modul ulumul hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ulumul hadits (1) disusun oleh :...

59
1 MODUL MATA KULIAH ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc www.indonesiaoptimis.com +6281329078646 [email protected] wakaf di jalan Allah / tidak untuk diperjualbelikan semoga bermanfaat bagi dakwah dan umat

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

57 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

1

MODUL MATA KULIAH

ULUMUL HADITS (1)

Disusun Oleh :

Hatta Syamsuddin, Lc

www.indonesiaoptimis.com

+6281329078646

[email protected]

wakaf di jalan Allah / tidak untuk diperjualbelikan

semoga bermanfaat bagi dakwah dan umat

Page 2: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

2

DAFTAR ISI

MATA KULIAH : ULUMUL HADITS

1. Kedudukan As-Sunnah dalam Syariat Islam………………………….. hal

2. Sejarah dan Perkembangan ilmu Hadits hal

3. Pengantar Mustholah Hadits hal

4. Hadits Shohih dan Permasalahannya hal

5. Hadits Hasan dan Permasalahannya ………………………………………………. Hal

6. Hadits Dhoif (1) …………………………………………. Hal

7. Hadits Dhoif (2) ……………………………………….. hal

8. Nasikh wal Mansukh …………………………………………………………….. hal

9. Rambu-rambu mengenal Sunnah ………………………………………….. hal

Page 3: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

3

MATERI 1 :

SUNNAH DAN KEDUDUKANNYA DALAM SYARIAT ISLAM

A. PENGERTIAN AS-SUNNAH :

As-Sunnah secara etimologis berarti : ath-thoriiqoh wa siroh jalan dan perjalanan ,

sama saja apakah terpuji atau tercela. Dan bentuk jamak / pluralnya adalah : sunan

Pengertian as-sunnah dari dengan makan tersebut ini bisa kita lihat dalam beberapa

ayat dan hadits, diantaranya :

������ ���� �� �������� � ����� ���� ������� ������ �� ���� �������� ���� � ��������

“ Sebagai sunah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum

(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (QS

Al Ahzab 22)

Sementara secara istilah, As-Sunnah diartikan secara berbeda sesuai dengan

penekanan bidang ilmu masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut :

a) As-Sunnah menurut terminologi ahli fikh : Apa-apa yang jelas/tegas dilakukan

Nabi SAW tapi tidak bersifat wajib. Dan sunnah termasuk dalam lima jenis

hukum pembebanan, masing-masing : Wajib, Sunah, Haram, Makruh, dan

Mubah, pada kesempatan lainnya terkadang sunnah juga dianggap sebagai

lawan kata dari bid’ah.

b) As-Sunnah menurut ulama Ushulliyin : Apa-apa yang bersumber dari Nabi SAW

selain Al-Quran, baik berupa ucapan, perbuatan, atau ketetapan ( taqrir)

c) As-Sunnah menurut ulama hadits : Apa-apa yang didapatkan/ditemukan dari

Nabi SAW berupa ucapan, atau perbuatan, atau ketetapan, atau sifatnya atau

kisah hidupnya.

B. LEGALITAS AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Para ulama muslimin telah bersepakat bahwa apa-apa yang bersumber dari

Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir, yang berkaitan

dengan masalah hukum, kepemimpinan dan peradilan,-yang diriwayatkan dengan

sanad shohih- adalah menjadi dasar hukum bagi kaum muslimin, sebagai rujukan

dalam pengambilan hukum oleh para mujtahid.

Page 4: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

4

Maka As-Sunnah adalah pokok yang kedua dari sumber-sumber dalil syariat Islam.

Kedudukannya setelah Al-Quran. Legalitas As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam,

dikuatkan dengan dalil-dalil diantaranya sebagai berikut :

Pertama : Dari Al-Qur’anul Karim :

1) Allah SWT telah menegaskan perintah untuk mengikuti dan mentaati Rasulullah

SAW. Firman Allah SWT : “ Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka

terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah “ ( QS Al Hasyr

7 ). Firmannya yang lain : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nya),

2) Allah SWT juga menegaskan larangan untuk ragu-ragu atas hukum yang

dikeluarkan Rasulullah SAW. Firman Allah SWT : “ Dan tidaklah patut bagi laki-

laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah

dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan

(yang lain) tentang urusan mereka “ ( QS al-Ahzab 36 )

Kedua : Perbuatan Shahabat

Para sahabat baik ketika Rasulullah SAW masih hidup ataupun setelah beliau wafat,

tetap menjadikan As-Sunnah sebagai dasar pengambilan hukum. Dan mereka tidak

membedakan hukum yang berasal dari Al-Quran maupun dari Rasulullah SAW. Hal

ini berdasarkan pemahaman mereka yang baik atas ayat : “ dan tiadalah yang

diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain

hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS an-Najm 3-4)

Ketiga : Dalil Aqly (Logika)

Tidak mungkin menjalankan kewajiban Agama hanya dengan berdasarkan pada

perintah Al-Quran yang sebagian besar bersifat general. Contoh perintah dalam Al-

Quran yang bersifat general,firman Allah SWT : “ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah

zakat ( QS al Baqoroh 43)” , tentang masalah puasa : “ Hai orang-orang yang

beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa”. (QS AlBaqoroh 183). Begitu pula tentang

perintah haji : “ mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu

(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah( QS Ali Imron 97)

Page 5: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

5

Perintah diatas baik sholat, zakat, puasa maupun haji sangat bersifat general, dan

tidak dapat dikerjakan kecuali dengan perincian teknisnya yang ada pada Sunnah.

Maka dalam As-Sunnah kita dapat mengetahui misalnya : waktu-waktu sholat,

jumlah rekaatnya, dan cara pelaksanaannya. Begitu pula dengan zakat, kadar

wajibnya, waktu pengeluarannya, dan harta-harta yang wajib dizakati. Begitu pula

pada shaum dan haji.

C. TINGKATAN AS-SUNNAH DIANTARA DALIL-DALIL SYAR’I LAINNYA.

Tingkatan As-Sunnah di dalam urutan dalil syar’I ada pada urutan kedua setelah Al-

Quran, hal ini dilandaskan pada hal-hal sebagai berikut :

1) Bahwa Al-Quran adalah dalil yang bersifat qath’iy (kuat/final) karena

periwayatannya bersifat mutawatir.(diriwayatkan oleh banyak rawi dalam

setiap tingkatan) , sedangkan As-Sunnah sebagian besar adalah dalil dzhan

yang diriwayatkan secara ahad, tidak sampai derajat mutawatir.

2) Karena As-Sunnah adalah berfungsi sebagai bayan atau penjelas dari hukum

Al-Quran, maka As-Sunnah baru dianggap / dipakai setelah tidak ada sebuah

hukum yang jelas dalam Al-Qur’an tentang sebuah masalah.

3) Apa yang ditunjukkan dalam akhbar dan atsar, diantaranya hadits Muadz

saat diutus Rasulullah SAW ke Yaman : Ketika itu Rasulullah SAW bertanya

padanya : “ Dengan apa engkau berhukum ? “ , maka dijawab : “ dengan

Kitabullah “ , kemudian ditanya kembali : “ Bagaimana jika tidak engkau

dapatkan ( dalam Kitabullah )”, maka dijawab : “ Dengan sunnah Rasulullah

SAW “, kemudian ditanya kembali : “ Bagaimana jika tidak engkau dapatkan (

dalam Sunnah ) ?”. Maka Muadz menjawab : “ aku akan berijtihad dengan

pikiranku “

D. HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QURAN

Pertama : As-Sunah sebagai penetap dan penguat hukum yang telah ada di dalam

Al-Quran. Maka dengan ini hukum tersebut memiliki dua sumber dan dua dalil; dalil

Al-Quran dan dalil penguat, As-Sunah. Hukum-hukum tersebut seperti perintah

untuk melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, haji ke Baitullah,

berbuat baik terhadap perempuan, larangan menyekutukan Allah (syirik), bersaksi

palsu, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang benar, dan

Page 6: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

6

perintah ataupun larangan yang lain di dalam Al-Quran dan dikuatkan oleh As-

Sunah. Yang keduanya digunakan sebagai dalil.

Kedua : As-Sunah sebagai perinci (mufasilah) dari dalil yang masih global (mujmal)

dari Al-Quran, sebagai pentafsir (mufasiroh) dari dalil yang masih samar (mubham),

sebagai pemberi batas (muqoyidah) dari dalil yang masih mutlaq, dan memberi

pengkhususan (mukhosisoh) dari dalil yang masih umum ('am) dari Al-Quran.

Ketiga : As-Sunah sebagi dalil independen (mustaqil) di dalam menetapkan hukum.

Di dalam As-Sunah terdapat dalil berbentuk perintah dan larangan, tanpa ada di

dalam Al-Quran, sehingga hukum ditetapkan berdasarkan As-Sunah, bukan Al-

Quran. Di dalam bentuk perintah, seperti kewajiban zakat fitrah, menolong orang

yang dianiaya, dan lain-lain. Di dalam bentuk larangan seperti hukum dilarangnya

bagi suami untuk berpoligami dengan mengumpulkan perempuan bersama bibi

perempuan tersebut (bibi dari pihak ayah atau ibu), hukum haramnya bersetubuh di

siang hari bulan Ramadhan, hukum haramnya memakan daging binatang buas yang

bertaring, dan lain-lain.

E. SEPUTAR INGKAR SUNNAH

Ada sebagian orang sejak jaman dulu hingga saat ini yang mencukupkan diri dengan

Al-Quran sebagai sumber hukum dan tidak menganggap as-sunnah sebagai sumber

hukum. Mereka berhujjah dengan ayat Al-Quran, diantaranya adalah firman Allah

SWT : “ “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu dan telah

Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridai Islam itu sebagai agamamu”

(QS Al Maidah ayat 3) dan juga firman-Nya : ““Kami turunkan kepadamu Alquran

untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS An-Nahl 89).

Mereka juga mengatakan bahwa apa-apa yang bersumber dari Rasulullah SAW,

hanyalah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin kaum muslimin, yang berijtihad

saja sesuai maslahah dan kondisi pada waktu tersebut, jadi tidak bisa menjadi

landasan hukum tersendiri.

Sesungguhnya fenomena ini sudah ada sejak jaman dahulu dan telah diprediksikan

oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda : "Sebentar lagi akan ada orang yang duduk

Page 7: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

7

didipannya,kemudian dia berkatayang artinya :"Kalian harus berpegang dengan Al

Qur'an saja, perkara yang dihalalkan didalamnya kita halalkan dan yang diharamkan

kita haramkan", ketahuilah apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang

diharamkan oleh Allah "(HR Abu Daud ).

Tuduhan dari paham ingkarus sunnah dan hujjah-hujjahnya sangat lemah dan bisa

dibantah dengan mudah. Salah satunya adalah dalam Al-Quran banyak dalil dan

perintah untuk mengikuti dan mengambil Rasulullah SAW sebagai rujukan. Artinya,

mereka yang tidak mau mentaati Rasulullah SAW pada hakikatnya adalah

menentang perintah Al-Quran itu sendiri. Bantahan selanjutnya, secara logika

sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, bahwa tidak mungkin ajaran syariat

Islam bisa diimplementasikan dengan sempurna, kecuali setelah mengetahui

penjelasan teknisnya dari As-Sunnah. Wallahu a’lam.

Page 8: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

8

MATERI 2 :

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU HADITS

A. PERHATIAN ULAMA ISLAM TERHADAP HADITS NABI

Umat Islam –khususnya para ulama- sejak dulu sangat mempunyai perhatian khusus

terhadap hadits-hadits nabi, baik secara periwayatan, hafalan maupun

pengkajiannya, sehingga hadits menjadi tetap terjaga sebagai sumber kedua dalam

sumber perundangan dan hukum Islam setelah Al-Quran. Setidaknya ada dorongan

yang membuat mereka melakukan hal tersebut.

Pertama : Motivasi Menjalankan Agama ( al-Baits ad-diiny)

Sudah sangat jelas bahwa hadits adalah sumber hukum kedua dalam Islam. Dimana

banyak sekali permasalahan-permasalahan kehidupan, baik ibadah maupun

muamalah yang membutuhkan hadits untuk menjawabnya, ketika tidak terdapat di

dalam Al-Quran. Karenanya, eksistensi kehidupan beragama kaum muslim tidak bisa

di pisahkan dengan keterjagaan dan kemurnian hadits-hadits nabi. Maka tidak heran

jika kemudian para ulama bersemangat dalam mengembangkan ilmu hadits.

Kedua : Motivasi Sejarah ( al-baaits at-tarikhy)

Umat Islam sebagaimana umat yang lainnya juga menghadapi gangguan dan

tantangan budaya /pemikiran dari pihak luar. Sehingga diperlukan penjagaan

kemurnian kekayaan pemikiran dan budayanya agar tidak hilang, punah atau

ternodai dengan budaya lainnya.Hadits nabi sebagai salah satu warisan kekayaan

pemikiran umat Islam harus senantiasa di jaga kemurniannya, maka kemudian

lahirlah kaidah-kaidah yang selanjutnya disebut ulumul hadits. Bukan rahasia pula,

bahwa salah satu sebab munculnya kaidah-kaidah tersebut juga karena sudah mulai

timbul banyak pemalsu hadits (wadhi' al hadits), yang sebagian besar membawa

unsur budaya luar.

B. PERHATIAN SHAHABAT DALAM MENJAGA HADITS

Para shahabat ra sebenarnya juga telah melakukan upaya-upaya untuk menjaga

kemurnian hadits-hadits nabi saw, upaya ini kemudian yang menjadi tonggal awal

Page 9: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

9

lahirnya ulumul hadits. Diantara usaha-usaha yang dilakukan para sahabat dalam

masalah ini antara lain :

Pertama : Meminimalisir periwayatan hadits dari Rasul SAW ( taqlil ar-riwayah 'an

rasulillah ) :

Para sahabat ra dahulu khawatir dengan banyaknya periwayatan hadits akan

menyebabkan mereka terjatuh dalam kesalahan atau kealpaan dalam sebuah hadits,

sehingga kesalahan tersebut dapat menyebabkan 'pendustaan / kebohongan' atas

nama Rasulullah SAW yang diancam sangat keras oleh Islam. Rasulullah SAW

bersabda : " Barang siapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka

tunggulah tempatnya di neraka " (HR Ahmad, Tirmidzi dan yang lainnya)

Selain sebab di atas, para sahabat juga khawatir dengan banyaknya periwayatan

hadits akan menyibukkan mereka dan mengalihkan perhatian mereka dari Al-Quran.

Contoh bentuk riil yang dilakukan sahabat : Umar bin Khatab ra mengingkari siapa

saja yang meriwayatkan hadits terlalu banyak. Abu Hurairah ra , seorang sahabat

yang paling banyal meriwayatkan hadits , suatu ketika ditanya seseorang : " Apakah

engkau membacakan hadits pada jaman Umar persis seperti sekarang ini ? ". Maka

Abu Hurairah ra segera menjawab : " Seandainya aku membacakan hadits pada

jaman Umar seperti aku membacakan hadits kepada kalian saat ini (yaitu banyak

hadits), sungguh ia (Umar) pasti akan memukulku dengan tongkatnya ".

Contoh lain bentuk kehati-hatian sahabat dalam meriwayatkan hadits, sebagaimana

yang dilakukan oleh Anas bin Malik ra. Beliau setiap kali usai menyampaikan hadits

dari Rasulullah SAW, beliau segera mengatakan : “ au kama qoola ar-rasuul “ Atau

sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW. "

Kedua : Memastikan Kejelasan sebuah Riwayat ( at-tastsabbut fi ar-riwayah)

Para sahabat juga berhati-hati dalam menerima sebuah riwayat hadits yang belum

pernah di dengarnya. Sebagian mensyaratkan adanya kesaksian, sebagian lain

mensyaratkan untuk bersumpah.

