lp betul

22
Analisa Demografi Dengan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Masyarakat Nelayan Di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkajene & Kepulauan Rini Riyanti Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRAK Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan langsung pada sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 72 nelayan dari 187 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Status keparahan kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa demografi seperti tingkat pendidikan berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung, sedangkan usia, tingkat pendapatan dan suku tidak berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Kata Kunci : Demografi, Keparahan Kebersihan Gigi dan Mulut PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk Indonesia agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Upload: rini-rianti

Post on 27-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP BETUL

Analisa Demografi Dengan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Masyarakat Nelayan Di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkajene & Kepulauan

Rini RiyantiBagian Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas HasanuddinMakassar

ABSTRAK Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan langsung pada sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 72 nelayan dari 187 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Status keparahan kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa demografi seperti tingkat pendidikan berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung, sedangkan usia, tingkat pendapatan dan suku tidak berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.Kata Kunci : Demografi, Keparahan Kebersihan Gigi dan Mulut

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di

Indonesia bertujuan untuk

mencapai kemampuan hidup sehat

bagi setiap penduduk Indonesia

agar terwujud derajat kesehatan

yang optimal. Derajat kesehatan

tercermin dalam status kesehatan

baik individu maupun masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka diselenggarakan upaya

kesehatan yang menyeluruh,

terpadu, merata dan terjangkau

untuk seluruh masyarakat dengan

peran aktif masyarakat. Setiap

individu atau masyarakat

diharapkan dapat memahami

bahwa kesehatan gigi merupakan

suatu bagian dari kesehatan umum

secara pribadi. Untuk bidang

kesehatan gigi dan mulut, upaya

dapat ditinjau dari aspek

lingkungan, pendidikan, kesadaran

masyarakat, serta penanganan

kesehatan gigi termaksud

perawatan dan pencegahannya.

Belum meratanya

jangkauan pelayanan ini

disebabkan belum merata dan

Page 2: LP BETUL

memadainya penyediaan tenaga

dan fasilitas yang diperlukan, bisa

juga disebabkan oleh karena

persepsi dan kemampuan

masyarakat yang masih terbatas.

Menurut Blum (1973), status

kesehatan gigi dan mulut seseorang

atau masyarakat dipengaruhi oleh

empat faktor penting yaitu

keturunan, lingkungan (fisik

maupun sosial budaya), perilaku

dan pelayanan kesehatan.1

Penyakit gigi dan mulut

merupakan penyakit masyarakat

yang diderita oleh 90% penduduk

Indonesia, yang mempunyai sifat

progresif yang berarti bila tidak

dirawat akan makin parah, dan

bersifat irreversible yaitu jaringan

yang rusak tidak dapat utuh

kembali. Penyakit gigi dan mulut

banyak berkaitan dengan masalah

kebersihan mulut. Penyebab dari

kedua penyakit tersebut adalah

diabaikannya kebersihan mulut

sehingga terjadilah akumulasi plak.

Pelayanan kesehatan gigi

dan mulut belum terjangkau secara

efektif dan merata oleh seluruh

masyarakat, terutama masyarakat

pesisir atau yang bermukim di

pulau, fasilitas kesehatan yang ada

masih sangat minim karena akses

wilayah yang sulit dijangkau

dengan mudah.

Pemberdayaan masyarakat

pesisir merupakan salah satu

kecenderungan baru dalam

paradigma pembangunan di

Indonesia setelah sekian lama

wilayah laut dan pesisir menjadi

wilayah yang dilupakan dalam

pembangunan di Indonesia.

Selama ini pembangunan di

Indonesia sangat berorientasi pada

wilayah daratan. Pulau Sabutung

merupakan salah satu pulau di

Indonesia yang terletak di

Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan pesisir pantai barat

Sulawasi Selatan yang merupakan

salah satu pulau yang hampir

sebagian besar masyarakatnya

bermata pencarian sebagai nelayan

penangkap ikan atau  biota laut

lainnya yang hidup didasar, kolom

maupun permukaan  perairan,

mereka pergi ke laut

meninggalkan pantai hingga

berhari - hari lamanya untuk

mencari nafkah bagi keluarga.

