makalah 'am dan khash (ulumul qur'an 2)

20
‘AM DAN KHASH M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Ulumul Qur’an 2 " Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : KHUSNUL KOTIMAH 2013.4.047.0001.1.001683 PAI Smt 3/ Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG Nopember 2014

Upload: khusnul-kotimah

Post on 13-Jul-2015

3.031 views

Category:

Design


125 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

‘AM DAN KHASH

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Ulumul Qur’an 2 "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

KHUSNUL KOTIMAH

2013.4.047.0001.1.001683

PAI – Smt 3/ Sawo

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

Nopember 2014

Page 2: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

Page 3: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii

Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

‘AM DAN KHASH

A. Pengertian ‘Am dan Shigat-Shigatnya …………...……....... 3

B. Pembagian ‘Am …………….....................................…….... 6

C. Pengertian Khash dan Bentuk-Bentuk Mukhasshish .............. 8

D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih

Merupakan Dalil/Hujjah?...................................................... 14

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 17

Page 4: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konteks Syar’iyyah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan dua

sumber hukum yang redaksinya menetapkan hukum syar’i. Dalam menggali nilai-

nilai hukum pada sumber tersebut, tidak sepatutnya seseorang langsung menukil

darinya tanpa terlebih dahulu menimbangnya. Padahal tidak semua lafazh yang

ada mudah dipahami sehingga memungkinkan untuk langsung diambil. Ada

beberapa pengklasifikasian lafazh yang ada di dalam nash syar’i yang selayaknya

ditafsirkan terlebih dahulu.

Konteks Al-Qur’an dan Al-Hadis tersebut bisa berupa lafadz umum atau

khusus. Lafadz yang umum atau al-‘am, ketetapan hukumnya harus diartikan

kepada semua satuannya secara pasti bila disana tidak ada dalil yang

mengkhususkannya. Jika terdapat dalil yang mengkhususkan maka mengenai

arahan hukumnya apakah pasti (qoth’iy) atau dugaan (dzonny).

Al-Qur’an dan Al-Hadis juga ada yang berupa lafadz khusus (khash),

maka hukum bisa ditetapkan secara pasti selama tidak ada dalil yang

mentakwilkan atau memindahkan dan menghendaki arti yang lain. Dalam lafadz

khash ini terdapat lafadz mutlak yang dapat menetapkan hukum secara absolute

dengan catatan tidak ada dalil yang mengikatnya. Jika lafadz itu berbentuk

perintah (‘amar), maka obyek yang diperintahkannya wajib, atau berbentuk

larangan (nahi) maka obyek yang dilarang itu haram. Hal tersebut bila tidak ada

dalil yang merubah dari keharusannya atau ketidak bolehannya.

Pada makalah ini selanjutnya, penulis akan membahas beberapa hal

berkenaan dengan lafazh yang ‘am dan Khash. Diharapkan dengan mengkaji dan

memahami lafazh ‘am dan Khash, seseorang tidak lagi gegabah dalam menarik

sebuah nash sebagai sebuah landasan dalam berbuat.

Page 5: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

2

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan pendahuluan di atas, terdapat permasalahan –

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Lafadz ‘Am dan Apa Saja Shigat-Shigatnya?

2. Apa Saja Pembagian ‘Am?

3. Apa Pengertian Lafadz Khash dan Apa Saja Bentuk-Bentuk Mukhasshish?

4. Apakah Ayat ‘Am Yang Sudah Di-takhsis Masih Merupakan Dalil/Hujjah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz ‘Am Dan Shigat-Shigatnya.

2. Untuk Mengetahui Pembagian ‘Am.

3. Untuk Mengetahui Pengertian Lafadz Khash Dan Bentuk – Bentuk

Mukhasshish.

