tumor ganas (lp)
DESCRIPTION
LP tumor ganasTRANSCRIPT
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang baru (neoplasma) dimana
pembelahan sel (mitosis) tidak terkendali oleh tubuh dan tidak memiliki fungsi yang
berguna bagi tubuh.
Pada dasarnya tumor terbagi 2, yaitu tumor jinak (benigna) dan tumor ganas
(maligna). Perbedaan utamanya, tumor jinak mempunyai kapsul, tidak menimbulkan
invasi setempat dan tidak menyebar ke tempat-tempat yang jauh serta tidak
mengakibatkan kematian. Sedangkan tumor ganas tidak mempunyai kapsul, menimbulkan
invasi setempat dan menyebar (metasfase) ke tempat-tempat yang jauh serta dapat
mengakibatkan kematian penderitanya.
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab terjadinya tumor belum diketahui secara pasti, namun
faktor lingkungan kemungkinan besar diduga memegang peranan penting dalam
terjadinya tumor
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari tumor tersebut adalah perasaan nyeri terutama pada bagian
yang terkena disertai benjolan, rasa nyerinya bersifat menetap yang tidak hilang oleh
istirahat dan makin terasa pada malam hari. Didapat pula tanda-tanda keganasan
umumnya seperti anemia dan berat badan yang menurun. Juga ditemukan suhu badan
yang meninggi dan perasaan mudah lelah. Dari pemeriksaan Laboratorium menunjukkan
Leukosit dan laju endap darah meningkat.
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya tumor atau neoplasma biasanya karena pertumbuhan sel-sel tubuh yang
abnormal yang berlambang cepat. Apabila pertumbuhan sel-sel ini menjadi berlebihan
dan tidak terkontrol tentu tidak akan ada gunanya dan bahkan mungkin dapat
1
membahayakan. Pertumbuhan sel yang abnormal ini lama-kelamaan akan membentuk
jaringan yang hidup dan jaringan ini akan tumbuh dan berkembang, yang disebut tumor
(neoplasma) dan dikenal ada dua, yaitu ada yang jinak (benigna) dan yang ganas
(maligna). Tumor ganas sering disebut dengan kanker.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendalikan dan mengganggu fungsi jaringan normal dengan jalan
menginfiltrasinya dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ
yang jauh-jauh. Proses penyebaran (metasfase) ini dapat terjadi melalui peredaran darah
atau melalui saluran getah bening. Pertumbuhan tumor ini (maligna) sifatnya otonom,
tidak mengikuti pola-pola yang ada. Ia merupakan kelompok sel abnormal di dalam sel-
sel normal dan tumbuh menurut caranya sendiri serta merusak jaringan sekitarnya dengan
jalan invasi.
Adapun proses terjadinya tumor ganas ada 4 fase, yaitu :
a. Fase induksi (5-10 tahun)
Pada fase ini faktor lingkungan kemungkinan besar memegang peranan penting,
misalnya kontak dengan bahan karsinogen yang membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai bisa merubah jaringan sehat menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu (5-10 tahun)
Keadaan dimana perubahan jaringan tersebut merupakan suatu lesi “precancerous”
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran pencernaan,
kandung kencing dan payudara.
c. Fase invasi (1-5 tahun)
Dalam fase ini sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfa.
d. Fase diseminasi (1-5 tahun)
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah, yang lama kelamaan menjadi metastase.
