ulumul hadits

37
Oleh : Ahmad Subhan Husein, S.Pd.I

Upload: ahmad-husein

Post on 31-May-2015

3.380 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulumul hadits

Oleh : Ahmad Subhan Husein,

S.Pd.I

Page 2: Ulumul hadits

Secara harfiyah

Jadid Qorib Khabar

Secara istilah

Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa ucapan, perbuatan

maupun sikap/takrir dsb.

Definisi Hadits

Page 3: Ulumul hadits

Istilah Hadits

Sunnah

Secara harfiyah

tradisi, artinya suatu tradisi yang sudah dibiasakan.

Menurut istilah

Segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, maupun perjalanan hidup baik Nabi saw. setelah diutus menjadi Rasul ataupun sebelumnya.

Al Khabar

Secara harfiyah berarti Berita

Kata Al Khabar searti dengan Al Hadits namun, biasanya digunakan untuk menyebut hadits-hadits yang marfu’.

Al Atsar

Secara harfiyah berarti bekas atau jejak

Kata Al Atsar searti dengan Al Hadits namun, biasanya digunakan untuk menyebut hadits-hadits yang maukuf.

Page 4: Ulumul hadits

Struktur Hadits

SanadSecara bahasa Sandaran, yang kita bersandar kepadanya.

Menurut istilah Jalan yang dapat menghubungkan matanul hadits kepada Nabi Muhammad saw.

Matan Secara bahasa Punggung jalan; tanah yang keras dan tinggi

Menurut istilah Pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Nabi, sahabat, ataupun tabi’in.

Rawi Orang yang menyampaikan hadits atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang

pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).

Sedangkan orang yang menukilkan hadits dari suatu kitab atau musnad ke kitab lain disebut Mukharij

Page 5: Ulumul hadits

Hadits sebagai sumber ajaran agama

إ�ن� الله ال� ا ف� ل�و" إ�ن" ت�و� , ف� ول� س& �الر ل" أ�ط�ي"ع&والله و� ق&ر�ي"ن� ي&ح�ب4 ا"لكا�ف�

“katakanlah; taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”

(Ali Imran [3] : 32)

اك&م" ع�ن"ه& ان�ه� ذ&وه& و�م� خ& ول& ف� س& �آء�ات�اك&م& الر و�م�وا ه& ان"تـ� ف�

“apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah”

(Al Hasyr [59] : 7)

Page 6: Ulumul hadits

Keadaan hadits

Hadits memiliki tiga keadaan, jika dilihat dari segi hukum dan hubungannya dengan Al Qur’an,

1. Mengakui dan menguatkan suatu hukum tersebut dalam Al Qur’an

2. Menjelaskan Al Qur’an

3. Menetapkan suatu hukum yang tidak tersebut dalam Al Qur’an

Page 7: Ulumul hadits

Sejarah penulisan & pengkodifikasian hadits

Hadits pada periode Rasul dan sahabat

آن, و�م�ن" ك�ت�ب� ر" إ�ال�ال"ق&Hي"أ ال�ت�ك"ت&ب&وا ع�نLي ش�

Lث&واع�نيLد ه& و�ح� ح& ل"ي�م" آن ف� ر" ي"أHغ�ي"ر� ال"ق& ع�نLي ش�أ �ل"ي�ت�ب�و داH ف� Lت�ع�م ج� : و�م�ن" ك�ذ�ب� ع�ل�ي� م& ر� و�ال�ح�

ع�د�ه& م�ن� الن�ار� ق" )راوه مسلم(م� “Jangan kamu tulis sesuatu yang telah kamu terima dariku selain Al Qur’an

hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kamu terima dariku, tidak mengapa. Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia

menduduki tempat duduknya di neraka.” (H.R. Muslim)

Page 8: Ulumul hadits

Para Sahabat yang mempunyai naskah Hadits

1. Abdullah bin Amr bin ‘Ash ( 7 SH - 65 H)

Naskahnya disebut “Ash-shahifah As-shidiqah ” karena ditulis secara langsung dari Rasulullah saw. .