4. Untuk Mengetahui Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis.

Page 6: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ayat Yang ‘Am Dan Shighat-Shighatnya

1. Pengertian ‘Am

Secara bahasa ‘Am berarti merata atau yang umum.1 Sedangkan secara

istilah ‘Am ialah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup

seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu.2 Atau juga lafadz yang

menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk

semua ifradnya.3 Para ulama Usul Fiqih memberikan definisi ‘am antara lain

sebagai berikut:

a. Menurut ulama Hanafiyah adalah setiap lafadz yang mencakup banyak,

baik secara lafadz maupun makna.

b. Menurut ulama Syafi’iyyah, diantaranya Al-Ghazali adalah satu lafadz

yang dari satu segi menunjukan dua makna atau lebih.

c. Menurut Al-Bazdawi adalah lafadz yang mencakup semua yang cocok

untuk lafadz tersebut dengan satu kata.4

2. Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am

Bentuk-bentuk umum ada tujuh :

a. Lafadz Kullun, jami’un, kaaffah, ma’asyar (artinya seluruhnya) Masing-

masing lafal tersebut meliputi segala yang menjadi mudhaf ilaihi dari

lafadh-lafadh itu.5 Contohnya :

1Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Ushul Fiqih II (Bandung: Pustaka Setia, cet. II,

2001), hlm. 61 2Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 193 3Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 225 4Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam

http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27

september 2014 pukul 11.52 5Zaziratul Fariza, Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan , dalam

http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-kandungan.html,

diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02

Page 7: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

4

Kullun ( كل)

الموتذائقةن فس كل

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”(Q.S.Ali Imran :

185)6

Jami’un )يع )ج

يعاالرضفمالكمخلقالذيهو ج

“Dialah (Allah) yang menciptakan untukmu apa yang ada dibumi,

semuanya.” (QS Al Baqarah : 29)7

Kaaffah (كافة)

للناسكافةإلأرسلناكوما

“Dan kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan

kepada semua umat manusia.” (QS. Saba’ : 28)8

Ma’syar (معشر)

نسالن معشريا ي قص منكمرسليأتكمألوال نكموي نذروآياتعليكموهذاي ومكملقاء

“Wahai golongan jin dan manusia! bukankah sudah datang

kepadamu rasul-rasul dari kalangan-mu sendiri, mereka

menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku kepadamu dan

memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? (QS. Al-

An’am : 130)9

b. Isim Istifham ialah من (siapa), ما (apa), أين (dimana), أي (siapakah), dan مت (kapan). Contohnya :

ألاللنصرمت قريباللنصرإ “Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan

Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)10

6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 74 7Ibid., hlm. 05 8Ibid., hlm. 431 9Ibid., hlm. 144 10Ibid., hlm. 33

Page 8: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

5

c. Isim Isyarat, seperti من (barang siapa), ما (apa saja), dan أي (yang mana

saja). Contohnya :

بهيزسوءاي عملمن

“Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan

kejahatan itu.” (QS. An-Nisa’: 123)11

d. Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam )ال( atau idhafah, Contohnya:

يعاللأحل الر باوحرمالب

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengaharamkan riba.” (QS. Al-

Baqarah: 275)12

e. Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah:

Contohnya :

Makrifat dengan alif lam )ال( : المقسطييب اللإ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al-

Maidah: 42)13

Makrifat dengan idhafah :

أمهاتكمعليكمحر مت

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu.” (QS. An-Nisa’:

23)14

f. Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi, Contohnya :

شيئان فس عنن فستزيلي وماوات قوا

“Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela

orang lain sedikit pun.” (QS. Al-Baqarah: 48)15

11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 98 12Ibid., hlm. 47 13Ibid., hlm. 115 14Ibid., hlm. 81 15Ibid., hlm. 07

Page 9: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

6

g. Isim Maushul (ت ,الت ,الذين ,الذي (الل

الذينإ إناظلمااليتامىأمواليأكلو ناراطونمبفيأكلو

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya.” (QS. An-

Nisa’: 10)16

B. Pembagian ‘Am

‘Am terbagi menjadi 2, yaitu:

a) Umum Syumuliy

Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi

seluruh pribadi, seperti :

