logbook

7
Definisi Celah bibir dan langitan merupakan suatu bentuk kelainan sejak lahir atau cacat bawaan pada wajah. Kelainan ini terjadi akibat kegagalan penyatuan tonjolan processus facialis untuk bertumbuh dengan akurat dan saling bergabung satu sama lain. Celah Bibir - Celah bibir merupakan bentuk abnormalitas dari bibir yang tidak terbentuk sempurna akibat kegagalan proses penyatuan processus selama perkembangan embrio di dalam kandungan. - Bervariasi : ringan yaitu berupa sedikit takikan (notching) pada bibir, parah dimana celah atau pembukaan yang muncul cukup besar yaitu dari bibir atas sampai ke hidung Celah Langitan/Palatum - Celah langitan terjadi ketika palatum tidak menutup secara sempurna, meninggalkan pembukaan yang dapat meluas sampai ke kavitas nasal. - Meluas ke bagian palatum keras di anterior mulut sampai palatum lunak ke arah tenggorokan - Seringkali terjadi bersamaan antara celah bibir dan celah alveolar atau dapat tanpa kelainan lainnya. - Celah palatum adalah celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan penyatuan palatum yang mempengaruhi baik jaringan lunak, komponen tulang bagian atas, alveolar ridge, serta palatum keras dan lunak.

Upload: nidya-paramita

Post on 12-Dec-2014

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Logbook

Definisi

Celah bibir dan langitan merupakan suatu bentuk kelainan sejak lahir atau cacat bawaan pada wajah.

Kelainan ini terjadi akibat kegagalan penyatuan tonjolan processus facialis untuk bertumbuh dengan

akurat dan saling bergabung satu sama lain.

Celah Bibir

- Celah bibir merupakan bentuk abnormalitas dari bibir yang tidak terbentuk sempurna akibat

kegagalan proses penyatuan processus selama perkembangan embrio di dalam kandungan.

- Bervariasi : ringan yaitu berupa sedikit takikan (notching) pada bibir, parah dimana celah atau

pembukaan yang muncul cukup besar yaitu dari bibir atas sampai ke hidung

Celah Langitan/Palatum

- Celah langitan terjadi ketika palatum tidak menutup secara sempurna, meninggalkan pembukaan

yang dapat meluas sampai ke kavitas nasal.

- Meluas ke bagian palatum keras di anterior mulut sampai palatum lunak ke arah tenggorokan

- Seringkali terjadi bersamaan antara celah bibir dan celah alveolar atau dapat tanpa kelainan

lainnya.

- Celah palatum adalah celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan penyatuan palatum yang

mempengaruhi baik jaringan lunak, komponen tulang bagian atas, alveolar ridge, serta palatum

keras dan lunak.

Gambar macam-macam celah bibir dan palatum

Gangguan

- Proses fungsional : penelanan dan bicara

- Estetik

Page 2: Logbook

- Mudah terjadi infeksi : akibat tidak adanya pembatas antara rongga mulut dan rongga hidung.

Contoh : pada saluran pernafasan, infeksi juga dapat berkembang sampai ke telinga.

Prevalensi

- Celah bibir dan celah langitan bisa terjadi secara bersamaan atau masing-masing dan tingkat

abnormalitas celah bibir dan langitan ini pun bervariasi

- Celah langitan yang disertai dengan celah bibir lebih sering terjadi, prevalensi : 45% dari

keseluruhan kasus, celah bibir : 25% dan celah langitan : 35%.

- Celah bibir dengan atau tanpa celah langitan lebih sering terjadi pada anak laki-laki sedangkan celah

langitan lebih sering terjadi pada anak perempuan

Embriogenesis

Berhubungan dengan embriologi pembentukan palatum primer dan palatum sekunder. Palatum

primer atau premaksila merupakan daerah triangular pada bagian anterior langitan keras, meluas secara

anterior ke insisif foramen sampai ke lateral insisif kanan dan kiri, termasuk bagian alveolar ridge gigi-gigi

insisif maksila. Palatum sekunder terdiri dari sisa bagian palatum keras dan semua palatum lunak.

Gambar Palatum primer dan skunder

Menurut Alberry, perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah fertilisasi, dengan

penampakan lima buah penonjolan atau swelling yang mengelilingi stomotodeum. Swelling ini disebut juga

‘facial processes’. Facial processes tersebut merupakan hasil akumulasi sel mesenkim yang berada di

bawah permukaan epitel.

1. frontonasal process : swelling yang berada diatas stomodeum, berkontribusi dalam perkembangan

hidung dan juga bibir atas.

2. mandibular processes : dua buah swelling pada bagian lateral bawah stomodeum yang

berkontribusi dalam perkembangan rahang bawah dan bibir

3. maxillary processes : swelling di atas mandibular processes yang berkontribusi dalam

perkembangan rahang atas dan bibir

Page 3: Logbook

4. nasal (olfactory) placodes : swelling pada sisi inferior frontonasal prosessus. Berperan dalam

pembentukan medial dan lateral nasal prosessus.

Gambar swelling pada pembentukan kepala danwajah

Hasil dari kegagalan embriogenesis dapat menyebabkan terbentuknya celah. Terdapat beberapa

poin penting pada perkembangan fetus saat penyatuan dan dari berbagai komponen sehingga membentuk

hidung, bibir dan palatum. Anomalu terjadi saat perkembangan normal komponen-komponen ini

terganggu. Setiap komponen dibentuk dari swelling yang telah disebutkan sebelumnya. Proses

pembentukan ini dikontrol oleh berbagai gen untuk migrasi, perkembangan dan aposisisehingga terbentu

perkembangan wajah yang normal.

