ltm promkes2
TRANSCRIPT
Fenomena di Komunitas yang Tidak Selalu Menggunakan Pengobatan Medis, Tetapi juga
Menggunakan Terapi Non Medikal
Akhir-akhir ini, komunitas tidak selalu menggunakan pengobatan yang bersifat medis
(pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, ditujukan secara
langsung untuk mengobati penyakitnya), tetapi dengan alasan tertentu mereka akan
menggunakan terapi non medikal (terapi yang bersifat alami, tanpa adanya efek samping, tidak
ditujukan untuk mengobati penyakit secara langsung, tetapi untuk meningkatkan stamina tubuh,
memperbaiki sistem kekebalan tubuh, melancarkan peredaran darah, dan mengaktifkan unsur
antibodi yang mulai aus). Fenomena ini mendapat perhatian yang cukup terutama bagi seorang
perawat yang dalam kesehariannya bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pada LTM ini, akan diuraikan pendapat saya, selaku calon perawat, dalam melihat
fenomena tersebut.
Pada kasus tersebut dijelaskan bahwa masyarakat di komunitas mempunyai alasan
tertentu ketika menggunakan terapi non medikal. Hal yang pertama saya lihat adalah apa saja
alasan-alasan masayarakat mrnggunakan terapi non medikal.beberapa sumber menjelaskan,
bahwa alasan masyarakat menggunakan terapi non medikal adalah:
1. Efek samping yang akan ditimbulkan dari pengobatan medis karena seperti yang telah
diketahui bahwa menggunakan pengobatan medis menggunakan bahan-bahan kimia yang
berfek samping terhadap organ tubuh yang lain.
2. Besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Pada pengobatan medis, umumnya
berjalan cepat. Oleh karena itu, klien diharuskan untuk mengkonsumsi obat tertentu secara
terus menerus. Hal itulah yang membuat klien harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk
membeli obat tersebut yang rata-rata harganya lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan
medikal.
3. Kondisi setiap klien berbeda sehingga responnya terhadap obat juga berbeda.
4. Pengobatan atau terapi non medikal mudah didapatkan, tidak seperti pengobatan medis yang
harus ditangani terlebih dahulu oleh tenaga kesehatan, dan masih banyak lagi alasan-alasan
lainnya.
Alasan-alasan di atas merupakan gambaran dari persepsi klien, dan persepsi tersebut
dilakuka dengan menggunakan terapi medikal. Hal tersebut merupakan hak klien, dan perawat
harus menghormatinya. Hak yang dilakukan klien tersebut merupakan bagian dari prinsip moral
yakni prinsip otonomi. Menurut Potter, P.A., & Perry, A.G.(2005), prinsip otonomi mengacu
pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat harus menghargai harkat dan martabat klien
sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Salah satu cara
menghargai hak klien tersebut adalah dengan menghormati klien dalam mengambil keputusan.
Perawat juga memperlakukan klien dengan pertimbangan. Apabila klien memutuskan untuk
menggunakan terapi non medikal saja, perawat harus menghormatinya dengan pertimbangan
bahwa terapi non medikal tersebut masuk akal dan tidak membahayakan.
Selain klien yang menggunakan terapi non medikal saja, terdapat juga klien yang
menggunakan pengobatan medis dan terapi non medikal. Seperti yang telah dijelaskan oleh ibu
Widyatuti dalam kuliah umum tanggal 26 September 2012 kemarin, perawat dalam menghadapi
klien ini harus mengatur waktu pemberian obat. Misalnya, klien pada jam 08.00 pagi memakan
obat dari dokter (medis), maka klien tersebut boleh memakan obat atau ramuan dari terapi non
medikal, minimal dua jam, yakni jam 10.00 pagi. Hal tersebut dimaksudkan agar efek dari obat
yang dimakan klien pertama kali, dapat bekerja dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawat berperan penting dalam
pemberian asuhan keperawatan. Pada pemberian asuhan keperawatan tersebut, perawat harus
mengetahui hak-hak klien. Pada kasus di atas, sebaiknya perawat terlebih dahulu memberikan
edukasi kepada klien tentang kelebihan dan kekurangan dari pengobatan medis dan terapi non
medikal. Apabila klien tetap pada persepsinya, maka perawat tidak boleh memaksakan klien.