واحدة ن فس منخلقكمالذيربكمات قواالناسأي هايا

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan

kamu dari diri yang satu (adam).” (Qs. A n-Nissa’: 1)17

Dalam Ayat ini seluruh manusia dituntut untuk bertakwa tanpa kecuali, maka

lafaz yang seperti ini dinamakan umum Syumuliy.

b) Umum Badaliy

Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku seperti

Afrad (pribadi) seperti :

بلكممنذينالعلىكتبكماالص يامعليكمكتبآمنواالذينأي هايا ت قلعلكمق ت و

“Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

(Q.S. Al-Baqarah: 183)18

Sedangkan dalam ketetapan nash, bahwa ‘am itu terbagi menjadi tiga:19

Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum. Yaitu ‘am yang

didampingi oleh qarinah, menafikan sasaran yang ditakhsiskan, seperti

‘am yang terdapat pada firman Alloh Swt :

16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 78 17Ibid., hlm. 77 18Ibid., hlm. 28 19Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 231-233

Page 10: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

7

رزق هااللعلىإلالرضفدابة منوما

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan

semuanya dijamin Allah rezekinya. (QS. Hud: 06).20

حي شيء كلالماءمنوجعلنا “Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (QS. Al-

Anbiya’: 30)21

Pada kedua ayat ini orang menetapkan bahwa sudah menjadi sunnatulloh

ada ‘am yang tidak ditakhasiskan dan tidak pula dipertukarkan letaknya.

Pada kedua ayat ini terdapat ‘am qathi’ menunjuk kepada umum. Tidak

mengandung hal yang dimaksud khusus dengannya.

Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus. Yaitu apa yang

didampingi dengan qarinah, pada umumnya tetap menafikan dan

menyatakan maksud sebagian dari ifradnya itu. Seperti firmanAllah yang

berbunyi:

يتحج الناسعلىولل الب

“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah Melaksanakan

ibadah haji ke Baitullah.” (QS. Ali-Imran: 97).22

Manusia pada nash ini adalah umum. Dimaksud dengannya itu khusus

para mukallaf. Menurut akal, tidak termasuk anak-anak dan orang gila.

Ketiga adalah ‘am makhsus. Yaitu ‘am mutlak yang tidak didampingi oleh

qarinah, meniadakan hal-hal yang ditakhsiskan. Tidak ada qarinah yang

menafikan dalilnya terhadap umum. Misalnya kebanyakan nash yang

terdapat padanya sighat umum. Terlepas dari qarinah-qarinah lafdziah

atau aqliah atau arfiah yang menyatakan umum, sebelum dikemukakan

20Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 222 21Ibid., hlm. 324 22Ibid., hlm. 62

Page 11: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

8

dalil yang mentakhsiskannya. Misalnya, perempuan-perempuan yang

ditalak oleh suaminya harus menunggu (iddah).23

ربصنبأن فسهنثلثةق روء ي ت والمطلقات

“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)

tiga kali quru.” (Al-Baqarah: 228).24

C. Pengertian Khash Dan Bentuk-Bentuk Mukhasshis

1. Pengertian Khash

واحدعلىسبيلالنفراد اللفظالذيوضعلمعىن“Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara

mandiri.”25

Menurut bahasa khash artinya tertentu, sedangkan menurut istilah ushul

fiqih khash ialah lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis,

jumlah, bentuk maupun ketentuan lainnya. Jika suatu nas mengandung arti khash

maka dapat ditetapkan sebuah hukum yang pasti. Selama tidak terdapat dalil yang

mentakwilnya, atau menghendaki arti lain dari padanya.26

Pengertian khash (khusus) adalah lawan dari pengertian ‘am (umum).

