mahrus fahroni 2.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga
mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk
mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai
pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan
dididik (Hasbullah,2005:6). Selain itu, pendidikan juga diharapkan mampu
mencetak generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 Butir ke-1 dinyatakan
bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Berdasarkan definisi pendidikan tersebut, maka fungsi dan tujuan
pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI Nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3)
Untuk mencapai tujuan nasional, seorang pendidik tidak lepas dari
persoalan-persoalan menanamkan ilmu pengetahuan (transfer knowledge) dan
usaha memberikan bimbingan terhadap anak agar dapat menimbulkan simpati dan
berkemauan belajar terhadap materi pelajaran yang diberikan khususnya pelajaran
matematika.
1
Kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata
60 %-80% menggantungkan kepada matematika (Hudojo,2001:29). Untuk itu agar
negara kita mampu menjadi negara yang maju, maka rakyat Indonesia pada
umumnya dan generasi muda pada khususnya harus menguasai matematika dengan
baik. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ratu dari segala ilmu pengetahuan,
artinya segala ilmu pengetahuan pasti memiliki keterkaitan dengan matematika
walaupun tidak secara langsung.
Tapi sangat disayangkan, hampir semua materi pelajaran matematika
dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa, terutama matematika di SMA. Hal ini
disebabkan karena materi pelajaran matematika SMA lebih banyak daripada di SD
dan SMP ditambah banyaknya konsep-konsep baru yang semakin menunjukkan
keabstrakan matematika. Hal ini diperparah dengan kurangnya minat dan keuletan
siswa dalam mempelajari matematika. Sehingga menyebabkan prestasi siswa dalam
pelajaran matematika semakin lama semakin menurun.
Uraian di atas terbukti pada pengalaman penulis. Sewaktu penulis
melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan), pada bulan November
sampai dengan bulan Desember 2007 di salah satu SMA Negeri di Pamekasan,
penulis diberi kesempatan untuk mengajar kelas XII IPA. Kebetulan pada waktu itu
materi yang diajarkan adalah pokok bahasan matriks. Selain itu, penulis juga diberi
kesempatan untuk mengadakan ulangan harian materi ini. Setelah mengevaluasi
hasil ulangan siswa, ternyata hampir 70% siswa mendapatkan nilai di bawah nilai
yang kurang memuaskan. Padahal soal-soal ulangan yang diberikan tidak
melenceng dari apa yang telah penulis ajarkan.
Sekarang yang menjadi pemikiran bagi penulis bukanlah alasan mengapa
siswa membuat kesalahan dalam ulangan, tetapi dimana letak dan apa bentuk
2
kesalahan itu?. Karena dengan mengetahui letak dan bentuk kesalahannya, penulis
bisa mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahan serupa dimasa mendatang serta bisa
menangani secara cepat dan tepat bila kesalahan itu terulang kembali. Persoalan ini
menarik perhatian penulis untuk melakukan suatu penelitian di SMA yang letaknya
tidak jauh dari tempat tinggal penulis dan kebetulan secara akademis kondisinya
hampir sama dengan SMA yang ditempati penulis pada waktu pelaksanaan PPL
(Program Pengalaman Lapangan) yaitu SMA Negeri 3 Sampang, dengan judul
“Analisis Kesalahan Siswa Dalam Meyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok
Bahasan Matriks di Kelas XII SMA Negeri 3 Sampang Tahun Pelajaran
2008/2009”.
B. Permasalahan
1. Perumusan Masalah
Dalam latar belakang dikemukakan bahwa suatu keadaan dianggap
sebagai indikator terhadap suatu permasalahan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bentuk-bentuk kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks di kelas XII
SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran 2008/2009?
b. Berapa besarnya prosentase dari masing-masing bentuk kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan
matriks di kelas XII SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran 2008/2009?
2. Penegasan Konsep Variabel
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran terhadap konsep variabel
dalam peneltian ini, perlu kiranya penulis tegaskan bahwa dalam penelitian ini
3
hanya terdapat satu variabel yaitu kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks.
3. Deskripsi Masalah
Deskripsi masalah dalam penelitian ini yakni tentang analisis terhadap
bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok bahasan matriks. Pada umumnya bentuk kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika, secara garis besar
dapat diklasifikasikan menurut pendapat beberapa pakar, antara lain:
a. Menurut Nurkancana (1986:102), kesalahan ada enam macam, yaitu:
kesalahan konsep, kesalahan menggunakan data, kesalahan interpretasi
bahasa, kesalahan prosedur, kesalahan teknis dan kesalahan acak.
b. Menurut Clement (dalam S. Nasution,1984:53), kesalahan ada dua macam,
yaitu: kesalahan sistematis dan kesalahan kealpaan
c. Menurut Soedjana (1988:21-23), kesalahan ada tiga macam, yaitu:
kesalahan konsep, kesalahan operasi dan kesalahan prinsip.
Akan tetapi dalam penelitian pendidikan matematika beberapa pakar
hanya memakai tiga kategori kesalahan, yakni: kesalahan konsep, kesalahan
prosedur dan kesalahan algoritma.
Sedangkan materi dalam penelitian ini adalah pokok bahasan matriks.
Matriks yaitu susunan elemen dalam baris dan kolom, yang mengikuti aturan
perkalian dan penjumlahan tertentu. Elemen matriks dapat berupa angka,
koefisien, suku atau variabel. Suatu matriks sendiri tidak mempunyai arti,
kecuali elemen-elemennya didefinisikan atau dihubungkan dengan matriks
lainnya (K. Vierck,1995:483). Pokok bahasan matriks terdiri dari beberapa
subpokok bahasan, diantaranya: pengertian matriks, macam-macam matriks
4
persegi, lawan dari suatu matriks, transpose suatu matriks, kesamaan dua
matriks, penjumlahan dan pengurangan matriks, perkalian bilangan skalar (real)
dengan matriks, perkalian antarmatriks, dua matriks saling invers, invers
matriks berordo 2 x 2 dan 3 x 3, penyelesaian persamaan matriks berbentuk AX
= B dan XA = B, penyelesaian SPL (dua variabel dan tiga varibel) dengan cara
invers matriks dan penyelesaian SPL (dua variabel dan tiga variabel) dengan
cara determinan.
4. Pembatasan Masalah
Agar tidak melenceng dari pokok permasalahan penelitian yang akan
diterangkan, maka perlu kiranya penulis batasi permasalahan dalam penelitian
ini. Penelitian ini hanya akan mengkaji bentuk-bentuk atau letak kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok
bahasan matriks di kelas XII SMA Negeri 3 Sampang dengan tiga kategori
kesalahan, yaitu: kesalahan konsep, kesalahan prosedur, dan kesalahan
algoritma serta perhitungan prosentase dari masing-masing jenis kesalahan.
Sedangkan pokok bahasannya yakni matriks yang terbatas hanya pada
subpokok bahasan: kesamaan dua matriks, transpose matriks, penjumlahan dan
pengurangan matriks, perkalian suatu bilangan real dengan matriks, perkalian
antarmatriks (berordo 2 x 2), invers matriks berordo 2 x 2 dan 3 x 3,
penyelesaian SPL dua variabel dengan cara invers matriks dan cara determinan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui secara jelas tentang bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks di
kelas XII SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran 2008/2009.
5
2. Ingin mengetahui besarnya prosentase dari masing-masing bentuk kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok
bahasan martriks di kelas XII SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran
2008/2009.
D. Postulat atau Asumsi
Menurut Sutrisno Hadi (2004:18), postulat adalah landasan berpikir.
Sedangkan menurut Rajasa (2003:68), postulat atau asumsi adalah dugaan yang
diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar.
Dengan demikian postulat atau asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil pekerjaan siswa mencerminkan hasil yang sebenarnya.
2. Semua siswa yang dijadikan objek penelitian mempunyai kemampuan dasar
akademik yang bervariasi.
3. Kondisi fisik dan psikis siswa saat mengerjakan soal dalam keadaan baik
(normal).
4. Ketika penyampaian materi matriks, PBM (Proses Belajar Mengajar) berjalan
dengan baik dan optimal.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Digunakan untuk mengetahui apakah dirinya sudah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru secara menyeluruh.
b. Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui
bahwa tes yang dikerjakan terdapat atau tidak terdapat kesalahan, siswa
6
akan termotivasi untuk belajar lebih giat agar bisa lebih baik lagi. Dengan
demikian, maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatannya.
2. Bagi Guru
a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat
diterima oleh siswa.
b. Sebagai diagnosis untuk mengetahui letak-letak kesalahan siswanya dalam
mengerjakan soal matriks, sehingga dapat mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi hal tersebut.
c. Dapat dijadikan sebagai rujukan atau acuan agar ketuntasan seluruh
program pelajaran yang disampaikan pada siswa dapat terwujud.
3. Bagi Mahasiswa (Peneliti)
Sebagai calon guru, penelitian ini dapat dijadikan bekal pengalaman
belajar ilmiah sehingga mahasiswa (peneliti) mampu berpikir dan bekerja secara
ilmiah serta merencanakan dan melaksanakan penelitian ilmiah, lebih-lebih jika
mahasiswa (peneliti) yang bersangkutan terjun menjadi bagian masyarakat.
F. Alasan Pemilihan Judul
1. Alasan Objektif
a. Penelitian analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
pada pokok bahasan matriks di kelas XII SMA Negeri 3 Sampang sejauh
pengamatan penulis belum ada bahasan khusus yang membicarakannya.
b. Dengan menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok bahasan matriks, sebagai seorang calon guru,
penulis dapat mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan serupa
yang dilakukan oleh siswa dimasa mendatang, jika penulis mengajar di
kelas khususnya ketika mengajar pokok bahasan matriks.
7
2. Alasan Subjektif
a. Objek penelitian yaitu SMA Negeri 3 Sampang letaknya tidak terlalu jauh
dengan tempat tinggal penulis, sehingga akan lebih menghemat waktu,
tenaga dan biaya.
b. Permasalahan yang diteliti sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis tempuh
selama di Universitas Madura.
G. Pengertian Istilah Dalam Judul
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah dalam judul, maka
perlu kiranya diartikan istilah-istilah pokok berikut:
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (Rajasa,2003:42).
2. Kesalahan adalah kekeliruan atau kealpaan (Rajasa,2003:423).
3. Analisis kesalahan adalah melakukan penyelidikan terhadap suatu kekeliruan
atau kealpaan.
4. Soal matematika adalah pertanyaan hitungan (Rajasa,2003:490).
5. Matriks yaitu susunan elemen dalam baris dan kolom, yang mengikuti aturan
perkalian dan penjumlahan tertentu (K. Vierck,1995:483).
6. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok
bahasan matriks mengandung pengertian melakukan suatu penyelidikan
terhadap letak-letak/bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal matematika pada pokok bahasan matriks.
8
H. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Wilayah
Penelitian ini dilaksanakan pada lokasi/wilayah SMA Negeri 3
Sampang.
2. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XII semester ganjil tahun
pelajaran 2008/2009.
I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun secara sistematis sesuai dengan sistematika penulisan
berikut ini.
BAB I yaitu pendahuluan, yang terdiri atas: latar belakang masalah,
permasalahan (meliputi: perumusan masalah, penegasan konsep variabel, deskripsi
masalah dan pembatasan masalah), tujuan penelitian, postulat atau asumsi, manfaat
penelitian, alasan pemilihan judul, pembatasan istilah dalam judul, ruang lingkup
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II yaitu kajian pustaka, yang terdiri atas: hakekat matematika, objek
matematika, kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika, materi pada pokok
bahasan matriks, dan analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok bahasan matriks.
BAB III yaitu metode penelitian, yang terdiri atas: jenis penelitian,
penentuan subjek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan
teknik analisis data.
BAB IV yaitu laporan empiris, yang terdiri atas: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyajian data.
9
BAB V yaitu analisis data, yang terdiri atas: analisis data hasil tes uji coba
instrumen, analisis data hasil tes dan analisis data hasil angket.
BAB VI yaitu penutup, yang terdiri atas: kesimpulan dan saran.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Matematika
Banyak orang bertanya “apakah matematika itu sebenarnya?”. Beberapa ahli
telah berusaha untuk menjelaskan dan mendefinisikan matematika itu sesuai
pandangan mereka masing-masing. Akan tetapi penjelasan atas pertanyaan itu
belum meliputi semua aspek yang teramati dalam matematika.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para
matematikawan, apa yang disebut dengan matematika itu. Sasaran penelaah
matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran
penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus
dapat kita ketahui juga cara berpikir matematik itu.
Berbicara tentang hakekat matematika, Hudojo (1990:3-4) mengatakan
bahwa:
“Hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik. Sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif”.
Sedangkan Nasution (1984:7) berpendapat bahwa:
“Hakekat matematika dapat diketahui melalui objek pengkajian atau tujuannya. Objek pengkajian itu dapat berupa benda-benda atau makhluk atau dapat pula berupa pengertian yang tidak dapat diraba atau dilihat dan sedikit sekali dapat dibayangkan dalam pikiran kita. Dengan demikian maka matematika menjadi bersifat abstrak”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa hakekat matematika
merupakan kumpulan ide-ide abstrak, dengan struktur yang diatur memuat aturan
yang bagus dan tersusun secara hirarkis, aksiomatik, dan deduktif. Selain itu,
matematika dapat ditinjau dari segala sudut, artinya matematika dengan sendirinya
11
dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks.
B. Objek Matematika
Mengenai objek matematika R.M. Gagne (dalam Soedjana,1986:4)
mengatakan bahwa objek matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak
langsung. Objek langsung matematika adalah fakta, keterampilan, konsep dan
prinsip matematika. Sedangkan objek tak langsung adalah sikap kritris, logis, tekun,
mampu memecahkan masalah dan lain-lain sejenisnya yang berhubungan dengan
matematika. Sedangkan Bell (dalam Soedjadi,1985:10) membedakan objek
matematika menjadi fakta, konsep, skill (keterampilan), dan prinsip.
Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai fakta, konsep, skill
(keterampilan) dan prinsip menurut Suherman dan Udin (1992:158):
a. Fakta
Fakta adalah objek matematika, seperti lambang bilangan, sudut dan notasi-
notasi matematika lainnya. Contohnya adalah notasi “ untuk kata
“sigma” yang berarti jumlah.
b. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke
dalam contoh dan non contoh. Contohnya adalah persegi panjang, bilangan
prima, himpunan, dan vektor.
c. Skill (keterampilan)
Skill atau keterampilan adalah operasi-operasi yang digunakan atau prosedur-
prosedur untuk menyelesaikan masalah matematika. Contoh: tanda “+”
mempunyai tugas menambahkan.
12
d. Prinsip
Prinsip dalam matematika menyatakan hubungan antara dua atau lebih objek
matematika. Objek yang dihubungkan itu mungkin fakta, konsep, operasi, asas
yang lain. Contoh: penjumlahan antara bilangan ganjil dan genap.
C. Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
1. Pengertian Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Menurut Rajasa (2003:423), kesalahan adalah kekeliruan atau kealpaan.
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta (1984:855), kesalahan adalah
kekeliruan, kekhilafan atau sesuatu yang salah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kesalahan adalah segala sesuatu yang keliru atau melenceng dari sesuatu yang
benar.
Mengenai definisi kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika,
Sukirman (1985:16) mengatakan:
“Penyimpangan terhadap hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten maupun insidensial pada daerah tertentu. Kesalahan yang sifatnya sistematis dan konsisten disebabkan oleh kompetensi siswa, sedang yang sifatnya insidensial bukan merupakan akibat rendahnya tingkat penguasaan materi pelajaran “.
Jadi singkatnya, siswa dikatakan membuat kesalahan apabila ia
mengerjakan soal dengan tidak benar. Kesalahan di sini bisa terjadi pada awal,
pertengahan atau juga bisa terjadi pada akhir penyelesaian soal.
2. Klasifikasi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Menurut Nurkancana (1986:102), kesalahan dalam menyelesaikan soal
matematika dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, antara lain:
a. Kesalahan konsep, meliputi kesalahan dalam menentukan atau menerapkan
definisi, sifat atau teorema yang ada pada pokok bahasan yang diteliti dan
konsep persyaratan yang diperoleh dalam jawaban masalah.
13
b. Kesalahan menggunakan data, meliputi kesalahan memasukkan data dalam
variabel dan tidak menggunakan yang seharusnya digunakan.
c. Kesalahan interpretasi bahasa, meliputi kesalahan menyatakan model
matematika, kesalahan menginterpretasikan simbol yang digunakan.
d. Kesalahan prodedur, meliputi ketidakhirarkian atau ketidaksesuaian langkah
yang digunakan dalam menyelesaikan soal serta kesalahan dalam
memanipulasi langkah menjawab soal.
e. Kesalahan teknis, meliputi kesalahan dalam melakukan perhitungan dalam
menyelesaikan setiap soal.
f. Kesalahan acak, meliputi kasalahan dalam menuliskan soal matematika.
Adapun kesalahan menurut Clement (dalam S. Nasution,1984:53) ada
dua macam, yaitu kesalahan sistematis dan kesalahan kealpaan. Sedangkan
Soedjana (1988:21-23) mengidentifikasi kesalahan yang diperbuat siswa pada
aspek penguasaan dalam pelajaran matematika ada tiga macam, yaitu: kesalahan
konsep, kesalahan operasi dan kesalahan prinsip.
Sesuai dengan batasan masalah pada penelitian ini, maka kategori
kesalahan yang dipakai hanya terdiri dari tiga kategori, antara lain:
a. Kesalahan konsep
b. Kesalahan prosedur
c. Kesalahan algoritma
Untuk megetahui makna dari jenis kesalahan di atas, maka perlu diketahui
terlebih dahulu indikator-indikatornya.
