makalah bab 1
DESCRIPTION
Makalah Bab 1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau
evaluasi tindakan operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut the American
Collage of Emergency Physicians states dalam melakukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan
menyediakan terapi pada pasien dengan trauma yang tidak terduga serta penyakit
lainnya.Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat
sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang
penyakit mendadak.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum:
Menyelesaikan tugas dari Dosen mata kuliah Farmakologi, dengan membuat
makalah yang berjudul Farmakologi Implikasi Kegawatdaruratan, serta
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Farmakologi Implikasi
Kegawatdaruratan
b. Tujuan khusus:
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi macam-macam keadaan
kegawatdarurat dengan menggunakan obat-obatan sesuai implikasi
kegawatdaruratan serta memberi pertolongan pertama adalah memberikan
perawatan terhadap penanganan lebih lanjut yang akan menguntungkan pada orang.
Menggambarkan indikasi obat-obat kegawatdaruratan yang terdaftar dalam bab
ini. Menjelaskan bagaimana cara memberikan obat-obat tersebut dengan benar.
Menyebutkan pertimbangan-pertimbangan perawat dan kerja spesifik dari masing-
masing obat. Difinisikan mekanisme kerja dari setiap obat kegawatdaruratan.
Menggambarkan reaksi yang merugikan dari masing-masing obat.
1 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
1.3 Ruang Lingkup Bahasan
1. Apakah Obat-Obat Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung?
2. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Gangguan Bedah Saraf?
3. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Keracunan?
4. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Syok?
5. Apakah Obat-obat kegawatdaruratan untuk Krisis Hipertensi?
2 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Obat-Obat Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung
Obat-obat yang di bahas dalam bagian ini adalah obat yang menjadi indikasi pada
keadaan kegawatdaruratan jantung seperti angina,infrak miokardium,gangguan irama
jantung ,dan henti jantung.Pengetahuan dasar yang cukup disertai kemudahan untuk
memakai obat-obat ini dan kelengkapan peralatan yang diperlukan adalah penting
untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi klien dengan keadaan kegawatdaruratan
jantung.
a.Nitrogliserin
Nitrogliserin mendilatasi arteri koronaria dan memperbaiki aliran darah ke
miokardium yang mengalami iskemia.Karena itu obat ini menjadi obat pilihan
untuk mengobati angina pektoris(sakit dada) dan infrak miokardium (serangan
jantung). Nitrogliserin tersedia dalam bentuk sublingual, oral, topikal, dan
intravena.
Nitrogliserin Sublingual (nitrostat) (0,3-0,4 mg) merupakan indikasi bagi
klien yang sedang mengalami serangan angina akut.Jika nyeri dada tidak
menghilang ,tablet sublingual dapat boleh diulang dengan interval 5 menit sampai
total 3 tablet.jika nyeri menetap, perlu dilakukan intervensi kegawatdaruratan
yang lebih lanjut.Hipotensi adalah suatau efek samping yang sering
terjadi,terutama bila klien baru pertama kali memakai nitrogliserin.Bisa juga
timbul takikardia atau kadang-kadang bradikardia.
Nitrogliserin intravena (Tridil) disimpan untuk klien yang datang dengan
angina tidak stabil atau infrak miokardium akut.Infus biasanyaa dimulai dengan
kecepatan 10-20 g/menit dan tingkatkan dengan 5-10 g/menit setiap 5-10 menit
berdasarkan pada respon nyeri dada dan tekanan darah.
3 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
b.Morfin Sulfat
Morfin Sulfat ,suatau analgesik narkotik,biasanya dipakai untuk mengobati
sakit dada yang berkaitan denga infrak miokardiumakut.Juga merupakan indikasi
untuk mengobati edema paru-paru akut.Morfin menghilangkan sakit ,memperlebar
pembuluh vena,dan mengurangi beban jantung.dosis standar morfin sulfat 2-5 mg
intravena (IV) diulang setiap 5-30 menit sampai sakit dada hilang.Perawat harus
waspada akan depresi pernapasan dan hipotensi yang merupakan reaksi yang
merugikan yang sering timbul.Bisa diberikan antagonis narkotik naloxon (narcan)
untuk melawan kerja morfin jika reaksi yang merugikan yang timbul membahyakan
klien.Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit seperti indikasi.
c.Atropin sulfat
Atropin Sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole,blok jantung
(mis,Curah jantung rendah,hipotensi ), dan briadikardia (denyut jantung
lambat)yang mengganggu hemodinamika jantung.Atropin bekerja untuk
meningkatkan denyut jantung dengan menghambat kerja saraf vagus (efek
parasimpatolitik) .Atropin sulfat juga dipakai untuk obat kegawatdaruratan untuk
melawan efek-efek toksik yang timbul akibat keracunan pestisida
organofosfat ,yang mencakup bradikardia ,dan sekresi berlebihan.Pada bradikardia
simptomatik,atropin diberikan secara intravena dengan dosis 0,5 mg setiap interval
3-5 menit sampai denyut jantung normal tercapai,atau sampai 0,04 mg/kg atau
sampai di beri total 3 mg.pada aistole (henti jantung ), atropin diberikan dengan
dosis bolus 1,0 mg secara IV ,yang dapat diulang sampai batas dari dosis
maksimum.
Dosis atropin intravena dewasa tidak boleh kurang dari 0,5 mg atau lebih dari
dari 3 mg ,dosis dibawah 0,5 mg dapat menimbulkan bradikardia parasoksikal ,pada
dosis 3 mg atau lebih besar,aktivitas vagal terhambat sepenuhnya dan pemberian
atropin lebih lanjut tidak memberikan keuntungan apapun.Atropin Sulfat dapat
diberikan melalaui selang endotrakea jika tidak dapat dilakukan infus vena,dosis IV
yang 2-2,5 kali lebih besar harus diencerkan dalam 10 ml air steril atau salin normal
dan diteteskan kedalam selang endotrakea melalui selang makanan yang dipasang
4 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
pada tabung suntik.Setelah pemberian endotrakea klien harus diventilasi dengan
kuat dengan kantong Ambu untuk mempercepat absorpsi obat.Efek yang merugikan
yang utama adalah disritmia jantung,takikardia ,iskemia
miokardium,gelisah,cemas,midriasis,rasa haus ,dan retensi urin.
Implikasi pada anak ,Karena pada bayi dibawah 6 bulan curah jantung
bergantung pada denyut jantung,maka bradikardia (denyut jantung kurang dari 80)
harus diobati.
Dosis atropin untuk anak-anak adalah 0,02 mg/kg IV atau melalui selang
endotrakea (ETT) atau melalui jalur intraosseus.Penting diketahui bahwa dosis
minimum adalah 0,1 mg.Dosis anak maksimum adalah 1,0 mg untuk anak kecil dan
2,0 untuk remaja.untuk bayi 0,01-0,03 mg/kg epinefrin secara IV ata selang
endotrakea,karena bayi baru lahir mudah kekurangan simpanan katekolamin.
d.Isoproterenol
Isoproterenol (Isuprel) adalah suatu obat adrenergik beta diberikan untuk
meningkatkan denyut jantung .Biasanya ,Isoproterenol hanya dipertimbangkan
apabila pemberi atropin dosis maksimum (3 mg) ,dopamin dan infus epinefrin ,dan
pacemaker transkutanesus telah gagal menghasilkan respon klinik yang diinginkan
pada klien yang mengalami blok jantung derajatvtiga .Klien seperti ini ,yaitu yang
menunjukkan bradikardia simtomatik refrakter,adalah calon untuk mendapatkan
Isoproterenol.Isoproterenol diberikan secara infus IV ,biasanya 1 mg dilarutkan
kedalam 500 mL dextrosa 5% dalam air,dititrasikan dengan kecepatan 2-10 g/menit
sampai denyut jantung mencapai sekitar 60 denyut setiap menit (dpm) .Reaksi yang
merugikan yang berarti meliputi iskemia miokardium ,takikardia,dan disritmia berat
seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.
Implikasi pada anak.Infus epinefrin mungkin lebih disukai dari pada infus
isoproterenol dalam meningkatkan denyut jantung sampai diatas 80 denyut
permenit pada anak-anak .Isoproterenol dapat menyebabkan penurunan yang besar
tekanan darah diastolik.Seperti pada klien dewasa ,isoproterenol tidak pernah
dipakai pada keadaan henti jantung.
e.Verapamil
5 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Verpamil (Isoptin) ,sutau penghambat saluran kalsium ,diberikan untuk
mengobati takikardia (denyut jantung yang cepat) yang berasal dari atas ventrikel
(takikardia supraventikular) .Verapamil memperlambat hantaran melalui jantung
dan memiliki efek inotropik nrgatif dan vasodilatasi.Pada keadaan
kegawatdaruratan ,verapamil diberikan sebagai bolus melalui intravena dengan
dosis yang bervariasi tergantung pada usia dan berat badan ,tetapi tidak boleh
melebihi 10 mg dalam satu menit.Boleh di berikan dosis ulangan.Gangguan
hantaran jantung dan hipotensi yang berat dapat timbul.
