lintang sekar gumilar g0007206 fakultas kedokteran...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN
USIA AWAL ANDROPAUSE
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
LINTANG SEKAR GUMILAR
G0007206
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold)
Dengan Usia Awal Andropause
Lintang Sekar Gumilar, NIM : G0007206, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Selasa, Tanggal 21 Desember Tahun 2010
Pembimbing Utama Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS., Sp. And., SH NIP : 19560815 198403 1 001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Budiyanti Wiboworini, dr., M. Kes., Sp.GK NIP : 19650715 199702 2 001 ……………………… Penguji Utama Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes NIP : 19600418 199203 1 001 ……………………… Anggota Penguji Nama : Indriyati, Dra NIP : 19581201 198601 2 001 ………………………
Surakarta, ....................................
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP : 19660702 199802 2 001
Dekan Fakultas Kedokteran UNS
Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., MS
NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,.............................
Lintang Sekar Gumilar
NIM. G0007206
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
LINTANG SEKAR GUMILAR, G0007206, 2010. HUBUNGAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN USIA AWAL ANDROPAUSE Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling yang dilakukan pada bulan Oktober 2010. Besar sampel yang digunakan adalah 30 orang yang bekerja di Fakultas Kedokteran UNS sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara langsung dan pengisian kuesioner Androgen Deficiency in Ageing Male (ADAM) Test dan Ageing Male’s Symptomps (AMS) Test. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji korelasi non-parametrik Spearman menggunakan SPSS.16 for Windows. Hasil Penelitian: Diperoleh nilai signifikansi p = 0,027 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa korelasi antara Tebal Lemak Bawah Kulit dengan Usia Awal Andropause adalah bermakna. Hasil uji korelasi non-parametrik Spearman didapatkan nilai r = 0,405 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause pada karyawan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kata Kunci: Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold); Andropause; Obesitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
LINTANG SEKAR GUMILAR, G0007206, 2010. THE RELATION BETWEEN SKINFOLD THICKNESS WITH THE BEGINNING AGE OF ANDROPAUSE Objective: The objective of this research was to know the relation between skinfold thickness with beginning age of andropause in Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta. Methods: This research used analytical observational research study with Cross Sectional approach by using purposive sampling technique which had been done in October 2010. The size of sample which had been taken was 30 people, who worked in School of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta, who were appropriate to the required inclusion criteria. The data was collected direct measuring of skinfold thickness and answering the Androgen Deficiency in Ageing Male (ADAM) Test and Ageing Male’s Symptomps (AMS) Test questionnaire . The data as a result was analysed statistically by Spearman analysis by using SPSS.16 for Windows. Result: The significancy value was p = 0,027 (p < 0,05) showed the relation between skinfold thickness with beginning age of andropause was significant. The result of Spearman was r = 0,405 proved positive correlation with weak correlation’s potency. Conclusion: There was a relation between skinfold thickness with the beginning age of andropause in Faculty of Medicine Sebelas Maret University’s workers, Surakarta. Keywords: Skinfold Thickness; Andropause; Obesity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKATA
Alhamdulilllahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) dengan Usia Awal Andropause”.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., M. S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Muthmainah, dr., M. Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
3. Yoseph Indrayanto, dr., MS., Sp. And., SH. selaku Pembimbing Utama atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan skripsi.
4. Budiyanti Wiboworini, dr., M. Kes., Sp.GK selaku Pembimbing Pendamping atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes. selaku Penguji Utama atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.
6. Indriyati, Dra. selaku Anggota Penguji atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.
7. Tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan dan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.
8. Sugeng Santoso dan Siti Hajar sebagai orang tua terbaik yang tidak akan pernah tergantikan. Tando Linggar Bumi yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga dan Bayu Perkasa yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi.
10. Sahabat sahabatku yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kesempurnaan hanya milik Allah, dari Allah-lah segala sesuatu bermula
dan kepada-Nya pula segalanya bermuara. Penulis menyadari skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 2010
Lintang Sekar Gumilar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
halaman PRAKATA ..................................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. .......................................................................................... Latar
Belakang Masalah .................................................................... 1
B. .......................................................................................... Perumus
an Masalah ............................................................................... 4
C. .......................................................................................... Tujuan
Penelitian .................................................................................. 4
D. .......................................................................................... Manfaat
Penelitian .................................................................................. 4
1. ...................................................................................... Manfaat
Teoritis …………………………………………. ............... 4
2. ...................................................................................... Manfaat
Praktis ………………………………………….. ............... 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6 A. .......................................................................................... Tinjaua
n Pustaka .................................................................................. 6
1. ...................................................................................... Obesitas
............................................................................................. 6
2. ...................................................................................... Tebal
Lemak Bawah Kulit (Skinfold) ............................................ 11
3. ...................................................................................... Andropa
use ........................................................................................ 13
1) .................................................................................. Hormon
Testosteron ................................................................... 16
2) .................................................................................. Gejala
dan Tanda Andropause ................................................. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) .................................................................................. Diagnos
is Andropause ................................................................ 18
4. ...................................................................................... Hubung
an Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) terhadap Andropause 19
B. .......................................................................................... Kerangk
a Pemikiran ............................................................................... 21
C. .......................................................................................... Hipotesi
s ................................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. .......................................................................................... Jenis