2
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan radiologi berupa : pemeriksaan X-Ray biasa, bone sean, tomografi,
angiografi, CT Scan sampai ke pemeriksaan yang mutakhir seperti Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
b. Biopsi, dapat berupa biopsi tertutup atau biopsi terbuka.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronik berhubungan dengan proses penyakit / keganasan
b. Gangguan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri kronik
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah
d. Ansietas berhubungan dengan perasaan putus asa dan tak berdaya, ketidakcukupan
pengetahuan tentang penyakitnya dan pengobtan
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan
dalam gaya hidup, tanggung jawab peran dan penampilan
2. Intervensi
a. Kurangi nyeri, ajarkan teknik relaksasi danh berikan pengobatan sesuai program
medis
b. Bantu pasien beraktivitas dan libatkan keluarga dalam perawatan
c. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan /
kecemasan
d. Dorong diskusi terbuka tentang tumor, pengalaman orang lain, dan pontesial
mengontrol dan penyembuhannya
e. Kontak dengan klien sesering mungkin dan perlakukan klien dengan hangat dan
sikap positif
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi atribut positif dan kemungkinan kesempatan
baru
3
3. Evaluasi
a. Nyeri terkontrol / berkurang
b. Dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman
c. Adanya kemampuan beraktifitas tanpa atau dengan bantuan minimal
d. Kecemasan berkurang
e. Konsep diri positif
4
BAB II
HASIL ASUHAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cempaka Putih
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 30 November 2004
Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2004
Diagnosa Medis : Tumor Ganas Colli ( Tumor Ganas pada Leher )
B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny. I
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien : Anak klien
C. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan pada benjolan di lehernya mengeluarkan darah, kesulitan dalam
menelan, batuk berdahak, nyeri hilang timbul
5
D. RIWAYAT PENYAKIT
1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Berdasarkan anamnesa, 8 bulan yang lalu klien merasakan ada benjolan di leher
sebelah kiri sebesar biji kemiri, benjolan tidak sakit dan dapat digerakkan benjolan
teraba keras, lama kelamaan benjolan mulai membesar, dalam sebulan sebesar telur
ayam. Saat ini benjolan sebesar bola tenis, dan menjadi lunak 2 hari sebelum masuk
RS klien merasakan keluar darah dari benjolan tersebut, dengan maksud
membersihkan. Kemudian klien di bawa ke IGD, di IGD pada saat dibersihkan
langsung keluar darah merah segar sebanyak 500 cc, klien tidak merasakan keluhan
lain. 6 bulan yang lalu benjolan yang samamuncul pada leher sebelah kanan sebesar
biji kelereng. Selama ada benjolan suara klien berubah menjadi serak dan sulit untuk
bernafas. Saat di IGD diperiksa tanda-tanda vital dengan TD = 110 / 80 mmHg,
N = 76 x / menit, RR = 22 x / menit, T = 37,4o C, klien mendapat terapi IVFD RL 20
tetes / menit, Kalmoxicillin 3 x 1 tab, Injeksi Kalnex 3 x 1 amp (iv), Ulsikur 3 x 1 amp
(iv). Dan klien dirawat di Ruang Flamboyan (Penyakit Dalam Pria) muali tanggal 30
November 2004.
2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan pernah satu kali dirawat di RSUD Banjarmasin di Ruang paru
selama 1 bulan.
3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit sepertinya
dan juga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus, dan TBC.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEADAAN UMUM
Pada tanggal 06 Desember 2004 diperoleh data bahwa kesadaran klien Compos
Mentis dengan GCS 4-5-6 (4 = membuka mata spontan, 5 = respon verbal baik dan
sesuai, 6 = respon motorik mengikuti perintah).
TTV = TD : 110 / 80 mmHg RR : 22 x / menit
N : 80 x / menit T : 37o C
DA = BB : 40 kg TB : 156 cm
6
2. KULIT
Kulit klien berwarna sawo matang, kebersihan cukup, tidak ada memar, tidak ada
edema, tekstur kulit halus, turgor kulit baik (saat dicubit kembali dalam 2 detik), kulit
teraba hangat (suhu tubuh 37o C), bentuk kuku normal dan berwarna putih buram
sedikit kemerahan.
3. KEPALA DAN LEHER
Kepala klien tampak simetris, pada leher tampak asimetris terdapat massa berupa
tumor pada leher sebelah kiri sebesar bola tenis dan sebelah kanan sebesar biji
kelereng, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada trauma pada kepala, klien mengalami
keterbatasan gerak pada leher karena terdapat tumor, tidak ada kesulitan dalam
menelan, saat dipalpasi tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
4. PENGLIHATAN DAN MATA
Bentuk mata klien tampak simetris, tidak ada sekret yang menempel pada mata,
penglihatan cukup tajam (klien dapat melihat bacaan pada botol infus, tapi klien tidak
bisa membaca, karena klien hanya lulusan SD), gerakan bola mata klien baik (klien
dapat menggerakkan matanya ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah), konjungtiva
non anemis, sklera non ikterik, pupil normal (tidak miosis, tetapi midrasis), tidak ada
kelainan pada mata seperti strabismus, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, respon membuka mata (GCS) adalah 4 (spontan).
