lp urosepsis

26
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR TIBIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Surgical di Ruang 19 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang OLEH : SHINTA ARDIANA PUSPITASARI 115070201111021 KELOMPOK 2 REGULER 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: shinta-nyil-unyil

Post on 29-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Urosepsis. Untuk Memenuhi Tugas Blok Sistem Eksresi.Tahun Aajaran 2015.

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Urosepsis

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR TIBIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Surgical di Ruang 19 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

OLEH :

SHINTA ARDIANA PUSPITASARI

115070201111021

KELOMPOK 2

REGULER 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Lp Urosepsis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di

belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung

pada dinding abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),

jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal

kanan.Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –

laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap –

tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri

atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang

mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus –

tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus

pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Page 3: Lp Urosepsis

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan

lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar

dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang

memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat

teratur.Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian

tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal

karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang

semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena

membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian

berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

Fungsi ginjal adalah mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang

mengandung nitrogennitrogen (misalnya amonia), mengekskresikan zat – zat yang

jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat –

obatan, bakteri dan zat warna), mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara

osmoregulasi, dan mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan

kelebihan asam atau basa.

2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5

cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam

rongga pelvis.Lapisan dinding ureter terdiri dari :Dinding luar jaringan ikat (jaringan

fibrosa), lapisan tengah otot polos, lapisan sebelah dalam lapisan mukosa, lapisan

dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang

akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh

ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke

dalam kandung kemih.Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia

muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada

tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh

darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.Bentuk kandung kemih

seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika

umbikalis medius.Bagian vesika urinaria terdiri dari :

Page 4: Lp Urosepsis

a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian

ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat

duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan

ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium

(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa

(lapisan bagian dalam).

4. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih

yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.Pada laki- laki uretra berjalan berkelok

– kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang

menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :Uretra Prostaria, Uretra membranosa,

Uretra kavernosa. Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling

dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit

kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika

muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena,

dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di

sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai

saluran ekskresi.

2. Definisi Urosepsis

Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius

sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septik. Insiden urosepsis 20-30 % dari

seluruh kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari komplikasi infeksi di traktus

urinarius.

Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan sepsis

Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,

policystic kidney disease

Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus

urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi

Instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,

prosedur urologik.

Page 5: Lp Urosepsis

Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral

Abnormalitas metabolik Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia

Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,

neutropenia.

Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena itu

pertolongan harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan komplikasi

lebih lanjut.

3. Etiologi Urosepsis

Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan

kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram

negatif seperti Eschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella dan Enterobacter

(15%), dan Pseudomonas aeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi

frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%. Penelitian The European Study Group on

Nosocomial Infections (ESGNI-004 study) dengan membandingkan antara pasien yang

menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan bahwa E.coli sebanyak 30,6% pada

pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida spp 12,9% pada pasien

dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien dengan

kateter dan 4,1% pada non-kateter.

Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan

immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang

menerima obat-obatan antikanker dan imunosupresan.

4. Faktor resiko Urosepsis

Sejumlah faktor meningkatkan risiko mengembangkan urosepsis. Tidak semua

orang dengan faktor risiko akan mendapatkan urosepsis. Faktor risiko untuk urosepsis

meliputi:

Tingkat lanjut usia sistem kekebalan tubuh berkompromi karena kondisi seperti HIV

dan AIDS, minum kortikosteroid, transplantasi organ, atau kanker dan pengobatan

kanker

Diabetes

Tinja inkontinensia (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar)Jenis kelamin

perempuan

Page 6: Lp Urosepsis

Imobilitas

Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau retensi urin

Penyakit ginjal polikistik

Kehamilan

Operasi atau prosedur yang melibatkan saluran kemih

Obstruksi saluran kemih oleh batu, pembesaran prostat, penyebab uretra jaringan

parut, atau lainnya

Penggunaan kateter untuk mengalirkan urin

5. Patofisiologi Urosepsis

Patogenesa dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya endotoksin,

suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang masuk ke dalam sirkulasi

darah. Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang akan menyebabkan:

1. Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa sitokin,

antara lain tumor necrosis factor alfa (TNF α) dan interlaukin I (IL I). Sitokin inilah

yang memacu reaksi berantai yang akhirnya dapat menimbulkan sepsis dan jika tidak

segera dikendalikan akan mengarah pada sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya

mengakibatkan disfungsi multiorgan atau multi organs dysfunction syndrome (MODS).

2. Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan terjadinya

agregasi trombosit dan produksi radikal bebas, serta mengaktifkan faktor-faktor

koagulasi.

3. Perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen. Karena

terdapatnya resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam darah tidak dapat

masuk ke dalam jaringan sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel akan glukosa

terjadi proses glukoneogenesis yang bahannya berasal dari asam lemak dan asam

amino yang dihasilkan dari katabolisme lemak berupa lipolisis dan katabolisme

protein.

6. Manifestasi Klinis Urosepsis

Diagnosis dari urosepsis dibuat berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,

laboratorium dan rontgenologik. Dari anamnesa, data yang positif adalah adanya

demam, panas badan dan menggigil dengan didahului atau disertai gejala dan tanda

obstruksi aliran urin seperti nyeri pinggang, kolik dan atau benjolan diperut atau

pinggang. Hanya 1/3 pasien yang mengeluh demam dan menggigil dengan hipotensi.

Keluhan febris yang terjadi setelah gejala infeksi saluran kencing bagian bawah yaitu

polakisuria dan disuria juga sangat mencurigakan terjadinya urosepsis. Demikian pula

febris yang menyertai suatu manipulasi urologik.

Page 7: Lp Urosepsis

Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan dapat sangat bervariasi berupa takipneu,

takikardi, dan demam kemerahan dengan gangguan status mental. Pada keadaan yang

dini, keadaan umum penderita masih baik, tekanan darah masih normal, nadi biasanya

meningkat dan temperatur biasanya meningkat antara 38-40 C.

Urosepsis banyak gejala yang sama seperti jenis lain sepsis, termasuk detak jantung

yang cepat, napas cepat, denyut nadi lemah, berkeringat banyak, kecemasan yang tidak

biasa, perubahan status mental atau tingkat kesadaran, dan penurunan atau output urin

absen saham. Sebelum perkembangan gejala ini, Anda mungkin mengalami gejala

infeksi saluran kemih.

Gejala umum dari infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih bervariasi dari

individu ke individu.Gejala infeksi saluran kemih yang umum termasuk:

• Nyeri perut, panggul atau punggung atau kram

• Urin berdarah atau merah muda (hematuria)

• Sulit atau buang air kecil sakit, atau rasa panas saat kencing (disuria)

• Demam dan menggigil

• Urin yang berbau busuk

• Sering buang air kecil

• Nyeri selama hubungan seksual

• Mendesak kebutuhan untuk buang air kecil

Gejala infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, termasuk rasa panas saat buang air

kecil, kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi sering atau mendesak, urin keruh, dan

ketidaknyamanan perut panggul atau lebih rendah. Demam mungkin ada. Jika

pielonefritis (infeksi ginjal) hadir, punggung atau nyeri perut, mual dan muntah, demam

tinggi, menggigil, berkeringat di malam hari, dan kelelahan juga dapat terjadi. Gejala-

gejala tersebut bisa mendahului pengembangan urosepsis.

Sepsis yang telah lanjut memberikan gejala atau tanda-tanda berupa gangguan beberapa

fungsi organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi kardiovaskuler, ginjal, pencernaan,

pernapasan dan susunan saraf pusat.

Tabel 2. Definisi Sepsis

Keadaan Kriteria

Page 8: Lp Urosepsis

SIRS (Systemic

Inflammatory

Respond

Syndrome)

Terdapat paling sedikit dua dari beberapa kriteria dibawah ini :

1. suhu tubuh > 38 ° C atau <>

2. Denyut nadi > 90 x/’

3. Frekuensi nafas > 20 x/’ atau PaCO2 <>

4. Leukosit > 12000/mm3 atau <4000/mm3 atau lekosit muda > 10%

MODS (Multiple

Organ

Dysfunction

Sydrome)

SIRS dengan disfungsi organ dan hemostasis tidak dapat

dipertahankan tanpa adanya intervensi

Sepsis SIRS dengan tanda-tanda infeksi

Sepsis Berat Sepsis disertai dengan hipotensi (sistole <>

Syok Septik Sepsis disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi

Dikutip dari : concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V dan Barke

RS.Uro Clin of N Am 1999, 26, hal 688

Kriteria urosepsis

Kriteria I : terbukti bakteremia atau dicurigai sepsis dari keadaan klinik.

