      Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan2.      Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih masa depan3.      Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja4.      Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait dengan pekerjaan5.      Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir6.      Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan7.      Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan8.      Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg pekerjaan

 Bimbingan keluargaBertujuan:

1.      Memiliki sikap pemimpin dalam keluarga2.      Mampu memberdayakan diri secara produktif3.      Mampu menyesuaikan diri dengan norma yang ada dalam keluarga4.      Mampu berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia

2.1.4 Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku

2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai  dan berani menghadapi resiko

3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri

4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif

5. Memelihara.nilai-nilai.persahabatan.dan.keharmonisan.dalam   berinteraksi   dengan   orang lain

Page 3: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

6. Menjunjung   tinggi   nilai-nilai   kodrati   laki-laki   atau   perempuan   sebagai   dasar   dalam kehidupan sosial

7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif

8. Memperkaya   strategi   dan  mencari   peluang   dalam  berbagai   tantangan   kehidupan   yang semakin kompetitif

9. Mengembangkan   dan   memelihara   penguasaan   perilaku,   nilai,   dan   kompetensi   yang mendukung pilihan karir

10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat

2.2 KONSEP PASIEN TERMINALA. Pengertian

Keadaan Terminal adalah  suatu  keadaan dimana seseorang mengalami  penyakit   /   sakit yang tidak mempunyai  harapan untuk sembuh sehingga sangat  dekat  dengan proses  kematian. Respon klien dalam kondisi  terminal sangat  individual tergantung   kondisi  fisik,  psikologis,  social yang   dialami,   sehingga   dampak   yang   ditimbulkan   pada   tiap   individu   juga   berbeda.   Hal   ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.

Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :

  Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit  Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,

termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis  Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.  Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi

Klien   dalam   kondisi   Terminal   akan  mengalami   berbagai  masalah   baik   fisik,   psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain : Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,

sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler

  Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal

 Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic  menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun

  Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut

Page 4: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

  Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun

 Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan

 Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering

 Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi

 Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup

Seseorang   yang   menghadapi   kematian/kondisi   terminal,   dia   akan   menjalani   hidup, merespon   terhadap   berbagai   kejadian   dan   orang   disekitarnya   sampai   kematian   itu   terjadi. Perhatian   utama   pasien   terminal   sering   bukan   pada   kematian   itu   sendiri   tetapi   lebih   pada kehilangan   kontrol   terhadap   fungsi   tubuh,   pengalaman   nyeri   yang  menyakitkan   atau   tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat   memaknai   kematian   sebagai   kondisi   peredaan   terhadap   penderitaan.   Atau   sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan   orang-orang   yang   dicintai.   Sedangkan   yang   lain   beranggapan   takut   akan   perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :  Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik  Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari  Mempertahankan harapan  Mencapai kenyamanan spiritual  Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi  Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna  Membantu klien menerima kehilangan

2.3   PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PASIEN TERMINAL2.3.1         Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan

Page 5: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

perhatian penuh.  Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.

Pokok   –   pokok   dalam  memberikan   bimbingan   dan   konseling   dalam  perawatan   pasien terminal terdiri dari :

a. Peningkatan KenyamananKenyamanan   bagi   klien   menjelang   ajal   termasuk   pengenalan   dan   peredaan   distress 

psikobiologis.   Perawat   harus   memberikan   bimbingan   kepada   keluarga   tentang   tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.  Kontrol nyeri  terutama penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan   pemberian   terapi.   Klien  mungkin   akan   bergantung   pada   perawat   dan   keluarganya   untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.

b. Pemeliharan KemandirianTempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain 

adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti   mandi,   makan,   membaca,   akan   meningkatkan   martabat   klien.   Perawat   tidak   boleh memaksakan   partisipasi   klien   terutama   jika   ketidakmampuan   secara   fisik  membuat   partisipasi tersebut menjadi sulit.  Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.

c. Pencegahan Kesepian dan IsolasiPerawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap 

klien   menjelang   ajal.   Untuk   mencegah   kesepian   dan   penyimpangan   sensori,   perawat mengintervensi   untuk  meningkatkan   kualitas   lingkungan.   Lingkungan  harus  diberi   pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk   harus   diperbolehkan   bersama   klien   menjelang   ajal   sepanjang   waktu.   Perawat memberikan   bimbingan   kepada   keluarga   untuk   tetap/   selalu   bersama   klien   menjelang   ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.d. Peningkatan Ketenangan Spiritual

Peningkatan   ketenangan   spiritual   mempunyai   arti   lebih   besar   dari   sekedar   meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat  membantu  klien  mengekspresikan  nilai  dan  keyakinannya.  Klien  menjelang  ajal  mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan   spiritual   ada   juga  harapn  dan   cinta,   cinta  dapat  diekspresikan  dengan  baik  melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga.

