lp tumor med

28
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR MEDIASTINUM I. DEFINISI Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994 ) Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970 - 1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan luarnegeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell tumor.Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah maligna. Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009)

Upload: anna-madonna-krones

Post on 24-Jul-2015

158 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Tumor Med

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN TUMOR MEDIASTINUM

I. DEFINISI

Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara

kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proses penting

yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis

kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak penyakit

granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus,

trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik

spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994 )

Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah

Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970 - 1990 di

RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah

32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo

menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29%

dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan luarnegeri diketahui bahwa jenis yang

banyak ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell

tumor.Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah maligna.

Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009)

Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah

dimungkinkan dengan peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi komputerisasi (CT

Scan), teknik sidik radioisotope dan magnetic resonance imaging (MRI), serta telah

memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi mediastinum. Bersama dengan kemajuan

dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi, kemoterapi, immunoterapi, dan terapi

radiasi telah meningkatkan kelangsungan hidup serta memperbaiki kualitas hidup. (Sabiston,

1994)

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga

di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh

darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan

salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

Page 2: Lp Tumor Med

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga

imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung,

pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna

Syahruddin)

      Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan mediastinum

adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi

jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,

jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor

yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor

mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan

tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010)

II. ANATOMI FISIOLOGI

Batas ruang mediastinum,  atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral: pleura

mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga mediastinum

tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya

dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien

sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor

terhadap organ sekitarnya.

Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:

1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5

dan bagian bawah sternum.

2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan

jantung.

3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma

dibelakang jantung.

4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di

antara mediastinum anterior dan posterior.

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

Page 3: Lp Tumor Med

III. ETIOLOGI

Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:

Penyebab kimiawi 

Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong asap. Zat

yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.

Faktor genetik (biomolekuler)

perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein

bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

Faktor fisik

Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik

maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari

maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.

Faktor nutrisi

Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada

kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.

Penyebab bioorganisme

Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya

hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu

tidak berkembang lanjut pada manusia.

Faktor hormon

Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya belum

jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak

dipengaruhi oleh hormone tersebut.

IV. KLASIFIKASI TUMOR MEDIASTINUM

1. Timoma

Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang

banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50 tahun,

tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat preferensi jenis kelamin,

suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi

komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam

organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat

keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell

aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis

Page 4: Lp Tumor Med

benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan

prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah. (Aru

W. Sudoyo, 2006)

Stage dari Timoma:

1. Stage I : belum invasi ke sekitar

2. Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis

3. Stage III : invasi s/d pericardium

4. Stage IV : Limphogen / hematogen

5. Teratoid

Teratoid dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kista Dermoid

Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita mengandung gigi, tulang, rambut.

b. Teratoma (Mesoderm)

Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa unsur jaringan yang asing

pada daerah dimana tumor tersebut muncul. Teratoma paling sering ditemukan pada

mediatinum anterior. Teratoma yang histologik benigna mengandung terutama derivate

ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).

Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor teratokarsinoma dan karsinoma

embrional atau kombinasi dari tumor itu menduduki tempat yang terpenting. Penderita

dengan kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian untuk penanganan

dan pembedahan.

Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid, prognosisnya cukup baik. Pada

teratoma maligna, tergantung pada hasil terapi pembedahan radikal dan tipe histologiknya,

tapi ini harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru W. Sudoyo, 2006)

2. Limfoma

Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada

mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih

pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah

bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-

20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun

1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

Page 5: Lp Tumor Med

3. Tumor Tiroid

Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.

4. Kista pericardium

Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat

menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan

perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini juga

dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan congenital, tetapi baru

muncul manifestasi pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor biasanya

secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista

ini sering terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan perubahan bentuk

pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan

lemak parakardial dan dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista

ini sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak

menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu

ekstirpasi hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada

ukuran kista yang sangat besar.

5. Tumor neurogenik

Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,

manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug di

mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan

dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua umur,

tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)

Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto thorax

rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri

dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus interkostalis

atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu merupakan gejala yang berhubungan

dengan kompresi batang trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam

mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau

Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai simpatis servikalis.

Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:

a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma

b.Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma

Page 6: Lp Tumor Med

c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma

6. Kista Bronkhogenik

Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari

jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel rambut

getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus terletak

menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu dekat dengan

bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga menimbulkan keluhan karena

kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali itu terdapat bahaya infeksi dan

perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala

dari kista ini adalah batuk, sesak napas s/d sianosis.

V. PATOFISIOLOGI

 Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma

jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor

predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya

jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.

Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat

maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan

manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan

cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan

masalah adanya kanker pada suatu jaringan.

Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara

mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada

jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara

berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker

terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.

Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan

sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke

berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui

peristiwa mekanis dalam tubuh.

Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan

penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan

sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak

Page 7: Lp Tumor Med

nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna

merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.

Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala

manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti

pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai

gejala demam yang menonjol.

VI. MANIFESTASI KLINIK

1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)

2. Sekret berlebihan

3. Batuk dengan atau tanpa dahak

4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien

5. Pernafasan tidak simetris

6. Unilateral Flail Chest

7. Effusi pleura 

8. Egophonia pada daerah sternum

9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru

10. Wheezing unilateral/bilateral

11. Ronchii

 

Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada waktu

presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien

menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh lebih mungkin

menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan peningkatan penggunaan

rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada pasien yang

asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan

prognosis dan menggambarkan lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.

Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax rutin atau

bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi tumor atau

invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau bisa membentuk kompleks

gejala yang sebenarnya patogmonik untuk neoplasma spesifik.

Page 8: Lp Tumor Med

Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :

1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.

2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.

3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.

4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.

5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.

Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat badan

dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan

massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi local atau invasi

oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang berdekatan.

Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada

yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada posterior dan

nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya memberikan gejala seperti

dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan

esophagus bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus

rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika

vokalis, sindrom Horner dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala

ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa

menyebabkan paralisis diafragma.

VII. PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan

Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor mediastinum

2. Obat-obatan

Immunoterapi

Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon

Kemoterapi

Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa

jenis tumor.

Radioterapi

Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan

normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk

membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.

Page 9: Lp Tumor Med

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi primer yang utama dan

hubungan antara struktur anatomic dalam mediastinum. Tumor atau infeksi dalam

mediastinum dapat menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan penyebaran

secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur (sel-sel) bersebelahan, dengan tekanan

sel bersebelahan, dengan menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau melalui metastatic di

tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum adalah:

1. Obstruksi trachea

2. Sindrom Vena Cava Superior

3. Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan

4. Rupture esofagus

Page 10: Lp Tumor Med

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas

a) Nama pasien

b) Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa

c) Jenis kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita

d) Suku /Bangsa

e) Pendidikan

f) Pekerjaan

g) Alamat

h) Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama:

Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang

tidak khas, mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhan

infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang

waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik pada diri

sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat

memperberat gejala klinis penderita.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

4. Pemeriksaan Per Sistem

Sistem pernafasan (B1)

Data Subyektif: sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang

Data Obyektif: hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan

otot diagfragma pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat,

terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni

Sistem kardiovaskuler (B2)

Data Subyektif: sakit kepala

Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas

darah menurun.

Sistem Persarafan (B3)

Page 11: Lp Tumor Med

Data Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran

Data Obyektif: letargi

Sistem Perkemihan (B4)

Data Subyektif: -

Data Obyektif: produksi urine menurun

Sistem Pencernaan (B5)

Data Subyektif: mual, kadang muntah, anoreksia, disfagia, nyeri telan

Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake makanan

Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

Data Subyektif: lemah, cepat lelah

Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak

keringat, suhu kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan

penggunaan otot aksesoris pernafasan, flail chest

Sistem Endokrin (B7)

Pengkajian Psikososial

Personal Hygiene dan Kebiasaan

Perokok berat dapat terkena penyakit tumor mediastinum.

Pengkajian Spiritual

Pemeriksaan Penunjang

1. Hb: menurun/normal

2. Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar

karbon darah meningkat/normal

3. Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Rontgenografi

Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto

dada anterior-superior, lateral, oblik, esofagogram, dan terakhir tomogram bila

perlu. Penentuan lokasi yang tepat amat penting untuk langkah diagnostik

lebih lanjut. CT scan thorax diperlukan untuk membedakan apakah lesi berasal

dari vaskuler atau bukan vaskuler. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bila

bioopsi akan dilakukan, selain itu CT scan juga berguna untuk menentukan

apakah lesi tersebut bersifat kistik atau tidak. Pada langkah selanjutnya untuk

membedakan apakah massa tersebut adalah tumor metastasis, limfoma atau

tuberculosis/ sarkoidosis maka mediastinoskopi dan biopsy perlu dilakukan.

Page 12: Lp Tumor Med

Dasar dari evaluasi diagnostik adalah pemeriksaan rontgenografi. Foto thorax

lateral dan posteroanterior standar bermanfaat dalam melokalisir massa di

dalam mediastinum. Neoplasma mediastinum dapat diramalkan timbul pada

bagian tertentu mediastinum. Foto polos bisa mengenal densitas relatif massa

ini, dan apakah padat atau kistik.

b. USG

Ultrasonografi bermanfaat dalam menggambarkan struktur kista dan

lokasinya di dalam mediastinum. Fluoroskopi dan barium enema bisa

membantu lebih lanjut dalam menggambarkan bentuk massa dan hubungannya

dengan struktur mediastinum lain, terutama esofagus dan pembuluh darah

besar.