Penelitian .................................................................................. 22
B. .......................................................................................... Lokasi
Penelitian ................................................................................. 22
C. .......................................................................................... Subjek
Penelitian .................................................................................. 22
D. .......................................................................................... Besar
Sampel ..................................................................................... 23
E. .......................................................................................... Teknik
Sampling ................................................................................. 23
F. .......................................................................................... Rancang
an Penelitian ............................................................................ 24
G. .......................................................................................... Identifik
asi Variabel Penelitian .............................................................. 25
H. .......................................................................................... Definisi
Operasional Variabel ................................................................ 25
I. ........................................................................................... Alat dan
Bahan Penelitian ...................................................................... 28
J. ........................................................................................... Pelaksa
naan Penelitian ........................................................................ 28
K. .......................................................................................... Teknik
Analisis Data ............................................................................ 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 31
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 37
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41
A. .......................................................................................... Simpula
n ................................................................................................ 41
B. .......................................................................................... Saran 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 42
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Perubahan Hormonal Yang Terjadi Pada Pria Andropause ...... 15
Tabel 2. Intrepretasi Nilai R .................................................................... 30
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ......................................... 32
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) 32
Tabel 5. Uji Normalitas ........................................................................... 34
Tabel 6. Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman antara Persentase Lemak Tubuh
dengan Usia Awal Andropause ................................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Target Organ Hormon Testosteron ………………………... 17
Gambar 2. Sintesis Hormon Steroid ………………………………... ... 20
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran ……………… .. …………….. 21
Gambar 4. Skema Rancangan Penelitian ............................................ …. 24
Gambar 5. Grafik Perbedaan Usia Awal Andropause Berdasarkan Klasifikasi 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel persentase lemak tubuh standar Lampiran 2 ADAM test dan AMS test Lampiran 3 Kuesioner penelitian Lampiran 4 Data primer hasil penelitian Lampiran 5 Uji Normalitas Lampiran 6 Hasil Perhitungan Analisis Data Menggunakan SPSS 16.0 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel di FK UNS,
Surakarta. Lampiran 8 Ethical Clearence dalam Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya kondisi sosial beberapa dekade ini menyebabkan makin
banyak orang yang mencapai umur panjang. Di Amerika Serikat, tercatat 3
juta orang berusia di atas 85 tahun dan diperkirakan jumlah ini meningkat dua
kali lipat pada tahun 2020. Anita dan Moeloek (2002) mengungkapkan bahwa
di Indonesia, orang berusia di atas 64 tahun pada tahun 1990 berjumlah
7.099.358 orang. Angka ini diperkirakan meningkat hampir tiga kali pada
tahun 2020.
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh
makhluk hidup. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami
berbagai gejala, tanda dan keluhan (sindroma) mirip dengan wanita
menopause. Sindroma pada pria menua sering dinamai Andropause. Secara
klinis sindroma ini dipresipitasi oleh penurunan hormon tubuh yang relatif
cepat yang berinteraksi dengan faktor psiko-sosial yang terjadi dalam
perjalanan hidupnya (Wibowo, 2002).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa variasi saat timbulnya
andropause dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya obesitas (Muller et al.,
2003; Allan et al., 2006). Pria gemuk cenderung lebih cepat mengalami
andropause daripada pria bertubuh sedang. Hal ini berkaitan dengan lemak
berlebih yang terdapat dalam tubuhnya dapat menurunkan kadar testosteron
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
melalui peningkatan proses aromatisasi testosteron menjadi estrogen (Allan et
al., 2006)
Pada umumnya setiap orang mendambakan berat badan yang ideal,
tidak sedikit yang memiliki masalah dengan kelebihan berat badan, yaitu
overweight dan untuk tingkat yang lebih parah dikenal dengan istilah obesitas.
Obesitas merupakan masalah yang mendunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Angka obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyebutkan, di dunia lebih dari 300
juta orang dewasa menderita obesitas. Bahkan, di Amerika Serikat, sebanyak
280.000 orang meninggal setiap tahunnya karena obesitas (Waturangi, 2007).
Jean Vague (2006) merupakan ilmuwan pertama yang mengemukakan
adanya hubungan erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi
lemak tubuh dengan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko
obesitas. Dalam sebuah studi prospektif diungkapkan bahwa obesitas tubuh
bagian atas berhubungan lebih kuat dengan intoleransi glukosa / diabetes
mellitus, hiperinsulinemia, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan gout
dibandingkan obesitas tubuh bagian bawah (Boivin et al., 2007; Tchernof.,
2007; Semiardji, 2004; Widjaya et al., 2004).
Pada orang dewasa kelebihan berat badan ditunjukkan dengan adanya
penumpukan lemak tubuh. Penyimpanan (deposit) lemak tubuh secara garis
besar terdiri dalam dua bentuk, yaitu berupa essential lipid dan penyimpanan
lemak tubuh (fat storage). Fat storage terdiri dari lemak intermuscular, lemak
di sekitar organ-organ gastrointestinal tract dan lemak di bawah kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(subcutaneous fat). Sepertiga dari total lemak tubuh dapat didekati dengan
cara pengukuran lemak tubuh (subkutan). Lemak tubuh dapat diukur dalam
bentuk absolut (kg) sebagai berat dari total lemak tubuh atau berupa
persentase dari berat badan total. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan alat ukur skinfold caliper (mm) untuk mengukur triceps
skinfold. Pengukuran lemak tubuh (subkutan) dengan pengukuran triceps
skinfold merupakan pendekatan cara pengukuran yang tidak langsung dari
lemak tubuh yang disimpan yang pada akhirnya dapat pula mengestimasi total
lemak tubuh. Diketahui pula bahwa pada orang yang sangat kurus mempunyai
proporsi lemak tubuh (subkutan) yang lebih rendah dibandingkan dengan
orang yang obese (Fadila, 2001).
Selama ini untuk menilai tingkat obesitas pada orang dewasa digunakan
indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Hal ini dapat menimbulkan
misklasifikasi karena dimungkinkan terjadi pada orang yang overweight tetapi
tidak kelebihan lemak (misalnya para atlit) atau sebaliknya pada orang
underweight, tetapi kelebihan lemak tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka
pengukuran komposisi lemak tubuh (subkutan) dengan cara pengukuran
triceps, biceps, subscapula dan suprailiaca skinfold pada kelompok populasi
tertentu dicoba dilakukan dengan menghubungkan faktor-faktor yang terkait
(Fadila, 2001).
