pembahasan ulumul hadist

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu atau kebenaran tentang sesuatu perkara. Hadis ialah segala apa yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan Rasulullah SAW. Jadi Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW. Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat ‘am (umum),mujmal (global) atau mutlaq. Untuk memahami dan mengambil pesan moral dalam suatu hadis, diperlukannya proses pembelajaran ilmu hadis 1

Upload: adiva-azzahra

Post on 27-Oct-2015

193 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ulumul hadis

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu atau kebenaran tentang

sesuatu perkara. Hadis ialah segala apa yang disandarkan kepada Nabi baik

berupa perkataan, perbuatan, ketetapan Rasulullah SAW. Jadi Ulumul Hadits

adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW.

Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang

menduduki posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional.

Secara struktural menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat

secara fungsional, ia merupakan bayan (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Qur’an

yang bersifat ‘am (umum),mujmal (global) atau mutlaq.

Untuk memahami dan mengambil pesan moral dalam suatu hadis,

diperlukannya proses pembelajaran ilmu hadis dengan benar. Oleh karena itu,

makalah ini ditulis untuk menambah pengetahuan tentang ilmu hadis.

1

Page 2: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

B. Rumusan masalah

Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas, maka penulis merumuskan

masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Ulumul Hadis ?

2. Apa yang dimaksud Sunnah, Khabar dan Atsar ?

3. Apa saja yang termasuk Unsur-unsur Hadis ?

4. Apa saja Kedudukan dan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an ?

5. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Hadis ?

6. Apa saja Cabang-cabang Ulumul Hadis ?

7. Bagaimanakah Klasifikasi Hadis dari berbagai Aspek ?

8. Siapa saja Tokoh Penulis Hadis ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian Ulumul Hadis

2. Untuk mengetahui pengertian Sunnah, Khabar dan Atsar

3. Untuk mengetahui Unsur-unsur Hadis

4. Untuk mengetahui Kedudukan dan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an

5. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hadis

6. Untuk mengetahui Cabang-cabang Ulumul Hadis

7. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadis dari berbagai Aspek

8. Untuk mengetahui Biografi Para Penulis Hadis dan Kitab-kitabnya.

2

Page 3: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Hadis

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi Ulama Hadits

(arabnya : ‘Ulum al-Hadits). ‘Ulum al-Hadits terdiri atas dua kata, yaitu ‘Ulum

dan al-Hadits. Kata ‘Ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, yang

berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-Hadits di kalangan Ulama Hadits berarti

“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan,

taqrir atau sifat”. Dengan demikian Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang

membahas atau berkaitan dengan hadits Nabi SAW.

B. Pengertian Sunnah, Khabar dan Atsar

1. Sunnah menurut bahasa artinya jalan, atau cara dan metode. Menurut

istilah, Sunnah adalah “Setiap sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW,

baik dari ucapan, perbuatan maupun ketetapannya”.

2. Khabar menurut bahasa artinya berita atau informasi tentang sesuatu yang

disampaikan oleh sesorang atau orang lain. Menurut istilah, Khabar

adalah “Setiap segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi saw,

atau yang berasal dari yang lainnya, yakni para sahabat beliau”.

3. Atsar menurut bahasa artinya bekas, atau sisa sesuatu yang telah

digunakan atau dimakan. Menurut istilah, Atsar adalah “Segala sesuatu

3

Page 4: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

yang dilakukan dan diucapkan oleh para sahabat dan tabiin yang dasar

hukumnya disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW”.

C. Unsur-Unsur Hadis

Suatu hadits mengandung beberapa unsur, diantaranya :

Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu

kitab yang pernah didengarnya atau diterima dari seseorang (gurunya).

Menyampaikan hadits disebut merawikan hadits.

Sanad adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadits atau rentetan

para rawi yang menyampaikan matan hadits. Misalnya Imam Bukhori

memberitakan dari tabiin (murid seorang sahabat Nabi SAW) A yang

mendengar dari sahabat B yang mendengar dari sahabat C yang mendengar

Nabi bersabda.....dst. Pada contoh tersebut rentetan mulai dari Imam Bukhori

sampai sahabat (C) disebut sanad.

Matan adalah materi atau teks hadits atau isi suatu hadits, berupa ucapan,

perbuatan, dan takrir, yang terletak setelah sanad terakhir. Matan dikatakan

juga sabda Nabi SAW yang dinyatakan setelah menyebutkan sanad.

