magister manajemen dan bisnis institut pertanian...
TRANSCRIPT
Tugas UAT – Sistem Informasi Manajemen
Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSC (CS)
Evaluasi Pengembangan Sistem Informasi Dengan Pendekatan Outsourcing
Dan Insourcing Pada PT. Yongjin Javasuka Garment
Oleh:
Rizky Surya Ananda
K15161066
MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era persaingan global dan kompetisi yang semakin ketat, telah membuat
perusahaan untuk terus berkembang dan berinovasi agar mampu bertahan dalam industri
yang dijalankan, banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mempertahankan hal
tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan teknologi yang tepat guna. Teknologi
seperti yang telah kita ketahui sampai saat ini, telah berkembang sangat pesat mengikuti
persaingan global, sehingga setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun perusahaan
besar mulai menerapkan teknologi untuk menciptakan keunggulan tersendiri. Teknologi
terdiri dari banyak hal, salah satu yang saat ini sedang sangat berkembang adalah sistem
informasi. Sistem informasi merupakan salah satu alat yang digunakan oleh suatu
perusahaan untuk dapat bersaing dan mencapai tujuannya.
Sistem informasi memegang peranan penting dalam perkembangan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki sistem informasi yang mumpuni dapat melakukan efisiensi dan
meningkatkan efektifitas operasional perusahaannya. Untuk dapat memiliki sistem
informasi yang mumpuni tersebut, ada beberapa alternatif yang dilakukan oleh perusahaan,
yaitu pendekatan insourcing, co-sourcing, dan outsourcing. Dengan menyesuaikan
kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan dan kemampuan untuk mengembangkan,
perusahaan dapat menentukan pendekatan mana yang sesuai untuk diterapkan. Dalam
rangka membangun sistem informasi yang mumpuni tersebut, perusahaan tentu
membutuhkan sumber daya yang ahli dalam bidangnya, yaitu sistem informasi.
Kebanyakan perusahaan yang pada umumnya tidak bergerak dalam sektor industri
teknologi, menggunakan pendekatan outsourcing, namun jika perusahaan bergerak dalam
sektor industri teknologi informasi itu sendiri, akan menggunakan pendekatan insourcing,
umumnya dikarenakan sumber daya yang dimiliki sudah sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk membangun sistem informasi tersebut, sehingga tidak perlu adanya pendekatan
outsourcing. Adapun beberapa perusahaan tertentu menggunakan kombinasi dari
pendekatan insourcing dan outsourcing sendiri untuk meningkatkan pemahaman sumber
daya perusahaannya.
Salah satu perusahaan yang menerapkan insourcing dan outsourcing dalam
mengembangkan sistem informasi nya adalah PT. Yongjin Javasuka Garment. Sistem
informasi yang dikelola yaitu terdapat 2 sistem ERP (Enterprise Resource Planning) yang
diciptakan sendiri oleh Divisi Sistem Informasi perusahaan dengan menggunakan sumber
daya nya sendiri dan menggunakan outsourcing. Sisterm ERP yang diciptakan divisi sistem
informasi mengintegrasikan data-data internal perusahaan seperti keuangan perusahaan
untuk divisi akuntansi, informasi karyawan, purchasing lokal untuk keperluan internal
perusahaan, dan sebagainya. Sedangkan sistem ERP yang diciptakan oleh outsourcing
berfungsi untuk operasional perusahaan seperti manufacturing, production planning,
material purchasing, supplier database, dan lain sebagainya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
1. Menganalisa tentang outsourcing dan insourcing dalam perusahaan
2. Menganalisa urgensi maintanability suatu software.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Sistem informasi merupakan sebuah sistem, baik terotomatisasi ataupun manual, yang
terdiri dari manusia, mesin, dan atau metode yang diorganisasir untuk mengumpulkan,
proses mengirimkan, menyebarkan data yang mewakili informasi. Sistem pada dasarnya
memiliki tiga komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain yaitu :
1. Input yang melibatkan capture dan perakitan berbagai elemen yang memasuki
sistem untuk diproses.