Menurut sepengetahuan peneliti, di Kotamadya Surakarta khususnya
Universitas Sebelas Maret belum ada peneitian mengenai hal tersebut. Maka
dari itu, berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
benar terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal
andropause.
B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal
andropause ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tebal
lemak bawah kulit dengan usia awal andropause.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tebal lemak
bawah kulit dengan usia awal andropause pada pria usia 40-60 tahun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan antara
tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause demi pengembangan
ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan informasi dan solusi kepada masyarakat,
terutama pria tentang tebal lemak bawah kulit dan andropause, sehingga
dapat menjadi pertimbangan dalam menghadapi andropause.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Obesitas
Obesitas berasal dari bahasa latin mempunyai arti makna
berlebihan, tetapi saat ini obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan
atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan. Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat
badan sangat berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan
melihat secara fisik. Namun perlu diwaspadai bahwa masalah obesitas
tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan seseorang. Masalah
obesitas biasanya juga disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal,
dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian (Azwar, 2004).
Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya
keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara
asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi
yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian besar gangguan
keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional
(obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat
kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10%
(Hidayati et al, 2006).
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kegemukan atau obesitas terjadi karena
mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Bila
kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi
dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat
laun kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun
didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang tersebut akan menjadi
gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat badan, Pada
wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul,
paha, lengan, punggung dan perut, baru meluas keseluruh tubuh sampai ke
wajah. Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya
terjadi di bagian perut (Azwar, 2004).
Ada dua tipe kegemukan berdasarkan distribusinya dalam tubuh
yaitu : (Wirakusumah, 2000)
a. Tipe Android (Tipe Buah Apel)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak
yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas yaitu di sekitar dada,
pundak, leher, dan muka. Umumnya tipe ini terjadi pada pria dan
wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk pada tipe
android lebih banyak terdiri atas lemak jenuh yang mengandung
sel-sel lemak yang besar. Penelitian Vague, seorang peneliti dari
Perancis, menunjukkan bahwa tipe android ini potensial dan
berisiko lebih tinggi menderita penyakit yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan glukosa seperti diabetes mellitus, penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
jantung koroner, stroke, pendarahan otak, tekanan darah tinggi, dan
kemungkinan untuk terserang kanker payudara 6 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang mempunyai berat badan normal. Tetapi,
ada segi yang menguntungkannya dari tipe ini yaitu lebih mudah
menurunkan berat badan dibanding tipe ginecoid asal diikuti
dengan diet dan olah raga yang tepat.
b. Tipe Ginecoid (Tipe Buah Pear)
Pada tipe ini, lemak tertimbun di bagian tubuh sebelah
bawah yaitu sekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya
ditemui pada wanita. Lemak tersebut terdiri atas lemak tidak jenuh,
sel lemak kecil dan lembek. Tipe ginecoid lebih aman bila
dibandingkan dengan tipe android karena lebih kecil kemungkinan
mengalami risiko terkena penyakit, tetapi lebih sukar untuk
menurunkan berat badan (Wirakusumah, 2000).
Faktor-faktor Penyebab Obesitas : (Hidayati et al, 2006).
a. Faktor Genetik .
Parental fatness merupakan faktor genetik yang
berperanan besar. Obesitas dapat menurun dalam keluarga tetapi
mekanismenya sampai saat ini masih belum jelas, walaupun dalam
anggota keluarga secara genetik dapat mengalami kelebihan berat
badan. Hal ini dimungkinkan karena banyak gen yang terlibat
dalam proses pengeluaran dan pemasukan energi. Penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dilakukan pada tahun 1994 terhadap gen obesitas pada tikus telah
membuka wawasan mengenai bidang ini. Gen obese ini
merupakan suatu protein yang dikenal dengan nama leptin dan
diproduksi oleh sel-sel lemak (adipositas) yang disekresikan ke
dalam darah. Leptin ini berfungsi sebagai suatu duta (messenger)
dari jaringan adiposa yang memberikan informasi ke otak
mengenai ukuran massa lemak. Salah satu efek utamanya adalah
sebagai penghambat sintesa dan pelepasan neuropeptida Y, dengan
cara meningkatkan asupan makanan, menurunkan termogenesis
dan meningkatkan kadar insulin. Leptin memberitahukan otak
mengenai jumlah lemak yang tersedia, tetapi pada orang obesitas
proses ini tidak berjalan.
b. Faktor lingkungan.
1) Aktifitas fisik.
Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy
expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure.
Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara
aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu
dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko
peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian di Jepang
menunjukkan risiko obesitas yang rendah pada kelompok yang
mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika
menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging, aerobik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan
penurunan berat badan yang signifikan.
2) Faktor nutrisi.
Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa
kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko
peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok
dengan asupan rendah lemak. Penelitian lain menunjukkan
peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko
obesitas sebesar 1,46 kali. Keadaan ini disebabkan karena
makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan
lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek
termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang
banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan
berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan
meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi
yang berlebihan. Selain itu kapasitas penyimpanan
makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein
mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh
dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino diregulasi
dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat
dipastikan akan dioksidasi. Karbohidrat mempunyai kapasitas
penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah
kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat diregulasi sangat ketat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat
mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan
lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka
kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan
dalam bentuk lemak tubuh. Kelebihan asupan lemak tidak
diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96%
lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.
3) Faktor sosial ekonomi.