Nelayan termaksud dalam

kelompok masyarakat rawan

kemiskinan karena pekerjaannya

sangat dipengaruhi oleh kondisi

cuaca dan musim. Itulah sebabnya

kualitas hidup masyarakat nelayan

Page 3: LP BETUL

masih rendah, tercermin dari

masih banyaknya kantong -

kantong kemiskinan yang

dijumpai pada masyarakat

nelayan.

Menurut Badan Pusat

Statistik (2005), indikator yang

digunakan untuk mengetahui

tingkat kesejahteraan ada delapan

yaitu pendapatan, konsumsi atau

pengeluaran keluarga, keadaan

tempat tinggal, fasilitas tempat

tinggal, kesehatan anggota

keluarga, kemudahan

mendapatkan pelayanan

kesehatan, kemudahan

memasukkan anda ke jenjang

pendidikan, kemudahan

mendapatkan fasilitas transfortasi.2

Untuk menunjang upaya

kesehatan agar mencapai derajat

yang optimal, maka upaya dibidang

kesehatan gigi juga perlu mendapat

perhatian. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian analisa

demografis dengan status

keparahan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat nelayan di Pulau

Sabutung Desa Mattiro Kanja

Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan.

Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antar usia, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan suku

dengan status keparahan kebersihan gigi

dan mulut masyarakat nelayan Pulau

Sabutung ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antar usia,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan

suku dengan status keparahan kebersihan

gigi dan mulut masyarakat nelayan Pulau

Sabutung.

Page 4: LP BETUL

TINJAUAN PUSTAKA

Demografi

Demografi  adalah  ilmu yang

mempelajari dinamika kependudukan

manusia. Demografi meliputi ukuran,

struktur, dan distribusi penduduk, serta

bagaimana jumlah penduduk berubah

setiap waktu akibat kelahiran atau

kematian, migrasi serta penuaan. Analisa

kependudukan dapat merujuk masyarakat

secara keseluruhan atau kelompok tertentu

yang didasarkan kriteria seperti : jenis

kelamin, suku, usia, agama,

kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan

dan pendapatan.3

Masyarakat Nelayan

Koentjaraningrat mendefinisikan

masyarakat sebagai kumpulan manusia

yang saling berinteraksi satu sama lain.

Nelayan di dalam Ensiklopedi

Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang

yang secara aktif melakukan kegiatan

penangkapan ikan, baik secara langsung

maupun tidak langsung sebagai mata

pencahariannya. Masyarakat desa pesisir

secara umum lebih merupakan

masyarakat tradisional dengan kondisi

strata sosial ekonomi yang sangat

rendah. Pendidikan yang dimiliki

masyarakat pesisir secara umum rendah,

dan sering dikategorikan sebagai

masyarakat yang biasa bergelut dengan

kemiskinan dan keterbelakangan. 4

Gambaran Umum Kabupaten

Pangkejene dan Kepulauan

Kabupaten Pankajene dan Kepulauan

memiliki luas wilayah laut 17 000 km².

Kecamatan Liukang Tupabbiring

merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten ini yang terdiri dari 40

pulau dan terdapat 10 pulau yang tidak

berpenghuni, merupakan wilayah dengan

jumlah pulau yang lebih banyak dan jarak

pulau yang umumnya lebih dekat dengan

pesisir kabupaten yang merupakan

gugusan pulau Spermonde.5

Profil Pulau Sabutung

Pulau Sabutung pulau yang

terdapat di dalam wilayah Desa Mattiro

Kanja, terletak pada posisi koordinat

04045'1.8” LS dan 119025'58.8” BT,

dengan batas-batas administrasi sebagai

berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan

Desa Mattiro Bombang; Sebelah Timur

berbatasan dengan Pesisir Pangkep;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Mattiro Uleng; dan Sebelah Barat

berbatasan dengan Selat Makassar.

Jumlah penduduk Pulau Sabutung

mencapai 1.545 jiwa (244 KK) yang terdiri

dari 687 laki-laki dan 858 perempuan.

(PMU Coremap Pangkep, 2007). 

