lp halusinasi.doc

16
HALUSINASI A. DEFINISI Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (Maramis, 2005). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut ( Keliat, 2006 ) Klasifikasi Halusinasi a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b.Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penciuman: karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap :

Upload: yuliani-gunawan

Post on 30-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP HALUSINASI.doc

HALUSINASI A. DEFINISI

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (Maramis, 2005).Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut ( Keliat, 2006 )

Klasifikasi Halusinasia. Halusinasi pendengaran :karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b.Halusinasi penglihatan  : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.c. Halusinasi penciuman:karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba :karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.e. Halusinasi pengecap :Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.f. Halusinasi sinestetik :karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)

Tahapan/Tingkatan HalusinasiMenurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :Fase I :Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

Page 2: LP HALUSINASI.doc

Fase II :Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.Fase III :Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.Fase IV :Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

B. FAKTOR PREDISPOSISIMenurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:1. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:a.  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.b.  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. c.  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).2. PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3. Sosial BudayaKondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

C. FAKTOR PRESIPITASISecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Page 3: LP HALUSINASI.doc

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:1. BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.2. Stress lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku3. Sumber kopingSumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

harga diri rendah kronis

koping individu tidak efektif

E. TANDA DAN GEJALAMenurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:1. Bicara sendiri.2. Senyum sendiri.3. Ketawa sendiri.4. Menggerakkan bibir tanpa suara.5. Pergerakan mata yang cepat6. Respon verbal yang lambat7. Menarik diri dari orang lain.8. Berusaha untuk menghindari orang lain.9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.13. Sulit berhubungan dengan orang lain.14. Ekspresi muka tegang.15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.17. Tampak tremor dan berkeringat.18. Perilaku panik.19. Agitasi dan kataton.20. Curiga dan bermusuhan.21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.22. Ketakutan dan disorientasi waktu, tempat dan orang23. Tidak dapat mengurus diri..

Page 4: LP HALUSINASI.doc

F. AKIBAT YANG DITIMBULKANResiko mencederai orang lain dan diri sendiri Pengertian Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya.Tanda dan gejala Adanya peningkatan aktifitas motorikPerilaku aktif ataupun destruktifAgresif

Mekanisme kopingRegresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).

G. PENATALAKSAAN MEDISGangguan sensori persepsi: Halusinasi termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia,maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:1. PsikofarmakaPsikofarmaka adalah terapi dengan penggunaan obat ,tujuannya untuk menghilangkan gejala,ganggua jiwa,adapun yang tergolong dalam pengobatan psikofarmaka:a.  Clorpromazine (Cpz)Aturan pakai : 3 x 25 mg / hari kemudian dinaikan sampai batas normalIndikasi : Untuk pengobatan psikosEfek samping : Hipotensi,aritimia,takikardia,penglihatan kabur dan sindrom perkinson b.  Trifluoperasin (Stelazine)Aturan pakai : 3 x 1 sampai 5 mg / hari dosis setinggi 50 mg / hariIndikasi : Diberikan kepada klien dengan gangguan mental organic dengan gejala psikolik yang menarik diriEfek samping : Ekstrapiramidal c.  Triosidiasin ( Meleril)Aturan pakai : Tergantung pada berat ringan gejala,gangguan yang ringan 50-70 mg / hariIndikasi : Untuk keadaan psikosis,kecemasan dan refleksi cemasEfek samping : Hipotensi dan gangguan fungsi liverd. Diazepam (valium)Aturan pakai : 5 s/d 10 mg hari akan mengatasi gejala ansietas akut dalam 1 jam dosis teratur 2 sampai 20 mg / hariIndikasi : Psikoneurosis AnsietasEfek sampai : Pada awalnya timbul rasa ngantuk terapi toleransi timbul setelah beberapa harie. Halloperidoll (Haidol Serenace)Aturan pakai : 5 s/d 10 mg / hari secara intramuscular dan dapat diulang 2-4 jam,dosis oral 5 s/d 20 mg / hari Indikasi : Bukan saja untuk mania tetapi juga pada skizofrenia

Page 5: LP HALUSINASI.doc

f.  Trihexyfenidil (THP)Aturan pakai : 5 s/d 10 mg / hari secara intramuscular dan dapat diulang 2-4 jam,dosis oral 5 s/d 20 mg / hari2. Therapy SomatikTerapi somatic merupakan suatu therapy yang akan dilakukan langsung mengenai tubuh. Adapun yang termasuk therapy somatic adalah :a.  Elektro Convulsif TherapyMerupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.b. Pengekangan atau pengikatanPengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah / mengamuk.c.  Isolasi SosialIsolasi sosial dapat menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya.Cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang telah melakukan perilaku kekerasan seperti memukul orang lain / teman,merusak lingkungan dan memecahkan barang-barang yang ada didekatnya.