5. PENCIUMAN DAN HIDUNG
Struktur hidung tampak simetris, tidak ada peradangan dan pendarahan pada hidung,
tampak bersih, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada obstruksi, fungsi penciuman baik
(dapat memebedakan bau alkohol dan balsem).
6. PENDENGARAN DAN TELINGA
Struktur telinga kanan dan kiri tampak simetris, telinga klien tampak bersih, tidak ada
sekret, tidak ada peradangan dan perdarahan, tidak ada nyeri, fungsi pendengaran baik
dengan tanpa menggunakan alat bantu dengar ( saat dipanggil nama klien, klein
langsung mencari sumbernya).
7
7. MULUT DAN GIGI
Warna mukosa bibir kemerahan, kebersihan mulut dan lidah cukup, tidak ada
perdarahan dan lesi, mukosa mulut dan bibir agak lembab, kebersihan gigi cukup baik,
klien ada carries, gigi klien tinggal dua yaitu gigi geraham kiri atas, klien dapat
mengunyah dengan baik, tidak ada nyeri pada gigi dan gusi, klien tidak menggunakan
gigi palsu.
8. DADA, PERNAFASAN DAN SIRKULASI
Bentuk dada simetris, gerakan ekspansi dada simetris, frekuensi nafas klien 22 x /
menit, saat diauskultasi terdengar bunyi nafas tambahan, bunyi nafas terdengar ronchi
(pada saat inspirasi dan ekspirasi), klien mengeluh batuk berdahak, klien tidak
mengeluh sesak, klien tidak mengeluh nyeri dada. Pada saat taktil premitus terba
getaran simetris pada dada kanan dan kiri, pada saat diperkusi bunyi dada sonor pada
paru tiap lobus. Pada jantung saat diperkusi terdengar redup, frekuensi jantng 80 x /
menit, bunyi jantung nirmal saat diauskultasi terdengar bunyi jantung pertama (S1)
dan bunyi jantung kedua (S2), tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
9. ABDOMEN
Bentuk abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, tidak ada asites, tidak teraba
pembesaran limfa dan hati, saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi
terdengar bunyi tympani, saat diauskultasi bunyi bising usus normal.
10. GENETALIA DAN REPRODUKSI
tidak terdapat hemorroid, tidak ada peradangan, klien tidak mengeluh nyeri saat BAB
dan BAK.
11. EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH
Struktur ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada trauma, tidak ada kelainan
tulang dan sendi, tidak ada nyeri, keseimbangan baik, tidak ada keterbatasan gerak,
klien tidak menggunakan alat bantu pergerakan, pada tangan kiri terpasang infus RL
20 tetes / menit, skala kekuatan otot 5 5 dapat melawan tahanan dan beban.
5 5
8
F. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN SPIRITUAL
1. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Di Rumah : aktivitas klien sehari-hari biasnya menarik becak dari jam 07.00-
12.00 kemudian istirahat di rumah untuk makan, setelah itu
menarik becak lagi sampai sore, sebelum maghrib klien sudah
pulang ke rumah, klien tidur siang kadang-kadang, tidur malam
6-8 jamdan tidak ppernah mengalami kesulitan menjelang tidur
maupun saat tidur.
Di Rumah Sakit : aktivitas klien hanya ditempat tidur untuk berbaring dan sesekali
duduk, klien bisa berjalan sendiri menuju toilet. Selama di RS
klien tidur siang 1 jam, tidur malam 6-8 jam, klien tidak
mengalami kesulitan menjelang tidur maupun saat tidur.
