loka penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit .... laporan-20… · tahun pomp filariasis...

71
1 LAPORAN PENELITIAN AKHIR RISBINKES GAMBARAN FAKTOR RISIKO PASCA ENAM TAHUN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS DI KABUPATEN BANGKA BARAT drh. Nungki Hapsari Suryaningtyas Maya Arisanti, SKM Ade Verientic Satriani, SKM Nur Inzana, SKM Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan 2016

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

1

LAPORAN PENELITIAN AKHIR RISBINKES

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PASCA ENAM TAHUN

PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS

DI KABUPATEN BANGKA BARAT

drh. Nungki Hapsari Suryaningtyas

Maya Arisanti, SKM

Ade Verientic Satriani, SKM

Nur Inzana, SKM

Loka Penelitian Dan Pengembangan

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

2016

Page 2: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

2

SUSUNAN TIM PENELITI

No Nama Keahlian/

Kesarjanaan

Kedudukan

Dalam Tim

Uraian tugas

1 Nungki Hapsari

Suryaningtyas

Profesi

Kedokteran

Hewan

Ketua

Pelaksana

Bertanggung jawab terhadap

seluruh aspek penelitian,

pembuatan proposal dan laporan

2 Maya Arisanti Statistik Anggota Bertanggung jawab terhadap aspek

entry data dan analisis data

3 Nur Inzana Kesehatan

Masyarakat

Anggota Bertanggung jawab terhadap

wawancara dan administrasi

4 Ade Verientic Kesehatan

Masyarakat

Anggota Bertanggung jawab terhadap aspek

pengambilan darah dan

pemeriksaan slide

Page 3: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

3

SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN

Page 4: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

4

Page 5: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

5

Page 6: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

6

Page 7: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

7

Page 8: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

8

Page 9: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

9

Page 10: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-

Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul: “Gambaran

Faktor Risiko Pasca Enam Tahun Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP)

Filariasis di Kabupaten Bangka Barat” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan laporan ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kami sangat mengharapkan masukan dari semua

pihak demi perbaikan penelitian maupun laporan di kemudian hari.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan proposal dan

protokol penelitian, pelaksanaan kegiatan penelitian serta pembuatan laporan hasil penelitian

ini.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai masukan khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat dalam upaya

eliminasi filariasis serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama dalam

rangka mendukung program Eliminasi Filariasis di Indonesia.

Baturaja, Desember 2016

Tim Peneliti

Page 11: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Program Eliminasi Filariasis telah dicanangkan sejak tahun 1999 oleh WHO

dengan menetapkan dua pilar utama berupa upaya memutus rantai penularan dengan

Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di daerah endemik dan

membatasi kecacatan dengan Penatalaksanaan Penderita Filariasis Klinis.

Kegiatan POMP telah dilakukan selama lima tahun. Kegiatan monitoring dan

evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan POMP filariasis dan sejauh mana

pemutusan rantai penularan filariasis telah dicapai.Monitoring dan evaluasi POMP

filarisis melalui survei penilaian penularan (TAS) pada tahun 2014 yang dilakukan

pada anak usia 6-7 tahun menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) di enam wilayah

menunjukkan hasil 9 anak terdeteksi positif antibodi Brugia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko pasca enam

tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah

penduduk berusia ≥ 20 tahun di Desa Tuik, Desa Puput, Desa Teluk Limau dan Desa

Cupat. Jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 150 penduduk. Variabel yang

akan diteliti meliputi kejadian filariasis, karakteristik responden, pengetahuan, sikap,

perilaku, dan lingkungan.

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner wawancara dan peralatan

untuk pemeriksaan filtrasi darah vena. Wawancara dengan kuesioner dilakukan untuk

memperoleh data karakteristik responden, data lingkungan, data pengetahuan, sikap

dan perilaku terkait filariasis. Pemeriksaan filtrasi darah vena dilakukan dengan cara

mengambil darah vena sebanyak 1 ml, kemudian disaring menggunakan metode

membran filter untuk memperoleh data kejadian filariasis, kepadatan parasit dan

spesies mikrofilaria. Analisis dilakukan terhadap seluruh variabel yang akan diteliti

untuk memperoleh distribusi frekuensi dari masing-masing variabel..

Hasil penelitian mendeteksi 3 individu positif mikrofilaria di Desa Tuik

sehingga didapat proporsi kejadian filariasis sebesar 2%. Pengetahuan responden

tentang filariasis kurang baik sebesar 96%. Sedangkan sikap responden sebesar 96,7%

setuju mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis. Kepatuhan minum

obat pencegahan selama lima kali hanya dilakukan oleh 2% responden. Perilaku

perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk yang menggunakan kelambu sebesar

73,3%, sedangkan perilaku keluar malam yang merupakan faktor risiko terjadinya

penularan filariasis sebesar 78,7%.

Page 12: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

iii

ABSTRAK

Program eliminasi filariasis menjadi prioritas nasional dengan agenda utama

melaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan secara Massal Filariasis untuk

memutus rantai penularan pada penduduk di semua Kabupaten/Kota endemis filariasis.

Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten yang telah melaksanakan

program eliminasi filariasis dan telah memasuki tahap surveilans periode stop POPM

filariasis. Berdasarkan hasil survei penularan/Transmission Assesment Survey (TAS) kedua

didapatkan hasil 9 anak terdeteksi positif antibodi Brugia dalam darah. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya penularan cacing mikrofilaria pada rentang waktu 6-7 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko pasca enam tahun

pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis di Kabupaten Bangka Barat melalui

pemeriksaan filtrasi darah dan mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap, perilaku

dan lingkungan tentang filariasis melalui wawancara menggunakan kusioner. Pemeriksaan

menggunakan filtrasi darah menunjukkan 3 orang positif mikrofilaria sehingga didapatkan

proporsi kejadian filariasis sebesar 2%. Pengetahuan responden sebesar 4% yang telah

mengetahui tentang penyebab, gejala, cara penularan, akibat yang ditimbulkan dan cara

pencegahan. Sikap responden sebesar 96,7% terhadap upaya pencegahan dan

pemberantasan filariasis. Kepatuhan responden minum obat pencegahan filariasissebesar

2%. Perilaku keluar rumah dapat menjadi faktor risiko adanya penularan sebesar 78,7%.

Page 13: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

TIM PENELITI ............................................................................................................................ i

RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT ......................................................................................... 3

2.1. Tujuan Umum ................................................................................................................. 3

2.2. Tujuan Khusus ................................................................................................................ 3

2.3. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 3

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 4

3.1. Kerangka Teori ................................................................................................................ 4

3.2. Kerangka Konsep ............................................................................................................ 4

3.3. Desain dan Jenis Penelitian ............................................................................................. 6

3.4. Tempat dan Waktu........................................................................................................... 6

3.5. Populasi dan Sampel ........................................................................................................ 6

3.6. Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel ................................................... 6

3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................................................... 6

3.8. Variabel ........................................................................................................................... 7

3.9. Definisi Operasional ........................................................................................................ 8

3.10.Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 12

3.11.Bahan dan Prosedur Kerja ............................................................................................ 12

3.12.Manajemen Data dan Analisis Data ............................................................................. 16

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................................ 17

4.1. Gambaran Umum Wilayah ........................................................................................... 17

4.2. Program Pengendian Filariasis di Kabupaten Bangka Barat ........................................ 17

4.3. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Filariasis ........... 22

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................................... 29

A. Karakteristik Subyek Penelitian ................................................................................... 29

B. Kejadian Filariasis Pasca Enam Tahun Pemberian Obat Massal Pencegahan

Filariasis................................................................................................................................31

C. Faktor Lingkungan Responden ..................................................................................... 32

Page 14: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

v

D. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Subyek Penelitian 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 35

6.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 35

6.2. Saran .............................................................................................................................. 36

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................................... 36

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................................................... 37

Page 15: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi kronis filariasis per puskesmas dan per desa di Kabupaten Bangka Barat

tahun 2016 .................................................................................................................. 18

Tabel 2 Hasil pemeriksaan TAS-2 di Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 ........................... 19

Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah menggunakan metode membran filter ................................ 20

Tabel 4 Karakterisasi responden berdasarkan hasil pemeriksaan darah ................................... 21

Tabel 5 Sosiodemografi karakteristik responden ..................................................................... 22

Tabel 6 Distribusi jumlah sampel menurut jumlah ART, lama tiggal, status ......................... 23

Tabel 7 Pengetahuan Responden Mengenai Filariasis ............................................................. 24

Tabel 8 Proporsi perilaku perlindungan diri responden terhadap gigitan nyamuk dan

perilaku keluar rumah pada malam hari ..................................................................... 26

Tabel 9 Lingkungan Responden Mengenai Filariasis .............................................................. 27

Tabel 10 Karakteristik penderita berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku dan lingkungan . 28

Page 16: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik pengetahuan responden tentang filariasis ..................................................... 25

Gambar 2 Grafik sikap responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis 25

Gambar 3 Grafik Kepatuhan responden minum obat pencegahan filariasis ............................ 26

Page 17: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Etik ............................................................................................... 40

Lampiran 2 Ijin Penelitian ................................................................................................... 42

Lampiran 3 Naskah Penjelasan............................................................................................ 44

Lampiran 4 Informed Consent ............................................................................................. 45

Lampiran 5 Kuesioner ......................................................................................................... 46

Lampiran 6 Dokumentasi Kegiatan ..................................................................................... 53

Page 18: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk. Data WHO menunjukkan

bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di negara berisiko tertular

filariasis, dan 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara1.

Sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 kasus kronis filariasis di Indonesia

dilaporkan sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 kabupaten/kota. Berdasarkan

data kasus klinis kronis yang ditindaklanjuti dengan survei endemisitas filariasis dan

dilaporkan oleh kabupaten/kota sampai dengan tahun 2009 terdapat 337

kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis2. Infeksi mikrofilaria

dapat terdeteksi pada semua kelompok usia. Penelitian Sukhvir3 menunjukkan bahwa

kelompok usia dengan tingkat mikorilaria tertinggi ditemukan pada usia 21-30 tahun

(9%). Hasil penelitian lain dari Weil et all4 juga menunjukkan prevalensi mikrofilaria

meningkat pada usia diatas 20 tahun.

Program eliminasi filariasis telah dicanangkan sejak tahun 1999 oleh WHO yaitu

dengan menetapkan dua pilar utama Program Eliminasi Filariasis berupa upaya

memutus rantai penularan filariasis dengan melaksanakan kegiatan Pemberian Obat

Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di daerah endemik filariasis dan upaya

pencegahan serta membatasi kecacatan karena filariasis dengan melaksanakan

kegiatan penatalaksanaan penderita filariasis klinis5.

