makalah hiperbarik kelompok a3 - bab 1-3

26
KELOMPOK A3 Astri rusmarici Andri yanuardi Natasya pratiwi Agung karya winara Satrio nindyo istiko Adimas ratmanhana kusuma Sari novita pratiwi Rr. Aris bayu Malik jantra indarto Dedeh koesmiyati Adi rahmawan Ainun maylana Gilang andya pratama Detty ardhyasari Septian harry wibowo Putri dwi wahyu nur utami Ilmah Sylvia wahyu rahmawati Deputri anandhyta Anastasya nelyana padma

Upload: ainun-maylana

Post on 06-Dec-2015

159 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

matra laut

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

KELOMPOK A3

Astri rusmarici Andri yanuardi

Natasya pratiwi Agung karya winara

Satrio nindyo istiko Adimas ratmanhana kusuma

Sari novita pratiwi Rr. Aris bayu

Malik jantra indarto Dedeh koesmiyati

Adi rahmawan Ainun maylana

Gilang andya pratama Detty ardhyasari

Septian harry wibowo Putri dwi wahyu nur utami

Ilmah Sylvia wahyu rahmawati

Deputri anandhyta

Anastasya nelyana padma

Page 2: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran menghasilkan sejumlah

metode-metode baru dalam upaya penyembuhan penyakit. Salah satu diantaranya adalah

terapi hiperbarik.

Sejarah awal terapi hiperbarik berkaitan dengan dunia penyelaman (diving), seperti

diketahui bahwa manusia telah mengenal aktivitas menyelam sejak jaman dahulu, oleh

karena itu konsep pemikiran terapi hiperbarik oksigen dapat dikatakan sudah memiliki usia

yang tua.

Terapi hiperbarik mempunyai riwayat yang tidak tetap. Ruangan di Eropa pada abad

sembilan belas lebih digunakan sebagai spa oleh orang-orang kaya dan modis daripada

sebagai modalitas pengobatan medis untuk mendiagnosa penyakit tertentu.Dilanjutkan

penelitian Paul Bert, Al Behnke, dan Ite Boerma et al. yang mengembangkan dasar pemikiran

ilmiah pada manfaat klinis ilmu kedokteranhiperbarik. Terlepas dari eksploitasi, pasien-

pasien Midwest sebagai penggemarProfesor Orville J. Cunningham pada tahun 1920, oksigen

hiperbarik tidak lagi "sepertiobat untuk suatu penyakit" tetapi sebuah ilmu pengetahuan dasar

terapi hiperbarik. (Binta, 2012)

Di awal tahun 1962, komite dikejutkan oleh Divisi Ilmu Pengetahuan medis

dariAkademi Nasional Ilmu Penetahuan (National Academy of Science) menetapkanDewan

Penelitian Nasional yang merupakan sebuah komite untuk mengevaluasikemanjuran terapi

hiperbarik.Pada tahun 1967, Lembaga Kesehatan Hiperbarik dan bawah laut

didirikan.Merupakan lembaga oganisasi internasional yang mendorong pertukaran

intelektualinformasi mengenai fisiologi, penyelaman, dan pengobatan klinik hiperbarik.

Pertemuan ilmiah merangsang presentasi makalah untuk ulasan, dan hasilnya diterbitkan

dalam jurnal of undersea and hyperbaric medicine. (Binta, 2012)

Dengan desakan dari keduanya, komunitas penggalang dana dan rekan-rekanmedis

mereka, lembaga mempublikasikan laporan utama komite Terapi OksigenHiperbarik pada

Page 3: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

tahun 1977. Tak bisa dipungkiri kenyataan ilmiah tentang kegunaandari oksigen hiperbarik

untuk diagnosa yang telah ditetapkan. Dalam hal ini komitemengulas diagnosa potensial

untuk 13 indikasi yang disetujui (Binta, 2012).

Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain

terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya

terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu

penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara mendadak sehingga

menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di

luar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat

ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring

dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi bermacam-

macam penyakit, beberapa diantaranya: stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan

karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,

osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine, myocardial infarction.

(Jain, 1990; Guyton dan Hall, 1997).

Di Indonesia terapi hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh

Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan, Surabaya. Sekarang ini banyak

rumah sakit yang mempunyai fasilitas terapi hiperbarik yaitu RSAL Mintohardjo Jakarta, RS

Pertamina Arun Aceh, RS Pertamina Cilacap, RSU Sanglah Denpasar dan masih banyak juga

rumah sakit milik swasta yang memiliki fasilitas tersebut.