f.Adenosin
Adenosin (Adenocard) diperkenalkan belakangan ini untuk mengobati
takikardia supraventrikular paroksimal (TSVP) ,irama yang cepat dan tidak
terkendalikan yang terjadinya tiba-tiba.Adenosin memperlambat hantaran impuls
melalui atrioventricular (AV) node pada jantung,memutuskan disritma sehingga
menghasilkan pathway baru,dan dapat memulihkan irama jantung pada klien yang
mengalami TSVP.Karena waktu paruhnya kurang dari 10 detik,adenosin diberikan
dengan cepat sebagai bolus 6 mg IV dalam waktu 1-2 detik.satu bolus 12 mg dapat
diberikan dalam waktu 1-2 menit setelah dosis awal jika TSVP menetap dan dapat
diulang sekali lagi bila perlu.Dosis yang lebih besar dari 12 mg tidak
dianjurkan.Adenosin menghambat metilxantin seperti kafein dan teofilin.Beberapa
reaksi yang merugikan telah dilaporkan,dapat timbul hipotensi dan
dispnea.Adenosin merupakan kontraindikasi pada klien yang memiliki blok jantung
derajat tiga dan dua dan pada klien yang mengalami sick sinus syndrome ,kecuali
pada mereka yang memakai pacemaker yang berfungsi dengan baik.
g.Lidokain
6 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Lidokain adalah obat utama yang dipakai untuk mengobati disritmia ventrikel
(denyut jantung yang tidak teratur),Seperti kontraksi ventrikel prematur ,takikardia
ventrikel ,dan fibrilasi ventrikel .Lidokain memiliki efek anestesi lokal pada
jantung,sehingga menurunkan iritabilitas miokardium.Dengan alasan ini,lidokain
sering diberikan setelah terjadi infark miokardium sebagai pencegahan terhadapa
disritmia ventrikel yang berbahaya.Biasanya klien yang mengalami disritmia
ventrikel diberikan bolus 1-1,5 mg/kg lidokasi IV,diikuti dengan 0,5 mg/kg setiap
5-10 menit sampai disritmia terkendalikan atau sampai dosis total yang diberikan
mencapai 3 mg/kg .Lidokain infus secara terus menerus dimulai dengan dosis 2,4
mg/menit untuk mempertahankan kadar terapeutik dalam serum.Lidokain dapat
juga diberikan melalui selang endotrakea dalam jumlahb 2-2,5 dosis
IV.Pertimbangan perawatn yang penting untuk klien yang diberikan lidokain
meliputi pemantauan jantung secara terus menerus dan penilaian tanda-tanda dan
gejala-gejala dari keracunan lidokain(kekacauan mental,rasa mengantuk,gangguan
pendengaran,kedutan otot,dan kejang).Karena lidokain di metabolisme di dalam
hati,maka klien dengan gangguan hati ,gagal jantung kengestif ,syok ,dan berusia
lanjut memiliki resiko timgi mengalami keracunan lidokain.Pada klien-klien
ini ,dosis lidokai mungkin perlu diturunkan sampai 50%.
Implikasi pada anak.Ektopik ventrikel sering terjadi pada anak-
anak .Penyebab metabolik harus dicurigai jika timbul disritmia ventrikel.Dosis
lidokain anak adalah 1 mg/kg IV,endotrakea ,atau melalui intraosseus.Dosis infus
rumatan sebesar 20-50 g/kg/menit dianjurkan setelah dosis bolus diberikan.
h.Prokainamid
Prokainamid (Pronestyl) adalh suatu agen antidisritmia yang sering
diberikan jiko lidokain gagal mencapai respin klinik yang diinginkan.Indikasi
meliputi takikardia ventrikel,kontraksi ventrikel prematur,dan disritmia
supraventrikel cepat.Dosisi intravena awal untuk prokainamid yang sering
diberikan adalah 20-30 mg/menit sampai disritmia berhasil diobati.Hal lain dalam
penberian prokaainamid mencakup pemberian suatu dosis total 17
mg/kg ,perkembamgan hipotensi,dan perubahan khas pada elektrokardiogram
7 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
(misalnya pelebaran kompleks QRS sampai 50 % atau lebih) Dosis infus rumatan
sebesar 1-6 mg/menit yang secara terus menerus diberikan setelah dosis
pembebanan.
Pemberian prokainamid dapat menyebabkan hipotensi berat.Blok jantung ,
gangguan irama,dan henti jantung dapat juga timbul.Prokainamid merupakan
kontraindikasi pada pasien Forsades de pointes .Obat ini dieliminasi melalui
ginjal,karena ini klien yang mengalami gagal ginjal memilikinresiko tinggi untuk
mendapatkan reaksi yang merugikan dan seringkali memerlukan dosis yang lebih
kecil.
i.Bretilium Tosilat
Bretilium ( Bretilol ) adalh suatu agen antidisritmia yang dipake untuk
mengobati takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikrl apabila
lidokain ,perangsangan dengan listrik atau prokainamid telah di coba dan tidak
berhasil.Cara kerja bretilium masih belum diketahui dengan jelas.Untuk fibrilasi
ventrikel ,bretilium diberikan tanpa dicairkan sebagai bolus intravena yang cepat
dengan dosis 5 mg/kg .Dosisnya bisa ditingkatkan sampai 10 mg/kg jika perlu
diulang setiap 15-30 menit sampai telah diberikan dosis maksimum 30
mg/kg.Untuk takikardia ventrikel ,beritilium biasanya dicairkan dalam
50 ml dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal.dan 5 mg/kg diberikan
secara lambat dalam waktu 8-10 menit,infus cepat dapat menyebabkan rasa
mual,muntah,dan tekanan darah rendah pada klien yang sadar.Jangan berikan
bretilium sampai melampaui dosis total maksimum 30 mg/kg dalam waktu 2
jam .Infus bretilium yang dilakukan secara terus menerus dapat dimulai dengan
kecepatan 2 mg.menit .Bretilium bisa belum menunjukkan efeknya sampai 20
menit setelah disuntikan.Pada klien yang mengalami takikardia ventrikel ,bretilium
mula-mula dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kecepatan denyut
jantung diikuti dengan hipotensi ortostatik.Biasanya,membaringkan klien secara
terlentang dan pemberian infus IV sudah merupakan intervensi yang memadai
untuk mengobati hipotensi ortostatik.
Implikasi pada anak.The American Heart Association (1988) menganjurkan
8 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
pemakaian obat ini pada anak-anak yang tidak memberikan respon pada lidokain
dan defibrilasi untuk mengobati fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel.Dosis
yang direkomendasikan adalah 5 mg/kg IV diikuti dengan defibrilasi.Dosis boleh
ditingkatkan sampai 10 mg/kg apabila fibrilasi ventrikel menetap.
j.Epinefrin
Epinefrin adalah suatau katekolamin dengan efek alfa dan beta
adrenergik.Indikasi pemberian epinefrin intravena mencakup bradikardia,asistole dan
fibrilasi ventrikel.Epinefrin dipikirkan dapat memperbaiki perfusi dari jantung dan
otak pada keadaan henti jantung melalui kontraksi pembuluh darah perifer.Selain
itu,epinefrin meningkatkan kemungkinan berhasilnya pengobatan elektrical
contershock (defibrilasi) pada penderita fibrilasi ventrikel.Untuk bradikardia ,suatu
infus epinefrin dapat diberikan dengan dosis 2-10 g/menit .Untik asistole dan fibrilasi
ventrikel ,epinerfin diberikan dalam dosis 1 mg IV setiap 3-5 menit sampai respons
klinik yang diinginkan tercapai (biasanya dengan kembalinya aktivitas jantung yang
efektif) .Epinefrin juga bisa diberikan melalui endotrakea,seperti pada pemberian
atropin sulfat yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Implikasi keperawatan untuk klien yang mendapatkan epinefrin mencakup
pemantauan secara terus menerus hemodina,ik dan jantung.Epinefri dapat
menyebabkan iskemia miokardium dan disritma jantung.Epinefrin seharusnya tidak
boleh diberikan pada tempat suntikan yang sama dengan larutan alkali seperti
natrium bikarbonat,larutan alkali membuat epinefrin menjadi tidak aktif.Selain itu
adanya asidosis metabolik atau respiratori akan menurunkan efetikvitas epinefrin.
Implikasi pada ank.Dosis epinefrin untuk henti jantung pada anak-anak
adalah 0,01 mg/kg (1 : 10.000 lautan ) diberikan secara IV,endotrakea,atau melalui
jalur intraoseus.
TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN JANTUNG
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
9 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Nitrogliserin
(Nitrostat,Tridil)
SL : 0,3-0,4 4444mg
IV :Drip:10-20 g/menit ,dinaikakan
5-10 g/menit setiap 5-10
menit(diitirasi)
Nyeri
dada,angina,anginatidak
stabil,IM
Morfin Sulfat IV:2-5 mg setiap 5-30 menit Nyeri dada,angina tidak
stabil,edema paru-paru
Bradikardia
simptomatik,asistolik
Atropin Sulfat IV:SET: 0,5-1 mg;dapat diulang
sampai 2mg(maks)
Bradikardia
simptomatik ,asistolik
Isoproterenol(Isupr
el)
IV:Drip:2-10 g/menit Bradikardia simptomatik
yang tidak berespons
terhadap atropin sulfat
Verapamil(Isoptin,
Calan)
IV:Dosis tergantung dari usia dan
berat badan;tidak bileh melebihi 10
mg;ulango dosis jika perlu
Takikardia supraventrikular
paroksismal
Adenosin
(Adenocard)
IV:Mula-mula:6 mg kemudian 12
mg dalam 1-2 menit jika perlu,dapat
diulangi 12 mg 1 kali
Takikardia supraventrikular
paroksimal
Lidokain IV:SET:1 mg/kg ,dapat diulangi 0,5
mg/kg setiap 8 menit sampai 3
mg/kg (maks)
Drip:1-4 mg/menit
Kontraksi ventrikel
prematur,fibrilasi
ventrikel.fibrilasi ventrikel
Prokainamid(Prone
styl)
IV:100 mg setiap 5 menit pada 20
mg/menit sampai 1 g (maks) (kenali
titik akhir)
Drip:1-4 mg/menit
Kontraksi ventrikel
prematur,fibrilasi
ventrikular,disritmia atrium
Bretilium
tosilat(Bretylol)
IV;mula-mula:5 mg/kg,kemudian 10
mg/kg setiap 15-30 menit sampai
total 30 mg/kg (maks)
Takikardiaventrikel,fibrilasi
ventrikel
Epinefrin IV:SET:0,5-1 mg:dapat diulangi Asistole,fibrilasi ventrikel
10 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
setiap 5 menit
Natrium
bikarbonat
IV:mula-mula:1 mEq/kg,kemudian
0,5 mEq/kg jika perlu
Asidosis metabolik
Kunci:IV:intravena; SL:Sublingual; SET:Selang endotrakeal; IM:infark miokardium
k.Natrium Bikarbonat
Natrium Bikarbonat diberikan untuk mengobati asidosis metabolik yang
seringkali timbul bersama henti jantung.Standar yang sekarang dipakai
menganjurkan pemberian natrium biokarbonat setelah klien diberikan ventilasi yang
memadai ,kompresi dad, dan terpai obat telah gagal memperbaiki keadaan asidosis.
Natrium bikarbonat tidak lagi menjadi obat yang pertama kali di berikan pada
keadaan henti jantung,obat ini diberikan berdasarkan pada hasil analisa gas darah
arteri jika asidosisnya berat.Pada peristiwa dimana seorang klien telah mengalami
henti jantung untuk waktu yang lama dan analisa gas darah tidak ada,natrium
bikarbonat boleh diberikan sebagai bagian dari usaha resusitasi.Dosis mula-mula
standsr untuk pemberian intravena adalah 1 mEq/kg.Obat ini boleh diulang dengan
dosis 0,5 mEq/kg setiap 10 menit jika perlu.
Pertimbangan keperawatan penting yang berhubungan dengan natrium
bikarbonat mencakup pemantauan yang cermat atas hasil analisa gas darah
arteri.Pemberian natrium bikarbonat dapat menimbulkan alkalosis metabolik.Selain
itu,katekolamin seperti epinefrin ,norepinefrin,dan dopamin tidak boleh diinfuskan
pada tempat yang sama dengan natrium bikarbonat,katekolamin diinaktivitas oleh
larutan yang mengandung natrium bikarbonat.Tabel 43-1 mencantumkan obat-obat
kegawatdaruratan jantung,dosiss pemberiannya ,dan indikasi.
Implikasi pada anak.Jika asidosis metabolik menetap setelah tindakan untuk
mempertahankan ventilasi dan oksigenasi optimal,natrium bikarbonat boleh
diberikan pada klien ank-anak dengan dosis 1 mEq/kg melalui IV atau
intraesseus.Dosis lanjutan sebesar 0,5 mEq/kg boleh diberikan setiap 10 menit jika
pemeriksaan gas darah tidak ada.Natrium bikarbonat adalah larutan yang
hiperosmolar dan harus dilarutkan terlebih dahulu dari suatu larutan 4,2% (0,5
11 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
mEq/mL) untuk bayi di bawah 3 bulan.
2.2 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK GANGGUAN BEDAH SARAF
Obat-obat bedah saraf sering diberikan pada keadaan kegawatdaruratan, trauma
dan perawatan keadaan kriti. Untuk mencapai hasil yang maksimum, obat-obat ini
harus diberikan sedini mungkin bila merupakan indikasi klinik. Pengetahuan tentang
cara dan pendoman pemberian yang benar akan meningkatkan efektivitas terapeutik.
Obat-obat ini bisa juga dibaca pada bab-bab yang khusus membahas tentang masing-
masing golongan obat.
a. Manitol
Manitol adalah suatu diuretik osmotik dipakai pada keadaan kegawaatdaruratan
dan bedah saraf untuk mengobati peningkatan tekanan intrakaranial, yang bisa
timbul setelah suatu trauma kepala, bedah saraf, dan jenis-jenis patologi intracranial
lain. Manitol dapat diberikan sebagai suatu bolus intravena atau melalui suatu infus
yang terus menerus. Dosis bolus mula-mula yang biasa diberikan adalah 0,5-1,0
g/kg IV. Dosis selanjutnya sangat bervariasi. Manitol sangat mengiritasi vena.
Perawat harus memakai jarum berfilter bila memberikan manitol karena Kristal
dapat terbentuk dalam larutan dan ikut terbawa kedalam suntikan jika kurang
berhati-hati. Selain itu, perawat harus memantau hasil pemeriksaan laboratiorium
dan dengan teliti mencatat masukan dan keluaran untuk menilai status volume
cairan karena dieresis dapat menjadi sangat penting.
b. Metilprednisolon
Dosis tinggi metilprednisolon (solu-medrol) belakangan ini dilaporkan dapat
memperbaiki fungsi sensorik dan motorik pada klien yang mengalami cedera
traumatic medulla spinalis dari 6 minggu sampai 6 bulan setelah cedera. Tetapi
12 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
untuk mencapai hasil pengobatan yang diinginkan maka suatu protokol
farmakologis yang ketat harus dijalani. Metilprednisolon harus diberikan seperti
cara dibawah ini dalam waktu 8 jam setelah cedera medula spinalis akut, dosis
awal 30 mg/kg berat badan klien diberikan intravena pada jam pertama terapi
(dicampur dalam 100mL larutan Ringer laktat atau larutan normal salin) kemudian
dilanjutkan dengan infus.
TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK GANGGUAN BEDAH
SARAF
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Manitol IV: 12,5-50 g Meningkatkan tekanan
intracranial
Metilprednisolon
(Solu-Medrol)
IV: dosis pembebanan: 30 mg/kb dalam 100
mL
LNS atau RL; kemudian 5,4 mg/jan x 23 jam
Cedera madula spinalis akut
(dalam 8 jam setelah cedera)
Rumatan sebesar 5,4 mg/kg/jam dan dilanjutkan untuk 23 jam. Kontraindikasi
relatif meliputi kehamilan, diabetes mellitus yang tidak dikontrol, alergi pada obat
dan cedera medulla spinalis yang sudah lebih dari 8 jam. Reaksi yang merugikan
meliputi hipertensi sementara pada pemberian dosis awal dan peningkatan tekanan
gula darah selama infuse berlangsung. Perawat harus memantau tanda-tanda vital
dan gula darah dan melakukan pengkajian neurologic secara tepat dan sering.
Steroid kadang-kadang diberikan untuk tipe lain trauma neurologic, tetapi
pemakaiannya kontrovesial.
2.3 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KERACUNAN
Walaupun terdapat berbagai antidotum untuk jenis keracunan tertentu, tetapi obat-
obat yang disajikan dalam bagian ini adalah yang paling sering diberikan didalam
kasus kelebihan dosis obat dan menelan substansi beracun, kecuali pada hal-hal
13 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
tertentu. Perhatian khusus harus diberikan kepada pendoman pemberian obat untuk
mendapatkan hasil klinis sebaik mungkin bagi klien. Obat-obat ini direferensi silang
pada bab-bab khususnya.
a. Nalokson
Nalokson (Narcan) digolongkan sebagai antagonis opiat. Obat ini memulihkan
efek semua obat-obat opiat (contoh yang sering adalah morfin, meperidin, kodein,
propoksifen, dan heroin) dengan bersaing untuk mendapatkan tempat respetor
opiate pada tubuh. Nalokson diindikasikan pada individu yang memakai obat-
obat opiate dalam overdosis, mereka yang mengalami depresi pernapasan dan
kardioveskular pada pemakaian opiate dalam dosis terapeutik dalam lingkup
pelayanan kesehatan, dan pada mereka yang dibawa kebagian kegawatdaruratan
dalam keadaan koma yang sebabnya tidak diketahui (mungkin akibat obat).
Dosis tipikal dari nolokson untuk overdosis opiate yang diketahui atau
dicurigai pada orang dewasaa adalah 0,4 sampai 2 mg pada pemberian IV setiap
dua sampai 3 menit sampai keadaan klien mencapai taraf yang diinginkan. Jika
tidak ada perubahan setelah obat disuntikan sebanyak 10 mg, obat-obat non opiate
atau penyakit lain harus dicurigai. Meskipun nalakson harus diberikan intravena
dalam keadaan kegawatdaruratan obat ini dapat juga diberikan secara IM atau SK
jika tidak dapat diberikan secara IV.
Karena kebanyakan dari obat-obat opiate mempunyai masa kerja yang lebih
panjang daripada nalakson, perawat harus memantau dengan ketat tanda-tanda
dan gejala-gejala efek kekambuhan obat opiat pada klien seperti depresi
pernapasan dan hipotensi. Dalam keadaan ini pemberian nalokson mungkin perlu
diulang beberapa kali atau diperlukan pemberian infus secara kontinu. Nalokson
tidak mempunyai reaksi yang merugikan yang utama, tetapi dapat memicu gejala-
gejala putus obat pada klien yang kecanduan obat-obat opiate. Selain itu, edema
paru telah dilaporkan terjadi setelah pemberian nalokson pada klien yang
mengalami overdosis morfin.
b. Digoxin Immune Fab
14 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Digoxin Immune Fab (Digibind) adalah antidotum untuk overdosis digoksik.
