agama dan masyarakat.docx

29
A. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali akal dan nafsu perlu membekali diri dengan agama supaya menjadi manusia yang lebih baik bagi sesama manusia berkelompok atau bermasyarakat . Manusia sebagai makhluk sosial atau bermasyarakat butuh individu atau manusia lain karna manusia tidak akan mampu hidup sendiri ia butuh orang lain .manusia perlu bermasyarakat dan saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain dalam kelompok sosial maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup nya dan untuk berkembang. Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi). Agar 1

Upload: ahmadsuhaemy

Post on 30-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: agama dan masyarakat.docx

A. Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali akal

dan nafsu perlu membekali diri dengan agama supaya menjadi manusia yang lebih

baik bagi sesama manusia berkelompok atau bermasyarakat .

Manusia sebagai makhluk sosial atau bermasyarakat butuh individu atau

manusia lain karna manusia tidak akan mampu hidup sendiri ia butuh orang

lain .manusia perlu bermasyarakat dan saling berhubungan atau berinteraksi satu

sama lain dalam kelompok sosial maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

hidup nya dan untuk berkembang.

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki

potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan

senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah,

atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman.

Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui

pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan

hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau

implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau

menggunakan narkoba dan main judi). Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam

arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus

dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-

nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu

mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu

karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan

hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu kami

mengangkat judul makalah agama dan masyarakat.

1

Page 2: agama dan masyarakat.docx

B. Pengertian Agama

Agama pada umumnya ialah:

a. Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar

manusia.

b. Tata peribadahan manusia kepada yang dianggapnya mutlak.

c. Tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam

lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan

termaksud di atas.1

Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan,

kekuasaan, atau kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a” yang

artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama

juga merupakam terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya

kepercayaan dan penyembahan Tuhan.2

Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya

makna dari keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta.

H. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan,

peraturan, undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan,

perhitungan, hari kiamat, nasihat, sedangkan Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J

mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama dengan religi, religi adalah

ikatan atau pengikatan diri.3

Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat,

agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan

konflik dalam sejarah umat manusia.

1 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat Dan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hal.172

2 Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 123 Ibid., hal. 39

2

Page 3: agama dan masyarakat.docx

Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan

oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi

sebagai berikut:4

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang

harus dipatuhi.

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi

perbuatan-perbuatan manusia.

d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup

tertentu.

e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber

pada suatu kekuatan gaib.

g. Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut

terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

h. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.

Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang

dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar

C. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu

sama lain. Masyarakat (sebagaiterjemahanistilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut.Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab,

musyarak.Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-

hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang

4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2005), hal.13

3

Page 4: agama dan masyarakat.docx

interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat

digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu

komunitas yang teratur.5

Menurut SyaikhTaqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat

dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan,

sertasistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia

kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan caraut amanya dalam

bermata pencaharian. Pakar ilmu social mengidentifikasikan ada: masyarakat

pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan

masyarakat agrikulturalintensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku,

chiefdom, dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang

berartiteman, sehinggaarti society berhubungan erat dengan kata sosial.

Secaraimplisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya

mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan

bersama.6

D. Hubungan Agama dengan Masyarakat

Telah kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat

yang juga berhubungan dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang

ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat

dalam melestraikan budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan

5 Mahmud. Sosiologi Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) hal.1676 Horton and Hunt. Sociology. (Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. 1996), hal.64

4

Page 5: agama dan masyarakat.docx

upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga

kelestariannya.

Hal ini membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan

budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah

agama dan melestarikan kebudayaannya.Selain itu masyarakat juga turut

mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah

yang menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap

terpelihara.

Selain itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan.

Maksudnya hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan

masyarakat akan membentuk kehidupan yang harmonis,karena ketiganya

mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin

beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan yang ada,hati dan pikiran kita

pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi lebih baik

seperti memelihara dan menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh negara lain.

Namun sekarang ini agamanya hanyalah sebagi symbol seseorang saja.