Mengetahui besarnya manfaat terapi hiperbarik dalam penyembuhan penyakit di atas,

sudah selayaknya terapi hiperbarik dijadikan salah satu terapi pengobatan baru yang tidak

dapat dipandang sebelah mata. Mengigat Indonesia sendiri merupakan negara maritime dan

kepulauan dimana 65% adalah kepulauan, tidak dipungkiri kejadian masalah kesehatan yang

berhubungan dengan penyelaman yang merupakan salah satu manfaat terapi hiperbarik.

Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum mengenal

dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah hati penulis

untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara kerja dan manfaat terapi

hiperbarik.

Page 4: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

1.2 Rumusan Masalah

Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti

untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran

menghasilkan metode baru salah satunya terapi hiperbarik. Berkaitan dengan penyelaman

dan kelautan, selain itu mempunyai banyak manfaat dalam terapi kesehatan. Indonesia

merupakan negara kepulauan 65% adalah pulau, sehingga pengetahuan tentang terapi

hiperbarik sangat penting dan penggunaan dalam kesehatan terkait dengan kesehatan

yang berhubungan dengan kesehatan penyelaman ataupun masalah kesehatan yang lain.

Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum

mengenal dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah

hati penulis untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara kerja dan

manfaat terapi hiperbarik.

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui dan mengenal terapi oksigen hiperbarik di RS. TNI AL dr. Mintohardjo.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui mekanisme kerja dari terapi oksigen hiperbarik.

2. Mengetahui alat yang diperlukan pada terapi oksigen hiperbarik.

3. Mengetahui indikasi yang tepat untuk dilakukan terapi oksigen hiperbarik.

4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik.

5. Mengetahui protokol penggunaan terapi oksigen hiperbarik yang tepat.

1.4 Manfaat

1.ManfaatTeoritis

Secara akademis kegiatan field study ini bermanfaat sebagai bahan kajian

dalam menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai penggunaan alat hyperbaric

chamber . Pada kegiatan field study ini juga dapat mengetahui sejauh mana manfaat

hyperbaric chamber sebagai terapi.

2.Manfaat Praktis

Page 5: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

a. Masyarakat Umum

Sebagai sumber informasi dan bahan ilmu pengetahuan tentang

penggunaan alat hyperbaric chamber.

b. Masyarakat Peneliti

Sebagai data informasi bacaan dan pelengkap bahan referensi untuk

penelitian di bidang Hiperbarik.

c. Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta

Menambah data dan referensi apabila dilakukan kegiatan field study

selanjutnya ataupun penelitian di bidang Hiperbarik.

d. Diri Sendiri

Menambah pengetahuan di bidang Hiperbarik dengan mengatahui alat-

alat hyperbaric chamber dan manfaat dari Hyperbaric Oxygen

Therapy.

Page 6: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

BAB II

TEORI HIPERBARIK

II.1. Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang

dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang udara

bertekanan tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2 = 100 %)

pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu ( Kemenkes,

2008). Oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana pasien menghirup

oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada tekanan udara

atmosfer normal (RS AL Mintohardjo).

Terapi oksigen bertekanan tinggi adalah suatu prosedur dimana pasien

menempati suatu ruangan yang disebut dengan ruangan udara bertekanan tinggi

(RUBT) dan diberikan oksigen dengan tekanan 100% dengan harapan untuk

menstimulasi penyembuhan untuk beberapa masalah kesehatan (Erick Supondha)

Terapi ini awalnya digunakan untuk penyakit dekompresi, yaitu suatu penyakit yang

dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan

saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari berbagai penelitian diketahui oksigen

dengan tekanan tinggi memiliki manfaat lebih, tidak hanya pada kasus-kasus

penyelaman saja. Satu contoh terapi oksigen hiperbarik yang berhasil, digunakan

dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya

merupakan terapi penunjang pada proses penyembuhan luka. Sedangkan perawatan

utamanya sendiri adalah debridement dan penjahitan jika diperlukan. (Indo Diving)

Penggunaan tekanan atmosfer untuk menyembuhkan pasien tidaklah baru.

Ternyata sudah mulai dikenal pada tahun 1600an, sampai akhirnya oksigen yang

bersaturasi dalam darah dengan hemoglobin ditemukan dapat menyembuhkan luka

dengan cepat pada tahun 1930an oleh seorang tentara angkatan laut bernama Behnke.