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup,
pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi
pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu
data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat
adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan
aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk
food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan
obesitas.
2. Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold)
Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik dan
komposisi tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi.
Indeks antropometri terdiri dari berbagai macam, baik tunggal (misalnya
berat/umur), maupun kombinasi (berat/tinggi, triceps skinfold dan mid-
upper-arm circumference). Pengukuran antropometri antara lain dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dilakukan dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh (IMT),
skinfold thickness serta rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP)
(Fadila., 2001; Gibson., 2005).
Keunggulan metode antropometri adalah prosedur sederhana,
aman, non-invasif, tidak butuh tenaga ahli, ekonomis, mudah dimengerti
awam dan ekonomis. Kelemahannya adalah pada alatnya (diatasi dengan
peneraan berkala), pemeriksa (observer error) dalam pendataan dan
pencatatan, dan butuh data umur yang tepat (Suyatno, 2009).
Pada orang dewasa kelebihan berat badan ditunjukkan dengan
adanya penumpukan lemak tubuh. Sepertiga dari total lemak tubuh dapat
didekati dengan cara pengukuran lemak tubuh (subkutan). Lemak tubuh
dapat diukur dalam bentuk absolut (kg) sebagai berat total lemak tubuh
atau berupa persentase dari berat badan total. Ketebalan dari lemak tubuh
subkutan pada beberapa bagian tubuh dapat diestimasi dengan
menggunakan alat ukur skinfold caliper. Pada orang yang obes terjadi
kesulitan pengukuran sehingga meningkatkan error, sedangkan pada orang
yang menderita oedema, umumnya terjadi overestimate (Fadila, 2001).
Untuk mengetahui jumlah persentase lemak tubuh dilakukan
dengan mengukur ketebalan lemak pada bagian tubuh tertentu. Cara yang
sering dikerjakan adalah mengukur 4 tempat, yakni : triceps, biceps,
suprailliaca, dan subscapula menggunakan pencepit lemak (skinfold
caliper). Pengukuran dengan skinfold calipers ini lebih praktis untuk
memperoleh hasil yang sesuai (Hasanah, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengukuran lemak tubuh pada triceps, biceps, suprailliaca, dan
subscapula diukur dalam satuan millimeter (mm), dan dijumlahkan
sehingga didapat total lemak (mm). Untuk mendapatkan persentase lemak
tubuh, total lemak dalam persentase dikalikan dengan berat badan
probandus (kg) (Lampiran 1) (Sukmaniah, 2009).
3. Andropause
Andropause adalah kondisi pria di atas umur pertengahan atau
tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan mirip
dengan menopause pada wanita. Karena itu andropause sering disebut
menopause pada pria. Akan tetapi istilah andropause merupakan istilah
yang sering dipakai untuk menggambarkan kondisi keluhan-keluhan
tersebut. Pada andropause, meskipun keluhannya mirip keluhan
menopause, tetapi hal ini tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan
sama persis dengan wanita (Setiawati dan Juwono, 2006). Pada wanita
menopause, produksi sel telur, hormon estrogen, dan siklus haid akan
terhenti dengan cara yang relatif “mendadak”. Sedangkan pada pria di atas
umur tengah baya, produksi spermatozoa dan hormon testosteron, dan
hormon-hormon lainnya turun secara perlahan/bertahap (Soewondo,
2006). Andropause pada umumnya terjadi pada usia sekitar 40-60 tahun,
tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan
yang mirip dengan menopause ini, antara lain : (Susilo, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Klimakterium pada pria
b. Viropause
c. PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men)
d. PTDAM (Partial Testosteron Deficiency in Aging Men)
e. Andropause (untuk defisiensi testosteron)
f. Adrenapouse (untuk defisiensi dehydoepiandrosteron (DHEA) dan
dehydoepiandrosteron sulphate (DHEAS),
g. Somatopause (untuk defisiensi Growth Hormone (GH) dan Insulin
like Growth Factor-I (IGF-1)),
h. Low Testosteron Syndrome
Andropause dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
(Susilo, 2002)
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya
andropause ialah adanya pencemaran lingkungan yang bersifat
fisik, psikogenik, dan faktor diet atau makanan. Faktor yang
bersifat fisik yaitu pengaruh bahan kimia yang bersifat estrogenik
(menjadi kearah wanita). Bahan kimia tersebut antara lain
dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), asam sulfur, difocol,
pestisida, insektisida, herbisida, dan pupuk kimia. Efek estrogenik
yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan
penurunan hormon testosteron. Sedangkan faktor psikogenik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berperan yaitu tujuan hidup yang tidak realistik atau terlalu tinggi
untuk dicapai, pensiun, stress tubuh/fisik. Karena berbagai
gangguan psikologis tersebut dapat menurunkan kadar testosteron
dalam darah perifer. Gaya hidup tidak sehat misalkan kebiasaan
merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, suka begadang dan
pola makan yang tidak seimbang dapat menjadi salah satu faktor
penyebab.
b. Faktor organik
Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu
adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami
penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain :
Tabel 1. Perubahan Hormonal Yang Terjadi Pada Pria Andropause
Hormon Perubahan Testosteron Turun Luteinizing Hormone (LH) Naik Follicle Stimulating Hormone (FSH) Naik Dyhydrotestosteron (DHT) Tidak Estradiol Tidak Dehydroepiandrosterone (DHEA) bentuk sulfatnya (DHEAS) Turun Growth Hormone (GH)/Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-1) Turun Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Turun T3 (Triiodothyronine) Turun Insulin Turun
(Sumber : Susilo, 2002)
1) Hormon Testosteron
Testosteron adalah zat androgen utama yang tidak hanya
diproduksi oleh testis, tapi juga oleh ovarium pada wanita dan kelenjar
adrenal. Sel Leydig pada testis distimulasi oleh LH untuk
menghasilkan testosteron sebanyak 25-11 mg sehari, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kelenjar adrenal dan ovarium membentuk hanya 0,5-2 mg. Dalam
darah dan kebanyakan jaringan tujuan testosteron, terdapat enzim 5-α-
reduktase yang akan mengubah testosteron menjadi DHT yang lebih
aktif, dimana DHT bertanggung jawab atas kebanyakan aktivitas
androgen. Sedangkan estradiol merupakan metaboliseme dari DHT,
yang mempunyai efek memperkuat atau memperlemah beberapa efek
androgen dan produksi estradiol yang berlebihan dapat mengakibatkan
efek feminisasi pada pria (Tan dan Kirana, 2002).
