bab 5 betul (siti).doc

21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10 ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. 5.1.2 Karakteristik Individu Berdasarkan data rekam medis, jumlah kasus Rhinosinusitis yang berobat di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 tercatat 96 kasus. Karakteristik yang akan dinilai adalah berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, keluhan utama, lokasi, jumlah sinus yang terlibat, lama penyakit dan komplikasi. 31

Upload: sitiaisyahd

Post on 13-Aug-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 5 betul (siti).doc

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai

dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit

Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang

memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta

merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi

Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya

dibangun di atas tanah seluas ± 10 ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17

km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera

Utara.

5.1.2 Karakteristik Individu

Berdasarkan data rekam medis, jumlah kasus Rhinosinusitis yang berobat di

RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 tercatat 96 kasus. Karakteristik

yang akan dinilai adalah berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat

pendidikan, keluhan utama, lokasi, jumlah sinus yang terlibat, lama penyakit dan

komplikasi.

5.1.3 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur

Berdasarkan data rekam medis, penderita rhinosinusitis pada tahun 2010 di

RSUP H. Adam Malik Medan berusia antara umur 3 sampai 79 tahun. Berikut ini

tabel distribusi sampel berdasarkan kelompok umur:

31

Page 2: BAB 5 betul (siti).doc

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur di RSUP. H.

Adam Malik pada Tahun 2010

No Umur Jumlah % Jumlah

1. 0-9 2 2.1

2. 10-19 10 10.4

3. 20-29 17 17.7

4. 30-39 16 16.7

5. 40-49 21 21.9

6. 50-59 19 19.8

7. 60-69 7 7.3

8. 70-79 4 4.2

Total 96 100

Dapat juga dilihat bahwa kelompok usia responden tertinggi terdapat pada

kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 21 orang (21,9%) sedangkan

kelompok usia terendah terdapat pada kelompok usia 0-9 tahun yaitu sebanyak 2

orang (2,1%).

5.1.4 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin pasien di

RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.2 berikut

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin di

RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah % Jumlah

1. Laki-Laki 38 39.6

2. Perempuan 58 60,4

Total 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah penderita rhinosinusitis

lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 58 orang (60,4%), sedangkan laki-laki

32

Page 3: BAB 5 betul (siti).doc

yaitu sebanyak 38 orang (39,6%)

5.1.5 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan pekerjaan di RSUP. Haji

Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan di

RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah % Jumlah

1. Ibu rumah tangga 21 21.9

2. Mahasiswa 6 6.3

3. Nelayan 2 2.1

4. Pegawai negeri 15 15.6

5. Pegawai swasta 8 8.3

6. Pelajar 13 13.5

7. Pensiunan 2 2.1

8. Petani 5 5.2

9. Tidak bekerja 3 3.1

10. Tukang 1 1.0

11. Wiraswasta 20 20.8

Total 96 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas dijelaskan bahwa jumlah sampel dengan

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga merupakan yang tertinggi dengan sampel

sebanyak 21 orang (21,9%), sedangkan pekerjaan sebagai tukang merupakan

sampel yang terendah yaitu sebanyak 1 orang (1.0%).

5.1.6 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat pendidikan di

RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.4

berikut:

33

Page 4: BAB 5 betul (siti).doc

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat

Pendidikan di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Tingkat pendidikan Jumlah % Jumlah

1. belum tamat SD 2 2.1

2. SD 16 16.7

3. SMP 13 13.5

4. SMA 31 32.3

5. Sarjana 34 35.4

Total 96 100.0

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dijelaskan bahwa pasien dengan tingkat

pendidikan Sarjana lebih banyak menderita rhinosinusitis yaitu sebanyak 34 orang

(35,4%). Sedangkan pasien yang belum tamat SD merupakan yang paling sedikit

menderita rhinosinusitis yaitu 2 orang (2,1%).

5.1.7 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama di RSUP.

Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama

di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No Keluhan Utama Jumlah % Jumlah

1. Hidung tersumbat 65 67.7

2. Nyeri di hidung 6 6.3

3. Nyeri di pipi 2 2.1

4. Hidung berair 8 8.3

5. Sakit kepala 5 5.2

6. Mata bengkak 2 2.1

7. Hidung berbau 3 3.1

8. Hidung berdarah 3 3.1

34

Page 5: BAB 5 betul (siti).doc

9. Batuk 1 1.0

10. Sakit menelan 1 1.0

Total 96 100.0

Dijelaskan pada tabel 5.5 keluhan utama yang paling banyak diderita pada

pasien Rhinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik medan adalah keluhan hidung

tersumbat yaitu 65 orang (67,7%). Lalu didapatkan juga keluhan keluhan lain

seperti keluhan hidung berair sebanyak 8 orang (8,3%), nyeri di hidung sebanyak

6 orang (6,3%), sakit kepala sebanyak 5 orang (5,2%), nyeri di pipi sebanyak 2

orang (2,1%), mata bengkak sebanyak 2 orang (2,1%), keluhan batuk sebanyak 1

orang (1%) dan sakit menelan sebanyak 1 orang (1%).

5.1.8 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lokasi

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan lokasi Rhinosinusitis di

RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan lokasi

Rhinosinusitis di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Tipe Jumlah % Jumlah

1. Maksilaris 62 64.6

2. Etmoidalis 2 2.1

3. Sfenoidalis 1 1.0

4. Maksilaris, Etmoidalis 12 12.5

5. Maksilaris, Sfenoidalis 3 3.1

6. Maksilaris, Frontalis 2 2.1

7. Etmoidalis, Sfenoidalis 1 1.0

8. Maksilaris, Etmoidalis,Sfenoidalis 2 2.1

9. Etmoidalis, Sfenoidalis, Frontalis 2 2.1

10. Maksilaris, Sfenoidalis, Frontalis 1 1.0

11. Maksilaris, Etmoidalis, Frontalis 5 5,3

35

Page 6: BAB 5 betul (siti).doc

12. Maksilaris,

Etmoidalis,Sfenoidalis,Frontalis

3 3,1

Total 96 100.0

Pada tabel 5.6 dijelaskan bahwa yang menderita rhinosinusitis maksilaris

sebanyak 62 orang (64,6%) dan merupakan lokasi yang paling banyak terlibat

sedangkan lokasi yang paling sedikit terlibat adalah rhinosinusitis sfenoidalis

yaitu 1 orang (1.0%). Pada beberapa pasien, infeksi pada sinus tidak hanya

melibatkan 1 sinus saja tetapi bisa pada beberapa sinus. Pada penelitian ini

didapatkan bahwa infeksi yang melibatkan dua atau lebih sinus terbanyak

didapatkan pada lokasi maksilaris beserta etmoidalis sebanyak 12 orang (12.5%)

sedangkan infeksi yang paling sedikit didapatkan pada lokasi maksilaris beserta

etmoidalis dan lokasi sinus maksilaris, sfenoidalis beserta frontalis dengan

masing-masing 1 orang (1.0%)

5.1.9 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus yang

terlibat

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan jumlah sinus yang terlibat

di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.7 berikut :

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus

yang terlibat di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No Sinus yang terlibat Jumlah % Jumlah

1. Single rhinosinusitis 65 67.7

2. Multisinusitis 28 29.2

3. Pansinusitis 3 3.1

Total 96 100.0

Pada tabel 5.7 diatas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan jumlah sinus

yang terlibat untuk single rhinosinusitis merupakan yang paling banyak diderita

oleh pasien-pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak

36

Page 7: BAB 5 betul (siti).doc

64 orang (66,7%) lalu diikuti dengan Multisinusitis dengan 28 orang (29,2%) dan

Pansinusitis yaitu 4 orang (4,2%).

5.1.10 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lama Penyakit

Distribusi penderita berdasarkan lama penyakit Rhinosinusitis di RSUP.

Haji Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.8 berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Penderita berdasarkan Lama penyakit Rhinosinusitis

di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Lama penyakit Jumlah % Jumlah

1. Akut 9 9.4

2. Subakut 12 12.5

3. Kronis 75 78.1

Total 96 100.0

Penderita Rhinosinusitis kronis merupakan yang terbanyak yang diderita

oleh pasien di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010 dengan pasien sebanyak

75 orang (78,1%) dan penderita Rhinosinusitis akut merupakan yang terendah

yang diderita oleh pasien yaitu sebanyak 9 orang (9,4%).