14
TABEL 2.1Indikator Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika
Kategori Kesalahan Indikator Kesalahan1. Konsep Kesalahan menentukan rumus atau konsep
dalam menjawab soal2. Prosedur Kesalahan dalam prosedur/langkah-langkah
pengerjaan soal3. Algoritma Kesalahan dalam menghitung
3. Faktor-faktor Penyebab Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Secara umum faktor-faktor penyebab kesalahan dalam menyelesaikan
soal matematika adalah sebagai berikut:
a. Faktor Belajar Siswa
Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa adalah faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern, antara lain; jasmaniah, psikologis dan kelelahan.
2) Faktor ekstern, antara lain; keluarga, sekolah dan masyarakat.
b. Faktor Guru
Di dalam menyampaikam materi, guru harus menggunakan metode
yang baik yang sesuai dengan perkembangan intelektual anak dan materi
yang diajarkan. Berkaitan dengan hal ini, E.T. Ruseffendi (1995:175)
mengatakan:
“Pengajaran yang tidak memperhatikan tahap perkembangan mental siswa, maka kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan kemampuan anak dalam menyerap materi yang diberikan.”
Dari uraian di atas, jelaslah guru yang tidak dapat menggunakan
metode pembelajaran dengan baik saat penyampaian materi, sangat
15
berpengaruh terhadap kecenderungan siswa dalam berbuat kesalahan
menyelesaikan soal-soal, terutama soal matematika.
c. Faktor Buku Panduan/acuan
Selain dua faktor di atas, ketiadaan atau kurangnya buku
panduan/acuan dalam belajar matematika dapat memicu siswa untuk
membuat suatu kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika, terutama
buku-buku yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika.
D. Materi Pada Pokok Bahasan Matriks
1. Pengertian Matriks
Suatu matriks adalah susunan elemen dalam baris dan kolom, yang
mengikuti aturan perkalian dan penjumlahan tertentu. Elemen matriks dapat
berupa angka, koefisien, suku atau variabel. Suatu matriks sendiri tidak
mempunyai arti, kecuali elemen-elemennya didefinisikan atau dihubungkan
dengan matriks lainnya (K. Vierck,1995:483).
Syarat suatu matriks adalah:
a. Berbentuk persegi panjang dan ditempatkan dalam kurung biasa atau kurung
siku.
b. Unsur-unsurnya terdiri dari bilangan-bilangan.
c. Mempunyai baris dan lajur (kolom) (ST. Negoro dan B. Harahap,2005:190).
Contoh matriks:
Tanda kurung pada matriks boleh menggunakan tanda kurung biasa
ataupun kurung siku. Contoh matriks: A = atau A = ,
16
Selain itu, dalam matriks terdapat istilah ordo. Ordo adalah suatu
kalimat matematika yang menyatakan banyaknya baris dan kolom dalam suatu
matriks. Jika matriks A mempunyai 2 baris dan 1 kolom, maka ordonya dapat
dinyatakan A2 x 3 (dua angka kecil di sebelah kanan bawah A dibaca “2 silang 3”
bukan “2 kali 3”).
Contoh: A =
Unsur disebut juga elemen. Elemen suatu matriks dinyatakan dengan
huruf kecil yang diberi indeks di bawahnya. Indeks itu gunanya untuk memberi
keterangan tentang kedudukan suatu unsur di dalam matriks.
Contoh:
Angka-angka di bawah huruf a disebut indeks.
a21 artinya: unsur ini berada pada baris kedua kolom pertama.
a13 artinya: unsur ini berada pada baris pertama kolom ketiga.
Dibaca: a satu tiga bukan a tiga belas (ST. Negoro dan B. Harahap,2005:191).
2. Macam-macam Matriks
Matriks terdiri atas beberapa macam, antara lain:
a. Matriks mendatar yaitu matriks yang jumlah kolomnya lebih banyak
daripada jumlah barisnya. Contoh: C =
17
Kolom ke-2
Kolom ke-3
Kolom ke-1
baris ke-1
baris ke-2
b. Matriks tegak yaitu matriks yang jumlah barisnya lebih banyak daripada
jumlah kolomnya. Contoh: B =
c. Matriks baris yaitu matriks yang hanya terdiri atas satu baris.
Contoh: D =
d. Matriks kolom yaitu matriks yang hanya terdiri atas satu kolom.
Contoh: Q =
e. Matriks nol yaitu matriks yang seluruh elemennya berupa bilangan nol.
Biasanya matriks ini dilambangkan dengan “O”. Contoh: O = atau
O = dan lain-lain.
f. Matriks persegi (square matrix) yaitu matriks yang jumlah barisnya sama
dengan jumlah kolomnya. Matriks persegi masih dapat dibedakan menjadi
beberapa macam secara khusus, antara lain:
1) Matriks diagonal yaitu matriks persegi yang berelemen nol kecuali
elemen-elemen pada diagonal utama dan paling tidak ada satu elemen
diagonal utama yang 0. Biasanya matriks diagonal diberi simbol D (J.
Supranto,1981:18).
Contoh: D =
diagonal utama
2) Matriks satuan yaitu matriks diagonal yang berelemen 1. Matriks satuan
disebut juga matriks identitas. Biasanya matriks satuan/identitas
dilambangkan dengan matriks “I”.
18
Contoh: I = atau I = dan seterusnya.
3) Matriks skalar yaitu matriks persegi yang berasal dari perkalian suatu
bilangan skalar dengan matriks satuan.
Contoh: H = berasal dari 2 x
3. Transpose Matriks
Transpose matriks yaitu matriks yang diperoleh dari penukaran baris
dengan kolom. Jika A2x3, maka setelah ditransposekan akan menjadi A3x2.
Biasanya dilambangkan dengan At atau AT atau A1 atau (dibaca A transpose
atau A aksen atau putaran A). Akan tetapi yang lazim digunakan adalah bentuk
pertama yaitu At (Wirodikromo,2006:79).
Contoh: A = maka At =
B = maka Bt =
4. Kesamaan Dua Matriks
Dua matriks dikatakan sama apabila ordonya sama dan elemen-elemen
yang seletak nilainya sama (Siswanto,2005:141). Contoh: A = dan B
= . Matriks A dan B dikatakan sama karena ordonya sama dan
elemen yang seletak nilainya sama.
5. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
19
Syarat dua matriks dapat dijumlahkan yaitu jika dua matriks itu
memiliki ordo yang sama. Cara menjumlahkannya adalah menjumlahkan secara
langsung elemen-elemen yang seletak.
Contoh: A = dan B = maka tentukan A + B.
Jawab: A + B = + = =
Untuk pengurangan matriks, syarat dan tata caranya hamper sama
dengan penjumlahan matriks, hanya berbeda pengoperasian aljabarnya. Contoh:
matriks di atas jika dikurangkan menjadi;
A - B = - = =
Sifat-sifat dalam penjumlahan matriks yakni, jika A, B, C matriks dan O
matriks nol maka berlaku:
a. Komutatif sehingga A + B = B + A
b. Asosiatif sehingga (A + B) + C = A + (B + C)
c. Unsur identitasnya adalah O sehingga A + O = O + A = A
d. Invers penjumlahan A adalah –A, sehingga A + (-A) = -A + A = O
(Siswanto,2005:146)
6. Perkalian Bilangan Skalar (Real) dengan Matriks
Perkalian bilangan skalar dengan matriks caranya sangat mudah, yakni
hanya dengan mengalikan semua elemen matriks dengan bilangan skalar itu.
Contoh: Jika A = , maka tentukan 3A.
Jawab: 3A = 3
20
=
=
Sifat-sifat perkalian bilangan skalar dengan matriks yaitu, jika A dan B
adalah matriks-matriks berordo m x n, sedangkan k1 dan k2 adalah skalar, maka
berlaku sifat-sifat berikut:
a. k1(A + B ) = k1A + k1B
b. (k1 + k2)A = k1A + k2A
c. k1(k2A) = (k1k2)A (Siswanto,2005:149).
7. Perkalian Antarmatriks
Syarat agar dua matriks dapat dikalikan adalah jumlah kolom matriks
pertama sama dengan jumlah baris matriks kedua. Jika matriks pertama berordo
m x n dan matriks kedua berordo n x p, maka hasil perkaliannya akan menjadi
matriks berordo m x p. Sedangkan cara mengalikan dua matriks adalah sebagai
berikut:
Misalkan A adalah matriks berordo m x n dan B adalah matriks berordo n x p;
A = dan B =
Jika C adalah matriks hasil perkalian matriks A terhadap matriks B atau C = AB
maka elemen-elemen matriks C pada baris ke-i dan kolom ke-j (cij) diperoleh
dengan cara mengalikan masing-masing elemen baris ke-i dari matriks A
terhadap masing-masing elemen kolom ke-j dari matriks B satu per satu secara
berurutan, kemudian hasil dari perkalian masing-masing elemen tersebut
dijumlahkan. Pernyataan ini ditulis sebagai berikut:
21
Cij = (Wirodikromo,2006:94)
Contoh:
Jika A = dan B = maka tentukan A x B.
Jawab:
A x B = =
=
Sifat-sifat perkalian matriks yaitu, jika A, B, dan C adalah matriks-
matriks yang dapat dikalikan, maka berlaku:
a. Asosiatif, yaitu (A x B) x C = A x (B x C)
b. Distributif kanan, yaitu A x (B + C) = (A x B) + (A x C)
c. Distributif kiri, yaitu (A + B) x C = (A x C) +(B x C)
Selain itu, perkalian dengan matriks nol yaitu O berlaku A x O = O x A = O
serta perkalian dengan matriks identitas/satuan yaitu I berlaku A x I = I x A
= A. (Siswanto,2005:159).
(Keterangan: perkalian antarmatriks tidak memiliki sifat komutatif, kecuali
perkalian matriks dengan matriks nol, perkalian matriks dengan matriks
identitas dan perkalian matriks dengan inversnya).
8. Determinan Matriks Berordo 2 x 2
Syarat utama dari suatu matriks agar memiliki nilai determinan adalah
matriks itu merupakan matriks persegi. Jika matriks X = maka nilai
22
determinannya adalah hasil perkalian elemen pada diagonal utama dikurangi
dengan hasil perkalian elemen pada diagonal kedua. Determinan matriks X
dapat disingkat det X atau semua elemen matriks X diapit oleh kurung lurus
“ “. Secara simbolik adalah sebagai berikut: det X = = ad – bc
Contoh: Jika B = maka tentukan determinan B.
Jawab: det B = = 2.3 – 1.4 = 6 – 4 = 2
9. Invers Matriks Berordo 2 x 2
Adapun syarat agar suatu matriks bisa ditentukan inversnya adalah
matriks itu harus matriks persegi dan determinannya tidak sama dengan nol.
Sedangkan matriks bukan persegi tidak memiliki invers. Rumus invers matriks
berordo 2 x 2 yaitu:
Jika matriks A = maka invers matriks A (ditulis A-1), adalah:
A-1 = (Siswanto,2005:163)
Untuk matriks persegi yang determinannya sama dengan nol atau tidak
memiliki invers disebut matriks singular.
Contoh: Jika D = maka tentukan D-1.
Jawab: D-1 =
41
32 (dimana det D = = 4.2 – 1.3 = 5)
=
41
32 =
23
10. Determinan Matriks Berordo 3 x 3
Misalkan matriks X = maka determinan matriks X dapat
dicari dengan menggunakam aturan Sarrus, seperti dibawah ini:
det X = = (a.e.i) + (b.f.g) + (c.d.h) – (g.e.c) – (h.f.a) – (i.d.b)
11. Invers Matriks Berordo 3 x 3
Jika X = maka rumus invers matriks tersebut adalah:
X-1 = adj X (Siswanto,2005:167)
Untuk det X telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sementara “adj X”
adalah adjoint dari X yakni transpose matriks dari matriks kofaktor X (kof X).
kof X =
Kij adalah elemen matriks kofaktor X baris ke-i kolom ke-j. K ij dapat ditentukan
dengan cara (-1) dipangkatkan (i + j) dan dikalikan minor baris ke-i kolom ke-j,
atau secara simbolik: Kij = (-1)i +j. Mij.
Mij (minor baris ke-i kolom ke-j) adalah penghapusan elemen matriks X baris
ke-i kolom ke-j yang kemudian dari elemen yang tidak mengalami penghapusan
(selain baris ke-i kolom ke-j) tersebut, dicari nilai determinannya.
Untuk lebih jelasnya terlebih dahulu kita cari nilai elemen-elemen kof X.
K11 = (-1)1+1. M11 = 1. M11 = = e.i – h.f
24
K12 = (-1)1+2. M12 = (-1). M12 = - = - (d.i – g.f)
K13 = (-1)1+3. M13 = 1. M13 = = - (d.h – g.e)
K21 = (-1)2+1. M21 = (-1). M21 = - = - (b.i – h.c)
K22 = (-1)2+2. M22 = 1. M22 = = - (a.i – g.c)
K23 = (-1)2+3. M23 = (-1). M23 = - = - (a.h – g.b)
K31 = (-1)3+1. M31 = 1. M31 = = - (b.f – e.c)
K32 = (-1)3+2. M32 = (-1). M32 = - = - (a.f – d.c)
K33 = (-1)3+3. M33 = 1. M33 = = - (a.e – d.b)
Jadi kof X =
Sehingga adj X = (kof X)t
=
Contoh: Tentukan A-1 dari matriks A = .
25
Jawab: det A = = (1.6.4) + (3.2.5) + (2.2.9) – (5.6.2) – (9.2.1) –
(4.2.3)
= 24 + 30 + 36 – 60 – 18 – 24
= -12
kof A = =
adj A = (kof A)t =
Jadi, A-1 = =
12. Penyelesaian Persamaan Matriks Berbentuk AX = B dan XA = B
a. Untuk menyelesaikan persamaan matriks berbentuk AX = B, kalikan kedua
ruas persamaan itu dengan A-1 dari kiri, sehingga diperoleh:
A-1(AX) = A-1 B
(A-1A)X = A-1B
IX = A-1B
X = A-1B
b. Untuk menyelesaikan persamaan matriks berbentuk XA = B, kalikan kedua
ruas persamaan itu dengan A-1 dari kanan, sehingga diperoleh:
26
(XA)A-1 = BA-1
X(AA-1) = BA-1
XI = BA-1
X = BA-1
Maka dapat disimpulkan bahwa penyelesaian persamaan matriks berbentuk AX
= B adalah X = A-1B. Sedangkan XA = B adalah X = BA-1 (Siswanto,2005:169).
13. Penyelesaian SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variabel) Dengan Cara
Invers Matriks
Misal ada SPLDV: . Untuk menyelesaikan SPLDV tersebut
dengan cara invers matriks, ada tiga langkah yang harus ditempuh, antara lain:
a. Langkah I: Mengubah SPLDV menjadi persamaan matriks
= , kalau kita perhatikan persamaan di samping berbentuk
persamaan AX = B, dimana A = , X = , dan B =
b. Langkah II: Mencari A-1
Penyelesaian dari persamaan AX = B adalah X = A -1B, maka selanjutnya
adalah mencari A-1
Karena A = maka A-1 = =
c. Langkah III: Menentukan nilai x dan y
Karena X = A-1B maka =
27
Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV: dengan
cara invers matriks.
Jawab:
Langkah I: Mengubah SPLDV menjadi persamaan matriks
= dimana A = , X = , dan B =
Langkah II: Mencari A-1
Sementara det A = = 2.2 – 3.1 = 1
maka A-1 = = .
Langkah III:
Oleh karena X = A-1B, dapat diperoleh = =
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(-1,6)}
14. Penyelesaian SPLTV (Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel) Dengan Cara
Invers Matriks
Penyelesaian untuk SPLTV: dengan cara invers matriks,
caranya hampir sama dengan cara penyelesaian SPLDV dengan cara invers
matriks. Hanya saja berbeda dalam mencari determinan dan invers “A” nya.
Berikut akan dijelaskan tentang tata cara penyelesaiannya:
a. Langkah I: Mengubah SPLTV menjadi persamaan matriks
28
= , kalau diperhatikan persamaan tersebut berbentuk
persamaan AX = B, dimana A = , X = , dan B =
b. Langkah II: Mencari A-1
Penyelesaian dari persamaan AX = B adalah X = A -1B, maka selanjutnya
adalah mencari A-1
Karena A = maka A-1 = Adj A
(Keterangan: untuk menentukan det A dan Adj A, lihat kembali bagian
determinan matriks berordo 3 x 3 dan invers matriks berordo 3 x 3)
c. Langkah III: Menentukan nilai x dan y
Karena X = A-1B maka = Adj A .
15. Penyelesaian SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variabel) Dengan Cara
Determinan
Misal ada SPLDV: . Untuk dapat menyelesaikan SPLDV
tersebut dengan cara determinan, sebelumnya kita harus mengenal terlebih
dahulu simbol-simbol/istilah-istilah berikut:
a. D yaitu determinan dari koefisien-koefisien variabel x dan y. Dengan kata
lain sama dengan det A pada penyelesaian SPLDV dengan cara invers
matriks yang telah dijelaskan sebelumnya.
D = = a.d – b.c
29
b. Dx yaitu determinan D yang sebelumnya kolom pertama (koefisien-koefisien
x) diganti dengan konstanta-konstanta p dan q.
Dx = = p.d – q.b
c. Dy yaitu determinan D yang sebelumnya kolom kedua (koefisien-koefisien
y) diganti dengan konstanta-konstanta p dan q.
Dy = = a.q – c.p
Untuk menentukan himpunan penyelesaiannya adalah: x = dan y =
Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV: dengan
cara determinan.
