ltm kkmp pengorganisasian masyarakat.docx
TRANSCRIPT
Pengorganisasian masyarakat (Organizing People)Ria Febriyeni, 1006770942
KKMP C FIK UI 2010
Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses di mana masyarakat dapat
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari
kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan
sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar,
dengan usaha secara gotong-royong (S. Notoatmodjo, 1997 dalam Effendi, 2009).
Fokus umum pengorganisasian masyarakat adalah pada perubahan sistem,
peraturan, norma sosial, atau hukum yang pada akhirnya akan mengubah legalitas
dan penerimaan sosial terhadap perilaku (Bensley, 2009). Pengorganisasian
masyarakat membutuhkan langkah-langkah konkrit dari awal hingga akhirnya
masyarakat tersebut benar-benar terorganisasi. Menurut McKenzie dkk (2005)
dalam bukunya An Introduction too Community Health dijelaskan 10 langkah
dalam pengorganisasian dan pembangunan masyarakat, yaitu recognizing the
issue, gaining entry into the community, organizing the people, assessing the
community, determining the priorities and setting goals, arriving at a solution and
selecting intervention strategies, implementing the plan, evaluating the outcomes
of the plan action, maintaining the outcomes in the community, looping back.
Tulisan ini secara khusus akan membahas mengenai organizing people.
Adi Sasongko, 1978 dalam Effendy, 1998 menyebutkan langkah-langkah
dalam pengorganisasian masyarakat, yaitu (1) persiapan sosial yang terdiri dari
pengenalan masyarakat, pengenalan masalah, dan penyadaran masyarakat. (2)
pelaksanaan. (3) evaluasi. (4) perluasan. Dalam hal ini dapat dimaknai bahwa
organizing people berada pada tahap persiapan sosial yaitu dalam hal pengenalan
masyarakat dan penyadaran masyarakat. Pendapat kedua ahli tersebut sebenarnya
memiliki tujuan yang sama dengan langkah yang sedikit berbeda.
Tahap pengenalan masyarakat dapat dilakukan melalui jalur formal, sebagai
pihak yang bertanggung jawab secara teknis administratif dan birokratif suatu
wilayah yang akan dijadikan daerah binaan. Pendekatan terhadap formal leader
umumnya melalui pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap
wilayah tersebut dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau instansi
terkait. Pendekatan ini didahului melalui surat permohonan dan proposal kegiatan.
Langkah selanjutnya yaitu mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh
informal di wilayah tersebut seperti sesepuh, pemuka agama, guru, tokoh pemuda,
ketua PKK, kader kesehatan dan sebagainya. Perawat komunitas datang ke
tengah-tengah masyarakat dan menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang
akan dilakukan dalam melaksanakan pembinaan perawatan kesehatan masyarakat.
Hal ini penting dilakukan karena masyarakat Indonesia masih bersifat
paternalistik, dengan dikenalnya pemimpin-pemimpin masyarakat formal dan
informal, diharapkan penyebaran gagasan dan kegiatan mendapatkan dukungan
penuh dari masyarakat, sehingga mereka berpartisipasi secara penuh dalam
kegiatan tersebut.
Tahap penyadaran masyarakat bertujuan untuk menyadarkan masyarakat
agar mereka tahu dan mengerti masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi
sehingga dapat berpartisipasi dalam penanggulangannya serta tahu cara memenuhi
kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber
daya yang ada. Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka
akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan
terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dalam rangka menyadarkan masyarakat, yaitu Lokakarya Mini Kesehatan,
Musyawarah Masyarakat Desa. (MMD), dan Rembuk Desa.
Pengorganisasian masyarakat bertujuan agar masyarakat mampu mandiri
dalam menyelesaikan masalah yang ada di komunitas. Dalam hal ini, pemimpin-
pemimpin formal dan juga informal di masyarakat menjadi kelompok inti yang
menentukan keberhasilan pemecahan masalah di komunitas. Orang-orang yang
memiliki perhatian besar dan yakin bahwa masalah yang ada dapat diselesaikan.
Mereka disebut juga sebagai “executive participant” (McKenzie dkk, 2005).
Kelompok inti inilah yang nantinya akan merekrut masyarakat yang mendapat
efek dari masalah tersebut untuk bersama-sama menemukan solusi yang dirasa
tepat.
Walaupun pembentukan kelompok inti penting, tetapi tidak akan mampu
bekerja sendiri tanpa masyarakat. Oleh karena itu perawat komunitas perlu
mengadakan pertemuan atau pengenalan kegiatan yang akan dilakukan di daerah
tersebut. Perawat harus menjelaskan kepada masyarakat mengenai kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dan peran serta masyarakat didalamnya.
Pencerdasan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan atau di tempat-
tempat pelayanan masyarakat seperti sekolah, balai desa, atau di tempat ibadah
(McKenzie dkk, 2005).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan masyarakat, yaitu (1)
mengenal orang-orang yang berpengaruh terhadap masalah dan mencoba untuk
menyelesaikannya. (2) memberikan reward kepada volunteer yang terlibat. (3)
volunteer hanya dalam waktu singkat. (4) menempatkan relawan sesuai
kemampuan dan keahlian mereka. (5) mengadakan pelatihan untuk para volunteer
agar mereka nyaman dalam melaksanakan kegiatan (McKenzie dkk, 2005).
Ketika kelompok inti digabung dengan volunteer maka akan membentuk
sebuah kelompok yang disebut asosiasi atau a task force. Hal penting dalam suatu
asosiasi dan pengorganisasian masyarakat adalah koalisi.
Koalisi masyarakat didefinisikan sebagai sekelompok individu yang
mewakili berbagai organisasi, golongan, atau pihak tertentu dalam masyarakat
yang setuju untuk bekerjasama guna mencapai suatu tujuan bersama. Koalisi
dicirikan sebagai aliansi formal, multitujuan, dan jangka panjang (Bensley, 2009).
Besar keanggotaannya beragam, tetapi suatu koalisi masyarakat selalu melibatkan
baik organisasi profesional maupun organisasi dasar (grassroot).
Sebagai kelompok yang berorientasi pada tindakan, koalisi berfokus pada
pengurangan atau pencegahan masalah masyarakat dengan (1) menganalisis
masalah, (2) mengidentifikasi dan menerapkan solusi, dan (3) menciptakan
perubahan sosial. Fungsi khusus koalisi mencakup perencanaan, advokasi,
pemberian layanan, promosi kesadaran publik, promosi pengurangan risiko,
penyelenggaraan pendidikan profesional, jejaring kerja, pembinaan kemitraan,
dan perwujudan perubahan komunitas (Bensley, 2009).
Daftar PustakaBensley, Robert J & Fisher, J.B. 2009. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Edisi 2. Editor Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Editor: Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
McKenzie, James F et al. 2005. An Introduction to Community Health 5th ed. Sudbury, Massechusetts: Jones and Bartlett Publishers.
.