Fisher pada tahun 1969 untuk pertama kali menggunakan oksigen hiperbarik pada 32

pasiennya yang mengalami ulser pada kaki. Penelitian serupa dilakukan pada tahun

1975 pada pasien lainnya. Oksigen dialirkan dan dipertahankan selama 41 menit,

terapi dilakukan dua kali sehari dan setiap sesi dilakukan sedikitnya 2-3 jam. Hasil

penelitiannya menunjukkan banyak ulkus yang sembuh dengan baik, walau demikian

oksigen bertekanan tinggi gagal pada kasus-kasus iskemia hebat. Ignacio et.al pada 18

pasien denga jenis ulcer yang berbeda dan hasilnya cukup memuaskan. Heng

Page 7: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

memberikan terapi oksigen hiperbarik secara topikal pada 6 pasien denga 27 ulser (5

dari 6 pasien Penyembuhan terjadi pada hari 6 sampai dengan 21 hari, sedangkan 10

ulser tanpa terapi oksigen hiperbarik tidak terjadi proses penyembuhan pada periode

waktu yang sama. Di Indonesia, pemanfaatan HBOT pertama kali oleh Lakesla yang

bekerja sama dengan RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Hingga

saat ini fasilitas tersebut masih merupakan yang paling besar di Indonesia. Sementara

di tempat lain telah tersedia pula fasilitas terapi oksigen hiperbarik, diantaranya

adalah RSAL Dr RSAL Halong Ambarawa, RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP

Cilacap, RSU Makasar, RSU Manado, RSU Sangla Denpasar, RSAL Dr.

Mintohardjo, dan Diskes Koarmabar. Terapi oksigen bertekanan tinggi juga sudah

diakui secara internasional maupun nasional sebagai salah satu cabang dari

kedokteran kelautan dan masuk ke dalam terapi ozon bukan sebagai terapi alternatif.

Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori

Toricelli yang mendasari terapi, digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm

adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang

terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 78 % dan Oksigen (O2) 21%.

Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang

disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori

fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry. Sedangkan prinsip

yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan

menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di

sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-

fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan

diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang

menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal. (Indo

Diving)

II.2. Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik

Menurut Kemenkes (2008) tujuan dan manfaat dari terapi oksigen hiperbarik

ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pengobatan utama, yaitu penyakit-penyakit akibat penyelaman

dan kegiatan kelautan :

a. Penyakit dekompresi

b. Emboli udara

Page 8: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

c. Luka bakar

d. Crush injury

e. Keracunan gas karbon monoksida (CO)

2. Sebagai pengobatan tambahan, yaitu untuk :

a. Gas gangrene

b. Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)

c. Eritema nodusum

d. Osteomielitis

e. Buerger’s disease

f. Morbus Hansen

g. Psoriasis vulgaris

h. Edema serebral

i. Kleroderma

j. Lupus eritematosus (SLE)

k. Rheumatoid artritis

3. Sebagai pilihan pengobatan lain, yaitu untuk :

a. Pelayanan kesehatan dan kebugaran

b. Pelayanan kesehatan olahraga

c. Pasien lanjut usia (geriatric)

d. Dermatologi dan kecantikan

4. Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat inap dengan :

a. Penyakit dekompresi berat dengan kelumpuhan (parese

dan plegi)

b. Penyakit dekompresi berat dengan pneumonia

c. Penyakit dekompresi berat dengan disertai penyakit

jantung

d. Penyakit dekompresi berat dengan inkontinensia urin

dan hematuria

II.3. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hioperbarik telah dimanfaatkan oleh hamper semua orang di

dunia. Tahun 2011 di Amerika Serikat, Undersea and Hyperbaric Medical Society

(UHMS) dan Food and Drug Administration (FDA) mengakui adanya 13 indikasi

klinis yang dapat diobati oleh terapi ini. Indikasi klinis yang dimaksud adalah:

1. Emboli gas arteri

Page 9: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

2. Keracunan karbon monokasida

3. Klostridial myositis dan myonecrosis (gas gangrene)

4. Cedera, sindrom kompartemen dan iskemia akut lain

5. Dekompresi

6. Penyumbatan arteri retina

7. Anemia yang parah

8. Abses kepala atau otak

9. Kematian karingan pada infeksi jaringan lunak

10. Osteomyelitis

11. Radiasi cedera jaringan lunak

12. Pencangkokan kulit

13. Luka bakar

Sedangkan menurut Kemenkes (2008), yang ditujukan untuk terapi oksigen

hiperbarik ini adalah:

1. Penyakit dekompresi (DCS)

2. Penyakit emboli udara (arterial gas emboli/AGE)

3. Keracunan gas : CO, sianida,hydrogen disulfide

4. Gas gengren, facitis akuta nekrotikans, osteomielitis refrakter

5. Morbus Hansen

6. Penyakit jamur sistemik

7. Luka bakar

8. Ulkus dan gangrene diabetikum

9. Pengobatan tambahan untuk penyembuhan pasca tindakan bedah plastic dan

rekonstruksi

10. Crush injury

11. Bedah ortopedi

12. Penyakit vaskuler

13. Penyakit neurologi

14. Hematologi (anemia sel sabit)

15. Oklusi arteri sentralis retina

16. Ileus paralitik, tukak lambung

17. Sudden deafnees, menier disease

18. Abses paru

Page 10: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

II.4. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Kontraindikasi mutlak

• Pneumothorax yang belum diobati

• Kehamilan

• Keganasan yang belum diradioterapi

2. Kontraindikasi relative

• ISPA

• Sinusitis kronik

• Kelainan kejang-kejang

• Emfisema

• Febris yang tidak terkontrol

• Riwayat pneumothoraks spontan

• Riwayat bedah thorax

• Riwayat operasi telinga

• Lesi paru asimtomatik

II.5. Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Efek samping yang terjadi pada pasien setelah melakukan terapi dengan

oksigen bertekanan tinggi adalah:

1. Merangsang pembentukan pembuluh darah baru

2. Mengurangi pembengkakan dan peradangan

3. Menonaktifkan racun

4. Meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi,

membantu tubuh membangun jaringan ikat baru, dan membunuh

beberapa jenis bakteri berbahaya

5. Membersihkan racun dan produk sisa metabolism

6. Mempercepat proses penyembuhan.

7. Mual

8. Berkeringat

9. Batuk kering

10. Sakit dada

11. Kedutan

12. Tinnitus

Page 11: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada pasien setelah terapi adalah:

1. Barotrauma (telinga, sinus, paru, gigi)

2. Keracunan oksigen

3. Temporer myopia

4. Kejang

II.6. Peralatan

Agar pelayanan hiperbarik dapat dapat terselenggara dengan baik, maka

diperlukan peralatan – peralatan utama dan tambahan yang memadai dan memenuhi

syarat di setiap ruangan sesuai dengan fungsinya.

1) Ruang udara bertekanan tinggi (RUBT)

Ruang udara bertekanan tinggi merupakan fasilitas utama yang

dibutuhkan dalam pelayanan medic hiperbarik. Mekanisme yang terpenting

dari RUBT adalah adanya tekanan, maka oksigen didalamnya member tekanan

yang lebih tinggi dari permukaan air laut. Ukuran, bentuk dan kapasitas tekan

dari RUBT sangat bervariasi. Pembagian tipe RUBT adalah sebagai berikut :

a. RUBT ruang tunggal (Monoplace)

Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan. Pasien dapat

dipindahkan kedalam RUBT dengan oksigen yang diisi sesuai dengan

tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk penanganan

pasien individu, kasus infeksi dan perawatan intensif. Kelebihannya

adalah mudah dioperasikan, mudah untuk ditempatkan, tidak

membutuhkan masker muka, mudah untuk mengobservasi pasien, serta

hanya membutuhkan sedikit tenaga operator

b. RUBT ruang ganda (Multiplace atau “walk in chamber”)

Digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana

pasien bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung.

Tekanan yang digunakan dapat sampai 6 ATA (untuk indikasi emboli

udara dan penyakit dekompresi)

c. RUBT pengangkut (Mobile/portable)

RUBT yang dapat dipindahkan atau bergerak kemana saja

dibutuhkan, dapat langsung berfungsi di lokasi, bahkan di tempat

parkir Rumah Sakit. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasi

Page 12: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

militer, dan dapat difungsikan sebagai Rumah Sakit di medan tempur,

serta dapat digunakan untuk mendukung penelitian dan terapi

d. RUBT untuk testing dan latihan penyelam

Digunakan untuk melakukan uji coba terhadap penyelam,

dimana ruangan tersebut disimulasikan sesuai dengan kedalaman

penyelaman

e. Small hyperbaric chamber

Digunakan untuk neonates dan hewan percobaan (Kemenkes,

2008)