Adalah Abu Bakar ra yang dikenal pertama kali berhati-hati dalam menerima sebuah

khobar. Diriwayatkan oleh Ibnu Syihab bahwa suatu ketika ada seorang nenek tua

yang mendatangi Abu Bakar dan meminta kejelasan tentang haknya dalam harta

waris. Abu Bakar kemudian menjawab : " Aku tidak mendapatkan bagianmu (hak

Page 10: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

10

waris) di Kitabullah, begitu pula aku tidak tahu jika Rasulullah SAW pernah

menyebutkan soal itu ". Setelah itu Abu Bakar ra bertanya kepada sahabat lainnya,

maka berdirilah Mughiroh dan mengatakan : " Aku mendengar Rasulullah SAW

memberikan bagian baginya (nenek) seperenam ".Kemudian Abu Bakar bertanya : "

Apakah ada yang lain bersamamu (mendengarkannya) ? ". Maka kemudian

Muhammad bin Maslamah ikut bersaksi, dan Abu Bakar pun menerima dan

menjalankan aturan tersebut.

Ketiga : Mengembangkan Kritik muatan yang diriwayatkan ( naqdu al-marwiyat)

Caranya adalah dengan membandingkan apa yang diriwayatakan dengan apa yang

terkandung dalam Al-Quran. Seandainya bertentangan maka mereka

meninggalkannya. Salah satu contohnya adalah : Umar bin Khatab mengeluarkan

fatwa bahwa bagi seorang wanita yang ditalak ba'in tetap mendapat hak nafkah dan

tempat tinggal. Maka kemudian datang Fatimah binti Qais yang meriwayatkan

bahwasanya Rasulullah SAW pernah mengatakan kepadanya dalam masalah ini,

yaitu tidak ada lagi hak nafkah dan tidak juga tempat tinggal. Mendengar hal

tersebut Umar mengatakan : " Kita tidak akan meninggalkan Kitabullah karena

perkataan seorang perempuan, mungkin saja ia hafal atau mungkin juga telah lupa ".

Yang dimaksud Umar tentu adalah ayat-ayat sebagai berikut : "serta bertakwalah

kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan

janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji

yang terang" (QS at Tholaq 1), dan juga firman Allah SWY : “Tempatkanlah mereka

(para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan

janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS at-

Tholaq: 6)

Memang masalah ini dalam pembahasan fiqh memang terdapat perbedaan di

antara ulama. Kisah tersebut ditampilkan sebagai salah satu contoh upaya kritik

muatan riwayat yang dilakukan pada masa sahabat.

C. PERKEMBANGAN ILMU HADITS

Pada masa selanjutnya, ketika terjadi perbedaan antara Ali bin Abi Tholib dan

Muawiyah bin Abu Sufyan, berkembanglah paham fanatisme pada masing-masing

pihak. Mereka membela pemimpinnya dengan banyak cara. Ada yang mentakwilkan

Page 11: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

11

ayat Al-Quran, memaksakan penafsiran menurut keinginannya, dan ada pula yang

melakukan hal yang sama terhadap as-Sunnah. Tidak berhenti begitu saja, mereka

mulai memalsukan hadits untuk kepentingan fanatismenya atau membela

golongannya.

Contohnya, di pihak Ali beredar sebuah hadits palsu : " Barang siapa yang ingin

melihat ilmunya Adam, ketakwaan Nuh, kelembutan Ibrohim, kekuatan Musa,dan

ibadahnya Isa, maka lihatlah pada Ali ". Begitu pula di pihak Muawiyah, diriwayatkan

sebuah hadits palsu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : " Orang yang

terpercaya (al-umana') itu ada tiga : Aku (Rasulullah), Jibril dan Muawiyah ! ".

Maka kemudian berkembanglah pemalsuan hadits hingga para ulama mulai

berusaha mencegahnya. Setidaknya mulai dari akhir masa sahabat dan awal-awal

masa tabi'in, mereka mulai memperhatikan dan mengkaji tentang isnad hadits, dan

keadaan para perawinya.

Muhammad bin Sirin berkata : Para ulama dahulu tidak pernah bertanya tentang

isnad (perawi-sandaran hadits), kemudian setelah terjadi fitnah ( antara Ali dan

Muawiyah-red) maka mereka mulai mengatakan ketika mendengar hadits : "

Sebutkan pada kami siapa saja sumber riwayatmu ", ketika dilihat para perawi dari

ahli sunnah maka hadits tersebut diambil. Sebaliknya, jika para perawi berasalah

dari ahli bid'ah, maka haditsnya di tolak.

D. PENULISAN HADITS

Pada masa permulaan Al-Qur’an masih diturunkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

melarang menulis hadits karena dikhawatirkan akan bercampur baur dengan

penulisan Al-Qur’an. Pada masa itu, disamping menyuruh menulis Al-Qur’an, Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyuruh menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Pelarangan penulisan hadits ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Janganlah kamu menulis sesuatu dariku, dan barangsiapa telah menulis sesuatu

dariku selain Al-Qur’an hendaklah ia menghapusnya, dan ceritakan dariku, tidak ada

keberatan (kamu ceritakan apa yang kamu dengar dariku). Dan barangsiapa

berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyediakan tempat

duduknya di dalam neraka.” (HR. Muslim)

Page 12: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

12

Jumhur Ulama berpendapat bahwa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang

melarang penulisan hadits tersebut sudah dinasakh dengan hadits-hadits lain yang

mengizinkannya antara lain hadits yang disabdakan pada ‘amulfath (tahun. VIII H)

yang berbunyi: “Tulislah untuk Abu Syah” . Demikian pula dengan hadits Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah bin Amr yang menunjukkan

bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengizinkan menuliskan hadits.

Walaupun beberapa sahabat sudah ada yang menulis hadits, namun hadits masih

belum dibukukan sebagaimana Al-Qur’an. Keadaan demikian ini berlangsung sampai

akhir Abad I H. Umat Islam terdorong untuk membukukan hadits setelah Agama

Islam tersiar di daerah-daerah yang makin luas dan para sahabat terpencar di

daerah-daerah yang berjauhan bahkan banyak di antara mereka yang wafat.

Tatkala Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah (tahun 99 s/d 101 H), beliau

menginstruksikan kepada para Gubernur agar menghimpun dan menulis hadits-

hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Instruksi beliau mengenai penulisan hadits

ini antara lain ditujukan kepada Abubakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm yang

ketika itu menjabat sebagai Gubernur Madinah.

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Dhuhal Islam, Abubakar bin Muhammad

bin Amr bin Hazm tidak lagi meneruskan penulisan hadits ini karena setelah khalifah

wafat, dia tidak lagi menjabat sebagai Gubernur. Menurut pendapat yang populer di

kalangan ulama hadits, yang pertama-tama menghimpun hadits serta

membukukannya adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri, kemudian diikuti oleh ulama-ulama di

kota-kota besar yang lain.Penulisan dan pembukuan hadits Nabi ini dilanjutkan dan

disempurnakan oleh ulama-ulama hadits pada abad berikutnya, sehingga

menghasilkan kitab-kitab yang besar seperti kitab Al-Muwaththa’, Kutubus Sittah

dan lain sebagainya.

E. PEMBAGIAN UMUM ILMU HADITS

Dimulailah kemudian masa perkembangan ilmu hadits dengan berbagai macam

bidang pembahasannya, seperti ilmu tarikh ar-ruwwah ( sejarah para perawi) , ilmu

jarh wa ta'dil, ilmu gharib al hadits, ilmu mukhtalaf al-hadits, ilmu takhriij, serta tidak

Page 13: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

13

lupa ilmu mustholahul hadits. Namun secara umum, ilmu hadits dari bidang

pembahasaanya bisa dibagi menjadi dua bagian besar :

Pertama : Ilmu hadits riwayah

Adalah ilmu yang membahas proses pemindahan/pencatatan apa-apa yang

disandarkan pada Rasulullah SAW, baik yang berupa ucapan, perbuatan, ketetapan

atau sifat akhlak dan sifat lahiriah beliau. Sehingga fokus pembahasan adalah hadits-

hadits Rasulullah SAW itu sendiri dan proses perpindahannya. Manfaat ilmu ini

adalah : menjaga sunnah dan memastikannya terbebas dari kesalahan dalam proses

perpindahannya.

Kedua : Ilmu Hadits Diroyah

Yaitu kumpulan kaidah-kaidah dan permasalahan yang dengannya bisa diketahui

kondisi/keadaan para perawi (rowi) dan yang diriwayatkannya (marwa), dari segi

apakah bisa diterima atau tidak. Yang dimaksud dengan keadaan perawi adalah :

Mengetahui kondisinya secara objektif baik ataupun kurang baik, dan apa-apa yang

berhubungan dengan proses bagaimana dia meriwayatkan hadits. Fokus

pembahasan ilmu ini pada sanad dan matan hadits, serta kondisi yang melingkupi

keduanya. Manfaat utama dari pembahasan ilmu ini adalah mengetahui sebuah

hadits bisa diterima atau ditolak.

Pada perkembangan selanjutnya, Ilmu Hadits Diroyah juga biasa disebut dengan

Ilmu Hadits saja, atau juga dengan sebutan Ilmu Mustholahul Hadits.

Page 14: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

14

MATERI 3 :

PENGANTAR ILMU MUSTHOLAHUL HADITS

A. PENGERTIAN AL-HADITS

Menurut bahasa kata hadits memiliki arti;

1) al jadid minal asyya’ (sesuatu yang baru), lawan dari qodim. Hal ini mencakup

sesuatu (perkataan), baik banyak ataupun sedikit.

2) Qorib (yang dekat)

3) Khabar (warta), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari

seseorang kepada orang lain dan ada kemungkinan benar atau salahnya. Dari

makna inilah diambil perkataan hadits Rasulullah saw.

Adapun hadits menurut istilah ahli hadits hampir sama (murodif) dengan sunah,

yang mana keduanya memiliki arti segala sesuatu yang berasal dari Rasul, baik

setelah diangkat ataupun sebelumnya. Akan tetapi kalau kita memandang lafadz

hadits secara umum adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad

saw. setelah diangkat menjadi nabi, yang berupa ucapan, perbuatan, dan taqrir

beliau. Oleh sebab itu, sunah lebih umum daripada hadits.

Menurut ahli ushul hadits adalah segala pekataan Rosul, perbuatan dan taqrir

beliau, yang bisa bisa dijadikan dalil bagi hukum syar’i. Oleh karena itu, menurut ahli

ushul sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan hukum tidak tergolong hadits,

seperti urusan pakaian.

Contoh Jenis dan ragam Hadits :

1. Hadits yang berupa perkataan ( qaul ), Contoh : Rasulullah SAW bersabda : “

sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niatnya” (HR Bukhori Muslim)

2. Hadits yang berupa perbuatan ( fi’il) : biasanya berupa penggambaran

sahabat tentang perbuatan Rasulullah, seperti : wudhu Rasulullah, shalat

beliau, cara haji, dll.

3. Ketetapan ( taqrir ), yaitu diam atau persetujuan Rasulullah SAW saat melihat

atau mendengar sesuatu dikerjakan oleh para sahabat. diantaranya hadits

yang diriwayatkan dari Abu Said AlKhudry, ia berkata : Dua orang keluar

bepergian, kemudian datang waktu sholat dan tidak ada air pada mereka,

maka kemudian mereka bertayammum dengan tanah dan sholat. Kemudian

Page 15: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

15

(setelah berjalan lagi) mereka menemukan air dan masih dalam waktu

sholat. Maka seorang dari mereka mengulang wudhu dan sholatnya,

sementara yang lainnya tidak. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah SAW

dan menyebutkan hal tersebut, maka Rasulullah mengatakan pada yang

tidak mengulangi sholat dan wudhu : “ engkau mendapatkan sunnah, dan

sholatmu sah “, dan mengatakan pada yang mengulangi sholat dan wudhu : “

bagimu pahala dua kali “. ( HR Abu Daud & an-Nasa’i)

4. Sifat atau Siroh, berupa penggambaran sifat-sifat Rasulullah SAW, baik secara

fisik maupun akhlak. diantaranya hadits : dari Jabir bin Abdullah ia berkata :

Rasulullah SAW tidak pernah melihatku sejak aku masuk islam kecuali ia

senantiasa tersenyum padaku . ( HR Tirmidzi )

B. PERBEDAAN HADITS DENGAN AL-KHOBAR, AL-ATSAR

Pertama : Al-Khobar

Al-Khobar secara bahasa berarti : an-naba’ atau berita. Secara istilah terdapat tiga

pendapat, masing-masing ; ada yang menyatakan khobar sama persis dengan hadits

; ada yang membedakan dengan menyebutkan bahwa hadits khusus berasal dari

Rasulullah SAW, sedangkan khobar yang berasal dari shahabat dan tabi’in ; ada pula

yang menyatakan bahwa khobar lebih umum dari hadits, yaitu bisa berasal dari

Rasulullah dan selain Rasulullah SAW.

Kedua : Al-Atsar

Al-Atsar secara bahasa berarti : baqiyyatu asy-syai’ atau sisa/bekas dari sesuatu.

Sedangkan secara istilah ada dua pendapat, masing-masing ; ada yang menyatakan

artinya sama persis dengan hadits ; ada pula yang menyatakan bahwa atsar adalah

apa yang disandarkan dari sahabat dan tabi’in baik berupa ucapan maupun

perbuatan.

C. HADITS QUDSY DAN PERBEDAANNYA DENGAN AL-QURAN & HADITS NABI

Pengertian & Bentuk Hadits Qudsy :

Makna Qudsy secara bahasa adalah bersandar pada Al-Quds atau At-Tuhr ( suci ),

sandaran ini menunjukkan pada ta’dzhim atau pengagungan, atau bersandar pada

Page 16: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

16

Dzat Allah SWT al-Muqoddasah ( yang suci ) . Hadits Qudsy secara istilah : Apa-apa

yang disandarkan Nabi SAW pada Allah SWT

Format periwayatan Hadits Qudsy terbagi dalam dua bentuk :

Pertama : Rasulullah SAW bersabda , dari apa yang diriwayatkan dari Rabb-nya Azza

wa jalla . Contoh :

Dari Abu Dzar ra, dari Nabi SAW yang diriwayatkan dari Allah tabaaroka wa ta’ala,

Dia berkata : “ Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku

menjadikannya haram diantara kamu, maka janganlah saling menzhalimi … “ ( HR

Muslim )

Kedua : Rasulullah SAW berkata : Allah SWT mengatakan : Contoh :

Dari Abu Hurairoh ra, bahwa Rasulullah SAW berkata : Allah SWT mengatakan : “

Aku berada dalam dugaan (dzhan) hamba-Ku pada-Ku, dan Aku bersamanya jika ia

menyebut-Ku, jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku akan Menyebutnya

dalam diri-Ku, dan jika ia menyebut-Ku dalam kumpulan (berjamaah), maka Aku

akan Menyebutnya dengan kumpulan yang lebih baik dari itu “ ( HR Bukhori )

Perbedaan antara Al-Qur’an dengan Hadits Qudsy :

a) Al-Quran lafadz dan maknanya dari Allah SWT, sedangkan hadits qudsy

maknanya dari Allah SWT, sedangkan lafadnya dari Nabi SAW

b) Al-Quran, tilawah atau membacanya adalah bentuk ibadah akan tetapi Hadits

Qudsy tidak.

c) Al-Quran disyaratkan dalam periwayatannya harus tawatur, sedangkan hadits

qudsy tidak disyaratkan.

d) Al-Quran bersifat mukjizat, sedangkan hadits Qusdy sebagaimana hadits yang

lainnya

Perbedaan antara Hadits Qudsy dengan Hadits Nabawy :

Jelas bahwa hadits nabawi disandarkan pada Nabi SAW dan dikisahkan dari beliau,

sedangkan hadits Qudsy nisbahnya kepada Allah SWT, dan Rasulullah SAW yang

mengkisahkan dan meriwayatkan dari-Nya. Jumlah hadits Qudsy sedikit .