Langkah pertama sebelum pelaksanaan kegiatan POMP adalah menentukan

kabupaten/kota endemis filariasis. Penentuan daerah endemis filariasis dilakukan

dengan mengidentifikasi adanya penderita filariasis kronis kemudian dilanjutkan

dengan survei darah jari pada 2 desa dengan jumlah penderita filariasis kronis

terbanyak untuk menentukan tingginya angka Mikrofilaria rate (Mf rate). Apabila

salah satu desa ditemukan angka Mf rate 1% atau lebih, maka kabupaten/kota tersebut

adalah kabupaten/kota endemis filariasis, sehingga perlu melaksanakan kegiatan

POMP filariasis. Pengobatan massal dilakukan dengan menggunakan obat DEC

dikombinasikan dengan Albendazole sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

Pengobatan massal diikuti seluruh penduduk di daerah endemis yang berusia 2 tahun

Page 19: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

2

keatas. Pengobatan ditunda pada orang yang sakit, anak dibawah 2 tahun, dan wanita

hamil2.

Keberhasilan POMP filariasis dan sejauh mana pemutusan rantai penularan

filariasis telah dicapai ditentukan dengan angka Mf rate <1%. Angka Mf rate diperoleh

berdasarkan perbandingan jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif

mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa. Penderita dengan kepadatan

mikrofilaria rendah mempunyai peran utama dalam mempertahankan rantai

penularan.6 Langkah pertama untuk menilai angka Mf rate setelah pengobatan adalah

menentukan jenis pemeriksaan yang tepat untuk mendeteksi adanya mikrofilaria

dalam darah. Hasil penelitian Dreyer6 dengan membandingkan dua metode berbeda

yaitu pemeriksaan darah jari dengan volume darah 20µl dan 60µl serta metode

penyaringan menggunakan membran polikarbonat dengan darah sebanyak 1ml

menunjukkan bahwa volume 20µl dan 60µl darah yang dipakai untuk pemeriksaan

kurang optimal dalam mendeteksi mikrofilaria dibandingkan dengan volume 1ml.

Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya kejadian filariasis. Beberapa faktor

diantaranya adalah faktor lingkungan dan perilaku. Lingkungan sangat berpengaruh

terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya. Tersedianya

lingkungan fisik berupa genangan air di sekitar pemukiman penduduk dapat

memungkinkan untuk menjadi tempat perkembangbiakan vektor pembawa filariasis

sehingga meningkatkan terjadinya penularan filariasis7. Penelitian yang dilakukan

oleh Mulyono8 menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan genangan air di

sekitar rumah dan kejadian filariasis. Selain faktor lingkungan, penyebaran filariasis

tergantung juga dengan perilaku seseorang terhadap upaya pencegahan terhadap

gigitan nyamuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardias9 menunjukkan adanya

hubungan antara kebiasaan menggunakan kelambu dengan kejadian filariasis.

Hasil penelitian Santoso10

di Jambi menunjukkan determinan faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian filariasis adalah adanya genangan air di sekitar rumah,

waktu tempuh ke sarana kesehatan, perilaku pencegahan gigitan nyamuk di dalam

rumah, lama tinggal, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa di Kabupaten Bangka Barat masih

berpotensi terjadinya penularan filariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor risiko pasca enam tahun pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis

di Kabupaten Bangka Barat.

Page 20: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

3

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor risiko pasca enam tahun pemberian obat massal

pencegahan filariasis di Kabupaten Bangka Barat.

2.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan,

jumlah anggota keluarga, lama tinggal, status migrasi, dan riwayat demam

berulang).

2. Mengukur kejadian filariasis (Mf rate, kepadatan, spesies mikrofilaria) pasca

enam tahun POMP filariasis.

3. Mengidentifikasi faktor lingkungan responden pasca enam tahun POMP

filariasis (keberadaan rawa di sekitar rumah, jarak rumah responden dengan

rumah penderita, keberadaan hewan reservoir dan keberadaan hewan ternak).

4. Mengidentifikasi pengetahuan responden pasca enam tahun POMP filariasis

(gejala, cara penularan, akibat, cara pencegahan penyakit filariasis)

5. Mengidentifikasi sikap responden pasca enam tahun POMP filariasis (upaya

pencegahan dan pemberantasan filariasis).

6. Mengidentifikasi faktor perilaku responden pasca enam tahun POMP

filariasis (riwayat pengobatan, perilaku pengobatan, perilaku penggunaan

kelambu, perilaku penggunaan antinyamuk, perilaku keluar rumah).

2.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terkait evaluasi

kegiatan pengobatan massal dalam menentukan keberhasilan POMP filariasis

dan sejauh mana pemutusan rantai penularan filariasis telah dicapai. Selain itu,

mengetahui faktor risiko pasca enam tahun POMP filariasis di Kabupaten

Bangka Barat terkait dengan kejadian filariasis, faktor lingkungan, pengetahuan,

sikap dan perilaku.

Page 21: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

4

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Menurut Hendrik L. Blum, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi status

kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan

kesehatan, dan faktor keturunan11

. Diantara keempat faktor tersebut, lingkungan dan

perilaku mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap status kesehatan. Bagan

kerangka Blum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

3.2. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini tidak semua indikator dikumpulkan, indikator yang

ditanyakan adalah sebagai berikut :

a. Status kesehatan yang akan diukur adalah filariasis berdasarkan pemeriksaan filtrasi

darah vena.

b. Faktor lingkungan mencakup variabel :

- Keberadaan rawa di sekitar rumah

- Jarak rumah responden dengan rumah penderita

- Keberadaan Hewan Reservoir

- Keberadaan Hewan Ternak

c. Faktor Perilaku mencakup variabel :

Status Kesehatan

Keturunan

Lingkungan Pelayanan Kesehatan

Perilaku

Page 22: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

5

- Pengetahuan terhadap gejala, cara penularan, akibat, cara pencegahan penyakit

filariasis

- Sikap terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis

- Riwayat Pengobatan

- Perilaku Pengobatan

- Perilaku Penggunaan Kelambu

- Perilaku Penggunaan antinyamuk

- Perilaku keluar rumah malam hari

Variabel-variabel penelitian digambarkan dalam kerangka konsep berikut :

Perilaku

- Riwayat Pengobatan

- Perilaku Pengobatan

- Perilaku Penggunaan Kelambu

- Perilaku Penggunaan antinyamuk

- Perilaku keluar rumah malam hari

Karakteristik Responden

- Umur

- Jenis kelamin

- Pendidikan

- Jumlah Anggota Rumah Tangga

- Lama tinggal

- Status migrasi

- Riwayat demam berulang

-

KEJADIAN FILARIASIS

- Pemeriksaan filtrasi

darah vena :

a. Mf rate

b. Kepadatan

mikrofilaria

c. Spesies mikrofilaria

Lingkungan

- Keberadaan rawa di sekitar rumah

- Jarak rumah responden dengan rumah

penderita

- Keberadaan Hewan Reservoir

- Keberadaan Hewan Ternak

Pengetahuan

- Penyebab filariasis

- Gejala filariasis

- Penularan filariasis

- Akibat yang ditimbulkan filariasis

- Pencegahan filariasis

Sikap

- Sikap terhadap pencegahan

- Sikap terhadap pemberantasan

Page 23: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

6

3.3. Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan menggunakan desain

cross sectional dengan penyajian hasil pengamatan secara deskriptif.

3.4. Tempat dan Waktu

Penelitian telah dilakukan di Kabupaten Bangka Barat selama 8 bulan (April

sampai dengan November 2016).

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk di Kabupaten Bangka Barat

dengan target penduduk tinggal di daerah yang telah melakukan kegiatan pengobatan

massal selama 5 tahun.

Sampel penelitian adalah penduduk usia ≥ 20 tahun yang tinggal di Desa Tuik,

Desa Teluk Limau, Desa Puput dan Desa Cupat. Pemilihan desa berdasarkan hasil

pelaksanaan Transmission Assesment Survey (TAS) tahun 2014 dengan menggunakan

RDT pada anak usia 6-7 tahun yang menunjukkan hasil 9 anak positif.

3.6. Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel

Jumlah responden untuk wawancara dan pemeriksaan filtrasi darah vena

sebanyak 150 orang. Sampel diambil dari empat desa yaitu Desa Tuik, Desa Teluk

Limau, Desa Puput dan Desa Cupat. Pemilihan sampel diambil secara purposive

sampling yaitu peneliti memilih dari populasi sampel yang memenuhi kriteria sampel

yang telah ditetapkan dalam penelitian. Penarikan sampel dilakukan dengan cara quota

sampling. Sampel diambil dengan menentukan terlebih dahulu rumah penderita kronis

dan atau baru berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat,

kemudian dilanjutkan dengan tetangga terdekat sampai mencapai besar sampel dari

masing-masing desa. Besar sampel untuk setiap desa di ambil berdasarkan proporsi

kasus filariasis data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat.

3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. penduduk berusia ≥ 20 tahun.

2. Bersedia diambil darah vena.

Page 24: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

7

Kriteria Eksklusi :

1. Menderita penyakit berat seperti diabetes, hipertensi, penyakit cardiovaskuler

2. Tidak mau dilakukan wawancara

3.8. Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari kejadian filariasis, karakteristik

responden, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan.

1. Kejadian filariasis berdasarkan pemeriksaan filtrasi darah vena untuk menilai Mf

rate, kepadatan mikrofilaria dan menentukan spesies mikrofilaria.

2. Karakteristik Responden meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

jumlah anggota rumah tangga, lama tinggal, status migrasi dan riwayat demam

berulang.

3. Pengetahun meliputi : gejala, cara penularan, akibat, cara pencegahan penyakit

filariasis.

4. Sikap meliputi : upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis.

5. Perilaku meliputi : riwayat pengobatan, perilaku pengobatan, perilaku penggunaan

kelambu, perilaku penggunaan antinyamuk, dan perilaku keluar rumah malam hari.

6. Lingkungan meliputi : Keberadaan rawa di sekitar rumah, jarak rumah responden

dengan rumah penderita, keberadaan hewan reservoir dan keberadaan hewan

ternak.

Page 25: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

8

3.9. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala

1 Umur Umur subyek penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir 1. 20-29 tahun

2. 30-39 tahun

3. 40-49 tahun

4. ≥ 50 tahun

Ordinal

2 Jenis kelamin Jenis kelamin berdasarkan ciri fisik dari subyek penelitian 1. Pria

2. Wanita

Nominal

3 Pendidikan Status pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD

3. SD

4. SMP

5. SMA

6. Akademi/PT

Ordinal

4 Pekerjaan Jenis pekerjaan utama yang menyita waktu paling banyak 1. Petani/nelayan

2. Buruh

3. PNS/TNI/POLRI

4. Wiraswasta

5. Tidak bekerja

6. Lainnya

Nominal

Page 26: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

9

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala

4 Jumlah Anggota Rumah

Tangga

Jumlah orang yang tinggal dalam rumah tangga tersebut

dalam 6 tahun terakhir

........orang Rasio

5 Lama tinggal Berdasarkan rumah yang ditinggali terakhir saat survei

dilakukan

........tahun Rasio

6 Status migrasi Berdasarkan rumah yang ditinggali sebelum rumah yang

sekarang ditempati (< tahun 2010)

1. Ya

2. Tidak

Nominal

7 Riwayat demam berulang Riwayat demam berulang 3-4 kali dalam sebulan untuk 1

tahun terakhir

1. Ya

2. Tidak

Nominal

8 Riwayat Pemeriksaan SDJ Riwayat pemeriksaan darah jari oleh petugas kesehatan

kepada responden

1. Ya

2. Tidak

Nominal

9 Kejadian Filariasis Berdasarkan hasil pemeriksaan filtrasi darah vena

berdasarkan pemeriksaan mikroskop

1. Positif

2. Negatif

Nominal

10 Mikrofilaria rate Angka mikrofilaria rate dihitung dengan cara membagi

jumlah penduduk yang sediaan darahnya positif

mikrofilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa

dikali 100%

.....% Rasio

11 Kepadatan mikrofilaria Kepadatan parasit mikrofilaria pada penderita filariasis

dengan perhitungan kepadatan parasit dalam 1 ml darah

.....mikroliter Rasio

Page 27: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

10

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala

12 Spesies mikrofilaria Spesies mikrofilaria berdasarkan pemeriksaan spesimen

di bawah mikroskop dengan pembesaran (10x40)

1.Wuchereria bancrofti

2. Brugia malayi

3. Brugia timori

Nominal

13 Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki responden meliputi gejala,

cara penularan, akibat, cara pencegahan penyakit

filariasis.