Obat ini bekerja dengan mengikat digoksin dalam aliran darah sehingga mencegah
dan memulihkan efek toksitnya. Dosis dari digoxin immune fab tergantung dari
berat badan klien dan jumlah digoksin yang dimakan. Anjuran perusahaan obat
harus dikuti karena setiap kasus sangat berbeda-beda pada masing-masing
individu.obat direkonstitusi dan diberikan secara intravena, biasanya selama 15
sampai 30 menit. Reaksi merugikan yang khas terjadi adalah distritmia jantung,
reaksi alergik, dan hipokalemia.perawat harus memantau dengan ketat kadar
kalium serum klien selama dan sesudah infuse karena hipokalemia yang berat
dapat cepat terjadi dan membutuhkan penggantian kalium.
c. Sirup Ipekak
Sirup ipekak merupakan suatu emetic (suatu agen yang dipakai untuk
menginduksi muntah dari racun-racun yang tertelan). Obat ini berupa cairan yang
dapat dibeli bebas dan dipakai secara oral. Dosis standar dari ipekak untuk anak-
anak diatas 1 tahun dan orang dewasa adalah 15 ml diikuti dengan 200-300 ml air
atau susu untuk menambah efek emetic (minuman yang mengandung karbon
dapat menyebabkan distensi lambung). Pemberian ipekak dapat diulangi sekali
lagi jika muntah tidak terjadi dalam waktu 20 menit.
Ipekak harus dipakai dengan hati-hati. Perawat harus memberikan ipekak
sebelum pemberian arang aktif (arang akan menginaktivasi ipekak). Perawat juga
harus memberitahu klien dan anggota keluarganya untuk menghubungi pusat
informasi keracunan sebelum memakai atau memberikan ipekak dirumah. Mereka
harus mencari pertolongan medis segera. Perawat harus mengetahui
kontraindikasi berikut dari pemberian ipekak: penyakit jantung atau syok jantung
(ipekak sangat bersifat kardiotoksik)., tidak sadar atau setengah tidak sadar atau
gangguan refleks muntah (dapat menyebabkan aspirasi muntah) dan keracunan
produk petroleum atau agen korosif seperti asam atau basa (aspirasi dari senyawa-
senyawa kimia ini sangat berbahaya). Jika klien tidak muntah dalam waktu 30
menit setelah pemberian obat harus segera dikeluarkan dengan bilas lambung
karena efek kardiotoksik dapat terjadi jika ipekak diabsorpsi (contohnya distritmia
15 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
jantung, hipotensi, bradikardi, atau miokarditis yang fatal). Efek yang merugikan
yang lainnya adalah muntah yang berkepanjangan, diare dan depresi.
d. Arang Aktif
Arang aktif diresepkan untuk keracunan karena dapat mengabsorpsi toksin-
toksin dalam saluran gastrointestinal dan mencegah absorpsi racun kedalam
tubuh. Pada kasus-kasus keracunan yang telah diketahui atau yang dicurigai,
arang aktif dipersiapkan untuk pemberian oral atau melalui selang lambung.
Dosisnya tergantung dari jumlah racun yang termakan, dosis minimumnya adalah
30 gram. Araang aktif dapat diberikan setiap 6 jam selam satu atau dua hari untuk
membantu pembuatan toksin dari aliran darah. Muntah merupakan reaksi yang
merugikan yang sering terjadi dan perawat harus memakai arang aktif dengan
sangat berhati-hati pada klien yang refleks menelannya terganggu atau klien yang
mengalami gangguan kesadaran karena adanya risiko aspirasi. Arang aktif tidak
boleh diberikan bersama-sama produk susu karena dapat mengurangi khasiat
penyerapannya. Pencahar seringkali diberikan setelah pemberian arang aktif untuk
mempercepat eliminasi senyawa arang toksin dari tubuh. Klien harus diberitahu
bahwa arang menyebabkan tinja berwarna hitam.
e. Magnesium Sulfat
Pada keracunan, magnesium sulfat diberikan secara oral atau melalui selang
lambung sebagai suatu katartik, suatu agen yang mempercepat eliminasi tinja dan
evakuasi usus. Obat ini sering kali diberikan setelah pemberian arang aktif, seperti
yang dijelaskan sebelumnya. Dosis oral yang sering dipakai adalah 5-15 gram,
diberikan dengan segelas air. Kerja katartik dimulai 1-2 jam setelah obat ditelan.
Magnesium sulfat adalah kontraindikasi pada klien dengan obstruksi usu, sakit
perut, mual, atau muntah. Jika pemakaian magnesium sulfat diperpanjang,
perawat harus memantau keadaan klien untuk menemukan adanya dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.
TABEL OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KERACUNAN
16 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Nalakson
(Narcan)
IV: 0,4-2 mg, setiap 2-3
menit jika diperlukan (juga
dapat diberikan melalui
SET)
Takar lajak opiate, depresi
kardiovaskular atau
pernapasan karena opiate,
koma karena sebab yang
tidak jelas
Digoksin imin fab
(Digibind)
IV: sangat tegantung secara
individual
Takar lajak digoksin
Sirup ipekak PO: 15 mL, dapat diulang
dalam 20 menit x 1 (lihat
pembahasan untuk tindakan
kewaspadaan)
Agen emetic; keracunan
Arang aktif PO: 30 g (dosis minimum) Keracunan
Magnesium sulfat PO: 5-15 g Katartik; keracunan
2.4 OBAT-OBAT KEGAWAT DARURATAN UNTUK SYOK
Pada berbagai keadaan syok obat-obat mungkin diperlukan untuk menaikan
tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Agen terapeutik yang di jelaskan
dalam bagian ini merupakan indikasi pada keadaan-keadaan seperti syok
kardiogenik, syok neurogenik, syok septik, syok anafilatik dan syok insulin.
Pengecualian yang perlu di catat adalah syok hipovolemik (syok karena
berkurangnya volume darah atau cairan); obat-obatan tidak dipakai untuk
memperbaiki hipotensi. Pemberian cairan atau produk darah atau keduanya adalah
satu-satunya cara yang dapat diterima untuk mengobati syok hipovolemik. Obat-obat
ini direfrensi silang pada bab-bab khususnya.
a. Dopamin
Dopamin (inotropin) adalah suatu agen simpathomimetik sering dipakai untuk
mengobati hipotensi dalam keadaan syok yang bukan disebabkan oleh
hipovolemia. Dopamin bisa juga dipakai untuk meningkatkan denyut jantung
17 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
(efek beta1) pada keadaan bradikardia disaat atropin tidak menghasilkan kerja
yang efektif pada dosis 5-20 mg/kg/menit. Kerja dari dopamin tergantung pada
dosisnya; pada dosis kecil (1-2 µg/kg/menit), dopamin mendilatasi pembuluh
darah ginjal dan pembuluh darah mesenterik, menghasilkan peningkatan
pengeluaran urin (efek dopaminergik); pada dosis 2-10 µg/kg/menit, dopamin
meningkatkan curah jantung melalui peningkatan kontraktilitas jantung (efek
beta1) dan meningkatkan tekanan darah melalui vasokontriksi (efek alfa-
adrenergik). Efek alfa predominan pada dosis sama atau lebih besar dari 10
µg/kg/menit: terjadi vasokontriksi ginjal, mesenterik dan pembuluh perifer.
Vasokontriksi seperti itu, walaupun kadang-kadang perlu untuk mempertahankan
tekanan darah yang memadai pada syok berat, dapat menimbulkan perfusi
jaringan dan organ yang buruk, menurunkan kemampuan jantung, dan
menurunkan produksi air kemih. Karena itu, dalam memberikan dopamin pakai
dosis efetif terendah. Untuk menghentikan pengobatan dopamin harus dilakukan
secara bertahap; penghentian pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan
hipotensi berat.
Dopamin sering sekali diberikan dalam bentuk campuran dengan konsentrasi
400-800 mg dalam 250 mL dekstrosa 5% dalam air dan diberikan secara IV
melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang akurat.
Pemantauan tekanan darah dan jantung secara terus-menerus adalah penting.
Perawat harus mencatat dengan seksama tanda-tanda vital dan masukkan maupun
keluaran air kemih. Reaksi yang merugikan yang cukup berarti adalah takikardia,
disritmia, iskemia miokardium, mual, dan muntah. Tempatkan suntikan IV harus
dikaji setiap jam untuk mengetahui adanya infiltrasi obat: dopamin ekstravasasi
(keluar kedalam jaringan) akaan menimbulkan nekrosis jaringan yang dapat
memerlukan operasi debridemen dan cangkok kulit. Jika timbul ekstravasasi,
disekitar tempat suntikan harus disuntikan fentolamin (regitine), 5-10 mg
dilarutkan dalam 10-15 mL salin normal untuk mengurangi atau mencegah
kerusakan jaringan.
b. Dobutamin
18 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta1
adrenergik. Efek beta1 termasuk meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium
(efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik
positif). Dobutamin merupakan indikasi pada keadaan syok apabila ingin
didapatkan perbaikan curah jantung dan kemampuan kerja secara menyeluruh.
Tekanan darah hanya meningkatkan melalui peningkatan curah jantung;
dobutamin tidak memiliki efek vasokontriksi. Biasanya dosis IV bervariasi dari
2,5-20 µg/kg/menit diberikan melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan
dosis yang tepat. Konsentrasi dobutamin yang sering dipakai adalah 1000mg
dicampur dalam 250 mL dekstrosa 5% dalam air atau normal salin. Seperti
dopami, pemberian dobutamin harus dihentikan secara bertahap, jika sudah tidak
diperlukan lagi.