D. PENGERTIAN DAN ISTILAH DASAR MUSTHOLAHUL HADITS

Page 17: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

17

Pengertian, Objek dan Fungsi

• Yang dimaksud dengan Ilmu Mustholahul Hadits adalah : Ilmu tentang pokok-

pokok dan kaidah-kaidah yang dengannya diketahui keadaan sanad dan matan

sebuah hadits dari sisi diterima atau tidaknya.

• Objek pembahasannya adalah : Sanad (jalan hadits) dan matan (lafadz hadits)

dari sisi diterima atau tertolaknya.

• Fungsi dari ilmu ini adalah : membedakan hadits yang shohih dengan yang cacat

dari hadits-hadits yang ada.

Beberapa Istilah Dasar Mustholahul Hadits

1) Sanad , secara bahasa : bersandar, menyandarkan . Secara istilah : jalan yang

menyampaikan matan, silsilah orang-orang yang menyampaikan matan. Isnad :

mengangkat hadits pada orang yg menyampaikan atau sama juga dengan sanad

2) Al-Musnad : secara etimologis adalah : Siapa yang disandarkan sesuatu

padanya. Secara istilah bisa berarti beberapa makna, antara lain :

o Setiap kitab yang berisi kumpulan riwayat dari setiap sahabat, mis : Musnad

Abu Bakar, Ustman dst.

o Hadits Marfu' yang bersambung sanadnya.

o Terkadang juga berarti "sanad" itu sendiri.

3) Al-Matan : Secara bahasa : bagian bumi yang kokoh dan tinggi, adapun secara

istilah : adalah apa-apa yang ada di akhir sanad (jalan hadits) berupa

ucapan/perkataan

Tingkatan Ahli Hadits

1) Al-Muhaddits : adalah orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits baik

secara diroyah maupun riwayah, dan juga mengetahui banyak riwayat dan

keadaan perawinya.

2) Al-Hafidz : ada yang menyamakan dengan muhaddits, ada juga yang

menganggap derajatnya lebih tinggi dari muhaddits, karena apa yang ia ketahui

dalam setiap thobaqoh (tingkatan perawi hadits) lebih banyak daripada yang ia

tidak tahu.

3) Al-Hakim : Bagi sebagian ulama, ia adalah yang menguasai ilmu tentang semua

hadits, sehingga dikatakan tidak terlewat darinya kecuali sejumlah kecil hadits.

E. PEMBAGIAN HADITS MENURUT JUMLAH PERAWINYA

Page 18: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

18

Hadits menurut proses periwayatan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

mutawattir dan ahad. Keduanya mempunyai pembahasan tersendiri sebagaimana

berikut :

PERTAMA : HADITS MUTAWATIR

Pengertian Hadits Mutawatir

Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabbi’ yang berarti beriring-iringan atau

berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah ialah:

"Hadits mutawatir ialah suatu (hadits) yang diriwayatkan sejumlah rawi yang

menurut adat mustahil mereka bersepakat berbuat dusta, hal tersebut seimbang

dari permulaan sanad hingga akhirnya, tidak terdapat kejanggalan jumlah pada

setiap tingkatan."

Syarat-Syarat Hadits Mutawatir

Suatu hadits dapat dikatakan mutawatir apabila telah memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1) Hadits (khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan

tanggapan (daya tangkap) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan

itu benar-benar merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari

peristiwa-peristiwa yang lain dan yang semacamnya, dalam arti tidak

merupakan hasil tanggapan pancaindera (tidak didengar atau dilihat) sendiri

oleh pemberitanya, maka tidak dapat disebut hadits mutawatir walaupun rawi

yang memberikan itu mencapai jumlah yang banyak.

2) Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil

mereka untuk berdusta. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang

batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta.

• Abu Thayib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang. Hal tersebut

diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperlukan oleh hakim.

• Ashabus Syafi'i menentukan minimal 5 orang. Hal tersebut diqiyaskan

dengan jumlah para Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi.

• Sebagian ulama menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang. Hal tersebut

berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah tentang orang-orang

Page 19: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

19

mukmin yang tahan uji, yang dapat mengalahkan orang-orang kafir sejumlah

200 orang (lihat surat Al-Anfal ayat 65).

• Ulama yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40 orang.

Hal tersebut diqiyaskan dengan firman Allah: "Wahai nabi cukuplah Allah dan

orang-orang yang mengikutimu (menjadi penolongmu)." (QS. Al-Anfal: 64).

Tarjih dari Mahmud Muhammad Thohan ( Taysir Mustholah hadits) adalah

jumlah sepuluh perawi.

3) Jumlah tawattur ada baik dalam thabaqat (lapisan/tingkatan) pertama

maupun thabaqat berikutnya. Hadits mutawatir yang memenuhi syarat-

syarat seperti ini tidak banyak jumlahnya, bahkan Ibnu Hibban dan Al-Hazimi

menyatakan bahwa hadits mutawatir tidak mungkin terdapat karena

persyaratan yang demikian ketatnya. Sedangkan Ibnu Salah berpendapat

bahwa mutawatir itu memang ada, tetapi jumlahnya hanya sedikit. Ibnu

Hajar Al-Asqalani berpendapat bahwa pendapat tersebut di atas tidak benar.

Ibnu Hajar mengemukakan bahwa mereka kurang menelaah jalan-jalan

hadits.

Hukum Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir memberikan faedah ilmu daruri dan yakin, yakni keharusan untuk

menerimanya secara bulat sesuatu yang diberitahukan mutawatir karena ia

membawa keyakinan yang qath'i (pasti) tanpa perlu diragukan, bahkan tanpa perlu

melihat kembali pada kondisi perawinya yang demikian banyak.

Pembagian Hadits Mutawatir

Mutawattir terbagi menjadi dua: Muttawattir lafadz dan maknanya dan muttawattir

maknanya saja.

1) Muttawattir lafadzy : adalah hadits yang disepakati oleh para rowi lafadz.

Misalnya sabda Rasulullah SAW :

�� ��� �� �� ���� ������ � ��� �� �����

“Barangsiapa yang berdusta atasku maka bersiap-siaplah bertempat dineraka.”

Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diatas diriwayatkan oleh 40 orang

sahabat, kemudian Imam Nawawi dalam kita Minhaju al-Muhadditsin

menyatakan bahwa hadits itu diterima 200 sahabat.

Page 20: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

20

2) Muttawattir makna :adalah hadits yang disepakati maknanya walaupun

lafadznya beda-beda. Semuanya bermuara pada satu poin yang sama. Misalnya

hadits tentang syafaat dan hadits tentang mengusap kedua khuf, hadits tentang

membasuh atas khuf, mengangkat kedua tangan dalam doa, tentang al-Quran

diturunkan dalam tujuh huruf, dst.

KEDUA : HADITS AHAD

Kata Aahad secara bahasa adalah bentuk jamak dari ‘ahad’ yang bermakna ‘satu’.

Maka khobar wahid adalah yang diriwayatkan oleh satu orang saja. Adapun

pengertian Khobarul Ahad secara istilah adalah : hadits yang tidak terkumpul

padanya syarat mutawattir. Hadits Ahad terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :Hadits

Masyhur, Aziz dan Gharib.

Hadits Masyhur :

• Secara istilah, hadits masyhur adalah : hadits yang diriwayatkan minimal tiga

perawi dalam setiap tingkatannya selama belum mencapai jumlah tawattur.

Contoh hadits Masyhur adalah, diriwayatkan dari Amr Ibn Ash, Rasulullah SAW

bersabda :" Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari

hambanya, akan tetapi dengan mengangkat para ulama (meninggal), hingga

ketika tidak tersisa seorang alim, orang-orang menjadikan pemimpin mereka

orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya maka mereka berfatwa tanpa

menggunakan ilmu, maka mereka itu sesat dan menyesatkan" (HR Bukhori dan

Muslim)

• Selain definisi di atas, ada juga pengertian hadits masyhur yang tanpa terikat

dengan jumlah perawinya. Yaitu hadits yang 'masyhur' atau benar-benar dikenal

secara umum, baik pakar hadits, fiqh maupun orang awam.

Contoh : " Hal yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah thalaq

(perceraian) " (HR Al-Hakim)

• Hadits Masyhur tidak bisa langsung dihukumi sebagai hadits shohih atau tidak,

karena di dalamnya ada yang termasuk kategori shohih, hasan, dhoif atau

bahkan maudhu’.

Hadits 'Aziz :

Page 21: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

21

yaitu hadits yang diriwayatkan minimal dua perawi dalam semua tingkatannya .

Contoh hadits aziz, Rasulullah SAW bersabda dari Anas bin Malik:

�! ���� �"��� �#�$���%�& '�(�% �)��$�& �*�%�& ��+���, ���� �-������� �-�������� �./������ ��+�0�1 �2�&

" Tidak (sempurna) keimanan seorang dari kalian, hingga aku lebih ia cintai dari

orangtuanya, anaknya, dan orang lain semuanya " ( HR Bukhori dan Muslim)

Hadits Ghorib :

yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi saja, baik di asli sanadnya (

shohabat) yang disebut dengan Gharib Mutlaq, ataupun di tengah dan akhir

tingkatan sanadnya yang disebut Ghorib Nisby.

• Contoh Gharib Mutlaq adalah hadits tentang Niat : Innamal a'maalu

binniyat..dst, yang diriwayatkan sendirian oleh Umar bin Khatab ra pada asli

sanadnya.

• Contoh Gharib nisby adalah hadits Malik dari Zuhri dari Anas ra : bahwa

Rasulullah SAW memasuki Mekkah dan di atas kepalanya ada mighfar

(semacam topi besi) (HR Bukhori Muslim). Dalam hadits ini Malik sendirian

menerima dari Az-Zuhri.

Page 22: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

22

MATERI 4 :

HADIST SHOHIH DAN PEMBAHASANNYA

Berita (khabar) yang dapat diterima bila ditinjau dari sisi perbedaan tingkatannya

terbagi kepada dua klasifikasi pokok, yaitu Shahîh dan Hasan. Masing-masing dari

keduanya terbagi kepada dua klasifikasi lagi, yaitu Li Dzâtihi dan Li Ghairihi. Dengan

demikian, klasifikasi berita yang diterima ini menjadi 4 bagian, yaitu:

1) Shahîh Li Dzâtihi (Shahih secara independen)

2) Hasan Li Dzâtihi (Hasan secara independen)

3) Shahîh Li Ghairihi (Shahih karena yang lainnya/riwayat pendukung)

4) Hasan Li Ghairihi (Hasan karena yang lainnya/riwayat pendukung)

A. PENGERTIAN SHOHIH

Secara bahasa (etimologi), kata shohih (sehat) adalah antonim dari kata saqiim

(sakit). Bila diungkapkan terhadap badan, maka memiliki makna yang sebenarnya

(haqiqi) tetapi bila diungkapkan di dalam hadits dan pengertian-pengertian lainnya,

maka maknanya hanya bersifat kiasan (majaz).

Secara istilah (terminologi), maknanya adalah: Hadits yang bersambung sanadnya

melalui periwayatan seorang periwayat yang ‘adil, Dlâbith, dari periwayat

semisalnya hingga ke akhirnya (akhir jalur sanad), dengan tanpa adanya syudzûdz

(kejanggalan) dan juga tanpa ‘illat (penyakit)

Penjelasan Definisi & Syarat Hadits Shohih

1) Ittisolu sanad : Sanad bersambung : Bahwa setiap rangkaian dari para

periwayatnya telah mengambil periwayatan itu secara langsung dari periwayat

di atasnya (sebelumnya) dari permulaan sanad hingga akhirnya.

2) Adalatu rowy :Periwayat Yang ‘Adil : Bahwa setiap rangkaian dari para

periwayatnya memiliki kriteria seorang Muslim, baligh, berakal, tidak fasiq dan

juga tidak cacat maruah (harga diri)nya.

3) Ad-Dlobit : Periwayat Yang Dlâbith : Bahwa setiap rangkaian dari para

periwayatnya adalah orang-orang yang hafalannya mantap/kuat (bukan

pelupa), baik mantap hafalan di kepala ataupun mantap di dalam tulisan (kitab)

Page 23: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

23

4) Tanpa Syudzûdz : Bahwa hadits yang diriwayatkan itu bukan hadits kategori

Syâdz (hadits yang diriwayatkan seorang Tsiqah bertentangan dengan riwayat

orang yang lebih Tsiqah darinya)

5) Tanpa ‘illat : Bahwa hadits yang diriwayatkan itu bukan hadits kategori Ma’lûl

(yang ada ‘illatnya). Makna ‘Illat adalah suatu sebab yang tidak jelas/samar,

tersembunyi yang mencoreng keshahihan suatu hadits sekalipun secara lahirnya

kelihatan terhindar darinya.

B. CONTOH HADIST SHOHIH

Untuk lebih mendekatkan kepada pemahaman definisi hadits Shahîh, ada baiknya

kami berikan sebuah contoh untuk itu.

Yaitu, hadits yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitabnya Shahîh al-

Bukhâriy, dia berkata:

/����3 ���% �����4 �5� ���6 �7����� �8/�� :/�:�;��� ���& <=��/�� > ���4 ���6� ?@/�A �B > ���4 ���1�C�� ���6 �;�+����2 ���6 ?#�0�D�� > ���4 �+�6�& > �8/�� : �E�0�1�� �8����F �5� 'G 5� +4 #�� �&�;��� �� �@�;�H�1��� �F�ID�/�6.

‘Abdullah bin Yusuf menceritakan kepada kami, dia berkata, Malik memberitakan

kepada kami, dari Ibn Syihab, dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari

ayahnya, dia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam

telah membaca surat ath-Thûr pada shalat Maghrib

Hadits ini dinilai Shahîh karena:

a) Sanadnya bersambung, sebab masing-masing dari rangkaian para periwayatnya

mendengar dari syaikhnya. Sedangkan penggunaan lafazh ‘an (dari) oleh Malik,

Ibn Syihab dan Ibn Jubair termasuk mengindikasikan ketersambungannya

karena mereka itu bukan periwayat-periwayat yang digolongkan sebagai

Mudallis (periwayat yang suka mengaburkan riwayat).

b) Para periwayatnya dikenal sebagai orang-orang yang ‘Adil dan Dlâbith. Berikut

data-data tentang sifat mereka itu sebagaimana yang dinyatakan oleh ulama al-

Jarh wa at-Ta’dîl : ‘Abdullah bin Yusuf : Tsiqah Mutqin. Malik bin Anas : Imâm

Hâfizh. Ibn Syihab : Faqîh, Hâfizh disepakati keagungan dan ketekunan mereka

berdua. Muhammad bin Jubair : Tsiqah. Jubair bin Muth’im : Seorang shahabat

c) Tidak terdapatnya kejanggalan (Syudzûdz) sebab tidak ada riwayat yang lebih

kuat darinya.

Page 24: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

24

d) Tidak terdapatnya ‘Illat apapun.

C. HUKUM HADITS SHOHIH

Wajib mengamalkan hadits shohih menurut kesepakatan (ijma’) ulama Hadits dan

para ulama Ushul Fiqih serta Fuqaha yang memiliki kapabilitas untuk itu. Dengan

demikian, ia dapat dijadikan hujjah syari’at yang tidak boleh diberikan kesempatan

bagi seorang Muslim untuk tidak mengamalkannya.

