lp pnemothorax.docx

Upload: harsono-ora-opo-opo

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    1/16

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PNEUMOTHORAKS

    I. KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat

    terjadi kolaps. Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleural

    visceral dan parietal. (Muttaqin, Arif.2008).Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam

    rongga pleura, akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan.

    Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 ).

    Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas

    lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru. ( Corwin, 2009 : 550 Pneumothoraks adalah

    adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi spontan atau karena trauma. Dari definisi diatas

    dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah pengumpulan udara didalam rongga pleura yang

    mengakibatkan gagal napas yang dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.

    B. Anatomi

    1. Anatomi Rongga Thoraks

    Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :

    - Depan : Sternum dan tulang iga.

    - Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

    - Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

    - Bawah : Diafragma

    - Atas : Dasar leher.

    Isi :

    -Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus

    pleuranya.

    -Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi jantung

    dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan

    vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe.

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    2/16

    C. Klasifikasi

    1. Berdasarkan terjadinya.

    a.

    Artifisial

    b. Traumatik

    c. Spontan

    2.

    Berdasarkan lokasinya

    a. Pneumotoraks parietalis

    b. Pneumotoraks mediastinalis

    c. Pneumotoraks basalis

    3. Berdasarkan derajat kolaps

    a. Pneumotoraks totalis

    b.

    Pneumotoraks partialis

    4. Berdasarkan jenis fistel

    a. Pneumotoraks terbuka

    Pneumotoraks dimana ada hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronchus yang

    merupakan dunia luar. Dalam keadaan ini tekanan intra pleura sama dengan tekanan

    barometer (luar ). Tekanan intra pleura disekitar nol (0 ) sesuai dengan gerakan

    pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi positif

    + 2 ekspirasi - 2 inspirasi

    b. Pneumotoraks tertutup

    Rongga pleura tertutup tidak ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang

    dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan tidak

    adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga pleura

    menjadi negatif. Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga masih ada

    rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah negatif - 4 ekspirasi- 12

    inspirasi.

    c. Pneumotoraks ventil

    Merupakan pneumotoraks yang mempunyai tekanan positif berhubung adanya

    fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.Udara melalui bronchus terus ke

    percabangannya dan menuju kearah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi udara

    masuk ke rongga pleura dimana pada permulaan masih negatif. Pada waktu ekspirasi

    udara didalam rongga pleura yang masuk itu tidak mau keluar melalui lubang yang

    terbuka tadi bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar dapat masuk

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    3/16

    kedalam rongga pleura, apabila ada obstruksi dibronchus bagian proksimal dari fistel

    tersebut. Sehingga tekanan pleura makin lama makin meningkat sehubungan dengan

    berulangnya pernapasan. Udara masuk rongga pleura pada waktu ekspirasi oleh

    Karena udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, lebih-lebih

    kalau penderita batuk-batuk, tekanan udara di bronchus lebih kuat lagi dari ekspirasi

    biasa.

    D. Etiologi

    Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara

    melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronchus.Pelebaran

    dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu bula di dekat suatu

    daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu sebab yang sering terjadi

    pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi emfisema.Penyebab

    tersering adalah valve mekanisme di distal dari bronchial yang ada keradangan atau jaringan

    parut. Secara singkat penyebab terjadinya pneumotorak menurut pendapat MACKLIN adalah

    sebagai berikut :

    Alveoli disanggah oleh kapiler yang lemah dan mudah robek, udara masuk ke arah

    jaringan peribronchovaskuler apabila alveoli itu menjadi lebar dan tekanan didalam alveoli

    meningkat. Apabila gerakan napas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronchial merupakan

    fakltor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.Selanjutnya udara yang terbebas dari

    alveoli dapat menggoyakan jaringan fibrosis di peribronchovaskuler kearah hilus, masuk

    mediastinum dan menyebabkan pneumotoraks atau pneumomediastinum.