Testosteron diproduksi melalui aksis hypothalamus-hipofisis-
testis. Dalam tubuh, testosteron didistribusikan dan terikat dengan
protein transport. Pada pria, 44% testosteron terikat pada Sex
Hormone Binding Globulin (SHBG), 50 % terikat albumin, dan
sisanya dalam bentuk testosteron bebas. Afinitas testosteron sangat
tinggi sehingga hanya testosteron terikat albumin dan testosteron bebas
yang menunjukkan bioavailibilitas aktif (Allan et al, 2006; Apter,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kondisi yang dapat mempengaruhi penurunan kadar hormon
testosteron ialah penuaan, keturunan, peningkatan Body Mass Index
(BMI), stress fisik maupun psikis, gangguan hormon Corticotropic
Releasing Factor, inhibisi Opiodergic dari Hypotalamic Gonadotropin
Releasing Hormone yang bersifat pulsatif, dan atrofi testis akibat
trauma, orchitis, serta varikokel (Susilo, 2002).
Gambar 1. Target Organ Hormon Testosteron (Yusnia, 2009)
2) Gejala dan Tanda Andropause
Berbagai gejala dan tanda yang diakibatkan karena andropause
antara lain : (Anita dan Moeloek, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Gangguan Vasomotor
Tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, gelisah dan takut.
b. Gangguan Fungsi Kognitif dan Suasana Hati
Mudah lelah, menurunnya konsentrasi, berkurangnya ketajaman
mental/intuisi. Keluhan depresi, dan hilangnya rasa percaya diri.
c. Gangguan Virilitas
Menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, dan massa otot,
kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak dan osteoporosis.
d. Gangguan Seksual
Menurunnya minat terhadap seksual/libido, perubahan tingkah laku
dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi atau disfungsi ereksi, berkurangnya
kemampuan dan volume ejakulasi.
3) Diagnosis Andropause
Pemeriksaan screening menggunakan kuesioner ADAM
(Androgen Deficiency in Aging Men) test memuat 10 pertanyaan
‘ya/tidak’ tentang gejala hipoandrogen. Bila menjawab ‘ya’ untuk
pertanyaan 1 atau 7 atau 3 jawaban ‘ya’ selain nomor tersebut, maka
pria tersebut mengalami gejala andropause.
Selain ADAM test, dapat juga digunakan AMS (Ageing Male’s
Symptomps) test berisi 17 pertanyaan mencakup gangguan psikologis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
somatis dan seksual (Gunadarma 2005; Setiawati dan Juwono, 2006;
Claplauch et al., 2008)
Pemeriksaan screening ini dilanjutkan dengan pemeriksaan
kadar hormon untuk mendapatkan diagnosis pasti andropause.
Perubahan hormonal sebagai diagnosa pasti diukur dengan
pemeriksaan laboratorium yaitu mengukur kadar testosteron serum,
total testosteron, total testosteron bebas, SHBG, DHEA, DHEAS, dan
lain-lain (Allan et al, 2006).
4. Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) terhadap
Andropause
Dalam keadaan normal, lemak, dalam hal ini kolesterol, merupakan
cikal bakal terbentuknya hormon testosteron. Testosteron selanjutnya akan
diubah menjadi bentuk yang lebih poten yaitu dehidrotestosteron (DHT)
yang konversinya terjadi di luar testis. Testosteron, dalam batas normal,
juga diubah menjadi estradiol lewat aromatisasi (Murray et al, 2000).
Reaksi aromatisasi adalah proses perubahan testosteron menjadi estrogen
dengan bantuan enzim aromatase (Nieschlag an Bechre, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 2. Sintesis Hormon Steroid (Nieschlag an Bechre, 2004)
Penelitian oleh Muller et al., (2003) dan Allan et al., (2006),
menunjukkan salah satu faktor yang mempercepat andropause adalah
obesitas karena terjadi penumpukan lemak, sehingga dapat meningkatkan
aromatisasi. Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis
(Apter, 2008).
Berdasarkan 2 penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pertambahan
usia telah mengakibatkan penurunan testosteron akibat penurunan fungsi
testis itu sendiri. Bila kejadian ini diikuti dengan obesitas, penurunan
hormon testosteron akan semakin drastis karena penurunannya diperberat
dengan penurunan testosteron akibat aromatisasi yang terjadi di jaringan
perifer (jaringan lemak) sehingga manifestasi gejala penurunan testosteron
akan muncul lebih awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Kerangka Pemikiran
Mempengaruhi tetapi tidak diteliti
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal
andropause.
Faktor Hormonal
Persentase Lemak Tubuh berlebih
Obesitas
Penimbunan lemak meningkat
Testosteron menurun
Aromatisasi meningkat
Andropause
Faktor Lingkungan : Kebiasaan Merokok Pengkonsumsi Alkohol Faktor Psikogenik
Faktor Organik
Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold)
Usia 40-60 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta (UNS).