D. KITAB YANG MENULISKAN HADITS SHOHIH

Kitab pertama yang hanya memuat hadits shahih saja adalah kitab Shahîh al-

Bukhâriy, kemudian Shahîh Muslim. Keduanya adalah kitab yang paling shahih

setelah al-Qur’an. Umat Islam telah bersepakat (ijma’) untuk menerima keduanya.

Antara Shohih Bukhori dan Muslim

Yang paling shahih diantara keduanya adalah Shahîh al-Bukhâriy, disamping ia paling

banyak faidahnya. Hal ini dikarenakan hadits-hadist yang diriwayatkan al-Bukhariy

paling tersambung sanadnya dan paling Tsiqah para periwayatnya. Juga, karena di

dalamnya terdapat intisari-intisari fiqih dan untaian-utaian bijak yang tidak terdapat

pada kitab Shahîh Muslim. Tinjauan ini bersifat kolektif, sebab terkadang di dalam

sebagian hadits-hadits yang diriwayatkan Imam Muslim lebih kuat daripada sebagian

hadits-hadits al-Bukhariy. Sekalipun demikian, ada juga para ulama yang

menyatakan bahwa Shahîh Muslim lebih shahih, namun pendapat yang benar

adalah pendapat pertama, yaitu Shahîh al-Bukhâriy lebih shahih.

Imam al-Bukhariy dan Imam Muslim tidak mencantumkan semua hadits ke dalam

kitab Shahîh mereka ataupun berkomitmen untuk itu. Hal ini tampak dari pengakuan

mereka sendiri, seperti apa yang dikatakan Imam Muslim, “Tidak semua yang

menurut saya shahih saya muat di sini, yang saya muat hanyalah yang disepakati

atasnya.”

Ada ulama yang mengatakan bahwa hanya sedikit saja yang tidak dimuat mereka

dari hadits-hadits shahih lainnya. Namun pendapat yang benar adalah bahwa

banyak hadits-hadits shahih lainnya yang terlewati oleh mereka berdua. Imam al-

Bukhariy sendiri mengakui hal itu ketika berkata, “Hadits-hadits shahih lainnya yang

Page 25: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

25

aku tinggalkan lebih banyak.” Dia juga mengatakan, “Aku hafal sebanyak seratus

ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadits yang tidak shahih.”

Jumlah Hadits dalam Shohih Bukhori Muslim

• Di dalam Shahîh al-Bukhariy terdapat 7275 hadits termasuk yang diulang,

sedangkan jumlahnya tanpa diulang sebanyak 4000 hadits.

• Di dalam Shahîh Muslim terdapat 12.000 hadits termasuk yang diulang,

sedangkan jumlahnya tanpa diulang sebanyak lebih kurang 4000 hadits juga.

E. KITAB SHOHIH YANG LAINNYA

Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab-kitab terpercaya yang masyhur seperti

Shahîh Ibn Khuzaimah, Shahîh Ibn Hibbân, Mustadrak al-Hâkim, Empat Kitab Sunan,

Sunan ad-Dâruquthniy, Sunan al-Baihaqiy, dan lain-lain. Hanya dengan keberadaan

hadits pada kitab-kitab tersebut tidak cukup, tetapi harus ada pernyataan atas

keshahihannya kecuali kitab-kitab yang memang mensyaratkan hanya mengeluarkan

hadits yang shahih, seperti Shahîh Ibn Khuzaimah.

al-Mustadrak karya al-Hâkim

Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan

persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau

persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum

mengeluarkan hadits-hadits tersebut.

Demikian juga, al-Hâkim memuat hadits-hadits yang dianggapnya shahih sekalipun

tidak berdasarkan persyaratan salah seorang dari kedua Imam hadits tersebut

dengan menyatakannya sebagai hadits yang sanadnya Shahîh. Terkadang dia juga

memuat hadits yang tidak shahih namun hal itu diingatkan olehnya. Beliau dikenal

sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil (yang menggampang-gampangkan)

di dalam penilaian keshahihan hadits.

Oleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap

kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi

telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap

Page 26: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

26

kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini

masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh.

Shahîh Ibn Hibbân

Sistematika penulisan kitab ini tidak rapih (ngacak), ia tidak disusun per-bab ataupun

per-musnad. Oleh karena itulah, beliau menamakan bukunya dengan “at-Taqâsîm

Wa al-Anwâ’ ” (Klasifikasi-Klasifikasi Dan Beragam Jenis). Untuk mencari hadits di

dalam kitabnya ini sangat sulit sekali. Sekalipun begitu, ada sebagian ulama

Muta`akhkhirin (seperti al-Amir ‘Alâ` ad-Dîn, Abu al-Hasan ‘Ali bin Bilban, w.739 H

dengan judul al-Ihsân Fî Taqrîb Ibn Hibbân) yang telah menyusunnya berdasarkan

bab-bab.

Ibn Hibbân dikenal sebagai ulama yang Mutasâhil juga di dalam menilai keshahihan

hadits akan tetapi lebih ringan ketimbang al-Hâkim. (Tadrîb ar-Râwy:1/109)

Shahîh Ibn Khuzaimah

Kitab ini lebih tinggi kualitas keshahihannya dibanding Shahîh Ibn Hibbân karena

penulisnya, Ibn Khuzaimah dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati sekali.

Saking hati-hatinya, dia kerap abstain (tidak memberikan penilaian) terhadap suatu

keshahihan hadits karena kurangnya pembicaraan seputar sanadnya.

F. TINGKATAN KESHAHIHAN SEBUAH HADITS

Jalur Periwayatan /Sanad yang Terbaik

Pendapat yang terpilih, bahwa tidak dapat dipastikan sanad tertentu dinyatakan

secara mutlak sebagai sanad yang paling shahih sebab perbedaan tingkatan

keshahihan itu didasarkan pada terpenuhinya syarat-syarat keshahihan, sementara

sangat jarang terelasisasinya kualitas paling tinggi di dalam seluruh syarat-syarat

keshahihan. Oleh karena itu, lebih baik menahan diri dari menyatakan bahwa sanad

tertentu merupakan sanad yang paling shahih secara mutlak. Sekalipun demikian,

sebagian ulama telah meriwayatkan pernyataan pada sanad-sanad yang dianggap

paling shahih, padahal sebenarnya, masing-masing imam menguatkan pendapat

yang menurutnya lebih kuat.

Page 27: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

27

Diantara pernyataan-pernyataan itu menyatakan bahwa riwayat-riwayat yang paling

shahih adalah:

a) Riwayat az-Zuhriy dari Salim dari ayahnya (‘Abdulah bin ‘Umar ; ini adalah

pernyataan yang dinukil dari Ishaq bin Rahawaih dan Imam Ahmad.

b) Riwayat Ibn Sirin dari ‘Ubaidah dari ‘Aliy (bin Abi Thalib) ; ini adalah pernyataan

yang dinukil dari Ibn al-Madiniy dan al-Fallas.

c) Riwayat al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) ; ini

adalah pernyataan yang dinukil dari Yahya bin Ma’in.

d) Riwayat az-Zuhriy dari ‘Aliy dari al-Husain dari ayahnya dari ‘Aliy ; ini adalah

pernyataan yang dinukil dari Abu Bakar bin Abi Syaibah.

e) Riwayat Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar ; ini adalah pernyataan yang dinukil dari

Imam al-Bukhariy.

Tingkatan Hadits Shohih

Pada bagian yang sebelumnya telah kita kemukakan bahwa sebagian para ulama

telah menyebutkan mengenai sanad-sanad yang dinyatakan sebagai paling shahih

menurut mereka. Maka, berdasarkan hal itu dan karena terpenuhinya persyaratan-

persyaratan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa hadits yang shahih itu memiliki

beberapa tingkatan:

a) Tingkatan paling tingginya adalah bilamana diriwayatkan dengan sanad yang

paling shahih, seperti Malik dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar.

b) Yang dibawah itu tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan dari jalur Rijâl

(rentetan para periwayat) yang kapasitasnya di bawah kapasitas Rijâl pada

sanad pertama diatas seperti riwayat Hammâd bin Salamah dari Tsâbit dari

Anas.

c) Yang dibawah itu lagi tingkatannya, yaitu bilamana diriwayatkan oleh periwayat-

periwayat yang terbukti dinyatakan sebagai periwayat-periwayat yang paling

rendah julukan Tsiqah kepada mereka (tingkatan Tsiqah paling rendah), seperti

riwayat Suhail bin Abi Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah.

Tujuh Tingkatan Hadits Shohih

1) Hadits yang diriwayatkan secara sepakat oleh al-Bukhari dan Muslim (Ini

tingkatan paling tinggi)

2) Hadits yang diriwayatkan secara tersendiri oleh al-Bukhari

3) Hadits yang dirwayatkan secara tersendiri oleh Muslim

Page 28: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

28

4) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan keduanya sedangkan

keduanya tidak mengeluarkannya

5) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan al-Bukhari sementara dia

tidak mengeluarkannya

6) Hadits yang diriwayatkan berdasarkan persyaratan Muslim sementara dia tidak

mengeluarkannya

7) Hadits yang dinilai shahih oleh ulama selain keduanya seperti Ibn Khuzaimah

dan Ibn Hibbân yang bukan berdasarkan persyaratan kedua imam hadits

tersebut (al-Bukhari dan Muslim).

G. ISTILAH TERTENTU DALAM HADITS SHOHIH

Makna Ungkapan Ulama Hadits “Hadits ini Shahîh” “Hadits ini tidak Shahîh”

Yang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini Shahîh” adalah bahwa lima syarat

keshahihan di atas telah terealisasi padanya, tetapi dalam waktu yang sama, tidak

berarti pemastian keshahihannya pula sebab bisa jadi seorang periwayat yang

Tsiqah keliru atau lupa.

Yang dimaksud dengan ucapan mereka “Hadits ini tidak Shahîh” adalah bahwa

semua syarat yang lima tersebut ataupun sebagiannya belum terealisasi padanya,

namun dalam waktu yang sama bukan berarti ia berita bohong sebab bisa saja

seorang periwayat yang banyak kekeliruan bertindak benar.

Makna Kata “Muttafaqun ‘Alaih”

Maksudnya adalah hadits tersebut disepakati oleh kedua Imam hadits, yaitu al-

Bukhari dan Muslim, yakni kesepakatan mereka berdua atas keshahihannya, bukan

kesepakatan umat Islam. Hanya saja, Ibn ash-Shalâh memasukkan juga ke dalam

makna itu kesepakatan umat sebab umat memang sudah bersepakat untuk

menerima hadits-hadits yang telah disepakati oleh keduanya. (‘Ulûm al-Hadîts:24)

Sementara itu, pendapat lain dari Ibnu Taimiyah al-Jad, khususnya dalam kitab

haditsnya “ Muntaqo al-akhbaar min ahadiitsu sayyid al-akhyaar”, ia menyebutkan

istilah “muttafaq” alaihi untuk hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim

dan Ahmad. Sementara untuk yang hanya dikeluarkan oleh imam bukhori dan

Page 29: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

29

Muslim, beliau menyebutkan istilah “ akhrojaahu “ ( dikeluarkan oleh mereka

berdua)

H. HADITS SHOHIH LIGHOIRIHI

Pengertian

Hadist Shohih lighoirihi adalah Hadist Hasan Li Dzatihi yang mempunyai riwayat dari

jalan lain yang setara dengannya atau bahkan lebih kuat darinya. Dinamakan shohih

lighoirihi (karena yang lainnya), karena keshahihan disini tidak muncul dari sanadnya

tersendiri, tetapi karena bergabungnya sanad atau riwayat lain yang menguatkan

hadits tersebut.

Tingkatan Hadits Shohih Lighoirihi

Tingkatannya termasuk tingkatan hadits hasan yang paling tinggi, tetapi dibawah

shohih lidzatihi. Dan termasuk kategori khobaru maqbul , yaitu kabar atau

periwayatan hadits yang diterima.

Contoh Hadits Shohih Lighoirihi

Hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abi

Hurairoh bahwa Nabi SW bersabda :

» �!���� �)�& �L�B�& '��4 '�(���& �#�A����;���M �N���O��/�6 �����4 O��$ ?P� �G «.

Tingkatan hadits di atas masuk pada kategori hasan lighorihi. Menurut Ibnu Sholah :

karena Muhammad bin Amr bin al-Qomah sebenarnya dikenal sebagai perawi yang

jujur dan amanah, namun ia tidak termasuk mereka yang kuat hafalan. Sehingga

sebagian mendhaifkannya karena termasuk orang yang lemah dalam hafalannya,

namun sebagian lain menganggapnya tsiqoh karena kejujuran dan kemuliannya.

Sehingga asli hadits ini masuk kategori hasan li dzatihi.

Namun kemudian diketahui bahwa hadits ini dikuatkan dengan jalur lain, yaitu oleh

al A'raj bin Humuz dan sa'id al Maqbari dan yang lainnya, maka ketakutan lemahnya

hafalan Muhammad bin Amr dalam hadits ini menjadi hilang, dan terangkat

tingkatannya menjadi shohih lighoirihi.

Page 30: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

30

[Taysîr Mushthalah al-Hadîts karya Mahmûd ath-Thahân- terjemahan oleh Abu Al

Jauzaa]

Page 31: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

31

MATERI 5 :

HADIST HASAN DAN PEMBAHASANNYA

A. PENGERTIAN HADITS HASAN

Menurut bahasa adalah merupakan sifat musyabbah dari kata al-husn, yang berarti

al-jamal (bagus). Sementara menurut istilah, para ulama’ mendefinisikan hadits

hasan sebagai berikut,

a) Al-Khathabi, hadits hasan adalah hadits yang diketahui tempat keluarnya kuat,

para perawinya masyhur, menjadi tempat beredarnya hadits, diterima oleh

banyak ulama, dan digunakan oleh sebagian besar fuqaha.

b) At-Tirmidzi, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan, yang di dalam

sanadnya tidak ada rawi yang berdusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula

melalui jalan lain.

c) Menurut Ibnu Hajar, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi

yang adil, kedlobithannya lebih rendah dari hadits shahih, sanadnya

bersambung, haditsnya tidak ilal dan syadz.

Menurut Mahmud Tahhan, definisi yang lebih tepat adalah definisi yang

diungkapakan oleh Ibnu Hajar, yaitu yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan

oleh rawi yang adil, namun tingkat kedlobithannya kuarang dari hadits shahih, tidak

ada syudzudz dan illat.

B. SYARAT HADITS HASAN

Adapun syarat hadits hasan sama dengan syarat hadits shahih, yaitu ada lima namun

tingkat kedlobitanya (kekuatan hafalan) berbeda.

a) Sanadnya bersambung,

b) Perawinya adil, ,

c) Dlobith, lebih rendah dari hadits shahih

d) Tidak ada illat,

e) Tidak ada syadz,

Hadits hasan terbagi menjadi dua jenis: hasan lidzatihi (hasan dengan sendirinya)

dan hasan lighairihi (hasan dengan topangan hadits lain). Apabila hanya disebut

“Hadits Hasan”, yang dimaksudkan adalah hadits hasan lidzatihi, dengan batasan

Page 32: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

32

seperti tersebut di atas. Dinamakan hasan lidzatihi, karena sifat kehasanannya

muncul di luarnya. Dengan demikian, hasan lidzatihi ini dengan sendirinya telah

mencapai tingkatan shahih dalam berbagai persyaratannya, meskipun nilanya sedikit

di bawah hadits shahih berdasarkan ingatan para perawinya. Hadits hasan lighairihi

adalah hadits dhoif yang memiliki sanad lebih dari satu. Sanad-sanad yang ada

menguatkan sanad yang dhoif tersebut.

C. HUKUM HADITS HASAN

Hadits Hasan bisa dijadikan sebagai hujjah (argument), sebagaimana hadits shahih,

meskipun dari segi kekuatannya berbeda. Seluruh fuqaha menjadikannya sebagai

hujjah dan mengamalkannya, begitu pula sebagian besar pakar hadits dan ulama’

ushul, kecuali mereka yang memiliki sifat keras. Sebagian ulama’ yang lebih longgar

mengelompokkannya dalam hadits shahih, meski mereka mengatakan tetap

berbeda dengan hadits shahih yang telah dijelaskan sebelumya.

D. CONTOH HADITS HASAN

Dikeluarkan oleh Tirmidzi, yang berkata: “Telah bercerita kepada kami Qutaibah,

telah bercerita kepada kami Ja’far bin Sulaiman ad-Dluba’i, dari Abi Imran al-Juauni,

dari Abu Bakar bin Abi Musa al-Asyari, yang berkata: Aku mendengar bapakku

berkata –di hadapan musuh–: Rasulullah SAW. bersabda:

» �)�, �@�����6�& ��������� �E�C�� �8� �R �S��+I��� «

“Sesungguhnya pintu-pintu surga itu berada di bawah kilatan pedang…”.

Hadits ini hasan karena empat orang perawi sanadnya tergolong tsiqoh, kecuali

Ja’far bin Sulaiman ad-Dhuba’I yang masuk dalam kategori hasanul hadits, maka

turunlah tingkatan dari shohih menjadi hadits hasan.

E. ISTILAH DALAM HADITS HASAN

Tingkatan dari Pernyataan: Hadits Shahih Isnad atau Hasan Isnad.

Pernyataan ahli hadits: ‘Hadits ini shahih isnad’ berbeda maknanya dengan

pernyataan ‘ini hadits shahih’. Begitu pula halnya dengan pernyataan mereka:

‘Hadits ini hasan isnad’ berbeda maknanya dengan pernyataan ‘ini hadits hasan’.

Page 33: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

33

Pernyataan (hadits ini shahih isnad atau hadits ini hasan isnad) karena sanadnya

memang shahih atau hasan tanpa memperhatikan matan, syudzudz maupun adanya

illat. Apabila seorang ahli hadits mengatakan: ‘Hadits ini shahih’, itu berarti hadits

tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadits shahih yang lima. Lain lagi jika ia

mengatakan: ‘Hadits ini shahih isnad’, itu berarti hadits tersebut memenuhi tiga

syarat keshahihan saja, yaitu sanadnya bersambung, rawinya adil dan dlobith.

Adapun tidak adanya syudzudz dan illat, berarti hadits tersebut tidak bisa

memenuhinya. Karena itu tidak bisa ditetapkan sebagai hadits shahih ataupun

hasan. Meski demikian, apabila seorang hafidh mu’tamad (dalam hadits) meringkas

penyataan dengan: ‘Hadits ini shahih isnad’, sementara ia tidak menyebutkan

adanya illat, maka berarti matannya juga shahih. Sebab, pada dasarnya hadits

tersebut tidak memiliki illat maupun syudzudz.

Arti Hadits Hasan Shahih

Kenyataan ungkapan seperti ini amat sangat sulit, sebab hadits hasan itu derajatnya

lebih rendah dari hadits shahih. Maka, bagaimana menggabungkan keduanya

sementara tingkatan keduanya berbeda?. Para ulama’ telah menjawab maksud dari

pernyataan Tirmidzi dengan jawaban yang bermacam-macam. Yang terbaik adalah

pernyataannya al-Hafidh Ibnu Hajar yang disetujui oleh as-Suyuthi, ringkasannya

sebagai berikut :

a) Jika haditsnya mempunyai dua buah sanad atau lebih, maka berarti hadits

tersebut adalah hasan menurut shahih satu sanad, dan shahih menurut sanad

lainnya.

b) Jika haditsnya mempunyai satu sanad, maka berarti hadits tersebut adalah

hasan menurut satu kelompok, dan shahih menurut kelompok lainnya.

Jadi, seakan-akan orang yang mengatakan hal itu menunjukkan adanya perbedaan

dikalangan ulama’ mengenai status (hukum) hadits tersebut, atau tidak memperkuat

status (hukum) hadits tersebut (apakah shahih ataukah hasan).

F. KITAB-KITAB YANG BANYAK DITEMUKAN HADITS HASAN

Para ulama belum ada yang mengarang kitab-kitab secara terpisah (tersendiri) yang

memuat hadits Hasan saja sebagaimana yang mereka lakukan terhadap hadits

Shahîh di dalam kitab-kitab terpisah (tersendiri), akan tetapi ada beberapa kitab

Page 34: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

34

yang di dalamnya banyak ditemukan hadits Hasan. Di antaranya yang paling

masyhur adalah:

1) Kitab Jâmi at-Turmudzy atau yang lebih dikenal dengan Sunan at-Turmudzy.

Buku inilah yang merupakan induk di dalam mengenal hadits Hasan sebab at-

Turmudzy-lah orang pertama yang memasyhurkan istilah ini di dalam bukunya

dan orang yang paling banyak menyinggungnya. Namun yang perlu diberikan

catatan, bahwa terdapat banyak naskah untuk bukunya tersebut yang memuat

ungkapan beliau, Hasan Shohih, sehingga karenanya, seorang penuntut ilmu

harus memperhatikan hal ini dengan memilih naskah yang telah ditahqiq

(dianalisis) dan telah dikonfirmasikan dengan naskah-naskah asli (manuscript)

yang dapat dipercaya.

2) Kitab Sunan Abi Dâ`ûd. Pengarang buku ini, Abu Dâ`ûd menyebutkan hal ini di

dalam risalah (surat)-nya kepada penduduk Mekkah bahwa dirinya

menyinggung hadits Shahih dan yang sepertinya atau mirip dengannya di

dalamnya. Bila terdapat kelemahan yang amat sangat, beliau menjelaskannya

sedangkan yang tidak dikomentarinya, maka ia hadits yang layak. Maka

berdasarkan hal itu, bila kita mendapatkan satu hadits di dalamnya yang tidak

beliau jelaskan kelemahannya dan tidak ada seorang ulama terpecayapun yang

menilainya Shahih, maka ia Hasan menurut Abu Dâ`ûd.

3) Kitab Sunan ad-Dâruquthny. Beliau telah banyak sekali menyatakannya secara

tertulis di dalam kitabnya ini.

G. HASAN LIGHOIRIHI

Pengertian

Hadits Hasan lighoiri adalah hadist dhoif yang mempunyai banyak jalan periwayatan,

dan sebab kedhaifan hadits tersebut bukan karena kefasiqan perawinya atau

kedustaannya. Dengan demikian, dari pengertian di atas, kita bisa ambil kesimpulan

bahwa hadits dhoif bisa naik tingkatannya menjadi Hasan lighoirihi dengan dua

syarat :

1) Diriwayatakan dari satu atau lebih jalan periwayatan lain, yang minimal jalan

tersebut setara dengannya atau lebih kuat kualitasnya.

2) Sebab kedhaifan hadits tersebut adalah karena buruknya hafalan perawinya,

atau terputus sanadnya, atau adanya status jahalah (tidak terkenal )pada

Page 35: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

35

perawinya. Sehingga bukan karena kefasiqan perawi atau dikenal karena

kedustaannya.

Tingkatan dan Hukum Hadits Hasan Lighoirihi

Tingkatan hadits ini adalah dibawah hasan li dzatihi, sehingga jika ada pertentangan

harus didahulukan hadits hasan. Hadits hasan lighoiri termasuk kategori hadits

maqbul yang layak untuk dijadikkan hujjah dalam beramal.

Contoh hadits hasan lighoirihi

Yaitu yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dihasankan oleh beliau, dari jalan Syu’bah

dari Ashim bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amir bin Robi’ dari ayahnya, bahwa ada

seorang perempuan dari bani Fazaroh yang menikah dengan mahar sepasang

sandal. Maka Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya : “ Apakah engkau ridho

terhadap dirimu dan hartamu dengan sepasang sandal ini ? “ Perempuan tadi

menjawab : “ Ya “. Maka kemudian Rasulullah SAW membolehkannya.

Di dalam sanad di atas ada nama Ashim bin Ubaidillah yang dikenal sebagai perawi

dhaif karena hafalannya yang buruk, namun Tirmidzi menghasankan karena

periwayatannya yang tidak hanya pada satu jalan saja.

(Kitab Taysîr Musthalah al-Hadîts karya Dr. Mahmûd ath-Thahhân,)

Page 36: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

36

MATERI 6 :

SEPUTAR HADIST DHOIF

Setelah kita mempelajari tentang pembagian berita/ khobar yang maqbul (diterima)

atau layak dijadikan hujjah dan dalil, maka pembahasan kali ini adalah mengenai

khobar mardud atau riwayat hadits yang tertolak atau tidak bisa diterima sebagai

hujjah. Para ulama membagi khobar mardud ini dengan pembagian yang begitu

banyak, bahkan hingga mencapai empat puluh macam, dimana setiap macamnya

diberikan istilah khusus yang membedakan dengan yang lainnya, namun ada juga

yang tidak diberikan istilah secara khusus, dan diberikan istilah umum yaitu ‘dhoif’

saja.

Sebuah hadits masuk dalam kategori tertolak disebabkan oleh banyak hal, namun

umumnya bisa dikategorikan dalam dua sebab utama, masing-masing :

1) Adanya permasalahan pada sanad ( riwayat ), ada yang terputus atau hilang dan

semacamnya

2) Adanya tuduhan pada perawinya, bisa karena sisi hafalannya ( ad-dhobt) atau

juga karena sisi kepribadian dan ketakwaan ( ‘adalah)

Setiap sebab diatas kemudian menurunkan ragam macam hadits dhoif yang akan

dibahas lebih khusus dalam kesempatan materi berikutnya. Untuk pembahasan

awal, kita akan mengkaji seputar hadits dhoif secara umum.

A. PENGERTIAN HADITS DHOIF

Secara bahasa dhoif adalah lemah atau lawan kata dari qowiiy (kuat). Lemah disini

adalah maknawi bukan lemah dalam arti fisik. Secara istilah, hadits dhoif adalah

yang tidak mampu mengumpulkan sifat-sifat atau memenuhi syarat-syarat hadits

hasan.

Kelemahan hadits dhoif pun bertingkat-tingkat bergantung pada kelemahan para

perawinya, atau keburukan hafalannya, sebagaimana pula hadits shohih yang juga

mempunyai tingkatan. Maka kemudian dikenal penamaan yang beragam untuk

hadits dhoif , seperti : dhoif jiddan, munkar, wahy, atau yang paling buruk jenisnya

adalah maudhu’.

Page 37: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

37

B. TINGKATAN SANAD HADITS DHOIF

Sebagaimana hadits shohih yang mempunyai tingkat dan kekuatan sanad yang

berbeda, sehingga ada yang disebut dengan asohhul asanid (sanad yang terbaik),

maka para ulama pun menyebutkan dalam pembahasan hadits dhoif apa yang

disebut dengan sanad yang terlemah atau “auha al asanid”. Diantara contoh dari

sanad (jalur periwayatan) hadits dhoif antara lain :

a) Dari jalur Abu Bakar As-Shiddiq : “ Shidqoh bin Musa ad-daqiqiy dari Farqod As-

Subhy dari Murroh At-Thiib dari Abu Bakar “

b) Dari jalur Ulama Syam : Muhammad bin Qois dari Ubaidillah bin Zahr dari Ali bin

Yazid dari Qosim dari Abi Umamah “

c) Dari Jalur Ibnu Abbas : As-Suudy As-Shogir Muhammad bin Marwan dari al-

Kalby dari Abi Sholih dari Ibnu Abbas.

C. CONTOH HADITS DHOIF

Salah satu contoh hadits dhoif adalah riwayat yang berbunyi :

" �� 'G �06 @;H1�� E� T/0$F #� #U(� /1+� �A�+6 V��6 ���4 � PW/�06 (�3 P;X4 ��� "

" Barang siapa sholat enam rekaat setelah maghrib, dan tidak berbicara buruk

diantara itu semua, maka seimbang dengan ibadah dua belas tahun " (HR Tirmidzi) .

Hadits diatas diriwayatkan oleh Umar bin Rosyid dari Yahya bin Abi Bakar dari Abu

Salamh dari Abu Huroiroh. Tentang nama perawi Umar bin Rosyid di atas, Imam

Ahmad, Ad-Daruqutni mengatakan : dia dhoif. Imam Ahmad menambahkan

tentangnya : hadistnya tidak bernilai sedikitpun. Tirmidzi mengomentari hadits

tersebut : Ini Hadits Gharib kami tidak mengetahuinya kecuali melalui jalan Umar,

sementara saya mendengar Bukhori mengatakan tentangnya bahwa Umar : dia

munkarul hadits.

D. HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS DHOIF

Ulama-ulama hadits telah sepakat bahwa kita tidak boleh mengamalkan hadits dhaif

dalam bidang aqidah (keyakinan) dan hukum halal harom. Tetapi mereka berbeda

pendapat tentang mempergunakannya dalam bidang-bidang tertentu sebagaimana

berikut :

Page 38: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

38

1) Fadha ‘ilul A’mal (Keutamaan-Keutamaan Amal) : Yaitu hadits-hadits yang

menerangkan tentang keutamaan-keutamaan amal yang sifatnya sunnah

ringan, yang sama sekali tidak terkait dengan masalah hukum yang qath’i,

juga tidak terkait dengan masalah aqidah dan juga tidak terkait dengan dosa

besar.

2) At-Targhiib (Memotivasi) : Yaitu hadits-hadits yang berisi pemberian

semangat untuk mengerjakan suatu amal dengan janji Pahala dan Surga.

3) At-Tarhiib (Menakut-nakuti) : Yaitu hadits-hadits yang berisi ancaman

Neraka dan hal-hal yang mengerikan bagi orang yang mengerjakan suatu

perbuatan.

4) Al-Qoshos : Kisah-kisah Tentang Para Nabi Dan Orang-Orang Sholeh

5) Do’a Dan Dzikir : Yaitu hadits-hadits yang berisi lafazh-lafazh do’a dan dzikir.

Dalam menyikapi permasalahan beramal dengan hadits dhoif , pendapat yang ada

terbagi menjadi tiga , masing-masing :

Pendapat Pertama : Menurut Al-Bukhari, Muslim, Abu Bakar Ibnul ‘Araby, Ibnu

Hazm dan segenap pengikut Dawud Adz-Dzahiry: kita tidak boleh mengamalkan

hadits dhaif dalam bidang apapun juga walaupun untuk menerangkan fadha ‘ilul

a’mal, supaya orang tidak mengatas namakan Nabi SAW, perkataan/perbuatan yang

tidak disabdakan/diperbuat oleh beliau. Sebagaimana peringatan dari beliau dalam

masalah ini : “Barangsiapa menceritakan sesuatu hal daripadaku, padahal ia tahu

bahwa hadits itu bukanlah dariku, maka orang itu termasuk golongan pendusta.”

(HR. Muslim) dan hadits lain : “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja,

maka hendaklah ia menyediakan tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan

Muslim)

Pendapat Kedua : Sedangkan menurut imam An-Nawawi dan sebagian ulama hadits

dan para fuqaha: kita boleh mempergunakan hadits yang dhaif untuk fadha ‘ilul

a’mal, baik untuk yang bersifat targhib maupun yang bersifat tarhib, yaitu sepanjang

hadits tersebut belum sampai ke derajat maudhu (palsu). Imam An-Nawawi

memperingatkan bahwa diperbolehkannya hal tersebut bukan untuk menetapkan

hukum, melainkan hanya untuk menerangkan keutamaan amal, yang hukumnya

telah ditetapkan oleh hadits shahih, setidak-tidaknya hadits hasan.

