lp ckd
DESCRIPTION
Patofisiologi, askep CKDTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik (CKD)
Oleh: Kartika Mawarsari, NPM: 1106129884
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan progresif dan irreversible dari jaringan ginjal
yang berfungsi sedemikian rupa sehingga massa ginjal yang tersisa tidak mampu lagi
mempertahankan lingkungan internal tubuh..
CKD dapat didefinisikan adanya kerusakan ginjal selama tiga bulan atau lebih dan
penurunan fungsi ginjal. Akhirnya ginjal tidak bisa mengeluarkan sisa metabolisme dan
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit secara adekuat, kondisi ini diketahui sebagai
gagal ginjal, atau end-stage renal disease (ERSD), tahap akhir dari CKD.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001)
2. ETIOLOGI
Penyebab CKD sangat banyak diantaranya :
- Infeksi misalnya pielonefritis kronik, Glomerulonefritis kronik,
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- ARF
- Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik
- Lupus eritematosus
- Obstruksi traktus urinarius
- Poliartritis, amiloidosis, dll
3. PATOFISIOLOGI
Patogenesis CRF melibatkan kerusakan nefron dengan hilangnya fungsi ginjal secara
progressif. Total GFR menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Terjadi kerusakan pada
glomerulus (fungsi glomerulus: filtrasi). Ketika darah yang mengandung air, garam, gula,
urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus.
Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk kedalam ruang
kapsula bowman. Pada gagal ginjal kronis ini terjadi kerusakan pada glomerulus, sehingga
fungsi filtrasi terganggu, sejumlah besar air, elektrolit dan zat-zat terlarut akan tertahan di
glomerulus karena tidak dapat di filtrasi, sehingga mengakibatkan zat terlarut tersebut
kembali ka vaskular. Meningkatnya volume di vascular akan mengakibatkan terjadinya
perubahan tekanan hidrostatik di vascular, sehingga air berpindah dari vascular ke
interstisial dan terjadilah oedema. Gagalnya filtrasi mengakibatkan zat terlarut tidak dapat
berpindah ke tubulus sehingga mengakibatkan gagalnya pembentukan urin.
Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:
Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
₋ Kreatinin serum dan kadar BUN normal
₋ Asimptomatik
₋ Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
Stadium II : Insufisiensi ginjal
₋ Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
₋ Kadar kreatinin serum meningkat
₋ Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
₋ Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
₋ Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
₋ Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
₋ Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
₋ Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
₋ Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
₋ Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg ) *
72 X creatinin serum
*Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
4. MANIFESTASI KLINIS (Suyono 2001) :
Cairan dan elektrolit : Hiperkalemia, hiperfosfatemiaa, hipokalsemia, hipermagnesemia.
Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan edema
pulmoner (akibat cairan berlebih) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial
oleh toksin uremik).
Hematologik : Anemia (ginjal memproduksi eritropoetin, yaitu hormone yg mengontrol
produksi sel darah merah. Pada gagal ginjal produksi eritropoetin mengalami
penurunan. Racun metabolisme juga dapat menekan produksi RBC dan memperpendek
masa hidup eritrosit).
Sistem imun : Resiko infeksi (tingginya nilai urea dan sampah metabolisme merusak
semua aspek fungsi inflamasi dan fungsi imun. WBC menurun, sel imunitas humoral
terganggu, fungsi fagosit rusak.
Sistem integumen: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik merupakan suatu
penunpukkan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar.
Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.Hiccups.
Sistem neurologik : perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan
otot dan kejang, fatigue, insomnia.
Muskuloskeletal : osteodistropi
Sistem endokrin : intoleransi glukosa, hipertiroid.
Sistem pulmoner: edema paru, pleuritis, pernafasan kusmaul.
Sistem reproduktif: amenore, atrofi testikuler, oligospermia (penurunan jumlah sperma),
penurunan libido.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain adalah kadar serum
sodium/natrium dan potassium/kalium, pH, kadar serum phospor, kadar hemoglobin,
hematokrir, kadar urea nitrogen dalam darah (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin
urin, urinalisis.
b. Pemeriksaan radiologi
Beberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunakan untuk mengetahui gangguan
fungsi ginjal antara lain:
1) Flat-Plat/radiographic keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria untuk
mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi, dan klasifikasi dari ginjal. Pada gembaran
ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang mungkin disebabkan karena adanya
proses infeksi
2) Computer Tomography (CT) Scan yang digunakan untuk melihat secara jelas
struktur anatomi ginjal yang penggunaannya dengsn memakai kontras atau tanpa
kontras.
3) Intervenous Pyelography (IVP) digunakan untuk mengevaluasi keadaan fungsi ginjal
dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan pada kasus gangguan ginjal yang
disebabkan oleh trauma, pembedahan, anomaly kongenital, kelainan prostat, kalkuli
ginjal, abses ginjal, serta obstruksi saluran kencing.