c. USG Germ Cell Mediastinum

Kemajuan dalam teknologi nuklir telah bermanfaat dalam

mendiagnosis sejumlah tumor. Sidik yodium radioiotop bermanfaat dalam

membedakan struma intratoraks dari lesi mediatinum superior lain. Sidik

gallium dan teknesium sangat memperbaiki kemampuan mendiagnosis dan

melokalisir adenoma parathyroid. Belakangan ini kemajuan dalam

radiofarmakologi telah membawa ke diagnosis tepat.

d. Tomografi Komputerisasi

Kemajuan terbesar dalam diagnosis dan penggambaran massa dalam

mediastinum pada tahun belakangan ini adalah penggunaan sidik CT untuk

diagnosis klinis. Dengan memberikan gambaran anatomi potongan melintang

yang memuaskan bagi mediastinum, CT mampu memisahkan massa

mediastinum dari struktur mediastinum lainnya. Terutama dengan penggunaan

materi kontras intravena untuk membantu menggambarkan struktur vascular,

sidik CT mampu membedakan lesi asal vascular dari neoplasma mediastinum.

Sebelumnya, pemeriksaan angiografi sering diperlukan untuk membedakan

massa mediastinum dari berbagai proses pada jantung dan aorta seperti

aneurisma thorax dan suni aneurisma Valsava. Dengan perbaikan resolusi

belakangan ini, CT telah menjadi alat diagnostik yang jauh lebih sensitif

dibandingkan dengan teknik radiografi rutin. CT bermanfaat dalam diagnosis

kista bronkogenik pada bayi dengan infeksi berulang dan timoma dalam

pasien myasthenia gravis, kasus yang foto polosnya sering gagal mendeteksi

kelainan apapun. Tomografi komputerisasi juga memberikan banyak informasi

Page 13: Lp Tumor Med

tentang sifat invasi relatif tumor mediastinum. Diferensiasi antara kompresi

dan invasi seperti dimanifestasikan oleh robeknya bidang lemak mediastinum

dapat dibuat dengan pemeriksaan cermat. Tambahan lagi, dalam laporan

belakangan ini, diagnosis prabedah pada sejumlah lesi yang mencakup kista

pericardial, adenoma paratiroid, kista enteric dan tumor telah dibuat dengan

CT karena gambarannya yang khas.

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) mempunyai potensi yang

memungkinkan diferensiasi struktur vascular dari massa mediastinum tanpa

penggunaan materi kontras atau radiasi. Di masa yang akan datang, teknik ini

bisa memberikan informasi unggul tentang ada atau tidaknya keganasan di

dalam kelenjar limfe dan massa tumor.

f. Biopsy

Berbagai teknik invasif untuk mendapatkan diagnosis jaringan tersedia

saat ini. Perbaikan jelas dalam teknik sitologi telah memungkinkan

penggunaan biopsy aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis tiga perempat

pasien lesi mediastinum. Teknik ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis

penyakit metastatik pada pasien dengan keganasan primer yang ditemukan di

manapun. Kegunaan teknik ini dalam mendiagnosis tumor primer

mediastinum tetap akan ditegaskan.

B. Analisa Data

 

Data Etiologi  Masalah Keperawatan

DS : sesak nafas dan

batuk klien mengeluh

DO :  batuk (baik

produktif maupun non

produktif), sesak nafas,

takipnea, retraksi,

demam, ronki, sianosis.

Sel tumor membesar

 

Vena leher mengembang

  

Resiko tertekannya faring

dan laring 

Saluran nafas tersumbat

  

Ketidakefektifan pola nafas

 

Page 14: Lp Tumor Med

DS : letargi, demam.,

muntah, diare,

membrana mukosa

kering, turgor kulit

buruk, penurunan

output urine.

 

Tumor mediastinum

 

Dilakukan kemoterapi

 

Diare

Gangguan keseimbangan

Cairan berhubungan

dengan:

1. Penurunan intake

cairan

2. Peningkatan IWL

akibat pernafasan

cepat dan demam,

efek chemoteraphi.

 

DS : klien mengeluh

sesak nafas

DO : anoreksia, mual,

muntah,

Terbentuknya formasi

tumor

Kompresi esofagus

 

Gangguan menelan

 

Perubahan Nutrisi

DS : malaise

DO : badan klien

lemah

Tumor mediastinum

 

Dilakukan radioterapi

 

Badan lemah

 

Intoleransi aktivitas

 

 

Page 15: Lp Tumor Med

C. Intervensi

1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder

terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor.

Tujuan: Keefektifan pola nafas 

Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan

tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi.

No. Intervensi Rasional

1. Lakukan pengkajian tiap 4 jam

terhadap RR, S, dan tanda-tanda

keefektifan jalan napas

Evaluasi dan reassessment terhadap

tindakan yang akan/telah diberikan

2. Lakukan Phisioterapi dada secara

terjadwal.