2. Jabir bin Abdullah Al Anshary r.a. (16 H - 73 H)

Naskah haditsnya disebut “Ash-shahifah Jabir ”

Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab perkembangan hadits tidak begitu pesat sebab, anjuran beliau kepada para sahabat agar mengutamakan penyiaran Al Qur’an sebagai dasar syari’at islam yang pertama.

Hadits pada masa khalifah Abu Bakar, Umar Ibnu Khattab, dan Usman bin Affan

Sedangkan pada masa Khalifah Usman bin Affan perkembangan hadits begitu pesat sebab, banyak sahabat kecil dan tabi’in yang mulai mencari dan mengumpulkan hadits dari para sahabat yang lainnya.

Page 9: Ulumul hadits

Pembukuan hadits secara resmi

Pembukuan hadits terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Motif / tujuan pembukuan hadits :

1. Agar tidak mudah hilang dan lenyap dari perbendaharaan masyarakat

2. Untuk membersihkan dan memelihara al hadits dari hadits-hadits maudhu’

3. Agar tidak bercampur dengan Al Qur’an

4. Mengantisipasi dari banyaknya kaum muslimin yang hafal hadits wafat, karena usia dan karena pertempuran.

Page 10: Ulumul hadits

Ulumul HaditsPengertian, Sejarah Perkembangan dan Cabang-cabangnya

Pengertian dan sejarah perkembangannya

Ulumul hadits adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hal yang berkaitan dengan hadits.

Ilmu Hadits

Dirayah

Riwayah

Page 11: Ulumul hadits

Arti, Obyek, dan Faedah Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah

Ilmu Hadits Riwayah

Arti Ilmu pengetahuan yang membahas bagaimana mengetahui cara-cara penukilan, pemeliharaan, dan pembukuan apa-apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir dsb.

Obyek Bagaimana cara menerima, menyampaikan, pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu kitab hadits.

Faedah Menghindari adanya kemungkinan salah kutib terhadap apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.

Page 12: Ulumul hadits

Ilmu Hadits Dirayah (Musthalahul Hadits)

Arti Undang-undang (kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima, dan menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi dsb.

Obyek Meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya).

Faedah Menetapkan maqbul atau matrudnya hadits dan selanjutnya diamalkan ynag maqbulnya dan ditinggalkan yang matrudnya

Page 13: Ulumul hadits

Cabang-cabang Ilmu Hadits

1. Ilmu Rijalul Hadits

2. Ilmu Jarhi wat Ta’dil

3. Ilmu Fannil Mubhamat

4. Ilmu ‘Ilalil Hadits

5. Ilmu Gharibil Hadits

6. Ilmu Nasikh wal Mansukh

7. Ilmu Talfiqil Hadits

8. Ilmu Tashrif wat Tahrif

9. Ilmu Asbabi Wurudil Hadits

10. Musthalah Ahli Hadits

Page 14: Ulumul hadits

1. Ilmu Rijalul Hadits

2. Ilmu Jarhi wat Ta’dil

3. Ilmu Fannil Mubhamat

4. Ilmu ‘Ilalil Hadits

5. Ilmu Gharibil Hadits

Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik sahabat, tabi’in maupun agkatan sesudahnya.

Ilmu yang membahas tentang sifat seorang rawi yang dapat mencatatkan keadilan dan kehafalannya.

Ilmu yang dengannya diketahui nama orang-orang yang tidak disebut namanya di dalam matan atau di dalam sanad.

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat cacat suatu hadits yang nampaknya tiada bercacat itu.

Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.

Page 15: Ulumul hadits

6. Ilmu Nasikh wal Mansukh

7. Ilmu Talfiqil Hadits

8. Ilmu Tashrif wat Tahrif

9. Ilmu Asbabi Wurudil Hadits

10. Musthalah Ahli Hadits

Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang menasikhkan

Ilmu yang membahas tentang cara mengupulkan (mengkompromikan) antara hadits-hadits yangsecara lahir bertentangan.

Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (yang dinamai mushahhaf), dan bentuknya dinamai muharraf.

Ilmu yanhg mnerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa Nabi menuturkan itu.

Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah-istilah) yang dipakai oleh ahli-ahli hadits.

Page 16: Ulumul hadits

Pembagian Hadits

dari segi kualitas sanad, hadits terbagi menjadi 3 bagian

1. Hadits ShahihHadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat, dan tidak janggal.

2. Hadits Hasan

Hadits yang diriwayatkan oleh seorang 0yang adil, tapi tak begitu kokoh ingatannya, bersambung-sambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya.

3. Hadits Dho’if Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan.

Page 17: Ulumul hadits

dari segi kuantitas rawi, hadits terbagi menjadi 3 bagian

1. Hadits Mutawatir

2. Hadits Masyhur

3. Hadits Ahad

Page 18: Ulumul hadits

Hadits Mutawatir

adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul

dan bersepakat berdusta

Para ahli Ushul Fiqh membagi hadits mutawatir kepada 2 bagian

Mutawatir Lafdzi

Mutawatir Ma’nawi

Page 19: Ulumul hadits

Suatu hadits dapat dikatakan mutawatir bila telah memenuhi tiga syarat

1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indera

2. Jumlah rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat untuk berdusta atau berbohong

3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam taqhabah pertama dengan jumlah rawi-rawi dalam taqhabah berikutnya

Page 20: Ulumul hadits

Hadits Masyhur

adalah Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.

Hadits Masyhur terbagi menjadi tiga bagian

1. Masyhur di kalangan para muhaditsin dan lainnya ( golongan ahli ilmu dan orang umum )

2. Masyhur dikalangan ahli-ahli ilmu tertentu misalnya masyhur di kalangan ahli hadits saja, atau ahli fiqih saja, atau ahli nahwu saja dsb.

3. Masyhur di kalangan orang umum saja.

Page 21: Ulumul hadits

Hadits Ahad

adalah suatu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir

Para muhaditsin memberikan nama-nama tertentu bagi hadits Ahad mengingat banyak sedikitnya rawi-rawi yang berada pada tiap-tiap thabaqat, yaitu dengan

Hadits Masyhur, Hadits Aziz dan Hadits Gharib

Contoh hadits Dha’if, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

بعون �ضع� و�س� قل النبي صلى الله عليه وسلم : اإليمان ب�ة� م�ن� اإليمان� عب �اء) ش) ي ,ح� �ة- و�ال عب ش)

“Nabi Muhammad saw, bersabda : iman itu bercabang-cabang menjadi 73 cabang, malu itu salah satu cabang dari iman ”.

Page 22: Ulumul hadits

Pembagian Hadits

dari segi kualitas sanad, hadits terbagi menjadi 3 bagian

1. Hadits ShahihHadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat, dan tidak janggal.

2. Hadits Hasan

Hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang adil, tapi tak begitu kokoh ingatannya, bersambung-sambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya.

3. Hadits Dho’if Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan.

Page 23: Ulumul hadits

Syarat-syarat Hadits Shahih

Hadits dinilai shahih apabila memenuhi lima

syarat

1. Rawinya bersifat adil

2. Sempurna ingatan

3. Sanadnya tidak putus

4. Hadits itu tidak ber’illat

5. Tidak ada kejanggalan

Page 24: Ulumul hadits

Seorang Rawi dikatakan adil apabila memenuhi 4 syarat

1. Selalu memelihara perbuatan ta’at dan menjauhi perbuatan maksiat

2. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun

3. Tidak melakukan perkara-perkara mubah yang dapat menggugurkan iman kepada qadar

dan mengakibatkan kepada penyesalan

4. Tidak mengikuti salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar syara’

Page 25: Ulumul hadits

Hadits shahih terbagi kepada dua bagian

Shahih lidzatih

Shahih lighairih

Page 26: Ulumul hadits

Hadits Dha’if dan Macam-macamnya

Hadits Dha’if adalah Hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan.