Jawab: Agar lebih mudah terlebih dahulu kita ubah SPLDV di atas menjadi
persamaan matriks =
D = = 2.2 – 3.1 = 1 Dx = = 4.2 – 9.1 = -1
Dy = = 2.9 – 3.4 = 6
Selanjutnya kita dapat memperoleh nilai x dan y melalui D, Dx dan Dy di atas
x = = = -1 y = = = 6
Jadi, himpunan penyesaiannya adalah {(-1,6)}
16. Penyelesaian SPLTV (Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel) Dengan Cara
Determinan
30
Penyelesaian untuk SPLTV: dengan cara determinan,
caranya hampir sama dengan cara penyelesaian SPLDV dengan cara
determinan. Hanya saja berbeda dalam mencari D, Dx dan Dy serta harus mencari
nilai Dz . Berikut akan dijelaskan tentang simbol-simbol/istilah-istilah tersebut:
a. D yaitu determinan dari koefisien-koefisien variabel x, y dan z. Dengan kata
lain sama dengan det A pada penyelesaian SPLTV dengan cara invers
matriks yang telah dijelaskan sebelumnya.
D =
b. Dx yaitu determinan D yang sebelumnya kolom pertama (koefisien-koefisien
x) diganti dengan konstanta-konstanta p, q dan r.
Dx =
c. Dy yaitu determinan D yang sebelumnya kolom kedua (koefisien-koefisien y)
diganti dengan konstanta-konstanta p, q dan r.
Dy =
d. Dz yaitu determinan D yang sebelumnya kolom ketiga (koefisien-koefisien z)
diganti dengan konstanta-konstanta p, q dan r.
Dz =
31
Untuk menentukan himpunan penyelesaiannya adalah: x = , y = dan
z =
(Keterangan: untuk menentukan nilai D, Dx , Dy dan Dz hitunglah dengan
aturan Sarrus seperti yang telah dijelaskan pada bagian determinan matriks
berordo 3 x 3).
E. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok
Bahasan Matriks
Menurut Rajasa (2003:42), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan menurut W.J.S
Poerwadarminta (1984:20), analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk
mengetahui apa sebab-sebabnya atau bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.
Dengan demikian, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Pada Pokok Bahasan Matriks” mengandung pengertian melakukan
suatu penyelidikan terhadap letak-letak/bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika pada pokok bahasan matriks.
Untuk dapat menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok bahasan matriks dengan baik, maka hal-hal yang harus
dilakukan oleh seorang guru (peneliti/tester), antara lain:
1. Mempersiapkan kunci jawaban
2. Mencocokkan jawaban siswa dengan kunci jawaban
3. Memberi tanda pada bagian-bagian yang salah
4. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk kesalahan ke dalam kategori kesalahan
32
Tapi sebelumnya harus ditentukan dahulu indikator-indikator kesalahannya, agar
dalam mengklasifikasikan bentuk-bentuk kesalahan ke dalam kategori kesalahan
menjadi lebih mudah dan terarah.
Berikut ini akan dikemukakan secara lengkap indikator-indikator kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks.
TABEL 2.2Indikator Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Matriks
Kategori Kesalahan Indikator Kesalahan1. Kesalahan konsep Kesalahan menentukan rumus atau konsep dalam
menjawab soal, meliputi: 1.1 Tidak menjawab soal matriks1.2 Mengubah atau kesalahan dalam penulisan
isi/konsep/bentuk soal matriks1.3 Kesalahan langkah awal mengerjakan soal matriks1.4 Kesalahan dalam mengartikan atau menentukan
konsep/definisi dalam menjawab soal matriks1.5 Kesalahan dalam menulis suatu rumus dalam
menjawab soal matriks1.6 Penulisan konsep suatu definisi kurang jelas
maksudnya2. Kesalahan prosedur Kesalahan dalam prosedur/langkah-langkah
pengerjaan soal, meliputi:2.1 Salah/tidak menulis tanda kurung matriks atau
determinan 2.2 Tidak dapat menyelesaikan soal matriks sampai
tuntas/selesai2.3 Tidak lengkap langkah-langkah mengerjakan soal
matriks2.4 Kesalahan dalam menulis/meletakkan bilangan
ditengah-tengah langkah mengerjakan baik berupa bilangan “+” atau “-“
2.5 Salah/tidak menuliskan tanda operasi aljabar seperti tanda “+” ,“-“ dan sebagainya
2.6 Salah/tidak menulis/kurang lengkap menulis simbol-simbol dalam matriks atau salah dalam meletakkannya
33
2.7 Menulis simbol/lambang apapun yang tidak semestinya
2.8 Kesalahan dalam menentukan bilagan-bilangan untuk perhitungan determinan matriks
2.9 Tidak lengkap menulis elemen-elemen matriks 3. Kesalahan algoritma Kesalahan dalam menghitung, meliputi:
3.1 Salah/tidak menulis hasil dari suatu operasi aljabar dalam menjawab soal matriks, termasuk juga hasil operasi yang terdapat pada determinan, invers matriks dan sebagainya
3.2 Salah/tidak menulis hasil akhir dari soal, bisa berupa salah menulis bilangan ataupun salah dalam menulis tanda “+” dan “-“ pada bilangan tersebut
3.3 Salah/tidak menulis tanda “=” dalam langkah-langkah pengerjaan atau salah meletakkannya
3.4 Salah/tidak menyimpulkan hasil jawaban
Berikut akan dikemukakan sebuah contoh analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks dengan jumlah peserta
tes sebanyak 3 orang.
Soal nomor X: Jika matriks A = , maka tentukan A x A.
Kunci jawaban soal nomor X (dari guru):
A = maka A x A =
=
=
Jawaban siswa nomor urut 1:
A = maka A x A = x
= = salah
konsep/rumus Jawaban siswa nomor urut 2:
34
A = maka A x A = x
=
=
salah tanda operasi aljabarnya
Jawaban siswa nomor urut 3:
A = maka A x A =
=
= salah menghitung hasil akhir
TABEL 2.3Contoh Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Nomor X
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1Kesalahan dalam menulis konsep atau rumus perpangkatan matriks
1.4 1
2Kesalahan dalam menulis operasi aljabar, yakni ditulis “-“, seharusnya “+”
2.5 1
3Salah dalam menghitung hasil akhir dari soal
3.2 1
Jumlah Total Kesalahan Untuk Tiap Kategori 1 1 1
Keterangan: KIK = Kode Indikator Kesalahan (lihat tabel 2.2)KK = Kesalahan Konsep
KP = Kesalahan Prosedur KA = Kesalahan Algoritma
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tema, lokasi dan objek penelitian maka penelitian ini
tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa
adanya (Best dalam Sukardi,2004:157). Selain itu penelitian deskriptif diarahkan
untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara
sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu
(Zuriah,2006:47).
Pada umumnya penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat (Sukardi,2004:157). Sesuai dengan definisi di atas, penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan sistematis dari
fenomena yang terjadi pada objek penelitian mengenai kesalahan-kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks.
B. Penentuan Subjek Penelitian
1. Populasi
36
Populasi menurut Babbie (dalam Sukardi,2004:53), tidak lain adalah
elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis
menjadi target hasil penelitian. Populasi menurut Fraenkel dan Wallen (dalam
Rianto,1996:51) adalah kelompok yang menarik peneliti, dimana kelompok
tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian.
Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII
SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari tiga kelas,
dengan perincian pada tabel berikut.
TABEL 3.1Populasi Dalam Penelitian
Kelas Jumlah SiswaXII IPA-1XII IPA-2XII IPS
38 orang37 orang39 orang
Total Populasi 114 orang
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, dimana jenis sampel yang diambil
harus mencerminkan populasi. Sampel dapat didefinisikan sebagai sembarang
himpunan yang merupakan bagian dari suatu populasi (Rianto,1996:52).
Menurut Mardalis (2006:55-56) tujuan penentuan sampel ialah untuk
memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati
hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi terhadap jumlah objek penelitian.
Dalam penelitian ini penetapan sampelnya menggunakan salah satu teknik
37
sampling yaitu teknik non random (tidak diacak), karena sampelnya tidak
diambil secara acak melainkan diambil dari kelompok yang sudah ada.
Sedangkan sample dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA 1
SMA Negeri 3 Sampang tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 38
orang.
C. Metode Pengumpulan Data
Data dapat diartikan sebagai keterangan atau bahan-bahan
(Rajasa,2003:129). Sedangkan menurut Bungin (2005:119), data adalah bahan
keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
Menurut jenisnya, data dapat dibedakan manjadi data kualitatif (bukan
angka-angka) dan data kuantitatif (berupa angka-angka/numerik). Adapun jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yakni bukan berupa
angka-angka.
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua secara garis
besar, yakni data primer dan data sekunder. Adapun sumber data dalam penelitian
ini adalah data primer, yakni data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin,2005:122).
Menurut Arikunto (2003:134), metode pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan
metode angket. Berikut akan dijelaskan tentang kedua metode tersebut:
1. Metode Tes
38
Tes yaitu serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Rianto,1996:83).
Menurut Sudiono (2006:67), secara umum ada dua macam fungsi yang
dimiliki oleh tes, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Tes dalam penelitian ini termasuk dalam dalam dua kategori,
diantaranya:
a. Tes tertulis (pencil and paper test), adalah jenis tes dimana tester dalam
mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis
dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis (Sudiono,2006:75).
b. Tes uraian, yakni pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan atau bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan kategori bahasa sendiri
(Sudjana,2005:35). Menurut Arikunto (2003: 162), tes yang berbentuk esai
(uraian), disebut juga tes subjektif. Menurut Slameto (1988:33), pada
umumnya tes esai dibedakan menjadi dua, yaitu tes esai jawaban singkat
dan tes esai jawaban panjang/luas. Adapun tes esai yang terdapat dalam
39
penelitian ini tergolong tes esai jawaban panjang/luas, yakni tes yang
menuntut siswa menjawab berupa uraian yang panjangnya sekitar setengah
halaman folio atau lebih.
Adapun prosedur yang digunakan dalam penyusunan soal tes dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.Membuat kisi-kisi penyusunan soal.
b. Membuat butir-butir soal tentang materi matriks sesuai dengan kisi-kisi
penyusunan soal.
c.Membuat kunci jawaban serta pedoman penskorannya agar mudah dalam
mengoreksi dan memberikan skor terhadap hasil jawaban siswa.
Tujuan pelaksanaan tes dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
data penelitian yang dimaksud dan dari data tersebut nantinya dapat diketahui
letak atau bentuk kesalahan atas jawaban siswa. Setelah itu, pengklasifikasian
bentuk kesalahan tersebut ke dalam kategori sesuai dengan indikator yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Metode tes dalam penelitian ini dijadikan sebagai metode primer/utama
yang artinya dari metode inilah diperoleh jawaban-jawaban atas pertanyaan
pada rumusan masalah.
Menurut Arikunto (2003:163), tes subjektif/uraian memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya:
a. Mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.
c. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
40
Selain itu, tes subjektif/uraian juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya:
a. Kadar validitasnya dan reliabilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-
segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
c. Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tes subjektif/uraian, maka
dalam menyusun tes, seorang guru harus memperhatikan petunjuk penyusunan
tes yang baik seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2003:163) berikut ini:
a.Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
b. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung
dari buku atau catatan.
c.Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penilaiannya.
2. Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan data yang
berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab
secara tertulis (Rianto,1996:70).
Angket dalam penelitian ini termasuk dalam dua kategori, antara lain:
a. Angket langsung yaitu angket tersebut dikirim langsung kepada orang yang
dimintai pendapat, bukan dikirim kepada orang yang dimintai pendapat
tentang keadaan orang lain.
41
b. Angket tertutup yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau
jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar
pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannya, dan responden
diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih. Selain itu, angket
dalam penelitian ini termasuk tipe multiple choise, karena alternatif
jawabannya lebih dari dua pilihan (Rianto,1996:70).
Adapun prosedur dalam menentukan pertanyaan angket, peneliti
menentukan poin-poin/hal-hal yang akan ditanyakan melalui angket, kemudian
langsung menyusun pertanyaan yang dimaksud.
Metode angket dalam penelitian ini bertujuan ingin mengetahui persepsi
siswa tentang soal dalam tes yang dirasakan paling sulit, alasan mereka
menganggap soal tes tersebut paling sulit, serta ingin mengetahui solusi yang
ditempuh oleh siswa untuk memecahkan soal yang dianggap paling sulit
tersebut. Kendatipun demikian, metode angket dalam penelitian ini hanya
dijadikan metode pelengkap/penunjang untuk memperkuat hasil penelitian
dengan metode tes. Dengan kata lain, metode angket dalam penelitian ini tidak
dijadikan sebagai metode primer/utama layaknya metode tes.
Menurut Rianto (1996:71), angket tertutup ini memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya: mudah diisi oleh responden, memerlukan waktu yang
relatif singkat untuk menjawabnya, memusatkan responden pada pokok
persoalan, relatif objektif dan sangat mudah ditabulasikan dan dianalisis.
Sedangkan kelemahan angket tertutup menurut Donald Ary (dalam
Rianto,1996:71), yaitu memaksa subjek untuk memilih alternatif jawaban yang
telah ditetapkan terlebih dulu ia merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas,
atau memaksanya memilih alternatif-alternatif yang tidak benar-benar
42
mencerminkan sikap mereka. Dengan kata lain bahwa angket tertutup tidak
memberi kebebasan kepada responden untuk mengemukakan isi hatinya.
Secara umum, kelebihan dari angket adalah (1) dibandingkan dengan
wawancara, angket lebih efisien dan praktis, serta memungkinkan digunakan
sampel yang lebih besar, (2) semua subjek diberi instruksi yang sudah baku,
maka hasil-hasil penelitian itu tidak akan diwarnai oleh penampilan, suasana,
perasaan dan tingkah laku peneliti. Sedangkan kelemahannya adalah
dimungkinkan terjadi salah tafsir responden terhadap pertanyaan-pertanyan
yang ada dalam angket.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode angket, maka dalam
menyusun pertanyaaannya seorang peneliti harus memperhatikan hal-hal
berikut ini:
a. Pakailah bahasa sederhana yang dapat dipahami oleh responden.
b. Hindarkan pertanyaan yang tak jelas tafsirannya.
c. Rumusan pertanyaan jangan ada kemungkinan memalukan responden.
d. Pikirkan apakah pertanyaan bersifat pribadi atau tidak.
(S.Nasution,2004:134-136)
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai “alat bantu” merupakan saran
yang dapat diwujudkan dalam benda. Selain itu, instrumen penelitian juga sebagai
alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data
(Arikunto,2003:134-135). Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang
terkumpul. Ungkapan “Garbage tool garbage result” merupakan hubungan antara
instrumen dengan data. Oleh karena itulah, menyusun instrumen bagi kegiatan
43
penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti
(Zuriah,2006:168).
1. Jenis Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen
untuk perlakuan dan instrumen untuk mengetahui hasil perlakuan.
a. Instrumen untuk perlakuan, berupa: rencana pembelajaran dan kuis/latihan
soal. Untuk instrumen yang pertama ini, tidak dijadikan sebagai alat
pengumpul data, hanya digunakan sebagai alat pengajaran langsung dan
memantapkan materi matriks sebelum tes dilaksanakan. Jadi secara tidak
langsung instrumen untuk perlakuan ini adalah syarat utama agar
pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik.
b. Instrumen untuk mengetahui hasil perlakuan (alat pengumpul data), berupa
lembar dan lembar angket.
Lembar tes dalam penelitian ini berisi soal-soal tentang materi matriks.
Lembar tes tersebut terdiri dari lima butir soal. Dimana butir soal nomor 2 dan
4 masing-masing terdiri atas dua item soal (untuk lebih jelasnya, lihat lampiran
3). Sedangkan lembar angket dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan
tentang soal dalam tes dan proses penyelesaiannya. Lembar angket tersebut
terdiri dari tiga butir pertanyaan. Dimana pertanyaan nomor 1 terdiri atas enam
pilihan jawaban, pertanyaan nomor 2 terdiri atas tiga pilihan jawaban, dan
pertanyaan nomor 3 terdiri atas empat pilihan jawaban (untuk lebih jelasnya,
lihat lampiran 5).
Sebelum pelaksanaan tes, peneliti terlebih dahulu memberitahu perihal
pelaksanaan tes kepada siswa, agar siswa benar-benar siap dan hasilnya
44
mencerminkan kemampuan siswa. Sedangkan lembar angket diberikan kepada
siswa untuk diisi setelah pelaksanaan tes selesai.
2. Uji Coba Instrumen Penelitian
Jika seorang peneliti menggunakan instrumen terstandar (dibuat oleh
para pakar yang handal), maka instrumen tidak perlu diuji cobakan
(Arikunto,2003:216). Karena berhubung instrumen penelitian di sini dibuat
sendiri oleh peneliti, maka perlu diadakan tes uji coba. Instrumen yang diuji
cobakan hanya instrumen berupa tes, sedangkan instrumen yang berupa angket
tidak diuji cobakan. Tes uji coba instrumen dilaksanakan terhadap 10 orang
siswa kelas XII-IPA 2 SMA Negeri 3 Sampang. Kelas XII-IPA 1 dan kelas XII-
IPA 2 tidak terdapat perbedaan dalam hal akademis. Kedua kelas tersebut sama-
sama heterogen atau tidak ada kelas unggulan serta kedua kelas tersebut dalam
mata pelajaran matematika diajar/dibimbing oleh guru yang sama.
Menurut Arikunto (2003:223), tujuan uji coba paling tidak adalah agar
dari kegiatan tersebut dapat diketahui: validitas tes (test validity), reliabilitas tes
(test reliability), taraf kesukaran (difficulty index), dan daya pembeda
(discriminating power). Berikut akan dijelaskan tentang istilah-istilah tersebut.
a. Validitas tes (test validity)
Validitas tes yakni tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Dalam penelitian ini, untuk mengukur validitas tes, peneliti
menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal
dengan rumus korelasi product-moment:
rxy =
45
Keterangan:rxy = koefisien korelasi product moment N = jumlah peserta tesX = nilai tes untuk tiap item soalY = nilai total tes untuk tiap satu peserta tes (Arikunto,2002:146)
Menurut Arikunto (2003:75), penafsiran harga koefisien korelasi ada dua
cara yaitu:
1) Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya sangat rendah,
rendah dan sebagainya.
2) Dengan berkonsultasi ketabel harga kritik r product-moment sehingga
dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih
kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak
signifikan. Begitu juga sebaliknya.
Untuk menafsirkan harga koefisien korelasi dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan cara pertama, yaitu dengan cara menginterpretasikan harga r
dengan tabel berikut.
Tabel 3.2Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r
(Riduwan,2006:280)
b. Reliabilitas tes (test reliability)
Reliabilitas tes yakni ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai
apa yang dinilainya. Dalam penelitian ini, untuk mengukur reliabilitas tes,
peneliti menggunakan rumus yang dikenal dengan Rumus Alpha:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,80 – 1,0000,60 – 0,7990,40 – 0,5990,20 – 0,3990,00 – 0,199
Sangat KuatKuat
Cukup KuatRendah
Sangat Rendah
46
r11 =
Keterangan:r11 = koefisien reliabilitas tesn = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes1 = bilangan konstan
= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir itemSt
2 = varian total
Dimana:
= Si21 + Si
22 + Si
23 +
…….
Si21 =
Si22 =
Si23=
…..dan seterusnya sampai dengan nomor soal terakhir.
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11) pada umumnya digunakan patokan tabel berikut.
TABEL 3.3Patokan Interpretasi Koefisien Reliabilitas Tes (r11)
Besarnya nilai r11 InterpretasiSama dengan atau lebih besar daripada 0,70
Berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable).
Lebih kecil daripada 0,70
Berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliable).
(Sudiono,2006:208-209)
47
Jika nilai r11 semakin jauh di atas 0,70 maka reliabilitasnya semakin tinggi,
dan sebaliknya jika nilai r11 semakin jauh di bawah 0,70 maka
reliabilitasnya semakin rendah.
c. Taraf kesukaran (difficulty index)
Taraf kesukaran adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur taraf kesukaran, peneliti
menggunakan rumus:
I =
Keterangan : I = indeks kesulitan untuk setiap butir soalB = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soalN = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal
yang dimaksud (benar/salah)
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makian besar indeks yang diperoleh, makin
mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu ada pada tabel
berikut.
TABEL 3.4Kriteria Indeks Kesulitan Soal
Nilai indeks kesulitan (I) Interpretasi0 - 0,300,31 - 0,690,71 - 1,00
Soal kategori sukarSoal kategori sedangSoal kategori mudah
(Sudjana,2005:137).
d. Daya pembeda (discriminating power)
Daya pembeda adalah kemampuan tes dalam memisahkan antara peserta tes
yang pandai dengan peserta yang kurang pandai. Dalam penelitian ini, untuk
mengukur daya pembeda, peneliti menggunakan rumus:
48
D = PA – PB
Keterangan: D = angka indeks diskriminasi item (discriminatory power)
PA = proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
PB = proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
PA dapat diperoleh dengan rumus:
PA =
Dimana:BA = banyaknya testee kelompok atas yang dapat menjawab
dengan betul butir item yang bersangkutanJA = jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas
Sedangkan PB dapat diperoleh dengan rumus:
PB =
Dimana:BB = banyaknya testee kelompok bawah yang dapat menjawab
dengan betul butir item yang bersangkutanJB = jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah
Kemudian setelah diperoleh nilai D, maka dapat diketahui interpretasinya
dari tabel berikut.
TABEL 3.5Patokan Interpretasi Angka Indeks Diskriminasi Item (D)
Besarnya Angka Indeks Diskriminasi
Item (D)Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
0,20 – 0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan telah
49
memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
0,40 – 0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
0,70 – 1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali
Bertanda negatif - Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali)
(Sudiono,2006:389-390).
E. Teknik Analisis Data
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dan jenis data yang kumpulkan adalah data kualitatif. Maka untuk
menganalis data dalam penelitian ini, digunakan teknik analisis data deskriptif.
Menurut Azwar (2004:126), analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh
dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian
hipotesis. Kemudian untuk pengolahan data kualitatif digunakan teknik analisis data
kualitatif yakni analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matriks.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya prosentase dari tiap-tiap bentuk
kesalahan, maka data kualitatif yang telah diperoleh dikuantitatifkan terlebih dahulu
yang artinya dilakukan perhitungan jumlah kesalahan masing-masing kategori dan
jumlah kesalahan secara keseluruhan. Barulah kemudian dilakukan perhitungan
prosentasenya dengan menggunakan rumus:
P = x 100 %
50
Keterangan: P = Angka prosentase F = Frekuensi kesalahan yang dilakukan siswa per kategori N = Jumlah kesalahan seluruh kategori
BAB IV
LAPORAN EMPIRIS
Pada bab ini, peneliti akan melaporkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama penelitian, mulai dari awal sampai akhir. Adapun kegiatan-kegiatan yang
dimaksud, dibagi dalam tiga tahap antara lain: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap penyajian data.
A. Tahap Persiapan
Selama tahap persiapan, terdapat beberapa kegiatan diantaranya:
1. Tanggal 12 April 2008, peneliti mengajukan judul penelitian.
2. Tanggal 12 Mei 2008, acc judul penelitian oleh fakultas.
3. Karena ada beberapa masalah terhadap judul penelitian, maka peneliti pada
tanggal 17 Juni 2008 mengajukan judul penelitian yang baru sebagai pengganti
judul yang lama, dan pada hari yang sama fakultas menyetujui/acc judul
penelitian yang baru.
4. Tanggal 29 Mei – 6 Juli 2008, peneliti menyusun proposal penelitian.
51
5. Tanggal 7 Juli 2008, peneliti mengkonsultasikan proposal penelitian kepada
dosen pembimbing.
6. Tanggal 15 – 27 Juli 2008, peneliti merevisi proposal penelitian.
7. Tanggal 28 Juli 2008, peneliti mengkonsultasikan proposal penelitian yang
sudah direvisi kepada dosen pembimbing.
8. Tanggal 31 Juli 2008, peneliti menemui kepala dan guru matematika SMA
Negeri 3 Sampang untuk menjelaskan maksud diadakannya penelitian.
9. Tanggal 5 Agustus 2008, acc proposal penelitian oleh dosen pembimbing.
10. Tanggal 16 Agustus 2008, peneliti mengurus surat ijin penelitian ke LP3M.
B. Tahap Pelaksanaan
Selama tahap pelaksanaan penelitian, terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Tanggal 19 Agustus 2008, peneliti menyerahkan surat ijin penelitian dari LP3M
kepada kepala SMA Negeri 3 Sampang serta menjelaskan prosedur penelitian
yang akan dilaksanakan kepada guru matematika SMA Negeri 3 Sampang.
2. Tanggal 20 Agustus – 14 September 2008, peneliti megadakan pengajaran
langsung tentang materi matriks terhadap siswa kelas XII IPA-1 dan XII IPA-2.
3. Tanggal 15 September 2008, peneliti megadakan tes uji coba instrumen
terhadap 10 orang siswa kelas XII IPA-2
4. Tanggal 16 – 17 September 2008, peneliti menganalisis seluruh hasil tes uji
coba instrumen untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,
dan daya pembeda dari soal-soal tes yang diuji cobakan.
5. Tanggal 18 September 2008, peneliti mengadakan tes instrumen terhadap
seluruh siswa kelas XII IPA-1 yang berjumlah 38 orang.
52
6. Tanggal 19 September 2008, peneliti melapor kepada kepala sekolah bahwa
penelitian telah dilaksanakan sekaligus meminta surat keterangan penelitian.
7. Tanggal 20 September – 20 Oktober 2008, menganalisis seluruh hasil tes siswa
yang diperoleh dari hasil penelitian.
C. Tahap Penyajian Data
Pada tahap penyajian data, peneliti akan menyajikan data-data skor mentah
siswa-siswa kelas XII IPA-2 yang mengikuti tes uji coba instrumen yakni 10 orang
dan data-data skor mentah hasi tes instrumen seluruh siswa kelas XII IPA-1 yang
berjumlah 38 orang yang telah ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Adapun data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1Data Perolehan Skor Tes Uji Coba Instrumen
No. Urut
Siswa
Skor Tiap Item SoalJumlah
1 2 3 4 510 15 25 20 30 100
1 10 13 12 16 20 712 10 12 0 17 8 473 10 13 1 19 19 624 0 6 5 18 9 385 10 15 12 17 21 756 10 15 25 20 22 927 0 15 4 17 14 508 10 15 25 20 30 1009 10 15 25 19 26 9510 10 13 8 17 19 67
Tabel 4.2Data Perolehan Skor Tes Instrumen (Penelitian di Kelas XII IPA-1)
No. Urut
Siswa
Skor Tiap Item SoalJumlah
1 2 3 4 510 15 25 20 30 100
1 6 10 5 4 0 252 8 12 5 5 20 503 10 14 6 17 4 51
53
4 7 10 0 3 5 255 10 7 8 15 8 486 8 15 4 5 21 537 7 14 0 5 22 488 9 13 0 19 21 629 8 6 10 15 1 4010 10 6 16 16 6 5411 10 14 23 20 24 9112 10 15 0 20 0 4513 10 6 14 16 0 4614 10 15 0 8 24 5715 8 6 14 16 6 5016 9 11 20 15 23 7817 7 14 0 7 22 4918 10 15 14 18 27 8419 10 15 21 18 8 7220 1 15 0 0 14 3021 9 7 8 18 3 4522 9 10 22 15 6 6223 10 15 22 15 27 8924 8 12 0 20 1 4125 10 15 22 20 26 9326 5 6 8 8 3 3027 10 13 8 18 0 4928 10 13 8 18 0 4929 9 15 8 15 0 4730 7 6 13 12 15 5331 10 14 5 4 4 3732 10 15 0 20 25 7033 9 14 0 6 27 5634 8 14 0 19 7 4835 10 10 0 6 21 4736 10 14 25 20 8 7737 10 6 10 15 3 4438 8 13 4 19 9 53
Pemberian skor di atas dilakukan setelah peneliti menganalisis semua hasil
pekerjaan siswa dan barulah kemudian dilakukan penskoran sesuai dengan pedoman
penskoran yang terdapat pada kunci jawaban soal tes.
54
BAB V
ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitiannya yang terdiri dari tiga
bagian, antara lain: analisis data hasil tes uji coba instrumen, analisis data hasil tes dan
analisis data hasil angket.
A. Analisis Data Hasil Tes Uji Coba Instrumen
Pada bab III telah dijelaskan bahwa sebelum tes dilaksanakan, soal-soal tes
yang akan diujikan harus diuji cobakan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kadar validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda dari
soal-soal tes.
Setelah soal-soal tes diuji cobakan kepada 10 orang siswa kelas XII IPA-2
kemudian hasil pekerjaan 10 orang siswa tersebut dianalisis dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
55
1. Validitas Tes
Tabel 5.1Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Tes
Soal nomor 1 memiliki nilai koefisisen korelasi product
moment atau nilai rxy = 0,638. Dengan demikian, nilai rxy tersebut berada pada
interval 0,60 – 0,799 yang berarti tingkat hubungannya (korelasinya) termasuk
dalam kategori kuat. Sehingga soal nomor 1 dipakai dalam pelaksanaan tes.
Soal nomor 2 memiliki nilai koefisisen korelasi product moment atau
nilai rxy = 0,772. Dengan demikian, nilai rxy tersebut berada pada interval 0,60 –
0,799 yang berarti tingkat hubungannya (korelasinya) termasuk dalam kategori
kuat. Sehingga soal nomor 2 dipakai dalam pelaksanaan tes.
Soal nomor 3 memilki nilai koefisisen korelasi product moment atau
nilai rxy = 0,921. Dengan demikian, nilai rxy tersebut berada pada interval 0,80 –
1,000 yang berarti tingkat hubungannya (korelasinya) termasuk dalam kategori
sangat kuat. Sehingga soal nomor 3 dipakai dalam pelaksanaan tes.
Soal nomor 4 memiliki nilai koefisisen korelasi product moment atau
nilai rxy = 0,592. Dengan demikian, nilai rxy tersebut berada pada interval 0,40 –
0,599 yang berarti tingkat hubungannya (korelasinya) termasuk dalam kategori
cukup kuat. Sehingga soal nomor 4 dipakai dalam pelaksanaan tes.
No. Soal Nilai rxy Kategori Korelasi Keterangan1 0,638 Kuat Dipakai2 0,772 Kuat Dipakai3 0,921 Sangat Kuat Dipakai4 0,592 Cukup Kuat Dipakai5 0,949 Sangat Kuat Dipakai
56
Soal nomor 5 memiliki nilai koefisisen korelasi product moment atau
nilai rxy = 0,949. Dengan demikian, nilai rxy tersebut berada pada interval 0,80 –
1,000 yang berarti tingkat hubungannya (korelasinya) termasuk dalam kategori
sangat kuat. Sehingga soal nomor 5 dipakai dalam pelaksanaan tes.
Semua soal dipakai karena tidak ada soal yang memiliki koefisien
korelasi dengan tingkat hubungan dalam kategori rendah atau sangat rendah.
(Untuk perhitungan nilai rxy pada validitas tes, ada pada lampiran 6)
2. Reliabilitas Tes
Untuk kadar reliabilitas tes, soal-soal tes yang diuji cobakan dapat
dinyatakan telah memiliki reliabiltas yang tinggi (reliable), karena setelah
dilaksanakan perhitungan reliabilitas tes, soal-soal tes tersebut memiliki
koefisisen reliabiltas atau r11 = 0,76 yang berarti lebih besar dari pada 0,70.
(Untuk perhitungan nilai r11 pada reliabilitas tes, ada pada lampiran 7)
3. Taraf Kesukaran
Tabel 5.2Rekapitulasi Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran
No. Soal Nilai IKriteria Indeks Kesulitan Soal
Keterangan
1 0,80 Mudah Dipakai2(a) (b)
0,800,60
MudahSedang
DipakaiDipakai
3 0,30 Sukar Dipakai4(a) (b)
0,500,40
SedangSedang
DipakaiDipakai
5 0,10 Sukar Dipakai
Soal nomor 1 memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,80. Dengan
demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0,71 – 1,00 yang berarti termasuk
dalam kriteria soal mudah. Sehingga soal nomor 1 dipakai dalam pelaksanaan
tes.
57
Soal nomor 2(a) memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,80.
Dengan demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0,71 – 1,00 yang berarti
termasuk dalam kriteria soal mudah. Sehingga soal nomor 2(a) dipakai dalam
pelaksanaan tes.
Soal nomor 2(b) memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,60.
Dengan demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0,31 – 0,70 yang berarti
termasuk dalam kriteria soal sedang. Sehingga soal nomor 2(b) dipakai dalam
pelaksanaan tes.
Soal nomor 3 memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,30. Dengan
demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0 – 0,30 yang berarti termasuk
dalam kriteria soal sukar. Meskipun soal nomor 3 termasuk dalam kategori
sukar, nilai indeks kesulitannya masih di atas nol yang artinya masih ada siswa
yang dapat menyelesaikan soal nomor 3 dengan benar. Sehingga soal nomor 3
tetap dipakai dalam pelaksanaan tes.
Soal nomor 4(a) memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,50.
Dengan demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0,31 – 0,70 yang berarti
termasuk dalam kriteria soal sedang. Sehingga soal nomor 4(a) dipakai dalam
pelaksanaan tes.
Soal nomor 4(b) memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,40.
Dengan demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0,31 – 0,70 yang berarti
termasuk dalam kriteria soal sedang. Sehingga soal nomor 4(b) dipakai dalam
pelaksanaan tes.
Soal nomor 5 memiliki nilai indeks kesulitan atau nilai I = 0,10. Dengan
demikian, nilai I tersebut berada pada interval 0 – 0,30 yang berarti termasuk
dalam kriteria soal sukar. Meskipun soal nomor 5 termasuk dalam kategori
58
sukar, nilai indeks kesulitannya masih di atas nol yang artinya masih ada siswa
yang dapat menyelesaikan soal nomor 5 dengan benar. Sehingga soal nomor 5
tetap dipakai dalam pelaksanaan tes.
(Untuk perhitungan nilai I pada taraf kesukaran soal tes, ada pada
lampiran 8)
4. Daya Pembeda
Tabel 5.3Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda
No. Soal Nilai D Klasifikasi1 0,40 Good
2(a) (b)
0,400,40
GoodGood
3 0,60 Good4(a) (b)
0,200,40
SatisfactoryGood
5 0,20 SatisfactorySoal nomor 1 memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,40. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,40 – 0,70 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi good, yakni butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang baik.
Soal nomor 2(a) memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,40. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,40 – 0,70 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi good, yakni butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang baik.
Soal nomor 2(b) memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,40. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,40 – 0,70 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi good, yakni butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang baik.
59
Soal nomor 3 memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,60. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,40 – 0,70 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi good, yakni butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang baik.
Soal nomor 4(a) memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,20. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,20 – 0,40 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi satisfactory, yakni butir item yang
bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).
Soal nomor 4(b) memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,40. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,40 – 0,70 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi good, yakni butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda yang baik.
Soal nomor 5 memiliki angka indeks diskriminasi item atau nilai D =
0,20. Dengan demikian, nilai D tersebut berada pada interval 0,20 – 0,40 yang
berarti termasuk dalam klasifikasi satisfactory, yakni butir item yang
bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).
(Untuk perhitungan nilai D pada daya pembeda soal tes, ada pada
lampiran 9)
B. Analisis Data Hasil Tes
Pada bagian ini peneliti akan menyajikan seluruh hasil analisis data tes
yakni analisis terhadap bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan matriks di kelas XII SMA
Negeri 3 Sampang yang akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel analisis seperti
yang telah dijelaskan pada bab II subbab E sebelumnya. Selain itu peneliti akan
60
menyajikan perhitungan besarnya prosentase dari masing-masing bentuk kesalahan
tersebut.