1. Baik

2. Kurang baik

Ordinal

14 Sikap Peryataan sikap responden terhadap upaya pencegahan

dan pemberantasan penyakit filariasis.

1. Setuju

2. Tidak Setuju

Nominal

15 Riwayat pengobatan Riwayat pengobatan filariasis yang diterima subyek

secara selektif maupun massal

1. 1 kali

2. 2 kali

3. 3 kali

4. 4 kali

5. 5 kali

6. Tidak pernah

Ordinal

16 Perilaku pengobatan Perilaku subyek untuk minum obat filariasis yang

diberikan petugas kesehatan

1. Ya

2. Tidak

Nominal

17 Perilaku penggunaan kelambu Kebiasaan responden tidur menggunakan kelambu pada

malam hari berdasarkan jawaban responden

1. Tidak

2. Ya

Nominal

Page 28: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

11

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala

18 Perilaku penggunaan

antinyamuk

Kebiasaan responden menggunakan obat antinyamuk

pada malam hari

1. Tidak

2. Ya

Nominal

19 Perilaku keluar rumah malam

hari

Kebiasaan responden keluar rumah pada malam hari 1. Tidak

2. Ya

Nominal

20 Keberadaan rawa disekitar

rumah

Rawa disekitar rumah responden dengan jarak 500 meter

berdasarkan jawaban responden

1. Ada

2. Tidak

Nominal

21 Jarak rumah responden

dengan rumah penderita

Jarak tempat tinggal subyek dengan tempat tinggal

penderita berdasarkan jawaban responden

1. ≤ 500 m

2. > 500 m

Ordinal

22 Keberadaan hewan reservoir Hewan peliharaan kucing dan atau kera di sekitar rumah

responden berdasarkan jawaban responden

1. Ada

2. Tidak

Nominal

23 Keberadaan hewan ternak Hewan ternak sapi, kerbau, dan kambing di sekitar rumah

responden berdasarkan jawaban responden

1. Ada

2. Tidak

Nominal

Page 29: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

12

3.10. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengambilan

filtrasi darah vena, alat pewarnaan spesimen darah, alat pemeriksaan darah dengan

menggunakan mikroskop, dan kuesioner wawancara.

Cara pengumpulan data

1. Pemeriksaan filtrasi darah vena dilakukan untuk memperoleh data mikrofilaria

rate, kepadatan parasit dan spesies mikrofilaria.

2. Wawancara dengan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data karakteristik

responden.

3. Wawancara dengan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data pengetahuan,

sikap dan perilaku.

4. Wawancara dengan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data lingkungan.

5. Data kejadian filariasis diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangka Barat

3.11. Bahan dan Prosedur Kerja

1. Bahan dan alat pengambilan darah dengan metode filtrasi

a. Spuit 5 ml

b. Spuit 20 ml

c. Beacker glass

d. Filter holders

e. Membran polikarbonat ukuran 25 mm, dengan ukuran pori-pori 3-5 um

f. Tabung darah dengan EDTA

g. Cover glass

h. Plester

i. Object glass

j. Kapas kering

k. Kapas alkohol

l. Sarung tangan

m. Masker

n. Metanol absolut

o. Alkohol 70%

Page 30: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

13

p. Garam fisiologis

q. Giemsa

r. Aquades

s. Tissue gulung

t. Box slide

u. Trombophobe

v. Formulir pengambilan darah

2. Prosedur Kerja

a. Persiapan penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan perijinan ke Dinas

Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kesbangpol dan

Linmas.

b. Pengumpulan data Pengetahuan, sikap, perilaku dan lingkungan

1) Pengumpulan data lingkungan dan perilaku dilakukan dengan teknik

wawancara menggunakan kuesioner. Responden yang akan dilakukan

wawancara dan pemeriksaan filtrasi darah vena dikumpulkan di tempat

umum seperti di balai desa.

2) Responden untuk pengumpulan data wawancara dan pemeriksaan filtrasi

darah vena adalah penduduk usia ≥ 20 tahun.

3) Wawancara dilakukan oleh tim penelitian dari Loka Litbang P2B2

Baturaja.

4) Sebelum dilakukan wawancara, pewawancara harus menerangkan secara

jelas sesuai dengan naskah penjelasan mengenai tujuan wawancara dan

pemeriksaan sehingga responden dapat memahami tujuan pelaksanaan

penelitian. Meminta persetujuan dari responden atau yang mewakili bahwa

mereka tidak keberatan atau secara sukarela setuju untuk diwawancarai

dan dilakukan pemeriksaan. Bila setuju, maka responden diminta untuk

menandatangani/’cap jempol’ pada lembar persetujuan setelah penjelasan

(PSP/informed consent)

Page 31: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

14

c. Pengambilan Spesimen darah untuk pemeriksaan mikroskopis

Pengambilan spesimen filtrasi darah vena dilakukan pada malam hari

dimulai pukul 20.00-00.00 WIB. Pengambilan volume darah sebanyak 1 ml

dilakukan oleh perawat dan didampingi oleh dokter. Langkah-langkah

pengambilan spesimen darah dengan filtrasi darah vena (Nucleopore filters)

adalah sebagai berikut12

:

1) Menyiapkan formulir survei darah.

2) Mencatat dalam formulir survei darah berupa nomor urut, nama, umur,

jenis kelamin, dan kode sediaan bagi warga yang akan diambil spesimen

darah

3) Memberi nomor dengan spidol waterproof sesuai dengan kode sediaan

yang telah ditetapkan dalam formulir survei darah pada kaca benda

(slide) yang sudah bersih dari lemak dan kotoran.

4) Mengumpulkan darah vena sebanyak 1 ml dari masing-masing responden

menggunakan spuit 5 ml.

5) Sampel darah segar dimasukkan ke dalam tabung darah berisi EDTA.

6) Menempatkan membran nucelopore ke dalam filter holder kemudian

letakkan karet sebagai penahan membran dan kencangkan.

7) Menyiapkan spuit ukuran 20 ml, kaca benda dan beacker glass.

8) Memasangkan spuit 20 ml yang telah dilepas bagian pendorongnya ke

bagian holder yang telah disiapkan.

9) Memasukkan darah 1 ml ke dalam spuit 20 ml kemudian tambahkan

larutan garam fisiologis sebanyak 10 ml, tutup bagian bawah holder

menggunakan jari telunjuk

10) Meletakkan holder yang telah disatukan dengan spuit berisi darah dan

larutan garam fisiologis di atas beacker glass

11) Memasang kembali pendorong spuit untuk mendorong sampel melalui

membran.

12) Mengisi kembali spuit dengan aquades 10 ml kemudian mendorong

sampel melalui membran

13) Mengulangi kembali no. 12 dengan mengisi spuit dengan udara dan

mendorong sampel melalui membran

Page 32: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

15

14) Melepas spuit dari holder kemudian membuka holder dan mengeluarkan

membran secara hati-hati dengan menggunakan pinset

15) Meletakkan membran di atas object glass dan diamkan hingga kering.

d. Pembuatan larutan Giemsa

Masukkan larutan giemsa sebanyak 25 ml ke dalam beacker glass kemudian

tambahkan buffer pH 7,2 atau aquadest sampai 500 ml dengan perbandingan

1:20 kemudian homogenkan.

e. Pewarnaan Sediaan Darah

1) Sediaan darah diletakkan berjajar di tempat yang datar.

2) Letakkan spesimen membran di atas rak pewarnaan kemudian fiksasi

menggunakan metanol sebanyak 3 ml, diamkan hingga kering

3) Spesimen membran diwarnai dengan cara ditetesi larutan Giemsa sampai

semua permukaan sediaan tergenang larutan Giemsa (kurang lebih 20

tetes) dan didiamkan selama 30 menit.

4) Kemudian spesimen membran dibilas dengan air bersih dan dikeringkan

dalam suhu kamar selama 24-72 jam

5) Setelah kering, sediaan membran disusun dan disimpan dalam box slide.

f. Pemeriksaan mikroskopis

1) Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah

(10x10)

2) Jumlah mikrofilaria yang tampak pada seluruh lapangan pandang

dihitung dengan cara menggeser sediaan. Hasil pemeriksaan dilakukan

untuk menentukan antara lain :

a) Kepadatan mikrofilaria

Kepadatan rata-rata mikrofilaria dari hasil survei filtrasi darah vena

di satu desa adalah angka rata-rata mikrofilaria per ml darah, yaitu

dengan menjumlahkan semua mikrofilaria yang ditemukan pada

semua sediaan, dibagi dengan jumlah orang yang sediaanya positif

mikrofilaria dikalikan faktor pengali.

Page 33: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

16

b) Menghitung angka mikrofilaria rate

Angka mikrofilaria rate dihitung dengan cara membagi jumlah

penduduk yang sediaan darahnya positif mikrofilaria dengan

jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali 100%.

c) Menentukan spesies mikrofilaria

Spesies mikrofilaria ditentukan dengan memeriksa spesimen di

bawah mikroskop dengan pembesaran tinggi (10 x 40). Perbedaan

jenis-jenis mikrofilaria yang terdapat di Indonesia didasarkan pada

morfologi atau karakteristiknya.

3.12. Manajemen Data dan Analisis Data

Analisis univariat dilakukan terhadap seluruh variabel penelitian untuk

memperoleh distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Hasil analisis univariat

disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik. Analisis bivariat dilakukan untuk

mengkaji korelasi antara karakteristik, faktor lingkungan, faktor pengetahuan, sikap

dan perilaku terhadap kejadian filariasis. Spesimen darah yang telah diperiksa akan

dilakukan cross check terhadap semua sediaan positif mikrofilaria dan minimal 10%

sediaan darah negatif.

Page 34: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

17

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Bangka Barat dengan ibukota Muntok memiliki luas wilayah

2884,15 km2 dan berpenduduk sebanyak 192.395 jiwa dengan tingkat kepadatan

penduduk 66 jiwa per km2 pada tahun 2014. Secara geografis kabupaten ini terletak

pada 105° Bujur Timur dan 1° sampai 2° Lintang Selatan. Daerah ini terletak di bagian

barat Pulau Bangka dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bangka,

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Natuna dan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Bangka.