Pemantauan tekanan darah dan curah jantung secara terus-menerus perlu
dilakukan pada klien yang mendapatkan infus dobutamin. Reaksi yang merugikan
berkaitan dengan dosis dan meliputi iskemia miokardium, takikardia, disritmia,
sakit kepala, mual, dan tremor. Perawat harus memantau tanda-tanda vital dan
masukan serta keluaran urin dengan teliti dan periksa setiap adanya tanda-tanda
atau gejala-gejala iskemia miokardium seperti nyeri dada atau terjadinya
disritmia.
c. Norepinefrin
Norepinefrin (Levarterenol, Levophed) adalah suatu katekolamin dengan kerja
vasokontriksi yang sangat kuat (efek alfa-adrenergik). Obat ini dipakai dalam
keadaan syok, sering dipakai sebagai obat terakhir, pada saat obat-obat seperti
dopamin dan dobutamin gagal menghasilkan tekanan darah yang memadai.
Seperti dopamin dosis tinggi, adanya vasokontriksi perifer mungkin dapat
menimbulkan gangguan kemampuan jantung dan menurunkan perfungsi jaringan
dan organ. Pada umumnya, 4-8 mg norepinefrin ditambahkan kedalam 250 mL
dekstrosa 5% dalam air atau larutan salin normal dan diinfusikan dengan dosis 2-
12 µg/menit untuk orang dewasa. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah dan
jantung secara terus-menerus. Obat harus dihentikan secara bertahap dengan
19 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
lambat; penghentian pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan hipotensi
yang berat.
Tindakan keperawatan dan pertimbangan-pertimbangan keperawatan adalah
sama dengan dopamin. Norepinefrin tidak boleh dipakai untuk mengobati
hipotensi pada klien yang mengalami hipovolemik; pada klien ini harus terlebih
dahulu diberikan cairan, darah atau keduanya untuk memulihkan volume cairan
tubuhnya. Reaksi yang merugikan dapat ditimbulkan norepinefrin adalah iskemia
miokardium, disritmia, dan gangguan perfusi organ. Ekstravasasi dari norepinefrin
akan menimbulkan nekrosis jaringan; karena itu, penting untuk memperhatikan
tempat infus. Jika terjadi ekstravasasi, daerah terkena harus diberi fentolamin,
seperti yang dijelaskan untuk dopamin.
d. Epinefrin
Epinefrin adalah obat plihan dalam mengobati syok anafilaktik, respon alergi
yang paling gawat yang ditimbulkan oleh adanya reaksi antigen-antibodi. Syok
anafilaktik dapat menjadi fatal jika tidak segera diobati. Tanda utamanya adalah
adanya bronkokontriksi berat dan hipotensi karena kolaps kardiovaskular.
Epinefrin juga merupakan indikasi untuk serangan asma akut berat.
Pemberian epinefrin menyebabkan bronkodilatasi, meningkatkan kemampuan
jantung, dan vasokontriksi pembuluh darah untuk meningkatkan tekanan darah.
Pada asama berat dan syok anafilaktik, epinefrin diberikan dalam dosis 0,1-0,5 mg
secara subkutan (SK) atau intramuskular (IM) untuk orang dewasa melalui alat
penyuntik tuberkulin untuk memberikan dosis yang akurat (larutan 1:1000).
Alternatif lain, epinefrin dapat diberikan dalam dosis 0,1-0,25 mg IV diberikan
selama 5-10 menit (larutan 1:10.000). Pemberian epinefrin dapat diulang setiap 5-
15 menit jika diperlukan.
Perawat harus memantau dengan seksama klien yang menerima epinefrin
karena takikardia, disritmia jantung, hipertensi, dan angina. Klien yang diberi
epinefrin IV harus memakai alat pemantau jantung, dengan alat resusitasi yang
selalu siap siaga untuk dipakai. Reaksi merugikan lain mencakup emosi labil,
takut, cemas, dan gelisah. Selain itu, perawat harus selalu siap sedia untuk
20 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
menghadapi kemungkinan timbulnya kembali respons anafilaktik dan perlunya
untuk mengulang pengobatan. Penyuluhan untuk klien harus meliputi penjelasan
untuk menjauhi agen yang bertanggung jawab atas timbulkan anafilaktik dan
perawatan lanjutan dan pemeriksaan lanjutan oleh dokter. Untuk beberapa klien,
seperti mereka yang memberikan respons alergi berat terhadap sengatan lebah,
dokter mungkin akan memberikan kit epinefrin yang dapat dibawa bersama klien
untuk mengobati dirinya sendiri ketika kontak dengan antigen. Sangat penting
untuk memberitahukan cara pemakaian kit epinefrin ini pada klien.
e. Difrenhidramin hidroklorida
Hifenhidramin (Benadryl) adalah suatu antihistamin, sering diberikan bersama-
sama epinefrin pada syok anafilaktik. Agen ini efektif untuk mengobati
pembengkakan jaringan yang diinduksi oleh histamin dan pruritus yang sering
timbul akibat reaksi alergik berat. Dosis standar dewasa adalah 10-50 mg
diberikan IV atau IM dalam. Obat ini juga dapat diberikan secara oral, tetapi
pemberian secara parenteral lebih disukai untuk mengatasi keadaan
kegawatdaruratan. Reaksi merugikan yang timbul meliputi rassa mengantuk
sedasi, kekacauan mental, vertigo, emosi labil, hipotensi, takikardia, gangguan
gastrointestinal dan mulut kering.
f. Dekstrosa 50%
Dekstrosa 50% adalah suatu larutan pekat karbohidrat tinggi yang dipakai
untuk mengobati hipoglikemia yang diinduksi oleh insulin atau syok karena
insulin. Apabila diketahui adanya syok insulin atau bila diduga terjadi syok insulin
dan kesadaran klien terganggu pemberian larutan gula secara oral merupakan
kontraindikasi, seringkali diberikan 50 ml dekstrosa 50% dan diberikan sebagai
suatu bolus IV. Dekstrosa 50% sangat mengiritasi vena sehingga bila mungkin
harus diberikan pada pembuluh vena perifer yang besar atau pembuluh vena
sentral. Bisa terjadi plebitis. Ekstravasasi larutan ini dapat menimbulkan nekrosis
jaringan. Perawat harus memantau kadar gula darah klien dengan seksama; sering
timbul hiperglikemia, terutama setelah obat disuntikan dengan cepat. Keluarkan
21 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
air kemih harus dicatat dengan baik, karena diuresis osmotik dapat timbul bila
gula darah menigkat, dan dapat terjadi suatu keadaan hiperosmolar. Penyuluhan
klien harus diutamakan dalam pendidikan tentang diabetes dan pemberian
g. insulin.
IMPLIKASI PADA ANAK. Penyimpanan glikogen pada bayi dan anak-anak
bisa berkurang dengan cepat pada keadaan stres sehingga menimbulkan penyakit
yang berat. Karena jumlah glukosa yang memadai adalah penting untuk fungsi
miokardium, hipoglikemia harus diperbaiki untuk meningkatkan kemungkinan
keberhasilan resusitasi. Setelah menentukan bahwa terjadi hipoglikemia melalui
pemeriksaan gula darah yang diambil dari jari tangan atau tumit kaki, berikan
dekstrosa 25% atau kurang setiapa kali diperintahkan dokter. Karena yang tersedia
adalah glukosa dengan konsentrasi 50%, maka larutan ini harus diencerkan
dengan air steril dengan perbandingan 1:1 sebelum diberikan untuk mengurangi
osmolalitas dan mencegah sklerosis vena perifer.
h. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang diproduksikan oleh pankreas yang bekerja
meningkatkan gula darah dengan merangsang pemecahan glikogen
(glikogenolisis). Glukagon, seperti dekstrosa 50%, merupakan indikasi dalam
pengobatan hiperglikemia berat yang diinduksi oleh insuli atau syok insulin. Pada
keadaan kegawatdaruratan di mana dekstrosa 50% tidak tersedia atau tidak dapat
diberikan secara intravena, glukagon merupakan agen yang efektif. Glukagon
dapat diberikan secara subkutan, intramuskular, atau intravena. Dosis standar
untuk orang dewasa dan anak-anak adalah 0,5-1 mg, dan dapat diulang dalam 20
menit bila koma menetap. Jika koma tidak membaik setelah dua kali pemberian,
harus diberikan desktrosa 50%. Reaksi yang merugikan akibat glukagon sangat
jarang, jika timbul dapat berupa mual dan muntah. Glukagon sedang diselidiki
sebagai obat yang membalik pengaruh kelebihan dosis dari obat penghambat beta
(beta bloker menghambat efek sistem saraf simpatik; sistem saraf simpatik adalah
mekanisma kompensasi utama pada klien yang mengalami syok)
22 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
TABEL MENCANTUMKAN OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK
SYOK, DOSIS DAN INDIKASINYA.