Page 6: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

Perawat   dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

e. Dukungan untuk keluarga yang berdukaAnggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang 

yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.2.3.2         Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal

Dalam memberikan  bimbingan  dan  konseling  kepada  pasien   terminal  atau  keluarganya, harus   ditetapkan   tujuan   bersama.   Hal   ini  menjadi   dasar   untuk   evaluasi   tindakan   perawatan. Bimbingan   yang   diberikan   harus   berfokus   pada   peningkatan   kenyamanan   dan   perbaikan   sisa kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.

2.4  PELAKSANAAN PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH2.4.1   Batasan Perawatan Lanjut di Rumah

Penyakit   terminal  menempatan   tuntutan   yang  besar   pada   sumber   social   dan  financial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi   kondisi   anggota   keluarganya   yang   terminal.   Hal   ini   mencakup   lamanya   periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika, dan Canada pada tahun 1970-an.

Komponen Perawatan Hospice yaitu:o        Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan  dibawah administrasi rumah 

sakito        Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)o        Pelayanan yang diarahkan dokter.

o        Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perawat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.o        Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.o        Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.o        Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.o        Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.

Page 7: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

o    Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar.

Program   hospice   menekankan   pengobatan   paliatif   yang   mengotrol   gejala   ketimbang pengobatan   penyakit.   Klien   dan   keluarga   berpartisipasi   dalam   perawatan   .perawatan   klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan,   tim   interdisiplin  memberikan   sumber   psikologis   dan   fisik   yang   diperlukan   untuk mendukung keluarga.

2.4.2                  Sistem RujukanDalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh penanggung jawab perawatan. 

Diluar negeri  Registered nurses (RN),  mempunyai  kewenangan untuk merujuk pasien ke system pelayanan yang lebih tinggi lagi.  Dalam perawatan pasien di rumah, system rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga berwenang.

Prinsip Delegasi/Rujukan :o        Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat klieno        Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien, mengevaluasi asuhan yang diberikan, 

bimbingan dan konseling pasien terminalo        Pemberian   terapi   intravena   tergantung   peraturan   pemerintah   setempat,   ada   yang   memberi 

kewenangan untuk melakukan terapi intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidako        Lembaga berwenang  (Rumah sakit,  binas  kesehatan)  memberi  kan  izin  pada perawat  pelaksana 

untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar asuhan keperawatan2.4.3             Langkah Perawatan Lanjut di Rumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan fisik berupa perawatan kebersihan   diri,   perawatan   kulit,   ambulasi,   laithan   dan   mobilisasi,   berpakaian,   kemampuan eliminasi   dan   lainnya.   Perawatan   harus  memberikan   kebersihan,   keamanan,   kenyamanan   dan lingkungan   yang   tenang.   Inti   perawatan   harus   bisa   memberikan   kenyamanan   bagi   klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.

Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan TidurAspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenai:

a.         Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien.

Page 8: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

b.         Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain.

c.         Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya.d.         Kebiasaan tidur siang.e.         Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah

kondisinya bising, gelap, atau suhu dingin?f.           Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah

peristiwa yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?g.         Status emosi dan mental klien. Status emosional dan mental memengaruhi terhadap

kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stress emosional atau ansietas? Juga dikaji sumber stres yang dialami klien.

h.         Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:

-          Penampilan wajah, misalnya adalah adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung.

-          Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung.

-          Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.2.         Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, antara lain:

a.         Gangguan pola tidurGangguan pola tidur inin dapat disebabkan karena ansietas yang dialami klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur (misalnya, lingkungan yang bising), letidakmampuan mengatasi stres yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita klien.

b.         Perubahan proses pikirPerubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivivasi tidur

c.         Gangguan harga diriGangguan harga diri terutama dialami pada klien yang mengalami enuresis

d.         Risiko cederaRisiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Pada somnambulisme ini, klien melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan, bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok, dan lain-lain.

3.         Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan TidurPada klien yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat dan tidur. Masalah tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit, rutinitas ruangan, atau penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat mesti membantu klien untuk dapat istirahat dan tidur.Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.

a.         Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:-            Pintu kamar klien ditutup-            Kurangi stimulus, misalnya percakapan

Page 9: Makalah Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal Dan Perawatan Lanjutan Di Rumah

-            Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lainb.         Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik,

membaca, dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.

c.         Diet-            Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein, seperti

susu dan keju-            Hindari banyak minum sebelum tidurd.         Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidure.         Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya,

usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.f.           Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:-          Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur-          Anjurkan klien berkemih sebelum tidur-          Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah-          Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidurg.         Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidurh.         Berdoa sesuai dengan agamanya