Mata pencaharian utama warga

Pulau Sabutung tidak saja sebagai nelayan

penangkap ikan, tetapi pedagang dan

Page 5: LP BETUL

pengusaha kayu. Warga yang bermata

pencaharian lokasi penangkapan berada

tidak jauh dari Pulau Sabutung.6

Oral Hygiene

Oral Hygiene (OH) merupakan

keadaan kebersihan gigi dan rongga mulut

yang dapat dilihat dari adanya sisa

makanan, kalkulus (karang gigi), stain dan

materia alba. Secara klinik plak dapat

didefinisikan sebagai suatu zat yang

terstruktur yang berwarna kuning keabu-

abuan yang melekat pada pemukaan gigi

termasuk pada permukaan padat seperti

restorasi dan piranti yang dipakai dalam

rongga mulut. Debris makanan adalah

makanan yang tersisa dalam

mulutKalkulus adalah deposit keras yang

terbentuk dari mineralisasi plak pada

pemukaan gigi. Diketahui ada dua macam

kalkulus menurut letaknya terhadap

gingiva margin yaitu kalkulus

supragingiva dan kalkulus subgingiva.7

Oral Hygiene Indeks

Untuk mengetahui status kesehatan

gigi dan mulut, prevelensi serta

keparahannya diperlukan suatu alat ukur

yang dikenal sebagai indeks. Adapun salah

satu indeks yang telah dikembangkan yaitu

indeks oral hygiene oleh Green dan

Vermillion ( 1960 ). Penilaian tingkat

kebersihan mulut dengan metode ini yaitu

terdiri dari calculus index (CI-S) dan

debris index (DI-S). Pemeriksaan

dilakukan terhadap enam permukaan gigi

pilihan yang dapat mewakili semua

segmen anterior dan posterior mulut

berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan

pada seluruh mulut. Keenam gigi yang

diperiksa pada OHI-S adalah permukaan

fasial/buccal dan permukaan lingual gigi.7

Untuk pemeriksaan DI-S (debris

indeks) digunakan sonde yang

diletakkan pada 1/3 incisal dan

digerakkan ke 1/3 gingival, dengan

kriteria sebagai berikut :

0 = tidak ada debris

1 = debris lunak menutupi tidak lebih

dari 1/3 permukaan gigi

2 = debris lunak menutupi lebih 1/3

permukaan tetapi tidak lebih dari

2/3 permukaan gigi

3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3

permukaan gigi

Nilai Debris Index ( DI-S) :

Jumlah skor gigi yang dinilai

6

Untuk pemeriksaan CI-S (calculus

index) diperoleh dengan meletakkan

sonde dengan baik dalam distal gingival

crevice dan digerakkan pada daerah

subgingival dari jurusan kontak distal

ke daerah kontak mesial (1/2 dari

lingkaran gigi dianggap sebagai satu

unit skoring),dengan krieria sebagai

berikut :

0 = tidak ada kalkulus

1 = kalkulus supragingival menutupi

tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Page 6: LP BETUL

2 = kalkulus supragingival menutupi

lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari

2/3 permukaan gigi

3 = kalkulus supragingival menutupi

lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nilai Calculus Index ( CI-S )

Jumlah skor gigi yang dinilai

6

( Nilai OHI-S = Nilai DI-S + Nilai CI-S )

Derajat kebersihan mulut secara

klinik dihubungkan dengan skor OHI-S

adalah sebagai berikut :

0,0 – 1,2 : kebersihan mulut baik

1,3 – 3,0 : kebersihan mulut sedang

3,1 – 6,0 : kebersihan mulut buruk

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah

penelitian observasional analitik.

Penelitian dilakukan tanggal 23 - 25 Mei

2013. Lokasi penelitian di Pulau Sabutung

Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkajene

dan Kepulauan. Populasi penelitian yaitu

masyarakat Pulau Sabutung yang

berprofesi sebagai nelayan. Sampel

penelitian yaitu individu yang bersedia

menjadi responden dan hadir saat

pengambilan data penelitian. Metode

pengambilan sampel adalah Accidental

Sampling. Jumlah sampel yang didapatkan

yaitu 72 sampel dari 187 kepala keluarga

Pulau Sabutung yang berprofesi sebagai

nelayan.

Kriteria inklusi dan ekslusi

Kriteri inklusi yaitu bersedia

berpartisipasi dalam penelitian, berusia

produktif yaitu 15-64 tahun dan ada saat

penelitian dilakukan, sedangkan ekslusi

yaitu subjek yang menggunakan gigi tiruan

penuh (Full Denture).