Kriteria II : Synstemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

Suhu tubuh ≥38o C atau ≤ 36o C

Takikardia ≥90 detak per menit

Tacypnea ≥20 nafas per menit

Alkalosis respiratorik PaCO2 ≤ 32 mm Hg

Leukosit ≥ 12.000 /mm3 atau ≤ 4000 /mm3

Kriteria III : Multiple Organ dysfunction syndrome (MODS)

Jantung, sirkulasi

tekanan darah sistolik arteri ≤ 99 mm Hg atau mean arterial preasure ≤ 70 mm

Hg, selama ≥1 jam walaupun carian adekuat atau resusitasi agen vasopressure

diberikan.

Ginjal

Produksi urin < 0,5 Ml/kgBB/ jam wlalupun resusitasi cairan adekuat.

Paru-paru

Tekanan parsial O2 arterial (PaO2) ≤75 mm Hg (udara ruangan) atau

Konsentrasi inspirasi O2 (FiO2) ≤250 (pernapasan bantuan)

Platelet

Thrombosit < 80.000/ mm3 atau berkurang ≥ 50 % dalam 3 hari

Page 9: Lp Urosepsis

Asidosis metabolic

Ph darah ≤7,30 atau plasma laktat ≥ 1,5 kali normal.

Encephalopathy

Somnolen, kebingungan, bergejolak, coma.

Dari kriteria di atas sepsis syndrome dibedakan jadi 3, yaitu :

1. Sepsis

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II

2. Sepsis berat

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II + ≥ 1 kriteria III

3. Syok septic

Kriteria I + ≥ 2 kriteria II + hipotensi refraktori arterial ≤ 90 mm Hg.

Pemeriksaan status lokalis daerah abdomen sepanjang traktus urinarius penting

untuk menentukan pre eksisting anomalinya dan yang diketemukan sangat bervariasi

tergantung kelainan primernya. Dilakukan palpasi pada daerah costophrenikus,

abdomen bawah, regio pubis, kelenjar limfe inguinal, genital, serta pemeriksaan

transvaginal dan transrektal.

7. Pemeriksaan Penunjang Urosepsis

Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya

lekositosis dengan hitung deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.

Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang berada

dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih

(kultur urin).

Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk

menentukan jenis antibiotika yang diberikan.

Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos

abdomen. Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan

posisi dan ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi.

Yang diperhatikan pada hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang

traktus urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis batas muskulus psoas.

Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari

kaliks, ureter, dan pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk

nefropati dan nekrosis papilar. Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena

kreatinin serum terlalu meningkat, maka pemeriksaan ultrasonografi akan sangat

Page 10: Lp Urosepsis

membantu menentukan adanya obstruksi dan juga dapat untuk membedakan antara

hidro dan pyelonefrosis.

Selain pemeriksaan tersebut juga dapat dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.

8. Penatalaksanaan Medis

Penanganan penderita urosepsis harus cepat dan adekuat. Pada prinsipnya

penanganan terdiri dari:

1. Penanganan gawat (syok) ; resusitasi ABC

2. Pemberian antibiotika

3. Resusitasi cairan dan elektrolit

4. Tindakan definitif (penyebab urologik)

Pemberian antibiotik sebagai penanganan infeksi ditujukan unuk eradikasi kuman

penyebab infeksi serta menghilangkan sumber infeksi. Pemberian antibiotik harus cepat

dan efektif sehingga antibiotika yang diberikan adalah yang berspektrum luas dan

mencakup semua kuman yang sering menyebabkan urosepsis yaitu golongan

aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau amikasin) golongan ampicilin yang

dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam, golongan sefalosforin generasi ke

III atau golongan florokuinolon. Sefalosforin generasi ke-3 dianjurkan diberikan 2 gr

dengan interval 6-8 jam dan untuk golongan cefoperazone dan ceftriaxone dengan

interval 12 jam. Penelitian oleh Naber et al membuktikan bahwa pemberian antibiotik

injeksi golongan florokuinolon dan piperacillin/tazobaktam direkomendasikan untuk

terapi urosepsis. Penelitian selanjutnya oleh Concia dan Azzini terhadap levofloksasin

membuktikan bahwa levofloksasin sebagai terapi tambahan memiliki efek pada ekskresi

renal dan tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan oral.

Resusitasi cairan, elektrolit dan asam basa adalah mengembalikan keadaan

tersebut menjadi normal. Urosepsis adalah penyakit yang cukup berat sehingga

biasanya “oral intake” menurun. Keadaan demam/febris juga memerlukan cairan ekstra.