2. Proses yang melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
3. Output melibatkan pemindahan elemen yang telah diproses ke tujuan akhir.
Sistem informasi merupakan kombinasi dari user, hardware, software, jaringan komunikasi
dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam
sebuah organisasi (O'Brien, 2005). Dalam suatu organisasi sistem informasi digunakan
untuk berkomunikasi dengan sesama menggunakan peralatan fisik (hardware), tahapan dan
instruksi pemrosesan informasi (software), jaringan komunikasi (network), dan data yang
tersimpan (stored data).
Kadir dan Triwahyuni (2003) memperkenalkan beberapa pengertian
teknologi informasi dari beberapa ahli sebagai berikut
1) Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan
informasi dan melakukan tugas - tugas yang berhubungan dengan pemrosesan
informasi (Haag and Keen).
2) Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi computer (perangkat
keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi, melainkan juga mencakup teknologi informasi untuk
mengirimkan informasi.
3) Teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi
berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video.
4) Teknologi informasi adalah teknologi pendukung dari sistem informasi (SI), yaitu
sistem berbasis TI yang mengelola komponen-komponennya berupa hardware,
software, netware, dataware, dan brainware untuk melakukan transformasi data
menjadi informasi (O'Brien, 2009).
2.2 Sistem Informasi Manejemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah suatu sistem berbasis komputer yang
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. Output
informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan untuk membuat
keputusan dalam memecahkan masalah (Raymond McLeod Jr, 1996). Sedangkan
menurut O'Brien, 2005 Sistem Informasi merupakan suatu tatanan yang terorganisasi
dalam pengaturan sumber daya yang ada yang meliputi pengumpulan data lalu
mengolahnya sehingga bias dengan mudah untuk dikonsumsi dan lebih mudah dalam hal
penyebarannya. Lebih jauh yang meliputi sumber daya meliputi: manusia, hardware,
software, data dan jaringan yang terdapat di dalamnya.
Menurut Robert A. Leitch, sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi
yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
tertentu dengan laporan -laporan yang diperlukan. Ada empat operasi dasar dari sistem
informasi yaitu (1) mengumpulkan; (2) mengolah; (3) menyimpan; dan (4)
menyebarkan informasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil
keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen. Tujuan
umum dari SIM adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok
jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Sistem informasi manajemen (SIM) bukan sistem informasi keseluruhan, karena tidak
semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah
sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem
komputer. Prinsip utama perancangan SIM ialah SIM harus dijalin secara teliti agar mampu
melayani tugas utama. Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan
informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisasional
perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan
output dari berbagai simulasi model matematika.\
2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup Insourcing
In-sourcing adalah metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan
sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Sistem informasi mengenai
operasi sistem pada pihak manajemen untuk memberikan pengarahan dan pemeliharaan
sistem dalam hal ini pengendalian ketika sistem bertukar input dan output dengan
lingkungannya.
Definisi lain menjelaskan bahwa in-sourcing merupakan pekerjaan yang dilakukan
dengan memanfaatkan spesialis yang ada dalam perusahaan tersebut. Contohnya
adalah usaha pengembangan ICT dalam perusahaan dengan membentuk divisi khusus yang
berkompeten di bidangnya, seperti departemen EDP (Electronic Data Processing).
Pendekatan in-sourcing dapat juga diartikan sebagai pendekatan umum di mana fasilitas
eksekutif manajemen melihat ke fasilitas luar manajemen pelayanan perusahaan
sebagai ahli proses. Penyedia layanan di luar dipekerjakan sebagai konsultan untuk
mengukur operasi terhadap patokan komersial dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.
Staf internal kemudian mengimplementasikan rekomendasi.
Keunggulan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya :
1) Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam
perusahaan.
2) Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
3) Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera
melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
4) Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang
dibutuhkan dan dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
5) Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap
sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan
perusahaan tersebut.
6) Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
7) Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih
terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
8) Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan
lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
Sedangkan kelemahan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya :
1) Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena
konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga
pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
2) Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu
perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang
teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).
3) Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga
ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
4) Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem
informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
5) Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat
menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan
kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
2.4 Pengertian dan Ruang Lingkup Outsourcing
Teknologi tidak lagi merupakan pemikiran terakhir dalam membentuk strategi
bisnis, tetapi merupakan penyebab dan penggerak yang sebenarnya. Peran utama aplikasi
sistem informasi dalam bisnis adalah untuk memberikan dukungan yang efektif atas
strategi perusahaan agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif diluar perusahaan
dengan menggunakan sumberdaya- sumberdaya yang terdapat didalam perusahaan itu
sendiri. Perusahaan dapat bertahan hidup dan berhasil dalam jangka panjang hanya jika
perusahaan tersebut berhasil mengembangkan strategi tekanan kompetitif yang
membentuk struktur persaingan dalam industrinya. Sumberdaya-sumberdaya yang terdapat
diluar perusahaan yang diantaranya, sumber daya data calon pelanggan dan pelanggan,
sumber daya data pemasok, sumber daya informasi, sumber daya data pesaing atau
kompetitor, dan atau sumber daya lainnya yang terkait hubungannya dengan keunggulan
perusahaan yang berada diluar perusahaan (outsource).
Outsourcing dapat berupa meminta pihak ketiga untuk melaksanakan proses
pengembangan sistem informasi termasuk pelaksana sistem informasi. Pihak perusahaan
menyerahkan tugas pengembangan dan pelaksanaan serta maintenance sistem kepada
pihak ketiga. Menurut O'Brien dan Marakas (2006), beberapa pertimbangan
perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam
mengembangkan Sistem Informasi
1) Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.
2) Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi.
3) Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan.
4) Faktor waktu/kecepatan.
5) Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu
yang cukup lama.
6) Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil
Ada beberapa keunggulan atau keuntungan menggunakan outsourcing, dan juga
kelemahan menggunakan outsourcing. Keunggulan atau keuntungan menggunakan
outsourcing antara lain :
1) Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika
perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga
dalam bentuk outsourcing yang lebih murah dikarenakan outsourcer menerima jasa
dari perusahaan lainnya sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi beberapa
perusahaan.
2) Mengurangi waktu proses, karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk
bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3) Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan
dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli
dibidang tersebut.
4) Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan
pihak outsourcer mempunyainya.
5) Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi
dan transfer pengetahuan yang dimiliki outsourcer.
6) Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
7) Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal.
8) Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi,
perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat-saat
tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan
pada waktu yang lainnya.
9) Perusahaan dapat menfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting.
Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa kelemahan
juga perlu diperhatikan diantaranya:
1) Jika aplikasi yang di outsource adalah aplikasi yang strategic maka dapat ditiru
oleh pesaingnya yang juga dapat menjadi klien darioutsourcer yang sama.
2) Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource- kan. Jika
aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus ditangani jika terjadi gangguan,
perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika aplikasi ini
di outsource-kan karena kendali ada di outsourcer yang harus dihubungi terlebih
dahulu.
3) Jika kekuatan menawar ada outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyal
kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya
4) Perusahaan akan kehilangan keahlian dari belajar membangun dan mengopersikan
aplikasi tersebut.
5) Pelanggaran kontrak, yang banyak terjadi ketika vendor menjanjikan banyak hal
yang kelihatan wah sebelum kontrak ditanda tangani, namun tidak dapat
direalisasikan ketika kontrak sudah berjalan.
6) Kontrak jangka panjang, dimana vendor menawarkan kontrak dalam jangka
waktu yang relative panjang, dengan biaya yang mahal dan penalti pemutusan
kontrak yang menyebabkan perusahaan tidak memiliki pilihan selain menjalankan
kontrak sampai selesai.