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Dopamin
(Itropin)
IV: Drip: 1-2 µg/kg/menit (mungkin
diinstruksikan >10 µg/kg/menit jika
dosis yang lebih rendah tidak efektif)
Keluarkan urin rendah (dosis rendah);
curah jantung rendah; hipotensi yang
bukan karena hipovolemia
Dobutamin
(Dobutrex)
IV: Drip: 2,5-20,0 µg/kg/menit Curah jantung rendah
Norepinefrin IV: Drip: 2-12 µg/menit Hipotensi yang tidak responsif
terhadap terapi lain
Epinefrin SK atau IM:0,1-0,5 mg (1:1000 larutan)
IV: 0,1-0,25 mg (1:10.000 larutan)
Syok anafilaktik; serangan asma akut
yang hebat
Difenhidramin
(Benadryl)
IV atau IM: 10-50 mg Syok anafilaktik; reaksi alergi akut
Dekstrose 5% IV: 50 mL Syok insulin; hipoglikemik berat;
perubahan status mental karena sebab
yang tidak diketahui
Glukagon SK, IM, atau IV: 0,5-1 mg; dapat
diulang x1
Syok insulin; hipoglikemia berat
2.5 OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN UNTUK KRISIS HIPERTENSI
Berbagai agen farmakologi dapat diberikan untuk mengobati krisis hipertensi,
keadaan dimana tekanan darah diastolik melampaui 110-120 mmHg. Dalam bagian
23 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
ini akan dibahas dua obat yang paling sering di pakai. Obat-obat ini direferensi silang
dengan bab khusus yang membicarakan masing-masing obat tersebut.
a. Natrium Nitroprusid
Natrium nitroprusid (Nipride) adalah suatu agen intravena yang dipakai untuk
menurunkan tekanan darah arteri pada kegawatdaruratan hipertensi. Mekanisma
kerjanya adalah dengan mendilatasi pembuluh arteri dan vena secara langsung.
Efek antihipertensi berhenti ketika natrium nitroprusid dihentikan pemakaiannya;
tekanan darah akan naik segera setelah pemberian obat dihentikan. Diperlukan
pengukuran tekanan darah secara akurat dan berkelanjutan. Pada umumnya, 50
mg dari natrium nitroprusid dicampur dalam 250 mL desktrosa 5% dalam air.
Dosis rata-rata untuk orang dewasa dan anak-anak adalah 0,5-10 µg/kg/menit.
Ada beberapa pertimbangan keperawatan yang penting:
1. Natrium nitroprusid dengan cepat menjadi inaktif bila kena cahaya; botol atau
kantung obat harus dibungkus dengan kertas aluminium atau bahan opak lain
untuk melindunginya dari degradasi.
2. Walaupun sedikit warna kecoklatan sering ditemukan, tetapi perubahan warna
menjadi biru atau coklat merupakan tanda degradasi dan larutan harus dibuang.
3. Apabila pemberian natrium nitroprusid diperpanjang, klien berada dalam risiko
keracunan karena meningkatnya kadar tiosianat atau sianida dalam serum
(hasil samping dari metabolisma obat). Tanda-tanda dan gejala-gejala
mencakup asidosis metabolik, hipotensi berat, pusing, dan muntah. Kadar
tiosianat serum harus dipantau setidaknya setiap 72 jam. Klien dengan
insufisiensi atau gagal ginjal memiliki risiko tinggi karena hasil metabolisma
dikeluarkan melalui air kemih.
4. Klien harus segera diberikan obat antihipertensi oral sesegera mungkin
sehingga natrium ditroprusid dapat dihentikan secara lambat dan bertahap.
b. Diazoksid
Diazoksid (Hyperstat) adalah suatu agen antihipertensi intravena yang
diberikan untuk krisis hipertensi. Walaupun mekanisma kerjanya tidak jelas,
24 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
diazoksid menyebabkan vasodilatasi arteri perifer dan menurunkan tekanan darah
dalam waktu kurang dari 5 menit setelah suntikan diberikan. Dosis standar adalah
1-3 mg/kg/IV (maksimum, 150 mg) diberikan sebagai bolus setiap 5-15 menit
sampai tekanan darah turun ke keadaan yang memuaskan.
Reaksi yang merugikan yang bisa timbul akibat pemberian diazoksid adalah
sakit kepala, pusing, hipotensi ortostatik, iskemia miokardium, disritmia,
gangguan gastrointestinal, dan hiperglikemia. Perawat harus memantau tekanan
darah setidaknya selama 15-30 menit. Pemantauan tekanan darah sebaiknya
dilakukan secara terus menerus. Klien harus tetap tidur terlentang untuk mencegah
timbulnya hipotensi ortostatik. Kadar glukosa serum juga harus diukur.
TABEL MENCANTUMKAN OBAT-OBAT KEGAWATDARURATAN
UNTUK KRISIS HIPERTENSI, DOSISNYA DAN INDIKASI.
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN
PERTIMBANGAN
Natrium
nitroprusid
(Nipride)
IV: Drip: 0,5-10 µg/kg/menit Krisis hipertensi
Diazoksid
(Hyperstat)
IV: 1-3 mg/kg (maks 150 mg)
bolus setiap 5-15 menit sampai
tekanan darah memuaskan
Krisis hipertensi
2.6 IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung
Implikasi Keperawatan obat Nitrogliserin
25 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Pengkajian
Kaji lokasi, jenis, itensitas, dan factor pemicunyeri Angina pada pasien.
Pantau tekanan darah nadi sebelum dan setelah pemberian pasien yang
menerima nitrogliserin IV memerlukan pantauwan EKG dan tekanan darah terus-
menerus. Parameter hemodinamik tambahan mungkin diperlukan.
Pertimbangan Tes Lab: dapat menyebabkan penigkatan kosentrasi
katekolamin urin dan panilimin dalikurin.
Dosis yang terlalu besar dapat menyebabkan peningkatan kosentrasi methemo
klobin.
Dapat menyebabkan peningkatan palsu pada kadar kolestrol serum.
Diagnosis keperawatan potensial
Nyeri (indikasi).
Gangguan perfusi jaringan (indikasi).
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyembuhan
pasien/keluarga).
IMPELEMENTASI
PO:Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan dengan segelas air untuk
mempercepat absorpsi. Pereparat lepas lambat harus detelan utuh ;jangan
digerus ,dibelah ,atau dikunyah.
SL : TABLET harus ditahan dibahli dah sampai larut. Jangan
makan ,minum ,atau merokok sampai tablet larut.
Bukal:tempatkan tablet dibawah bibir atas atau diantara pipi dan gusi. Awitan
kerja dapat meningkat jika tablet disentuh dengan lidah atau jika meminum
cairan panas.
IV :dosis harus diencerkan dan diberikan sebagai infus. Peralatan infus standar
yang dibuat dari plastic polivinil kolrida (PVC) dapat mengabsorpsi 80%
nitrogliselin dalam larutan. Gunakan hanya botol kaca dan selang khusus yang
disediakan oleh pabrik pembuat obat.
26 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
InfusKontinu: Encerkan dalam D5W atau NaCl 0,9 % untuk konsentrasi 25-40
mcg/ml, tergantung dari toleransi cairan pasien (lihatapendeks D untuk grafik
kecepatan infus). Larutan stabil selama 48 jam pada suhu kamar. Larutan tidak
eksplosif tidak sebelum maupun sesudah pengenceran.
Kecepatan :berikan melalui pomp infus untuk memastikan kecepatan yang
akurat. Kecepatan tritasi disesuikan dengan respon pasien.
Kompatibelitas spuit:heparin
Kompatibelitas Y-site: amrinon, atrakurium, dobutamin, dopamine, famatidin,
lidokain, nitroprusida, pankuranium, ranitidine, strepstokinase,vekuranium.
Inkompatibilitas Y-SITE: aleplase.
Inkopetibilitas tambahan: pabrik menganjurkan agar nitrogliserin tidak
dicampur dengan obat lain.
Top : Tempat pengolesan harus dirotasi untuk mencegah iritasi kulit. Lepas
patch atau hilangkan salep dari tempat sebelumnya sebelum memasang atau
mengoleskan yang baru.
Dosis dapat ditingkatkan sampai dosis tertinggi yang tidak menyebabkan
hipotensi simptomatik.
Oleskan salep dengan kertas aplikasi pengukur dosis yang ada pada salep,
tekan salep pada skala pengukur yang tercetak dikertas tersebut. Gunakan
kertas itu untuk mengoleskan salep pada area kulit yang tidak berambut (dada,
abdomen, paha;hindari ekstremitas distal) dengan lapisan tipis yang menutupi
sekitar 5-7 cm area. Salep jangan digosokkan atau dimasase, karena hal ini
akan meningkatkan absorpsi dan mengganggu kerja obat. Balut dengan perban
oklusif jika dianjurkan.
Patch transdermal dapat ditempelkan pada sisi yang tidakberambut (hindari
ekstremitas distal atau area dengan luka atau kalus). Tekan kuat patch tersebut
untuk memastikan kontak dengan kulit, terutama dibagian tepinya. Pasang unit
yang baru jika yang lama longgara tau jatuh. Unitini tahan air dan tidak
dipengaruhi disaat mandi atau shower. Jangan memotong system untuk
menyesuaikan dosis. Jangan mengganti degan jenis produk transdermal lain;
dosis mungkin tidak seimbang. Lepas patch sebelum kardioversi atau
27 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
defibrilasi untuk mencegah luka bakar pada pasien. Dokter dapat
menganjurkan pemakaian patch selama 12-14 jam dan melepas patch tersebut
selama 10-12 jam di malam hari untuk mencegah toleransi.
PenyuluhanPasien/Keluarga
InformasiUmum: Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat sesuai anjuran,
sekalipun sudah merasa lebih baik. Jika ada satu dosis yang terlewat, konsumsi
segera disaat ingat kecuali jika dosis berikutnya dijadwalkan dalam 2 jam (6 jam
pada preparatle pasluas). Jangan menggandakan dosis. Jangan menghentikan
obat secara mendadak; pengurangan dosis secara bertahap mungkin diperlukan
untuk mencegah angina pantulan.