Wilayah Kabupaten Bangka Barat untuk tahun 2014 memiliki variasi curah hujan

antara 0,8 hingga 311 mm tiap bulan dengan curah hujan terendah pada bulan September.

Suhu rata-rata antara 25,7 hingga 28,2°C, sedangkan kelembaban udara antara 70 sampai

dengan 86 %. Tanah di daerah Kabupaten Bangka Barat mempunyai pH rata-rata di bawah

5, dengan kandungan didalamnya berupa mineral biji mineral dan bahan galian seperti

pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain.

Ditinjau dari sudut geografisnya, Bangka Barat merupakan daerah strategis karena

posisinya yang dekat dengan Pulau Sumatera sehingga menjadi pintu gerbang masuknya

barang dan penumpang dari Pulau Sumatera yang melewati laut. Kabupaten in terbagi

menjadi enam kecamatan yaitu Muntok, Simpang Teritip, Kelapa, Jebus, Parit Tiga dan

Tempilang.

4.2. Program Pengendian Filariasis di Kabupaten Bangka Barat

1. Distribusi Penderita Filariasis

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat tahun 2016

jumlah keseluruhan kasus kronis yang dilaporkan sebanyak 27 kasus terdiri dari 15

kasus pada laki-laki dan 12 pada wanita. Wilayah puskesmas yang memiliki kasus

terbanyak adalah Puskesmas Tempilang dengan jumlah kasus sebesar 10 penderita

yang tersebar di enam desa. Desa Sangku merupakan desa dengan jumlah kasus

Page 35: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

18

kronis terbanyak (5 penderita). Tabel 1 menyajikan data kasus kronis filariasis yang

dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat tahun 2016.

Tabel 1 Distribusi kronis filariasis per puskesmas dan per desa di Kabupaten

Bangka Barat tahun 2016

Puskesmas Desa Penderita Kronis

Pria Wanita

Muntok

Kelapa

Jebus

Puput

Sekar Biru

Tempilang

Air Putih

Tanjung

Kayu Arang

Tuik

Mancung

Dendang

Kedondong

Air Gantang

Semulut

Sangku

Penyamak

Tempilang

Buyan Kelumbi

Tanjung Niur

Sinar Surya

1

1

2

2

0

0

1

1

1

2

1

1

1

1

0

0

0

2

1

1

1

0

3

0

3

0

0

0

0

1

Jumlah 15 12

2. Kegiatan POMP dan Evaluasi Pasca POMP

Kegiatan POMP filariasis dilaksanakan sekali setahun, selama minimal lima

tahun berturut-turut, kemudian diikuti dengan evaluasi dampak setelah POMP

dihentikan serta menerapkan surveilans ketat pada periode stop POMP filariasis.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 menyebutkan lima

kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah

dengan filariasis. Kegiatan pengobatan massal filariasis di Bangka Barat memasuki

putaran kelima pada tahun 2009. Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam

program eliminasi filariasis adalah Kabupaten, baik untuk penentuan endemisitas

maupun pengobatan massal.

Survei evaluasi prevalensi mikrofilaria sesudah POMP filariasis tahun ke-5

telah dilakukan pada tahun 2010 dengan menggunakan metode SDJ. Hasil dari

survei evaluasi ini menunjukkan angka microfilaria rate <1%. Hal ini berarti

bahwa Kabupaten Bangka Barat telah mencapai kondisi Pre Eliminasi Filariasis,

sehingga dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan survei evaluasi penularan filariasis

atau Transmission Assesment Survey (TAS). Kegiatan surveilans ini dilakukan

Page 36: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

19

untuk memonitor dan evaluasi ada tidaknya rantai penularan filariasis setelah

serangkaian kegiatan POMP filariasis. Sasaran survei TAS ini adalah anak-anak

berumur 6-7 tahun menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT).

Pelaksanaan survei TAS telah dilakukan pada tahun 2012 (TAS-1) dan 2014

(TAS-2). TAS-1 didapatkan hasil negatif untuk semua anak yang diperiksa,

sedangkan TAS-2 diperoleh 9 anak positif berdasarkan hasil RDT. Pelaksanaan

TAS-2 dilakukan di lima desa yaitu Tuik, Kelapa, Cupat, Teluk Limau dan Puput.

Tabel 1 menggambarkan data hasil TAS-2 tahun 2014.

Tabel 2 Hasil pemeriksaan TAS-2 di Kabupaten Bangka Barat tahun 2014

Puskesmas Desa Jenis Kelamin Hasil Pemeriksaan

RDT Jumlah

Laki-laki Perempuan

Kelapa

Puput

Tuik

Kelapa

Cupat

Teluk Limau

Puput

0

3

1

0

0

1

1

1

1

1

Positif

Positif

Positif

Positif

Positif

1

4

2

1

1

Jumlah 4 5 9

3. Pemeriksaan dengan Metode Membran Filter

Survei darah filariasis menggunakan metode membran filter telah dilakukan

terhadap penduduk terpilih di empat desa, yaitu Desa Cupat, Teluk Limau, Puput

dan Tuik. Proporsi jumlah responden yang diperiksa untuk masing-masing desa

diambil berdasarkan jumlah kasus yang ada di setiap desa tersebut, sehingga

didapatkan jumlah seluruh penduduk yang diperiksa sebanyak 150 orang. Hasil

pemeriksaan darah menunjukkan tiga orang positif mikrofilaria di Desa Tuik,

sedangkan responden di Desa Teluk Limau, Cupat dan Puput tidak ditemukan

mikrofilaria. Hasil pemeriksaan darah telah dilakukan crosscheck antara petugas

Loka Litbang P2B2 Baturaja dengan Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar.

Hasil survei darah di Desa Tuik menunjukkan proporsi kejadian filariasis di

desa tersebut sebesar 3,6 persen, sedangkan proporsi kejadian filariasis di empat

desa penelitian adalah 2 persen. Jenis cacing yang berhasil ditemukan dalam

penelitian ini adalah Brugia malayi yang ditandai dengan adanya sarung berwarna

merah muda serta perbandingan lebar dan panjang ruang kepala adalah 1:2.

Page 37: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

20

Kepadatan mikrofilaria dari tiga responden yang positif mikrofilaria adalah 116,

245, dan 112 per 1 ml darah.

Jumlah positif mikrofilaria paling banyak dijumpai pada responden yang

belum pernah minum obat pencegahan filariasis. Responden dengan mikrofilaria

teridentifikasi pada golongan umur 50 tahun ke atas, dimana dua dari tiga

respondennya adalah perempuan. Salah satu responden mengalami riwayat demam

berulang pada satu bulan terakhir.

Hasil pemeriksaan darah menggunakan metode membran filter dan

karakterisasi responden dengan mikrofilaria dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah menggunakan metode membran filter

Kecamatan Desa Jumlah

Sampel

Positif

Mf

Proporsi Kejadian

Filariasis

Kelapa Tuik 83 3 3,6%

Puput Teluk Limau

Cupat

Puput

17

33

17

0

0

0

0%

0%

0%

Jumlah 150 3 2%

Page 38: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

21

Tabel 4 Karakterisasi responden berdasarkan hasil pemeriksaan darah

No Id

Subyek

Umur/Jenis

Kelamin

Pendidikan Pekerjaan Alamat Riwayat

Demam

Berapa kali

minum obat

Penderita di

keluarga/tetangga

Hasil Pemeriksaan

L P Ya Tdk Ya Tdk Spesies Kepadatan

1

2

3

T.19

T.58

T.69

85 th

70 th

50 th

SD

Tidak Tamat SD

SD

Petani

Petani

Petani

Desa Tuik

Desa Tuik

Desa Tuik

2 kali

-

1 kali

Brugia

malayi

Brugia

malayi

Brugia

malayi

116 Mf/ml

245 Mf/ml

112 Mf/ml

Page 39: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

22

4.3. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Filariasis

1. Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 150 orang terdiri dari 17

responden berasal dari Desa Teluk Limau, 33 responden dari Desa Cupat, 17

responden dari Desa Puput dan 83 responden dari Desa Tuik. Berdasarkan

kelompok umur, populasi yang paling tinggi adalah umur 50 tahun ke atas (34,7%).

Petani merupakan pekerjaan yang ditekuni oleh mayoritas masyarakat setempat.

Sebanyak 150 responden yang berhasil diwawancarai , 44 persen diantaranya

merupakan petani karet maupun sahang, sisanya bekerja sebagai nelayan, PNS,

wiraswasta, honor dan buruh. Sebagian besar responden yang diwawancarai

berpendidikan tamatan SD (49,3%), sedangkan yang mempunyai pendidikan tinggi

(lulusan perguruan tinggi) hanya sebesar 0,7 persen (Tabel 5).

Tabel 5 Sosiodemografi karakteristik responden

Variabel Sampel (N=150) Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Kelompok Umur (tahun)

20-29

30-39

40-49

50 +

Pendidikan

Tidak Sekolah

Tidak Tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Akademi/PT

Pekerjaan

Petani

Buruh

PNS/TNI/POLRI

Wiraswasta

Nelayan

Honor

Tidak Bekerja/IRT

44

106

28

35

35

52

9

30

74

18

18

1

66

5

1

9

5

2

62

29,3

70,7

18,7

23,3

23,3

34,7

6,0

20,0

49,3

12,0

12,0

0,7

44,0

3,4

0,7

6,0

3,3

1,3

41,3

Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa sebagian besar adalah

penduduk asli yang telah tinggal selama lebih dari 10 tahun (92,7%), sedangkan 2,7

persennya adalah penduduk yang sebelumnya berasal dari Belitang, Bengkulu, Jebus dan

Page 40: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

23

Parit Tiga. Suatu keluarga di desa tersebut memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari

lima orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga dalam satu rumah adalah 4 orang.

Sebanyak 10,7 persen responden mempunyai riwayat demam berulang dalam satu bulan

terakhir yang merupakan gejala awal adanya infeksi mikrofilaria dalam darah. Tujuh

(4,7%) responden menyatakan pernah mendapatkan pemeriksaan darah jari oleh petugas

kesehatan untuk mengetahui adanya cacing mikrofilaria (Tabel 4).

Tabel 6 Distribusi jumlah sampel menurut jumlah ART, lama tinggal, status

Variabel Sampel (N = 150) Persen (%)

Jumlah Anggota Rumah Tangga

< 5

≥ 5

Lama Tinggal

< 10 tahun

≥ 10 tahun

Status Migrasi

Ya

Tidak

Riwayat Demam Berulang

Ya

Tidak

Riwayat Pemeriksaan Darah Jari

Ya

Tidak

122

28

11

139

4

146

16

134

7

143

81,3

18,7

7,3

92,7

2,7

97,3

10,7

89,3

4,7

95,3

2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden tentang Filariasis

a. Pengetahuan responden

Jumlah responden yang mengetahui tentang penyebab filariasis sebesar 2,7

persen, sedangkan sebagian besar responden (72%) tidak mengetahui mengenai

penyebab filariasis. Sebanyak 4,7 persen responden dapat memberikan jawaban

mengenai gejala awal dari filariasis yaitu adanya demam berulang, sedangkan 13,3

persen responden menyatakan gejala adanya perbesaran tubuh pada bagian kaki dan

tangan.