2) Pemilihan tipe RUBT

Tipe tekanan Tipe

Sampai 1,5 ATA RUBT ruang tunggal dan RUBT ruang ganda

Indikasi:

• Iskemi cerebral

• Iskemi kardiak

• Iskemi peripheral vascular

• Pengobatan tambahan untuk kebugaran, kedokteran

olahraga, skin flaps, dan trauma akustik

Sampai 2,5 ATA Non portable dan portable

• Gas gangrene

• Luka bakar

• Crush injury pada ujung lengan / kaki

Sampai 3 ATA Non portable dan portable

• Penanganan darurat pada penyakit dekompresi

Sampai 6 ATA RUBT ruang ganda • Emboli udara

• Dekompresi

3) Peralatan tambahan untuk RUBT

a. Masker oksigen

b. Respirator dan ventilator

c. Peralatan untuk terapi, yaitu :

1. Peralatan resusitasi jantung paru (RJP)

2. Tabung endotrakeal

3. Alat penghisap (suction)

Page 13: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

4. Peralatan infus

d. Peralatan diagnostic :

1. Alat diagnostic kedokteran

2. Alat monitor transkutan oksigen (laser dopler)

3. EKG

4. EEG

5. Alat ukur gas darah

6. Alat monitor tekanan intrakranial

e. Alat neurologi, yaitu oftalmoskop dan dynamometer untuk

mengukur spastisitas

f. Alat latihan, yaitu treadmill

g. Alat terapi, yaitu traksi servikal untuk luka cervical spine

(Kemenkes, 2008)

II.7. Mekanisme Pengobatan

Mekanisme pengobatan hiperbarik antara lain sebagai berikut :

1. Hiperoksigenasi, memberikan pertolongan segera terhadap

jaringan yang miskin perfusi di daerah yang aliran darahnya

buruk

2. Neovaskularisasi, efek teurapetiknya meliputi peningkatan

pemecahan fibroblast, pembentukan kolagen baru dan

angiogenesis kapiler di daerah yang sulit terbentuk

neovaskularisasi seperti pada kerusakan jaringan akibat radiasi,

osteomielitis refrakter dan ulkus kronik

3. Hiperoksia akan meningkatkan aktifitas antimikroba, oksigen

hiperbarik menyebabkan terhambatnya toksin dan inaktivasi

toksin pada infeksi kuman Clostridium perfringens (gas

gangrene), dan meningkatkan fagositosis serta membunuh sel

darah putih yang teroksidasi, serta meningkatkan aktivitas

aminoglikosida

4. Efek penekanan langsung menggunakan konsep hokum boyle

untuk mengurangi volume intravascular atau gas bebas lainnya

5. Hiperoksia mengakibatkan timbulnya vasokontriksi. Dan

terjadi tanpa disertai komponen hipoksia dan sangat menolong

Page 14: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

mengurangi timbulnya edema interstitial pada jaringan yang

dicangkok (graft). Penelitian pada aplikasi OHB terhadap

penanganan luka bakar telah mengindikasikan suatu penurunan

yang bermakna pada kebutuhan cairan untuk resusitasi (RS AL

Mintohardjo)

II.8. Protocol Pengobatan

Pengobatan ini dapat berupa pengobatan tunggal maupun pengobatan

kombinasi dengan prosedur medis konvensional, maupun prosedur bedah lainnya.

Setelah menjalani pengobatan OHB, konsultan hiperbarik akan merujuk kembali ke

dokter yang merawat (RS AL Mintohardjo)

Page 15: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

BAB III

PERALATAN KOMPONEN RUBT

III.1 Komponen

1. Pintu

Pintu RUBT dalam keadaan tertutup mampu menahan tekanan yang

besar, baik dari satu sisi maupun dua sisi. Pada umumnya, pintu ini berbentuk

bulat dan pipih tetapi dapat dimodifikasikan sesuai kegunaannya. Sekeliling

pintu diberi lapisan karet agar kedap udara. Karet pelapis ini harus tergolong

high elastic rubber dan tahan terhadap minyak maupun ozon. Untuk

meringankan waktu membuka pintu, engsel dipasang di bagian samping.

Terdapat 2 pintu pada RUBT :

• Main Lock : Pintu utama yang umumnya dijadikan pintu masuk

• Emergency Lock : Pintu darurat

2. Jendela

Jendela untuk mengamati kegiatan di dalam RUBT, pada dindingnya

dipasang semacam jendela permanen yang ditutup dengan kaca tebal. Kaca ini

terbuat dari gelas acrylic atau gelas mineral yang tidak mudah pecah bila

mendapatkan tekanan. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi orang yang

berada di dalam RUBT karena akan mengalami penurunan tekanan secara

mendadak.