Peringatkan pasien untuk melakukan perubahan posisi secra perlahan untuk
meminimalkan hipotensi ortostatik.
Anjurkan pasien untuk menghindari penggunaan alcohol bersama obat ini.
pasien yang mendapat nitrogliserin jika harus berkonsultasi dahulu dengan
dokter atau apoteker sebelum mengkonsumsi obat yang dijual bebas.
Beritahu pasien bahwa sakit kepala merupakan efek samping biasa yang akan
bekurang saat terapi berlanjut. Aspirin atau asetaminofen dapat diintruksikan
untuk mengobati sakit kepala menetap atau semakin parah.
Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi mulut kering atau
penglihatan kabur.
Serangan Angina Akut: Anjurkan pasien untuk duduk dan mengkonsumsi obat
pada tanda pertama serangan. Pemulihan biasanya terjadi dalam 5 menit. Dosis
dapat di ulang jika nyeri tidak mereda dalam 5-10 menit. Hubungi dokter atau
pergi ke unit kedaruratan terdekat jika nyeri angina tidak mereda dengan 3
tablet dalam 15 menit.
SL: Beritahu pasien bahwa tablet harus di simpan dalam wadah kaca atau wadah
khusus yang di buat dari logam , dengan pemisah kapas untuk mencegah
absorpsi. Tablet akan kehilangan potensinya pada wadah plastik atau kardus atau
jika di campur dengan tablet atau kapsul lain. Pajanan udara, panas, dan lembab
juga dapat menghilangkan potensi. Intruksikan pasien untuk tidak terlalu sering
28 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
membuka botol , memegang tablet, atau menyimpan botol tablet didekat tubuh
(mis., dikantong baju) atau dilaci mobil. Beritahu pasien bahwa tablet
harusdiganti 6 bulan setelah dibuka untuk mempertahan kanpotensi.
Spray Lingual: Intruksikan pasien untuk mengankat lidah dan menyemprotkan
dosis dibawah lidah.
EVALUASI
Efektivitas terapi ditunjukan dengan:
Berkurangnya frekuensi dan kepatahan serangan angina.
Meningkatkan toleransi aktivitas. Selama terapi kronik, toleransi dapat
diminimalkan dengan pemberian secara intermiten pada interval 12 jam on/12
jam off.
Hipotensi terkendali selama prosedur bedah.
2. Kegawatdaruratan Untuk Gangguan Bedah Saraf
Implikasi Keperawatan Obat Monitol
Pengkajian
Informasi umum: pantau tanda-tanda vital, haluaranurin, CVP, dan tekanan arteri
pulmoner (pulmonary artery pressures [PAP], sebelum dan setiap jam selama
pemberian. Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala dehidrasi (penurunan
turgor kulit, demam, kulit dan membran mukosa kering, haus) atau tanda-tanda
kelebihan cairan (peningkatan CVP, dispnea, ronki/krekels, edema).
Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan,
parestesia, konfusi dan rasa haus berlebihan. Segera beri tahu dokter jika tanda-
tanda ketidakseimbangan elektrolit ini terjadi.
Peningkatan Tekanan Intrakranal: pantau status neurologik dan hasil pembacaan
tekanan intrakranial pada pasien yang menerima obat ini untuk mengurangi
edema serebri.
Peningkatan Tekanan Intraokuler: pantau adanya nyeri mata yang menetap atau
meningkat atau penurunan ketajaman penglihatan.
29 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Pertimbangan Tes Lab: fungsi ginjal dan elektrolit serum harus dipantau secara
rutin selama terapi.
Diagnosa Keperawatan Potensial
Kelebihan volume cairan (indikasi)
Risiko tinggi kekurangan volume cairan (efek samping)
IMPLEMENTASI
Informasi umum: observasi sisi infus dengan sering untuk adanya infiltrasi.
Ekstravasasi dapat menyebabkan iritasi dan nekrosis jaringan.
Jangan berikan larutan manitol bebas elektrolit dengan darah. Jika darah
memang harus diberikan bersamaan dengan manitol, tambahkan setidaknya 20
mEq NaCl pada setiap liter monitol.
Konfirmasikan dengan dokter mengenai pemasangan kateter Foley menetap
(kecuali jika digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular).
IV: berikan dengan infus IV tanpa diencerkan. Jika larutan mengandung kristal,
hangatkan botol dalam air panas dan kocok dengan kuat. Jangan berikan larutan
yang kandungan kristalnya tidak dapat larut. Dinginkan sampai suhu tubuh.
Gunakan line filter untuk infus 15%, 20% dan 25%.
Dosis Uji: berikan selama 3-5 menit untuk menghasilkan haluaran urin 30-50
ml/jam. Jika aliran urin tidak menigkat, berikan dosis uji yang kedua. Jika
haluaran urin kurang dari 30-50 ml/jam selama 2-3 jam setelah pemberian dosis
uji kedua, maka pasien harus dievaluasi ulang.
Oliguria: kecepatan pemberian harus dititrasi untuk menghasilkan haluaran urin
30-50 ml/jam.
Peningkatan Tekanan Intrakranial: infuskan dosis selama 30-60 menit.
Peningkatan Tekanan Intraokuler: berikan dosis selama 30 menit. Jika digunakan
untuk praoperatif, berikan selama 60-90 menit sebelum pembedahan.
Kompatibilitas Y-Site: Fludarabin, ondansentron, sargramostim.
Irigasi: tambahkan isi dua vial 50ml manitol 25% ke dalam 900 ml air steril
untuk injeksi untuk membuat solusio 2,5% yang akan dipakai untuk irigasi.
30 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Gunakan larutan yang jernih saja.
Penyuluhan Pasien/Keluarga
Jelaskan tujuan dari terapi kepada pasien.
EVALUASI
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan:
Haluaran urin sedikitnya 30-50 ml/jam atau peningkatan haluaran urin sesuai
dengan set parameter dokter
Penurunan tekanan intrakranial
Penururnan tekanan intraokuler
Ekskresi zat toksik tertentu
Irigasi selama reseksi prostat transuretral
3. Obat-Obat Kegawatdaruratan Untuk Keracunan
Implikasi Keperawatan Obat Nalokson
Pengkajian
Pantau frekuensi, irama, dan dalamnya pernapasan, nadi, EKG, tekanan darah,
dan tingkat kesadaran dengan sering sampai efek opioid mereda. Efek dari
beberapa opioid lebih lama daripada efek nalokson, dapat diperlukan dosis
ulang.
Kaji pasien untuk menentukan tingkatan nyeri setelah pemberian jika digunakan
untuk mengobati depresi pernapasan pascaoperasi. Nalokson tidak hanya
mengurangi depresi pernapasan tetapi juga memulihkan analgesia.
Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala putus opiloid (mual, gelisah, kram
abdomen, peningkatan tekanan darah dan suhu). Gejala dapat muncul dalam
beberapa menit sampai 2 jam. Keparahan tergantung dari dosis nalokson,
kandungan opioid, dan derajat ketergantungan fisik.
Tidak adanya perbaikan yang signifikan menandakan bahwa gejala tersebut
diakibatkan oleh depresan SSP nonopioid lain yang tidak terpengaruh oleh
nalokson.
31 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Diagnosa Keperawatan Potensial
Pola napas tidak efektif (indikasi)
Koping individu tidak efektif (indikasi)
Nyeri (interaksi)
Implementasi
Informasi umum: Dosis nalokson yang lebih besar mungkin diperlukan jika
digunakan untuk melawan efek buprenorfin, butorfanol, nalbufin, pentazosin,
atau propoksifen.
Peralatan resusitasi, oksigen, vasopresor, dan ventilasi mekanik harus ada
untuk menjadi terapi nalokson jika diperlukan.
IV langsung: Berikan tanpa diencerkan dengan kecepatan 0,1-0,4 mg selama 15
detik. Titrasikan sesuai respons pasien. Dosis suplemen yang diberikan secara
SC atau infuse kontinu dapat menghasikan efek yang lebih tahan lama.
Dosis harus dititrasi dengan cermat pada pasien pascaoperasi agar tidak
menggangu pengendalian nyeri pascaoperasi.
Infus kontinu: Encerkan dalam D5W atau NaCl 0,9% untuk injeksi. Nalokson 2
mg dalam 500 ml setara dengan konsentrasi 4 mcg/ml. Campuran stabil selama
24 jam, buang bagian yang tidak digunakan.
Kecepatan: Titrasikan dosis sesuai respons pasien
Inkompatibilitas Tambahan: Tidak sesuai dengan preparat yang mengandung
bisulfit, sulfit, dan larutan dengan PH basa.
Penyuluhan Pasien/Keluarga
Jika pengobatan sudah efektif, jelaskan tujuan dan efektif nalokson pada
pasien.
EVALUASI
Respons klinis dapat ditunjukkan dengan: Ventilasi adekuat. Kewaspadaan tanpa
nyeri yang signifikasi. Penatalaksanaan syok refraktori.
32 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
4. Kegawat Daruratan Untuk Syok
Implikasi Keperawatan Obat Dopamin
Pengkajian
Kaji tekanan darah, nadi pernapasan, EKG dan parameter hemodinamika
setiap 5-15 menit selama dan setelah pemberian. Beritahu dokter bila terjadi
perubahan tanda-tanda vital yang signifikan atau terjadi aritmia. Konsultasikan
kepada dokter parameter nadi, tekanan darah, atau perubahan EKG untuk
menyesuaikan dosis atau menghentikan pengobatan.