Cara penularan filariasis melalui gigitan nyamuk hanya diketahui oleh 35,3

persen dari seluruh responden. Penyebab penularan filariasis lainnya menurut

anggapan responden adalah melalui bersentuhan dan makan makanan penderita.

Sebanyak 11,3 persen responden menyatakan akibat yang ditimbulkan apabila

seseorang terkena filariasis adalah cacat seumur hidup. Hasil wawancara

menunjukkan pengetahuan responden terkait dengan upaya pencegahan terhadap

Page 41: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

24

filariasis dengan minum obat pencegahan filariasis sebesar 20 persen, sedangkan

pengetahuan pencegahan lainnya merupakan perlindungan terhadap gigitan

nyamuk melalui penggunaan kelambu (2%), obat antinyamuk (4,7%) dan

penggunaan kain kassa (0,7%) (Tabel 7).

Tabel 7 Pengetahuan Responden Mengenai Filariasis

Variabel

Sampel

(N = 150)

Persentase

(%)

Penyebab Filariasis

Cacing

Virus

Keturunan

Nyamuk

Tidak tahu

Gejala Filariasis

Demam berulang

Benjolan

Perbesaran kaki/tangan/payudara

Demam menggigil

Tidak tahu

Cara Penularan

Gigitan nyamuk

Bersentuhan

Makanan

Tidak tahu

Akibat yang Ditimbulkan

Tidak dapat bekerja

Cacat seumur hidup

Rendah diri

Tergantung kepada orang lain

Meninggal

Lainnya

Tidak tahu

Cara Pencegahan

Menggunakan kelambu

Menggunakan obat antinyamuk

Memasang kawat kasa

Minum obat pencegahan filariasis

Tidak Tahu

4

1

1

36

108

7

1

20

3

119

53

2

10

37

14

17

5

3

4

22

85

3

7

1

30

109

2,6

0,7

0,7

24,0

72,0

4,7

0,7

13,3

2,0

79,3

35,3

1,3

6,7

24,7

9,3

11,3

3,3

2,0

2,7

14,7

56,7

2,0

4,7

0,7

20,0

72,6

Hasil wawancara dan analisa data diketahui bahwa pengetahuan responden tentang

filariasis kurang baik (96%). Hanya 4 persen responden yang mengetahui

penyebab, gejala, cara penularan, akibat yang ditimbulkan dan cara pencegahan.

Status pengetahuan responden terhadap filariasis dapat dilihat pada grafik 1.

Page 42: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

25

Gambar 1 Grafik pengetahuan responden tentang filariasis

b. Sikap responden

Sikap responden dalam upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis

termasuk dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari tingginya persentase responden

yang menyetujui untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan

filariasis. Hampir seluruh responden setuju untuk minum obat pencegahan (99,3%),

melakukan pemeriksaan darah sebesar 98 persen, memanfaatkan rawa menjadi

lahan produktif sebanyak 93,3 persen serta menghindari gigitan nyamuk (92,7%)

Gambar 2 Grafik sikap responden terhadap upaya pencegahan dan

pemberantasan filariasis

4

96

2.7

18

35.3 34 27.3

97.3

82

64.7 66 72.7

0

20

40

60

80

100

120

Baik Kurang baik Penyebab Gejala Carapenularan

Akibat yangditimbulkan

Carapencegahan

86.7

13.3

92.7 99.3 98

93.3

7.3 0.7 2

6.7

0

20

40

60

80

100

120

Setuju Tidak setuju Menghindarigigitan

nyamuk

Memakanobat

pencegahan

Pemeriksaandarah

Pemanfaatanrawa

Page 43: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

26

c. Perilaku responden

Proporsi responden yang sudah pernah mendapatkan pengobatan pencegahan

filariasis sebesar 70 persen, dimana 66 persen dari responden tersebut bersedia

minum obat tersebut. Sedangkan 4 persen responden menolak minum karena alasan

hamil (33,3%), efek samping pusing dari obat (16,7) dan merasa sehat sehingga

tidak perlu minum obat (50%). Meskipun 66 persen responden sudah pernah

mimun obat pencegahan filariasis, namun hanya 2 persen responden yang minum

obat pencegahan sebanyak lima kali (Grafik 3).

Gambar 3 Grafik Kepatuhan responden minum obat pencegahan filariasis

Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa 73,3 persen responden

menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari. Selain itu, reponden juga

menggunakan obat antinyamuk sebagai upaya perlindungan diri terhadap gigitan

nyamuk (65,3%). Aktifitas keluar rumah pada malam hari dilakukan oleh sebagian

masyarakat (78,7%). Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih mudah untuk

tergigit nyamuk.

Tabel 8 Proporsi perilaku perlindungan diri responden terhadap gigitan nyamuk dan

perilaku keluar rumah pada malam hari

Variabel Sampel Jumlah Persen (%)

Perilaku penggunaan kelambu

Ya

Tidak

Perilaku penggunaan antinyamuk

Ya

Tidak

Perilaku keluar malam

Ya

Tidak

150

150

150

110

40

98

52

118

31

73,3

26,7

65,3

34,7

78,7

21,3

70%

30%

Mendapat obat

Tidak mendapat obat

66

4

38

17.3 7.3

1.3 2 0

10203040506070

Page 44: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

27

Lingkungan mempunyai pengaruh terhadap distribusi filariasis dan mata rantai

penularannya. Sebanyak 23,2 persen responden menyatakan bahwa di sekitar rumahnya

terdapat rawa. Keberadaan rawa merupakan tempat potensial yang erat kaitannya dengan

kehidupan vektor. Lima puluh (33,3%) responden tinggal berdekatan dengan penderita

filariasis. Rumah responden yang jaraknya ≤ 500 m dengan rumah penderita sebesar 29,3

persen. Keberadaan hewan reservoir seperti kucing dan kera di sekitar rumah responden

sebesar 40,7 persen. Kucing dan kera mempunyai peran sebagai sumber penularan

filariasis, terutama untuk cacing Brugia malayi. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 2

persen responden disekitar rumahnya terdapat hewan ternak besar seperti sapi dan

kambing. Hewan ternak dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk ke manusia (cattle

barrier).

Tabel 9 Lingkungan Responden Mengenai Filariasis

Variabel Sampel Jumlah Persen (%)

Keberadaan rawa di sekitar rumah

Ya

Tidak

Keberadaan penderita filariasis disekitar rumah

Ada

Tidak

Jarak rumah responden dengan rumah penderita

≤ 500 m

> 500 m

Keberadaan hewan reservoir

Ya

Tidak

Keberadaan hewan ternak

Ya

Tidak

150

150

50

150

150

35

115

50

100

44

6

61

89

3

147

23,3

76,7

33,3

66,7

88,0

12,0

40,7

59,3

2,0

98,0

Pengetahuan responden di Desa Tuik dan responden positif mikrofilaria

menunjukkan hasil belum mengetahui mengenai penyebab, gejala, dan cara penularan

filariasis. Perilaku untuk menghindari gigitan nyamuk dilakukan dengan menggunakan

kelambu dan obat antinyamuk. Akan tetapi, ketiga responden positif mikrofilaria

mempunyai kebiasan keluar malam hari. Faktor lingkungan yang dapat berpotensi sebagai

sumber penularan filariasis adalah keberadaan hewan reservoir seperti kucing di sekitar

rumah.

Page 45: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

28

Tabel 10 Karakteristik penderita berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku dan

lingkungan

Variabel

% Kategori baik

responden T.19 T.58 T.69

Semua desa Desa Tuik

Pengetahuan

Penyebab

Gejala

Cara Penularan

Akibat yang ditimbulkan

Cara pencegahan

Sikap

Menghindari gigitan nyamuk

Minum obat pencegahan

filariasis

Pemeriksaan darah

Pemanfaatan rawa

2,7

18,0

35,3

34,0

27,3

92,7

99,3

98,0

93,3

2,4

21,7

32,5

30,1

32,5

97,6

98,8

98,8

97,6

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tahu

Tahu

Setuju

Setuju

Setuju

Setuju

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tdk setuju

Setuju

Tdk setuju

Setuju

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Tidak tahu

Setuju

Setuju

Setuju

Setuju

Perilaku

Penggunaan kelambu

Penggunaan antinyamuk

Kebiasaan keluar malam

Lingkungan

Keberadaan rawa di sekitar

rumah

Keberadaan penderita di sekitar

rumah

Jarak rumah responden dengan

rumah penderita

Keberadaan hewan reservoir

Keberadaan hewan ternak besar

73,3

65,3

78,7

23,3

33,3

29,3

40,7

2,0

95,2

73,5

86,7

18,1

32,5

26,5

39,8

2,4

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

≥500 m

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

≥500 m

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

≥500 m

Ya

Tidak

Page 46: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

29

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subyek Penelitian

1. Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan kelompok umur, proporsi responden yang positif mikrofilaria

ditemukan pada kelompok umur >50 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian

Santoso yang menunjukkan proporsi kelompok umur yang paling banyak positif

mikrofilaria adalah diatas 55 tahun. Risiko tertular filariasis pada usia diatas 50

tahun ke atas berkaitan dengan lamanya seseorang tersebut tinggal di daerah

endemis, sehingga potensi untuk mendapatkan gigitan nyamuk vektor filariasis

semakin besar. Penelitian di Sulawesi Tengah yang dilakukan Garjito dkk

mengemukakan tidak ada hubungan antara umur dengan infeksi filaria (r= -0,094; p

= 0,214). Dalam hal ini semua golongan umur mempunyai kesempatan yang sama

untuk terinfeksi filariasis.

Penularan filariasis dapat terjadi pada siapa saja tidak tergantung pada umur

maupun jenis kelamin, tetapi terjadi karena adanya kontak dengan vektor filariasis

(nyamuk) atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan 2 dari 3 responden dengan

mikrofilaremia adalah perempuan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih

berisiko terinfeksi filariasis dibanding wanita.13

Hasil serupa yang dilakukan di

Muaro Jambi juga menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki

memiliki risiko 6,179 kali terkena filariasis dibandingkan dengan responden

perempuan.10

Risiko penularan filariasis yang terjadi pada responden positif mikrofilaria

lebih berhubungan dengan aktivitas keluar malam hari untuk mencari hiburan

dengan menonton televisi di rumah tetangga tanpa menggunakan perlindungan diri

terhadap gigitan nyamuk. Pencegahan kontak dengan nyamuk dapat dilakukan

dengan pemakaian lotion antinyamuk ataupun menggunakan pakaian panjang pada

saat melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari.