Outsourcing atau contracting out merupakan penyerahan sebagian pekerjaan kepada pihak
ketiga yang dianggap kompeten, tetapi masih dalam lingkup organisasi. Tujuannya, agar
organisasi dapat lebih berkonsentrasi kepada aktivitas inti bisnisnya dengan
mepertimbangkan aspek investasi, resiko, dan efesiensi. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal lain. Manfaat
dari melakukan outsourcing, adalah penghematan biaya (cost saving), dan akses
pemanfaatan pada sumber daya (resources) waktu dan infrastruktur mereka dengan lebih
baik yang tidak dimiliki oleh perusahaan, mempersingkat waktu siklus pengiriman
dan mengurangi biaya secara signifikan.
Melalui outsourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi berupa sotfware yang
telah tersedia, yang telah dikembangkan oleh perusahaan outsourcing. Perusahaan juga
dapat meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah ada sesuai
dengan kebutuhan, kondisi perusahaan, dan pengembangan sistem informasinya yang
benar-benar baru atau pengembangan dari dasar. Terdapat empat tipe dasar pengaturan
outsourcing, yaitu :
1. General Outsourcing, terdiri dari tiga alternatif, yaitu :
a. Selective outsourcing, satu area aktifitas SI diberikan kepada pihak ketiga
misalnya operasional pusat basis data.
b. Value added outsourcing, beberapa area aktifitas SI diberikan kepada pihak
ketiga yang diharapkan dapat memberikan dukungan pada tim SI internal
sehingga dapat meningkatkan efektifitas.
c. Cooperative outsourcing, beberapa aktifitas SI yang dipilih dilakukan
oleh pihak ketiga dan tim SI internal secara bersama-sama.
2. Transitional Outsourcing, untuk tipe ini, biasanya melibatkan migrasi dari satu
platform ke platform lainnya dengan 3 fase, yaitu :
a. Manajemen dari sistem lama.
b. Transisi ke teknologi baru.
c. Manajemen dari sistem baru.
3. Business Process Outsourcing, merupakan suatu hubungan outsourcing
dimana pihak ketiga bertanggungjawab dalam melaksanakan seluruh fungsi
bisnis perusahaan. Biasanya dilakukan oleh pemerintah, jasa keuangan (bank dan
perusahaan asuransi), transportasi dan perusahaan logistik.
4. Business Benefit Contracting, tipe ini mengacu pada kontrak perjanjian yang
menyebutkan bahwa pihak.
Outsourcing dapat berupa meminta pihak ketiga untuk melaksanakan proses
pengembangan sistem informasi termasuk pelaksana sistem informasi. Pihak
perusahaan menyerahkan tugas pengembangan dan pelaksanaan serta maintenance
sistem kepada pihak ketiga. Menurut O'Brien dan Marakas (2006), beberapa
pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif
dalam mengembangkan sistem snformasi antara lain sebagai berikut:
a. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.
b. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi.
c. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
d. Faktor waktu/kecepatan.
e. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka
waktu yang cukup lama.
f. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan
terampil.
g. Berikut ini merupakan gambar diagram yang menunjukkan proses apa saja
yang dilakukan dalam lewat cara out-sourcing.
Melalui out-sourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah tersedia,
atau sudah dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan juga dapat meminta
perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah ada. Perusahaan juga
dapat membeli software dan meminta perusahaanoutsource untuk memodifikasi
software tersebut sesuai keinginan perusahaan. Dan juga lewat out-sourcing perusahaan
dapat meminta untuk mengembangkan sistem informasi yang benar-benar baru atau
pengembangan dari dasar. Berikut ini merupakan gambaran proses yang terjadi pada
pendekatan out- sourcing.
Melalui out-sourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah tersedia,
atau sudah dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan juga dapat meminta
perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah ada. Perusahaan juga
dapat membeli software dan meminta perusahaanoutsource untuk memodifikasi software
tersebut sesuai keinginan perusahaan. Dan juga lewat out-sourcingperusahaan dapat
meminta untuk mengembangkan sistem informasi yang benar-benar baru atau
pengembangan dari dasar.