2. PERSONAL HYGIENE
Di Rumah : selama di rumah klien mandi setiap 2 kali sehari pagi dan sore
dan disertai keramas, gosok gigi setiap habis mandi, potong kuku
apabila terasa panjang.
Di Rumah Sakit : selama di RS klien hanya diseka oleh keluarga setiap pagi dan
sore hari dan selalu diganti bajunya. Selama di RS klien belum
pernah dikeramas, rambutnya hanya dibasahi sedikit, klien gosok
gigi pada pagi hari setelah diseka, semenjak masuk RS, klien
belum pernah potong kuku.
3. NUTRISI
Di Rumah : frekuensi makan klien 3 kali sehari (pagi, siang dan malam),
setiap satu piring dengan nasi biasa dan lauk pauk dan minum air
putih atau air teh, tidak mengalami kesulitan menelan dan nafsu
makan menngkat.
Di Rumah Sakit : frekuensi makan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore), klien
mendapat diit bubur biasa dengan lauk pauk dan minum air putih
atau air teh, klien tidak mengalami kesulitan menelan, dan nafsu
makan baik, klien juga makan nasi biasa yang dibawa oleh
keluarganya dari rumah.
9
4. ELIMINASI
Di Rumah : saat di rumah klien tidak mengeluh kesulitan dalam BAB dan
BAK, frekuensi BAB setiap hari 1 kali pada pagi hari dengan
konsistensi lembek, sedangkan BAK setiap hari 4-5 kali dengan
berwarna kuning dan berbau pesing
Di Rumah Sakit : saat di RS klien tidak mengeluh kesulitan dalam BAB dan BAK,
frekuensi BAB setiap hari 1 kali pada pagi hari dengan
konsistensi lembek, sedangkan BAK setiap hari 4-5 kali dengan
berwarna kuning dan berbau pesing.
5. SEKSUAL
Klien berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah 1 kali dan mempunyai anak 7 orang
dan juga cucu 5 orang.
6. PSIKOSOSIAL
Klien dapat beradaptasi dengan dokter maupun perawat, namun dengan pasien lainnya
klien agak cuek, klien mendapat dukungan dari keluarganya, tampak anak maupun
istrinya selalu menjaga klien, harapan klien terhadap penyakit yang dideritanya agar
dapat cepat sembuh, persepsi terhadap penyakit yang dideritanya sebagai cobaan /
peringatan.
G. DATA FOKUS
1. Inspeksi : leher tampak asimetris, terdapat massa berupa tumor pada leher
sebelah kiri sebesar bola tenis dan sebelah kanan sebesar biji kelereng,
klien mengalami keterbatasan gerak pada leher karena terdapat tumor,
frekuensi nafas klien 22 x / menit.
2. Auskultasi : bunyi nafas terdengar ronchi (pada saat inspirasi dan ekspirasi), bunyi
jantung normal terdengar bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung
kedua (S2), bunyi bising usus terdengar normal.
3. Perkusi : bunyi dada sonor pada paru tiap lobus, pada jantung terdengar redup.
4. Palpasi : terdapat massa pada leher kiri sebesar bola tenis dan sebelah kanan
sebesar biji kelereng.