Mukharrij adalah periwayat hadis yang membukukan dan menjadi kolektor

hadis.

Shigaht al-Isnad adalah lafal yang digunakan periwayat ketika menerima

dan/atau menyampaikan hadis.

4

Page 5: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

D. Kedudukan dan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an

Hadis memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting, terutama dalam

kaitannya dengan pemahaman atas isi kandungan Al-Qur’an. Sebab, tidak semua

ayat-ayat Al-Qur’an dapat dipahami secara jelas dan rinci, melainkan ada juga

yang bersifat global (ijmal) dan samar-samar (mutasyabihi). Oleh sebab itu,

kedudukan dan fungsi hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Menguatkan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.

2. Menjelaskan secara rinci hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.

a. Menjelaskan hal-hal yang bersifat global dalam Al-Qur’an seperi hal-hal

yang berkaitan dengan shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.

b. Memberi batasan terhadap hal-hal yang belum jelas batasannya dalam

Al-Qur’an.

c. Mengkhususkan atas ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum.

E. Sejarah Perkembangan Hadis

1. Pada Masa Rasul

Nabi menyampaikan hadis melalui media: majlis ‘ilmi, melalui sahabat

tertentu, ceramah pada tempat terbuka (seperti pada waktu haji wada’),

perbuatan langsung, dan sebagainya.

Sahabat yang banyak menerima hadis antara lain: (1) as-Sabiqunal

awwalun yaitu: Abu Bakar, Usman, Ali, dan Abdullah Ibn Mas’ud (2)

Ummahatul Mukminin atau istri-istri Rasul seperti ‘Aisyah dan Ummu

Salamah (3) Sahabat dekat yang menulis hadis yaitu Abdullah Amr bin

5

Page 6: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

al’Ash (4) Sahabat yang selalu memanfaatkan waktu bersama Nabi seperti

Abu Hurairah (5) Sahabat yang aktif dalam majlis ilmi dan bertanya

kepada sahabat yang lain seperti Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan

Abdullah bin Abbas.

Hadis lebih banyak dihafal karena Rasul melarang menulis hadis agar

tidak bercampur dengan al-Qur’an. Namun terdapat beberapa sahabat yang

menulis hadis dan disimpan sendiri seperti: Abdullah bin Amr bin ‘Ash

(as-sahifah as-sadiqah), Jabir bin Abdullah (sahifah Jabir), Anas bin

Malik, Abu Hurairah ad-Dausi (sahifah as-sahihah), Abu Bakar, Ali,

Abdullah bin Abbas dan lain-lain.

2. Hadis Masa Sahabat

Disebut juga dengan masa pembatasan dan pengetatan riwayat karena

perhatian difokuskan pada penyebaran al-Qur’an.

Sahabat sangat hati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Setiap

hadis yang diriwayatkan harus didatangkan seorang saksi.

Terjadi perbedaan pendapat tentang pemaknaan larangan menulis hadis

pada masa Rasul.

3. Hadis Masa Tabi’in

Dikenal dengan masa penyebaran riwayat. Al-Qur’an sudah tertulis dalam

mushaf sehingga perhatian terhadap hadis lebih besar.

6

Page 7: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Terbentuk pusat-pusat pembinaan hadis seperti Madinah, Makkah, Kufah,

Basrah, Syam, dan Mesir, Maghrib dan Andalus, Yaman, dan Khurasan.

Terjadi perpecahan politik yang mengakibatkan munculnya hadis maudhu’

(hadis palsu).

4. Masa Kodifikasi Hadis

Disebut juga dengan masa pencatatan hadis atau pembukuan hadis. Masa

ini terjadi pada awal abad kedua hijrah.

Dimulai dengan adanya instruksi dari khalifah Umar bin Abdul Aziz

kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur

Madinah) dan para ulama Madinah (Muhamad bin Syihab az-Zuhri) untuk

mengumpulkan hadis dari para penghafalnya.

Alasan pengumpulan hadis (1) khawatir hilangnya hadis dengan

meninggalnya para ulama (2) khawatir tercampurnya hadis sahih dengan

yang palsu.

Kitab hadis yang berhasil ditulis dan masih ada adalah al-Muwatta’ karya

Malik bin Anas.