H. ASUHAN KEPERAWATANMasalah Keperawatan dan Data Fokus PengkajianKonsep Dasar KeperawatanMenurut Carpenito (1998) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.

1. PengkajianMenurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara lain:

a.    Identitas klien dan penanggungYang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

b.    Alasan  masuk rumah sakitUmumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang

Page 6: LP HALUSINASI.doc

dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.c. Faktor predisposisi1). Faktor perkembangan terlambata. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.2). Faktor komunikasi dalam keluargaa. Komunikasi peran ganda.b. Tidak ada komunikasi.c. Tidak ada kehangatan.d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.e. Komunikasi tertutup.f. Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang  tua.3). Faktor sosial budayaIsolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.4). Faktor psikologisMudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.5). Faktor biologisAdanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.6). Faktor genetikTelah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.

d. Faktor presipitasiFaktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.2. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).3. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

e. Faktor Pemicu1. Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.2. Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dalam

Page 7: LP HALUSINASI.doc

berhubungan dengan orang lain, isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.3. Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.4. Perilaku : Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.

Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:a). Isi halusinasiIni dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.b). Waktu dan frekuensi.Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.c). Situasi pencetus halusinasi.Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.d). Respon KlienUntuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

f. Pemeriksaan fisikYang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.Status MentalPengkajian pada status mental meliputi:1). Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.2). Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.3).Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.4). Alam perasaan: suasana hati dan emosi.

Page 8: LP HALUSINASI.doc

5). Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen6). Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.7). Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi.8). Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.9). Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.10). Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.11). Memori  a. Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.   b. Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat  dikaji.12). Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana.13). Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.14). Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

g. Kebutuhan persiapan pulangyaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.

2. Masalah KeperawatanMenurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien halusinasi adalah:- Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.- Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.- Isolasi sosial : menarik diri.- Gangguan konsep diri : harga diri rendah.- Intoleransi aktifitas.- Defisit perawatan diri.

3. Diagnosa Keperawatan- Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi - Isolasi Sosial : Menarik Diri - Resti Perilaku Kekerasan- Resti Mencederai diri (BD)

4. Rencana Tindakan Keperawatan TujuanPasien mampu :

          Mengenali halusinasi yang dialaminya          Mengontrol halusinasinya          Mengikuti program pengobatan

Keluarga mampu : Merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien

Page 9: LP HALUSINASI.doc

Kriteria Evaluasi IntervensiSetelah ….x pertemuan, pasien dapat menyebutkan :

     Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan

     Mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi

SP I      Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,

frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)

     Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardikTahapan tindakannya meliputi :

          Jelaskan cara menghardik halusinasi          Peragakan cara menghardik          Minta pasien memperagakan ulang

  Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasienSetelah ….x pertemuan, pasien mampu :

     Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

    Memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain

SP 2    Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)    Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat

halusinasi  muncul    Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah ….x pertemuan pasien mampu :

    Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan

    Membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan mampu memperagakannya.

SP 3    Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)    Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul

Tahapannya :        Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi          Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh

pasien          Latih pasien melakukan aktivitas      Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah ….x  pertemuan, pasien mampu :

    Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

     Menyebutkan manfaat dari program pengobatan

SP 4   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)   Tanyakan program pengobatan   Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan

jiwa   Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program   Jelaskan akibat bila putus obat   Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat   Jelaskan pengobatan (5B)   Latih pasien minum obat   Masukkan dalam jadwal harian pasien

Setelah ….x pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi

SP 1      Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien     Jelaskan tentang halusinasi :

Page 10: LP HALUSINASI.doc

-  Pengertian halusinasi-  Jenis halusinasi yang dialami pasien-  Tanda dan gejala halusinasi-   Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi,

pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien)      Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa

dijangkau    Bermain peran cara merawat    Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk

merawat pasienSetelah ….x pertemuan keluarga mampu :

     Menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakukan

     Memperagakan cara merawat pasien

SP 2      Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)      Latih keluarga merawat pasien      RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah ….x pertemuan keluarga mampu :

     Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

    Memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTL

SP 3    Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)    Latih keluarga merawat pasien    RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah ….x pertemuan keluarga mampu :

    Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

    Melaksanakan Follow Up rujukan

SP 4    Evaluasi kemampuan keluarga    Evaluasi kemampuan pasien    RTL Keluarga :    Follow Up    Rujukan

DAFTAR PUSTAKAHawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University

Press.Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2007Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.

Louis: Mosby Year Book.

Nama & Tanda TanganPembimbing Akademik

Nama & Tanda TanganPembimbing Klinik

Nama & Tanda tangan Mahasiswa

Page 11: LP HALUSINASI.doc

( .............................) (……………………) (.............................)