Dengan demikian bila telah memahami pengertian lafazh ‘am secara tidak

lansung, juga dapat memahami pengertian lafazh khash.

Pengertian al-khash menurut para tokoh-tokoh ushul fiqh adalah sebagai berikut:

a. Adib Shalih

Mendefenisikan Lafal al-Khash yang mengandung satu pengertian secara

tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas.

23Aziz Wahied, Lafadz 'Am Dan Khash, dalam

http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html, diakses pada sabtu, 27

september 2014 pukul 11.52 24Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 36 25Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-5, 2009),

hlm. 87 26Abdul Wahid Mahrus As’ad, Memahami Fiqih (Bandung: Armico, 2006), hlm. 78

Page 12: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

9

b. Abu Zahra

Mendefenisikan Lafal al-Khash dalam nash syara’, menunjukan kepada

pengertianya yang yang khas secara qaht’i (pasti) dan hukum yang

terkandung dikandungya bersifat pasti (qaht’i) selama tidak ada indikasi

yang menunjukan pengertian lain. Pendapat Abu Zahra ini disepakati oleh

para ulama Ushul Fiqh.27

c. Al Amidi

Mendefinisikan al-Khash adalah satu lafazh yang tidak patut digunakan

bersama oleh jumlah yang banyak.

d. Al Khudahari Beik

Mendefinisikan al-Khash adalah lafazh yang dari segi kebahasaan

ditentukan untuk satu arti secara mandiri.

e. Abdul Wahhab Abdul Salam Thawilah

Berpendapat bahwa setiap lafal yang diungkapkan untuk menunjukkan

satuan maknawi tertentu.

f. Abdul Wahhab Khallaf

Mendefinisikan yaitu lafal yang dipakai untuk menunjukkan seseorang,

misalnya Muhammad atau semacamnya misalnya laki-laki.28

Jadi pengertian al-Khash menurut penulis sendiri adalah suatu lafal yang

telah jelas hukum yang terkandung di dalam nash, baik itu al-Qur’an maupun

hadis Nabi sendiri, sebelum ada dalil yang menghendaki arti lain, hukum yang

diambil dari khash ini adalah pasti (qath’i) bukan zhanny.29

Adapun Pengkhususan الت عميم( : secara bahasa )التخصيص( )ضد lawan dari

pengumuman. Dan secara istilah Takhshish ialah:

27Satria Efendi, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet ke-3, 2009),

hlm. 205 28Abdul wahab khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 241 29Handayani, Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam

http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-al-khash.html, diakses

pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11

Page 13: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

10

قديرعدماملخصص داخلتتالعمومعلىت إحراجب عضكا

“Mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut

ukuran ketika tidak terdapat mukhasis”

2. Bentuk-Bentuk Mukhasshis

Mukhashish ada dua macam yaitu:

a) Mukhasshish Muttasil

Mukhasshish yang bersambung adalah apabila makna satu dalil yang

mengkhususkan, berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum

sebelumnya.

Adapun beberapa macam Mukhasshish muttasil antara lain :

Pengecualian

Contoh firman Allah Surat Al-Ashar ayat 2-3 :

إ نسا واوت الصالاتوعملواآمنواالذينإل(2)خسر لفيال بالق واوا وا (3)بالصبوت

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang

yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati

untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Al-‘Ashr:

2- 3)30

Jadi yang dikhususkan pada ayat tersebut adalah orang-orang yang

beriman dan yang beramal Sholeh.

Syarat (الشرط)

ذلكفبرد هنأحق وب عولت هن لحاأرادواإ إ

“………dan para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka

dalam (masa) itu, jika mereka (para suami) menghendaki perbaikan.”

(Qs Al- Baqarah: 228)31

30Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 601 31Ibid., hlm. 36

Page 14: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

11

Dalam ayat tersebut dikatakan, lebih berhak kembali pada istrinya.