5. Masa Seleksi dan Penyempurnaan Penyusunan Kitab Hadis

Terjadi pada akhir abad kedua atau awal abad ketiga hijriah (masa

pemerintahan al-Makmun dari bani Abbasiyah).

Diadakan penyaringan terhadap hadis pada masa sebelumnya, dan

dikelompokkan menjadi hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’. Disamping itu

7

Page 8: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

juga diseleksi mana yang sahih dan mana yang dha’if. Ulama menetapkan

kaidah-kaidah kesahihan hadis.

Kitab hadis yang disusun dengan penyaringan ini dikenal dengan Kutub

al-Sittah atau kitab induk yang enam, yaitu: (1) al-Jami’ as-Sahih karangan

Bukhari (2) al-Jami’ as-Sahih karangan Muslim (3) As-Sunan karangan

Abu Daud (4) As-Sunan karangan at-Turmuzi (5) As-Sunan karangan an-

Nasai dan (6) As-Sunan karangan Ibn Majah.

Masa selanjutnya ulama menyusun kitab hadis dengan sistematika jawami’

(mengumpulkan kitab-kitab hadis menjadi satu), kitab syarah (komentar),

kitab mukhtasar (ringkasan), kitab athraf (menyusun pangkal suatu hadis

sebagai petunjuk kepada materi hadis), mentakhrij (mengkaji sanadnya).

Muhammad bin Abdullah al-Jauzaqi dan Ibn al-Furrat mengumpulkan isi

kitab Bukhari Muslim, Abdul Haq ibn Abdurrahman al Asybili, al-Fairuz

Zabdi, dan Ibn Atsir al-Jazari mengumpulkan kitab hadis yang enam.

Ad-Daruqutni, al-Baihaqi, Ibn Hajar al-Asqalani mengumpulkan kitab-

kitab hadis mengenai hukum.

F. Cabang-cabang Ulumul Hadis

Ilmu hadist terbagi menjadi dua :

1. Ilmu Hadis Riwayah, yaitu ilmu hadis yang berupa periwayatan atau ilmu

yang menukilkan segala yang disandarkan kepada Nabi. Kegunaannya

adalah untuk menghindari adanya penukilan yang salah dari sumbernya.

8

Page 9: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

2. Ilmu Hadis Dirayah, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan hadis

dari segi kesahihan, sandaran, maupun sifat-sifat periwayatnya.

Kegunaannya adalah untuk mengetahui pertumbuhan hadis, untuk

mengetahui tokoh-tokoh hadis, untuk megetahui kaidah-kaidah yang

digunakan, dan untuk mengetahui istilah dan kriteria hadis.

Dari dua ilmu ini terpecah menjadi beberapa cabang-cabang ilmu, cabang-

cabang tersebut diantaranya:

Ilmu Jarh wa At-Ta’dil

Ilmu ini membahas mengenai para perawi, sekitar masalah yang membuat

mereka tercela atau bersih dalam menggunakan lafadz-lafadz tertentu.

Ilmu Rijalul Hadis

Ilmu ini adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui para perawi (periwayat

hadis) layak menjadi perawi hadis atau tidak.

Ilmu Mukhtalaful Hadis

Ilmu ini adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang secara lahiriyah

bertentangan, namun ada kemungkinan dapat diterima dengan syarat-syarat

tertentu, mungkin dengan cara membatasi kemutlakan atau keumumannya

dan lainnya, yang bisa disebut sebagai ilmu Talfiqul Hadis.

Ilmu I’lalul Hadis

Ilmu ini membahas tentang sebab-sebab tersembunyi yang dapat merusak

keabsahan suatu hadis.

9

Page 10: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Ilmu Gharibul Hadis

Ilmu ini membahas dan menjelaskan Hadis Nabi yang sukar diketahui dan

dipahami orang banyak karena telah bercampur dengan bahasa lain atau

bahasa Arab pasaran.

Ilmu Nasikh wal Mansukh Hadist

Ilmu ini adalah ilmu yang membahas tentang hadis-hadis yang bertentangan

dan tidak mungkin diambil jalan tengah. Hukum hadis yang satu menghapus

(me-Nasikh) hukum yang lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut

mansukh, dan yang muncul belakangan dinamakan nasikh.