Definisi Operasional

Demografi yaitu analisa kependudukan

yang merujuk masyarakat secara

keseluruhan atau kelompok , berdasarkan

kriteria seperti : a) Usia (usia kronologis)

yaitu perhitungan usia yang dimulai dari

saat kelahiran seseorang sampai dengan

waktu penghitungan usia. b) Tingkat

pendidikan menurut Undang-Undang

no.78 tahun 2009 yaitu : (1) Tingkat

pendidikan sangat tinggi adalah perguruan

tinggi. (2) Tingkat pendidikan tinggi

adalah pendidikan SMA/sederajat. (3)

Tingkatan pendidikan sedang, adalah

pendidikan SMP/sederajat. (4) Tingkat

pendidikan rendah, adalah pendidikan

SD/sederajat.8 c) Pendapatan yaitu semua

penghasilan yang didapat oleh kepala

keluarga berupa uang, di Indonesia

pendapatan nelayan tradisional (kecil –

kecilan) dalam kategori miskin (rendah)

hanya sekitar Rp. 300.000/bulan. d) Suku

yaitu sosial-budaya.9 Status keparahan

kebersihan gigi dan mulut/ Oral Hygiene

(OH) merupakan keadaan kebersihan gigi

dan rongga mulut yang dapat dilihat dari

adanya sisa makanan, kalkulus (karang

Page 7: LP BETUL

Pencarian sampelPerkenalan diri pada sampel yang terpilih

Menanyakan kesedian untuk menjadi sampelSampel diwawancara untuk mengisi lembar penilaian analisa demografi

Dilakukan pemeriksaan gigi & mulut subjekPembahasan & penarikan kesimpulan

gigi), stain dan materia alba.7 Sedangkan

Nelayan yaitu orang yang mata

pencariannya hanya bergantung pada

hasil laut, yang sehari -harinya bekerja

menangkap  ikan  atau  biota lainnya yang

hidup di dasar, kolom maupun

permukaan perairan.6

Alat Penelitian

Alat penilaian yaitu lembar

analisa demografi yang berisi informasi

tentang pendidikan terakhir, pendapatan,

suku, jenis kelamin, usia dan lembar

penilaian status OHI-S. Serta alat

pemeriksaan gigi dan mulut. Seperti :

diagnostik set.

Alur Penelitian

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan

program SPSS 16.0, dengan menggunakan

uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian mengenai

analisa demografis dengan status

keparahan kesehatan gigi dan mulut

masyarakat nelayan di Pulau Sabutung

Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkejene

dan Kepulauan. Hasilnya dapat diliat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 1. Distribusi karakteristik masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.

Karakteristik n %

Min-maxmean±SD

Kelompok Umur (Tahun)≤20-30 21 29,2 18-5831-40 27 37,5 36,6±9,541-50 16 22,2≥50 8 11,1

Tingkat PendidikanTamat SD 45 62,5Tamat SMP 21 29,2

Page 8: LP BETUL

Tamat SMAPerguruan Tinggi

6 0

8,30

Tingkat Pendapatan Rendah 38 52,8Menengah 34 47,2

Suku Bugis 35 48,6Makassar 28 38,9Jawa 8 11,1Buton 1 1,4

Total 72 100,0

Tabel 1 menunjukkan

bahwa berdasarkan umur

responden, distribusi tertinggi

berada pada kelompok umur

31-40 tahun sebanyak 27

responden (37,5%). Sedangkan

distribusi yang terendah berada

pada umur ≥ 50 tahun

sebanyak 8 orang (11,1%).

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa

untuk tingkat pendidikan, distribusi

tertinggi berada pada tingkat pendidikan

tamat SD sebesar 45 orang (62,5%),

sedangkan distribusi terendah berada pada

tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 6

orang (8,3%).

Selain itu tabel 1 juga

menunjukkan bahwa untuk tingkat

pendapatan, distribusi tertinggi berada

pada tingkat pendapatan rendah sebesar 38

orang (52,8%), sedangkan distribusi

terendah berada pada tingkat pendapatan

menengah sebesar 34 orang (47,2%).

Pada tabel 1 juga terlihat bahwa

mayoritas responden adalah suku Bugis

yaitu sebanyak 35 (48,6%) dan minoritas

adalah suku Buton hanya 1 orang (1,4%).