Mengeluarkan sekresi jalan nafas,

mencegah obstruksi

3. Berikan oksigen lembab, kaji

keefektifan terapi.

Meningkatkan suplai oksigen jaringan

paru.

4. Berikan antibiotic dan antipiretik

sesuai order, kaji keefektifan dan efek

samping ( diare )

Menurunkan resiko infeksi sekunder.

5. Lakukan pengecekan hitung SDM dan

photo thoraks

Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi

oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru

6. Lakukan suction secara bertahap Membantu pembersihan jalan nafas.

7. Catat hasil pulse oximeter bila

terpasang, tiap 2-4 jam.

Evaluasi berkala keberhasilan terapi

tindakan tim kesehatan

 

2. Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare

akibat khemoterapi.

Tujuan: Asupan cairan dan elektrolit dapat di penuhi.

Kriteria Hasil: a) Intake adekuat

b)   Tidak adanya muntah dan diare

c)    Suhu tubuh dalam batas normal

 

Page 16: Lp Tumor Med

No. Intervensi Rasional

1. Catat intake dan output Evaluasi ketat kebuituhan intake dan output

2. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam tanda

deficit cairan.

Meyakinkan terpenuhi kebutuhan cairan.

3. Catat pengeluaran feses tiap 4 jam

atau bila perlu.

Evaluasi objektif sederhana deficit volume

cairan.

4. Lakukan perawatan mulut tiap 4 jam Meningkatkan bersihan saluran cerna,

meningkatkan nafsu makan/ minum.

3. Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntah,

peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi/ proliferasi sel dan efek

radiasi/chemoterapi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan

status nutrisi terpenuhi.

             Kriteria Hasil :

-       Status nutrisi terpenuhi

-       nafsu makan klien timbul kembali

-       berat badan normal

-       jumlah Hb dan albumin normal

No Intervensi Rasional

1 Kaji sejauh mana ketidakadekuatan

nutrisi klien

Menganalisa penyebab melaksanakan

intervensi.

2 Timbang berat badan sesuai indikasi Mengawasi keefektifan secara diet

3 Memeberikan asupan nutrisi sesuai

kebutuhan

Kebutuhan pasien akan nutrisi terpenuhi

4 Anjurkan makan sedikit tapi sering Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan

nutrisi dapat ditingkatkan

5 Anjurkan kebersihan oral sebelum

makan

Mulut yang bersih meningkatkan nafsu

makan.

6 Kolaborasi ahli gizi pemberian 

makanan yang bervariasi.

Makanan yang bervariasi dapat

meningkatkan nafsu makan klien.

7 Kolaborasi dengan dokter dalam Menstimulasi nafsu makan dan

Page 17: Lp Tumor Med

pemberian suplemen dan obat-obatan

peningkat nafsu makan.

mempertahankan intake nutrisi yang

adekuat.

 

 

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan

intake, demam.

Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil    :Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri,

pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivtas tanpa dibantu,

koordinasi otot; tulang dan anggota gerak lainnya baik.

No Intervensi Rasional

1 Rencanakan periode istirahat yang cukup. Mengurangi aktivitas yang tidak

diperlukan, dan energi terkumpul dapat

digunakan untuk aktivitas seperlunya

secar optimal.

2 Berikan latihan aktivitas secara bertahap Tahapan-tahapan yang diberikan

membantu proses aktivitas secara

perlahan dengan menghemat tenaga

namun tujuan yang tepat, mobilisasi

dini.

3 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

sesuai kebutuhan

Mengurangi pemakaian energi sampai

kekuatan pasien pulih kembali

4 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons

pasien

Menjaga kemungkinan adanya respons

abnormal dari tubuh sebagai akibat

dari latihan

  

D. Implementasi

Page 18: Lp Tumor Med

Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam

rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu

dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon

pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan

perawatan.

 

E. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap

perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,

respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan

kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil yang mungkin

diperlukan.

WOC ASKEP TUMOR MEDIASTINUM

Page 19: Lp Tumor Med

Adanya zat yang bersifat initiation

Terjadi perubahan struktur sel

Memicu terbentuknya sel tumor

Memerlukan waktu yang lama dan

berkesinambungan

Initiation agent (unsur kimia. fisik,

dan biologis)

Struktur dasar DNA berubah

Terbentuk neoplasma

Terbentuk formasi tumor

Memerlukan waktu yang lama, minggu bahkan

sampai tahunan

Trakea tertekan

Kompresi esofagus

Nerves laryngeus inferior tertekan

Vena leher mengembang

pada sindroma vena cava superior

Nervus vagus

tertekan

Batuk atau stridor

Gangguan menelan

Suara serakSerangan batuk dan spasme

bronkus

MK: gangguan nutrisi

MK: gangguan konsep diri

MK: gangguan rasa nyaman

Virus

Faktor hormonal

Faktor lingkungan

Faktor genetik