Page 47: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

30

2. Pendidikan dan Pekerjakan

Tingkat pendidikan responden di wilayah penelitian masih rendah, dapat

dilihat dari hasil menunjukkan lebih dari 50% responden berpendidikan SD ke

bawah. Responden positif mikrofilaria memiliki tingkat pendidikan SD dan tidak

tamat SD. Penelitian Santoso10

menyatakan bahwa pendidikan rendah memiliki

risiko 9 kali terkena filariasis dibandingkan dengan pendidikan tinggi. Tingkat

pendidikan berhubungan dengan pengetahuan seseorang. Penduduk dengan tingkat

pendidikan tinggi relatif lebih mudah menerima informasi yang diberikan oleh

petugas kesehatan sehingga cenderung berperilaku lebih positif terhadap

pencegahan suatu penyakit. Hasil berbeda dilaporkan dalam penelitian Nazeh et al14

di Malaysia didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan

kejadian filariasis.

Jenis pekerjaan sebagian besar responden adalah petani termasuk responden

positif mikrofilaria. Penelitian yang dilakukan Nasrin15

di Kabupaten Bangka Barat

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan

kejadian filariasis (p=0,025; OR = 3,695). Orang yang memiliki pekerjaan berisiko

seperti petani karet akan berpeluang untuk terinfeksi filariasis. Kebiasaan penduduk

sebagai petani karet yang berangkat ke kebun pada pagi hari dan pulang pada sore

hari meningkatkan risiko untuk kontak dengan nyamuk vektor filariasis, didukung

juga dengan kebiasaan bermalam di kebun. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan

untuk mengurangi kontak dengan nyamuk vektor filariasis saat melakukan aktivitas

di kebun adalah menggunakan pakaian panjang atau obat lotion antinyamuk.

3. Lama tinggal dan riwayat demam berulang

Responden dengan mikrofilaremia merupakan penduduk asli yang telah

tinggal lebih dari 10 tahun di wilayah tersebut. Hasil penelitian Santoso10

di Muaro

Jambi melaporkan bahwa responden yang tinggal di daerah endemis > 5 tahun

memiliki risiko 6,850 kali terkena filariasis dibandingkan dengan responden yang

tinggal di daerah endemis ≤ 5 tahun.

Apabila suatu daerah terdapat seseorang yang di dalam tubuhnya terdapat

cacing filaria dan di tempat tinggalnya terdapat nyamuk penular yang sesuai, maka

daerah sekitarnya adalah daerah penularan. Orang yang mengidap cacing dewasa

dalam tubuhnya, maka cacing tersebut akan bertahan hidup cukup lama mencapai

Page 48: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

31

periode waktu hidup 5-7 tahun, artinya penularan terus terjadi pada orang-orang

disekitarnya. Selain itu, mobilisasi penduduk dari daerah endemis ke non endemis

atau sebaliknya, juga berpotensi menjadi media terjadinya penyebaran filariasis

antar daerah.

Gejala demam berulang merupakan salah satu gejala awal akibat infeksi

larva stadium tiga infektif dari mikrofialria. Reaksi yang ditimbulkan akibat

perkembangan larva dalam tubuh berupa respon imun yang mengakibatkan

timbulnya demam secara berulang. Satu dari tiga responden yang positif

mikrofilaria mengalami demam berulang dalam 1 bulan terakhir.

Gejala awal filariasis berupa demam sering dianggap demam biasa oleh

masyarakat. Penderita biasanya baru mengetahui penyakitnya setelah timbul gejala

kronis berupa pembengkakan di kaki maupun tangan.16

Penelitian yang dilakukan

oleh Santoso17

di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, melaporkan ada

hubungan bermakna antara riwayat demam berulang dengan kejadian filariasis (P =

0,0007; OR 21,2; CI = 4,1-108,7).

B. Kejadian Filariasis Pasca Enam Tahun Pemberian Obat Massal Pencegahan

Filariasis

Program eliminasi filariasis di Kabupaten Bangka Barat telah dilaksanakan

melalui pemberian obat massal pencegahan filariasis sampai dengan tahun kelima.

Hasil evaluasi prevalensi mikrofilaria pasca pengobatan massal di Kabupaten Bangka

Barat turun menjadi < 1% pada tahun 2010 . Hal ini sesuai dengan penelitian

Taniawati18

di Desa Mainang, Pulau Alor Nusa Tenggara Timur yang menunjukkan

adanya penurunan prevalensi Mf rate dari 26% menjadi kurang dari 1% setelah

pemberian obat massal putaran ke empat. Didukung dengan hasil penelitian yang di

lakukan di Papua Nugini yang menunjukkan bahwa pemberian obat massal dapat

menurunkan Mf rate dari 18,6% sebelum pengobatan massal menjadi 1,3% setelah

pemberian obat massal tahun ketiga.4

Pemberian obat massal akan mengurangi kepadatan mikrofilaria secara cepat.

Akan tetapi apabila terdapat kontribusi orang dengan mikrofilaria yang tidak patuh

dalam minum obat atau penderita dengan kepadatan mikrofilaria rendah maka akan

mempertahankan rantai penularan filariasis. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah

menggunakan metode membran filter didapatkan 3 individu positif mikrofilaria dari

Page 49: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

32

150 orang diperiksa (proporsi kejadian filariasis 2%±0,6%), terdiri dari dua

perempuan (70 dan 50 tahun) dan satu laki-laki (85 tahun) dengan kepadatan

mikrofilaria 116, 245, dan 112 MF/ml. Ketiganya merupakan penderita mikrofilaremia

yang baru terdeteksi pada saat penelitian.

Masih ditemukannya individu positif mikrofilaria pasca pengobatan massal

berhubungan dengan kepatuhan seseorang untuk minum obat pencegahan filariasis

yang diberikan oleh petugas kesehatan. Tiga orang dengan mikrofilaria yang

ditemukan, dua diantaranya pernah mendapatkan pengobatan 2 kali dan 1 kali. Satu

orang lainnya belum pernah mendapatkan pengobatan dan pemeriksaan darah

sebelumnya. Berdasarkan pengakuan responden yang telah mendapatkan obat

pencegahan selama dua kali, obat tersebut di minum pada tahun 2014. Sedangkan

yang mendapat obat 1 kali, tidak ingat kapan mendapatkan obat tersebut. Hasil serupa

pada penelitian di Alor menyebutkan bahwa 1 responden mengalami peningkatan

kepadatan mikrofilaria dari 88 menjadi 1356Mf/ml dan setelah ditelusuri ternyata

responden tidak minum obat pada tahap pertama pengobatan dengan alasan efek

samping dari obat yang membuat pusing.18

Pembagian obat secara langsung kepada masyarakat disertai dengan

pengawasan dalam minum obat oleh petugas kesehatan merupakan salah satu upaya

yang efektif untuk memaksimalkan cakupan minum obat pencegahan filariasis. Selain

itu, keberhasilan pengobatan filariasis juga tergantung pada penyampaian program

pengobatan kepada masyarakat dan pengetahuan dari masyarakat sebagai penerima

program tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Lasbudi19

yang menyatakan bahwa

ketidaktahuan responden terhadap kegiatan pengobatan filariasis di daerahnya dan

kurangnya sosialisasi berhubungan bermakna dengan kesediaan minum obat.

C. Faktor Lingkungan Responden

Ditemukannya penderita filariasis di suatu wilayah menggambarkan adanya

sumber penularan di wilayah tersebut. Selain itu, kondisi lingkungan juga menjadi

salah satu faktor penentu adanya penularan filariasis. Tersedianya habitat tempat

perindukan akan berpengaruh terhadap munculnya sumber penularan filariasis. Faktor

lingkungan yang mempunyai risiko terhadap penularan filariasis di wilayah penelitian

adalah keberadaan rawa, keberadaan penderita filariasis dan adanya hewan reservoir

(kucing).

Page 50: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

33

Distribusi jenis cacing yang ditemukan di wilayah penelitian adalah Brugia

malayi. Cacing ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan setempat yang berupa

daerah rawa-rawa dan kolong bekas timah. Penelitian di Sambas melaporkan bahwa

responden yang rumahnya terdapat habitat nyamuk memiliki risiko 38 kali lebih besar

menderita filariasis dibandingkan dengan responden yang rumahnya tidak terdapat

habitat nyamuk.9

Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis

(hewan reservoir). Dari semua spesies cacing filaria yang menginfeksi manusia di

Indonesia, hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang

ditemukan juga pada lutung (Prebytis cristatus), kera (Macaca fascicularis) dan

kucing (Felis catus). Penanggulangan filariasis pada hewan reservoir ini tidak mudah,

oleh karena itu juga akan menyulitkan upaya pemberantasan filariasis pada manusia.

D. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Subyek Penelitian

1. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang filariasis

masih kurang baik dimana sebagian besar responden belum mengetahui penyebab,

gejala serta sumber penularan filariasis. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di

Kecamatan Tempilang, Kelapa, Jebus dan Muntok di Kabupaten Bangka Barat

menunjukkan hal yang sama bahwa pengetahuan tentang gejala, penularan dan

pencegahan merupakan faktor risiko kejadian filariasis.20

Hasil penelitian di

Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat menyebutkan bahwa masyarakat yang

memiliki pengetahuan kurang mempunyai risiko 8,1 kali lebih besar untuk

menderita filariasis dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan

baik tentang filariasis.21

Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan

filariasis. Kesadaran akan bahaya filariasis merupakan metode yang cocok untuk

menghindarkan diri dari penyakit tersebut.22

Kurangnya pengetahuan responden

mengenai filariasis menunjukkan masih belum maksimalnya penyampaian

informasi melalui promosi kesehatan oleh petugas kesehatan. Hasil penelitian di

Jambi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang filariasis setelah

dilakukan penyuluhan. Penyampaian materi informasi sebaiknya menggunakan

media yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

Page 51: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

34

2. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, akan tetapi sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas.

Lingkungan tempat seseorang tinggal sangat berpengaruh dalam pembentukan

sikap seseorang23

. Sikap sebagian besar responden adalah positif terhadap upaya

menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dan diikuti dengan perilaku yang positif

juga dalam upaya menghindari gigitan nyamuk. Sedangkan, sikap positif dalam

upaya pencegahan dengan minum obat pencegahan filariasis tidak dibarengi

dengan perilaku minum obat dengan baik. Menurut penelitian yang dilakukan di

Mamuju Utara didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian

filariasis (p=0,535).

3. Perilaku

Perilaku keluar rumah pada malam hari yang dilakukan oleh sebagian

masyarakat setempat dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan filariasis.

Hal ini disebabkan karena masyarakat akan lebih mudah untuk tergigit nyamuk,

khususnya nyamuk penular filariasis apabila tidak dibarengi dengan perlindungan

diri saat keluar rumah. Penelitian di Kabupaten Parigi Moutong menunjukkan

bahwa perilaku keluar malam untuk mencari hiburan secara signifikan (r=-0,208,

p=0,033) berhubungan dengan kejadian filariasis.24

Pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi akan memperkuat terbentuknya

perilaku seseoang tentang kesehatan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap

dan perilaku para petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku.

Page 52: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

35

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Populasi responden paling tinggi adalah umur 50 tahun ke atas dengan jenis

kelamin perempuan dan pendidikan tertinggi adalah tamatan SD. Jumlah anggota

keluarga paling banyak adalah kurang dari lima anggota rumah tangga. Sebagian

besar responden telah tinggal selama lebih dari 10 tahun dan merupakan warga asli

di wilayah tersebut. Hanya sebagian kecil responden mempunyai status migrasi dari

wilayah kabupaten lain dan mempunyai riwayat demam berulang.