Berikut ini merupakan gambaran proses yang terjadi pada pendekatan out- sourcing.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
PT. Yongjin Javasuka Garment merupakan perusahaan yang bergerak di industri garment.
PT. Yongjin Javasuka Garment adalah salah satu anak perusahaan Hojeon Limited Co.
yang bertempat di Korea Selatan. Yongjin secara khusus memproduksi produk-produk
outerwear seperti jaket gunung, olahraga, lifestyle, dan sebagainya. Selain itu hasil
produksi diekspor ke hampir 20 negara di dunia yang merupakan buyer dari Hojeon
Limited.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1998 di Cicurug, Sukabumi, Indonesia. Sebelumnya
PT Yongjin bernama PT. Hawaii setelah diakuisisi oleh Hojeon Limited Co. Dengan
akuisisi tersebut telah mendorong pembangunan perusahan kearah yang lebih baik, seperti
bertambahnya jumlah factory yang dibuat. Hingga tahun 2017 sudah terdapat 3 pabrik yang
berdekatan satu sama lain di Cicurug. Hal ini menunjukkan keseriusan Hojeon Limited
sebagai perusahaan induk untuk memajukan PT. Yongjin Javasuka Garment.
3.2 Insourcing dalam perusahaan
Yongjin menerapkan pendekatan insourcing untuk salah satu alat sistem informasi nya,
yaitu YJ ERP. YJ ERP merupakan suatu sistem yang dibuat menggnakan sumber daya
internal perusahaan yaitu divisi IT atau Information Technology. Hal ini dilakukan
karena divisi IT secara spesifik memahami kebutuhan divisi-divisi tertentu untuk
menjalankan tugas-tugas mereka. YJ ERP berfungsi sebagai alat sistem informasi yang
membantu internal perusahaan untuk mengolah atau menyimpan data-data internal
perusahaan. YJ ERP digunakan oleh beberapa divisi dalam perusahaan, yaitu sebagai
berikut :
1. Divisi Human Resource Development
YJ ERP berfungsi sebagai tempat penyimpanan data karyawan yang
bekerja dalam perusahaan. Hal tersebut meliputi biodata, gaji, masa
kerja karyawan. Dengan adanya YJ ERP untuk divisi HRD ini telah
mempermudah perusahaan dalam mendata karyawan masuk dan
karyawan keluar, selain itu sistem ini membantu divisi HRD dalam
menilai kinerja karyawannya khususnya karyawan back office,
supervisor produksi dan manager produksi.
2. Divisi Accounting
Untuk divisi accounting, pada YJ ERP meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Penghitungan keuangan perusahaan
Arus keluar dan masuk perusahaan dapat di input kedalam YJ
ERP oleh tim accounting perusahaan untuk dapat di record dan
disimpan datanya. Sehingga dapat teridentifikasi oleh
manajemen pemakaian dana perusahaan
b) Pendataan aset
Jumlah aset perusahaan yang berjumlah sekitar 10 ribu aset dapat
diketahui dengan menggunakan YJ ERP. Dapat juga dilihat
depresiasi aset tersebut dan nilai aset tersebut saat dibeli atau
setelah dijual dan disertai dengan detil-detail lainnya
c) Proses pembelian dan penjualan aset
Ketika akan membeli suatu aset, user diwajibkan untuk membuat
voucher melalui sistem YJ ERP, hal ini untuk memudahkan
pendataan aset yang akan dibeli dan dijual nantinya. Dengan
adanya sistem voucher, manajemen atas dapat mengetahui aset-
aset apa saja yang akan dibeli dan meng-approve voucher
tersebut.
3.3 Outsourcing dalam Perusahaan
Selain YJ ERP terdapat satu sistem lagi yang digunakan oleh perusahaan, yaitu HJ ERP.