4) Aortarenal Angiograpy digunakan untuk mengetahui system arteri, vena, dan kapiler
dengan menggunakan kontras. Pemeriksaan ini biasanya pada kasus renal arteri
stenosis, aneurisma ginjal, arterovenous fistula, serta beberapa gangguan bentuk
vaskuler.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi kasus yang
disebabkan oleh obstruksi uropati, ARF, proses infeksi pad ginjal serta post
transplantasi ginjal.
c. Biopsi ginjal
Biopsy ginjal untuk mendignosa kelainan ginjal dengan mengambil jaringan ginjal lalu
dianalisa. Biasanya biopsy dilakukan paada kasus glomerulonephritis, neprotik
synnrom, penyakit ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan transplantasi ginjal.
6. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya, keadaan etiologi tidak dapat diobati lagi. Usaha yang dilakukan harus
ditujukan untuk mengurangi gejala, mencegah kerusakan/perburukan faal ginjal yang terdiri
dari:
a. pencegahan infeksi
b. Pengurangan Pengaturan minum
Pengaturan minum pada dasarnya adalah memberikan cairan untuk mencapai diuresis
maksimal. Pemberian cairan yang berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di dalam
rongga badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemi yang sangat sulit diatasi.
c. Pengendalian hipertensi
Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Dengan obat tertentu tekanan
darah dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa
metildopa, vasodilator. Mengurangi intake garam perlu dilakukan.
d. Pengendalian kadar kalium dalam darah
e. Penanggulangan anemia
f. Penanggulangan asidosis
g. Pengobatan dan protein dalam makanan
h. Pengobatan neuropati
i. Dialysis
j. Transplantasi ginjal
7. PROSES RENCANA KEPERAWATAN
a. Pengkajian :
Aktivitas/istirahat
Gejala: kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah
atau somnolen
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi; nyeri dada (angina)
Tanda: hipertensi; nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub pericardial
(respon terhadap akumulasi sisa); pucat, kuning, kecenderungan perdarahan.
Integritas ego
Gejala: faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
Eliminasi
Gejala: penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan,oliguria,
dapat menjadi anuria.
Makanan/cairan
Gejala: peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, napas bau ammonia.
Tanda: distensi abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor
kulit/kelembababn, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan
otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang; sindrom kaki gelisah;
kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan,
khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer)
Tanda: gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
stupor, koma. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot
Tanda: perilaku berhati-hati, gelisah
Pernapasan
Gejala: napas pendek, dyspnea nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa sputum
kental dan banyak
Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman, batuk produktif dengan
sputum merah muda encer (edema paru)
Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda: pruritus, demam, ptekie, area ekimosis pada kulit, defosit fosfat kalsium pada
kulit, keterbatasan gerak
Seksualitas
Gejala: penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosial
Gejala: kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa
keperawatanyang muncul pada pasien CKD adalah: Pada kasus gagal ginjal kronis
diagnose keperawatan yang muncul adalah :
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan retensi cairan,
natrium, dan kalium.
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penimbunan cairan dalam tubuh.
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ketegangan perut karena adanya
distensi perut/asites/mual.
5) Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan distensi perut, pruritus.
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan penurunan kesadaran.
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kekurangan informasi tentang
penyakitnya, prosedur
6) Gangguan nutrisi berhubungan dengan intake yang dibatasi.
7) Resiko terjadi kecelakaan berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8) Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasive.
c. Intervensi
Penurunan curah jantung
₋ Auskultasi bunyi jantung dan paru
₋ Kaji adanya hipertensi (hipertensi dapat terjadi karena karena gangguan pada
sistem RAA (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
₋ Selidiki adanya keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, radiasi dan beratnya
₋ Kaji tingkat aktivitas
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria hasil : tidak ada edema, intake dan output seimbang
₋ Kaji status cairan dengan menimbang BB tiap hari
₋ Batasi masukan cairan
₋ Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil : menunjukan BB stabil
₋ Awasi konsumsi makanan/cairan
₋ Perhatikan adanya mual dan muntah
₋ Berikan makanan sedikit tapi sering
₋ Berikan perawatan mulut pagi dan sebelum tidur
Pola nafas tidak epektif
₋ Auskultasi bunyi nafas
₋ Ajarkan pasien nafas dalam dan batuk epektif
₋ Atur posisi semifowler
₋ Batasi aktivitas
Intoleransi aktivitas
₋ Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
₋ Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
₋ Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
₋ Pertahankan status nutrisi yang adekuat
Resti infeksi
₋ Gunakan standar precaution dan lakukan cuci tangan pada setiap kesempatan.
₋ Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam
₋ Monitor lekosit
- Kultur urin, cairan dialysis
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Kelebihan volume
cairan b.d
perubahan
mekanisme
regulatori dengan
retensi air
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
kvolume
cairan tubuh
seimbang
Menunjukkan haluaran
urin tepat.
Berat badan stabil
Tanda vital dalam
batas normal
Tidak ada edema
Awasi denyut jantung dan tekanan
darah.
Catat pemasukan dan pengeluaran
akurat. Termasuk cairan
tersembunyi seperti aditif
antibiotic. Ukur kehilangan GI dan
perkirakan kehilangan tak kasat
mata. Contoh berkeringat.
Rencanakan penggantian cairan,
dalam pembatasan multiple.