Maksudnya adalah dalam masa iddah, tetapi dengan syarat bila

kembalinya itu dengan maksud ialah lafaz yang menujukakan pada

ayat tersebut adalah “Jika” ) )إ

Sifat ( الص فة )

تحري تلمؤمناخطاءف بةمؤمنة ومنق ررق

“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah

(hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang

beriman.” (Qs. Al- An-Nisa’: 92)32

Sifat yang mengkhususkan dalam ayat tersebut adalah sifat mukmin

yakni yang diremehkan itu harus/dikhususkan pada hamba yang

mukmin.

Kesudahan (الغاية)

Contoh firman Allah :

قربوهنول حتت يطهر

"....dan jangan kamu dekati mereka, sebelum mereka suci ... (Q.S Al-

baqarah: 222)33

Sebagai Ganti Keseluruhan ( عضمنالكل (بدلالب

Contoh firman Allah :

يتحج الناسعلىولل لسبيإليهاستطاعمنالب “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah

melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang

mampu mengadakan perjalanan ke sana…” (Ali-Imran: 97)34

Lafazh (نم) dan sesudahnya pada ayat tersebut , menghususkan

keumuman sebelumnya, arti sebagian orang yang ‘mampu’

mengganti, keumuman wajibnya manusia untuk haji.

32Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 93 33Ibid., hlm. 35 34Ibid., hlm. 62

Page 15: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

12

b) Mukhasshish Munfasil

Mukhasshish Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama

dengan dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing

berdiri sendiri, Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Mukhasshish

Munfasil ada beberapa macam :35

Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an

Contohnya firman Allah :

ربصنوالمطلقات ق روء ثلثةبأن فسهني ت

“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka

(menunggu) tiga kali quru.” (Q.S A1-Baqarah : 228)36

Ayat tersebut, umum : tercakup juga orang hamil makea datang ayat,

lain yang mengkhususkan bagi wanita hamil yang berbunyi:

ئي أجلهنالحالوأولتيضنلوالل لهنحيضعنأ

“ ……. dan begitu perempuan-perempuan yang tidak haid.

sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka

itu sampai mereka melahirkan kandungannya. (Q.S Al- Talaq: 4)37

Al-Qur’an di- Takhshish dengan Sunnah. Contoh firman Allah :

يكم يحظ مثلللذكرأولدكمفالليو ي الن ث

“Allah mensyari'atkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian

warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak lelaki

sama dengan bagian dua orang anak perempuan” (An- Nisaa: 11)38

Ayat tersebut bersifat umum, yakni mencakup anak yang kafir,

kemudian dataing hadist yang mengkususkannya berbunyi:

35Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-

corp.blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014

pukul 11.11 36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 36 37Ibid., hlm. 558 38Ibid., hlm. 78

Page 16: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

13

ليرثاملسلمالكافرولالكافراملسلم

“Tidak boleh mewarisi seseorang musulim puda seorang kafir, dan

tidak boleh (juga) kafir pada muslim (HR. Bukhari)

Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an

Sunnah di- Takhshish dengan Sunnah

Men- Takhshish dengan Qiyas

ل الواجديل عرضهوعقوب ته“Menunda-nunda pembayaran bagi orang yang mampu, halal

dilanggar kehormatannya dan boleh dihukum" (HR. Ahmad)

Hadist tersebut ialah umum, yakni siapa saja yang menunda-nunda

pembayaran hutang, padahal ia mampu untuk membayar, termasuk

ibu atau bapak. Kemudian dikhususkan, yakni bukan termasuk ibu

dan bapak dengan jalan meng-Qiyas firman Allah yang berbunyi :

قلفل أف لمات

“Maka sekali-kali Janganlah engkau mengatakan kepada keduanya

perkataan "ah" (Qs Al-Isra: 23)39

Tidak boleh memukul melanggar kehormatan kedua orang tua

adalah hasil Qiyas dari larangan mencakup "ah" terhadap-Nya.