Pantau haluaran urin dengan sering selama pemberian. Segera beri tahu dokter
bila haluaran urin berkurang.
Palpasi nadi perifer dan kaji tampilan eksktremitas secara rutin selama
pemberian dopamin. Beritahu dokter bila kualitas nadi memburuk atau bila
ekstremitas menjadi dingin dan lembab.
Bila terjadi hipotensi, kecepatan pemberian harus ditingkatkan. Bila hipotensi
menetap, mungkin perlu diberikan vasikonstriktor yang lebih kuat
(norepinefrin).
Toksisitas dan Overdosis: bila terjadi hipertensi berat, kecepatan infus harus
dilambatkan atau dihentikan sementara sampai tekanan darah berkurang.
Meskipun terapi tambahan biasanya tidak diperlukan karena pendeknya durasi
dopamin, fentolamin dapat diberikan bila hipertensi menetap.
Diagnosis Keperawatan Potensial
Penurunan curah jantung (indikasi)
Gangguan perfusi jaringan (indikasi)
IMPLEMENTASI
Informasi Umum: hipovolemia harus dikoreksi sebelum pemberian dopamin.
Berikan melalui vena besar dan kaji tempat penyuntikan dengan sering.
Ekstravasasi menyebabkan iritasi berat, nekrosis dan terkelupasnya jaringan.
33 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Bila terjadi ekstravasasi, daerah yang terkena harus diinfiltrasi dengan 10-15
ml NaCl 0,9% yang mengandung 5-10 mg fentolamin.
Infus Kontinu: encerkan 200-400 mg dalam 250-500 ml NaCl 0,9%, D5W,
D5/LR, D5/NaCl 0,45%, D5/NaCl 0,9% atau laktat ringer untuk infus IV.
Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 800 mcg/ml atau 0,8 mg/ml (200
mg/250ml) dan 1,6 mg/ml (400 mg/ 250 ml). Encerkan segera sebelum
pemberian. Perubahan warna menjadi kuning atau cokelat mengindikasikan
terjadinya dekomposisi. Buang larutan yang telah keruh, berubah warna, atau
mengandung endapan. Larutan stabil selama 24 jam.
Kecepatan: berikan dengan kecepatan 0,5-5 mcg/kg/menit dan tingkatkan 1-4
mcg/kg/menit dengan interval 10-30 menit sampai dosis yang diinginkan
tercapai. Infus harus diberikan melalui pompa infus agar dapat diberikan jumlah
yang tepat. Kecepatan pemberian dititrasi sesuai respons pasien (tekanan darah,
frekuensi jantung, aliran urin, perfusi perifer, adanya aktivitas ektopik, curah
jantung)
Kompatibilitas Y-site: Amrinon, Atrakurrium, Dobutamin, Esmolol, Famotidin ,
Foskarnet, Heparin, Hidrokortison natrium suksinat, Labetalol, Idokain,
Meperidin, Morfin, Nitrogliserin, Pankuronium, Kalium klorida, Ranitidin,
Natrium nitroprusid, Streptokinase, Tolazolin,Vekuronium, Verapamil, Vitamin
B kompleks dengan vitamin C, Zidovudin
Inkompatibilitas Y-site: Asiklovir, Alteplase
Penyuluhan Pasien/Keluaga
Anjurkan pasien untuk segera memberitahu perawat bila terjadi nyeri dada,
dispnea, kebas, kesemutan, atau rasa terbakar pada ekstremitas.
Instruksikan pasien untuk segera memberitahu perawat bila nyeri atau rasa tidak
nyaman terjadi pada tempat pemberian.
EVALUASI
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan: meningkatkan tekanan darah
(meningkatnya sirkulasi perifer dan menigkatnya haluaran urin)
34 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
5. Obat-Obat Kegawatdaruratan Untuk Krisis Hipertensi
Implikasi Keperawatan Obat Diazoksid
Pengkajian
Informasi umum: kaji adanya alergi terhadap obat sulfonamide
Kaji pasien secara rutin untuk adanya tanda dan gejala gagal jantung
kongestif (edema perifer, dispnea, ronkhi/krekels, keletihan, penambahan
berat badan, distensi vena juguler). Beritahu dokter bila gejal tersebut muncul
Hipertensi: pantau tekanan darah dan nadi setiap 5 menit sampai stabil dan
kemudian setiap jam. Segera laporkan kepada dokter bila terjadi perubahan yang
bermakna
Hipoglikemia: kaji pasien untuk adanya tanda-tanda hipoglikemia (mengantuk,
napas berbau buah, peningkatan urinasi, rasa haus yang luar biasa). Pantau
glukosa darah pada penderita diabetes yang memerlukan dosis sering.
Pertimbangan Tes Lab: dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah,
BUN, fosfatase alkali, AST (SGOT), natrium dan asam urat.
Pantau glukosa darah pada penderita diabetes yang memerlukan dosis
parenteral yang sering
Dapat menyebabkan penurunan klirens kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin
Toksisitas dan Overdosis: bila terjadi hipotensi berat, pengobatannya meliputi
posisi Tredelenburg, infus volume, dan simpan mimetik (norepinefrin)
Pasien yang mengalami hipertensi berat harus diawasi selama 7 hari sampai
konsentrasi glukosa darahnya stabil.
Diagnosa Keperawatan Pontensial
Penurunan curah jantung (efek samping)
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan
pasien/keluarga)
Implementasi
Informasi umum: Diuretik loop sering digunakan bersam obata ini untuk
mencegah retensi natrium dan air.
35 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Larutan oral dan injeksi harus dilindungi dari cahaya. Jangan memberikan
larutan yang sudah berubah menjadi gelap.
PO: Kocok suspense oral dengan baik sebelum diberikan.
VI langsung: jangan diberikan secara SC atau IM. Injeksi akan menyebabkan
rasa hangat dan nyeri di sepanjang vena yang diinjeksi. Pantau tempat
penyuntikan vena dengan ketat; ekstravasasi dapat menyebabkan selulitis dan
nyeri. Kompres dingin dapat diberikan bila terjadi ekstravasasi.
Kecepatan: Berikan tanpa diencerkan selama 30 menit atau kurang hanya
kedalam vena perifer untuk menghindari terjadinya aritma jantung. Dapat
diulang tiap 5-15 menit sesuai indikasi.
Minta agar pasien tetap berbaring telentang selama sedikitnya 1 jam setelah
pemberian IV. Ukur tekanan darah berdiri sebelum mulai berjalan.
Kompatibilitas Spuit: heparin
Inkompatibilitas Y-site: hidralazin, propanolol.
Penyuluhan Pasien/Keluarga
Hipoglikemia: Instruksikan pasien untuk meminum obat sesuai petunjuk pada
waktu yang sama setiap harinya.
Anjurkan pasien untuk mengikuti diet, obat, dan program latihan yang
dianjurkan untuk mencegah terjadinya episode hipoglikemia atau
hiperglikemia.
Diskusikan hipoglikemia dan hiperglikemia.
Anjurkan pasien untuk tidak mengganti bentuk kapsul menjadi suspensi oral
tanpa berkonsultasi dengan dokter, karena suspense oral menghasilkan
konsentrasi darah yang lebih tinggi.
Hipertensi: Instruksikan pasien untuk melakukan perubahan posisi secara
perlahan untuk meminimalkan hipotensi ortostatik.
Peringatan pasien untuk tidak meminum obat lain, terutama obat flu yang
dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi.
36 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Tekankan pentingnya pemeriksaan tindak lanjut yang rutin, terutama dalam
beberapa minggu pertama terapi.
EVALUASI
Efektivitas terapi ditunjukan dengan:
Menurunkan tekanan darah tanpa munculnya efek samping. Obat ini digunakan
dalam pengobatan jangka pendek untuk hipertensi oral harus diberikan sesegera
mungkin setelah krisis hipertensi terkendali
Penatalaksanaan hipoglikemia dan pengembalian konsentrasi glukosa ke nilai
normal. Bila diazoksid tidak efektif dalam 2-3 minggu, terapi harus dievaluasi
kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
37 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau
evaluasi tindakan operasi dengan segera. Berbagai agen farmakologi dapat diberikan
untuk mengobati krisis hipertensi, Gagal Jantung, Gangguan Bedah Saraf,
Keracunan, Syok, keadaan dimana tekanan darah diastolik melampaui 110-120
mmHg. Obat yang menjadi indikasi pada keadaan kegawatdaruratan jantung seperti
angina, infrak miokardium, gangguan irama jantung , dan henti jantung. Pengetahuan
dasar yang cukup disertai kemudahan untuk memakai obat-obat ini dan kelengkapan
peralatan yang diperlukan adalah penting untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi
klien dengan keadaan kegawatdaruratan jantung.
3.2 Saran
Berbagai keadaan syok obat-obat mungkin diperlukan untuk menaikan tekanan
darah dan memperbaiki keadaan jantung. Setelah mempelajari materi ini diharapkan
mahasiswa dapat mengaplikasikan pemberian obat kepada pasien dengn baik dan
benar.
Daftar Pustaka
Kee, Joyce L. & Hayes, Evelyn R.. (1996). Farmakologi: pendekatan proses
keperawatan. Jakarta: EGC
38 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n
Deglin, Judith Hopfer (2004). Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta: EGC
39 | F a r m a k o l o g i I m p l i k a s i K e g a w a t d a r u r a t a n