2. Ditemukan adanya penderita positif filariasis hasil pemeriksaan filtrasi darah

dengan spesies B.malayi dan kepadatan masing-masing penderita sebesar 116

mf/ml, 245 mf/ml dan 112 mf/ml. Besar sampel dari penelitian ini tidak memenuhi

acuan program untuk menentukan nilai Mf rate (300 orang setiap desa) maka nilai

yang dimunculkan adalah proporsi kejadian filariasis sebesar 2 persen.

3. Ditemukan adanya keberadaan rawa di sekitar rumah responden yang dapat

menjadi tempat potensial perindukan vektor filariasis. Sebagian besar responden

bertempat tinggal dekat dengan penderita filariasis dengan jarak rumah kurang dari

500 meter. Ditemukan hewan reservoir (kucing) di sekitar rumah tempat tinggal

yang dapat menjadi sumber penularan filariasis. Keberadaan hewan ternak seperti

sapi atau kambing sebagai cattle barrier atau umpan ternak masih kurang.

4. Pengetahuan responden mengenai gejala, cara penularan, akibat yang ditimbulkan

dan cara pencegahan filariasis masih sangat rendah.

5. Sikap responden terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan filariasis dalam

kategori baik.

6. Riwayat pengobatan sebagian besar responden pernah mendapatkan pengobatan

pencegahan filariasis, akan tetapi hanya 2 persen yang pernah minum obat

pencegahan filariasis sebanyak lima kali. Perilaku responden terhadap upaya

perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk telah dilakukan dengan menggunakan

kelambu dan antinyamuk. Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan keluar

rumah pada malam hari yang dapat berpotensi sebagai faktor risiko terjadinya

penularan filariasis.

Page 53: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

36

6.2. Saran

1. Masih ditemukannya penderita positif filaria mengindikasikan masih adanya

transmisi penularan, sehingga perlu dilakukan survei darah jari dengan jumlah

sampel sesuai dengan ketentuan program yaitu sebesar 300 orang untuk

memperkirakan tingginya risiko penularan.

2. Perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan tentang penyebab, gejala dan cara penularan filariasis serta

meningkatkan perilaku pencegahan tertular filariasis.

3. Ditemukannya rawa sebagai tempat potensial perindukan vektor filariasis, maka

perlu dilakukan pembersihan tanaman air secara rutin oleh masyarakat untuk

meminimalisir populasi nyamuk vektor filariasis atau memfungsikan rawa sebagai

lahan produktif seperti kebun.

Perlu dilakukan kajian pada hewan reservoir atu hewan perantara dalam hal ini

kucing yang dapat menjadi sumber penularan filariasis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya kegiatan penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: masyarakat Desa Tuik, Teluk Limau,

Cupat dan Puput atas kesediaanya untuk menjadi responden dalam penelitian, Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini; Ketua Risbinkes, yang telah

memberikan bimbingan dalam kegiatan penulisan proposal sampai dengan laporan hasil

penelitian; Para Pembina Risbinkes Tahun 2016 yang telah membimbing penulis selama

proses penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan; Kepala Loka Litbang

P2B2 Baturaja yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian; Lasbudi P. Ambarita, M.Sc dan Yahya M.Si yang telah memberikan bimbingan

dan masukan; Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beserta staf

yang telah memberikan ijin dan dukungan terhadap kegiatan penelitian ini; Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bangka Barat beserta staf yang telah membantu selama kegiatan

penelitian; serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama

kegiatan penelitian.

Page 54: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

37

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Ditjen PP&PL. Kementerian Kesehatan. Rencana Nasional Program Akselerasi

Eliminasi Filariasis di Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI; 2010.

2. Ditjen PP&PL. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI; 2009.

3. Sukhvir S, Ac D, Bora D, Shiv L. Status of Lymphatic Filariasis in Lucknow District ,

Uttar Pradesh. J Commun Dis. 2015;41(1):39–44.

4. Weil GJ. The Impact of Repeated Rounds of Mass Drug Administration with

Diethylcarbamazine Plus Albendazole on Bancroftian Filariasis in Papua New Guinea.

Plos Neglected Trop Dis. 2008;2(12):1–7.

5. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Eliminasi Filariasis di Indonesia. Pedoman

Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI; 2012.

6. Dreyer G et all. Studies on the Periodicity and Intravascular Distribution of

Wuchereria bancrofti Microfilariae in Paired Samples of Capilary and Venous Blood

from Recife, Brazil. Trop Med Int Heal. 1996;1(2):264–272.

7. Indriaty, Ira, Sopi, PB dan Willa R. Situasi Pasca Pengobatan Massal Filariasis di

Desa Buru Kaghu, Kecamatan Wewewa Selatan, Sumba Barat Daya. J Ekol Kesehat.

2014;13(2):116–129.

8. Mulyono RA, Hadisaputro S WH. Risk Factors Environment and Behavior Influence

the Occurance of Filariasis (Case Study in Area Pekalongan). Bina Sanitasi.

2008;1(1):18–27.

9. Ardias, Setiani, Onny dan Hanani Y. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat

yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di kabupaten Sambas. J Kesehat

Lingkung Indones. 2012;11(2):199–207.

10. Santoso, Hotnida, S dan Oktarina R. Faktor Risiko Filariasis Di Kabupaten Muaro

Jambi. Bul Penelit Kesehat. 2013;41(3):152–162.

11. Mubarak WI D. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar

Page 55: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

38

dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.

12. World Health Organization. Bench Aids for the Diagnosis of Filarial Infections.

Geneva: World Health Organization; 1997.

13. Jontari H, Hari K, Supargiyono S, Hamim S. Risk Factors of Lymphatic Filariasis in

West Sumatera Province , Indonesia , 2010. OSIR J. 2014;7(1):9–15.

14. Al-Abd, NM; Nor, ZM; Ahmed, A; Al-Adhroey, AH; Mansor, M and Kassim M.

Lymphatic Filariasis in Peninsular Malaysia: A Cross-Sectional Survey of the

Knowledge, Attitudes, and Practices of Residents. Parasit Vectors. 2014;7(545):1–9.

https://parasitesandvectors.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13071-014-0545-z.

15. Nasrin. Faktor-faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang berhubungan Dengan Kejadian

Filariasis Kabupaten Bangka Barat. Progr Pascasarj Univ Diponegoro. 2008;(12).

16. Santoso YT. Situasi Filariasis Setelah Pengobatan Massal di Kabupaten Muaro Jambi,

Jambi. Bul Penelelitian Kesehat. 2014;42(3):153–160.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/3620/3569.

17. Santoso, Yenni A, Oktarina R, Wurisastuti T. Efektivitas Pengobatan Massal Filariasis

Tahap II Menggunakan Kombinasi DEC dengan Albendazole terhadap Prevalensi

Brugia malayi. Bul Penelit Kesehat. 2015;18(2):161–168.

18. Supali T, Djuardi Y, Bradley M, Noordin R, Rückert P, Fischer PU. Impact of Six

Rounds of Mass Drug Administration on Brugian Filariasis and Soil-Transmitted

Helminth Infections in Eastern Indonesia. PLoS Negl Trop Dis. 2013;7(12):1–9.

doi:10.1371/journal.pntd.0002586.

19. Ambarita L, Taviv Y, Sitorus H, Pahlepi RI, Kasnodihardjo. Perilaku Masyarakat

Terkait Penyakit Kaki Gajah Dan Program Pengobatan Massal Di Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari, Jambi. Media Penelit dan Pengemb Kesehat.

2014;24(4 Des):191–198.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3673.

20. Nasrin. Faktor-Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian

Filariasis di Kabupaten Bangka Barat. 2008;(12).

21. Veridiana NN, Chadijah, Sitti N. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Filariasis Di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Bul Penelit

Kesehat. 2015;43(1):47–54.

Page 56: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

39

22. Nazeh M Al-Abd, Zurainee Mohamed Nor, Abdulhamid Ahmed, Abdulelah H Al-

Adhroey MM and MK. Lymphatic filariasis in Peninsular Malaysia: a cross-sectional

survey of the knowledge, attitudes, and practices of residents. Parasit Vectors.

2014:1–9.

23. Mubarak WI dkk. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar

Dalam Pendidikan.; 2007.

24. Garjito, TA dkk. Filariasis Dan Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan

Penularannya di Desa Pangku Tolole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi

Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. J Vektora. 2013;V(2):54–65.

Page 57: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

40

Lampiran 1 : Persetujuan Etik Lampiran 1 Persetujuan Etik

Page 58: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

41

Page 59: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

42

Lampiran 2 : Ijin Penelitian Lampiran 2 Ijin Penelitian

Page 60: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

43

Page 61: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

44

Lampiran 3 : Naskah Penjelasan Lampiran 3 Naskah Penjelasan

NASKAH PENJELASAN

(WAWANCARA DAN PENGAMBILAN FILTRASI DARAH VENA)

Loka Litbang P2B2 Baturaja akan melakukan Penelitian “Gambaran Faktor Risiko

Pasca Enam Tahun Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di Kabupaten

Bangka Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat cacing filaria di Kabupaten Bangka

Barat serta faktor lingkungan, pengetahuan, sikap dan perilaku terkait dengan penyakit

kaki gajah/filariasis.

Akan dilakukan wawancara kepada masyarakat terpilih yang berumur 20 tahun

ke atas, sehat jasmani rohani dan bersedia untuk diwawancarai. Waktu yang dibutuhkan

untuk wawancara dalam satu responden adalah sekitar 10-15 menit.

Selain melakukan wawancara, kami juga akan meminta Bapak/Ibu untuk

memberikan darah yang akan diambil sebanyak satu kali. Pengambilan darah akan

dilakukan oleh perawat yang telah terlatih dan didampingi oleh dokter. Darah akan diambil

dari lengan sebanyak 1 ml (20 tetes). Dalam pengambilan darah kemungkinan Bapak/Ibu

akan mengalami sedikit ketidaknyamanan. Darah yang kami ambil akan diperiksa untuk

melihat cacing filaria (mikrofilaria) yang mungkin terdapat di dalam darah. Apabila

ternyata di dalam darah Bapak/Ibu tersebut mengandung cacing filaria maka Dinas

Kesehatan Kabupaten akan memberikan pengobatan filariasis kepada Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat

mengundurkan diri tanpa dikenakan sanksi apapun. Apabila Bapak/Ibu berkenan untuk

diwawancarai dan diambil darahnya maka kami akan memberikan tanda terima kasih

(bahan kontak).

Semua informasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan disimpan

di Loka Litbang P2B2 Baturaja-Kementerian Kesehatan R.I dan hanya digunakan untuk

pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Apabila Bapak/Ibu memerlukan penjelasan lebih lanjut yang berkaitan dengan

penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi Nungki Hapsari Suryaningyas, telepon

081278202404 yang beralamat di Kantor Loka Litbang P2B2 Baturaja, Jl. Jend. A. Yani

KM 7 Kemelak Baturaja-Sumsel (0735325303) atau Bapak Wisnu, telepon 081368877450

yang beralamat di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat.

