lp remathoid artritis.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi :
- Hereditas : Ketuaan / genetik
- Nutrisi : Makanan
- Status kesehatan
- Pengalaman hidup
- Lingkungan
- Stress
3. BATAS-BATAS LANJUT USIA
a.Menurut organisasi kesehatan dunia
Lanjut usia meliputi :
- Usia pertengahan (middle age) = 45 – 59 tahun
- Lanjut usia tua (very old) = diatas 90 tahun
b.Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
- Masa bayi = 0 – 1 tahun
- Masa pra sekolah = 1 – 6 tahun
- Masa sekolah = 6 – 10 tahun
- Masa pubertas = 10 – 20 tahun
- Masa setengah umur = 40 – 60 tahun
1
- Masa lanjut usia = > 60 tahun
c.Menurut Dra. Ny. Jos Masdani
- Fase invebtus = 25 – 40 tahun
- Fase verilitas = 40 – 50 tahun
- Fase prosenium = 55 – 65 tahun
- Fase senium = 65 tahun – tutup usia
d.Menurut Prof. Dr. Koesoemoto Setyonegoro
- Usia dewasa muda (elderly adulthood) = 20 – 25 tahun
- Usia dewasa penuh (geniatric age) = > 65 tahun yang meliputi :
1. Young old = 70 – 75 tahun
2. Old = 75 – 80 tahun
3. Very old = > 80 tahun
e.Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1965
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
4. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia meliputi :
a. Perubahan-perubahan fisik
1. Sel
- Lebih sedikit jumlahnya
- Lebih besar ukurannya
2. Sistem Persyaratan
- Berat otak menurun 10 – 20 %
- Lamban dalam respon dan waktu untuk bereaksi
3. Sistem Pendengaran
- Membaran timpani menjadi atropi
- Pendengaran bertambah menurun
4. Sistem Penglihatan
- Hilangnya daya akomodasi
- Lensa lebih suram
5. Sistem Kardiovaskuler
2
- Elastisitas, dinidng aorta menurun
- Katup jantung menebal dan menjadi kaku
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
- Temperatur tubuh menurun secara fisiologik 350 C
- Tidak dapat memproduksi panas
7. Sistem Respirasi
- Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
- Menurunnya aktivitas dari silia
8. Sistem Gastrointestinal
- Kehilangan gigi
- Indra pengecap menurun
9. Sistem Genitourinaria
- Atrofi vulva (wanita)
- Pembesaran prosfat 75 % (laki-laki)
10. Sistem Endokrin
- Produksi dari semua hromon menurun
- Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
11. Sistem Kulit
- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
- Menurunnya respon terhadap trauma
12. Sistem Muskuloskeletal
- Kifosis
- Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
- Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan
- Lingkungan
c. Perubahan Psikososial
3
- Pensiun
- Merasakab atau sadar akan kematian
- Perubahan dalam cara hidup
- Penyakit kronis dan ketidakmampuan
d. Definisi Kurangnya Perawatan Diri
Kurangnya perawatan diri adalah kebersihan perorangan suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
BATASAN-BATASAN KARAKTERISTIK
- Mayor
1. Kurangnya kemampuan untuk makan sendiri
a. Tidak dapat memotong makanan atau membuka
b. Tidak dapat membawa makanan kemulut
2. Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh
keseluruh tubuh, menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan
terhadap kulit, dan kuku serta menggunakan rias wajah).
3. Kurang perawatan diri instrumental
a. Kesulitan berbelanja
b. Kesulitan mengelolah keuangan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KURANG
PERAWATAN DIRI
1. Body image
2. Praktek sosial
3. Status sosial ekonomi
Gambaran individu terhadap
dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri
Bila pada lansia selalu dimanja
dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi
perubahan pada personal hygiene
Sabun, pasta gigi, sampo, alat
mandi yang dibutuhkan dalam
perawatan diri memerlukan uang
untuk menyediakannya
4
4. Pengetahuan
5. Budaya
6. Kebiasaan seseorang
7. Kondisi fisik
Pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan
Disebagian masyarakat yang baik
dapat dimandikan
Kebiasaan orang yang
menggunakan produk t3
Pada keadaan sakit t3 kemampuan
untuk merawat diri berkurang
LAPORAN PENDAHULUAN
REUMATHOID ARTRITIS
1.1 Pengertian
Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada
membrane synovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai timbulnya
penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik
yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok
penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.
1.2 Etiologi
Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui, akan tetapi factor –faktor yang penting dalam
timbulnya penyakit antara lain;
1. Genetik
5
Sekitar 60% dari pasien dengan AR membawa epitop bersama dari cluster HLA-DR4
yang merupakan salah satu situs pengikatan peptide-peptida molekul HLA-DR tertentu
yang berkaitan dengan AR.
2. Lingkungan
Untuk beberapa decade, sejumlah agen infeksi seperti organism Mycoplasma, Epstein-
Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan AR.
3. Hormonal
Hormon seks mungkin memainkan peran, terbukti dengan jumlah perempuan yang tidak
proporsional dengan AR, ameliorasi selama kehamilan, kambuh dalam periode
postpartum dini, dan insiden berkurang pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.
4. Imunologi
Semua elemen imunologi utama memainkan peran penting dalam propagasi, inisiasi, dan
pemeliharaan dari proses atoimun AR. Peristiwa seluler dan sitokin yang mengakibatkan
konsekuensi patologis kompleks, seperti proliferasi synovial dan kerusakan sendi
berikutnya.
1.3 Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien arthritis rheumatoid.
Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya
penyakit inimemilki manifestasi klinis yang bervariasi, antara lain:
1. Gejala-gejala konstituonal, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam.
Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekuatan ini berbeda dengan kekakuan pada sendi
pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari satu jam.
6
4. Artritis erosive, merupakan cirri khas arthritis rheumatoid pada gambaran radiologic.
Perdangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapatdilihat pada
radiogram.
5. Deformitas
Kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Dapat
terjadi pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutonnierre, dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga terserang dan akan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita arthritis reumathoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas
ini adalah bursa olekranon (sendi siku), atau di sepanjang permukaan ektensor dari
lengan, walaupun demikian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat-tempat
lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan petunjk penyakit yang aktif dan
lebih berat.
6. Adapun manifestasi ekstraartikuler dari arthritis rheumatoid antara lain:
Kulit: Nodula subkutan, Vaskulitis (menyebabkan bercak-bercak cokelat), lesi-lesi
ekimotik.
Jantung: Perikarditis, temponade pericardium (jarang terjadi), lesi perdangan pada
miokardium dan katup jantung.
Paru-paru :Pleuritis dengan atau tanpa efusi, perdangan pada paru-paru
Mata: skleritis
Sistem saraf : Neuropati perifer, sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom carpal
tunner, neuropati saraf ulnaris, paraliasis peronealis, dan abnormalitas vertebra
servikal.
Sistemik: Osteoporosis generalisata, sindrom felty dan sebagainya.
7. Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid anatara lain:
Kriteria Definisi1. Kaku pagi hari Kekakuan pagi hari pada persendian dan di
7
sekitarnya, sekurangnya selama satu jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak, persendian atau terjadi efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya tiga sendi secara bersamaan.
3. Artritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti yang tertera di atas.
4. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi.5. Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artikular.6. Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal factor rheumatoid serum.7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi RA.
1.4 Patofisiologi
8
Genetik Lingkungan Hormonal Imunologi
Membawa epitop (situs pengikatan peptide molekul HLA-DR4)
Agen infeksi: Mycoplasma, rubella dll.
Hormon seks. Ex: amilorase saat hamil, penggunaan kontrasepsi oral
Reaksi autoimun oleh Limposit T & B
Seluler
Idiopatik
Mengaktifkan fibroblast sinovial
Mengaktifkn makrofag & populasi sel lainnya
Membentuk sitokinin proinflamasi
Reumathoid Artritis (RA)
Sitokin abnormal
Penyimpangan produksi dan regulasi
Gerak sendi terganggu
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Laju endap darah (LED) adalah pengukuran suatu indeks peradangan yang bersifat tidak
specific di dalam darah. Pada arthritis rheumatoid nilainya bisa mencapai 100mm/jam
atau lebih. Hal ini pertanda LED dapat dipakai untuk memantau aktifitas penyakit.
Anemia normositik normokromik dapat disebabkan oleh arthritis rheumatoid melalui
pengaruhnya terhadap sum-sum tulang.
2. Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovia.
Profil sel darah lengkap: anemia, trombositosis, trombositopenia, leukositosis dan
leucopenia.
Analisis ciran sinovia: inflamasi cairan sinovia, dan dominasi neutrofil (60-80%)
WBC count (>2000/mikroliter) hadir dengan jumlah WBC umumnya dari 5000-
50000/uL.
Parameter imunologi: factor rheumatoid hadir pada sekitar 60-80% pasien dengan
AR.
3. Studi Imaging
9
Hiperaktivasi membrane sinovial
Jaringan pannus
Menyerang tulang, menghancurkan tulang rawan
Mengalami degredasi
Artritis Erosif
Otot melakukan perubahn generatif
Kehilangan elastisitas & kekuatan kontraksi otot
Lelah BB menurun
Pergerakan antar tulang tanpa sinovial
Gesekan permukaan kasar
Kerusakan jar. sekitar
Kekakuan di pagi hari
Mk: Nyeri
Reaksi inflamasi
demam
Deformitas sendi
Munculnya nodul2
Mk: Hambatan mobilitas fisik
Mk: Keletihan Ketidakseimba
ngan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Menyerang organ lain
Kardiovaskular: lesi,perikarditis dsb.
Kulit: nodul subct
Mata: skleritis Sistem saraf
neuropati perifer
sistemik
Radiografi: perhatikan bahwa erosi mungkin ada pada kaki, bahkan tanpa adanya rasa
sakit dan tidak adanya erosi di tangan.
MRI: Modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan tulang belakang,
leher, pengenalan awal erosi berdasarkan citra MRI telah cukup divalidasi.
Ultrasonografi: Hal ini memungkinkan pengakuan efusi pada sendi yang tidak mudah
diakses (misalnya sendi panggul dan sendi bahu pada pasien obesitas) dan kista.
Bone Scanning : Temuan dapat membantu memedakan inflamasi dari perubahan yang
bisa menyebabakan peradangan pada pasien dengan minimal pembengkakan.
Densitometri: Temuan yang berguna untuk membantu mendiagnosis perubahan
dalam kepadatan mineral tulang mengindikasikan osteoporosis.
4. Temuan Histologis: Infiltrat Limfoplasmasistik dari sinovium dengan neovaskularisasi
dilihat dari AR mirip dengan yang terlihat pada kondisi lain dan ditandai dengan
sinovitia. Reumatoid nodul awal ditandai dengan vaskulitas kecil dan kemudian oleh
peradangan granulomatosa.
1.6 Penatalaksanaan
1. Langkah pertama dalam program penatalksanaan arthritis rheumatoid adalah memberikan
pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa
saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan diberikan meliputi pengertian
tentang patofisiologi penyakit, penyebaba dan prognosis penyakit, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber batuan
untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara
terus-menerus. Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari bantuan
klub penderita, badan-badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga
menderita arthritis rheumatoid, serta keluarga mereka.
2. Istirahat adalah penting karena arthritis rheumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa di
mana klien merasa keadaannya lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat mudah
10
terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. Di samping itu latihan-latihan
spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan sedikit dua
kali sehari. Obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan
mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur antara suhu panas dan dingin dapat
dilakukan. Ala-alat pembanu dan adaftif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang
sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja karena
latihan yang berlebihan dapat merusak struktur-struktur penunjang sendi yang memang
sudah lemah oleh adanya penyakit.
3. Penderita arthritis rheumatoid idak memerlukan diet khusus karena variasi pemberian diet
yang ada belum terbuki kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang
sangat penting.
4. Obat-obat dipakai untuk mengurangu nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba
mengubah perjalanan penyakit. Nyeri hamper tidak dapat dipisahkan dari arthritis
rheumatoid, sehingga ketergantungan terhadap obat harus diusahakan seminimum
mungkin. Obat utama pada arthritis rheumatoid adalah obat-obatan aniinflamasi
nonsteroid (NSAID).
Obat anti inflamasi nonsterod bekerja dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin atau siklo-oksigenase. Enzim-
enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam araknoid menjadi
prostaglandin , prostasiklin, tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.
1.7 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan sendi pada pagi hari , biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan
pekerjaan. Gejala lain keletihan dan kelelahan yang hebat.
11
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak, artrofi otot, kulit; kontraktur/ kelainan pada
sendi dan otot.
1. Kardiovaskular
Fenomena Ryneud jari tangan/kaki, misalnya pucat intermitten, sianotik, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
2. Integritas Ego
Faktor-faktor stres akut/kronis, missal financial, pekerjaan, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
3. Makanan/ cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:
mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
4. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.
Keterganunga pada orang lain.
5. Neurosensori
Gejala: Kebas/Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda: Pembengkakan sendi simetris.
6. Nyeri/Kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai /tidak disertai pembengkakan jaringan lunak dan sendi).
Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari)
7. Keamanan
Kulit mengilat, tegang : nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam
menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada
mata, dan membrane mukosa.
8. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengankeluarga/ orang lain, perubahan peran, isolasi
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis / Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik kronis
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku sendi
12
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d factor biologis: reumathoid
arthritis
4. Keletihan b.d peningkatan kelelahan fisik
Rencana Tindakan
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan/
Kriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC) Rasional
1 Nyeri Akut b.d agen cedera biologis.Batasan Karakteristik: Laporan secara
verbal atau non verbal
Fakta dan observasi nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
Tingakah laku distraksi
(jalan-jalan menemui orang lain, aktivitas berulang-ulang) Respon
autonom (diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan pola nafa, nadi dan dilatasi pupil)
Tingkah laku ekspresif (gelisah, marah,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan indikator: Mengenali factor
penyebab Mengenali onset
(lamanya sakit) Menggunakan
metode pencegahan
Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri
Menggunakan analgetik sesua dengan kebutuhan
Mencari bantuan tenaga kesehatan
Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
Menggunakan sumber-sumber yang tersedia
Mengenali gejala-gejala nyeri
Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
1. Untuk mengetahui permasalahan secara menyeluruh
2. Memvalidasi adanya nyeri
3. Untuk mempermudah penggalian informasi
4. Mengetahui factor yang mempengaruhi nyeri dari berbagai segi.
5. Mengetahui metode yang paling tepat untuk manajemen nyeri pasien.
6. Menentukan tindakan yang tepat.
7. Agar pasien termotivasi untuk memanage nyeri dengan baik.
8. Untuk mengurangi nyeri.
9. Antisipasi munculnya nyeri
10. Menetukan metode penanganan yang tepat.
13
menangis, merintih)
Berfokus pada diri sendiri
Muka topeng Fokus
menyempit Perubahan
nafsu makan
Melaporkan nyeri sudah terkontrol
ketidakefektifan control nyeri masa lampau.
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pecahayaan dan kebisingan
9. Kurangi factor presipitasi
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11. Ajarakan tentang teknik non farmakologi
12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan control nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak
11. Untuk memandirikan pasien.
12. Untuk mengurangi nyeri.
13. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan.
14. Untuk memulihkan keadaan pasien, menurunkan nyeri
15. Agar nyeri dapat teratasi.
14
berhasil.2 Hambatan
mobilitas fisik b.d kaku sendi
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pasien dapat melakukan ambulasi berjalan dengan indikator: Mempertahankan
berat badan Melangkah Berjalan Lambat Berjalan dengan
kecepatan sedang Berjalan dengan
jarak yang lebih jauh
1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
2. Konsultasikan dengen fisioterapis tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera.
4. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi sesuai penyakitnya.
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
6. Latih pasien dalam pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan.
7. Dampingi pasien dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL.
8. Berikan alat bantu bila
1. Untuk memastikan kondisi pasien baik.
2. Memberikan ambulasi yang sesuai dengan kondisi pasien.
3. Agar pasien lebih mudah dalam mobilisasi.
4. Agar pasien mampu menyesuaikan dan mandiri.
5. Untuk perencanaan ambulasi pasien
6. Untuk memandirikan pasien.
7. Agar pasien terbantu.
8. Untuk mempermudah mobilisasi.
9. Untuk memandirikan pasien.
15
pasien membutuhkan.
9. Ajarkan bagaimana cara merubah posisi dan bantu jika memerlukan bantuan.
3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d factor biologis: reumathoid arthritis
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan indiktor:-intake nurien normalIntake makanan dan cairan normalBerat badan normalMassa tubuh normalPengukuran biokimia normal.
1. Kaji adanya alergi makanan atau pantangan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat dan sesua dengan kondisi pasien.
4. Berikan makanan yang terpilih.
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisinya
1. Untuk mengantisipasi pemberian makanan yang tidak sesuai.
2. Untuk memberikan nutrisi dengan komposisi sesuai.
3. Mencegah konstipasi
4. Makanan sesuai dengan diet pasien.
5. Agar pasien mampu memanage nutrisinya secara mandiri.
6. Agar pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan benar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin Noor. (2012).Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika
Lukman & Ningsih,Nurma.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal.Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. (2009).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. (2006).Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC
17