    E. Patofisiologi

    Mengenai rongga toraks sampai rongga pleura, udara bisa masuk (pneumothorax). Terjadi

    robekan Pembuluh Darah intercostal, pembuluh darah jaringan paru-paru. Karena tekanan

    negative intrapleuraMaka udara luar akan terhisap masuk kerongga pleura (sucking wound)

    Terjadi perdarahan :

    (perdarahan jaringan intersititium, perarahan intraalveolar diikuti kolaps kapiler kecil-kecil

    dan atelektasi). Tahanan perifer pembuluh paru naik (aliran darah turun) Oper

    penumothorax Close pneumotoraks Tension pneumotoraks

    Ringan kurang 300 cc ---- di punksi

    Sedang 300 - 800 cc ------ di pasang drain

    Berat lebih 800 cc ------ torakotomi

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    4/16

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    5/16

    F. Gejala klinik

    Keluhan : timbulnya mendadak, biasanya setelah mengangkat barang berat, habis batuk

    keras, kencing yang mengejan, penderita menjadi sesak yang makin lama makin berat.Keluhan

    utama : sesak, napas berat, bias disertai batuk-batuk. Nyeri dada dirasakan pada sisi sakit,terasanya berat (kemeng), terasa tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan respirasi. Sesak ringsn

    sampai berat, napas tertinggal, senggal pendek-pendek. Tanpa atau dengan cyanosis. Tampak

    sakit ringan sampai berat, lemah sampai shock, berkeringat dingin.

    Berat ringannya keadaan penderita tergantung dari keadaan pneumotoraksnya :Tertutup

    dan terbuka biasanya tidak berat, ventil ringan tekanan positif tinggi biasanya berat dan selain itu

    tergantung juga keadaan paru yang lain dan ada atau tidaknya obstruksi jalan napas.

    G. Pemeriksaan penunjang

    a. X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

    b. Diagnosis fisik :

    Bila pneumotoraks < 30% atau hematotorax ringan (300cc) terap simtomatik,

    observasi.

    Bila pneumotoraks > 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum pleura

    dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction

    unit.

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    6/16

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    7/16

    Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu

    dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat

    dikurangi.

    -

    Pergantian posisi badan.

    Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil

    dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,

    merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah

    lengan atas yang cedera.

    d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

    Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang

    Latihan napas dalam.

    Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang

    diklem.

    Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

    e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

    Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.

    Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.Jika

    banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan

    pernapasan.

    f.Suction harus berjalan efektif :

    Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam

    selama 24 jam setelah operasi.

    Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaanpernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

    Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang

    baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke

    posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang

    tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang

    tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

    g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    8/16

    1)Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar

    kalau ada dicatat.

    2)

    Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung

    udara yang keluar dari bullow drainage.

    3)Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem"

    slang pada dua tempat dengan kocher.

    4)Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang

    harus tetap steril.

    5)Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan

    memakai sarung tangan.

    6)Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang

    terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

    h. Dinyatakan berhasil, bila :

    a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

    b.

    Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

    c. Tidak ada pus dari selang WSD.

    J. Komplikasi

    Atelektasis, ARDs, infeksi, edema pulmonary, emboli paru, efusi pleura, empyema, emfisema,

    penebalan pleura.

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    9/16

    K. Pathways

    Pecahnya Trauma / Luka tembus IntervensiM

    Pneumathoraks spontan, traumatic,

    Meningkatkan

    tekanan intra

    Sucking chest PergeseranUdara masuk ke

    dalam kavum

    hipoksi

    Kehilangan

    komaKemampuan

    dilatasi alveoli

    Intoleransi

    Hambatan Mobilitas

    atelekta

    Sesak

    Pola Napas tidak

    Intoleransi

    Nafsu

    makan

    Nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Penyumbatan aliran

    vena kava superior

    Mengurangi Cardiac

    Menurunkan cardiac

    output

    kematian

    Intoleransi

    Gangguan pola

    tidur

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    10/16

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    A. Riwayat keperawatan

    Klien terdapat penyakit paru, bila ditemukan adanya iritan pada paru yang meningkat maka

    mungkin terdapat riwayat merokok. Penyakit yang sering ditemukan adalah pneumotoraks,

    hemotoraks, Pleural effusion atau empiema. Klien bias juga ditemukan adanya rwayat trauma

    dada yang mendadak yang memerlukan tindakan pembedahan.