Dalam artian seseorang hanya memeluk agama, namun tidak menjalankan segala

perintah agama tersebut. Dan di Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan

baru yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar

memeluk agama tersebut. Dari banyaknya kepercayaan-kepercayaan baru yang

ada di Indonesia, diharapkan pemerintah mampu menanggulangi masalah tersebut

agar masyarakat tidak tersesaat di jalannya. Dan di harapkan masyarakat Indonesia

dapat hidup harmonis, tentram, dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan

lainnya.7

E. Kaitan Agama Dalam Masyarakat

7 Cipta Destiara, Fungsi Agama dan Masyarakat Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta : tp, 2013), hlm. 32

5

Page 6: agama dan masyarakat.docx

Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat

dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan keseluruhannya

secara utuh.

1.   Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral

Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota

masyarakatnya menganut agama yang sama. Sebab itu, keanggotaan mereka dalam

masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke

dalam kelompok aktivitas yang lain.

Sifat-sifatnya: agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem

masyarakat secara mutlak, nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan

menghalangi perubahan dalam masyarakat dan agama menjadi fokus utama

pengintegrasian dan persatuan masyarakat secra keseluruhan yang berasal dari

keluarga yang belum berkembang.

2.      Mayarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang

Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi. Agama

memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat,pada saat yang

sama, lingkungan yang sakral dan yang sekular masih dapat dibedakan. Fase

kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu. Di pihak lain, agama tidak

memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas sehari-hari, agama hanya

memberikan dukungan terhadap adat-istiadat.

Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya akan

mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis dan

teknologis dan tentu akan kurang baik. Karena adlam tingkah laku, tentu unsur

rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang melibatkan

unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia (transdental), seperangkat

symbol dan keyakinan yang kuat, dan hal ini adalah keliru. Karena justru

sebenarnya, tingkah laku agama yang sifatnya tidak rasional memberikan manfaat

bagi kehidupan manusia.

6

Page 7: agama dan masyarakat.docx

Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada

manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat.

Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu

jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam

sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu

aspek kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar

mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam

beberapa hal penting bersifat keagamaan. Adanya organisasi keagamaan, akan

meningkatkan pembagian kerja dan spesifikasi fungsi,juga memberikan

kesempatan untuk memuaskankebutuhan ekspresif dan adatif.8

F. Cara Beragama

1. Tradisional , yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti

cara beragama nya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan

sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal

keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama bahkan

tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal

keagamaannya.

2. Formal , yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di

lingkungan atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragama

orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh, pada umumnya tidak

kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya. Mudah bertukar

agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.

3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.

Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agama

dengan pengetahuan, ilmu ,dan pengamalannya.

4. Metode pendahulu, yaitu cara beragamaberdasarkan penggunaan akal dan

hati (perasaan) di bawah wahyu ,untuk itu mereka selalu berusaha

8 Ibid, hlm.34

7

Page 8: agama dan masyarakat.docx

memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu ,pengamalan dan

penyebaran (dakwah). Merekaselalu mencari ilmu dulu kepada orang yang

di anggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang

di bawa oleh utusan misalnya Nabi atau Rasul sebelum mereka

mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu

semua .9

G. Fungsi Agama dalam Masyarakat

Agama juga merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap

manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu,

secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam

mengarungi kehidupannya sehari-hari. Adapun fungsi agama adalah sebagai

berikut :10

1. Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka

acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-

sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan

memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan

supramanusiawi dan ukhrowi.

2. Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama

menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota

beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang

membantu mempersatukan mereka.

3. Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia

tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam

tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan

berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di

mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti

9Adeng Mucthar Ghazali, Agama dan Keberagaman dalam  Konteks Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal. 51

10Cipta Destiara, Op.Cit, hlm.37-38

8

Page 9: agama dan masyarakat.docx

pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh

keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai

tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca

kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua,

bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang

tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-

minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak

berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten

dengan suara hatinya.

4. Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum)

berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar

pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang

baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.

5. Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan

dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi

kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama

Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme

(ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi

berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak?

Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama)

harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti

terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang

menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak

cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain

mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana

keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai

dengan terbuka dan jujur serta setara.

6. Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang

yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian

9

Page 10: agama dan masyarakat.docx

dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus

bertaubat dan mengubah cara hidup.

7. Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka

terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan,

keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong

untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem

kehidupan yang ada.

8. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius

dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar

“Civil Society” (kehidupan masyarakat) yang memukau.

9. Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi

seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini

seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai

dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

10. Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan

untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan

hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

11. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan

segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga

bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-

norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu

adalah ibadah.

H. Dimensi Komitmen Agama

Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen

agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan,

praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.