1. Tabel-tabel Analisis Kesalahan Jawaban Soal-soal Tes
Tabel 5.4Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 1
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1
- Kesalahan menulis simbol B transpose yakni ditulis “B6”, seharusnya “Bt “
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
2.6
1.2 2
1 -
2- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A +
B, seharusnya A = Bt
3.21.2 2
- 1
3 - - - -
4
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
- Kesalahan menulis bilangan “-“, seharusnya bilangan “+"
- Tidak menulis hasil akhir dari soal
1.2
2.4
3.2
2
1
15 - - - - -
6
- Kesalahan menulis simbol B transpose yakni ditulis “B6”, seharusnya “Bt”
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
2.6
1.2 2
1 -
7- Tidak lengkap langkah-langkah pengerjaannya- Kesalahan menulis tanda operasi “-“, seharusnya
tanda perkalian “x”
2.32.5
- 11
-
8- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A +
Bt, seharusnya A = Bt 1.2 1 - -
9- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan, yakni ditulis huruf
“b”, seharusnya bilangan “6”
3.32.4
-1
1
10 - - - - -11 - - - - -12 - - - - -13 - - - - -14 - - - - -
15- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan, yakni ditulis huruf
“L”, seharusnya bilangan “6”
3.32.4
-1
1
16 Kesalahan menulis bilangan “+”, seharusnya “-“ 2.4 - 1 -17 - Kesalahan menulis tanda operasi “-“, seharusnya
tanda perkalian “x”2.5 - 1 -
61
- Kesalahan menulis tanda “+”, seharusnya “=” 2.5 118 - - - - -19 - - - - -20 Salah mengartikan konsep dua matriks yang sama 1.4 1 - -21 Tidak menulis hasil akhir dari soal 3.2 - - 1
22Kesalahan menulis bilangan “+“, seharusnya bilangan “-“
2.4 - 1 -
23 - - - - -
24
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
- Kesalahan menulis tanda operasi “-“, seharusnya tanda perkalian “x”
1.2
2.5
1
1
-
25 - - - - -26 Mengubah isi soal 1.2 1 - -27 - - - - -28 - - - - -29 Kurang tanda ”=” 3.3 - - 1
30- Kurang tanda ”=”- Kesalahan menulis bilangan “+”, seharusnya bilangan “-“
3.32.4
-1
1
31 - - - - -32 - - - - -33 Kurang tanda ”=” 3.3 - - 1
34
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
- Kesalahan menulis tanda operasi “-“, seharusnya tanda perkalian “x”
1.2
2.5
1
1
-
35 - - - - -36 - - - - -37 - - - - -
38
- Kesalahan menulis simbol B transpose, yakni ditulis “B6”, seharusnya “Bt “
- Kesalahan menulis konsep soal, yakni ditulis A + B, seharusnya A = Bt
2.6
1.2 1
1 -
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 14 15 8
Tabel 5.5Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2(a)
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan “-“, seharusnya “+’
3.32.4
-1
1
2 - - - - -3 - - - - -4 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -
62
5 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -6 - - - - -
7Kurang lengkap langkah-langkah pengerjaannya yaitu kurang “At “
2.3 - 1 -
8 Kesalahan menulis hasil akhir dari soal 3.2 - - 19 Kurang tanda “=” 3.3 - - 210 Kurang tanda “=” 3.3 - - 111 - - - - -12 - - - - -13 Kurang tanda “=” 3.3 - - 114 - - - - -15 Kurang tanda “=” 3.3 - - 116 - - - - -17 Kesalahan menulis hasil akhir dari soal 3.2 - - 118 - - - - -19 - - - - -20 - - - - -21 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -22 Kesalahan menulis bilangan “-“, seharusnya “+” 2.5 - 1 -23 - - - - -
24Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “A”, seharusnya At + B
2.6 - 1 -
25 - - - - -26 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -27 Kurang tanda “=” 3.3 - - 128 Kurang tanda “=” 3.3 - - 129 - - - - -
30- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan “-“, seharusnya “+”
3.32.4
-1
2
31 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -32 - - - - -33 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -
34Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “A”, seharusnya At + B
2.6 - 1 -
35- Kurang tanda “=”- Kesalahan dalam konsep transpose matriks
3.31.4 1
- 1
36 - - - - -37 Kesalahan meletakkan simbol At dan B 2.6 - 1 -
38Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “A”, seharusnya At + B
2.6 - 1 -
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 1 14 13
Tabel 5.6Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2(b)
Nomor Urut
Jenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK Kategori KesalahanKK KP KA
63
Siswa
1
- Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “2B”, seharusnya “2Bt “
- Kesalahan menulis tanda operasi “-”, seharusnya tanda “=”
- Kesalahan menulis bilangan hasil operasi perkalian, yakni “24”, seharusnya “-24”
- Kesalahan menulis bilangan “8”, seharusnya “18”- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
2.6
2.5
3.1
2.43.2
- 1
1
1
1
1
2
- Kesalahan menulis bilangan hasil operasi perkalian, yakni “24”, seharusnya “-24”
- Kesalahan menulis bilangan “8”, seharusnya “18”- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.1
2.43.2
-
1
1
1
3Kesalahan menulis bilangan hasil operasi perkalian, yakni “-12”, seharusnya “12”
3.1 - - 1
4
- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan hasil operasi
perkalian, yakni “-3”, seharusnya “-9”- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.33.1
3.2
- - 21
15 Mengubah bentuk soal 1.2 1 - -6 - - - - -
7Penulisan simbol kurang lengkap, yakni ditulis ”2B”, seharusnya “2Bt “
2.6 - 2 -
8
- Kesalahan dalam langkah awal mengerjakan soal- Kesalahan menulis bilangan hasil operasi
perkalian, yakni “3”, seharusnya “-9”- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
1.33.1
3.2
11
19 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -10 Kesalahan dalam konsep transpose matriks 1.4 1 - -
11Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis ”2B”, seharusnya “2Bt “
2.6 - 1 -
12 - - - - -13 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -14 - - - - -15 Mengubah isi soal 1.2 1 - -
16
- Kesalahan menulis hasil operasi perkalian yakni “-4”, seharusnya “-14”
- Kurang tanda operasi “-“- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.1
2.53.2
-
1
1
117 - - - - -18 - - - - -19 - - - - -20 - - - - -21 Mengubah bentuk soal 1.2 1 - -
22
- Kesalahan menulis hasil operasi perkalian yakni “-4”, seharusnya “-14”
- Kurang tanda operasi “-“- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.1
2.53.2
-
1
1
123 - - - - -
64
24
- Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “2B”, seharusnya “2Bt “
- Kesalahan menulis bilangan “+”, seharusnya bilangan “-“
- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
2.6
2.4
3.2
- 1
1
125 - - - - -26 Mengubah bentuk soal 1.2 1 - -27 Kurang tanda “=” 3.3 - - 128 Kurang tanda “=” 3.3 - - 129 - - - - -
30
- Kesalahan menulis hasil operasi perkalian yakni “-4”, seharusnya “-14”
- Kurang tanda operasi “-“- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.1
2.53.2
-
1
1
131 - - - - -32 - - - - -33 - - - - -34 - - - - -
35Penulisan simbol kurang lengkap, yakni ditulis “2Bt “, seharusnya “2Bt – 3A”
2.6 - 1 -
36 Kesalahan menulis hasil akhir dari soal 3.2 - - 137 Mengubah bentuk soal 1.2 1 - -
38Penulisan simbol kurang lengkap yakni ditulis “2B”, seharusnya “2Bt “
2.6 - 1 -
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 9 14 21
Tabel 5.7Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 3
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1
- Kesalahan menulis hasil dari operasi perkalian matriks
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
3.1
2.6
2.8
2.2
-
1
1
1
1
2
- Kesalahan menulis hasil dari operasi perkalian matriks
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
3.1
2.6
2.8
2.2
-
1
1
1
1
3 - Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam
2.6
2.8
- 1
1
-
65
menghitung determinan (P x Q)- Tidak tuntas menjawab soal 2.2 1
4- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
5
- Kesalahan menulis hasil operasi perkalian matriks
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan konsep invers matriks- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam
menghitung determinan (P x Q)- Tidak tuntas menjawab soal
3.1
2.6
1.42.8
2.2
-
2
11
1
1
6
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
2.8
2.2
1
1
1
7- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
8 Soal tidak dijawab - 1 - -
9
- Kurang tanda “=”- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat
yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Kesalahan konsep Q-1
- Kesalahan menghitung hasil determinan Q- Tidak menyimpulkan hasil jawaban
3.32.6
2.8
1.43.13.4
1
1
1
4
11
10
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Kesalahan menghitung hasil determinan Q- Tidak menyimpulkan hasil jawaban
2.6
2.8
3.13.4
- 1
1
11
11
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
2.6
2.8
- 2
1
-
12 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
13
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Kesalahan konsep dalam menentukan Q-1
- Tidak menyimpulkan hasil jawaban
2.6
2.8
1.43.4
1
1
1
1
14- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
15 - Kurang tanda “=”- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat
3.32.6
-1
1
66
yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis hasil akhir dari (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Kesalahan menulis hasil akhir determinan Q- Tidak menyimpulkan hasil jawaban
3.12.8
3.13.4
11
11
16- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam
menghitung determinan (P x Q)- Kesalahan menulis simbol invers matriks
2.8
2.6
- 1
3
-
17- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
18- Kesalahan konsep menentukan (P x Q)-1 - Kesalahan menyimpulkan hasil jawaban
1.43.4
1 -1
19
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis tanda “.” seharusnya tanda “=”
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak menyimpulkan hasil jawaban
2.6
2.5
2.8
3.4
- 2
1
1
1
20- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
21
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
2.8
2.2
- 2
1
1
-
22 Kesalahan dalam penulisan simbol invers matriks 2.6 - 3 -23 Kesalahan dalam penulisan simbol invers matriks 2.6 - 3 -
24- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
25
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan
2.6
2.8
- 2
2
-
26
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan dalam menentukan rumus (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
1.52.8
2.2
1
2
1
1
27
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak menulis hasil akhir dari (P x Q)-1
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
2.8
3.12.1
- 2
1
11
28 - Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
2.6 - 2
67
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak menulis hasil akhir dari (P x Q)-1
- Tidak tuntas menjawab soal
2.8
3.12.2
1
11
29
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q-1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak menulis hasil akhir dari (P x Q)-1
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
2.8
3.12.2
- 2
1
11
30
- Kesalahan menulis simbol Q, seharusnya P x Q- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam
menghitung determinan (P x Q)- Kesalahan dalam penulisan simbol invers matriks
2.63.32.8
2.6
- 1
1
3
2
31
- Kesalahan menulis hasil operasi perkalian matriks
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan dalam menentukan (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
3.1
2.6
2.4
2.8
2.2
-
1
1
1
1
1
32- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
33- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
34 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
35- Kesalahan konsep perkalian matriks- Kesalahan konsep invers matriks
1.41.4
11
- -
36 - - - - -
37
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Kesalahan menentukan rumus (P x Q)-1
- Kesalahan menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
1.52.8
2.2
1
2
1
1
-
38
- Penulisan simbol invers matriks kurang tepat yakni ditulis P x Q1, seharusnya (P x Q)-1
- Salah menulis bilangan-bilangan dalam menghitung determinan (P x Q)
- Tidak tuntas menjawab soal
2.6
2.8
2.2
- 1
1
1
-
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 26 82 24
Tabel 5.8Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 4(a)
68
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan meletakkan tanda “=”- Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks
2.13.33.1
- 111
2
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan menulis tanda kurung { } pada
matriks, seharusnya ( )- Kesalahan meletakkan tanda “=”- Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks
2.12.1
3.33.1
- 11
11
3 Kurang tanda “=” 3.3 - - 1
4- Kurang tanda “=”- Tidak tuntas menjawab soal
3.32.2
-1
3
5 Kurang tanda “=” 3.3 - - 1
6- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan meletakkan tanda “=”- Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks
2.13.33.1
- 111
7- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan meletakkan tanda “=”- Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks
2.13.33.1
- 111
8 Tidak menulis hasil akhir dari soal 3.2 - - 1
9
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kurang tanda “=”- Kesalahan menyimpulkan jawaban (himpunan
penyelesaiannya)
2.13.33.4
- 111
10- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan menyimpulkan jawaban (himpunan
penyelesaiannya)
2.13.4
- 11
11 - - - - -12 - - - - -
13- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan menyimpulkan jawaban (himpunan
penyelesaiannya)
2.13.4
- 11
14 Salah menentukan hasil perkalian matriks 3.1 - - 1
15- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan menyimpulkan jawaban (himpunan
penyelesaiannya)
2.13.4
- 11
16- Kesalahan menulis tanda kurung I I seharusnya ()- Kurang tanda “=”
2.13.3
- 13
17- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Salah menentukan hasil perkalian matriks
2.13.1
- 11
18Kesalahan dalam menulis tanda operasi “+”, seharusnya “-“
2.5 - 1 -
19 Kurang tanda “=” 3.3 - - 120 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -21 Kurang tanda “=” 3.3 - - 122 - Kesalahan menulis tanda kurung I I seharusnya ()
- Kurang tanda “=”2.13.3
- 12
69
- Kesalahan menulis simbol “A”, seharusnya “A-1”- Kurang tanda operasi “+” dan “-“- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
2.62.53.4
11
1
23- Kesalahan menulis tanda kurung I I seharusnya ()- Kurang tanda “=”- Kurang tanda operasi “-”
2.13.32.5
- 1
11
24 - - - - -25 - - - - -
26-- Kesalahan meletakkan tanda “=”-- Salah menulis bilangan “-3/1”seharusnya “-1/7”
3.32.4
-1
1
27Menulis lambang operasi pembagian “/” diantara elemen matriks ordo 2 x 1
2.7 - 3 -
28Menulis lambang operasi pembagian “/” diantara elemen matriks ordo 2 x 1
2.7 - 3 -
29Kesalahan menulis bilangan “+”, seharusnya bilangan “-“ pada invers matriks
2.4 - 2 -
30
- Kurang tanda “=”- Kesalahan menulis tanda kurung I I seharusnya ()- Kurang tanda operasi “+” dan “-“- Tidak lengkap menulis elemen matriks- Menulis lambang operasi pembagian “/” diantara
elemen matriks ordo 2 x 1- Kesalahan menulis hasil akhir dari soal
3.32.12.52.92.7
3.2
-1311
4
1
31- Tidak memberi tanda kurung pada matriks- Kesalahan meletakkan tanda “=”- Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks
2.13.33.1
- 111
32 - - - - -33 Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks 3.1 - - 134 Tidak memberi tanda kurung pada matriks 2.1 - 1 -35 Kesalahan menentukan hasil perkalian matriks 3.1 - - 136 - - - - -
37- Kurang langkah-langkah penyelesaiannya- Kesalahan menentukan nilai det matriks A- Kurang tanda “=”
2.33.13.3
- 1
11
38 Kurang tanda “=” 3.3 - 1 -Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 1 38 41
Tabel 5.9Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 4(b)
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1 - Salah menulis simbol determinan yakni “O”, seharusnya “D”
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
2.6
2.1
2.8
- 1
3
2
70
menghitung determinan matriks- Salah menghitung nilai determinan Dx 3.1 1
2
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.1
2.8
3.1
- 3
2
1
3
- Salah menulis simbol determinan yakni “P”, seharusnya “D”
- Kurang tanda “=”- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ),
seharusnya I I
2.6
3.32.1
- 3
11
4 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
5
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menghitung nilai determinan Dy
- Kurang langkah-langkah penyelesaiannya
2.1
3.12.3
- 3
11
6
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.1
2.8
3.1
- 3
1
1
7
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.1
2.8
3.1
- 3
1
18 - - - - -
9- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah meletakkan bilangan Dx dan Dy
2.1
2.4
- 3
2
-
10- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah meletakkan bilangan Dx dan Dy
2.1
2.4
- 3
2
-
11 - - - - -12 - - - - -
13- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah meletakkan bilangan Dx dan Dy
2.1
2.4
- 3
2
-
14Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks Dx dan Dy
2.8 - 2 -
15 Salah meletakkan bilangan Dx dan Dy 2.4 - 2 -16 - Salah menghitung nilai x 3.1 - - 1
17- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan matriks Dx
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.8
3.1
- 1
118 - - - - -
19Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
2.1 - 3 -
71
20 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
21Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
2.1 - 3 -
22- Kurang tanda “=”- Salah menghitung nilai x
3.33.1
- - 21
23 Salah menghitung nilai determinan Dx 3.1 - - 124 - - - - -25 - - - - -26 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
27- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ),
seharusnya I I- Salah menulis bilangan “+”, seharusnya “-“
2.1
2.4
- 3
1
-
28- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ),
seharusnya I I- Salah menulis bilangan “+”, seharusnya “-“
2.1
2.4
- 3
1
-
29 - - - - -
30
- Kurang tanda “=”- Menulis tanda pembagian “:” yang tidak
semestinya- Salah menghitung nilai determinan Dx
3.32.7
3.1
-1
1
1
31
- Salah menulis simbol determinan yakni “O”, seharusnya “D”
