lp rbd

7
Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Resiko Bunuh Diri A. Masalah Utama Risiko bunuh diri. B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2012). 2. Tanda dan Gejala a. Mempunyai ide untuk bunuh diri. b. Mengungkapkan keinginan untuk mati. c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan. d. Imfulsif. e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh). f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematiaan, menanyakan tentang obat dosis mematikan) h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri).

Upload: annatasiapujiwinata

Post on 29-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan keperawatan psikiatri

TRANSCRIPT

Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan KeperawatanResiko Bunuh Diri

A. Masalah Utama

Risiko bunuh diri.

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2012).2. Tanda dan Gejala

a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

d. Imfulsif.

e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematiaan, menanyakan tentang obat dosis mematikan)

h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri).

i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol).

j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).

l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.

m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

n. Pekerjaan.

o. Konflik interpersonal.

p. Latar belakang keluarga.

q. Orientasi seksual.

r. Sumber-sumber personal.

s. Sumber-sumber sosial.

t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

3. Rentang Respon

Rentang respon protektif diri

Respon AdatifRespon maladatif

Peningkatan diriBerisiko destruktifDestruktif diriPencederaan diriBunuh diri

tidak langsungGambar 1 Rentang respon protektif diri

a. Peningkatan diri, dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.

b. Berisiko destruktif, berisiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri.

c. Destruktif diri tidak langsung, mengambil sikap maladatif terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.d. Pencederaan diri, seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau percederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

e. Bunuh diri, seseorang telah melakukan kegiatan butuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

Pembangain kategori perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam Fitria (2012):

a. Upaya bunuh diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan munuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.

c. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.4. Faktor Predisposisi

Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau presipitasi pencederaan diri. Faktor predisposisi yang lain adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi (mengkomunikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi, dan perasaan yang tidak stabil.Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri:

a. Diagnosis psikiatri, tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.

b. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

c. Lingkungan psikososial, baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

d. Riwayat keluarga, riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri.

e. Faktor biokimia, proses yang dimediasi serotonin, adrenalin, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.5. Faktor Prepitasi

Presipitasi dapat berupa kejadia yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.6. Sumber Koping

Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.7. Mekanisme Koping

Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

C. Pohon Masalah

EffectBunuh diri

Core problem

CausaIsolasi sosial

Harga diri rendah kronisD. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan yang mungkin muncula. Risiko bunuh diri

b. Bunuh diri

c. Isolasi sosial

d. Harga diri rendah kronis

2. Data yang perlu dikaji

Masalah KeperawatanData yang perlu dikaji

Risiko bunuh diriSubjektif:

Mengungkapkan keinginan bunuh diri

Mengungkapkan keinginan untuk mati

Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga

Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan

Mengungkapkan adanya konflik interpersonal

Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan sejak kecil.

Objektif:

Imfulsif.

Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunakan alkohol).

Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau terminal).

Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).

Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.

Status perkawinan yang tidak harmonis.

E. Diagnosa Keperawatan

Risiko bunuh diri.

F. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri

Tujuan: klien tetap aman dan selamat

Tindakan: melindungi klien

Perawat dapat melakukan hal berikut untuk melindungi klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.

a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ke tempat yang lebuh aman.

b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, ikat pinggang, dan lain-lain).

c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien mendapatkan obat.

d. Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa saudara akan melindungi klien sampai klien melupakan keinginan untuk bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien percobaan bunuh diri

Tujuan: keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.

Tindakan:a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah meninggalkan klien sendirian.

b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar klien.

c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga klien agar tidak sering melamun sendiri.

d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur.

Risiko bunuh diri