Page 9: LP BETUL

Tabel 2. Distribusi Rerata OHI-S masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

mean±SDDI-S 1,9±0,6CI-S 1,4±0,4OHI-S 3,4±0,8

Tabel 2 menunjukkan

distribusi rerata OHI-S yaitu nilai

rata – rata responden 3,4±0,8.

Dengan distribusi untuk DI-S yaitu

nilai rata – rata responden 1,9±0,6.

Sedangkan untuk CI-S yaitu nilai

rata – rata responden 1,4±0,4.

Tabel 3. Hubungan usia dengan derajat kebersihan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Usia Derajat kebersihan mulut Total Uji StatistikBaik Sedang Buruk

n % Nn % N % Nn %

< 20 – 30 1 4,8 8 38,1 12 57,1 21 100

p = 0,45731 – 40 0 0,0 9 33,3 18 66,7 27 10041 – 50 0 0,0 3 18,8 13 81,2 16 100+ 50 0 0,0 1 12,5 7 87,5 8 100

Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square

Tabel 3 menunjukkan

bahwa bahwa responden yang

memiliki derajat kebersihan

mulut kategori baik dan sedang

umumnya responden yang

berusia < 20 – 30 tahun

masing-masing sebesar 5% dan

38,1%. Sedangkan responden

yang buruk derajat kebersihan

mulutnya paling tinggi berada

pada uisa + 50 tahun yaitu

sebesar 88%.

Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,457 (p>0,05) dengan demikian

Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti

tidak ada hubungan usia dengan derajat

kebersihan gigi dan mulut pada nelayan

Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene

dan Kepulauan.

Hasil ini sejalan teori Blum

(1973), status kesehatan gigi dan mulut

seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh empat faktor penting yaitu keturunan,

lingkungan, perilaku dan pelayanan

kesehatan.1

Page 10: LP BETUL
Page 11: LP BETUL

Tabel 4. Hubungan tingkat pendidikan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Tingkat Pendidikan

Derajat kebersihan mulutTotal Uji

StatistikBaik Sedang Buruk

n % Nn % N % Nn %

Tamat SD 0 0,0 11 24,4 34 75,6 45 100p = 0,008Tamat SMP 0 0,0 7 33,3 14 66,7 21 100

Tamat SMA 1 16,7 3 50,0 2 33,3 6 100Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100

Uji Chi-Square

Tabel 4 menunjukkan

bahwa responden yang memiliki

derajat kebersihan gigi dan mulut

kategori baik dan sedang umumnya

responden yang berpendidikan

SMA masing-masing sebesar 17%

dan 50%. Sedangkan responden

yang buruk derajat kebersihan

mulutnya umumnya tamatan SD

sebesar 76% .

Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,008 (p<0,05) dengan demikian

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

ada hubungan tingkat pendidikan dengan

derajat kebersihan mulut pada nelayan

Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene

dan Kepulauan. Hasil ini sesuai dengan

pendapat Sadiman (2002) yang

mengemukakan bahwa, status

pendidikan mempengaruhi kesempatan

memperoleh informasi mengenai

penatalaksanaan penyakit.10 Hasil ini

juga sejalan dengan penelitian Pintauli

(2004, cit. Isrofah, 2010) menunjukkan

bahwa seseorang yang memiliki tingkat

pendidikan rendah kemungkinan akan

memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai kesehatan gigi dan mulut.11

Tingkat pendidikan merepresen-

tasikan tingkat kemampuan seseorang

dalam memperoleh dan memahami

informasi kesehatan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang

diasumsikan semakin baik tingkat

pemahamannya terhadap informasi

kesehatan yang diperolehnya.

Tabel 5. Hubungan tingkat pendapatan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene & Kepulauan

Tingkat Pendapatan

Derajat kebersihan mulutTotal Uji

StatistikBaik Sedang Buruk

Nn % Nn % n % Nn %Rendah 1 2,9 13 38,2 20 58,8 34 100 p=0,137Menengah 0 0,0 8 21,1 30 78,9 38 100

Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square

Page 12: LP BETUL

Tabel 5 menunjukkan

bahwa bahwa responden yang

memiliki derajat kebersihan gigi

mulut kategori baik dan sedang

umumnya responden yang

berpendapatan rendah masing-

masing sebesar 3% dan 38%.