10

Page 11: agama dan masyarakat.docx

1. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang

yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia

akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.

2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti,

yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.

Ini menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat

upacara keagamaan, perbuatan religius formal, dan perbuatan mulia.

Kedua, berbakti tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta

relatif spontan.

3. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama

mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius

pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan

subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun

singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.

4. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-

orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-

ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan

tradisi-tradisi keagamaan mereka.

5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah

laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.11

I. Pelembagaan Agama

Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing,

membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan

Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya

1. Islam : MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya

Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan cendikiawan Islam di

Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin

di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7

11 Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 39

11

Page 12: agama dan masyarakat.docx

Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta,

Indonesia.

2. Kristen : Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) (dulu disebut Dewan

Gereja-gereja di Indonesia – DGI) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta

sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk

mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-

pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah

“mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”

3. Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI atau Kawali) adalah

organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia dan

bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral

memimpin umat Katolik Indonesia. Masing-masing Uskup adalah otonom

dan KWI tidak berada di atas maupun membawahi para Uskup dan KWI

tidak mempunyai cabang di daerah. Keuskupan bukanlah KWI daerah.

Yang menjadi anggota KWI adalah para Uskup di Indonesia yang masih

aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja melalui komisi-

komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI

berjumlah 36 orang, sesuai dengan jumlah keuskupan di Indonesia (35

keuskupan) ditambah seorang uskup dari Ambon (Ambon memiliki 2

uskup)

4. Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia ( Parisada ) ialah: Majelis

tertinggi umat Hindu Indonesia.

5. Budha : MBI Majelis Buddhayana Indonesia adalah majelis umat Buddha

di Indonesia. Majelis ini didirikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita pada

hari Asadha 2499 BE tanggal 4 Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara

Buddha Gaya, Watugong, Ungaran, Jawa Tengah, dengan nama

Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) dan diketuai oleh Maha

Upasaka Madhyantika S. Mangunkawatja.

12

Page 13: agama dan masyarakat.docx

6. Konghucu : MATAKIN Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu

di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955. Keberadaan umat

beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di

Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu,

bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa

ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung

sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di

antara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman

dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan

Agama Negara .12

J. Konflik Yang Ada Dalam Agama

Berbagai konflik diantara agama-agama dipaparkan secara khusus:

1. Konflik antara Yahudi dan Nasrani. Walaupun sumber konflik ini

didasarkan atas kitab suci namun justru unsur dogmatis agama ini sangat

mendukung pengambaran konflik yang terjadi. Menurut versi Yahudi,

Nasrani adalah agama yang sesat karena menganggap Yesus sebagai

mesias (juru selamat). Dalam pandangan Yahudi sendiri Yesus adalah

penista agama yang paling berbahaya karena menganggap dirinya adalah

anak Allah, sampai akhirnya otoritas Yahudi sendiri menghukum mati

Yesus dengan cara disalibkan, sebuah jenis hukuman bagi penjahat kelas

kakap pada waktu itu. Sedangkan menurut pandangan Kristen, umat

Yahudi adalah umat pilihan Allah yang justru menghianati Allah itu

sendiri. Untuk itu Yesus datang ke dunia demi menyelamatkan umat

tersebut dari murka Allah. Dalam beberapa kesempatan, misalnya, ketika

Yesus mengamuk di bait Allah karena dipakai sebagai tempat berjualan,

atau dalam kasus lain yaitu penolakan orang Israel terhadap ajaran Yesus.

12 Ibid, hlm.40

13

Page 14: agama dan masyarakat.docx

2. Konflik Islam-Kristen. Konflik ini pada awalnya diilhami oleh kepercayaan

bahwa Islam memandang Nasrani sebagai agama kafir karena

mempercayai Yesus sebagai anak Allah, padahal dalam ajaran Islam Nabi

Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang pamornya kalah dari nabi utama

mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini pada awalnya hanya pada tataran

kepercayaan saja, namun ketika unsur politis, ekonomi, dan budaya masuk,

maka konflik yang bermuara pada pecahnya Perang Salib selama beberapa

abad menegaskan rivalitas Islam-Kristen sampai sekarang. Konflik itu

sendiri muncul ketika Agama Kristen dan Islam mencapai puncak

kejayaannya berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika itu Islam yang

berusaha meluaskan pengaruhnya ke Eropa, mendapat tantangan dari

Nasrani yang terlebih dahulu ada dan telah mapan. Puncak pertempuran itu

sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci Jerusalem yang akhirnya

dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan, Islam kemudian berhasil

merebut Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia pada

saat itu.

3. Konflik antara Yahudi-Islam yang masih hangat dalam ingatan kita.

Konflik ini berawal dari kepercayaan orang Yahudi akan tanah yang

dijanjikan Allah kepada mereka yang dipercayai terletak di daerah Israel,

termasuk Yerusalem, sekarang. Pasca perbudakan Mesir, ketika orang

Yahudi melakukan eksodus ke Mesir namun kemudian malah diperbudak

sampai akhirnya diselamatkan oleh Musa, orang Yahudi kemudian kembali

ke tanah mereka yang lama, yaitu Israel. Akan tetapi, pada saat itu orang

Arab telah bermukim di daerah itu. Didasarkan atas kepercayaan itu,

kemudian orang Yahudi mulai mengusir Orang Arab yang beragama Islam

itu. Inilah sebenarnya yang menjadi akar konflik Israel dan Palestina dalam

14

Page 15: agama dan masyarakat.docx

rangka memperebutkan Jerusalem. Konflik ini semakin panas ketika unsure

politis mulai masuk.13

K. Faktor Konflik Agama

Terjadinya konflik tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu :

1. Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini

menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya

amandemen UUD 45 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi

agama tertentu.

2. Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang

lainnya ataupun sesame pemeluk agama.

3. Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar

pemeluk agama.14

L. Upaya Antisipasi Konflik Agama

Upaya yang perlu ditempuh unuk menantisipasi konflik agama antara

lain :

1. Menurut Jusuf Kalla, dalam menangani konflik antaragama, jalan terbaik

yang bisa dilakukan adalah saling mentautkan hati di antara umat

beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh,

serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa

misi kedamaian.

2. Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang

sama didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat

13Neltje F Katuuk Haryawantiyoko, MKDU Ilmu Sosial Dasar. (Jakarta:Penerbit Gunadarma, 1996), hal.52.

14Ibid, hlm.53

15

Page 16: agama dan masyarakat.docx

tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan

tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial

ekonomi tertentu.

3. Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus

berbaur

atau membaur atau dibaurkan.

4. Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan

atau dibuat seminim mungkin.

5. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan

sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.

6. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya

kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari

pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.15 

M. Kesimpulan

1. Pengertian agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah system

yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan

manusia serta lingkungannya.

2. Peter l. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks

hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri

berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk

suatu kesatuan .

3. Agama mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan

utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan

melestarikan kebudayaannya.

4. Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat

dapat mencerminkan tiga tipe, yaitu masyarakat yang terbelakang dan nilai-

nilai sacral, masyarakat-masyarakat perindustrian yang sedang berkembang.

15 Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 38

16

Page 17: agama dan masyarakat.docx

5. Cara beragama masyarakat Indonesia adalah tradisional, formal, rasional,

metode pendahuluan.

6. Fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai pengukuhan nilai-nilai,

penentu, sosialisasi individu, pendidikan, penyelamat, perdamaian, kontrol

sosial, pemupuk rasa solidaritas, pembaharuan, kreatif, sublimatif.

7. Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen

agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa

keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.

8. Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing,

membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan

Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya adalah MUI, PGI, KWI,

Parisada, MBI, Matakin.

9. Konflik yang terjadi antara umat beragama diantaranya konflik antar yahudi

dan nasrani, konflik islam dan Kristen, konflik yahudi dan islam.

10. Faktor konflik umat beragama adalah tida mengamalkan pancasila, kurang

menghormati antar umat beragama, adanya kesalahpahaman anatar umat

beragama.

11. Upaya antisipasi konflik agama adalah saling mentautkan hati, tidak adanya

pengelompokan etnis, berbaur.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Gama Media, 2005.

17

Page 18: agama dan masyarakat.docx

Adeng Mucthar Ghazali, Agama dan Keberagaman dalam  Konteks Perbandingan Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Cipta Destiara, Fungsi Agama dan Masyarakat Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : tp, 2013.

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat Dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.

Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Horton and Hunt. Sociology. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. 1996.

Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Mahmud. Sosiologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Neltje F Katuuk Haryawantiyoko, MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:Penerbit Gunadarma, 1996.

18