    B. Pemeriksaan

    Adanya respirasi ireguler, takhipnea, pergeseran mediastinum, ekspansi dada asimetris.

    Adanya ronchi atau rales, suara nafas yang menurun, yang menurun, perkursi dada redup

    menunjukan adanya pleural effusion Sering ditemui sianosis perifel atau sentral, takhikardia,

    hipotensi,dan nyeri dada pleural. Pad pemeriksaan Blood gas terdapat kelainan pada PaO2

    yang menurun dan PCO2 yang meningkat. Terdapat ketidak seimbangan cairan elektrolit

    yang ringan missal pada Na dan K.

    C. Faktor perkembangan / psikososial

    Klien mengalami kecemasan, ketakutan terhadap nyeri, prosedur atau kematian, karena

    penyakit atau tindakan. Persepsi dan pengalaman lampau klien terhadap tindakan ini atauhospitalisasi akan mempengaruhi keadan psikososial klien.

    D. Pengetahuan klien dan keluarga

    Pengkajian diarahkan pada pengertian klien tentang tindakan WSD, tanda atau gejala yang

    menimbulkan kondisi ini, tingkat pengetahuan, kesiapan dan kemauan untuk belajar.

    1. Pengkajian Fisik

    a. Aktivitas / Istirahat

    Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

    b. Sirkulasi

    Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop. Nadi apical

    berpindah, hipertensi, hipotensi.

    c. Integritas Ego

    Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas

    d. Makanan / Cairan

    Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    11/16

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    12/16

    D. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan

    untuk ambulasi dengan alat eksternal.

    E.

    Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

    F. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow

    drainage.

    G.

    Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder

    terhadap trauma.

    H. Intevensi Keperawatan

    1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal

    karena trauma.

    Tujuan :Pola pernapasan efektive.

    Kriteria hasil :

    Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.

    Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

    Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

    INTERVENSI RASIONAL

    1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya

    dnegan peninggian kepala tempat

    tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong

    klien untuk duduk sebanyak mungkin.

    2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat

    frekuensi pernapasan, dispnea atau

    perubahan tanda-tanda vital.

    3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan

    tersebut dilakukan untuk menjamin

    keamanan.

    4. Jelaskan pada klien tentang

    etiologi/faktor pencetus adanya sesak

    atau kolaps paru-paru.

    5. Pertahankan perilaku tenang, bantu

    pasien untuk kontrol diri dengan

    menggunakan pernapasan lebih lambat

    dan dalam.

    1. Meningkatkan inspirasi maksimal,

    meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi

    pada sisi yang tidak sakit.

    2. Distress pernapasan dan perubahan pada

    tanda vital dapat terjadi sebgai akibat

    stress fifiologi dan nyeri atau dapat

    menunjukkan terjadinya syock

    sehubungan dengan hipoksia.

    3. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat

    mengurangi ansietas dan mengembangkan

    kepatuhan klien terhadap rencana

    teraupetik.

    4. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat

    mengembangkan kepatuhan klien terhadap

    rencana teraupetik.

    5. Membantu klien mengalami efek fisiologi

    hipoksia, yang dapat dimanifestasikan

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    13/16

    6. Perhatikan alat bullow drainase

    berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :

    1) Periksa pengontrol penghisap

    untuk jumlah hisapan yang benar.

    2)

    Periksa batas cairan pada botolpenghisap, pertahankan pada

    batas yang ditentukan.

    3) Observasi gelembung udara botol

    penempung.

    4) Posisikan sistem drainage slang

    untuk fungsi optimal, yakinkan

    slang tidak terlipat, atau

    menggantung di bawah saluran

    masuknya ke tempat drainage.

    Alirkan akumulasi dranase bela

    perlu.

    5) Catat karakter/jumlah drainage

    selang dada.

    7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

    Dengan dokter, radiologi dan

    fisioterapi.

    Pemberian antibiotika.

    Pemberian analgetika.

    Fisioterapi dada.

    Konsul photo toraks.

    sebagai ketakutan/ansietas.

    1) Mempertahankan tekanan negatif

    intrapleural sesuai yang diberikan,

    yang meningkatkan ekspansi paru

    optimum/drainase cairan.

