lp intoksikasi.docx

Upload: galuh-forestry-mentari

Post on 02-Jun-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    1/14

    1

    INTOKSIKASI

    A. PENGERTIAN

    Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

    manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

    Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh

    manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga

    menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

    Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung

    sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi

    3 kelompok yaitu:

    1. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,

    badan terasa sakit dan diare.

    2. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit

    bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.

    3. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan

    menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering

    dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit,

    kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan

    pernafasan.

    B. ETIOLOGI

    Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah

    keracunan akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan melalui

    kontaminasi lingkungan atau tempat kerja (okupasional).

    Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan,

    antara lain :

    1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan

    seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen

    metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air

    raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil

    klorida fenol ).

    2.

    Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants) mis : sengatan

    serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    2/14

    2

    3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus

    cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll

    4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants) mis : jamur

    amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

    C. PATOFISIOLOGI

    Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi

    enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.

    Pada bentuk ini enzim mengalami phosphorylasi.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    3/14

    3

    Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida

    lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam

    jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari

    beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.

    Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan

    kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara

    normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim

    dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan

    reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut

    menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian

    tubuh.

    D. MANIFESTASI KLINIS

    Tanda dan gejala dari intoksikasi organofosfat terbagi menjadi 3 bagian: (1) efek

    muskarinik, (2) efek nikotinik, dan (3) efek Sistem Saraf Pusat

    1. Efek muskarinik

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    4/14

    4

    Tanda dan gejala yang timbul 12-24 jam pertama setelah terpapar termasuk:

    diare, urinasi, miosis (tidak pada 10% kasus), bronkospasma/bradikardi, mual

    muntah, peningkatan lakrimasi, hipersalivasi dan hipotensi.

    Efek muskarinik menurut sistem organ termasuk:

    a) Kardiovaskular - Bradikardi, hipotensi

    b) Respiratori bronkospasma, batuk, depresi saluran pernafasan

    c)

    Gastrointestinal hipersalivasi, mual muntah, nyeri abdomen, diare,

    inkontinensia alvi

    d) GenitourinariInkontinensia urin

    e)

    Matamata kabur, miosis

    f) KelenjarLakrimasi meningkat, keringat berlebihan

    2. Efek Nikotinik

    Efek nikotinik termasuklah fasikulasi otot, kram, lemah, dan gagal diafragma

    yang bisa menyebabkan paralisis otot. Efek nikotinik autonom termasuk

    hipertensi, takikardi, midriasis, dan pucat.

    3. Efek sistem saraf pusat

    Efek sistem saraf pusat termasuk emosi labil, insomnia, gelisah, bingung,

    cemas, depresi salur nafas, ataksia, tremors, kejang, dan koma.

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1) Laboratorium klinik

    Analisa gas darah

    Darah lengkap

    Serum elektrolit

    Pemeriksaan fungsi hati

    Pemeriksaan fungsi ginjal

    sedimen urin

    2) EKG

    Deteksi gangguan irama jantung

    3) Pemeriksaan radiologi

    Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau

    dugaan adanya perforasi lambung.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    5/14

    5

    F. KOMPLIKASI

    Gagal nafas

    Kejang

    Pneumonia aspirasi Neuropati

    Kematian

    G. PENATALAKSANAAN

    1. Stabilisasi Pasien

    Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi

    primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom

    toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan

    dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami

    perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak

    memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan

    monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara

    intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini

    harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.

    2. Dekontaminasi

    Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami

    keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera

    dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan

    yang mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari

    udara.

    Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan

    yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk

    dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi

    pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi

    saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan

    diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang efektif jika

    organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien

    yang mengalami muntah.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    6/14

    6

    Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan

    yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien

    mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol

    untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat berhubungan dengan

    pneumonitis dan gangguan paru kronik.

    3. Pemberian Antidotum

    a.

    Agen Antimuskarinik

    Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan

    skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan

    organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki

    riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan

    karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi,

    bronkospasme, dan bronkorea.

    Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg iv yang digandakan setiap 2-3

    menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,05mg/kg BB

    yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Tidak ada

    kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin.

    b. Oxime

    Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk

    melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini

    diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang

    ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase

    dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.

    Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis

    tinggi (1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi

    penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah penggunaan ventilator.

    Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime

    meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi,

    peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri

    pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi dan tidak ada

    kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan

    organofosfat.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    7/14

    7

    c. Diazepam

    Diberikan pada pasien bagi mengurangkan cemas, gelisah (dosis: 5-10 mg

    IV) dan bisa juga digunakan untuk mengkontrol kejang (dosis: sehingga 10-20

    mg IV)

    .

    H. ASUHAN KEPERAWATAN

    1.

    Pengkajian

    a. Tanda-tanda vital

    1) Distress pernapasan

    2)

    Sianosis

    3) Takipnoe

    b. Neurologi

    IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya

    termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.

    c. GI Tract

    Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual

    dan muntah.

    d. Kardiovaskuler

    Disritmia.

    e.