Page 39: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

39

Menurut Imam Asy-Syarkhawi dalam kitab Al-Qaulul Badi’, bahwa Ibnu Hajar

memperbolehkan untuk mengamalkan hadits dhaif dalam bidang targhib dan tarhib

dengan tiga syarat berikut:

1. Kedhaifan hadits tersebut tidaklah seberapa, yaitu: hadits itu tidak

diriwayatkan oleh orang-orang yang dusta, atau yang tertuduh dusta atau

yang sering keliru dalam meriwayatkan hadits.

2. Keutamaan perbuatan yang terkandung dalam hadits dhaif tersebut sudah

termasuk dalam dalil yang lain (baik Al-Qur’an maupun hadits shahih) yang

bersifat umum, sehingga perbuatan itu tidak termasuk perbuatan yang sama

sekali tidak mempunyai asal/dasar.

3. Tatkala kita mengamalkan hadits dhaif tersebut, janganlah kita

mengi’tiqadkan bahwa perbuatan itu telah diperbuat oleh Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam atau pernah disabdakan beliau, yaitu agar kita tidak

mengatas namakan sesuatu pekerjaan yang tidak diperbuat atau disabdakan

oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pendapat Ketiga : Diriwayatkan dari sebagian besar fuqoha’ yaitu kebolehan

beramal dengan hadits dhoif secara mutlak, jika tidak ditemukan hadits selainnya

dalam sebuah tema atau pembahasan. Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Hanifah,

Syafi’I, Malik dan Ahmad. Meskipun khusus untuk imam Ahmad, pendapat seperti ini

bisa dipahami karena menurut beliau pembagian hadits adalah Shohih dan Dhoif

saja, sehingga sangat memungkinkan yang dimaksud imam Ahmad di sini adalah

hadits dhoif yang bernilai hasan.

E. KITAB YANG KEMUNGKINAN BANYAK TERDAPAT HADITS DHOIF

Berikut kitab-kitab yang di dalamnya diperkirakan berisi banyak hadits dhoif, antara

lain :

1) Tiga Mu’jam Thobroni baik yang al-kabiir, al-ausath, maupun yang as-shogiir

2) Kitab “ afrood “ yang disusun oleh imam Daruquthni

3) Kitab-kitab susunan Al-Khotib al-Baghdadiy

Page 40: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

40

MATERI 7 :

RAGAM MACAM HADITS DHOIF

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa hadits dhoif adalah hadits yang tidak

memenuhi syarat shohih dan hasan. Secara umum Hadits dhoif dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian besar : yaitu dhoif karena suqut fi isnad ( ada

sanad yang gugur atau tidak bersambung), dan juga bagian yang disebabkan karena

at-tho’n fi rowy ( tuduhan pada perawinya). Berikut pembahasan singkat dan contoh

sederhana dari ragam hadits dhoif tersebut.

A. HADITS DHOIF YANG DISEBABKAN SANADNYA TERPUTUS

Hadits Dhaif yang masuk kategori jenis ini di bagi lagi menjadi : Hadits Muallaq,

Muaddhol, Mursal dan Munqoti’, dan Mudallas.

1) HADITS MUALLAQ

Pengertian :

Yaitu hadits yang pada permulaan sanadnya telah dibuang satu atau lebih rawi

secara berurutan. Yang dimaksud permulaan sanad ini adalah syaikh dari perawi

hadits yang menuliskan haditsnya tersebut. Termasuk dalam kategori ini yaitu yang

membuang semua sanad, lalu mengatakan langsung Rasulullah SAW bersabda : ….. .

Terkadang ada juga yang membuang sanad selain Sahabat.

Contoh hadits mualaq :

Yang dikeluarkan oleh Bukhori dalam muqoddimah sebuah bab, Imam Bukhori

menyebutkan : Berkata Abu Musa Al-Asyarie : “ adalah nabi SAW menutupi pahanya

ketika datang Utsman “.

Maka hadits di atas masuk kategori muallaq, karena Imam Bukhori membuang

semua sanadnya kecuali sahabat, yaitu Abu Musa Al-Asy’arie.

Hukum Hadits Muallaq

Hukum hadits muallaq secara umum termasuk tertolak (mardud) karena kehilangan

syarat ittisolu sanad (bersambungnya sanad), dengan membuang satu atau lebih

perawinya, tanpa kita mengetahui keadaan perawi yang dibuang. Namun para

Page 41: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

41

ulama mempunyai pembahasan secara khusus, jika hadits muallaq tersebut ada

dalam kitab shohihain. Perlu diketahui bahwa jumlah hadits muallaq dalam shohih

Muslim sangat sedikit, ada yang menyebutkan cuma satu dalam bab Tayammum.

Namun hadits muallaq dalam shohih bukhori banyak, khususnya dalam pembukaan

sebuah bab tertentu. Maka kemudian ulama berpendapat tentang hukum hadits

muallaq dalam shohihain sebagai berikut :

1) Jika disebutkan dengan ungkapan yang kuat dan jelas , seperti : qoola ( ia

mengatakan), atau hakaa ( ia mengisahkan ), atau dzakaro ( ia menyebutkan) ,

maka dihukumi shohih.

2) Jika disebutkan dengan ungkapan yang mengambang, seperti : qiila (dikatakan..

) atau dzukira ( disebutkan .. ), atau hukiya ( dikisahkan … ) , maka perlu diteliti

lebih lanjut, karena bisa masuk shohih, hasan atau dhoif.

Namun meskipun demikian, Ibnu Hajar telah meneliti hadits-hadits muallaq dalam

shohih Bukhori melalui kitabnya “ taghliiqu ta’liq” yang menghasilkan temuan

bahwa sanad-sanad hadits muallaq imam Bukhori adalah bersambung.

2) HADITS MURSAL

Pengertian dan Contoh

Yaitu hadits yang disandarkan oleh Tabi’in langsung kepada Rasulullah SAW.

Misalnya seorang Tabi’in mengatakan : Rasulullah SAW bersabda ……, tanpa

menyebutkan perantara (wasithoh) antara dia dan Rasulullah SAW. Bisa jadi

perantara tersebut adalah seorang sahabat, atau seorang sahabat dan tabiin yang

lain misalnya.

Contoh hadits Mursal : Yang dikeluarkan imam Muslim dalam shohihnya kitab Jual

beli, ia menuliskan (setelah menyebutkan perawi setelahnya) dari Ibnu Syihab, dari

Saiid bin Musayyab, bahwasanya “

Rasulullah SAW melarang jual beli muzabanah (menukar buah kurma belum matang

yang masih di atas pohon dengan kurma yang ada di karung “. Said bin Musayyab

adalah pembesar tabi’in, ia tidak menyebutkan perantara antara dia dengan

Rasulullah SAW, maka tergolong hadits mursal.

Mursal Shohaby

Yaitu Hadist yang dikabarkan oleh sahabat tentang ucapan, perbuatan Rasulullah

SAW, sementara sahabat tersebut tidak mendengar atau melihat langsung, karena

Page 42: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

42

masih kecil, atau belum masuk Islam, atau sedang bepergian. Contoh : ibnu Abbas,

ibnu Zubair dan yang lainnya.

Hukum Hadits Mursal :

a) Mursal sahabat disepakati penerimaannya oleh jumhur ulama.

b) Mursal Tabi’in diterima oleh Malikiyah, Hanafiyah dan Syafi’iyah khususnya

yang berasal dari Kibaru Tabiin seperti Sa’ad bin Musayyab, Hasan Al Bashry,

Ibrahim an-Nakh’iy,

c) Imam Ahmad menolak mursal tabi’in, begitu pula Ibnu Sholah dalam

muqoddimahnya yang kemudian menjadi standar dalam ulumul hadits

secara umum.

3) HADITS MUNQOTHI’

Hadits Munqothi menurut Ulama Muhadditsin adalah : Hadist yang sanadnya

terputus pada salah satu atau lebih dari perawinya, dibawah tingkatan sahabat dan

tidak secara berturut-turut. Sementara menurut Fuqoha , hadits munqothi’ adalah

semua yang tidak bersambung sanadnya.

Contoh hadits ini adalah : Apa yang diriwayatkan Abdurrozaq, dari Syauri, dari Abu

Ishaq, dari Zaid , dari Hudzaifah secara marfu’ : “ jika engkau mengangkat Abu Bakar,

maka dia kuat lagi terpercaya “.

Riwayat yang sebenarnya adalah Abd Rozak meriwayatkan hadits dari Nukman bin

Abi Saybah al-Jundi bukan dari Syauri. Sedangkan Syauri tidak meriwayatkan hadits

dari Abi Ishak, akan tetapi ia meriwayatkan hadits dari Syarik dari Abu Ishaw. Dari

riwayat yang sesungguhnya kita dapat mengetahui bahwa hadits di atas adalah

termasuk hadits yang munqoti’.

4) HADITS MU’DLOL

Yaitu hadits yang hilang dua rawinya atau lebih secara berurutan ditengah sanadnya.

Contoh : Yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dengan sanadnya : Malik Mengatakan :

Telah sampai kepadaku Abu Hurairah mengatakan: “ bagi budak (berhak)

mendapatkan makanan dan pakaian secara makruf ( baik sesuai kebiasaan)”. Hadits

ini tergolong hadits mu’dhlol karena antara Malik dan Abu Huroirah terdapat dua

Page 43: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

43

tingkatan perawi, seharusnya adalah : dari Malik, dari Muhammad bin Ajlan, dari

ayahnya, dari Abu Hurairah.

5) HADITS MUDALLAS

Yaitu hadits yang diriwayatkan dengan menghilangkan rawi diatasnya untuk

menyembunyikan aib sanadnya. Tadlis sendiri dibagi menjadi beberapa macam,

gambaran umumnya sebagai berikut :

a) Tadlis Isnad : perawi meriwayatkan dari syeikh yang pernah ia temui atau

yang ia hidup sejaman dengannya, tetapi sebenarnya ia tidak pernah

mendengar hadits tersebut langsung darinya. Karenanya ia menggunakan

lafadz yang kabur, seperti : ‘an fulan (dari fulan) .. qoola fulan (berkata

fulan), yang tidak menunjukkan arti ia mendengar darinya. Jika perawi

tersebut menggunakan kata yang jelas seperti : aku mendengar dari fulan ,

maka ia adalah pendusta bukan seorang mudallis.

b) Tadlis Taswiyah : Seorang perawi meriwayatkan dari syeikhnya, kemudian

menggugurkan salah satu sanad diatasnya yang dhoif yang terdapat diantara

dua tsiqoh yang masih mempunyai kemungkinan bertemu, dengan

menggunakan kata-kata yang mengambang. Ini dilakukan untuk menjaga

hadits dari aib, sehingga hasilnya sanadnya tsiqoh semua.

c) Tadlis Suyukh : menyamarkan nama syeikhnya yang mungkin masuk kategori

dho’if dengan menyebutkan sifatnya, julukannya, atau nasabnya sehingga

menjadi tidak dikenal. Misalnya : Abu Bakar Bin Mujahid mengatakan : telah

menceritakan kepadaku Abdullah bin Abi Abdallah, padahal yang ia maksud

adalah Abu Bakar bin Abi Daud

B. HADITS DHOIF KARENA PERMASALAHAN PADA PERAWI

Al-Hafidz Ibnu Hajar menyusun urutan tingkatan kelemahan sebuah hadits dari sisi

ini menjadi tujuh : Maudhu’, Matruk, Munkar, Muallal, Mudroj , Maqlub dan

Mudthorib

1) HADITS MAUDHU’

Pengertian & Hukumnya

Page 44: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

44

Hadits yang disebabkan karena perawinya berdusta atas nama Rasulullah SAW maka

disebut dengan hadits maudhu’. Secara istilah, hadits maudhu’ adalah khabar palsu

dan dusta yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. Secara tingkatan hadits dhoif, hadits

maudhu’ masuk dalam tingkatan yang paling buruk dari yang lainnya, sehingga

sebagian ulama lain memasukkan dalam kategori yang tersendiri, tidak termasuk

dalam golongan hadits dhoif. Para ulama bersepakat bahwa tidak boleh

meriwayatkan hadits maudhu’ -dengan sepengetahuannya- tanpa menjelaskan

tentang status kepalsuannya tersebut.

Bagaimana Mengenali Hadits Maudhu’ ?

Hadits maudhu’ bisa dikenali melalui beberapa hal sebagai berikut :

a) Pengakuan dari pemalsu hadits tersebut, sebagaimana pengakuan Abi Ismah

Nuh bin Abi Maryam, yang mengaku bahwa ia telah membuat hadits tentang

fadhilah setiap surat dari Al-Quran dengan mengatasnamakan dari Ibnu Abbas.

b) Semacam pengakuan secara tidak langsung. Misalnya seorang meriwayatkan

hadits dari syeikhnya, kemudian ditanya tentang tanggal wafatnya syeikh

tersebut, ternyata wafatnya sebelum ia lahir, sementara hadits itu tidak dikenal

kecuali dari jalurnya sendiri.

c) Bukti pembanding (qorinah) yang ada pada diri perawi, seperti bahwa perawi

masuk dalam golongan rofidhoh sementara haditsnya berkaitan tentang

keutamaan ahlul bait, misalnya.

d) Keterangan dalam matan atau konteks hadits, yang biasanya berlebihan,

menyalahi logika atau penjelasan Al-Quran.

Motivasi membuat Hadits Maudhu’

1) Penodaan dan Pelecehan Agama : Yaitu membuat hadits palsu untuk membuat

keraguan dalam ajaran Islam atau hal-hal baru yang menyesatkan. Misalnya

Muhammad bin Said as-Syaami yang meriwayatkan dari Humaid dari anas

secara marfu’ : “ aku penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku kecuali Allah

berkehendak lain “.

2) Menuruti Hawa Nafsu untuk Memenangkan Golongannya : sebagaimana yang

dibuat oleh pengikut rafidhoh yang melebih-lebihkan Ali bin Abi tholib untuk

menguatkan dan memenangkan madzhabnya.

Page 45: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

45

3) Upaya mendekati Penguasa : sebagian yang lemah iman berupaya

memunculkan hadits palsu untuk mendapatkan simpati dan kedekatan dengan

para penguasa, baik gubernur maupun khalifah pada waktu tersebut.

4) Mengejar Popularitas dan Ketertarikan Manusia : dengan hadits yang palsu

tersebut ia membuat banyak orang terperangah dengan kisah-kisah hebatnya

yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Contoh dalam hal ini adalah

Abu Said al Madainy yang menjadikan kisah-kisah tersebut diperdengarkan ke

pada orang-orang agar mereka memberikan uang sebagai penghargaannya.

5) Motivasi Beramal Sholih : ini bentuk maudhu’ yang tersembunyi karena

seringkali manusia tertipu, mengingat isi hadits ini berisi kebaikan, berupa

fadhilah dan keutamaan sebuah amal yang sangat memotivasi bagi yang

mendengarnya untuk dikerjakan. Contohnya : “barang siapa yang sholat dhuha

maka mendapat pahala 70 nabi. “

2) HADITS MATRUK

Adalah hadits yang didalam sanadnya ada perawi yang disangka suka berdusta.

Sebab tuduhan dan sangkaan ini bisa jadi karena salah satu dari hal berikut.

Pertama, bahwa memang tidak ada riwayat lain dari hadits tersebut kecuali dari

jalannya. Kedua, perawi dikenal dengan pendusta dalam ucapan-ucapannya

terdahulu, meskipun belum muncul atau terbukti dalam hadits nabawi.