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.6
2.1
2.8
3.1
- 1
3
1
132 - - - - -
33
- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Salah menghitung nilai determinan Dx
2.1
2.8
3.1
- 3
1
134 - - - - -
35
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan matriks
- Kurang tanda “=”- Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ),
seharusnya I I
2.8
3.32.1
- 1
11
36 - - - - -
37- Salah menulis simbol “Dy”, seharusnya x- Kurang langkah-langkah penyelesaiannya
2.62.3
- 11
-
38Salah menulis tanda kurung determinan yakni ( ), seharusnya I I
2.1 - 1 -
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 3 76 17
Tabel 5.10Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Nomor 5
72
Nomor Urut
SiswaJenis Kesalahan Yang Dilakukan KIK
Kategori Kesalahan
KK KP KA
1 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
2
- Salah menulis tanda kurung determinan matriks C yakni ( ), seharusnya I I
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung determinan dalam
matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I- Kurang tanda “=”- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
2.1
2.12.1
3.33.1
- 1
11
22
3
- Kurang langkah-langkah penyelesaiannya (det C)- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Elemen matriks kof C pada penghitungan
determinannya tidak lengkap yakni K31, K32 dan K33
- Salah menulis tanda kurung determinan dalam matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I
- Kurang tanda “=”- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan pada elemen-elemen matriks kofaktor C yakni K12 dan K13
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
- Salah menulis simbol “HOC”, seharusnya Adj C- Salah menulis tanda kurung matriks yakni I I,
seharusnya ( )
2.32.12.9
2.1
3.32.8
3.1
2.62.1
- 113
1
2
12
1
2
4- Salah menghitung nilai determinan matriks C- Tidak tuntas maenjawab soal hanya sampai pada
penghitungan det C
3.12.2
-1
1
5
- Salah menulis tanda kurung determinan matriks C yakni ( ), seharusnya I I
- Salah menghitung nilai determinan matriks C- Penulisan simbol matriks kofaktor kurang
lengkap yakni C, seharusnya Kof C- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung determinan dalam
matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I- Salah konsep “+” dan “-“ pada penghitungan
determinan matriks kofaktor C- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan pada elemen-elemen matriks kofaktor C yakni K12, K13 dan K21
2.1
3.12.6
2.12.1
1.4
2.8
1
1
1
11
3
1
6 - Salah menulis tanda kurung determinan matriks C yakni ( ), seharusnya I I
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung determinan dalam
2.1
2.12.1
- 1
11
73
matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I- Kurang tanda “=”- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
3.33.1
22
7
- Salah menghitung nilai determinan matriks C- Salah menulis tanda kurung determinan dalam
matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen-elemen matriks kofaktor C yakni K22
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
3.12.1
2.8
3.1
-1
1
1
2
8
- Salah menulis simbol matriks kofaktor C, yakni “Adj C”, seharusnya “Kof C”
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kofaktor dan matriks adjoint C
- Salah menghitung nilai determinan dalam matriks kofaktor C yaitu K22, K31, dan K33
- Kurang lengkap menulis simbol matriks adjoint yakni “C”, seharusnya “Adj C”
- Salah menulis bilangan dalam matriks adjoint yakni “-3”, seharusnya “1”
2.6
2.1
3.1
2.6
2.4
- 1
3
1
1
3
9
- Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Salah menulis hasil determinan C- Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada
penghitungan det C
1.63.12.2
1
11
10
- Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Salah menulis tanda kurung determinan C yakni
( ), seharusnya I I- Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada
penghitungan det C
1.62.1
2.2
11
1
-
11
- Tidak menulis hasil akhir dari nilai determinan C- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
3.12.13.1
-1
1
2
12 Soal tidak dijawab - 1 - -
13
- Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Salah menulis hasil determinan C- Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada penghitungan det C
1.63.12.2
1
11
14 - Tidak menulis hasil akhir dari nilai determinan C- Salah menulis tanda kurung determinan dalam
matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya I I- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kofaktor C, yaitu K13 dan K31
- Salah menulis tanda kurung matriks Adj C dan C-
1 yakni I I, seharusnya ( )
3.12.1
3.1
2.1
-1
3
1
2
15 - Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Salah menulis tanda kurung determinan C yakni
1.62.1
11
-
74
( ), seharusnya I I- Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada
penghitungan det C2.2 1
16
- Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Meletakkan tanda ( ) pada penghitungan
determinan C yang tidak semestinya- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah meletakkan tanda “=” - Salah menulis tanda kurung matriks kof C yakni
II, seharusnya ( )- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kof C yakni K33
- Kurang tanda “=”
1.62.7
2.12.72.1
3.1
3.3
11
1
12
1
1
17
- Salah menulis tanda kurung determinan pada elemen matriks kofaktor C yakni ( ), seharusnya II
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K33
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13
2.1
2.8
3.1
- 1
1
1
18Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K33
3.1 - - 1
19
- Salah menghitung nilai determinan C- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan pada elemen matrik kof C yakni K11, K12, K13, K21, K22, K23, K31 dan K33
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K23 dan K33
- Salah menulis konsep invers matriks yakni 1/det C x kof C, seharusnya 1/det C x adj C
3.12.8
3.1
1.4 1
81
2
20
- Salah menghitung nilai determinan C- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K12
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K21, K22, K23, K31, K32 dan K33
3.12.8
3.1
-1
1
6
21 - Salah menulis tanda kurung det C yakni ditulis yakni ( ) seharusnya I I
- Salah menulis simbol determinan C yakni ditulis “C” seharusnya “det C” dan simbol matriks kofaktor C yakni ditulis “C”, seharusnya “kof C”
- Salah menulis tanda kurung determinan pada elemen matriks kof C, yakni ( ) seharusnya I I
- Salah konsep “+” dan “-“ pada penghitungan determinan matriks kofaktor C
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K12, K13, K21 dan K31
2.1
2.6
2.1
1.4
2.8
1
1
2
1
4
75
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K23 dan K33
3.1 2
22Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada penghitungan det C
2.2 - 1 -
23Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K33
3.1 - - 1
24 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
25- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kof C yakni K32
- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C
3.1
2.1
-
1
1
26
- Tidak menulis simbol pada determinan- Tidak menulis hasil determinan C- Tidak lengkap langkah-langkahnya- Salah menulis simbol matriks kofaktor C yakni
ditulis “C”, seharusnya “kof C”- Salah konsep “+” dan “-“ pada penghitungan
determinan matriks kofaktor C - Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung ( ) pada
penghitungan determinan elemen-elemen matriks kof C
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K12, K13, K21 dan K31
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K23 dan K31
- Salah konsep invers matriks yakni 1/det C x kof C, seharusnya 1/det C x adj C
2.63.12.32.6
1.4
2.12.1
2.8
3.1
1.4
1
1
1
11
11
4
1
2
27 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -28 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -29 Soal tidak dijawab 1.1 1 - -
30
- Kurang tanda “=”- Kurang langkah-langkah pengerjaannya- Salah menulis simbol determinan C yakni ditulis
“C” seharusnya “det C”- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menghitung nilai determinan pada elemen
matriks kof C yakni K13 dan K31
3.32.32.6
2.13.1
-11
1
3
2
31 - Konsep determinan C tidak jelas maksudnnya- Kurang langkah-langkah pengerjaannya- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung ( ) pada
penghitungan determinan elemen-elemen matriks kof C
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K12
- Tidak lengkap elemen matriks kof C yakni K31, K32 dan K33
1.62.32.12.1
2.8
2.9
1111
1
3
76
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13 dan K31
- Kurang tanda “=”- Salah menulis simbol Adjoint C, ditulis HOC,
seharusnya Adj C- Salah menulis tanda kurung matriks, ditulis I I
seharusnya ( )
3.1
3.32.6
2.1
1
2
2
1
32
- Salah menulis tanda kurung ( ) pada penghitungan determinan elemen-elemen matriks kof C
- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K13
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13 dan K31
2.1
2.8
3.1
- 1
1
2
33
- Salah menulis tanda kurung ( ) pada penghitungan determinan elemen-elemen matriks kof C
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13 dan K31
2.1
3.1
- 1
2
34Tidak tuntas menjawab soal hanya sampai pada penghitungan determinan C
2.2 - 1 -
35
- Salah menulis tanda kurung det C yakni ditulis yakni ( ) seharusnya I I
- Salah menghitung nilai determinan C- Salah menulis tanda kurung ( ) pada
penghitungan determinan elemen-elemen matriks kof C
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13 dan K31
2.1
3.12.1
3.1
- 1
11
2
36
- Salah menulis tanda kurung det C yakni ditulis yakni ( ) seharusnya I I
- Salah menghitung nilai determinan C- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K11, K13, K21, K23, K31 dan K33
- Salah konsep invers matriks yakni 1/det C x kof C, seharusnya 1/det C x adj C
2.1
3.12.8
1.4 1
1
61
37 - Salah menulis tanda kurung det C yakni ditulis yakni ( ) seharusnya I I
- Tidak menulis hasil det C- Salah menulis simbol matriks kofaktor C, yakni
“C”, seharusnya “kof C”- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah konsep “+” dan “-“ pada penghitungan
determinan elemen-elemen matriks kof C- Salah menulis tanda kurung determinan elemen
matriks kof C yakni ( ) seharusnya I I- Salah menentukan bilangan-bilangan untuk
2.1
3.12.6
2.11.4
2.1
2.8
1
1
1
1
1
4
1
77
menghitung determinan pada elemen matriks kof C yakni K12, K13, K21, dan K31
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K32, K31 dan K33
- Salah konsep invers matriks yakni 1/det C x kof C, seharusnya 1/det C x adj C
3.1
1.4 1
3
38
- Kurang langkah-langkah pengerjaannya- Tidak memberi tanda kurung pada matriks kof C- Salah menulis tanda kurung determinan elemen
matriks kof C yakni ( ) seharusnya I I- Elemen matriks kof C pada penghitungan
determinannya tidak lengkap yakni K31, K32 dan K33
- Salah menghitung nilai determinan pada elemen matriks kof C yakni K13 dan K31
- Kurang tanda “=”- Salah menulis simbol matriks adjoint C yakni
HOC, seharusnya adj C
2.32.12.1
2.9
3.1
3.32.6
- 111
3
1
2
2
Jumlah Kesalahan Tiap Kategori 20 126 74 Keterangan: KIK = Kode Indikator Kesalahan (lihat tabel 2.2 bab II)
KK = Kesalahan Konsep KP = Kesalahan Prosedur KA = Kesalahan Algoritma
2. Penghitungan Prosentase Masing-masing Kategori Kesalahan
Tabel 5.11Rekapitulasi Jumlah Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-soal Tes
No. SoalKategori Kesalahan
JKSKK KP KA
1 14 15 8 372(a) (b)
19
1414
1321
72
3 26 82 24 1324(a) (b)
13
3876
4117
176
5 20 126 74 220F 74 365 198 N = 637
Keterangan: KK = Kesalahan Konsep KP = Kesalahan Prosedur KA = Kesalahan Algoritma JKS = Jumlah Kesalahan Tiap Soal F = Frekuensi kesalahan yang dilakukan siswa per kategori N = Jumlah kesalahan seluruh kategori
78
Dengan menggunakan rumus prosentase biasa P = x 100 % dimana
P adalah angka prosentase, kita dapat menghitung besarnya prosentase masing-
masing kategori kesalahan, antara lain:
a. Kesalahan Konsep
Dari tabel 5.11, kita dapat mengetahui prosentase untuk kategori kesalahan
konsep. Dimana F = 74 dan N = 637, maka: P = x 100% = 11,62%
b. Kesalahan Prosedur
Dari tabel 5.11, kita dapat mengetahui prosentase untuk kategori kesalahan
prosedur. Dimana F = 365 dan N = 637, maka: P = x 100% = 57,30%
c. Kesalahan Algoritma
Dari tabel 5.11, kita dapat mengetahui prosentase untuk kategori kesalahan
algoritma. Dimana F =198 dan N = 637, maka: P = x 100% = 31,08%
C. Analisis Data Hasil Angket
Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan hasil analisis jawaban siswa
dalam penyebaran angket yang dilakukan terhadap seluruh siswa kelas XII IPA-1
yang berjumlah 38 orang, sama seperti subjek yang ada pada analisis data tes.
Tabel 5.12Analisis Data Hasil Angket Untuk Pertanyaan Nomor 1
PertanyaanAlternatif Jawaban
No. Urut Siswa Yang Memilih
JumlahProsenta-
seDari 5 (lima) soal tes ulangan harian, nomor berapakah yang anda anggap paling
Nomor 1 - 0 0%Nomor 2 24,34 2 5,26%Nomor 3 4,8,29 3 7,89%Nomor 4 5,21,26,33,35,37 6 15,80%Nomor 5 1,2,3,6,7,9,10,11,12,13,14,
15,16,17,19,20,22,27,28,30,31,32,36,38
24 63,16%
79
sulit? Tidak Ada 18,23,25 3 7,89%
Pada tabel 5.12 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
menganggap soal nomor 5 lebih sulit dari empat soal yang lain. Hal ini berbanding
lurus dengan kenyataan di lapangan yang ditunjukkan oleh tabel 5.11, bahwa letak
kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah terletak pada jawaban
soal nomor 5.
Tabel 5.13Analisis Data Hasil Angket Untuk Pertanyaan Nomor 2
Pertanyaan Alternatif JawabanNo. Urut Siswa Yang Memilih
JumlahProsen-
taseApa alasan anda menganggap soal tersebut paling sulit?
Lupa/tidak tahu konsep/rumus awal mengerjakannya
4,6,8,13,14,20,29,31,32, 38
10 28,5%
Lupa/tidak tahu cara/prosedur mengerjakannya
1,2,3,5,7,9,10,12,16,17,21,22,23,26,30,33,34,36,37
19 54,2%
Lupa/tidak tahu cara menghitungnya/algoritmanya
11,15,19,27,28,35 6 17,1%
Keterangan: Jumlah responden untuk jawaban atas pertanyaan nomor 2 dan 3, tidak sama dengan jumlah responden yang menjawab pertanyaan nomor 1, karena responden yang memilih alternatif jawaban “tidak ada” pada nomor 1 tidak diperlukan lagi untuk menjawab pertanyaan nomor 2 dan 3.
Pada tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memilih
alternatif jawaban “lupa/tidak tahu cara/prosedur mengerjakan soal” sebagai alasan
mereka menganggap soal pada jawaban atas pertanyaan angket nomor 1 adalah soal
yang paling sulit. Jawaban siswa tersebut cukuplah relevan, mengingat pada
penghitungan prosentase masing-masing kategori kesalahan, kategori kesalahan
prosedur menduduki peringkat teratas yakni mencapai 57,30%.
Tabel 5.14Analisis Data Hasil Angket Untuk Pertanyaan Nomor 3
80
Pertanyaan Alternatif JawabanNo. Urut Siswa Yang
MemilihJumlah
Prosen- tase
Jika soal yang anda anggap paling sulit ternyata tidak dapat anda selesaikan, solusi apa yang anda tempuh selanjutnya?
Dibiarkan saja/tidak dikerjakan
- 0 0%
Berusaha mengerjakan sendiri, walaupun terkadang asal-asalan
1,2,3,4,8,10,11,12,13,15,19,20,21,27,28,36,38 17 48,5%
Berusaha meminta bantuan teman
5,6,9,14,16,17,22,23,26,30,31,32,33,34,35,37
16 45,7%
Berusaha menyontek pada buku catatan/paket
7,292 5,72%
Pada tabel 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa berusaha
menjawab sendiri soal-soal yang diangap sulit walaupun jawabannya asal-asalan.
Hal ini juga sejalan dengan fakta yang ada. Dimana ketika penulis mengoreksi dan
menganalisis hasil jawaban siswa, ternyata tidak sedikit dari siswa yang menjawab
soal dengan asal-asalan atau tidak sesuai kaidah-kaidah pengerjaan soal yang
semestinya.
81
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Matriks Di Kelas XII SMA
Negeri 3 Sampang Tahun Pelajaran 2008/2009 “ ini dapat disimpulkan:
1. Bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada pokok matriks di kelas XII SMA Negeri 3 Sampang tahun
pelajaran 2008/2009 terdiri dari tiga kategori, antara lain:
a. Kesalahan konsep, yaitu kesalahan menentukan rumus atau konsep dalam
menjawab soal yang terdiri dari: tidak menjawab soal matriks, mengubah
atau kesalahan dalam penulisan isi/konsep/bentuk soal matriks, salah
langkah awal mengerjakan soal matriks, salah dalam mengartikan atau
menentukan konsep/definisi dalam menjawab soal matriks, salah dalam
82
menulis suatu rumus dalam menjawab soal matriks, dan penulisan konsep
suatu definisi kurang jelas maksudnya.
b. Kesalahan prosedur, yaitu kesalahan dalam proses pengerjaan soal yang
terdiri dari: salah/tidak menulis tanda kurung matriks atau determinan, tidak
dapat menyelesaikan soal matriks sampai tuntas/selesai, tidak lengkap
langkah-langkah mengerjakan soal matriks, kesalahan dalam
menulis/meletakkan bilangan ditengah-tengah langkah mengerjakan baik
berupa bilangan “+” atau “-“, salah/tidak menuliskan tanda operasi aljabar
seperti tanda “+” ditulis “-“, salah/tidak menulis/kurang lengkap menulis
simbol-simbol dalam matriks atau salah dalam meletakkannya, menulis
simbol/lambang apapun yang tidak semestinya, kesalahan dalam
menentukan bilagan-bilangan untuk penghitungan determinan matriks, dan
tidak lengkap menulis elemen-elemen matriks
c. Kesalahan algoritma, yaitu kesalahan dalam menghitung yang terdiri dari:
salah dalam menulis hasil dari suatu operasi aljabar dalam matriks termasuk
juga hasil operasi yang terdapat pada determinan, invers matriks dan
sebagainya, salah menulis hasil akhir dari soal, bisa berupa salah menulis
bilangan ataupun salah dalam menulis tanda “+” dan “-“ pada bilangan
tersebut, tidak menulis hasil dari operasi aljabar atau hasil akhir dari soal,
tidak menulis/salah menulis tanda “=” dalam langkah-langkah pengerjaan
atau salah meletakkannya, dan salah/tidak menyimpulkan hasil jawaban
2. Besarnya prosentase dari masing-masing bentuk kesalahan, antara lain:
a. Kesalahan konsep sebesar 11,62 %
b. Kesalahan prosedur sebesar 57,30 %
c. Kesalahan algoritma sebesar 31,08%
83
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang
diperoleh.