10
H. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Patologi
Positif ganas, sulit ditentukan jenisnya :
DD : 1. Limfoma Malignant
2. Arah sebar sel tumor ganas
3. Tumor ganas mesenkimal / sarcoma
Hasil Pemeriksaan hematologi (01 Desember 2004)
LED : 55 mm/jam I ( 2-12 mm/ jam I )
80 mm/jam II ( 4-26 mm/jam II )
Masa pendarahan (BT) : 130 menit ( 1-3 menit )
Masa pembekuan (CT) : 430 menit ( 2-6 menit )
Pemeriksaan Kimia Darah (01 Desember 2004)
Glukosa puasa : 83 mg/dl ( 70-120 mg/dl )
Kolesterol total : 136 mg/dl ( 131-250 mg/dl )
Trigliserida : 89 mg/dl ( 0-220 mg/dl )
SGOT : 26 u/l ( 16-40 u/l )
SGPT : 64 u/l ( 8-45 u/l )
Faal Ginjal
Urea : 23 mg/dl ( 10-45 mg/dl )
Kreatinin : 1,2 mg/dl ( 0,5-1,7 mg/dl )
Asam Urat : 3,5 mg/dl ( 2,1-7,4 mg/dl )
Pemeriksaan Laboratorium ( 01 Desember 2004 )
HGB : 8,2 g/dl
HCT : 24,5 %
( 06 Desember 2004 )
HGB : 10,7 g/dl
HCT : 32,2 %
I. TERAPI MEDIKASI
IVFD RL + Adona drip 1 amp / kolf 20 tetes / menit
Kalnex 3x1 amp (iv)
11
Kalmoxicillin 3x1 tab
B-Complex 3x1 tab
B12 3x1 tab
Dextromethorphan 3x1 tab
Antrain 3x1 amp (iv)
Diet TKTP
12
ANALISA DATA
NO. HARI/TGL
DATA SUBJEKTIF & DATA OBJEKTIF
PROBLEM ETIOLOGI
1. Senin, 06 Des 2004
Jam :08.00
DS : klien mengatakan sering batuk berdahak
DO : klien tampak batuk berdahak dengan warna dahak putih,
frekuensi nafas 22 x / menit, N = 80 x / menit, saat diauskultasi terdengar
bunyi nafas tambahan ronchi pada saat inspirasi dan ekspirasi, suara klien serak (parau)
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Obstruksi trakeo bronkial akibat
pembesaran tumor (limfoma)
2. Senin, 06 Des 2004
Jam :08.00
DS : klien mengatakan benjolannya sering mengeluarkan darah dan susah dalam menelan
DO : TD = 110 / 80 mmHg, N = 80 x / mnt, RR = 22 x / mnt, T = 37o C
Tampak mengeluarkan darah pada benjolan di leher
Leukosit = 6.290 /mm3 Eritrosit = 3,61 juta/mm3 LED = 55 mm/Jam I,
80 mm/Jam II Hb = 10,7 g/dl
Infeksi Ketidakadekuatan pertahanan sekunder &
immunosupresi
3. Selasa, 07 Des 2004
Jam : 20.00
DS : klien mengeluh badannya terasa panas
DO : TD = 120 / 80 mmHg, N = 100 x / mnt, T = 38,5o C
Takikardi, klien tampak lemah, benjolan pada leher terasa nyeri
Hipertemi Infeksi sekunder, peningkatan metabolisme
4. Rabu, 08 Des 2004
Jam : 10.15
DS : klien mengatakan nyeri hilang timbul pada benjolan di leher
DO : klien tampak lemah, klien tampak memejamkan mata bila nyerinya timbul, skala nyeri 2 (sedang), terdapat pembesaran massa pada leher
Gangguan rasa nyaman : nyeri akut
Penekanan saraf di leher akibat
limfoma
13
kiri sebesar bola tenis dan leher kanan sebesar biji kelereng.
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trakeo bronkial akibat pembesaran tumor
(limfoma) ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sering batuk berdahak
DO : klien tampak batuk berdahak dengan warna dahak putih, frekuensi nafas 22 x / mnt,
N = 80 x / mnt, saat diauskultasi terdengar bunyi nafas tambahan ronchi pada saat
inspirasi dan ekspirasi, suara klien serak (parau)
2. Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder & immunosupresi ditandai dengan :
DS : klien mengatakan benjolannya sering mengeluarkan darah dan susah dalam menelan
DO : TD = 110 / 80 mmHg, N = 80 x / mnt, RR = 22 x / mnt, T = 37 o C, tampak
mengeluarkan darah pada benjolan di leher, Leukosit = 6.290 /mm3, Eritrosit = 3,61
juta/mm3, LED = 55 mm/Jam I, 80 mm/Jam II, Hb = 10,7 g/dl
3. Hipertemi b.d infeksi sekunder, peningkatan metabolisme ditandai dengan :
DS : klien mengeluh badannya terasa panas
DO : TD = 120 / 80 mmHg, N = 100 x / mnt, T = 38,5o C, takikardi, klien tampak lemah,
benjolan pada leher terasa nyeri
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d penekanan saraf di leher akibat limfoma ditandai
dengan :
DS : klien mengatakan nyeri hilang timbul pada benjolan di leher
DO : klien tampak lemah, klien tampak memejamkan mata bila nyerinya timbul, skala nyeri
2 (sedang), terdapat pembesaran massa pada leher kiri sebesar bola tenis dan leher
kanan sebesar biji kelereng.