Kebutuhan cairan dan terapinya dapat dipantau dari tekanan darah, tekanan vena

sentral dan produksi urine. Bila penderita dengan hipotensi atau syok (tensi <>2O dan

diberikan larutan kristaloid dengan kecepatan 15-20 ml/menit.

Bila terdapat gangguan elektrolit juga harus dikoreksi. Bila K serum 7 meq/L atau

lebih perlu dilakukan hemodialisa. Hemodialisa juga diperlukan bila terdapat Kreatinin

serum > 10 mg%, BUN > 100 mg% atau terdapat edema paru. Drainase yang segera

perlu dikerjakan bila terdapat timbunan nanah misalnya pyonefrosis atau hidronefrosis

berat (derajat IV). Pyonefrosis dan hidronefrosis yang berat menyebabkan terjadinya

iskemia sehingga mengurangi penetrasi antibiotika. Drainase dapat dikerjakan secara

perkutan atau dengan operasi biasa (lumbotomi). Penderita yang telah melewati masa

Page 11: Lp Urosepsis

kritis dari septikemia maka harus secepatnya dilakukan tindakan definitif untuk kelainan

urologi primernya.

9. Komplikasi Urosepsis

Usia dan kesehatan umum dapat berperan dalam resiko komplikasi potensial.

Pada beberapa orang, terutama orang dewasa yang lebih tua, orang dengan penyakit

kronis, dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh lemah, komplikasi urosepsis tidak

diobati bisa serius, bahkan mengancam nyawa dalam beberapa kasus. Komplikasi

urosepsis meliputi:

Koagulasi intravaskular diseminata (DIC; gangguan pembekuan menyebabkan

pembentukan bekuan darah ganda dalam aliran darah)

Kerusakan ginjal

Ginjal atau kegagalan organ lain

Perirenal abses (pengumpulan nanah di dekat ginjal)

Prostat abses (pengumpulan nanah di prostat)

Ginjal abses (pengumpulan nanah pada ginjal)Jaringan parut pada saluran kemih

Syok

Daftar Pustaka

Page 12: Lp Urosepsis

Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. the Surviving Sepsis Campaign Management

Guidelines Commi' ee. Crit Care Med 2004; 32:858-873.

Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical Presentation of Urinary Tract

Infections. Med. Clin of North Am 1991; 75:2. 241-52.

Lavy MM, et al, 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS Internatonal Sepsis Definitions

Conference, Crit CareMed 2003 Vol. 31, No. 4 ; 1250-1256

McBryde C, Redington J. Diagnosis and management urinary tract infections: asymptomatic

bacteriuria, cystitis and pyelonephritis. Primary Care Case Review 2001 (4); 3 – 14.

Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed). European

Association of Urology: Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections.

2001.

Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. 2008. Sagung Seto. Jakarta

Rivers et al. Early Goal Directed Therapy in the Treatment of Severe SepsiS dan Septic

Shock. N Engl JMed, Vol. 345, No. 19, 2001

Tseng CC, et al. Role of Host and Bacterial Virulence Factors in the Development of Upper

Urinary Tract Infection Caused by E. Coli. Am J of Kidney Dis 2002; 39:4. 744-752.

Budi, Kusuma. 2001. Ilmu Patologi..Jakarta: EGC

Carpenito,LyndaJuall.1995.

DiagnosakeperawatanAplikasipadaPraktekKlinikEdisi6.Jakarta: EGC.

Ganong, F. William. 1998.Buku Ajar FisiologiKedokteran Edisi 17.Jakarta: EGC.

Marrilyn,E.Doengus.1999. RencanaAsuhanKeperawatanPedomanUntukPerencanaandan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi3. Jakarta: EGC.

Elizabet J. Corwin, 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

E, Oswari. 2000.Bedah dan Perawatanya. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Gale,Danielle RN, MS. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Smelster, SuzanneC. 2001. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi8, Vol. 2. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 13: Lp Urosepsis

PENGKAJIAN

1. Identitas

Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku

bangsa.