Berikan minuman yang disukai
sepanjang 24 jam (sesuai indikasi).
Timbang berat badan tiap hari
dengan alat dan pakaian yang
sama.
Kaji kulit, wajah, area tergantung
Takikardi terjadi karena (1) kegagalan
ginjal untuk mengeluarkan urin, (2)
pembatasan cairan berlebihan, (3)
perubahan pada istem rennin-
angiotensin.
Perlu untuk menentukan fungsi ginjal,
kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
Membantu menghindari periode tanpa
cairan, meminimalkan kebosanan
pilihan yang terbatas dan menurunkan
rasa haus.
.pengawasan status cairan.
Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/hari diduga ada retensi cairan.
Edema terjadi terutama pada jaringan
untuk edema. Evaluasi derajat
edema (pada skala +1 sampai +4)
Auskultasi paru dan bunyi jantung
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium
(BUN, natrium, kreatinin serum,
kalium)
Berikan/batasi cairan sesuai
indikasi.
Siapkan untuk dialysis sesuai
indikasi
yang tergantung pada tubuh, contoh
tangan dan kaki.
Kelebihan cairan dapat menimbulkan
edemaparu dibuktikan oleh terjadinya
bunyi napas tambahan, bunyi jantung
ekstra.
Mengkaji berlanjutnya dan
penanganan disfungsi/ gagal ginjal.
Manajemen cairan diukur untuk
menggantikan pengeluaran dari semua
sumber ditambah kehilangan yang tak
tampak.
Dilkukan untuk memperbaiki
kelebihan volume cairan,
ketidakseimbangan elektrolit,
asam/basa, dan menghilangkan toksin.
Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
integritas kulit
Mempertahankan kulit
utuh
Menunjukkn
perilaku/teknik untuk
mencegah
Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vascular,,
perhatikan kemerahan, ekskoriasi.
Pantau masukan cairan dan hidrasi
Menandakan area sirkulasi
buruk/kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan
dekubitus/infeksi
Mendeteksi adanya dehidrasi atau
tetap terjaga kerusakan/cedera kulit kulit dan membrane mukosa
Anjurkan makan pada posisi
duduk tegak.
Inspeksi area tergantung terhadap
edema.
Ubah posisi dengan sering,
gerakan pasien dengan perlahan,
beri bantalan pada tonjolan tulang.
Pertahankan linen kering, bebas
keriput
Selidiki keluhan gatal
Anjurkan menggunakan pakaian
katun longgar
Kolaborasi
Berikan matras busa/flotasi
toleransi.
Berikan cairan sepanjang 24 jam
dalam batas yang ditentukan
Berikan perawatan mulut sering,
berikan permen karet, atau mint
hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat seluler.
Jaringan edema lebih cenderung
rusak/robek.
Menurunkan tekanan pada edema
peninggian meningkatkan aliran balik
statis vena terbatas/pembentukan
edema..
Menurunkan iritasi dermal dan risiko
kerusakan kulit..
Gatal dapat terjadi karena kulit adalah
rute eksresi untuk produk sisa.
Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit.
Menurunkan tekanan lama pada
jaringan.
Mencegah kekeringan mulut
berlebihan,
Perawatan mulut menyejukkan,
diantara makan. melumasi dan membantu
menyegarkan rasa mulut .
Risiko tinggi
infeksi b.d adanya
prosedur invasif
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
tidak terjadi
perluasan
infeksi
Tidak mengalami tanda
atau gejala infeksi
Tingkatkan cuci tangan yang baik
pada pasien dan staf.
Ganti balutan sesuai protokol.
Dorong napas dalam, batuk dan
pengubahan posisi sering.
Kaji integritas kulit.
Awasi tanda vital.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium
contoh sel darah putih dengan
diferensial.
Ambil spesimen untuk kultur dan
sensitivitas dan berikan antibiotik
tepat sesuai indikasi.
Menurunkan risiko kontaminasi silang
Membatasi introduksi bakteri ke
dalam tubuh, deteksi dini pencegahan
infeksi.
Mencegah atelektasis dan
memobilisasi sekret untuk
menurunkan resiko infeksi paru.
Eksoriasi akibat gesekan dapat
menjadi infeksi sekunder.
Demam dengan peningkatan
nadimdan pernapasan adalah tanda
peningkatan laju metabolic dari proses
infeksi.
Peningkatan SDP dapat
mengindikasikan adanya infeksi.
Memastikan infeksi dan identifikasi
organisme khusus, membantu
pemilihan pengobatan infeksi paling
epektif.
Medikasi
NO NAMA OBAT DOSIS1234567891011
Ambroksol sirup per oral (PO)Adalat (PO)Folavit (PO)Cavit D3 (PO)KSR (PO)KCL pulv (PO)Ceftriaxone (I.V)Pantozol (I.V)Metal prednisolon (I.V)Ranitidine (IV)Heparin 10 000/24 jam (IV)
3 x 11 x 60 mg1 x 1 tab
3 x 500 mg3 x 600 mg3 x 500 mg
1 x 2 gr1 x 40 mg1 x 60 mg2 x 50 mg
Kecepatan 2 cc/jam