    Dermal

    Iritasi kulit

    f. Okuler

    Luka bakar kornea

    g. Laboratorium

    1) Eritrosit menurun

    2)

    Proteinuria

    3) Hematuria

    4) Hipoplasi sumsum tulang

    h. Diagnostik

    1) Radiografi dada dasar/foto polos dada

    2) Analisa gas darah, GDA, EKG

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    8/14

    8

    2. Diagnosa Keperawatan

    1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya

    cairan tubuh secara tidak normal

    Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

    Kriteria evaluasi :

    Keseimbangan cairan adekuat

    Tanda-tanda vital stabil

    Turgor kulit stabil

    Membran mukosa lembab

    Pengeluaran urine normal 1 2 cc/kg BB/jam

    Intervensi :

    a) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.

    Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam

    mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.

    b) Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.

    Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan

    penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan

    tambahan.

    c) Catat adanya mual, muntah, perdarahan.

    Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu

    pada hipordemia.

    d) Pantau tanda-tanda vital

    Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan

    mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).

    e) Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis

    Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan

    /mencegah hipotensi.

    f) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik

    Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat

    menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan.

    g) Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.

    Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi

    gastrointestinal.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    9/14

    9

    h) Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).

    Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.

    2) Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas

    IFO, proses inflamasi.

    Tujuan : Pola napas efektif

    Kriteria Evaluasi :

    RR normal : 14 20 x/menit

    Jalan napas bersih, sputum tidak ada

    Intervensi :

    a) Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan

    Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan

    hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian

    yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin

    berubah-ubah secara drastis.

    b) Tinggikan kepala tempat tidur

    Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah

    untuk untuk menigkatkan inflasi paru.

    c)

    Dorong untuk batuk/ nafas dalam

    Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk

    mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.

    d)

    Auskultasi suara napas

    Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi

    & pneumonia.

    e) Berikan O2 jika dibutuhkan

    Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan

    f)

    Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA

    Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder

    seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.

    3) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi,

    kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.

    Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif

    dalam pemecahan masalah.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    10/14

    10

    Kriteria Evaluasi :

    Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan

    insektisida.

    Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.

    Intervensi :

    a)

    Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.

    Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat

    b) Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya

    terhadap masalah kehidupan.

    Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal,

    mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini

    c)

    Tetap tidak bersikap tidak menghakimi

    Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang

    menurunkan keamanan pasien.

    d) Berikan umpan balik positif

    Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri

    dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku

    e) Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi

    Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan

    terhadap bantuan, untuk bekerja.

    f) Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara

    koping.

    Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman

    sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.

    g)

    Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida

    Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada

    organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)

    h)

    Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi

    Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.

    4) Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan

    pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.

    Tujuan : Koping keluarga efektif.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    11/14

    11

    Kriteria Evaluasi :

    Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi

    dalam program individu dan keluarga.

    Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif. Melakukanperubahan perilaku.

    Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.

    Intervensi :

    a) Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga

    Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.

    b) Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari koping

    dengan masalah kehidupan.

    Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat

    ini

    c) Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.

    Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.

    d)

    Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota keluarga

    gali dengan individu dan pasien.

    Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk

    dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak

    berdaya untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat

    destruktif.

    e)

    Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek perilaku

    penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah pulang.

    Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan

    insektisida

    f)

    Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan

    melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas.

    Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang

    tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka

    perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka

    berubah pasien dapat menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri

    dan dapat memilih untuk mendapatkan yang baik.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    12/14

    12

    g) Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.

    Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu

    yang tergantung.

    5)

    Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan

    dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan

    kurangnya informasi.

    Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis,

    kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan zat insektisida.

    Kriteria Evaluasi :

    Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan

    rencana pengobatan.

    Berpartisipasi dalam program pengoabatan.

    Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.

    Intervensi :

    a) Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.

    Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan

    mengasimilasi informasi.

    b) Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.

    Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.

    c)

    Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.

    Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi

    tentang masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.

    d)

    Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya penyakit,

    perubahan kebutuhan dalam gaya hidup.

    Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang

    yang perlu untuk mempertahankan status pantanan.

    e) Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.

    Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

    pilihan berdasarkan informasi.

    f) Diskusikan efek zat yang digunakan.

    Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan

    efek jangka panjang dari penggunaan zat.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    13/14

    13

    6) Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang)

    berhubungan dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.

    Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri

    Kriteria Evaluasi :

    Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang

    mempengaruhi.

    Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.

    Menunjukkan kontrol diri.

    Intervensi :

    a)

    Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada

    ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.

    Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.

    b)

    Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di

    dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.

    Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang

    yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan.

    c) Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari

    lingkungannya.

    Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau

    melakukan ide bunuh diri.

    d) Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif secara

    verbal.

    Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan

    akan membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan

    memecahkan masalah yang baik.

    e)

    Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien

    menjadi marah.

    Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar

    untuk berubah

    f) Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas fisik.

    Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan

    yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan

    agresif.

  • 8/10/2019 LP INTOKSIKASI.docx

    14/14

    14

    DAFTAR PUSTAKA

    Arief, dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteraned. 3, jilid 2. Jakarta : Medika Aesculapius.

    Brunner and Suddarth. 2002.Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3.Jakarta: EGC

    Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi

    Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.

    Halim Mubin A. :Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosa dabn Terapi, EGC, Jakarta 2001 : 98-

    115.

    Marylin. D. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

    Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill,

    2004. Page: 369-71

    Sartono, 2002,Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.

    Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV.

    2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Page 214-16