2. Keluhan utama

Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan menggigil, demam, nyeri pinggang, kolik

dan atau benjolan diperut atau pinggang, polisuria, disuria dan penurunan kesadaran

3. Riwayat penyakit

Faktor predisposisi timbulnya terdiri dari infeksi bakteri non spesifik (misalnya E coli,

Pseudomonas, Proteus, Klebsiella), PMS (Penyakit Menular Seksual), virus (misalnya

Mumps), TB (Tuberculosis), penyakit infeksi lain (seperti Brucellosis,

Coccidioidomycosis, Blastomycosis, Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV),

obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital), vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein

purpura pada anak-anak), penggunaan Amiodarone dosis tinggi, prostatitis, tindakan

pembedahan seperti prostatektomi, kateterisasi dan instrumentasi, dan blood borne

infection.

4. Data fokus :

Data subjektif :- Klien mengeluh demam dan menggigil

- Klien mengatakan setiap berkemih dirasakan seperti ada rasa terbakar dan perih

- Klien mengatakan frekuensi berkemihnya meningkat

- Klien mengeluh nyeri ketika berkemih

- Klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan terdapat benjolan di perut atay

pinggang

- Klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual

- Klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual

- Klien mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit

- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

Data objektif :- Klien tampak meringis kesakitan

- Klien tampak gelisah

- Skala nyeri klien 1-10

- Suhu tubuh klien > 38 oC

- Denyut nadi klien > 100 x/menit

- Klien tampak menggigil

- Kulit klien teraba hangat

- Frekuensi nafas > 20x/menit

Page 14: Lp Urosepsis

- Terjadi penurunan status mental

5. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya

lekositosis dengan hitung deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.

Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang

berada dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran

kemih (kultur urin).

Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk

menentukan jenis antibiotika yang diberikan.

Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos

abdomen. Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan

posisi dan ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi.

Yang diperhatikan pada hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang

traktus urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis batas muskulus psoas.

Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari

kaliks, ureter, dan pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk

nefropati dan nekrosis papilar. Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena

kreatinin serum terlalu meningkat, maka pemeriksaan ultrasonografi akan sangat

membantu menentukan adanya obstruksi dan juga dapat untuk membedakan

antara hidro dan pyelonefrosis.

Pemeriksaan CT scan dan MRI.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat epididimitis

ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien tampak menggigil, kulit klien teraba

hangat, tampak ada pembengkakan pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien

tampak kemerahan, nadi klien > 100 x/menit.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien

tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut nadi klien >

100 x/menit.

3) PK Infeksi

4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit

akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan

seksual, klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual, klien mengungkapkan

rendahnya batas kemampuan karena penyakit.

Page 15: Lp Urosepsis

5) Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengetahui

mengenai penyakitnya, klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.

Intervensi

1) Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat epididimitis

ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien tampak menggigil, kulit klien teraba

hangat, tampak ada pembengkakan pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien

tampak kemerahan, nadi > 100 x/menit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan suhu tubuh klien

kembali normal dengan kriteria hasil :

Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 oC-37,5 oC)

Klie tidak tampak menggigil

Klien melaporkan panas badannya turun

Tidak tampak pembengkakan pada skrotum klien

Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum klien

Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)

Mandiri :

1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara berkala (minimal tiap

2 jam)

Rasional :

Suhu diatas 37,5oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering

mendahului puncak suhu.

2. Pantau suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut.

Rasional :

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati

normal.

3. Berikan kompres hangat

Rasional :

Membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi

demam

4. Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat

Rasional :

Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi

Kolaborasi :

Page 16: Lp Urosepsis

1. Berikan antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi

Rasional :

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien

tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, nadi klien > 100

x/menit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri dapat

terkontrol dengan kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol

Klien tidak tampak meringis

Klien tidak tampak gelisah

Klien melaporkan skala nyeri berkurang (skala nyeri 1-3), hilang (skala nyeri 0),

atau dapat dikontrol

Nadi klien dalam rentang normal (60-100 x/menit)

Mandiri :

1. Kaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, faktor pencetus,

dan intensitas nyeri

Rasional :

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis

tindakannya.

2. Kaji faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri klien

Rasional :

Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri klien, dapat

mencegah terjadinya faktor pencetus dan menentukan intervensi apabila nyeri

terjadi.

3. Eliminasi faktor-faktor pencetus nyeri

Rasional :

Dengan mengeliminasi faktor-faktor pencetus nyeri, dapat mengurangi risiko

munculnya nyeri (mengurangi awitan terjadinya nyeri)

4. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya teknik relaksasi, guided imagery, terapi

music, dan distraksi) yang dapat digunakan saat nyeri datang.

Rasional :

Dengan teknik manajemen nyeri, klien bisa mengalihkan nyeri sehingga rasa nyeri

yang dirasakan berkurang

Kolaborasi :

Page 17: Lp Urosepsis

1. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional :

Pemberian analgetik dapat memblok reseptor nyeri

3) PK Infeksi

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan tidak ada tanda-

tanda infeksi dengan kriteria hasil : Tidak terjadi komplikasi infeksi

Mandiri :

1. Pantau tanda dan gejala infeksi lanjut

Rasional :

Agar dapat memberikan intervensi yang tepat untuk klien

2. Pantau tanda-tanda vital klien secara berkala

Rasional :

Takikardia, takipnea, demam, nadi cepat dan lemah menunjukkan terjadi

sindroma peradangan sistemik.

3. Pantau tanda-tanda sepsis

Rasional :

Sepsis menandakan radang sistemik dengan gejala demam, menggigil, nadi

lemah dan cepat, hipotensi, lemah serta gangguan mental.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional :

Agen antibiotik membantu mengeliminasi bakteri sebagai penyebab penyakit klien

4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit

akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan

seksual, klien mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan fungsi seksual

klien efektif dengan kriteria hasil :

Fungsi seksual

Klien mengungkapkan penerimaan diri terhadap penyakit

Klien mengungkapkan percaya diri dengan fungsi seksualnya

Adaptasi terhadap ketidakmampuan fisik

Klien mampu beradaptasi terhadap keterbatasannya

Mengungkapkan penurunan stress akibat ketidakmampuan fungsi seksual

Page 18: Lp Urosepsis

Intervensi :

Konseling seksual

1. Bangun hubungan terapeutik dengan klien

Rasional :

Hubungan terapeutik yang baik dapat membangun kepercayaan klien terhadap

perawat untuk mengungkapkan masalah seksual klien

2. Berikan privasi dan pastikan kerahasiaan terhadap masalah klien

Rasional :

Menjaga privasi klien sangat penting karena masalah seksual merupakan

masalah yang sensitive

3. Mulailah dari topic yang kurang sensitive ke paling sensitive

Rasional :

Pembicaraan dari topic yang kurang sensitive membantu agar klien merasa

nyaman mengungkapkan masalahnya

4. Diskusikan efek penyakit terhadap respon seksual

Rasional :

Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami

penyebab disfungsi seksualnya

5. Diskusikan pengobatan yang diperlukan klien

Rasional :

Pengobatan pada penyakit klien atau pemilihan pengobatan masalah seksual

perlu didiskusikan agar klien merasa terlibat dan aktif dalam pengobatannya.

Manajemen perilaku : seksual

1. Berikan sex education tentang hubungan fungsi seksual terhadap fungsi penyakit

Rasional :

Pemberian penkes mengenai proses penyakit membantu klien memahami

penyebab disfungsi seksualnya

2. Diskusikan pada pasien secara privasi mengenai penerimaan kondisi seksual

Rasional :

Memfasilitasi klien untuk penerimaan kondisi seksual klien untuk tidak terlalu

stress dan meningkatkan percaya diri klien mengenai masalh seksualnya

5) Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi mengenai penyakit epididimitis ditandai dengan klien

mengatakan kurang mengetahui mengenai penyakitnya, klien tampak bingung ketika

ditanya tentang penyakitnya.

Tujuan :

Page 19: Lp Urosepsis

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan klien memiliki

pengetahuan adekuat tentang epididimitis dengan kriteria hasil :

Klien dapat memahami dan menjelaskan kembali penyakit epididimitis, tanda dan

gejala epididimitis

Klien dapat menyebutkan penatalaksanaan termasuk pengobatan epididimitis

Mandiri :

1. Mulai memberikan penjelasan ketika klien menunjukkan kesiapan untuk belajar

Rasional :

Kesiapan klien untuk belajar mempermudah klien dalam proses pembelajaran

2. Memberikan klien informasi dasar tentang epididimitis

Rasional :

Informasi yang diberikan dapat memberikan klien gambaran tentang anatomi

fisiologi serta komplikasi yang potensial terjadi

3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan diskusi

Rasional :

Bertujuan untuk mengetahui informasi yang kurang dimengerti oleh klien

4. Jawab pertanyaan klien dengan singkat dan jelas

Rasional :

Untuk mempermudah klien mengerti akan jawaban yang kita berikan