Contoh hadits matruk : Hadits seorang penganut syiah Amru bin Syamir al-Kuufi :

dari Jabir dari Abi Thufail dari Ali dan ‘Ammar keduanya mengatakan : adalah Nabi

SAW melakukan qunut pada sholat fajr, dan memulai bertakbir pada hari arafat

pada sholat shubuh, dan menghentikannya pada sholat ashar hari tasyriq yang

terakhir”. Imam An-Nasa’iy dan Daruquthni dan yang lainnya mengatakan tentang

Amru bin Syamir : matrukul hadits .

3) HADITS MUNKAR

Hadits munkar mempunyai setidaknya dua pengertian dengan penekanan yang

berbeda :

1) Hadits yang di dalam sanadnya ada satu perawi yang dikenal buruk

hafalannya, atau sering teledor (lalai) atau terlihat kefasikannya.

Page 46: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

46

2) Menurut Ibnu Hajar : Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi dhoif yang

bertentangan dengan riwayat perawi lain yang tsiqoh.

Tingkatan hadits ini termasuk kategori dhoif jiddan (lemah sekali) dan mengikuti

tingkatan hadits setelah matruk. Contoh hadits ini ( pengertian pertama ) : Yang

diriwayatkan oleh An-Nasai dan Ibnu Majah dari riwayat Abu Zukair Yahya bin

Muhammad bin Qois dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra secara

marfu’ : “ makanlah balah (jenis kurma kering) dan kurma, sesungguhnya setiap ibnu

adam memakannya, setan menjadi marah. “. Imam An-Nasaiy mengatakan : ini

hadits munkar, diriwayatkan secara sendirian oleh Abu Zukair, dia adalah seorang

syaikh sholeh, tetapi diragukan hafalannya khususnya jika meriwayakan sendirian.

4) HADITS MUA’LLAL

Yaitu hadits yang setelah dilihat dengan lebih teliti terdapat ‘cacat’ atau aib yang

menggugurkan kesahihannya, meskipun secara dhohir terlihat selamat dari cacat

tersebut. Aib atau cacat tersebut bisa jadi ada pada sanad ataupun matannya, atau

bahkan keduanya.

Contoh illat yang ada pada sanad : Hadits yang diriwayatkan oleh Ya’la bin Ubaid dari

Sufyan At-Tsauri, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, ia bersabda : “

kedua penjual dalam masa tenggang pemilihan …… “. Permasalahan sanad di atas

adalah, kesalahan Ya’la bin Ubaid yang menyebutkan perawi sebelum Sufyan at-

Tsauri sebagai Amru bin Dinar, padahal para ulama hadits lain menyebutkan bahwa

yang benar adalah : “Abdullah bin Dinar” bukan “Amru bin Dinar”.

5) HADITS MUDROJ

Yaitu hadits yang diubah susunan sanadnya atau disisipkan dalam lafadz matannya

apa-apa yang bukan bagian dari hadits tersebut, tanpa batasan pemisah. Misal

hadits mudroj: seorang syaikh sedang menyampaikan hadits pada murid-muridnya,

lalu ada sebuah kondisi atau kejadian yang membuatnya berhenti dan mengatakan

sebuah perkataan lain bukan dari hadits, namun disangka oleh murid-muridnya itu

adalah bagian dari hadits yang akan disampaikan. Kondisi ini bisa terjadi pada

sanadnya atau juga matan hadits, dimana ada perkataan lain yang ikut dimasukkan

dalam lafadz hadits tanpa garis pemisah yang jelas dengan hadits aslinya.

Page 47: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

47

Contoh hadits Aisyah seputar permulaan wahyu : “ dahulu Nabi SAW betahannuts

(menyendiri) di gua hiro – yaitu beribadah – beberapa malam tertentu “. Ungkapan

“ yaitu beribadah” adalah perkataan Zuhri bukan Aisyah ra.

6) HADITS MAQLUB

Yaitu hadits yang didalamnya ada penggantian atau pembalikan lafadz hadits baik

dalam sanad maupun matannya, penggantian tersebut bisa dengan mengganti yang

awal jadi akhir, atau akhir jadi awal dan semacamnya. Contoh hadits maqlub : yang

diriwayatkan oleh Hamad bin Amru –al kadzzab- dari al-A’masy dari Abi Sholih, dari

Abu Hurairoh secara marfu’ : “ jika engkau bertemu dengan orang musyrikin di jalan

maka jangan mulai memberi salam “. Hadits ini maqlub, sanadnya diganti dari

a’masy, padahal sudah dikenal yang benar adalah dari Suhail bin Sholih dari ayahnya

dari Abu Huroiroh.

7) HADITS MUDHTORIB

Yaitu hadist yang diriwayatkan dengan berbagai riwayat versi beragam yang

mempunyai kekuatan yang sama atau berimbang, yang tidak memungkinkan untuk

digabungkan ( al-jam’) antara keduanya, dan tidak memungkinkan pula ditarjih

(dipilih) salah satu dari keduanya.

Bentuk idhtirob dalam hadits ini bisa jadi dalam sanad atau bisa jadi dalam

matannya. Seperti, hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Fatimah binti

Qois, ia berkata : Rasulullah ditanya tentang zakat, lalu beliau menjawab : “

sesungguhnya dalam harta kita, ada kewajiban selain zakat”. Sementara Ibnu Majah

dengan riwayat : “ sesungguhnya tidak kewajiban dalam harta selain zakat”.

Selain pembagian dan istilah hadits di atas, terdapat juga hadits dhoif jenis kategori

lain dengan sebab yang beragam pula, kami sebutkan secara sederhana sebagai

berikut :

• Hadits Majhul : hadits yang dalam sanadny ada perwai yang tidak diketahui jarh

dan ta’dilnya.

Page 48: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

48

• Hadits Mubham : Yaitu hadits yang tidak menyebutkan nama dalam rangkaian

sanadnya. Contohnya adalah hadits Hujaj ibn Furadhah dari seseorang (rajul),

dari Abi Salamah dari Abi Hurairah.

• Hadits Syadz : Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqoh namun

bertentangan dengan hadits lain yang riwayatnya lebih kuat dan perawinya

lebih tsiqoh

• Hadits Mushohhaf : Yaitu hadits yang terdapat perubahan dari sisi penulisannya,

baik dalam sanad dan matan. Misal dalam matan : ‘ihtajaro ..’ menjadi “

ihtajama ..”, atau misal dalam sanad : nama perawi jamroh mestinya hamzah.

Page 49: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

49

MATERI 8 :

ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL

A. PENGERTIAN AL-JARH WA AT-TA’DIIL

Pengertian Aj-Jarh :

1) Secara bahasa lafadz al-Jarh adalah masdar dari kata kerja jaroha yajrohu-

jarhan , yang berarti melukai sebagian badan yang memungkinkan darah dapat

mengalir. Disamping itu juga mempunyai arti menolak seperti dalam kalimat “

jaroha al-hakim asy-syaahid“ yang berarti “hakim itu menolak saksi”.

2) Adapun Menurut Istilah, al-Jarh ialah: “Menampakan suatu sifat rawi yang

dapat merusak sifat ‘adalahnya atau merusak kekuatan hafalan dan

ketelitiannya serta apa-apa yang dapat menggugurkan riwayatnya atau

menyebabkan riwayatnya tertolak”.

Pengertian at-Ta’diil

1) ‘Adl secara bahasa berarti : apa yang tegak dalam hati yang menunjukkan lurus

dan keistiqomahan. Seorang yang disebut ‘adl artinya bisa diterima

kesaksiannya.

2) Adapun pengertian ‘adl secara istilah adalah : yang tidak nampak sifat-sifat

merusak agama dan kewibawaannya, karenanya diterima kesaksian dan

pengabaran darinya.

3) Sementara Ta’diil adalah : mensifati perawi dengan sifat-baik baik (tazkiyah)

sehingga nampak ‘adalahnya (keadilan) dan diterima riwayat darinya.

Dengan demikian, ilmu jarh wa ta’diil adalah : ilmu yang membahas di dalamnya

seputar Jarh (rekomendasi) dan Ta’dil para perawi dengan menggunakan lafadz dan

istilah tertentu, untuk menilai diterima atau ditolak riwayat dari mereka.

B. DASAR KEBOLEHAN MELAKUKAN JARH DAN TA’DIL

Para Ulama menyatakan legalitas dan kebolehan Jarh wa Ta’dil, serta tidak

memandangnya sebagai ghibah yang diharamkan, berdasarkan beberapa dalil

diantaranya :

Page 50: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

50

Pertama : Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 6: Artinya: Hai orang-orang yang

beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah

dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu

itu.(QS. Al-Hujurat: 6).

Kedua : Rasulullah SAW bersabda tentang Muawiyah dan Abi Jahm ketika Fatimah

binti Qais bertanya kepada beliau perihal keduanya yang sama-sama meminangnya.

Rasulullah SAW bersabda :” Adapun Abu Jahm, dia tidak meletakkan tongkatnya dari

pundaknya (kiasan untuk menunjukkan sifat suka memukul), sedangkan Muawiyah

sangat faqir, tidak punya harta. Nikahlah dengan Usamah bin Zaid (HR Muslim)

Ketiga : Banyak hadits lain yang menyebutkan Rasulullah SAW memuji dan

merekomendasikan beberapa sahabatnya yang mulia, bahkan ada yang disebutkan

sebagai seorang yang mempunyai nilai kesaksian setara dua kesaksian sahabat, yaitu

Abu Khuzaimah al Anshori.

Selain itu semua, sesungguhnya al-Jarh dan ta’dil ini telah diperaktekan pada masa

sahabat, tabi’in, dan generasi selanajutnya. Karena itulah, para ulama

membolehkannya dalam rangka menjaga kepentingan syari’at Islamiyah, bukan

mencela dan membuka aib orang lain. Semua dalam rangka memelihara sumber

syari’ah yang didasari kejujuran dan niat yang ikhlas.

C. KETENTUAN JARH WA TA’DIIL

Berikut beberapa ketentuan dalam jarh dan ta’diil, antara lain :

1) Bersikap jujur dan proporsional, yaitu mengemukakan keadaan perawi secara

apa adanya. Muhammad Sirin seperti dikutip Ajaz al-Khatib mengatakan: “ Anda

mencelakai saudaramu apabila kamu menyebutkan kejelekannya tanpa

menyebut-nyebutnkebaikannya”

2) Cermat dalam melakukan penelitian. Ulama misalnya secara cermat dapat

membedakan antara dha'ifnya suatu hadits karena lemahnya agama perawi dan

dha’ifnya suatu hadits karena perawinya tidak kuat hafalannya.

3) Tetap menjaga batas-batas kesopanan dalam melakukan Jarh dan Ta’dil. Ulama

senantiasa dalam etika ilmiah dan santun yang tinggi dalam mengungkapkan

Page 51: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

51

hasil Jarh dan ta’dilnya. Bahkan untuk mengungkapkan kelemahan para perawi

seorang ulama cukup mengatakan: “ la yakun tastaqiimu lisan” artinya“ kurang

istiqomah dalam berbicara” .

4) Bersifat global dalam menta’dil dan terperinci dalam mentajrih. Lazimnya para

ulama tidak menyebutkan sebab-sebab dalam menta’dil, misalnya tidak pernah

disebutkan bahwa si fulan tsiqah atau ‘adil karena shalat, puasa, dan tidak

menyakiti orang. Cukup mereka mengatakan “ si fulan tsiqah atau ‘adil”.

Alasannya tidak disebutkan karena terlalu banyak. Lain halnya dengan al-Jarh,

umumnya sebab-sebab al-Jarhnya disebutkan misalnya si “ fulan itu tidak bisa

diterima haditsnya karena dia sering teledor, ceroboh, lebih banyak ragu, atau

tidak dhabit atau pendusta atau fasik dan lain sebagainya.

Cara Mengetahui Sifat ‘Adalah seorang Perawi

Untuk mengetahui ‘adalahnya seorang perawi menurut Ujaj al-Khatib ada dua jalan:

Pertama : Melalui popularitas keadilan perawi dikalangan para ulama. Jadi bila

seorang perawi sudah dikenal sebagai orang yang ‘adil seperti Malik bin Annas,

Sufyan Tsauri, maka tidak perlu lagi diadakan penelitian lebih jauh lagi.

Kedua : Melalui tazkiyah, yaitu adanya seorang yang adil menyatakan keadilan

seorang perawi yang semula belum dikenal keadilannya.

Adapun untuk mengetahui kecacatan juga dapat ditempuh seperti pada cara

mengetahui keadilan seorang perawi yang disebutkan di atas.

D. TINGKATAN DAN LAFADZ-LAFAZD JARH DAN TA’DIL

Para perawi yang disebutkan mempunyai sifat ‘adalah sekalipun, tidak berarti

mereka pada tingkatan yang sama. Karena itulah terdapat istilah dan lafadz khusus

dikalangan ulama hadits untuk membedakan tingkatan-tingkatan perawi, baik dari

sisi ‘adl maupun jarah

Marothibu At-Ta’diil ( Tingkatan Ta’diil)

Tingkatan-tingkatan lafadz al-ta’diil:

1) Tingkatan Pertama : Menunjukkan rekomendasi secara mubalaghoh

(berlebihan), dan menggunakan isim tafdhiil untuk menunjukkan paling utama.

Lafadz yang digunakan misalnya : atsbatun naas (orang yang paling kuat

Page 52: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

52

haditsnya), autsaqo naas ( paling terpercaya), adhbatu naas ( paling kuat

hafalannya)

2) Tingkatan Kedua : Menggunakan lafadz yang menunjukkan penguatan sifat-

sifat adalah dan tautsiiq. Lafadz yang digunakan misalnya: tsiqoh tsiqoh ( benar-

benar tsiqoh ), tsiqoh ma’muun (terpercaya dan terjamin).

3) Tingkatan Ketiga : Menggunakan lafadz yang menunjukan sifat tsiqoh tapi

tanpa penguatan. Lafadz yang digunakan : tsiqoh , mutqin, hujjah .

4) Tingkatan Keempat : Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa perawi

memang adil dan tsiqoh tapi tanpa penekanan secara khusus.. Lafadz yang

digunakan misalnya: la ba’sa biih (tidak ada masalah dengannya), atau shoduq,

ma’muun.

5) Tingkatan Kelima : Menggunakan lafadz yang samar atau tidak menunjukan

bahwa perawi cukup adil dan tsiqoh. Lafadz yang digunakan misalnya: fulaan

syaikh (dia seorang syeikh), ruwiya anhu naas ( orang meriwayatkan darinya)

6) Tingkatan Keenam : Menggunakan lafadz yang mengarah atau mendekati pada

tajriih. misalnya dengan kata-kata: sholih hadits , yuktabu haditsuhu ( tercatat

haditsnya)

Hukum Tingkatan Ta’diil :

- Untuk tingkatan pertama hingga ketiga, maka haditsnya layak dijadikan hujjah

meskipun dengan kekuatan yang berbeda-beda.

- Untuk tingkatan keempat dan kelima, haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah, tapi

haditsnya bisa dituliskan, dan diuji kembali tingkat ketelitian mereka dengan

membandingkan pada riwayat lain yang tsiqoh.

- Untuk tingkatan keenam, tidak bisa dijadikan hujjah, dan haditsnya bisa

dituliskan untuk i’tibaar semata.

Marothibu Al-Jarh ( Tingkatan Jarh)

Tingkatan-tingkatan lafadz al-Jarh:

1) Tingkatan Pertama : Mengemukakan sifat perawi untuk menunjukkan

kelemahan, namun dengan lafadz yang paling ringan. Lafadz yang digunakan

misalnya : fiihi dhoiif (dia ada lemahnya), fiihi maqool ( dia banyak

dibincangkan), layyinul hadits ( lemah haditsnya)

2) Tingkatan Kedua : Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa perawi itu

lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. Lafadz yang digunakan misalnya: dhoiif (

Page 53: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

53

dia lemah ), lahu manakiir (banyak yang mengingkarinya), majhuul ( dia tidak

dikenal).