Page 62: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

45

Lampiran 4 : Informed Consent Lampiran 4 Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh

Loka Litbang P2B2 Baturaja denga judul “Gambaran Faktor Risiko Pasca Enam Tahun

Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di Kabupaten Bangka Barat”. Saya

memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa

paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya

dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

...........................................2016

Saksi Yang memberikan persetujuan

(...........................................) (...........................................)

Mengetahui :

Ketua Pelaksana Penelitian

(Nungki Hapsari Suryaningtyas)

Page 63: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

46

Lampiran 5 : Kuesioner Lampiran 5 Kuesioner

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

Sebelum mengajukan pertanyaan, perkenalkan diri terlebih dahulu diri Anda dan

sampaikan maksud dan tujuan pertanyaan. Selanjutnya sampaikan Naskah

Penjelasan Penelitian dan minta tanda tangan persetujuan untuk terlibat dalam

penelitian (Informed concent) dengan cara menandatangani naskah persetujuan yang

diketahui oleh saksi (petugas kesehatan/aparat setempat). Responden adalah

penduduk berusia ≥ 20 tahun. Setelah selesai wawancara,sampaikan terima kasih

dan berikan bahan kontak yang telah disediakan kepada responden.

I. IDENTITAS PENGUMPUL DATA

Nama : ..................................................

Tanggal Survei : ..................................................

II. IDENTITAS LOKASI

Desa : ..................................................

III. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden : ..................................................

Umur : ..................................................

Jenis kelamin : ..................................................

Pendidikan : ..................................................

Pekerjaan : ..................................................

Jumlah Anggota Rumah Tangga : ..................................................

Lama Tinggal : ..................................................

Apabila lama tinggal kurang dari

2010 ditanyakan tinggal sebelumnya : ..................................................

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami demam berulang 3 -4 kali dalam 1 bulan?

a. Ya, kapan terakhir? ......................

b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan pemeriksaan darah jari oleh petugas

kesehatan?

a. Ya, kapan? ......................

b. Tidak

3. Apakah ada penderita kaki gajah di keluarga?

a. Ada

b. Tidak Ada

4. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar tentang penyakit kaki gajah (filariasis) ?

a. Tidak pernah

RAHASIA

Page 64: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

47

b. Pernah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

Pengetahuan

Gejala Penyakit

1. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, apakah penyebab penyakit kaki gajah ?

a. Cacing

b. Virus

c. Bakteri

d. Guna-guna

e. Keturunan

f. Tidak tahu

2. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, siapa saja yang dapat terkena penyakit kaki

gajah?

a. Anak-anak

b. Orang dewasa

c. Orang lanjut usia

d. Semua umur

e. Tidak tahu

3. Apakah Bapak / Ibu / Saudara, mengetahui gejala penyakit kaki gajah? Ya

Tidak

a. demam berulang 1-2 kali/ lebih setiap bulan selama 3-4 hari

b. timbul benjolan, panas, nyeri pada lipat paha/ketiak tanpa ada luka

c. pembesaran kaki, tangan, payudara

d. demam menggigil

e. Tidak tahu, lanjut ke no. 6

4. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, apabila sudah parah, penderita penyakit kaki

gajah akan mengalami pembesaran/pembengkakan pada tubuhnya ?

a. Ya

b. Tidak (Lanjut ke no. 6)

c. Tidak tahu (Lanjut ke no. 6)

5. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, di bagian tubuh yang mana saja terjadi

pembesaran pada penderita penyakit kaki gajah? (pilihan bisa lebih dari 1)

a. Pada kaki

b. Pada tangan

c. Pada kantong buah zakar laki-laki

d. Pada payudara

e. Alat kelamin wanita

RAHASIA

Page 65: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

48

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

Transmisi, Vektor dan Pencegahan Penyakit Kaki Gajah

6. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, apakah penyakit kaki gajah dapat menular?

a. Ya (Lanjut ke no 7)

b. Tidak (Lanjut ke no 9)

c. Tidak tahu (Lanjut ke no 9)

7. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, bagaimana seseorang dapat tertular penyakit

kaki gajah?

a. Lewat ludah (lanjut ke no 9)

b. Gigitan nyamuk (lanjut ke nomor 8)

c. Bersentuhan dengan penderita penyakit kaki gajah (lanjut ke nomor 9)

d. Lewat telapak kaki karena menginjak tanah (lanjut ke nomor 9)

e. Lainnya, sebutkan .......................... (lanjut ke nomor 9)

8. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, bagaimana proses penularan penyakit kaki

gajah?

a. Nyamuk menggigit orang sehat orang sehat menjadi sakit

b. Nyamuk menggigit orang sakit menggigit orang sehat orang

sehat menjadi sakit

c. Tidak tahu

9. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, bagaimana mengetahui seseorang terkena

penyakit kaki gajah?

a. Melalui pemeriksaan darah

b. Melalui pemeriksaan mata dan lidah

c. Melalui pemeriksaan denyut nadi

d. Lainnya. Sebutkan

e. Tidak tahu

10. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, bagaimana cara mencegah tertular penyakit kaki

gajah? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Memakai kelambu kalau tidur

b. Menggunakan obat gosok anti nyamuk (repellent)

c. Memasang kawat kasa pada lobang angin (ventilasi)

d. Menyemprot rumah/kamar dengan obat nyamuk

e. Lainnya. Sebutkan

f. Tidak tahu

RAHASIA

Page 66: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

49

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

11. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, bagaimana cara mencegah menyebarnya

penyakit kaki gajah? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Seseorang yang mengalami gejala-gejala penyakit kaki gajah segera

memeriksakan dirinya ke Puskesmas

b. Menghindari diri dari gigitan nyamuk

c. Menghilangkan tempat-tempat berkembang biak nyamuk

d. Apabila menemukan penderita penyakit kaki gajah dengan cara mengamati

warga di sekitarnya segera melaporkannya ke Puskesmas

e. Lainnya. Sebutkan.................

f. Tidak tahu

12. Menurut Bapak / Ibu / Saudara, apakah akibat yang ditimbulkan jika menderita

penyakit kaki gajah? (Pilihan boleh lebih dari 1)

a. Penderita sakit-sakitan sehingga tidak dapat bekerja.

b. Dapat menimbulkan cacat seumur hidup

c. Menimbulkan rasa rendah diri

d. Hidupnya sangat tergantung kepada orang lain

e. Biaya pengobatan sangat besar sehingga dapat menjadi penyebab

kemiskinan

f. Lainnya. Sebutkan........................

g. Tidak tahu

RAHASIA

Page 67: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

50

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

Sikap

Untuk mengisi jawaban tentang sikap dibagi 2 kategori yaitu Setuju dan Tidak

setuju

dengan cara memberikan tanda V pada kolom

Setuju Tidak

Setuju

1 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila dikatakan penyakit

kaki gajah itu berbahaya?

2 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila menghindarkan diri dari

gigitan nyamuk (memakai kelambu dan atau obat antinyamuk berarti menghindari terkena penyakit kaki gajah

3 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bahwa dengan menebarkan

ikan pemakan jentik di sawah dan saluran air merupakan

upaya pencegahan penyakit kaki gajah

4 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila anggota keluarga yang

mengalami gejala demam selama 3-4 hari yang berulang selama

1-2 kali setiap bulan harus di periksakan ke petugas kesehatan

5 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju untuk memakan obat bila

petugas Puskesmas memberikan obat untuk pencegahan

penyakit kaki gajah walaupun tidak mengalami gejala sakit

6 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila penderita kaki gajah

diambil darahnya untuk diperiksa oleh petugas kesehatan

7 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila yang tidak merasa sakit

Kaki gajah diambil darahnya untuk diperiksa oleh petugas kesehatan

8 Apakah Bapak/ibu/Saudara setuju bila penderita kaki gajah

yang sudah mengalami pembengkakan perlu mendapat perawatan

Dokter

9 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila anggota keluarga ikut

merawat keluarga yang menderita kaki gajah

10 Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju bila dikatakan bahwa penyakit

kaki gajah dapat diberantas

11 Apakah bapak ibu setuju apabila masyarakat harus ikut aktif dalam

RAHASIA

Page 68: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

51

pemberantasan penyakit kaki gajah

12 Apakah bapak ibu setuju apabila daerah rawa-rawa di sekitar pemukiman

dimanfaatkan menjadi lahan produktif misalnya menjadi lahan

persawahan atau pemanfaatan lainnya?

13 Apakah bapak ibu setuju bila dilakukan pembersihan semak-semak

di sekitar rumah?

Perilaku

1. Apakah Bapak/Ibu pernah diberi obat filariasis oleh petugas kesehatan?

a. Pernah, berapa kali? ......kali

b. Tidak (lanjut pertanyaan 5)

2. Apakah Bapak/Ibu minum obat filariasis yang diberikan petugas kesehatan?

a. Ya, ............... kali pada tahun ............

b. Tidak di minum, alasan .....................

3. Apakah Bapak/Ibu menggunakan kelambu pada saat tidur?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah Bapak/Ibu menggunakan obat antinyamuk pada malam hari?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah Bapak/Ibu sering keluar rumah pada malam hari?

a. Ya, kadang-kadang (sekali seminggu)

b. Ya, sering (2-6 hari seminggu)

c. Ya, setiap malam

d. Tidak (lanjut pertanyaan ke 10)

6. Bila ya, dalam rangka apa Bapak/Ibu keluar rumah pada malam hari?

a. Mengaji/Arisan

b. Belajar

c. Bermain

d. Ronda

e. Lainnya, sebutkan..........................

7. Apakah Bapak/Ibu menggunakan pelindung diri saat keluar rumah?

a. Ya, repellent

b. Ya, baju tertutup

c. Ya, repellent dan baju tertutup

d. Tidak memakai apa-apa

Page 69: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

52

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

LOKA LITBANG P2B2 BATURAJA

PENELITIAN RISBINKES TAHUN 2016

Lingkungan

1. Apakah di sekitar rumah Bapak/Ibu ada genangan air/rawa?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah di sekitar rumah Bapak/Ibu ada penderita kaki gajah?

a. Ya

b. Tidak

3. Berapa jarak rumah Bapak/Ibu dengan penderita kaki gajah?

a. ≤ 500 m

b. > 500 m

4. Apakah di sekitar rumah Bapak/Ibu ada hewan peliharaan kucing atau kera?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah di sekitar rumah Bapak/Ibu ada hewan ternak sapi, kerbau, kambing?

a. Ya

b. Tidak

RAHASIA

Page 70: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

53

Lampiran 6 : Dokumentasi Kegiatan Lampiran 6 Dokumentasi Kegiatan

Pengambilan darah vena Koleksi darah dalam tabung darah

berisi EDTA

Penempatan membran nucleopore

dalam filter holder

Filtrasi darah ditambah dengan

aquadest

Memasukkan darah sebanyak 1 ml

dalam spuit untuk proses filtrasi

Membran nucleopore yang telah

diwarnai dan siap diperiksa dibawah

mikroskop

Page 71: Loka Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Penyakit .... Laporan-20… · tahun POMP filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Sampel penelitian ini adalah penduduk berusia ≥ 20

54