1. Untuk Siswa
a. Agar siswa dapat mempelajari matematika dengan baik khususnya materi
matriks, maka siswa harus meguasai betul konsep-konsep dasar matriks
seperti: ordo, penjumlahan, pengurangan, dan perkalian matriks. Karena
sebetulnya materi matriks cukup mudah dibandingkan dengan materi
matematika lainnya. Akan tetapi jika konsepnya tidak dikuasai dengan
betul, maka materi ini akan terasa sulit.
b. Jika terdapat kesulitan dalam belajar matematika khususnya materi matriks,
hendaknya siswa langsung menanyakannya kepada guru ataupun kepada
teman yang dirasa bisa mengatasi hal tersebut. Karena jika kesulitan
tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka tidak menutup kemungkinan siswa
akan membuat suatu kesalahan dimasa mendatang ketika menyelesaikan
soal ulangan atau ujian.
2. Untuk Guru
a. Guru hendaknya dapat mencegah atau paling tidak meminimalisasi
terjadinya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika khususnya materi matriks sesuai dengan kategori kesalahannya,
antara lain:
Untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya kesalahan konsep, guru
hendaknya menekankan penguasaan konsep terhadap siswa dalam setiap
memberikan materi matematika. Karena konsep merupakan
84
pondasi/landasan utama agar siswa dapat mempelajari matematika
dengan baik.
Untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya kesalahan prosedur,
guru hendaknya memberikan latihan soal atau kuis dalam setiap tatap
muka, sehingga siswa akan terbiasa menyelesaikan soal, tentunya
dengan langkah-langkah yang baik dan benar.
Untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya kesalahan algoritma,
hendaknya guru tidak mengizinkan siswa untuk memakai alat bantu
hitung seperti kalkulator dalam menghitung hasil operasi aljabar, kecuali
jika sangat diperlukan. Dengan demikian, siswa akan terbiasa
menghitung operasi aljabar dengan kemampuannya sendiri.
b. Guru hendaknya memperhatikan betul setiap kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya materi matriks dan
memberikan solusi terhadap kesalahan tersebut. Karena jika kesalahan
tersebut dibiarkan, maka siswa akan menganggap pekerjaannya sudah benar,
sehingga tidak menutup kemungkinan siswa akan melakukan kesalahan
yang sama dimasa mendatang atau bahkan lebih fatal dari kesalahan
sebelumya.
c. Dalam mengajar matematika khususnya pokok bahasan matriks, seorang
guru harus pandai-pandai menggunakan matode dan strategi pembelajaran
yang baik, artinya sesuai dengan materi yang disampaikan. Karena dengan
metode dan strategi pembelajaran yang baik, suasana PBM (Proses Belajar
Mengajar) dapat berjalan dengan optimal. Sehingga materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Jika kondisi
85
seperti ini dapat diciptakan maka bukan tidak mungkin dapat mengurangi
jumlah kesalahan yang diperbuat siswa dalam menyelesaikan soal
matematika.
3. Untuk Mahasiswa (Peneliti)
Hendaknya suatu saat mahasiswa (peneliti) melakukan penelitian lebih lanjut
yang serupa dengan kategori kesalahan yang lebih kompleks serta mengkaji
lebih mendalam tentang faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
_____. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT. Rineka Cipta
_____. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bungin, Burhan, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
E.T. Ruseffendi. 1995. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research 1. Yogyakarta: ANDI
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP-Malang
J. Supranto. 1981. Pengantar Matrix. Jakarta: Universitas Indonesia
K. Vierck, Robert. 1995. Analisis Getaran. Bandung: Eresco
86
Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nurkancana, Wayan, Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: Cemerlang
Rajasa, Sutan. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Cendikia
Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Riduwan. 200. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Siswanto. 2005. Matematika Inovatif 3. Solo: PT. Tiga Serangkai
Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara
_____. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
S. Nasution. 2004. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Soedjana. 1986. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Soemanto, Wasty. 1999. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara
ST. Negoro, B. Harahap. 2005. Ensiklopedia Matematika. Bogor: PT. Ghalia Indonesia
Sudiono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suherman, Erman, Udin Winataputra. 1992. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tim Penyusun Petunjuk Penyusunan Skripsi FKIP Universitas Madura. 1995. Petunjuk Penyusunan Skripsi. Pamekasan: FKIP-UNIRA
Usman, Husaini, Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wirodikromo, Sartono. 2006. Matematika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
87
W.J.S. Poerwadarminta.1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Lampiran 1:
RENCANA PEMBELAJARAN I
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 1. Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk
menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers dari matriks persegi lain
Materi Pokok : 1. Pengertian matriks (unsur-unsur matriks, jenis-jenis matriks, lawan suatu matriks, transpose suatu matriks, dan kesamaan dua matriks)
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian matriks, unsur-unsur dan jenis-jenis umum matriks2. Menentukan lawan dan transpose suatu matriks serta kesamaan dua matriks
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat memahami pengertian, unsur-unsur, dan jenis-jenis umum matriks2. Siswa dapat menentukan lawan dan transpose suatu matriks serta kesamaan dua matriks
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
88
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
Motivasi : Menginformasikan SK dan DKMemberikan contoh kasus materi yang berupa baris dan kolom
Apersepsi : Guru mengingatkan siswa kepada hal-hal yang berkaitandengan matriks baik secara langsung maupun tidak langsung
Kegiatan Inti : 75 menit Guru menyuruh siswa menyebutkan contoh kasus data yang sering disajikan
dalam bentuk baris dan kolom Guru menuliskan kembali bilangan-bilangan dalam data dalam bentuk matriks Guru menyuruh siswa menyebutkan definisi matriks sesuai dengan contoh
yang telah disebutkan tadi Guru menyimpulkan definisi matriks Guru memperkenalkan unsur-unsur matriks, seperti: notasi, elemen, ordo, dan
lain-lain Guru memperkenalkan jenis-jenis matriks beserta contohnya, seperti: matriks
mendatar, matriks tegak, matriks baris, matriks kolom, dan matriks persegi Guru menjelaskan tentang lawan suatu matriks dan memberikan contohnya Guru membuat kuis tentang lawan suatu matriks Guru menjelaskan transpose suatu matriks dan memberikan contohnya Guru membuat kuis tentang transpose suatu matriks Guru menjelaskan kesamaan dua matriks dan contohnya Guru membuat kuis tentang kesamaan dua matriks Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
89
RENCANA PEMBELAJARAN II
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 1. Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk
menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers dari matriks persegi lain
Materi Pokok : 2. Operasi dan sifat matriks (operasi penjumlahan dan sifat-sifatnya, operasi pengurangan, operasi perkalian skalar dengan matriks dan sifat-sifatnya, serta operasi perkalian antarmatriks dan sifat-sifatnya)
Indikator : 3. Melakukan operasi aljabar pada matriks dan membuktikan kebenaran sifat-sifatnya melalui contoh
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat melakukan operasi aljabar pada matriks dan membuktikan kebenaran sifat-sifatnya
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
Apersepsi : Membahas tugas/PR materi sebelumnya yang dianggap sulit oleh siswaMengingatkan siswa kepada operasi aljabar
Kegiatan Inti : 75 menit
90
Guru menjelaskan tentang operasi penjumlahan pada matriks dan contohnya Guru menjelaskan sifat-sifat operasi penjumlahan pada matriks, seperti:
komutatif, asosiatif, unsur identitas (matriks nol), dan invers penjumlahan beserta contohnya
Guru menjelaskan operasi pengurangan pada matriks dan contohnya Guru menjelaskan perkalian skalar dengan matriks dan contohnya Guru menjelaskan sifat-sifat pada operasi perkalian skalar dengan matriks,
seperti: distributif dan asosiatif beserta contohnya Guru membuat kuis/latihan soal tentang hal-hal yang sudah diterangkan Guru menjelaskan operasi perkalian antarmatriks dan contohnya Guru menjelaskan sifat-sifat perkalian antarmatriks, seperti: asosiatif,
distributif, dan unsur identitas beserta contohnya Guru membuat kuis tentang pekalian antarmatriks dan sifat-sifatnya Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
91
RENCANA PEMBELAJARAN III
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 1. Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk
menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers dari matriks persegi lain
Materi Pokok : 3. Matriks persegi (pengertian matriks persegi, macam-macam matriks persegi, perpangkatan matriks persegi dan dua matriks persegi yang saling invers)
Indikator : 4. Mengenal matriks persegi dan macam-macamnya secara khusus7. Melakukan operasi perpangkatan pada matriks persegi8. Mengenal dua matriks persegi yang saling invers
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengetahui matriks persegi dan macam-macamnya 2. Siswa dapat melakukan operasi perpangkatan pada matriks persegi3. Siswa dapat mengetahui dua matriks persegi yang saling invers
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
92
Apersepsi : Membahas tugas/PR materi sebelumnya yang dianggap sulit oleh siswa
Guru mengingatkan siswa kepada matriks persegi
Kegiatan Inti : 75 menit Guru menyuruh siswa untuk menyebutkan definisi matriks persegi yang pernah
diterangkan secara singkat pada pertemuan pertama bagian macam-macam matriks secara umum
Guru menjelaskan macam-macam matriks persegi, seperti: matriks diagonal, matriks skalar, matriks identitas, matriks segi tiga atas, matriks segi tiga bawah, dan matriks simetris/setangkup beserta contoh-contohnya
Guru menjelaskan tentang perpangkatan matriks persegi dan contohnya Guru membuat kuis tentang perpangkatan matriks persegi Guru menjelaskan tentang dua matriks persegi yang saling invers dan contohnya Guru membuat kuis tentang dua matriks persegi yang saling invers Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
93
RENCANA PEMBELAJARAN IV
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 2. Menentukan determinan dan invers matriks (ordo 2 x
2 dan 3 x 3)Materi Pokok : Determinan dan invers matriks (ordo 2 x 2 dan 3 x 3)Indikator : 1. Menentukan determinan matriks 2 x 2 untuk mencari
inversnya2. Menentukan determinan matriks 3 x 3untuk mencari inversnya
Tujuan Pembelajaran :1. Siswa dapat menetukan determinan matriks 2 x 2 untuk mencari inversnya2. Siswa dapat menetukan determinan matriks 3 x 3 untuk mencari inversnya
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
Apersepsi : Membahas tugas/PR materi sebelumnya yang dianggap sulit oleh siswa
Kegiatan Inti : 75 menit Guru menjelaskan tentang cara mencari determinan matriks 2 x 2 dan
contohnya
94
Guru menjelaskan tentang matriks singular yakni matriks yang determinannya sama dengan nol
Guru menjelaskan cara menentukan invers matriks 2 x 2 dan contohnya Guru membuat kuis tentang invers matriks 2 x 2 Guru menjelaskan cara mencari determinan matriks 3 x 3 dengan cara aturan
Sarrus dan contohnya Guru menjelaskan tentang arti adjoint, cara menentukannya dan contohnya Guru menjelaskan cara menentukan invers matriks 3 x 3 dengan memberikan
penjelasan tentang hubungan antara invers dan adjoint beserta contohnya Guru membuat kuis tentang invers matriks 3 x 3 Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
95
RENCANA PEMBELAJARAN V
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 3. Menggunakan determinan dan invers dalam
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabelMateri Pokok : Penerapan matriks pada sistem persamaan linear dua
variabel (penyelesaian pesamaan matriks berbentuk AX = B dan XA = B dan penyelesaian SPL dua variabel)
Indikator : 1. Mengenal cara penyelesaian persamaan matriks berbentuk AX = B dan XA = B2. Mengubah SPL dua variabel menjadi persamaan matriks3. Menyelesaikan persamaan matriks untuk menentukan himpunan penyelesaian dari SPL dua variabel yang telah diubah kepersamaan matriks
Tujuan Pembelajaran :1. Siswa dapat menyelesaikan persamaan matriks berbentuk AX = B dan XA = B2. Siswa dapat mengubah SPL dua variabel menjadi persamaan matriks3. Siswa dapat menyelesaikan persamaan matriks untukmenentukan himpunan penyelesaian dari SPL duavariabel yang telah diubah kepersamaan matriks
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
96
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
Apersepsi : Membahas tugas/PR materi sebelumnya yang dianggap sulit oleh siswaMengingatkan siswa kepada SPL dua variabel
Kegiatan Inti : 75 menit Sebagai pengantar, guru menjelaskan cara penyelesaian persamaaan matriks
berbentuk AX = B dan XA = B dan contohnya Guru membuat kuis tentang penyelesaian persamaan matriks berbentuk AX = B
dan XA = B Guru menjelaskan cara mengubah SPL dua variabel menjadi persamaan matriks
dan contohnya Guru menjelaskan cara menyelesaikan SPL dua variabel yang telah diubah
kepersamaan matriks Guru membuat kuis tentang penyelesaian SPL dua variabel dengan cara invers
matriks Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
97
RENCANA PEMBELAJARAN VI
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/ Semester : XII-IPA/ganjilPertemuan ke : -Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 3. Menggunakan konsep matriks, vektor, dan
transformasi dalam pemecahan masalahKompetensi Dasar : 3. Menggunakan determinan dan invers dalam
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabelMateri Pokok : Penerapan matriks pada sistem persamaan linear (SPL
tiga variabel)Indikator : 4. Mengubah SPL tiga variabel menjadi persamaan
matriks5. Menyelesaikan persamaan matriks untuk menentukan himpunan penyelesaian dari SPL tiga variabel yang telah diubah kepersamaan matriks
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menyelesaikan SPL tiga variabel dengan cara invers matriks
Metode Pembelajaran : Ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas
Langkah-langkah:Kegiatan Awal : 10 menit
Apersepsi : Membahas tugas/PR materi sebelumnya yang dianggap sulit oleh siswaMengingatkan siswa kepada SPL tiga variabel
Kegiatan Inti : 75 menit
98
Guru memberikan contoh SPL tiga variabel Guru menjelaskan cara mengubah SPL tiga variabel menjadi persaman matriks Guru menjelaskan cara menyelesaikan SPL tiga variabel yang telah diubah
kepersamaan matriks Guru membuat kuis tentang penyelesaian SPL tiga variabel dengan cara invers
matriks Siswa mencatat dan merangkum penjelasan dari guru
Kegiatan Akhir : 5 menit Guru memberikan tugas/PR untuk memantapkan materi Guru membuat situasi kelas rileks kembali Guru keluar kelas dengan mengucapkan salam
Alat/ Bahan/ Sumber Belajar: Papan tulis Buku paket matematika SMA kelas XII progam IPA
Penilaian:Kognitif:
Jenis : Latihan soal, kuis, dan tugas individu Bentuk instrumen : Soal uraian/subjektif
Afektif: Partisipasi siswa dalam menjawab kuis atau pertanyaan secara lisan Kecepatan dan ketepatan dalam mengumpulkan tugas
99
100
Lampiran 3:
LEMBAR TES
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Matriks
Kelas/Semester : XII IPA 1/Ganjil
Waktu : 2 x 45 menit
Petunjuk:1. Tulislah nama, kelas, dan nomor absenmu di lembar jawaban..2. Kerjakan semua soal, usahakan diurut dari nomor pertama sampai dengan terakhir.3. Jika ada soal yang kurang jelas, silakan tanyakan pada pengawas.
Soal :
1. Diketahui matriks A = dan B = . Jika A = Bt, carilah nilai
dari (x + y). (skor 10)
2. Diketahui matriks A = dan B = . Tentukan: (skor 15)
a) At + B
b) 2Bt – 3A.
3. Diketahui matriks P = dan Q = . Tunjukkan bahwa (P x Q)-1 =
Q-1 x P-1. (skor 25)
101
4. Diketahui suatu SPLDV: . Tentukan himpunan penyelesaiannya
dengan menggunakan cara: (skor 20)
a) invers matriks
b) determinan.
5. Carilah invers dari matriks C = . (skor 30)
Selamat Mengerjakan # Semoga Berhasil
Lampiran 4:
KUNCI JAWABAN TES
1. (Skor 10)
Diketahui: A = , B = dan A = B........................(konsep)
Ditanyakan: nilai dari (x + y)Jawab:
Jika B = Bt = ....................................(konsep)
A = Bt
= ...............................................(1) (konsep + prosedur)
maka: 2 –x = -4 x = 6 disubstitusikan ke: -x = -4 – 2 5 = y + 2x x = 6……..(3) 5 = y + 2(6) 5 = y + 12 y = 5 -12 = -7.................(4) (prosedur + algoritma) Jadi, (x + y) = 6 + (-7) = -1...............................(2) (prosedur + algoritma)
2. (Skor 15)
Diketahui: A = dan B =
Ditanyakan: a) At + B b) 2Bt – 3A
Jawab:
102
A = At = ............................(2) (konsep)
B = Bt = ...........................(2) (konsep)
a) At + B = + .........................(2) (konsep + prosedur)
= ..............................................................(3) (algoritma)
b) 2Bt - 3A = 2 - 3 ........(2) (kons. + pros.)
= - ..........(2) (pros. + algo.)
= ..........................................(2) (algoritma)
3. (Skor 25)
Diketahui: P = dan Q = .
Ditanyakan: tunjukkan (P x Q)-1 = Q-1 x P-1
Jawab:
P x Q = x ........................................................(konsep)
= ................................................................(4) (algoritma)
det (P x Q) = = (-17)(-7) – (6)(20) = 119 – 120 = -1. (3) (p + a)
det P = = (3)(-2) – (-1)(5) = -6 + 5 = -1............(2) (pros. + algo.)