5.1.11 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi

Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi di RSUP. Haji

Adam Malik Medan tahun 2010 dijelaskan pada tabel 5.9 berikut :

Tabel 5.9 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi di

RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2010

No. Komplikasi Jumlah % Jumlah

1. Tidak ada 95 99.0

2. Mukokel 1 1.0

Total 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 dilihat bahwa komplikasi yang diderita pasien yaitu

37

Page 8: BAB 5 betul (siti).doc

Mukokel pada 1 orang pasien (1,0%). Sedangkan sekitar 95 orang pasien (99%)

tidak menunjukkan adanya komplikasi

5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Umur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik pada

tahun 2010 didapatkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita

rhinosinusitis berada pada kelompok 40-49 tahun yaitu sebanyak 21 orang

(21,9%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Multazar

(2008) di RSUP. Haji Adam Malik Medan bahwa proporsi tertinggi penderita

rhinosinusitis adalah kelompok usia 20-50 tahun. European Position Paper on

Rhinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007 juga menyatakan bahwa usia

yang paling banyak menderita rhinosinusitis adalah penderita dengan usia <50

tahun.

Varonen (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pasien-pasien

rhinosinusitis yang menjadi subjek penelitiannya berasal dari umur 18-75 tahun,

dengan umur rata-rata yaitu 39,7 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Acala (2010) di Poliklinik RSUP. Dr.

Sardjito bahwa pasien rhinosinusitis paling banyak pada umur dekade ke 3 yaitu

30%.

Penelitian yang dilakukan Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan

pada tahun 2006-2010 menyatakan bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita

rhinosinusitis adalah 23-31 tahun yaitu sebanyak 22 orang (21,6%).

Dari data diatas didapati bahwa penderita rhinosinusitis lebih banyak

diderita oleh kelompok usia dewasa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh

kelompok usia dewasa merupakan kelompok usia yang aktif dan sering terpapar

oleh polutan atau zat-zat iritan yang mungkin dapat menyebabkan atau

memperberat terjadinya rhinosinusitis, sehingga lebih banyak penderita dengan

kelompok usia dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

5.2.2 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jenis Kelamin

38

Page 9: BAB 5 betul (siti).doc

Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa jumlah sampel berjenis

kelamin perempuan lebih banyak yaitu sekitar 58 orang (60,4%) dibandingkan

laki-laki yaitu 38 orang (39,6%) . Hasil tersebut sejalan dengan hasil-hasil

penelitian sebelumnya, bahwa penderita rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin

memang lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan penelitian Daudia (2008) dijelaskan bahwa Insidensi kunjungan ke

dokter-dokter untuk keluhan rhinosinusitis akut di Belanda pada tahun 2000

adalah sekitar 20 per 1000 laki-laki dan 33,8 per 1000 wanita. Penelitian di

Kanada juga menyebutkan prevalensi rata-rata rinosinusitis kronis lebih banyak

diderita oleh wanita, dengan rasio perbandingan 6:4. US Government Statistics

pada tahun 1994 juga mengatakan bahwa Rhinosinusitis kronis lebih sering terjadi

pada wanita dibandingkan pria.

Penelitian yang dilakukan oleh Lindbaek (1997) di Norwegia menyatakan

bahwa dari 1.053 subjek yang didiagnosa menderita rhinosinusitis, didapatkan

bahwa perempuan sebanyak 69% sedangkan laki-laki sebanyak 31%.

Varonen (2003) pada penelitiannya menyatakan bahwa dari total 150

pasien rhinosinusitis yang dimasukkan kedala penelitiaanya, terdapat 105

perempuan (70%) dan 45 laki-laki (30%).

Chen (2009) dalam penelitiannya di Kanada menyatakan bahwa dari

73.364 subjek rhinosinusitis yang diteliti, didapatkan prevalensi rhinosinusitis

tertinggi pada wanita yaitu sebesar 5,7% sedangkan laki-laki yaitu 3,4%.

Manor (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa dari 137

pasien rhinosinusitis, terdapat bahwa perempuan sebanyak 83 orang sedangkan

laki-laki 54 orang.

Penelitian secara case series oleh Multazar (2008) juga menyatakan bahwa

proporsi penderita rhinosinusitis lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 57,09% sedangkan laki-laki sebanyak 42,91% .

Banyaknya penderita rhinosinusitis perempuan pada penelitian ini

kemungkinan karena perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga pasien

yang lebih banyak dan lebih cepat berobat ke rumah sakit. Selain itu European

Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007 menyatakan

39

Page 10: BAB 5 betul (siti).doc

beberapa teori bahwa adanya efek hormonal dari estrogen, progesteron dan placental

growth hormon pada mukosa nasal dan pembuluh darah.