14
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO.Dx
HARI/TGL
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI RASIONAL
1. Senin, 06 Des 2004
Jam : 08.30
Bersihan jalan nafas menjadi efektif selama
perawatan
Klien tidak mengeluh batuk berdahak
RR dan nadi dalam keadaan stabil
Saat diauskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
Suara klien tidak serak lagi (tidak parau)
1. Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dispnea dan / atau penggunaan otot bantu pernafasan cuping hidung, gangguan pengembangan dada
2. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur yang tinggi atau duduk tegak ke depan (beban berat pada tangan) kaki digantung
3. Keluarkan atau lepaskan baju yang menekan
4. Anjurkan untuk nafas dalam
5. Monitor frekuensi
1. Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernapasan yang membutuh kan upaya intervensi
2. Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja, pernapasan dan menurunkan resiko aspirasi
3. Menghilang kan tekanan pada dada
4. Meningkat kan ekspansi alveolar
5. Melihat perubahan
15
nafas dan nadi
6. Identifikasi / dorong tehnik penghematan energi,mis: periode istirahat sebelum & setelah makan, duduk sebelum perawatan
7. Tingkatkan tirah baring dan berikan perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjang
8. Berikan lingkungan tenang
Kolaborasi :9. Berikan
tambahan oksigen
nilai dasar
6. Membantu menurunkan kelelahan dan dispnea dan menyimpan energi untuk regenerasi seluler & fungsi pernapasan
7. memburuk nya keterlibatan pernapasan hipoksia dapat mengindikasikan penghentian aktivitas untuk mencegah pengaruh pernafasan lebih serius
8. Meningkat kan relaksasi, penyimpanan energi & menurunkan kebutuhan O2
9. Memaksimalkan ketersediaan untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkanhipoksemia
10. Mencegah
16
10. Berikan terapi obat Agenmukolitik bronkodila tor, kortiko steroid
pengeringan membran mukosa membantu pengeceran sekret, menurunkan tahanan terhadap aliran udara
2. Senin,
06 Des 2004
Jam : 08.30
Infeksi teratasi selama perawatan
Benjolan pada leher tidak mengeluarkan darah
Klien tidak mengeluh sulit menelan
TTV dalam keadaan stabil
Hasil laboratorium dalam batas normal
1. Pantau TTV setiap 4 jam
2. Bantu klien mengenai kebersihan diri meliputi mandi, kebersihan luka & perawatan perineal
3. Observasi terus tanda-tanda infeksi
4. Batasi jumlah pengunjung serta cuci tangan sebelum melakukan
1. Demam atau hipertemi mengindikasikan infeksi
2. Menurunkan kehadiran organisme endogen
3. Mengetahui sejauhmana perkembangan perybahan infeksi sehingga dapat diatasi dengan pengobatan & perawatan yang tepat
4. Untuk menghindari resiko terpajan pada oragnisme endogen atau eksogen
5. Mengetahui sejauhmana
17
tindakanKolaborasi :5. Pantau
pemeriksaan laboratorium terutama Leukosit, Eritrosit, LED
6. Berikan terapi antibiotik, anti jamur, anti mikrobial sesuai indikasi
perkem bangan perubahan klien
6. Mencegah/ menangani sumber infeksi pada klien dengan penurunan fungsi imun
3. Selasa, 07 Des 2004
Jam : 20.00
Hipertemi teratasi selama perawatan
Klien tidak mengeluh badannya panas
TTV dalam keadaan stabil terutama suhu
Klien tampak segar
Benjolan di leher tidak terasa nyeri
1. Pantau TTV terutama suhu tiap 4 jam
2. Pantau intake & output cairan
3. Beri kompres hangat
4. Anjurkan klien untuk minum paling sedikit 2-3 liter
Kolaborasi :5. Berikan
cairan iv
1. Peningkatan suhu tubuh mungkin merupakan tanda infeksi pada klien
2. Demam menyebab kan peningkatan keluaran melalui IWL yang mengarah pada dehidrasi
3. Dapat membantu mengurangi demam
4. Cairan ekstra diperlukan selama demam tinggi untuk mengganti yang hilang
5. Untuk pengganti
18
sesuai indikasi
6. Berikan obat antipiretik
cairan yang hilang
6. Untuk menurunkan demam
4. Rabu,
08 Des 2004
Jam : 10.30
Nyeri akut teratasi selama
perawatan
Klien tidak mengeluh nyeri pada benjolan di leher
Klien ttidak lemah
Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
1. Tentukan riwayat nyeri,mis: lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis: reposisi, gosokan punggung
3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, mis: teknik relaksasi
Kolaborasi :4. Berikan
analgesik sesuai indikasi
5. Monitor TTV
1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi
2. Meningkat kan relaksasi dan membantu memfokus kan kembali perhatian
3. Memungkin kan klien untuk berpartisipasi secara aktif & meningkatkan rasa kontrol
4. Untuk menurunkan rasa nyeri
5. Mengetahui perkem bangan klien
19
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO.Dx
HARI/TGL
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Senin, 06 Des 2004
08.00
08.30
08.30
09.00
09.00
12.30
1. Memonitor frekuensi nafasdan nadi, N = 80 x / mnt, RR = 22 x / mnt
2. Menempatkan klien pada posisi yang nyaman dengan meninggikan bantal klien
3. Menganjurkan klien untuk nafas dalam dan minum air hangat
4. Menganjurkan klien tirah baring
5. Memberikan lingkungan yang tenang dengan membersihkan lingkungan sekitar klien dan membatasi jumlah pengunjung
6. Kolaborasi :Memberikan obat oral Dextromethorphan 3x1 tab
Jam : 13.30 WITAS : klien mengatakan masih batuk
berdahakO : klien tampak masih batuk
berdahak, frekuensi nafas 20 x / mnt, N = 80 x / mnt, saat diauskultasi masih terdengar bunyi nafas tambahan ronchi pada saat inspirasi dan ekspirasi, suara klien masih serak (parau)
A : Masalah jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi diteruskan no. 1, 2, 3, 4, 5 & 6
2. Senin, 06 Des 2004
08.00
11.00
11.00
09.00
12.30
11.00
1. Memonitor TTV : TD = 110 / 80 mmHg, N = 80 x / mnt, RR = 22 x / mnt, T = 37o C
2. Mengganti balutan luka dengan aseptik
3. Mengobservasi Tanda-tanda infeksi
Kolaborasi :4. Memberikan obat intravena
Kalnex 3x1 amp5. memberikan obat oral
Kalmoxicillin 3x1 tab, B-Complex 3x1 tab, B12 3x1 tab
6. Terpasang infus Rl + drip Adona 1 amp / kolf 20 tetes / menit
Jam : 13.30 WITAS : klien mengatakan benjolannya
masih mengeluarkan darah dan susah dalam menelan
O : TD = 120 / 80 mmHg, N = 80 x / mnt, RR = 20 x /mnt, T = 37,2o C, tampak mengeluarkan darah pada benjolan di leher, Leukosit = 6.290 /mm3, Eritrosit = 3,61 juta /mm3, LED = 55 mm/jam I, 80 mm/jam II, Hb = 10,7 g / dl
A : Masalah infeksi belum teratasi
P : Intervensi diteruskan no. 1, 2, 3, 4, 5 & 6
20
3. Selasa, 07 des 2004
20.00
20.0520.05
20.30
1. Memonitor TTV terutama suhu T = 38,5o C
2. Memberi kompres hangat3. Menganjurkan banyak-banyak
minum air putih4. Kolaborasi : memberikan obat
intravena Antrain 1 amp
Jam : 21.00 WITAS : klien tidak mengeluh badannya
panasO : TD = 120 / 70 mmHg, N = 88
x / mnt, RR = 24 x/ mnt, T = 37,3O C
Denyut jantung normal, klien tampak tidur, benjolan pada leher tidak terasa nyeri lagi
A : Masalah suhu tubuh teratasi sebagian