Ilmu Asbabul Wurud Hadis

Ilmu ini adalah ilmu yang membicarakan sebab-sebab Nabi menuturkan

sabdanya dan saat beliau menuturkannya, seperti sabda Nabi tentang air laut,

ketika seorang sahabat yang sedang berada di tengah laut mendapatkan

kesulitan untuk berwudhu’, kemudian Nabi bersabda: “Laut itu menyucikan

airnya dan halal bangkainya”.

Ilmu At-Tashif wa At-Tahri

Ilmu ini adalah ilmu yang berusaha menerangkan hadis-hadis yang sudah

diubah titik atau syakalnya (Musahhaf) dan bentuknya (Muharraf).

Contoh: Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa salah seorang dari Bani

Sulaiman yang meriwayatkan Hadis dari Nabi Muhammad SAW adalah

Utbah Ibn Al-Bazr, padahal yang sebenarnya adalah Utbah Ibn An-Nazr.

Dalam hadist ini terjadi perubahan sebutan An-Nazr menjadi Al-Bazr.

10

Page 11: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Ilmu Tarikh Ar-Ruwah

Ilmu ini adalah ilmu yang membahas tentang keadaan dan identitas para

perawi, seperti kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang

meriwayatkan hadis darinya, tempat tinggal mereka, tempat mereka

mengadakan lawatan dan lain-lainnya. Ilmu ini mengkhususkan

pembahasannya secara mendalam pada sudut kesejarahan dari orang-orang

yang terlibat dalam periwayatan.

G. Klasifikasi Hadis dari berbagai Aspek

Pembagian Hadis Berdasarkan Kuantitas Periwayat

Berdasarkan sedikit banyaknya periwayat yang meriwayatkan hadis dibagi

menjadi tiga:

1. Hadis Mutawattir : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak,

diterima oleh orang banyak dan mustahil mereka berdusta. Syarat bagi

hadis mutawatir adalah:

a. Diriwayatkan oleh banyak periwayat. Ulama berbeda pendapat

tentang ukuran banyaknya, ada yang berpendapat minimal 4

periwayat, ada yang berpendapat 40, atau 70, atau 313 orang.

b. Adanya keyakinan bahwa mereka tidak mungkin berdusta.

c. Ada keseimbangan jumlah sanad dalam setiap thabaqatnya (tingkatan

generasi periwayat hadis).

11

Page 12: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

d. Berdasarkan tanggapan pancaindera. Hadis yang diriwayatkan harus

berasal dari pengamatan pencaindera, bukan berupa hasil perenungan,

pemikiran atau rangkuman.

2. Hadis Aziz : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang periwayat

atau lebih.

3. Hadis Ahad : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang periwayat.

Pembagian Hadis Berdasakan Kualitas Periwayat

Berdasarkan kualitas periwayat hadis dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Hadis Sahih, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil,

sempurna kedhabitannya dan bersambung sanadnya. Syarat hadis Sahih

adalah :

a. Diriwayatkan oleh periwayat yang adil.

b. Kedhabitan periwayatnya sempurna.

c. Sanadnya bersambung.

d. Tidak ada cacat atau illat.

e. Matannya tidak syaz atau janggal.

2. Hadis Hasan, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil,

kurang kuat hafalannya dan bersambung sanadnya. Syarat hadis hasan

adalah:

a. Para periwayatnya adil.

b. Kedhabitan periwayatnya dibawah periwayat hadis sahih.

c. Sanadnya bersambung.

12

Page 13: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

d. Tidak mengandung kejanggalan pada matannya.

e. Tidak ada cacat atau illat.

3. Hadis Dha’if, yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat sebagai hadis

sahih maupun hadis hasan.

Pembagian Hadis Berdasakan Sampai tidaknya Kepada Nabi SAW

Dari segi sampai tidaknya kepada Nabi, Hadis dibagi menjadi tiga:

1. Hadis Marfu’ : yaitu hadis yang periwayatannya sampai kepada Nabi.

2. Hadis Mauquf : yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada

Sahabat.

3. Hadis Maqtu’ : yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada

Tabi’in.

Berdasarkan pengertiannya, maka yang termasuk kategori hadis yang dapat

digunakan sebagai sumber ajaran Islam adalah Hadis Marfu’. Sedangkan Hadis

Mauquf hanya menempati tingkatan Khabar dan Hadis Maqtu’ hanya merupakan

Atsar.

Pembagian Hadis Berdasakan Isinya.