Karena memukul atau melanggar kehormatan, lebih tinggi kadar

menyakitkannya dari pada mengucap "ah". Qiyas yang demikian

dinamakan Qiyas Qulawi. Sebagian ulama berpandangan bahwa

yang demkian bukan dinamakan Qiyas Qulawi, tetapi diaebut

Mafhum Muwafaqah.40

39Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 284 40Ali Oktoda, Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-

corp.blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada Sabtu, 27 september 2014

pukul 11.11

Page 17: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

14

D. Penjelasan Ayat ‘Am Yang Sudah Ditakhsis, Apakah Masih Merupakan

Dalil/Hujjah?

Tidak sedikit lafazh ‘am yang terdapat di dalam Al Qur’an maupun hadits

Nabi. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana kedudukan lafazh

‘am khususnya yang berkenaan dengan perbuatan yang dapat dihukumi. Ternyata

polemik mengenai hal ini telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh

para ulama sejak berabad-abad silam. Di antara pendapat para ulama yakni:

1. Jumhur ulama menyatakan keharusan mencari dalil takhsis terlebih dahulu

dan tidak mengamalkan lafazh ‘am sebelum hal tersebut dilakukan. Jika

memang tidak ditemukan dalil yang mengkhususkannya, baru wajib

mengamalkan lafazh yang ‘am.41

2. Pendapat lain mengatakan bahwa wajib mengamalkan lafazh ‘am tanpa

menunggu adanya penjelasan ataupun takhsisnya.

Mengenai pendapat di atas, penulis cukup sepakat dengan pendapat

jumhur ulama bahwa apabila ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari

terlebih dahulu dalil lain yang mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan

sebuah kaidah di dalam ilmu fikih.

ةفالباقىالعام ب عدالتخصيصحجالعام ب عدالتخصيصحجةفالب

“’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”.42

Contoh firman Allah dalam surat al A’raf ayat 32 dimana Allah

memperbolehkan manusia untuk memakai segala perhiasan. Namun hal tersebut

ditakhsis oleh sabda Nabi, sehingga memakai perhiasan yang terbuat dari emas

dan perak adalah haram bagi laki-laki. Sedangkan apabila masih belum ditemukan

dalil lain yang mentakhsiskannya setelah proses pencarian, maka wajib hukumnya

untuk mengamalkan keumuman lafazh dari suatu nash hingga akhirnya ditemukan

dalil yang mengkhususkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin,

seorang ulama Hijaz, dalam bukunya al Ushul min ‘Ilmil Ushul.43

41Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Kencana, cet. V, 2009), hlm. 83 42Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, cet. IV, 2002), hlm. 43. 43Muhammad al Utsaimin, Ushul Fiqih (terjemah) (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008),

hlm. 58

Page 18: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

15

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. ‘Am )العام( adalah suatu lafadz yang menunjukan satu makna yang mencakup

seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu. Atau juga lafadz yang

menunjukan dimana ditempatkan secara lughowi dan semuanya itu berlaku untuk

semua ifradnya.

Adapun Bentuk-bentuk (Shigat-shigat) ‘Am, yaitu:

Lafadz Kullun ( كل) , Jami’un )يع (كافة) Kaaffah ,)ج , Ma’syar (معشر) .

Isim Istifham ialah من (siapa), ما (apa), أين (dimana), أي (siapakah), dan مت (kapan).

Isim Isyarat, seperti من (barang siapa), ما (apa saja), dan أي (yang mana saja).

Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam )ال( atau idhafah.

Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah.

Isim Nakirah yang terletak sesudah Nafi.