Sekitar minggu ke-6 embrio manusia, perkembangan swelling medial nasal menyatu dengan lateral

nasal membentuk dasar hidung, bibir atas dan lubang hidung, swelling maksillari akan meneruskan

pertumbuhannya ke arah tengah dan menekan median nasal prosessus ke arah midline. Pertemuan dari

komponen-komponen ini membentuk primary palate. Saat kegagalan penyatuan komponen-komponen ini

maka terbentuklah celah bibir atas.

Dari swelling maksilari akan tumbuh dua shelflike yang disebut palatine shelves. Palatine shelves

akan terbentuk pada minggu ke-6. Sekitar minggu ke-8 embrio manusia, lempeng-lempeng platal tersebut

meninggi dan berfusi membentuk secondary palate yang utuh. Bagian anterior penyatuan dua shelf ini

dengan triangular palatum primer, terbentuklah foramen insisif. Saat salah satu shelf palatal gagal

menyatu dengan komponen lainnya maka terbentuk celah palatum unilateral. Proses ini terjadi hingga

minggu ke-10. Jika kedua shelves gagal menyatu yang terbentuk celah bilateral. Pada anak perempuan,

pembentukkan palatum sekunder ini terjadi 1 minggu kemudian, karena itu celah langitan lebih sering

terjadi pada anak perempuan.

Page 4: Logbook

Gambaran frontal kepala embrio usia 6-10 minggu

Dasar dari terjadinya celah palatum adalah karena gagalnya mesoderm berproliferasi melintasi garis

fusi, yaitu sesudah tepi dari komponen-komponen berhubungan. Dan bisa juga terjadi karena adanya atrofi

daripada ikatan-ikatan epitel yang melintasi daerah celah dan tidak adanya pertumbuhan otot pada daerah

tersebut, sebagai adanya tanda hipoplasia mesoderm.

Etiologi Celah Bibir dan Palatum

1. Faktor Herediter

Terjadinya celah palatum sebagian besar karena faktor keturunan. Biasanya salah satu dari pihak

orangtuanya baik dari pihak ibu maupun dari pihak bapak. Herediter merupakan dasar genetik untuk

terjadinya celah oral yang signifikan, tetapi tidak dapat dipastikan sepenuhnya. Faktor ini terbukti

berpengaruh sebesar 25% sampai 30% sebagai penyebab celah oral diseluruh dunia. Ditemukan teori-teori

yang menyatakan bahwa terjadinya celah karena hal-hal berikut:

- Kesalahan dalam masa peralihan dalam suplai darah pada masa embrio, juga bertambahnya umur

si ibu yang dapat memberikan ketidakkebalan embrio terhadap terjadinya celah.

- Adanya abnormalitas dari kromosom yang menyebabkan terjadinya malformasi kongenital yang

multipel.

- Adanya tripel sindrom termasuk juga celah di sekitar rongga mulut yang selalu diikuti oleh anomali

kongenital lain.

2. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor yang berperan pada waktu persatuan bibir dan palatum yaitu:

a. Defisiensi nutrisi

Pada masa kehamilan, nutrisi yang kurang merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan

Page 5: Logbook

terjadinya celah palatum. Defisiensi vitamin A, defisiensi vitamin Riboflavin, vitamin B kompleks yang

dibutuhkan untuk beberapa enzim yang vital dalam tubuh dan keadaan ini dapat memacu terjadinya

celah palatum.

b. Stres

Strean dan Peer melaporkan bahwa psikologis, emosi dan stres merupakan faktor yang signifikan

terhadap terjadinya celah palatum. Stres yang timbul menyebabkan fungsi korteks adrenal terangsang

untuk melepaskan sekresi hidrokortison dan jika hal ini sering terjadi dalam trimester pertama

kehamilan akan dapat menjurus kepada terjadinya suatu malformasi.

c. Zat kimia

Pemberian aspirin, kortison dan insulin, dan obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan

congenital abnormality dan facial cleft seperti thalidomide, phenytoin, antibiotika, transqualizer, obat

untuk aborsi dan obat untuk infeksi virus, serta penggunaan kafein dan injeksi steroid, karena

penggunaan obat-obatan ini akan melalui palsenta sehingga menghambat pertumbuhan janin.

d. Mekanik

Obstruksi lidah memungkinkan terjadinya celah pada embrio. Perkembangan yang tidak sejalan atau

posisi janin dalam rahim dapat menyebabkan retrusi lidah dan hidung diantara palatum itu sendiri.

e. Anemia malnutrisi

Anemia dan kesehatan yang buruk dari si ibu akan dapat menyebabkan congenital cleft, karena

kurangnya darah yang mengangkut oksigen dimana oksigen diperlukan untuk pertumbuhan jaringan

mesenkim.

f. Infeksi

Infeksi yang terjadi dalam trimester pertama kehamilan dapat mengganggu fetus, karena infeksi yang

terjadi dapat menghalangi pembentukan jaringan baru.

g. Radiasi

Bahan-bahan teratogenik yang potent, dimana radioterapi yang dilakukan pada tumor dapat

menghambat pertumbuhan janin.

h. Anoksia

Kadar O2 menurun akibatnya O2 yang diperlukan pertumbuhan jaringan mesenkim menjadi berkurang

sehingga terjadi celah palatum.