    2) Air penampung/botol bertindak

    sebagai pelindung yang mencegah

    udara atmosfir masuk ke area pleural.

    3)

    gelembung udara selama ekspirasi

    menunjukkan lubang angin dari

    penumotoraks/kerja yang diharapka.

    Gelembung biasanya menurun seiring

    dnegan ekspansi paru dimana areapleural menurun. Tak adanya

    gelembung dapat menunjukkan

    ekpsnsi paru lengkap/normal atau

    slang buntu.

    4) Posisi tak tepat, terlipat atau

    pengumpulan bekuan/cairan pada

    selang mengubah tekanan negative

    yang diinginkan.

    6.

    Berguna untuk mengevaluasi perbaikan

    kondisi/terjasinya perdarahan yang

    memerlukan upaya intervensi.

    7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

    unutk engevaluasi perbaikan kondisi klien

    atas pengembangan parunya.

    2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan

    penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

    Tujuan : Jalan napas lancar/normalKriteria hasil :

    Menunjukkan batuk yang efektif.

    Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

    Klien nyaman.

    INTERVENSI RASIONAL

    1.

    Jelaskan klien tentang kegunaanbatuk yang efektif dan mengapa

    1.

    pengetahuan yang diharapkan akanmembantu mengembangkan kepatuhan

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    14/16

    terdapat penumpukan sekret di

    sal. pernapasan.

    2. Ajarkan klien tentang metode

    yang tepat pengontrolan batuk.

    3.

    Napas dalam dan perlahan saatduduk setegak mungkin.

    4. Lakukan pernapasan diafragma.

    5. Tahan napas selama 3 - 5 detik

    kemudian secara perlahan-lahan,

    keluarkan sebanyak mungkin

    melalui mulut.

    6. Lakukan napas ke dua, tahan

    dan batukkan dari dada dengan

    melakukan 2 batuk pendek dan

    kuat.

    7. Auskultasi paru sebelum dan

    sesudah klien batuk.\

    8. Ajarkan klien tindakan untuk

    menurunkan viskositas sekresi :

    mempertahankan hidrasi yang

    adekuat; meningkatkan masukan

    cairan 1000 sampai 1500 cc/hari

    bila tidak kontraindikasi.

    9.

    Dorong atau berikan perawatanmulut yang baik setelah batuk.

    10.Kolaborasi dengan tim

    kesehatan lain :

    Dengan dokter, radiologi dan

    fisioterapi.

    Pemberian expectoran.

    Pemberian antibiotika.

    Fisioterapi dada.

    Konsul photo toraks.

    klien terhadap rencana teraupetik.

    2.

    Batuk yang tidak terkontrol adalah

    melelahkan dan tidak efektif,

    menyebabkan frustasi.

    3.

    Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.4. Pernapasan diafragma menurunkan frek.

    napas dan meningkatkan ventilasi

    alveolar.

    5. Meningkatkan volume udara dalam paru

    mempermudah pengeluaran sekresi

    sekret.

    6. Pengkajian ini membantu mengevaluasi

    keefektifan upaya batuk klien.

    7.

    Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan

    dapat menyebabkan sumbatan mukus,

    yang mengarah pada atelektasis.

    8. Untuk menghindari pengentalan dari

    sekret atau mosa pada saluran nafas

    bagian atas.

    9. Hiegene mulut yang baik meningkatkan

    rasa kesejahteraan dan mencegah bau

    mulut

    10.Expextorant untuk memudahkan

    mengeluarkan lendir dan menevaluasiperbaikan kondisi klien atas

    pengembangan parunya.

    3.

    Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek

    spasme otot sekunder.

    Tujuan :Nyeri berkurang/hilang.

    Kriteria hasil :

    Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

    Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

    Pasien tidak gelisah.

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    15/16

  • 8/10/2019 LP pnemothorax.docx

    16/16

    Brunner & Suddarth. (2002).Buku ajar keperawatan medikal bedah. (edisi Ke delapan), volume

    2. Jakarta : EGC

    Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media

    Aesculapius FKUI

    Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2003). Pathophysiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier

    Science.

    Sudoyo, Aru W. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

    Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

    Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC