makalah 1

Upload: tantri-aulia

Post on 09-Mar-2016

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas makalah evaluasi pendidikan jurusan pendidikan teknik informatika dan komputer

TRANSCRIPT

MAKALAHEVALUASI PENDIDIKANPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI UJIAN NASIONAL TAHUN 2014

Oleh :Tantri Aulia1129040253PTIK 06 2011

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROPRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2014

BAB IPENDAHULUAN

Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan pemerintah guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Dalam beberapa tahun ini, kehadirannya menjadi perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu pihak ada yang setuju, karena dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya ujian nasional, sekolah dan guru akan dipacu untuk dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya agar para siswa dapat mengikuti ujian dan memperoleh hasil ujian yang sebaik-baiknya.Demikian juga siswa didorong untuk belajar secara sungguh-sungguh agar dia bisa lulus dengan hasil yang sebaik-baiknya.Sementara, di pihak lain juga tidak sedikit yang merasa tidak setuju karena menganggap bahwa Ujian Nasional sebagai sesuatu yang sangat kontradiktif dan kontraproduktif dengan semangat reformasi pembelajaran yang sedang kita kembangkan. Sebagaimana dimaklumi, bahwa saat ini ada kecenderungan untuk menggeser paradigma model pembelajaran kita dari pembelajaran yang lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan kognitif ke arah pembelajaran yang lebih berorientasi pada pencapaian kemampuan afektif dan psikomotor, melalui strategi dan pendekatan pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan dan kontekstual, dengan berangkat dari teori belajar konstruktivisme.Selain itu, Ujian Nasional sering dimanfaatkan untuk kepentingan diluar pendidikan, seperti kepentingan politik dari para pemegang kebijakan pendidikan atau kepentingan ekonomi bagi segelintir orang. Oleh karena itu, tidak heran dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus kebocoran soal, nyontek yang sistemik dan disengaja, merekayasa hasil pekerjaan siswa dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kerangka Teori (Kontroversi Ujian Nasional di Indonesia tahun 2014)

Sedari awal pengadaan ujian nasional adalah sesuatu yang sangat kontroversial.Berbagai pro dan kontra mengenai ujian nasional muncul dari berbagai kalangan guru, sekolah, elite politik, dan siswa-siswi peserta ujian nasional. Salah satu alasan mereka yangsetuju diadakannya ujian nasional adalah karena dimungkinkan tidak adanya intervensi pihak sekolah terutama mengenai soal-soal yang akan diuji. disamping itu bila diadakan oleh ujian lokal maka kualitas soal kualitasnya diragukan karena pertimbangan belum meratanya kualitas guru yang ada.Sedangkan alasan mereka yang kontra diadakannya ujian nasional adalah karena banyak terdapat kecurangan dan kemungkinan soal-soal yang akan keluar nanti tidak akan sesuai dengan apa yang telah diajarkan tim pengajar kepada siswa-siswinya. Bagi beberapa pengamat pendidikan yang tidak setuju mengatakan bahwa keputusan Mahkamah Agung (MA) melarang ujian nasional (UN) yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah memenuhi rasa keadilan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melalui Depdiknas tidak perlu mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap keputusan MA tentang pelarangan pelaksanaan UN. Pemerintah sebaiknya menaati keputusan MA. Dalam berbagai opini disebutkan bahwa sejak awal UN memang cacat hukum sehingga pemerintah semestinya tidak perlu memperpanjang dengan mengajukan PK. UN dihapuskan karena disinyalir memang penuh ketidakadilan bagi banyak orang. UN yang dilaksanakan seragam secara nasional tidak adil karena kualitas pendidikan termasuk penyelenggaraan serta sarana dan prasarana pendidikan belum standar. Disamping itu, ujian nasional merupakan upaya standardisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun keabsahan dari ujian nasional yang dianggap sebagai standar nasional pendidikan tersebut belum terukur secara kuantitatif. Dengan demikian diperlukan suatu barometer untuk mengidentifikasi ketercapaian standar pendidikan nasional. Dari berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengukuran ketercapaian standar nasional pendidikan, UN merupakan metode yang tepat dan efektif. Namun sampai saat ini metode pengukuran ketercapaian standar pendidikan nasional menggunakan UN tersebut belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting dan signifikan. Apabila dilakukan kajian lebih lanjut, hampir sebagian besar materi ujian nasional hanya mengevaluasi aspek kognitif.Alasan berikutnya sebagaimana dikatakan Muarif bahwa penyelenggaraan UN jelas memandang nilai-nilai khas kultural masing-masing daerah secara general.padahal masing-masing daerah memiliki kultur yang berbeda dengan daerah lain. Ketika sistem UN menggunakan standar nasional yang sentralistik, maka nilai-nilai khas kultural yang dimiliki masing-masing daerah cenderung dicampakkan. Nilai-nilai khas kultural dibeberapa daerah itulah yang tidak banyak diketahui oleh pemerintah pusat. Padahal pendidikan di daerah-daerah sangat sarat dengan kurikulum lokal yang perlu dihormati negara. Nilai-nilai khas kultural itu hanya diketahui oleh lembaga pendidikan terkait di daerah-daerah. Maka, standarisasi nilai dan ujian akhir sistem sentralistik itu cenderung membunuh karakter pendidikan di masing-masing daerah.Berikut alasan mengapa Ujian Nasional dijadikan sebagai standar nasional pendidikan:1. Indonesia sebagai negara berkembang. Sebagai suatu negara berkembang Indonesia tergolong negara yang masih miskin. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila tingkat pendidikannya belum mencapai sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat modern. Hal ini dapat dilihat dalam alokasi dana pendidikan nasional maupun daerah yang masih minim. Tingkat buta huruf masih cukup tinggi demikian pula kualitas pendidikan belum memuaskan dibandingkan dengan negara-negara tetangga apalagi dengan negara-negara maju.2. Sebagai negara kesatuan diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem pendidikan nasional. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 merupakan dasar pemerintah untuk melakukan tolak ukur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Atas dasar itu maka pemerintah menganggap perlunya sebuah patokan, dan untuk evaluasi belajar UN menjadi tolak ukur bagi penilaian kinerja tersebut. Tanpa adanya suatu sistem lebih-lebih dalam negara Indonesia yang bhinneka, maka tujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia menemui kesulitan3. Anggota masyarakat global. Sebagai anggota masyarakat global, negara Indonesia berada di dalam pergaulan antar-bangsa, lebih-lebih dalam kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini. Dalam pergaulan global yang terbuka itu dapat saja terjadi arus pertukaran manusia, arus sumber daya manusia yang tinggi yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Manusia Indonesia harussurvivedan harus dapat bersaing dengan bangsa lain. Namun persaingan itu tidak mungkin dapat dilakukan bila kualitas pendidikan Indonesia tidak mampu bersaing secara terbuka dengan negara-negara lain. Karenanya, Indonesia tidak saja memerlukan standar nasional, tapi juga standar regional bahkan standar internasional. Tentunya standar-standar ini hanya dapat dicapai secara bertahap.Selain ketiga alasan di atas, alasan lain yang kemudian memperkuat pemerintah untuk tetap menyelenggarakan UN adalah karena alasan, yuridis, teoritis, dan empiris. Alasan yuridis yang digunakan sebagai dasar adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Kepmendiknas No. 153/U/2003 tentang UAN, serta Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 meliputi Pasal 11 Ayat

B. Tangggapan Beberapa Masyarakat

Berikut ini adalah beberapa tanggapan kalangan masyarakat uang tidak setuju dengan diadakannya ujian nasional: Prof Dr Arief Rahman Hakim, pengamat pendidikan, mengaku senang dengan penghapusan UN. Sejak dulu saya tidak setuju dengan adanya UN, katanya. Arief menilai rumusan UN ada yang salah. Apalagi, katanya, UU Sisdiknas tidak menyinggung soal UN. Humas SMA Negeri 1 Depok,Wirdan, mengaku setuju peniadaan UN, karena tidak mencerminkan kualitas akademik siswa. Kadang ada siswa yang sangat pintar (materi) matematika dan fisika, tapi bahasa Indonesianya lemah, bukan berarti siswa itu tidak pintar kan, ujarnya Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina,Hutomo Dananjaya, meminta Depdiknas instrospeksi dan tidak meneruskan UN.

Namun adapula beberapa yang tetap setuju diadaknnya ujian nasional. Sumber tersebut diambil dari situs resmi salah satu kota di Indonesia: Helmi Yunanto, mengaku setuju dengan diadakannya Ujian Nasional denganalasan dunia pendidikan kita perlu standarisasi yang bisa menjadi acuan. Hal tersebut juga dapat memacu murid dan guru agar memaksimalkan kemampuan mereka terlepas dari perbedaan sarana dan prasarana di sekolahnya masing-masing. Apabila kelulusan ditentukan oleh pihak sekolah dan guru, hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kecurangan-kecurangan yang ada. Uyan Gtg. Menurutnya, UN itu perlu, karena untuk mengetahui sejauh mana daya tangkap anak terhadap pelajaran yang sudah diberikan. Hanya saja pemerintah juga harus tahu perbedaan antara pola pikir masyarakat kota dengan masyarakat leuwung (daerah) itu sangat jauh perbedaannya. Apalagi menghadapi praktek. Dara Trianissa Ginanti. Menurutnya, National Examination tetap akan dilaksanakan meski banyak kontra dari masyarajat. Karena NE atau UN bisa jadi pendapatan bagi pihak tertentu.Itu adalah beberapa pendapat masyarakat mengenai Ujian Nasional, Memang Ujian Nasional mempunyai dampak Positif dan Negatif. Yang terpenting adalah, jika memang Ujian Nasional tetap diadakan, sebaiknya pemerintah tidak hanya berdiam diri dan memantau dari jauh. Pemerintah harus turun ke lapangan dan mendekatkan diri kepada siswa agar mengetahui bagaimana perasaan siswa dengan Ujian Nasional, sehingga Pemerintah bisa menerapkan sistem Ujian Nasional yang tepat sasaran dan sesuai dengan Proses Pembelajaran di Indonesia. Dan jika memang akan ditiadakan, Pemerintha juga harus membuat sistem baru untuk standar pendidikan Indonesia yang baru.Berikut beberapa informasi tentang Negara yang bisa dibilang Sangat Maju, dan mereka tidak mengenal Ujian Nasional.1. FinlandiaFinlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda. Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.2. AmerikaAmerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional. Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri. Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian masuk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994). Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.3. JermanJerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadipendidik;(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif. Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar4.KanadaDi Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.5. AustraliaDi Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya

C. Solusi Pemerintah

pemerintah tidak bisa begitu saja menuntut siswa untuk semakin pintar tanpa adanya dukungan apapun. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pemerataan infrastruktur dan kualitas pendidikan. Kita telah mengetahui bahwa terjadi gap yang sangat mengkhawatirkan tentang fasilitas pendidikan antara daerah desa dan perkotaan. Hal ini pun pasti berdampak pada kualitas pendidikan yang dihasilkan. Melihat kenyataan ini sejatinya pemerintah harus berfikir keras untuk menghilangkan gap tersebut, bukan lantas membuat pihak sekolah pontang-panting dengan kebijakan yang amat gegabah.Melihat kenyataan dengan lebih jelas, besarnya kecurangan dalam pelaksaan ujian nasional tiap tahunnya tak lagi dapat dihindari. Hasil ujian nasional menjadi ajang pertaruhan gengsi dan reputasi sebuah institusi pendidikan sehingga cara-cara licik akan dilakukan demi mengkatrol nilai-nilai siswa didik. Sistem pengawasan yang bertujuan untuk meniadakan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional justru dijadikan boomerang bagi guru. Sistem pengawasan silang ini justru dimanfaatkan guru untuk bekerja sama dengan peserta ujian nasional. Mereka mempermudahbahkan memberi peluang kepada siswa untuk menyontek.Bukan hanya guru saja,penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan juga ikut-ikutan berusaha untukmenggelembungkan (mark-up) hasil ujian nasional tersebut. Selang lima tahun pun tidak menghapuskan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan ujian nasional. Bahkan pelaksanaan teknis pun tak kunjung membaik,toh, pada ujian nasional April lalu saja, masih banyak peserta yang tidak kebagian soal ujian.Layaknya hasil ujian berdurasi dua jam yang menjawab keberhasilan proses pembelajaran tiga tahun, telah tereduksi sedemikian rupa dari sekadar bahan evaluasi kekurangan-kelebihan menjadi momok tunggal penentu masa depan siswa. Pelanggaran-pelanggaran serius yang terjadi di dalam pelaksanaan ujian nasional merupakan potret sistem pendidikan nasional yang sedang bermasalah. Kegagalan siswa didik ini seyogianya bukan tanggung jawab guru dan perangkat sekolah saja namun menjadi tanggungan pemerintah.Disamping itu, pemerintah harus mau mendengar saran dan keluhan rakyatnya, bahwa kebijakan pemerintah itu tidak selamanya benar. Barangkali maksud pemerintah melaksanakan UN itu tujuannya untuk mengontrol dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Tapi masalahnya, yang diujikan adalah tiga mata pelajaran, lalu pelajaran yang lainnya berfungsi sebagai apa? jalan terbaik adalah, berilah kebebasan kepada masing-masing daerah untuk melaksanakan ujian mandiri. Tapi kontrol tetap dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara mengawasi jalannya program pendidikan. Adapun bentuk pengawasan itu tidak selalu harus berupa Ujian Nasional. Tapi bisa berupa pemeriksaan kontinyu pada intansi-instansi pendidikan. Dan pengawasan tidak pula harus melibatkan banyak orang, cukup memanggil kepala dinasnya yang bertanggung jawab pada maju mundurnya pendidikan di daerahnya.Oleh karenanya, demi menciptakan pendidikan nasional yang bermutu dan berkualitas, semua pihak harus mau koreksi diri, berbenah dan berubah. Bila semua komponen bangsa mau ikut bertanggung jawab untuk membenahi dunia pendidikan, niscaya kejujuran dalam pendidikan untuk kemajuan seluruh anak negeri, akan dapat terwujud.

BAB IIIPENUTUP

Begitu banyak pertentangan tentang kebijakan UAN dengan konsep pandidikan seutuhnya, yang pada dasarnya , tujuan pendidikan nasional maupun dengan tujuan UAN itu sendiri. Dimana kebijakan UAN kontra produktif bagi pendidikan nasional dan tujuan yang ingin dicapai menjadi gagal total bahkan hanya menimbulkan masalah baru. Kecurangan sistematik tidak hanya mengaburkan pemetaan mengenai kondisi pendidikan nasional tapi juga berdampak buruk bagi guru dan murid dan juga kreativitas murid terkungkung karena perhatian dan porsi pembelajaran lebih besar pada mata pelajaran pilihan pemerintah. Padahal tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membentuk manusia cerdas, penuh kreativitas dan mandiri serta dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapi.Oleh karena itu pemerintah harus mengkaji ulang tentang kebijakan UAN ini atau memberikan kepercayaan kepada tim agar dapat melakukan kegiatannya secara optimal. Dengan cara demikian maka perumusan kebijakan nasional pendidikan akan berjalan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan menghasilkan kebijakan yang tepat bagi perkembangan bangsa dan Negara di masa mendatang

DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2012/09/15/kontroversi-ujian-nasional/ (diakses pada tanggal 8 Juli 2014)

http://gumonounib.wordpress.com/2010/06/09/ujian-nasional-sebagai-upaya-standarisasi-pendidikan-seri-ujian-nasional-5/ (diakses pada tanggal 8 Juli 2014)

http://wdnoegroho.wordpress.com/2010/02/18/dampak-ujian-nasional-terhadap-siswa-guru-dan-sekolah/ (diakses pada tanggal 8 Juli 2014)