3) Tingkatan Ketiga : Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa hadits yang

diriwayatkannya sangat lemah dan haditsnya tidak dituliskan. Lafadz yang

digunakan : la yuktab haditsuhu (tidak dicatat hadits darinya), la tahillu riwayah

( tidak boleh meriwayatkan) ,

4) Tingkatan Keempat : Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa bahwa

perawi dituduh berdusta. Lafadz yang digunakan misalnya: huwa muttaham bil

kadzib, (dia tertuduh sbg pendusta)atau muttaham bil wad’iy ( dia dianggap

pemalsu hadits), atau matruk (dia ditinggalkan), atau laisa bitsiqoh (tidak

terpercaya)

5) Tingkatan Kelima : Menggunakan lafadz yang menunjukan bahwa perawi

memang pendusta dan pemalsu.. Lafadz yang digunakan misalnya: huwa

kadzzab (dia pendusta), atau huwa waddhoo’ (dia pemalsu hadits), atau juga

dajjal (dia seperti dajjal /pendusta)

6) Tingkatan Keenam : Menggunakan lafadz yang menunjukan kecacatan perawi

yang sangat parah dan mubalaghoh (berlebihan). misalnya dengan kata-kata:

akdzabu nnas ( paling pendusta) , ruknul kadzib (pilarnya pendusta), atau ilahi

muntahal kadzib (dia puncaknya kedustaan).

Hukum Tingkatan Jarh :

- untuk hadits pada tingkatan jarh yang pertama dan kedua, tidak bisa dijadikan

hujjah namun boleh dituliskan hadistnya, untuk pelengkap dan i’tibaar saja.

- Namun untuk hadits pada tingkatan jarh yang keempat sampai keenam, maka

haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah, tidak perlu ditulis, dan tidak perlu

dianggap ada.

E. PERTENTANGAN JARH DAN TA’DIL

Diantara para ulama terkadang terjadi pertentangan pendapat terhadap seorag

perawi,. Ulama yang satu menta’dilkannya sedangkan yang lainnya mentajrihnya.

Pada suatu kondisi hal tersebut tidak bisa dikompromikan, maka pendapat yang ada

sebagai berikut :

Page 54: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

54

a) Jarh di dahulukan dari ta’dil meskipun ulama yang menta’dilnya lebih banyak

dari ulama yang mentajrih. Menurut al-Syaukani pendapat ini adalah pendapat

jumhur, alasanya orang yang mentajrih mempunyai kelebihan mengetahui

(cermat) melihat kekurangan perawi yang hal ini umumnya tidak dilihat secara

jeli oleh orang yang menta’dil.

b) Ta’dil didahulukan dari jarh apabila orang yang menta’dil lebih banyak dari

ulama yang mentajrih, karena banyaknya yang menta’dil memperkuat keadaan

mereka. Pendapat ini kemudian ditolak dengan alasan bahwa meskipun ulama

yang menta’dil itu banyak, namun mereka tidak mungkin akan mau menta’dil

sesuatu yang telah ditajrih oleh ulama lain.

c) Apabila jarh dan ta’dil saling bertentangan maka tidak dapat ditajrihkan salah

satunya, kecuali ada salah satu yang menguatkannya, dengan demikian terpaksa

kita tawaquf dari mengamalkan salah satunya sampai diketemukan hal yang

menguatkan salah satunya.

d) Ta’dil harus di dahulukan dari jarh, karena pentarjih dalam mentajrih perawi

menggunakan ukuran yang bukan substansi jarh, sedangkan menta’dil, kecuali

setelah meneliti secara cermat persyaratan diterimanya ke’adalahannya

seorang perawi.

Menurut Ujaj al-Khatib pendapat pertamalah yang dipegangi oleh ulama hadits, baik

mutaqaddimin maupun mutaakhirin. Demikianlah sekilas pembahasan tentang jarh

dan ta’dil yang merupakan ilmu tentang hal ikhwal para perawi dari segi diterima

atau ditolaknya periwayatan mereka. ( disarikan dan digubah dari artikel Endad

Musaddad).

Page 55: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

55

MATERI 9 :

RAMBU-RAMBU MEMAHAMI SUNNAH

A. ETIKA SALAFUS SHALIH DALAM MENGKRITIK HADITS

Kisah Umar ra dan Abu Musa Al-Asyari

Dalam riwayat Muslim dari Abu Said Al-Khudri ra, ia berkata: Aku sedang duduk-

duduk dalam majlis orang-orang Ansar di Madinah lalu tiba-tiba Abu Musa ra.

datang dengan ketakutan. Kami bertanya: Kenapa engkau? Ia menjawab

(menceritakan kejadian yang membuatnya takut) : Umar menyuruhku untuk datang

kepadanya. Aku pun datang. Di depan pintunya, aku mengucap salam tiga kali tetapi

tidak ada jawaban, maka aku kembali. Tetapi, ketika bertemu lagi, ia bertanya: Apa

yang menghalangimu datang kepadaku? Aku menjawab: Aku telah datang

kepadamu. Aku mengucap salam tiga kali di depan pintumu. Setelah tidak ada

jawaban, aku kembali. Sebab, Rasulullah saw. telah bersabda: Apabila salah seorang

di antara kalian minta izin tiga kali dan tidak mendapatkan jawaban, maka

hendaklah ia kembali. Mendengar hal tersebut Umar bin Khottob mengatakan

dengan tegas : “ Demi Allah, engkau harus mempunyai bukti bahwa ada saksi lain

yang mendengar dari Rasulullah SAW “.

Ubay bin Ka’b yang memahami ketakutan Abu Musa Al-Asy’ari mengatakan : “Demi

Allah, sungguh tidak perlu bersaksi untukmu dalam masalah ini, kecuali yang paling

kecil di antara kami”. Karena pada waktu itu Abu Said Al Khudry adalah yang terkecil,

maka ia pun memberikan kesaksian kepada Umar.

Dalam Muqaddimmah Ibnu Shalah disebutkan sikap sangat berhati-hatinya Umar

bin Khottob ra. dalam menerima hadits, tapi ia tdk meragukan sahabat yg

merawikannya melainkan berhati-hati terhadap hukum yang disampaikan oleh Nabi

SAW. Sebagai contoh ia mengatakan hal tersebut kepada sahabat Abu Musa Al

Asy’ari ra :

:, ! =1A�& �U� E+X� )& 8�Y(� ./��� '4 8��F 5� Z 'G 5� +4 #�� Z.

“ Saya tidak menuduh dan meragukanmu, tetapi aku khawatir orang-orang akan

mengada-adakan perkataan atas nama rasulullah SAW”.

Abu Musa dan Aisyah ra.

Page 56: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

56

Contoh yang lain, Abu Hurairah ra pernah menyatakan sebuah hadits : “

Sesungguhnya mayyit itu diazab karena tangisan keluarganya atasnya”. maka

Ummul Mu'minin Aisyah ra mengkritik hadits tersebut tidak pada sanadnya,

melainkan pada redaksinya. Dimulai dengan mendoakan abu Hurairah ra, ia berkata

: Semoga Allah SWT merahmati abu Hurairah, aku tidak pernah mendengarnya dari

Nabi SAW, tetapi aku mendengar Nabi SAW bersabda : “ Sesungguhnya Allah SWT

akan menambah azab bagi orang-orang kafir”. Lalu Aisyah ra berdalih bahwa hadits

abu Hurairah tersebut bertentangan dg ayat al-Qur'an :” Dan sesungguhnya

seseorang itu tidak akan memikul dosa orang lain” (QS Al-An’am 164)

Ternyata hadits abu Hurairah tersebut diperkuat oleh riwayat yang lain dari Umar ra,

Ibnu Abbas ra dan Ibnu Umar ra. Maka para muhaddits menyimpulkan bahwa dari

segi sanad kedua hadits tersebut (hadits Aisyah maupun Abu Hurairah) shahih, maka

ditafsirkan makna sebenarnya dari layu'adzdzabu artinya yata'allama (merasa

sedih), artinya mayyit tersebut merasa sedih mengapa keluarganya tdk memahami

hakikat kehidupan, sehingga mereka menangisinya.

B. KERANGKA DALAM MEMAHAMI HADITS

Pertama : Memahami as-Sunnah disesuaikan dengan al-Qur'an (Fahmu sunnah fi

Dhau'il Qur'an )

Artinya memahami fungsi as-Sunnah yang merupakan penjelas (bayanu taudhih,

tafsir) dan juga menambah apa yang tidak ada dalam al-Qur'an (bayanu tsabit),

seperti al-Qur'an mengharamkan bangkai, tetapi hukum tersebut dihapuskan oleh

as-Sunnah untuk bangkai ikan dalam hadits yang berbunyi : “ Laut itu suci airnya dan

halal bangkainya/ikan”. (HR Daruqutni)

Kedua : Menggabungkan hadits-hadits dalam satu pengertian (Jam'ul ahadits fi

maudhu'in wahid)

Jika melihat hadits bertentangan maka digabungkan sehingga didapat satu

pengertian yg benar. Seperti hadits isbalul izar (Kain yg melewati kedua mata kaki di

neraka) yang bertentangan dengan hadits Abubakar ra yang menyebutkan bahwa

Rasulullah SAW membolehkan kain Abubakar melewati mata kakinya, karena ia

tidak termasuk mereka yang sombong. Sehingga bisa didapatkan pengertian bahwa

ternyata yang diancam masuk neraka dengan isbalnya adalah jika dilakukan karena

Page 57: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

57

kesombongan, setelah digabung dg hadits khuyala' (orang2 yg masuk neraka karena

melabuhkan kain karena sombong).

Atau hadits lain yang menyatakan batalnya orang puasa yang berbekam, sementara

hadits lainnya menyatakan tidak batal. Ternyata setelah digabungkan ditemukan

bahwa dalam hadits pertama orang tersebut berbekam sambil mengghibbah dan

berdusta sehingga batalnya karena hal tersebut dan bukan karena berbekamnya.

Ketiga : Melihat hadits berdasarkan sebabnya (Fahmul hadits fi dhau'i asbab wal

mulabisat)

Seperti hadits Rasulullah SAW : “ kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia

kalian “ (HR Muslim). Hadits tersebut harus ditafsirkan berdasarkan sebabnya, yaitu

Nabi SAW melewati sekelompok kaum di Madinah yang sedang mengawinkan pucuk

kurma lalu Nabi SAW mengucapkan kata-kata yang ditafsirkan salah oleh orang-

orang tersebut sehingga tahun berikutnya mereka tidak lagi mengawinkan pucuk

kurma tersebut yang berakibat gagal panen. Sehingga keluarlah sabda Nabi SAW :

Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian. Artinya dalam masalah sarana dan

teknologi teknis bukan masalah-masalah atau dasar-dasar yang telah ada hukumnya

dalam syariat Islam, seperti politik, ekonomi, dsb.

Keempat : Menghukumi hadits-hadits yang bertentangan (Fahmu at-Ta'arudh fil

ahadits)

Jika terdapat dua hadits yang seolah bertentangan secara makna, maka hendaknya

dilakukan tiga upaya berikut :

1) Digabungkan (thariqatul jam'i) : Seperti dlm suatu hadits disebutkan Nabi SAW

meminta dijadikan orang miskin, sementara banyak hadits-hadits lain Nabi SAW

meminta kekayaan. Maka digabungkan bahwa yang dimaksud miskin dalam

hadits pertama adalah sikap orang miskin yang tawadhu' (rendah hati dan tidak

sombong).

2) Dilihat sejarahnya (ta'arikh), jika tidak bisa digabungkan pengertiannya (tetap

bertentangan), maka dilihat mana yang lebih dulu dan mana yang belakangan,

sehingga yang belakangan adalah menghapus hukum yang sebelumnya. Seperti

hadits nikah Mut'ah (semacam kawin kontrak) yang banyak dipakai kaum Syi'ah,

memang benar Nabi SAW pernah membolehkannya dalam sebuah peperangan

tapi kemudian dihapus selama-lamanya oleh Nabi SAW setelah nampak bahaya

Page 58: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

58

dan dampaknya. Atau hadits yg melarang ziarah kubur, yang kemudian dihapus

sendiri oleh Nabi SAW.

3) Dipilih mana yg lbh kuat (tarjih), jika kedua hal di atas tidak bisa juga, maka

barulah dicari mana yang lebih shahih dan dibuang yang kurang shahih (artinya

bisa juga keduanya shahih tapi yg satu lebih shahih dari yg lain, maka yg dipakai

yg lebih shahih tersebut).

Kelima : Melihat pada isi hadits tersebut dan bukan pada sarananya (an Nazhru ilal

ushul la lil wasa'il)

Contohnya adalah sebagai berikut :

1) Hadits bahwa Nabi SAW memakai gamis, ternyata banyak hadits yang

menyebutkan bahwa Nabi SAW juga memakai kain Yamani, baju Kisrawaniyyah,

dll. Ternyata ushul (konten asli) dari hadits tentang pakaian tersebut adalah

menutup auratnya dan bukan pada jenis pakaiannya.

2) Hadits bahwa Nabi SAW memerintahkan belajar memanah, yang secara makna

pokoknya adalah berlatih menggunakan senjata dan bukan pada panahnya.

Demikian pula berkuda, yang pokok mengendarai kendaraannya dan bukan

kudanya.

3) Hadits bahwa pengobatan terbaik adalah menggunakan kai (besi dipanaskan),

ternyata yang pokok adalah metode shock terapy nya seperti dg akupunktur,

refleksi, dsb.

Kelima : Menegaskan apa yg ditunjukkan oleh lafazh hadits (Ta'akkud dilalatu

alfazh al hadits).

Seperti hadits : La'anallahal mushawwirin (Allah melaknat para pelukis), yang

dilalahnya atau makna yang ditunjukkan adalah jika untuk diagungkan, dipuja, atau

berupa benar-benar lukisan tiga dimensi (patung), karena ternyata gambar yg telah

dipotong dan dijadikan bantal oleh Aisyah ra tidak dilarang oleh Nabi SAW. (Dr.Daud

Rasyid – Materi Madah 1427 dengan beberapa perubahan)

Page 59: Modul Ulumul Hadits 1 - suhadicilegon.files.wordpress.com€¦ · ULUMUL HADITS (1) Disusun Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc +6281329078646 sirohcenter@gmail.com wakaf di jalan Allah

59

SUMBER DAN BAHAN

Madah Tarbiyah 1427

Taisyir Mustholahul Hadits – Dr. Mahmud Mustofa Thohan

Mabahits fi Ulumil Hadits – Syaikh Manna’ul Qathan

http://www.indonesiaoptimis.com

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/component/content/article/17-fikih-

keseharian/1273-sholat-di-perjalanan

http://eidariesky.wordpress.com/2010/06/18/sejarah-singkat-penulisan-dan-

pembukuan-hadits/

http://www.rasio.wordpress.com

http://kangsaviking.wordpress.com/hadist-dhoif/

http://www.eramuslim.com/ustadz/hds/8111173131-tingkatan-dan-jenis-

hadits.htm

http://jacksite.wordpress.com/2007/07/04/ilmu-hadits-definisi-hadits-shahih/

http://www.hidayatullah.com/kajian-a-ibrah/8937-kedudukan-as-sunah-dalam-

syariat-islam-

http://albuny.multiply.com/journal/item/8/Mengerti_Hadist_Mutawatir

Hatta Syamsuddin, Lc

www.indonesiaoptimis.com

081329078646

[email protected]