Sanad

Sebab-sebab tertolaknya Hadits dari

dua jurusan

Matan

Page 27: Ulumul hadits

Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena sanadnya digugurkan/tak bersambung

Dhaif disebabkan terputusnya sanad dan macam-macamnya

Yang digugurkan Disebut

Sanad pertama Hadits Mu’allaq

sanad yg terakhir Hadits Mursal

dua orang rawi atau lebih berturut -turut

Hadits Mu’dhal

dua orang rawi atau lebih tidak berturut -turut

Hadits Munqathi’

Page 28: Ulumul hadits

Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi

Dhaif disebabkan cacat selain keterputusan sanad dan macam-macamnya

No Jenis cacat Disebut

1 Dusta Hadits Maudhu’

2 Tertuduh dusta Hadits Matruk

3 Fasik

4 Banyak salah

5 Lengah dalam menghafal Hadits Munkar

6 Banyak waham Hadits Muallal

7 Menyalahi riwayat orang kepercayaan

8 Tidak diketahui identitasnya Hadits Mubham

9 Penganut Bid’ah Hadits Matrud

10 Tidak berturut-turut Hadits Syadz & Mukhtalith

Page 29: Ulumul hadits

Sebab-sebab tertolaknya Hadits karena suatu sifat yang terdapat pada Matan

Hadits MauqufBerita yang disandarkan hanyha sampai kepada sahabat saja,

baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung hatau teroutus

Hadits Maqthu’Perkataan atau perbuatan yang berasal dari seseorang tabi’i

serta dimaukufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak

Page 30: Ulumul hadits

Kehujjahan Hadits Dha’if

1. Melarang secara mutlak

2. Membolehkan

Page 31: Ulumul hadits

Syarat-syarat Seorang PerawiDan Proses Transformasi

1. sama’ min lafdzhi asy-syikh

2. Al Qira’ah ‘ala asy-syikh

3. Ijazah

4. Munawalah

5. Mukatabah

6. Wijadah

7. Washiyah

8. I’lam

Syarat2 seorang

rawi

Page 32: Ulumul hadits

Lafadz-lafadz untuk meriwayatkan Hadits

Saya telah mendengar......... (م�ع,ت س�

Kami telah mendengar � م�ع,نا .......... س�

Seseorang telah bercerita padaku ن�ى� ........ ح�دLث

Seseorang telah bercerita pada kami � �نا ........ ح�دLث

Seseorang telah mengabarkan padaku/kepada kami � نا �ر� ب خ,� / ........أ

ن�ى �ر� ب خ,� أ

Lafadz meriwayatkan Hadits bagi para Rawi yang mendengar langsung dari gurunya

Page 33: Ulumul hadits

Lن� , أ و�ى�, ح)ك�ى�, ع�ن, ر)

diriwayatkan oleh ……, dihikayatkan oleh….. dari…. bahwasanya…..

Lafadz meriwayatkan Hadits bagi para Rawi yang mungkin mendengar sendiri atau tidak mendengar sendiri

Page 34: Ulumul hadits

ILMU JARHI WA AT-TA’DIL

Page 35: Ulumul hadits

Ta’rif Ilmu Jarhi Wa At-Ta’dil

Menurut Muhadditsin Jarh ialah sifat seorang rawi mentaatkan keadilan dan kehafalannya. Mentajrih seorang rawi

berarti mensifati seorang rawi dengan sifat-sifat yang dapat menyebabkan kelemahan dan tertolak apa yang diriwayatkannya.

Ilmu Jarh wa At-ta’dil ialah ilmu yang membahas tentang memberikan kritikan ‘aib atau memberikan pujian adil kepada

seorang rawi

Page 36: Ulumul hadits

Manfa’at Ilmu Jarh Wa At-Ta’dil

Untuk menetapkan apakah periwayatan seorang rawi itu apat diterima atau harus ditolak sama sekali.

Page 37: Ulumul hadits

Macam-macam keaiban rawi

Bid’ah

Mukhalafah

Ghalat

Jahalatul hal

Da’wa al-Inqitha