HJ ERP merupakan sistem yang difungsikan untuk operasional perusahaan yang dipakai
bersama-sama oleh Hojeon dan Yongjin. Jika YJ ERP lebih banyak digunakan untuk
back office perusahaan, maka HJ ERP digunakan lebih banyak untuk front office
perusahaan. Operasional perusahaan disini adalah untuk produksi, material for production
purchasing. Sistem HJ ERP sendiri di manage oleh pihak luar yaitu konsultan yang
dimiliki oleh perusahaan induk Yongjin yaitu Hojeon. Berikut ini divisi dalam
perusahaan yang menggunakan sistem HJ ERP.
1. Divisi Purchasing
HJ ERP berisikan tentang berbagai informasi mengenai supplier, dan
material-material untuk produksi yang diperlukan. Hal ini
memungkinkan untuk divisi purchasing dalam membuat purchase order
untuk supplier terkait sesuai dengan permintaan Hojeon Co.
2. Divisi Warehouse
Untuk dapat memanage material yang masuk dan keluar dari gudang,
pada HJ ERP terdapat fitur untuk mengetahui kapan material tersebut
tiba dan kapan divisi produk mengambil materialnya. Dengan
terintegrasinya sistem ini, divisi warehouse tidak perlu kesulitan dalam
menyediakan material-material yang dibutuhkan untuk produksi, cukup
dengan membuka HJ ERP maka material yang dibutuhkan sudah di list
se-detail mungkin
3. Divisi Produksi
Bagi divisi produksi, HJ ERP digunakan untuk mengetahui dan
membuat production schedule yang akan diinformasikan kepada buyer
dan Hojeon. HJ ERP mempermudah proses pembagian jadwal produksi
jaket sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dan jumlah yang akan
diproduksi. Ada beberapa hal lainnya yang dapat digunakan oleh divisi
produksi, seperti jadwal pengiriman, material sheet, dan lain-lain.
3.4 Analisis Urgensi Maintanability Software
Menurut McCall, 1997 kriteria yang mempengaruhi kualitas software terbagi menjadi tiga
aspek penting yaitu :
1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations);
2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision)
3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product Transition).
Unsur maintainability dalam pengembangan software termasuk dalam Product
Operations, maintability adalah kemampuan software dalam menjalani perubahan. Setelah
sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal
yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang
dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan.
Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus
diperhatikan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan software untuk
menjalani perubahan adalah Maintainability. Maintainability adalah usaha yang diperlukan
untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan (error) dalam software. Maintanability juga
disebut sebagai pemeliharaan sistem (system maintenance).
System maintenance atau pemeliharaan sistem dapat didefinisikan sebagai proses
monitoring, evaluasi dan modifikasi dari sistem yang tengah beroperasi agar dihasilkan
performa yang dikehendaki.
Menurut ISO (international organization for standarization) 9126, software berkualitas
memiliki beberapa karakteristik seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel 1. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126
Karakteristik Sub karakteristik
Functionality :
Software untuk menjalankan fungsinya
sebagimana kebutuhan sistemnya.
Suitability, accuracy,
interoperability, security
Reliability : Maturity, Fault tolerance,
Recoverability
Kemampuan software untuk dapat tetap
tampil sesuai dengan fungsi ketika
digunakan.
Usability :
Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan
sumberdaya.
Understanbility, Learnability,
Operability, Attractiveness
Efficiency :
Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan
sumberdaya.
Time behaviour, Resource
Utilization
Maintainability :
Kemampuan software untuk dimodifikasi
(korreksi, adaptasi, perbaikan)
Analyzability, Changeability,
Stability, Testability
Portability :
Kemampuan software untuk ditransfer dari
satu lingkungan ke lingkungan lain.
Adaptability, Installability
Seperti yang terlihat pada tabel diatas, karakteristik Maintanability terdiri dari sub-sub
karakteristik lain seperti:
Analyzability,
Analysability merupakan kemudahan untuk menentukan penyebab kesalahan.