C. Subjek penelitian
1. Kriteria inklusi :
- Pria usia 40-60 tahun : Pria mulai mengalami penuaan sehingga
berpengaruh terhadap faktor organik dan terjadi perubahan
hormonal.
- Bekerja di UNS.
- Bersedia menjadi subjek penelitian dan menjalani penelitian
dengan sukarela.
2. Kriteria eksklusi :
- Mempunyai kebiasaan merokok : Kriteria minimal perokok ringan,
yaitu merokok 1-10 batang per hari.
- Mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol : Kriteria minimal
pengkonsumsi rata – rata 1 ons alkohol perhari atau sama dengan
28,35 gram perhari.
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
- Riwayat penyakit (diabetes mellitus ; kardiovaskuler : penyakit
jantung koroner, hipertensi) : berdasarkan riwayat penyakit pasien
yang diketahui dari lembar kuesioner.
- Memiliki kelainan pada testisnya (atropi testis, prostatis kronis)
D. Besar sampel
Rumus ukuran sampel untuk analisis bivariat dibuat berdasarkan
kebutuhan minimal sampel pada masing-masing strata, agar data dalam
masing-masing strata secara statistik memadai untuk dianalisis. Menurut
patokan umum disebut “rule of thumb”, setiap penelitian yang datanya
akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan
sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2010). Jumlah sampel
minimal untuk penelitian ini adalah 60 orang dengan perincian kelompok
andropause berjumlah 30 orang dan kelompok bukan andropause 30
orang. Untuk menguji hipotesis antara usia awal andropause dengan tebal
lemak bawah kulit, data dianalisis hanya pada pria yang sudah mengalami
andropause saja.
E. Teknik sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling
karena pengambilan sampling berdasarkan kriteria tertentu, yaitu kriteria
inklusi dan eksklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
F. Rancangan Penelitian
Gambar 4. Skema Rancangan Penelitian
Karyawan UNS
Pengukuran Antropometri (Tebal Lemak Bawah Kulit)
Kuesioner
Andropause Tidak Andropause
Persentase Lemak Tubuh
Uji Korelasi Non- Parametrik
Spearman
ADAM test AMS test
Usia Awal
Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Tebal Lemak Bawah Kulit
Variabel Terikat : Usia Awal Andropause
Variabel Pengganggu : Faktor organik, Faktor lingkungan.
H. Definisi Operasional Variabel
1. Tebal lemak bawah kulit (skinfold)
Tebal lemak bawah kulit adalah gambaran persentase lemak
tubuh yang diukur dari ketebalan lemak triceps, biceps, subscapular
dan suprailiaca, dengan menggunakan alat yang disebut skinfold
caliper. Hasil pengukuran dalam satuan millimeter (mm), dijumlahkan
sehingga didapat total lemak (mm).
Cara Pengukuran :
a. Lipatan kulit triceps diukur dari pertengahan lengan atas bagian
belakang. Subjek berdiri dengan lengan rileks dan palmar
menghadap ke bagian lateral paha, palpasi ujung dari acromion
dan olecranon. Tandai titik tepat ditengah antara kedua titik
tersebut. Pengukuran tebal kulit dilakukan di daerah yang
ditandai pada bagian posterior otot triceps, dengan menarik
kulit pada arah vertikal sejajar dengan axis panjang. (Gibson.,
2005; Kurniawan., 2009)
b. Lipatan kulit biceps diukur dari ketebalan lipatan kulit secara
vertikal pada bagian depan pertengahan lengan atas, tepat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
atas pertengahan fossa cubiti, sejajar dengan lipatan kulit
triceps. (Gibson, 2005)
c. Lipatan kulit subscapular diukur di bawah dan di sebelah
lateral dari sudut puncak bahu, dalam keadaan bahu dan lengan
relaksasi. Meletakkan tangan probandus di belakang dapat
membantu mengidentifikasi letak daerah yang diukur. Lipatan
kulit harus bersudut 45° dari posisi horizontal, sejajar dengan
perbatasan dari scapula (Gibson, 2005).
d. Lipatan kulit suprailiaca diukur dari garis pertengahan
axillaris, sedikit lebih tinggi dari puncak iliac. Lipatan kulit
diambil secara oblique di belakang garis pertengahan axillaris
sampai garis belahan iliaka (Gibson, 2005).
Setelah didapatkan jumlah total lemak tubuh, untuk mengetahui
kelompok persentase lemak tubuh, total lemak dalam persentase
dikalikan dengan berat badan probandus (kg). (Lampiran 1)
Data Pengukuran berskala rasio.
2. Usia Awal Andropause
Andropause adalah kondisi biologis tertentu disertai tanda,
gejala, dan timbulnya keluhan disebabkan oleh perubahan hormone
serta biokimiawi tubuh tertentu. Yang biasanya timbul setelah usia
tengah baya. Andropause ditetapkan berdasarkan kuesioner baku
ADAM test dan AMS test (Lampiran 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Bila menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan (a) atau (g) atau 3
jawaban ‘ya’ selain nomor tersebut, maka pria tersebut telah
mengalami gejala andropause. Kuosioner ini telah diujicobakan pada
316 laki-laki berusia 40-62 tahun dan dikorelasikan dengan kadar
testosterone bioactive serum. Alat skrining ini mempunyai spesifisitas
60% dan sensitivitas 80%.
AMS test memuat 17 pertanyaan yang mencakup ranah somatic
(no 1-5, 10, 13), psikologis (no 6-9 dan 11), dan seksual (no.12-14 dan
17). Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui gejala-gejala penuaan
pada pria dalam berbagai kondisi untuk mengevaluasi beratnya gejala
dan perubahan sebelum dan sesudah terapi androgen. AMS test
mempunyai sensitivitas 73,6% dan spesifisitas 70,4%. Skor AMS ≥ 27
dapat dikorelasikan dengan kadar testosterone bebas 400 mg/dl.