5.2.3 Distribusi Penderita Rhinosinusitis berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa jumlah sampel dengan pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga merupakan yang terbanyak yang dijumpai yaitu 21

orang (21,9%).

Hal tersebut mungkin disebabkan karena Ibu Rumah Tangga sering

dihadapkan kepada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti sering terpapar asap

atau debu yang dapat memacu terjadinya aeroalergen yang akhirnya dapat

meningkatkan kejadian rinosinusitis. Selain itu adanya penelitian-penelitian lain yang

menyatakan bahwa rhinosinusitis memang lebih banyak diderita oleh perempuan

dibandingkan laki-laki.

Pada penelitian saya ditemukan bahwa rhinosinusitis juga

banyak diderita oleh pekerja baik sebagai pegawai negeri, pegawai

swasta, wiraswasta, petani, nelayan dan tukang yaitu sebanyak 51

orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian case series oleh

Pujiwati (2006) terhadap 80 orang pekerja, dimana yang menderita rinosinusitis

akibat kerja sebanyak 35 orang (43,8%).

Tingginya kejadian rhinosinusitis pada pekerja mungkin dapat diakibatkan

oleh terpaparnya polutan atau zat-zat iritan yang berpotensi untuk terjadinya

rhinosinusitis. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Mangunkusumo (2007), bahwa

apabila terpapar terus menerus oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan

kering serta kebiasaan merokok yang lama, hal tersebut akan menyebabkan

perubahan mukosa dan merusak silia.

5.2.4 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini, Pasien dengan tingkat pendidikan sarjana lebih banyak

menderita rhinosinusitis yaitu sebanyak 34 orang (35,4%). Sedangkan pasien yang

belum tamat SD merupakan yang paling sedikit menderita rhinosinusitis yaitu 2

orang (2,1%). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Pujiwati (2006), bahwa

terdapat sekitar 82,5% penderita rhinosinusitis terdapat pada pasien dengan

40

Page 11: BAB 5 betul (siti).doc

pendidikan sedang (SMA), pendidikan rendah (SD dan SMP) sekitar 13,8% dan

pendidikan tinggi (Sarjana) sekitar 3,8%.

Hal tersebut mungkin dapat terjadi dikarenakan pasien dengan tingkat

pendidikan SMA atau Sarjana biasanya lebih peduli pada kesehatannya dan juga

langsung memeriksakan diri ke dokter apabila terdapat keluhan pada kesehatannya.

Sehingga pada penelitian ini, lebih banyak pasien rhinosinusitis dengan tingkat

pendidikan Sarjana yang tercatat di rekam medis RSUP. Haji. Adam Malik medan

pada tahun 2010.

5.2.5 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan Utama yang paling banyak didapatkan pada penelitian ini yaitu

keluhan hidung tersumbat sebanyak 65 orang (67,7%). Hal tersebut sejalan

dengan penelitian case series Kurnia (2002) terhadap 40 penderita rinosinusitis di

RSUP H. Adam Malik, Medan bahwa terdapat keluhan utama rhinosinusitis yang

terbanyak adalah hidung tersumbat dengan 38 penderita (95%). Penelitian case

series yang dilakukan oleh Multazar (2008) juga menunjukkan bahwa proporsi

keluhan utama terbanyak pada penderita rinosinusitis adalah hidung tersumbat

sebesar 75,3%.

Penelitian case series oleh Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan

pada tahun 2006-2010 juga didapati bahwa keluhan utama yang paling banyak

ditemukan adalah hidung tersumbat yaitu 63,7%.

Hidung tersumbat terjadi karena adanya proses inflamasi,

baik karena infeksi sebelum terjadi rhinosinusitis ataupun sebagai

infeksi sekunder dari rhinosinusitis. Bila terinfeksi organ-organ yang

membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan

saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga

menyebabkan tersumbatnya ostium sehingga terjadi penghambatan drainase sinus.

Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi

media yang baik untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri dan dapat menyebabkan

infeksi sekunder. (Casiano,1999; Mangunkusumo E, 2007; Meltzer, 2011)

Penyebab lain hidung tersumbat bisa dikarenakan oleh deviasi septum,

hipertrofi konka, polip kavum nasi, tumor hidung. (Ballenger, 1994)

41

Page 12: BAB 5 betul (siti).doc

5.2.6 Distribusi Proporsi Pasien Rhinosinusitis berdasarkan Lokasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa yang menderita rhinosinusitis

maksilaris merupakan yang terbanyak yang diderita yaitu sebanyak 62 orang

(64,6%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sogebi (2008) yang menyatakan

bahwa sinus maksilaris merupakan lokasi sinus yang paling banyak mendapatkan

kelainan yaitu sebanyak 70,51%, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi

sinus yang paling jarang terdapat kelainan yaitu 0%.

Penelitian case series oleh Frisdiana (2010) di RS. Santa Elisabeth Medan

pada tahun 2006-2010 bahwa rhinosinusitis maksilaris merupakan yang paling

banyak diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1%. Mangunkusumo (2007)

menyatakan bahwa sinus yang paling sering terkena rhinosinusitis adalah sinus

etmoid dan maksila.

Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena

merupakan sinus paranasal yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar

sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat

menyebabkan sinusitis maksila (Ballenger, 1997)

5.2.7 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Jumlah Sinus yang

terlibat

Single rhinosinusitis merupakan yang paling banyak diderita oleh pasien-

pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 64 orang

(66,7%) lalu diikuti dengan Multisinusitis dengan 28 orang (29,2%) dan

Pansinusitis yaitu 4 orang (4,2%).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Ogunleye (1999) yang

menyatakan di Ibadan, Nigeria, berdasarkan studi retrospektif pada 90 pasien,

didapatkan bahwa yang menderita single rhinosinusitis yaitu sekitar 56%,

multisinusitis 16% dan pansinusitis yaitu 29%.

Sogebi (2008) juga menyatakan bahwa sebanyak 73,08% subjek pada

penelitiannya menderita single rhinosinusitis, 21,79% multisinusitis dan 5,13%

pansinusitis.

42

Page 13: BAB 5 betul (siti).doc

Penelitian yang dilakukan Multazar (2008), juga menyatakan bahwa yang

paling banyak terlibat adalah single rhinosinusitis sebesar 87,8% dan paling rendah

adalah pansinusitis sebesar 0,4%.

Pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah single maksilaris

yaitu sebanyak 62 orang (64,6%). Hal tersebut dikarenakan rongga sinus maksilaris

merupakan yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sinus. Sehingga

hal tersebut menyebabkan sinus maksilaris lebih berpotensi untuk terkena infeksi

dibandingkan organ sinus yang lain.

5.2.8 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Lama penyakit

Penderita Rhinosinusitis kronis merupakan yang terbanyak yang diderita

oleh pasien di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010 dengan pasien sebanyak

75 orang (78,1%) sedangkan penderita Rhinosinusitis akut diderita oleh pasien

yaitu sebanyak 9 orang (9,4%). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Ogunleye (1999) dalam penelitiannya di Ibadan, Nigeria, bahwa

terdapat sekitar 93% pasien rhinosinusitis kronis sedangkan hanya 7% pasien

rhinosinusitis akut.

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang diadakan di

Jerman pada tahun 2001, bahwa angka kejadian rhinosinusitis akut sebesar 6,3

juta orang sedangkan angka kejadian rhinosinusitis kronis sebesar 2,6 juta orang.

Adanya perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan gejala Rhinosinusitis

akut dianggap gejala yang biasa karena waktu pada saat muncul gejalanya hanya

sebentar sehingga orang awam lebih banyak menanggap hal tersebut bukan

merupakan suatu masalah yang berarti dan tidak datang berobat ke rumah sakit.

5.2.9 Distribusi penderita Rhinosinusitis berdasarkan Komplikasi

Komplikasi yang diderita oleh pasien rhinosinusitis di RSUP. Haji Adam

Malik Medan pada tahun 2010 adalah Mukokel sebanyak 1 orang pasien (1,0%).

Sedangkan sekitar 95 orang pasien (99 %) tidak menunjukkan adanya komplikasi.

43

Page 14: BAB 5 betul (siti).doc

Penelitian Frisdiana (2010) , bahwa dari 102 penderita rinosinusitis kronik

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth dari tahun 2006-2010,

semuanya tidak ada menunjukkan adanya komplikasi.

44