Ditinjau dari segi isinya, Hadis dibagi menjadi tiga:

1. Hadis Qauly : hadis yang isinya berupa perkataan atau ucapan Nabi.

2. Hadis Fi’ly : hadis yang isinya berupa pebuatan Nabi yang

dideskripsikan oleh sahabat.

3. Hadis Taqriry : hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan Nabi

13

Page 14: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Diantara ketiga bentuk hadis tersebut hadis qauly menempati kedudukan

tertinggi, baru kemudian di bawahnya hadis fi’ly. Hadis taqriry merupakan bentuk

hadis yang terlemah.

Pembagian Hadis Berdasakan Sumbernya.

Ditinjau dari segi sumbernya, Hadis dibagi menjadi :

1. Hadis Qudsi, yaitu sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi

Muhammad SAW. Melalui ilham atau mimpi lalu Nabi kemudian

membahasakannya dengan bahasanya sendiri.

2. Hadis Nabi/Hadis Nabawi yaitu apa yang dinisbahkan kepada

Rasulullah dan diriwayatkan dari beliau.

3. Hadis Maudhu’ yaitu adalah hadis yang dibuat-buat atau diciptakan

atau didustakan atas nama Nabi.

Cara Mengetahui Hadis Maudhu’:

Adanya pengakuan dari pembuatnya.

Maknanya rusak, dalam arti bertentangan dengan al-Qur’an, hadis

mutawatir, dan hadis sahih.

Matannya menyebutkan janji yang besar untuk perbuatan kecil.

Periwayatnya pendusta. 

Menurut Ahmad Amin hadis maudhu’ sudah ada sejak masa

Rasulullah. Dasarnya adalah munculnya hadis: man kazzaba ‘alayya…

14

Page 15: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Ulama Hadis lain berpendapat bahwa munculnya hadis maudhu’ adalah

pada tahun 40 H, pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ketika terjadi

pertikaian politik.

Faktor Penyebab:

Pertentangan politik antara Ali dan Muawiyah. Menurut Ibnu Abi

al-Hadid kelompok Syiah adalah yang pertama kali membuat hadis

maudhu’.

Usaha kaum zindiq, yaitu golongan yang berusaha merusak Islam

dari dalam, seperti Abdul Karim Ibn al-Auja’.

Perselisihan dalam ilmu Kalam dengan tujuan untuk memperkuat

pandangan kelompok masing-masing.

Menarik simpati kaum awam.

Menjilat kepada penguasa.

Usaha Penyelamatan:

Menyusun kaidah penelitian hadis, khususnya kaidah tentang

kesahihan sanadnya.

Kitab yang memuat tentang hadis maudhu’ antara lain: al-Maudhu’

al-Kubra yang disusun oleh Abu al-Fajri.

15

Page 16: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

H. Biografi Para Penulis Hadis dan Kitab-kitabnya

a. Imam Bukhari

Nama lengkapnya: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin

al-Mughirah al-Ja’fari. Lahir tanggal 13 Syawal 194 H di Bukhara dan

wafat tahun 256 H.

Pada usia 16 tahun sudah menghafalkan matan hadis dari para ulama hadis

seperti Ibn al-Mubarak, Waki’, dll.

Kitabnya: al-Jami’ al-Musnad as-Sahih al-Mukhtashar min umuri

Rasulullah wa sunanihi wa Ayyamihi. Kitab ini ditulis selama 16 tahun.

Isi Kitab: jumlah hadis yang terdapat dalam kitabnya sebanyak 9.082 buah.

Jika tanpa pengulangan jumlahnya 2.602 buah. Kitab ini direvisi oleh

Bukhari sebanyak tiga kali.

Kritik: terdapat 80 periwayat yang tidak standar dan 110 hadis yang lemah.

b. Imam Muslim

Nama lengkap: Abdul Husayn Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi. Lahir

tahun 204 H.

Kitabnya: al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi Naql al-Adl

an Rasulillah.

Metode penyusunan kitab hadisnya dipengaruhi oleh Bukhari.

Isi: Jumlah hadisnya sebanyak 3033 buah. Muslim hanya membukukan

hadis sahih yang diterima masyarakat.

16

Page 17: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

c. Abu Dawud

Nama lengkapnya: Abu Dawud Sulaiman bin al-‘Asy’ats al-Azdi al-

Sijistani. Lahir tahun 202 H dan wafat tahun 275 H.

Kitabnya: Sunan Abu Dawud.

Isi kitab: Menyeleksi 4800 hadis dari 50.000 hadis yang diterima. Tidak

memuat masalah moralitas, sejarah dan zuhud. Merupakan kitab hadis

terlengkap dalam bidang hukum. Tidak semua hadis yang dimuat sahih.

d. At-Tirmizi

Nama lengkap : Muhammad bin Isa bin Sawa bin Musa bin al-Dahhak al-

Tirmizi. Lahir tahun 209 H dan wafat tahun 279 H.

Metode penyusunannya dipengaruhi oleh Bukhari.

Kitabnya: Sunan at-Tirmizi.

Isinya: Jumlah hadis yang ditulis sebanyak 3956 buah. Dalam setiap

hadisnya disebutkan apakah hadis tersebut sahih, hasan, atau dha’if. Tema

hadis yang dimuat antara lain: ibadah, adab, muamalah, tafsir, akidah,

sejarah Nabi dan sahabat dan lain-lain. 

e. An-Nasai

Nama lengkap: Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin

Bahr al-Khurasani an-Nasai. Lahir tahun 215 H.

17

Page 18: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

Kitabnya: asalnya Sunan al-Kubra yang dihadiahkan kepada gubernur

Ramlah (Paletina), lalu diseleksi yang sahih dan dinamakan dengan as-

Sunan al-Mujtaba’.

Isi Kitab: disamping hadis sahih, terdapat juga hadis yang lemah, tetapi

beliau menyebutkan cacat isnadnya.

f. Ibnu Majah

Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini. Lahir

tahun 209 dan wafat tahun 273 H.

Kitabnya: Sunan Ibn Majah.

Isi Kitab: jumlah hadis seluruhnya yang ditulis 4.341 buah, 3002

diantaranya terdapat dalam kutub as-sitah yang lain. Sebanyak 1339

diriwayatkan sendiri. Terdapat 613 hadis yang lemah sanadnya. Dari segi

sistematika kitab hadis ini merupakan yang terbaik. 

18

Page 19: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan

hadits Nabi SAW. Suatu hadits mengandung tiga unsur ; yakni rawi (yang

meriwayatkan hadits), sanad (sandaran hadits), dan matan (teks hadits).

Kedudukan dan fungsi hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Menguatkan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.

2. Menjelaskan secara rinci hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.

a. Menjelaskan hal-hal yang bersifat global dalam Al-Qur’an seperi hal-

hal yang berkaitan dengan shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.

b. Memberi batasan terhadap hal-hal yang belum jelas batasannya

dalam Al-Qur’an.

c. Mengkhususkan atas ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum.

Ilmu hadist terbagi menjadi dua : (1) Ilmu Hadis Riwayah, yaitu ilmu

hadis yang berupa periwayatan atau ilmu yang menukilkan segala yang

disandarkan kepada Nabi. Kegunaannya adalah untuk menghindari adanya

penukilan yang salah dari sumbernya. (2) Ilmu Hadis Dirayah, yaitu ilmu yang

mempelajari tentang keadaan hadis dari segi kesahihan, sandaran, maupun sifat-

sifat periwayatnya. Kegunaannya adalah untuk mengetahui pertumbuhan hadis,

19

Page 20: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

untuk mengetahui tokoh-tokoh hadis, untuk megetahui kaidah-kaidah yang

digunakan, dan untuk mengetahui istilah dan kriteria hadis.

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk mempelajari Ulumul Hadis serta

memahami hal-hal yang berkaitan dengannya secara benar, agar dapat diambil

pesan dan manfaatnya.

Penulis merasa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dalam segi teknis ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis

berharap kritik dan saran dari pembaca. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

20

Page 21: PEMBAHASAN ULUMUL HADIST

DAFTAR PUSTAKA

http://mydatanet.blogspot.com/2012/02/silabus-ulumul-hadis-tahun-2012.html

http://sumberpiji.wordpress.com/2011/11/16/ilmu-hadist-dan-cabang-cabangnya/

Munzier Suprapta. 2006. Ilmu Hadis. Grafindo Persada : Jakarta.

http://santrikuliah.blogspot.com/2009/11/pengertian-hadis-dan-hubungan-

hadis.html

Drs. H. Mahrus As’ad, M.Ag. 2004. Memahami Qur’an Hadis. CV.ARMICO :

Bandung.

21