P-1 = x ...................................................................(konsep)
= x ..............................................................(2) (prosedur)
= .......................................................................(2) (algoritma)
det Q = = (-4)(1) – (-1)(5) = -4 + 5 = 1..(2) (prosedur + algoritma)
Q-1 = x .....................................................................(konsep)
= x ..................................................................(2) (prosedur)
= .........................................................................(2) (algoritma)
103
(P x Q)-1 = x ...................................(konsep)
= x .............................................(prosedur)
= .......................................................(2) (algoritma)
Q-1 x P-1 = x .........................................(konsep)
= .......................................................(3) (algoritma)
Jadi, terbukti bahwa (P x Q)-1 = Q-1 x P-1 ...........................(1) (algoritma)
4. (Skor 20)
Diketahui SPL:
Ditanyakan: HP dengan cara; a) invers matriks b) determinanJawab:
a. diubah ke dalam persamaan matriks:
= persamaan ini berbentuk AX = B............(2) (konsep)
Dimana: A = , X = , dan B =
A-1 = x ..................................................................(konsep)
= x ......................................(2) (prosedur)
= x .............................................................(1) (algoritma)
X = A-1 B maka X = A-1 B
X = x x ...........................................................(konsep)
= x ...........................................(2) (prosedur)
= x ...................................................(1) (prosedur + algoritma)
= .......................................................................(1) (algoritma)
Karena X = = , jadi himpunan penyelesaiannya adalah ....(1)(a)
b.
D = = (1)(-3) – (2)(2) = -7......................(2) (prosedur + algoritma)
104
Dx = = (5)(-3) – (-4)(2) = -7................(2) (prosedur + algoritma)
Dy = = (1)(-4) – (2)(5) = -14..................(2) (prosedur + algoritma)
Karena: x = = = 1 dan y = = = 2.....(3) (pros. + algo.)
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah .............................(1) (algoritma)
5. (Skor 30)
Diketahui: C =
Ditanyakan: C-1
Jawab:
det C = ...............................................(2) (konsep)
= 7 + 0 + 0 – 3 – 0 – 3..................................(3) (prosedur + algoritma) = 1...................................................................................(1) (algoritma)
kof C = .......(10) (kons. + pros.)
= ...................................................................(6) (algoritma)
adj C = (kof C)t ............................................................................(1) (konsep)
= .....................................................................(2) (algoritma)
Jadi, A-1 = x adj C …………………………………………...(2) (konsep)
= x = ..................................(3) (algoritma)
Lampiran 5:
LEMBAR ANGKET
Nama :
Kelas/No. Absen :
105
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X)
pada kotak yang tersedia
Pertanyaan !
1. Dari 5 (lima) soal tes ulangan harian, nomor berapakah yang anda anggap paling
sulit?
Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3
Nomor 4 Nomor 5 Tidak ada
(jika pertanyaan nomor 1 anda memilih jawaban “tidak ada”, maka untuk
pertanyaan nomor 2 dan 3 tidak perlu dijawab)
2. Apa alasan anda menganggap soal tersebut paling sulit?
Lupa/tidak tahu konsep/rumus awal mengerjakannya
Lupa/tidak tahu cara/prosedur mengerjakannya
Lupa/tidak tahu cara menghitungnya/algoritmanya
3. Jika soal yang anda anggap paling sulit ternyata tidak dapat anda selesaikan,
solusi apa yang anda tempuh selanjutnya?
Dibiarkan saja/tidak dikerjakan
Berusaha mengerjakan sendiri, walaupun terkadang asal-asalan
Berusaha meminta bantuan teman
Berusaha menyontek pada buku catatan/paket
Lampiran 6:
PERHITUNGAN VALIDITAS TES
Daftar Skor Hasil Tes Uji Coba InstrumenNo.
Urut Siswa
Skor Tiap Item SoalSkor Total
(Y)
Kuadrat Skor Total
(Y2)1 2 3 4 510 15 25 20 30
1 10 13 12 16 20 71 5041
106
2345678910
1010010100101010
12136151515151513
015
12254
25258
171918172017301917
8199212214302619
4762387592501009567
2209384414445625846425001000090254489
80 132 117 180 188 = 6972 =
485.809
2 = 52.6416.090 9.611 9. 915 12.706 14.358
2 800 1.812 2.269 3. 258 3.964
2 6.400 17.424 13.689 32.400 35.344
Dengan menggunakan rumus rxy=
Maka dapat diketahui validitas tes tiap item soal, antara lain:
Soal nomor 1;
rxy =
=
= = 0,638Kemudian nilai rxy = 0,638 dikonsultasikan ke tabel 3.2, maka soal nomor 1 memiliki korelasi yang kuat.
Soal nomor 2;
rxy =
=
= = 0,772Kemudian nilai rxy = 0,772 dikonsultasikan ke tabel 3.2, maka soal nomor 2 memiliki korelasi yang kuat.
Soal nomor 3;
107
rxy =
=
= = 0,921Kemudian nilai rxy = 0,921 dikonsultasikan ke tabel 3.2, maka soal nomor 3 memiliki korelasi yang sangat kuat.
Soal nomor 4;
rxy =
=
= = 0,592Kemudian nilai rxy = 0,592 dikonsultasikan ke tabel 3.2, maka soal nomor 4 memiliki korelasi yang cukup kuat.
Soal nomor 5;
rxy =
=
= = 0,949Kemudian nilai rxy = 0,949 dikonsultasikan ke tabel 3.2, maka soal nomor 5 memiliki korelasi yang sangat kuat.
Lampiran 7:
PERHITUNGAN RELIABILITAS TES
Dengan menggunakan rumus alpha r11 =
Serta dari tabel 4.1 diketahui:N = 10
108
= 80 = 800 = 6.400
= 132 = 1.812 = 17.424
= 117 = 2.269 = 13.689
= 180 = 3.258 = 32.400
= 188 = 3.964 = 35.344
Dan = 697 = 52.641 2 = 485.809
Maka;
Si12 = = 16
Si22 = = 6,96
Si32 = = 90,01
Si42 = = 1,8
Si52= = 42,96
= 16 + 6,96 + 90,01 + 1,8 + 42,96 = 157,73
St2 = = 406,01
Jadi r11 = = (1,25)(0,61) = 0,76
Kemudian nilai r11 = 0,76 dikonsultasikan ke tabel 3.3, karena nilai r11 > 0,70 maka secara umum soal-soal tes tersebut telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable).
Lampiran 8:
PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN
Predikat Benar/Salah Untuk Tiap Item JawabanNo.
UrutPredikat Tiap Item Jawaban
Skor1 2(a) 2(b) 3 4(a) 4(b) 5
1 B B B S S S S 712 B S S S S S S 473 B B B S S S S 624 S S S S B S S 385 B B S S S S S 75
109
6 B B B B B B S 927 S B B S S S S 508 B B B B B B B 1009 B B B B B B S 9510 B B S S B B S 67
Keterangan: B = Jawaban Benar S = Jawaban Salah- Jawaban siswa dikatakan benar apabila jawabannya sesuai dengan kaidah-kaidah
pengerjaan soal dan hasilnya juga benar, walaupun masih terdapat kekurangan atau kesalahan yang sifatnya tidak fatal, seperti: kurang tanda “=”, kesalahan menulis tanda kurung matriks, menulis simbol matriks dengan huruf kecil, atau yang sejenis meskipun hal tersebut sebenarnya mengurangi skor dari jawaban itu.
- Untuk penghitungan taraf kesukaran dan daya pembeda, butir soal yang memiliki dua item soal lagi (a dan b), kedua item soal tersebut dihitung secara terpisah (tidak digabung seperti pada penghitungan validitas dan reliabilitas), karena pada penghitungan taraf kesukaran dan daya pembeda tidak dibutuhkan nilai dari masing-masing soal, melainkan predikat benar atau salah, dan tidak menutup kemungkinan jika jawaban item a benar justru jawaban item b salah ataupun sebaliknya.
Dengan menggunakan rumus I = maka dapat diketahui taraf kesukaran tiap item
soal antara lain:
Soal nomor 1:
Dimana B = 8 dan N = 10 maka I = = 0,80
Kemudian nilai I = 0,80 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 1 termasuk soal kategori mudah.
Soal nomor 2(a):
Dimana B = 8 dan N =10 maka I = = 0,80
Kemudian nilai I = 0,80 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 2(a) termasuk soal kategori mudah.Soal nomor 2(b):
Dimana B = 6 dan N =10 maka I = = 0,60
Kemudian nilai I = 0,60 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 2(b) termasuk soal kategori sedang.Soal nomor 3:
Dimana B = 3 dan N = 10 maka I = = 0,30
Kemudian nilai I = 0,30 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 3 termasuk soal kategori sukar.
Soal nomor 4(a):
Dimana B = 5 dan N = 10 maka I = = 0,50
Kemudian nilai I = 0,50 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 4(a) termasuk soal kategori sedang.
110
Soal nomor 4(b):
Dimana B = 4 dan N = 10 maka I = = 0,40
Kemudian nilai I = 0,40 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 4(b) termasuk soal kategori sedang.Soal nomor 5:
Dimana B = 1 dan N = 10 maka I = = 0,10
Kemudian nilai I = 0,10 dikonsultasikan ke tabel 3.4. Jadi soal nomor 5 termasuk soal kategori sukar.
Lampiran 9:
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA
Sebelum menghitung daya pembeda dari soal-soal tes, semua peseta tes dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun cara menentukan dua kelompok itu, penulis mengunakan teknik median dari skor masing-masing testee dan pembagian kelompok itu terdiri atas 50% testee kelompok atas dan 50% testee kelompok bawah.
Kelompok AtasNo. Urut
Predikat Tiap Item JawabanSkor
1 2(a) 2(b) 3 4(a) 4(b) 58 B B B B B B B 1009 B B B B B B S 956 B B B B B B S 925 B B S S S S S 751 B B B S S S S 71
Kelompok BawahNo. Predikat Tiap Item Jawaban Skor
111
Urut 1 2(a) 2(b) 3 4(a) 4(b) 510 B B S S B B S 673 B B B S B S S 627 S B B S S S S 502 B S S S S S S 474 S S S S B S S 38
Dengan menggunakan rumus D = PA – PB dan pembagian kelompok atas dan kelompok bawah berdasarkan skor (pada tabel 4.1), maka dapat diketahui daya pembeda soal tes tiap item antara lain:
Soal nomor 1;
PA = = 1,00 PB = = 0,60 Maka D = 1,00 – 0,60 = 0,40
Kemudian nilai D = 0,40 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 1 daya pembedanya termasuk kategori good (baik).
Soal nomor 2(a);
PA = = 1,00 PB = = 0,60 Maka D = 1,00 – 0,60 = 0,40
Kemudian nilai D = 0,40 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 2(a) daya pembedanya termasuk kategori good (baik).
Soal nomor 2(b);
PA = = 0,80 PB = = 0,40 Maka D = 0,80 – 0,40 = 0,40
Kemudian nilai D = 0,40 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 2(b) daya pembedanya termasuk kategori good (baik).
Soal nomor 3;
PA = = 0,80 PB = = 0,00 Maka D = 0,60 – 0,00 = 0,60
Kemudian nilai D = 0,60 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 3 daya pembedanya termasuk kategori good (baik).
Soal nomor 4(a);
PA = = 0,60 PB = = 0,40 Maka D = 0,60 – 0,40 = 0,20
Kemudian nilai D = 0,20 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 4(a) daya pembedanya termasuk kategori satisfactory (cukup/sedang).
Soal nomor 4(b);
PA = = 0,60 PB = = 0,20 Maka D = 0,60 – 0,20 = 0,40
Kemudian nilai D = 0,40 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 4(b) daya pembedanya termasuk kategori good (baik).
Soal nomor 5;
112
PA = = 0,20 PB = = 0,00 Maka D = 0,20 – 0,00 = 0,20
Kemudian nilai D = 0,20 dikonsultasikan ke tabel 3.5, jadi soal nomor 1 daya pembedanya termasuk kategori satisfactory (cukup/sedang).
Lampiran 10:
DAFTAR NAMA SISWA PESERTA TES UJI COBA INSTRUMEN (10 SISWA KELAS XII IPA-2)
NO. URUT SISWA
NO. INDUK NAMA SISWA JENIS KELAMIN
1 244 Adiyanto Laki-laki2 282 Amir Lubis Laki-laki3 209 Dewi Ratna Agustini Perempuan4 253 Fauzi Laki-laki5 295 Haris Suraidi Laki-laki6 297 Ida Farida Perempuan7 307 Nia Lutfiana Perempuan8 235 Suprihatin Perempuan9 316 Syamsul Arifin Laki-laki10 277 Widya Wati Perempuan
113
Lampiran 11
DAFTAR NAMA SISWA KELAS XII IPA-1 SMA NEGERI 3 SAMPANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009
(SAMPEL DALAM PENELITIAN)
NO. URUT SISWA
NO. INDUK NAMA SISWA JENIS KELAMIN
1 201 Abd. Kodir Jailani Laki-laki2 203 Abd. Rohman Laki-laki3 205 Ach. Mubarok Laki-laki4 207 Anatun Perempuan5 208 Bagus Lukman Hakim Laki-laki6 214 Hendri Prasetyo Laki-laki7 218 Jatim Desiyanto Laki-laki8 222 Moh. Mistar Laki-laki9 224 Nafadhol Rohman Laki-laki10 228 R. Helmi Supriadi Laki-laki
114
11 229 Raras Intan .E Perempuan12 231 St. Fatima (A) Perempuan13 233 Slamet Mulyono Laki-laki14 239 Yuliatin Perempuan15 247 Alief Rahman Hakim Laki-laki16 248 Anis Choirun Nisak Perempuan17 250 Diana Agustini Dewi Perempuan18 252 Fajrin Maulidina Perempuan19 254 Hasanuddin Akbari Laki-laki20 256 Indah Nur Hikmawati Perempuan21 264 Muzafar Ahmad Laki-laki22 269 Rowatul Awatif Perempuan23 271 St. Fatima (B) Perempuan24 272 Siti Masfufah Perempuan25 275 Syahriyah Perempuan26 280 Ach. Taufi Laki-laki27 283 Amirus Sholeh Laki-laki28 288 Dofan Mergulit Laki-laki29 289 Faridah Perempuan30 304 Moh. Munif Laki-laki31 305 Moh. Nasruddin Laki-laki32 310 Rifatul Komariyah Perempuan33 311 Rohmana Kholisoh Perempuan34 313 Sofatul Ummah Perempuan35 318 Yayuk Sri Handayani Perempuan36 319 Zainullah Laki-laki37 446 Aunul Mubarok Laki-laki38 452 Sidrotul Muntaha Laki-laki
Lampiran 12
CONTOH HASIL JAWABAN TES SISWA
(Ada di Skripsi)
115
116
117
118
119
120
121
122
Lampiran 13:
CONTOH HASIL PENGISIAN ANGKET OLEH SISWA
(Ada di Skripsi)
123
Lampiran 14:
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN
(Dibuat oleh LP3M)
124
Lampiran 15:
SURAT PERMOHONAN IJIN TES UJI COBA INSTRUMEN
(Dibuat oleh LP3M)
125
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANGDINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 3 SAMPANGJl. Wijaya Kusuma No. 01 Sampang Telp. (0323) 324165
SURAT KETERANGANNo. 70/201/434.102.300.07/2008
Yang bertanda tangan di bawah ini, kepala SMA Negeri 3 Sampang menerangkan
bahwa:
Nama : Mahrus Fahroni
NPM : 04.0231.326
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : Matematika
Universitas : Madura
Mahasiswa tersebut di atas telah mengadakan penelitian di sekolah kami pada
tanggal 19 Agustus s/d 19 September 2008 dengan sampel seluruh siswa kelas
XII IPA-1 sebanyak 38 orang, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok
Bahasan Matriks Di Kelas XII SMA Negeri 3 Sampang”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sampang, 19 September 2008
Kepala Sekolah
Hj. Lilik Muzayanah, S.Pd NIP. 130 683 197
126
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 3 SAMPANG
Jl. Wijaya Kusuma No. 01 Sampang Telp. (0323)
324 165
SURAT KETERANGAN No.70/202/434.102.300.07/2008
Yang bertanda tangan di bawah ini, kepala SMA Negeri 3 Sampang menerangkan
bahwa:
Nama : Mahrus Fahroni
NPM : 04.0231.326
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : Matematika
Universitas : Madura
Mahasiswa tersebut di atas telah mengadakan uji coba instrumen di sekolah kami
terhadap 10 orang siswa kelas XII IPA-2 pada tanggal 15 September 2008 dalam
rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Pada Pokok Bahasan Matriks Di Kelas XII SMA
Negeri 3 Sampang”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sampang, 19 September 2008
Kepala Sekolah
Hj. Lilik Muzayanah, S.Pd NIP. 130 683 197
127
Lampiran 18:
YAYASAN UNIVERSITAS MADURA
UNIVERSITAS MADURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Raya Panglegur Km 3,5 Telp. (0324) 322231,325786 Fax. (0324) 327418 Pamekasan
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA MHS : MAHRUS FAHRONI FAK/JUR : KIP/MIPANPM : 04.02031.326 PRODI : PEND. MATEMATIKAJUDUL : “ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DI KELAS XII SMA NEGERI 3 SAMPANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009”
TglCatatan
Pembimbing IParaf
TglCatatan
Pembimbing IIParaf
Mhs Pemb Mhs Pemb07/07/08 Konsultasi
proposal 14/07/08 Konsultasi
proposal29/07/08 Acc proposal
penelitian28/07/08 Konsultasi
revisi proposal11/08/08 Konsultasi bab
I,II dan III05/08/08 Acc proposal
penelitian17/08/08 Acc bab I,II dan
III09/08/08 Konsultasi bab
I,II dan III31/10/08 Konsultasi bab
IV,V dan VI19/08/08 Acc bab I,II dan
III07/11/08 Konst. revisi
bab IV,V dan VI
03/11/08Konsultasi bab IV,V dan VI
09/11/08 Acc bab IV,V dan VI
07/11/08 Acc bab IV,V dan VI
10/11/08 Revisi keseluruhan
10/11/08 Revisi keseluruhan
128
Pamekasan, 12 November 2008 Menyetujui Pembimbing I
(MOH ROMLI, M.Pd)
Pamekasan, 12 November 2008
Menyetujui Pembimbing II
(Dra. SRI HARINI)
Lampiran 19:
TABEL NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
129