Changeability,
Changebility merupakan kualitas lain dari Flexibility yang berarti kemudahan
dilakukannya perubahan atau modifikasi terhadap software
Stability dan Testability.
Tidak berarti perangkat lunak itu tidak pernah berubah. Hal ini berarti juga terdapat resiko
yang kecil pada modifikasi perangkat lunak yang memiliki dampak tidak diduga.
Berdasarkan uraian diatas maka, terdapat tiga alasan pentingnya pemeliharaan
sistem atau system maintenance:
1. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan untuk memperbaiki isu-isu yang terjadi pada saat sistem
dijalankan, sebagai contoh, maintenance dapat digunakan utuk mencari kesalahan pada saat
menjalankan program atau terjadi kelemahan selama proses pengembangan yang tidak
dapat dideteksi, sehingga kerusakan tersebut dapat diperbaiki.
2. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Evaluasi sesaat setelah sistem berjalan adalah salah satu kegiatan maintenance yang
dilakukan secara berkala. Ini bertujuan untuk memastikan agar sistem terus berjalan dengan
baik dan terus meningkatkan pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem.
3. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system
maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena
adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga, system maintenance
menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi-modifikasi sistem yang
dilakukan.
Secara singkat, system maintenance menjadi urgen karena pada system maintenance
terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan oranisasi
terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat dua sistem ERP yang dimiliki oleh PT. Yongjin yaitu YJ ERP yang merupakan
insourcing dari internal perusahaan dan HJ ERP yang merupakan outsourcing yang
dikelola oleh outsourcing dari induk perusahaan Yongjin yaitu Hojeon Limited. Hal ini
dilakukan agar dapat menghemat biaya operasional dengan memanfaatkan sumber daya
perusahaan untuk membuat sistem sederhana agar menunjang bagian office dan untuk
meningkatkan efektifitas operasional perusahaan menggunakan outsourcing yang
konsultannya dibiayai oleh perusahaan induk Yongjin, yaitu Hojeon Limited.
2. Dengan adanya 2 sistem yang berbeda namun tidak terintegrasi secara langsung,
perusahaan tetap dapat meningkatkan efektifitas kerjanya dan melakukan efisiensi biaya.
Hal ini dapat dilihat langsung dengan operasional dan back office perusahaan yang tetap
berjalan dengan baik dan saling berhubungan dengan adanya standard operational
procedure perusahaan yang mendukung terjadinya integrasi secara tidak langsung antara
YJ ERP dan HJ ERP
3. Keunggulan penggunaan outsourcing sistem informasi dalam menjalani fungsi bisnis
yaitu: mendapatkan teknologi yang terkini, memenuhi kebutuhan SDM TI yang terampil,
waktu pembangunan dan penyebaran layanan TI lebih cepat, fleksibilitas dalam hal
teknologi dan fitur-fitur, meningkatkan cash flow management, dan penghematan biaya.
4. Pertimbangan perusahaan dalam memilih outsourcing adalah harga, reputasi yang baik
dan pengalaman dari pihak provider outsourcing, tenaga kerja yang dimiliki oleh pihak
provider, pengetahuan pihak provider mengenai bentuk dari kegiatan bisnis perusahaan,
dan eksistensinya.
DAFTAR PUSTAKA
O'Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12.
Salemba Empat. Jakarta.
O'Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2006). Introduction to Information Systems, 7th Ed.,
McGraw-Hill/Irwin. New York.
IT Governance Domain Practices and Competencies, 2005. Governance of
Outsourcing, The IT Governance Institute
Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar,
Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
Kadir, A. dan Triwahyuni, T. Ch. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Lotte, Luckhy. 2010. Perbandingan Implementasi Outsourcing, Insourcing dan
Consourcing dan Dalam Pengembangan Sistem Informasi. Institut Pertanian Bogor.