Sedangkan responden yang buruk

derajat kebersihan mulutnya paling

tinggi yang menengah tingkat

pendapatannya yaitu sebesar 79%.

Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,137 (p>0,05) dengan demikian

Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti

tidak ada hubungan tingkat pendapatan

dengan derajat kebersihan mulut pada

nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten

Pangkejene dan Kepulauan.

Hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Martiana &

Wilujeng (2006) yang meyatakan bahwa

profil kesehatan nelayan masih rendah

kualitasnya, adanya penyakit infeksi dan

lingkungan perumahan masih kurang

mendukung kualitas kesehatan. Hal ini

disebabkan karena kemampuan ekonomi

nelayan juga disebabkan lokasi

perumahan nelayan jauh dari akses ke

kota, sehingga sulit memperoleh layanan

kesehatan.

Tabel 6. Hubungan suku dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Suku Derajat kebersihan mulut

Total Uji Statistik

Baik Sedang Buruknn % Nn % N % Nn %

Bugis 1 2,9 9 25,7 25 71,4 35 100

p = 0,702Makassar 0 0,0 9 32,1 19 67,9 28 100

Jawa 0 0,0 2 25,0 6 75,0 8 100Buton 0 0,0 1 100 0 0,0 1 100

Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square

Tabel 6 menunjukkan

bahwa responden yang

memiliki derajat kebersihan

gigi dan mulut yang baik

hanya berasal dari suku Bugis

yaitu 2,9%, untuk responden

yang memiliki derajat

kebersihan mulut kategori

sedang paling tinggi berasal

dari Makassar sebesar 32%.

Sedangkan responden dari suku

Jawa paling tinggi yang buruk

derajat kebersihan mulutnya

yaitu sebesar 75%.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,702 (p>0,05) dengan demikian Ho

Page 13: LP BETUL

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti

tidak ada hubungan suku dengan derajat

kebersihan mulut pada nelayan Pulau

Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan. Hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian Suwelo (1992) dan Budiharto

(2000) cit. Isrofah, (2010) yang

menyatakan bahwa lingkungan tempat

tinggal mempengaruhi pengetahuan dan

kesadaran mengenai kesehatan gigi.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa analisa demografi

untuk tingkat pendidikan berhubungan

dengan status keparahan kebersihan

masyarakat nelayan Pulau Sabutung,

sedangkan usia, tingkat pendapatan dan

suku tidak berhubungan dengan status

keparahan kebersihan gigi dan mulut

masyarakat nelayan Kabupaten

Pangkejene dan Kepulauan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astoeti, Tri Erri J. Peran Perilaku Terhadap kebersihan gigi dan mulut murid – murid sekolah dasar di wilayah DKI Jakarta. Dentofas. 2003. Vol : 1 februari. Hal : 340/4

2. Sugiharto E.Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. EPP.2007.Vol:4.No:2. Hal:32-36

3. Chesnais JC. The demographic transition theory. EOSS

4. Imron A. Strategi dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Riptek.2012.Vol:6.No:1.Hal:27-37

5. Kasnir M, Fahrudin A, Bengen DG, Boer M. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Penatakelolaan Minawisata Bahari di Kepulauan Spermonde Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Forum Pascasarjana.2009. Vol:32.No:4. Hal:285-293

6. Buku Profil Pulau Kecil Kabupaten Pangkep 2007. 2012(Juli). Http// /file %20referensi%20lp%20/sebatas%20gis%20%20pulau%20sabutung.htm

7. Carranza Fa. Glickman,s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia saunders 1996, p. 57-79,218-232

8. Menteri Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Nomor 78 tahun 2009). Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Hal:2-3. www.pendidikan_diy.go.id/file/mendiknas/permen7809.pdf

9. Aisyah D, Rostam K, Awang AH. Keberkesanan program PEMP Dalam Meningkatkan Pendapatan Isi Rumah Pesisir Pantai Indonesia:Kes Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 2011.Vol:6.No:2. Hal:359-374. www.epnintsundip.ac.id/2059211/2159-ki-h_03.pdf

10. Sariningrum E, Irdawati. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Balita 3-5 Tahun Dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. 2009. Vol:2.No:3. Hal. 119-124

11. Isrofah, Eka NM. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia

Page 15: LP BETUL