Isim maushul الذي) ت) ,الت ,الذين , الل

2. Pembagian ‘Am )العام(, yaitu:

a. Umum Syumuliy: Yaitu semua lafazh yang dipergunakan dan dihukumkan

serta berlaku bagi seluruh pribadi

b. Umum Badaliy: Bagi suatu lafaz yang dipergunakan dan dihukumkan serta

berlaku seperti Afrad (pribadi)

‘Am )العام( juga terbagi menjadi tiga:

Pertama adalah ‘am yang dimaksud secara qathi’ umum

Kedua adalah ‘am yang dimaksud secara qathi khusus

Ketiga adalah ‘am makhsus

Page 19: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

16

3. Khash adalah Lafadz yang dari segi kebahasan, ditentukan untuk satu arti secara

mandiri. Lafadz khash telah mengandung makna yang jelas baik jenis, jumlah,

bentuk maupun ketentuan lainnya.

Sedangkan Takhshish adalah mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk

dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat mukhasis.

Adapun Bentuk-Bentuk Mukhasshis, yaitu:

Mukhasshis Muttasil adalah apabila makna satu dalil yang mengkhususkan,

berhubungan erat/bergantung pada kalimat umum sebelumnya. Dan macam-

macamnya berupa:

- Pengecualian

- Syarat (الشرط)

- Sifat (الص فة)

- Kesudahan (الغاية)

- Sebagai Ganti Keseluruhan ( عضمنالكل (بدلالب

Mukhasshis Munfasil adalah dalil umum / makna dalil yang sama dengan

dalil atau makna dalil yang mengkhususkannya, masing- masing berdiri

sendiri. Yakni tidak berkumpul tetapi terpisah. Dan macam-macamnya

berupa: Al-Qur’an di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Al-Qur’an di- Takhshish

dengan Sunnah; Sunnah di- Takhshish dengan Al-Qur’an; Sunnah di-

Takhshish dengan Sunnah; Men- Takhshish dengan Qiyas

4. Ayat ‘Am yang sudah diTakhsis, apakah masih merupakan dalil/Hujjah?: Apabila

ditemukan lafazh yang ‘am selayaknya dicari terlebih dahulu dalil lain yang

mentakhsisnya. Hal ini berkesesuaian dengan sebuah kaidah di dalam ilmu fikih.

ةفالباقىالعام ب عدالتخصيصحجالعام ب عدالتخصيصحجةفالب

“’Am yang telah dikhususkan maka selebihnya dapat dijadikan hujjah”

Page 20: Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)

17

DAFTAR PUSTAKA

Al-Utsaimin, Muhammad. 2008. Ushul Fiqih (terjemah). Jogjakarta: Media

Hidayah

As’ad, Abdul Wahid Mahrus. 2006. Memahami Fiqih. Bandung: Armico

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

Diponegoro

Efendi, Satria. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 3

Fariza, Zaziratul. Pembahasan Lafazd Dari Segi Kandungan, dalam

http://zazirazirafariza.blogspot.com/2014/06/pembahasan-lafazd-dari-segi-

kandungan.html, diakses pada sabtu, 27 september 2014, pukul 12.02

Handayani. Makalah- Ushul Fiqh- Lafal Al-Khash, dalam

http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/makalah-ushul-fiqh-lafal-

al-khash.html, diakses pada Senin, 29 September 2014 pukul 11.11

Khallaf, Abdul Wahab. 1999. Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta: Rineka Cipta

Oktoda, Ali. Makalah 'Am Dan Khas, dalam http://simba-

corp.blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html, diakses pada

Sabtu, 27 september 2014 pukul 11.11

Syafe’i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia

Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

cet. 5

Syarifuddin, Amir. 2009. Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana, cet. 5

Umam, Khairul dan Ahyar Aminudin. 2001. Ushul Fiqih II. Bandung: Pustaka

Setia, cet. 2

Usman, Muchlis. 2002. Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, cet. 4

Wahied, Aziz. Lafadz 'Am Dan Khash, dalam

http://azizwahied.blogspot.com/2012/11/lafadz-am-dan-khash.html,

diakses pada sabtu, 27 september 2014 pukul 11.52