P : Intervensi diteruskan bila suhu tubuh meningkat no.1, 2, 3 & 4
4. Rabu, 08 Des 2004
10.00
10.00
10.30
1. Memonitor TTV : TD = 100 / 70 mmHg, N = 68 x / mnt, RR = 22 x / mnt, T = 36,6o C
2. Mengkaji status nyeriLokasi : benjolan di leher kanan dan kiriKualitas : berdenyutDurasi timbul nyeri 5 mnt & hilang 10-30 mnt
3. Menganjurkan dan mengajarkan teknik relaksasi seperti taruik nafas dalam
Jam ; 12.00 WITAS : klien mengatakan nyeri hilang
timbul pada benjolan di leherO : klien tampak lemah, klien
tampak duduk di temapt tidur, skala nyeri saat timbul 2 (sedang), terdapat pembesaran massa pada leher kiri sebesar bola tenis dan leher kanan sebesar biji kelereng
A : Masalah nyeri belum teratasiP : Intervensi diteruskan no. 1, 2
& 3
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas telah diketahui bahwa tumor merupakan pertumbuhan sel-
sel yang baru dimana pembelahan sel tidak terkendali oleh tubuh dan tidak memiliki fungsi
yang berguna bagi tubuh. Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab tumor, namun
faktor lingkungan kemungkinan besar diduga memegang peranan penting dalam terjadinya
tumor.
Dari pengkajian pada Tn. A diperoleh diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi trakeo bronkial akibat pembesaran tumor (limfoma), infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder & immunosupresi, Hipertemi
berhubungan dengan infeksi sekunder, peningkatan metabolisme, gangguan rasa nyaman :
nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf di leher akibat limfoma.
Tindakan yang dilakukan pada Tn. A yaitu memonitor TTV, menempatkan klien pada
posisi yang nyaman dengan meninggikan bantal klien, menganjurkan klien untuk nafas dalam
dan minum air hangat, menganjurkan klien tirah baring, memberikan lingkungan ynag tenang
dengan membersihkan lingkungan sekitar klien dan membatasi jumlah pengunjung,
mengganti balutan luka dengan aseptik, mengobservasi tanda-tanda infeksi, memberi
kompres hangat, mengkaji status nyeri, mengajarkan dan menganjurkan teknik relaksasi
seperti tarik nafas dalam, kolaborasi dengan memberikan terapi sesuai indikasi.
Evaluasi pad Tn. A yaitu masalah jalan nafas belum teratasi, masalah infeksi belum
teratasi, masalah hipertemi sebagian teratasi, masalah nyeri belum teratasi.
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Kepada perawat diharapkan agar mengetahui cara-cara keperawatan yang sesuai
dengan keadaan. Perawat juga harus melihat, memahami setiap tingkah laku klien karena
masing-masing klien mempunyai penilaian yang berbeda-beda terhadap penyakitnya.
22
2. Bagi Klien
Hendaknya klien dan keluarga mengetahui dan memahami apa yang dijelaskan
oleh perawat dan dokter agar masalah dapat teratasi dan keluarga hendaknya membantu
dan mengawasi perawatan klien.
3. Bagi Pendidikan
Bagi pihak pendidikan perlu lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswanya. Cara mengadakan pelatihan, seminar, presentasi sehingga dengan
demikian pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Greg, 1996, Lima Puluh Kiat Mengahadapi Vonis Kanker, Jakarta : Gramedia
Pustaka
Carpenito, Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Philadelphia : EGC
Erry, Dr, 2000, Majalah Dexa Media, Puslitbang Kesehatan, Jakarta : Dexa Media
Henderson, M. A, 1992, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medica
Himawan, Sutisna, Dr, 1973, Patologi, Jakarta : FKUI
24