3. Kompressor

Kompressor berguna untuk menghasilkan udara yang sudah

dimampatkan kedalam RUBT. Setelah dimampatkan di dalam kompressor,

udara di filtrasi kemudian masuk ke dalam bank persediaan kemudian baru

dialirkan ke RUBT.

4. Ventilasi udara segar

Udara luar dan udara masuk biasanya diletakkan secara diagonal agar

pengaliran udara tetap terjamin. Pada pengobatan oksigen tekanan tinggi,

biasanya penderita menghisap O2 100% dengan masker. Kadar O2 tidak boleh

>25% karena dapat menyebabkan kebakaran. Karena itu RUBT juga

dilengkapi dengan sarana-sarana pemadam kebakaran.

5. Penyinaran

Sinar alami yang masuk ke dalam RUBT tidak mencukupi untuk

penerangan di dalamnya. Untuk itu diberikan sinar tambahan dengan tegangan

Page 16: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

rendah yaitu <42 volt. Biasanya dipakai lampu 2 x 100 watt untuk RUBT

dengan diameter 1,8 m dan panjang 2,4 m.

6. Pendinginan dan Pemanasan

RUBT dilengkapi dengan alat pendingin dan pemanas, karena jika

tekanan udara dalam RUBT dinaikkan, suhu udara didalamnya juga akan naik

dan jika tekanan udara RUBT dikurangi, maka suhu udara di dalam akan

turun.

7. Pengatur kelembaban Udara

Kelembaban udara di dalam RUBT diatur dengan menempatkan

absorbent seperti silica gel sebagai penyerap uap air.

8. Peredam suara

Untuk mengurangi kebisingan pada saat kompresi. Mengurangi

kebisingan sampai dibawah 50 dB.

9. Komunikasi

Digunakan untuk melakukan komunikasi antara operator dengan orang

yang berada di dalam RUBT. Biasanya komunikasi dengan voltase rendah dan

Sound Power Telephone.

10. Kamera televisi

Digunakan untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan di dalam RUBT.

III.2 Peralatan tambahan RUBT

a. Masker oksigen

b. Respirator dan ventilator

c. Peralatan untuk terapi, yaitu:

• Peralatan resusitasi jantung dan paru (RJP)

• Tabung endotrakeal

• Alat penghisap (suction)

• Peralatan infus

d. Peralatan diagnostik

• Alat diagnostik kedokteran

• Alat monitor transkutan oksigen

• EKG

• EEG

Page 17: Makalah Hiperbarik Kelompok A3 - BAB 1-3

• Alat ukur gas darah

• Alat monitor tekanan intrakranial

e. Alat neurologi

Optalmoskop dan dynamometer untuk mengukur spastisitas

f. Alat latihan

Treadmill

g. Alat terapi

Traksi servikal untul luka cervical spine

III.3 Mekasnisme kerja pada RUBT/ Hyperbaric Chamber

Tekanan udara yang dihasilkan pada RUBT berasal dari kompresor. Untuk

Hyperbaric chamber digunakan kompresor medical untuk menghasilkan udara dan

digerakan oleh listrik. Menghisap udara bebas kemudian melalui filter catrid udara

disaring, lalu dikumpulkan pada Bufferbank (Airbank). Kemudian melalui filter catrid

lagi, udara tekan yang bersih dialirkan ke Hyperbaric chamber. Oksigen yang

digunakan yaitu oksigen murni 100% yang dialirkan melalui beberapa tabung oksigen

dan dihubungkan pada face mask sehingga dapat dihirup oleh pasien di dalam

Hyperbaric chamber.

Kompresor yang digunakan ada dua jenis yaitu kompresor tekanan tinggi yang

dapat menghasilkan tekanan 200 atmosfer dan kopresor tekanan rendah yang dapat

menghasilkan tekanan sekitar 15 atmosfer. Untuk RUBT digunakan kompresor

tekanan rendah. Selain itu, kompresor juga menggunakan oli nabati atau berasal dari

tumbuh-tumbuhan, ada dua jenis yaitu oli mineral yang dapat digunakan untuk 1000

jam putaran dan oli sintetik yang dapat digunakan untuk 2000 jam putaran.