Interpretasi AMS test berdasarkan skor total yang diperoleh
dari kuesioner. Skor total ≥ 27 menunjukkan sampel mengalami gejala
andropause. Sampel diminta menuliskan usia yang bersangkutan
(dalam tahun) saat mulai timbul gejala-gejala seperti tercantum dalam
kuesioner. Data pengukuran berskala rasio.
3. Variabel pengganggu
- Faktor organik
Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu
adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami
penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain : perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
hormon testosteron, LH, FSH, DHT, Estradiol, DHEA, DHEAS,
Growth Hormone (GH), TSH, T3, dan Insulin (Susilo, 2002).
Merupakan faktor yang berpengaruh terhadap andropause, dalam
penelitian ini faktor tersebut tidak diukur.
- Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang ada di luar tubuh
seseorang misalnya kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi
alkohol serta faktor psikogenik.
I. Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian menggunakan media kuesioner dan pengukuran
langsung terhadap tebal lemak bawah kulit (skinfold) menggunakan
skinfold caliper, microtoise dan menggunakan timbangan berat badan
dengan ketelitian 0,1 cm.
J. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan terhadap 60 orang pria, karyawan FK UNS
pada bulan Oktober 2010. Subyek mengisi kuesioner baku ADAM test dan
AMS test. Setelah itu subyek diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold)
dengan menggunakan skinfold caliper dengan ketelitian 0,1 cm. hasil
pengukuran dicatat pada halaman yang tersedia. Didapatkan 30 orang
andropause yang memenuhi syarat menjadi sampel penelitian. Data tebal
lemak bawah kulit tersebut dihitung untuk mendapatkan hasil persentase
lemak tubuh, kemudian sampel diolah dengan uji statistik non-parametrik
Spearman untuk dilihat hubungannya dengan usia awal andropause.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
K. Teknik Analisis Data
Data diuji secara statistik menggunakan SPSS.16 for Windows, dan
didapatkan nilai p (probabilitas untuk menentukan kesimpulan salah).
Untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas agar terpenuhi syarat uji parametrik. Didapatkan
sebaran data tidak normal, dengan hasil koefisien varian 10 %, dimana
seharusnya nilai koefisien varian > 30 %. Pada uji Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov, skor umur mempunyai nilai p = 0,038. Oleh karena
nilai p < 0.05, maka data dapat diambil kesimpulan mempunyai sebaran
tidak normal, atau tidak memenuhi syarat uji parametrik. Maka data akan
diolah dengan uji korelasi non-parametrik Spearman.
a. Penyusunan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan
usia awal andropause, berarti r = 0
H1 : Ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia
awal andropause, jadi r ≠ 0
(Budi, 2006)
b. Dasar Pengambilan Keputusan
Berdasarkan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman untuk data
rasio, berdasarkan probabilitas
Ho diterima jika probabilitas > 0,05
Ho ditolak jika probabilitas < 0,05
(Budi, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Nilai r
Nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah –1. r = +1
menunjukkan hubungan positif sempurna, sedangkan r = -1
menunjukkan hubungan negatif sempurna.
Tabel 2. Intrepretasi Nilai R
r Interpretasi 0 Tidak berkorelasi
0,01-0,20 Korelasi Sangat rendah 0,21-0,40 Rendah 0,41-0,60 Agak rendah 0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Tinggi
1 Sangat tinggi (Sumber : Usman, 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 di Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Subjek penelitian adalah
pria usia 40-60 tahun, bekerja di UNS, dan bersedia mengikuti penelitian dengan
sukarela.
Data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran terhadap Tebal Lemak
Bawah Kulit (Skinfold) secara langsung. Populasi pria usia 40-60 tahun di
Fakultas Kedokteran UNS sebanyak 71 orang. Dari populasi tersebut terdapat
total 9 orang perokok, 3 orang diantaranya mempunyai riwayat penyakit jantung,
4 orang berpenyakit diabetes mellitus (DM). 2 orang tidak bersedia menjadi
subjek penelitian. Total terdapat 11 orang yang tidak diikutsertakan sebagai
sampel karena tidak memenuhi kriteria inklusi, sehingga jumlah sampel adalah 60
orang. Untuk menguji hipotesis antara usia awal andropause dengan tebal lemak
bawah kulit, data dianalisis hanya pada pria yang sudah mengalami andropause
saja, yang berjumlah 30 orang.
Data penelitian diperoleh dari kuesioner dan pengukuran tebal lemak
bawah kulit (skinfold) dan indeks massa tubuh (IMT). Hasil penelitian sebagai
berikut :
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan usia
Usia (tahun) Jumlah (%)
40 – 45 11 (36.67 %) 46 – 50 8 (26.67 %) 51 – 55 7 (23.33 %) 56 – 60 4 (13.33 %) Jumlah ( ∑ ) 30 (100 %) (Sumber : data primer penelitian, 2010) Sampel yang memenuhi kriteria diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold)
untuk menentukan persentase lemak tubuh, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan tebal lemak bawah kulit (skinfold)
Klasifikasi Jumlah Persentase
Berat Badan Normal (< 17) 8 26.67 Berat Badan Berlebih (≥ 17) 22 73.33 Jumlah ( ∑ ) 30 100 (Sumber : data primer penelitian, 2010)
Tabel 2 memaparkan distribusi sampel berdasarkan tebal lemak bawah
kulit (skinfold) pada probandus yang sudah mengalami andropause. Sampel yang
memenuhi kriteria (30 orang) diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold) untuk
mendapatkan hasil persentase lemak tubuh. Pengukuran ini menghasilkan jumlah
data sampel Berat Badan Berlebih lebih banyak daripada Berat Badan Normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 5. Grafik Perbedaan Usia Awal Andropause Berdasarkan Klasifikasi
Grafik di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan usia andropause
berdasarkan klasifikasi yang didapat dari pengukuran tebal lemak bawah kulit
(skinfold) dan didapatkan nilai persentase lemak tubuh. Gambar tersebut
memberikan informasi bahwa rata-rata usia awal andropause lebih cepat pada pria
dengan berat badan berlebih.
Untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas agar terpenuhi syarat uji parametrik, dengan data sebagai
berikut :
Mean : 49,50
Mean : 47,59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 5. Uji Normalitas
Descriptives
Statistic Std. Error Umur Mean 49.03 .946 95% Confidence Lower Bound 47.10
Interval for Mean Upper Bound 50.97 5% Trimmed Mean 49.07 Median 48.00 Variance 26.861 Std. Deviation 5.183 Minimum 40 Maximum 57 Range 17 Interquartile Range 9 Skewness .083 .427 Kurtosis -1.294 .833
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Umur Statistic df Sig. .164 30 .038 a. Lilliefors Significance Correction (Sumber: SPSS.16 for Windows) Tabel 3 memaparkan uji normalitas pada usia probandus untuk mengetahui
data memiliki sebaran data normal atau tidak. Didapatkan Koefisien varian 10 %,
dimana seharusnya nilai koefisien varian > 30 %. Pada uji Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov, skor umur mempunyai nilai p = 0,038. Oleh karena nilai p
< 0.05, maka data dapat diambil kesimpulan mempunyai sebaran tidak normal,
atau tidak memenuhi syarat uji parametrik. Maka data akan diolah dengan uji
korelasi non-parametrik Spearman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 6. Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman antara Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Awal Andropause Correlations
Umur Tebal Lemak
Bawah Kulit Spearman's rho Umur Correlation 1.000 .405*
Coefficient Sig. (2-tailed) .027 N 30 30
Tebal Lemak Correlation .405* 1.000 Bawah Kulit Coefficient Sig. (2-tailed) .027 N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). (Sumber: SPSS.16 for Windows)
Kemudian, menggunakan sistem SPSS.16 for Windows, data hasil
penelitian diuji secara statistik dengan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman.
Uji statistik dengan taraf keyakinan = 95 %, diperoleh nilai signifikansi 0,027
yang menunjukkan bahwa korelasi antara Tebal Lemak Bawah Kulit dengan Usia
Awal Andropause adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,405
menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.
a. Penyusunan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal
andropause, berarti r = 0
H1 : Ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal
andropause, jadi r ≠ 0
(Budi, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Dasar Pengambilan Keputusan
Berdasarkan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman untuk data rasio,
berdasarkan probabilitas
Ho diterima jika probabilitas > 0,05
Ho ditolak jika probabilitas < 0,05
(Budi, 2006)
Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (H1)
diterima pada taraf signifikansi 5 % atau sebesar 0,05 %. Artinya, terdapat
hubungan yang secara statistik signifikan antara tebal lemak bawah kulit
(skinfold) dengan usia awal andropause di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB V
PEMBAHASAN
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk
hidup. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami berbagai
gejala, tanda dan keluhan (sindroma) mirip dengan wanita menopause. Sindroma
pada pria menua sering dinamai Andropause. Secara klinis sindroma ini
dipresipitasi oleh penurunan hormon tubuh yang relatif cepat yang berinteraksi
dengan faktor psiko-sosial yang terjadi dalam perjalanan hidupnya (Wibowo,
2002).
Andropause dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya obesitas
(Muller et al., 2003; Allan et al, 2006). Faktor ini erat kaitannya dengan
peningkatan massa lemak dalam tubuh. Pengukuran komposisi lemak tubuh
(subkutan) dengan cara pengukuran triceps, biceps, subscapula dan suprailiaca
skinfold pada kelompok populasi tertentu dicoba dilakukan dalam studi ini.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan pria berusia 40 - 60 tahun.
Sebelumnya Muller et al., (2003) dan Allan et al., (2006) juga melakukan
penelitian serupa. Penelitian mereka menyatakan penurunan kadar hormon
testosteron dimulai pada usia sekitar 40 tahun. Batas usia sampel dalam penelitian
ini 60 tahun, karena pada usia 60 tahun sebagian besar pria telah mengalami
andropause lanjut sehingga akan sulit menentukan usia awal munculnya gejala-
gejala andropause.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Penulis juga menemukan bahwa hasil penelitian ini serupa dengan hasil
penelitian sebelumnya mengenai perubahan lemak tubuh terhadap kadar
testosteron terhadap pria tua di Masachusetts. Dan semakin rendahnya usia
andropause seiring makin tingginya persentase lemak tubuh (Mohr et al, 2006).
Adanya peningkatan reaksi aromatisasi pada pria dengan persentase lemak tubuh
berlebih mengakibatkan semakin banyak hormon testosteron yang diubah menjadi
estrogen, sehingga dapat mempercepat usia awal gejala andropause (Abate et al,
2002).
Adanya riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, merokok disingkirkan
oleh penulis dari daftar sampel karena hal-hal tersebut dapat mempercepat
timbulnya andropause (Anita dan Moeloek, 2002). Karena keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya, kriteria inklusi dan eksklusi hanya dinilai dari kuesioner.
Jumlah sampel berjumlah 30 orang pria berusia 40 - 60 tahun. Data
dianalisis pada pria andropause berjumlah 30 orang untuk menguji hipotesis,
dengan penjabaran : Berat Badan Normal berjumlah 8 orang (26.67 %) ; Berat
Badan Berlebih 22 orang (73.33 %). Bila dibandingkan persentase pria dengan
berat badan berlebih (73.33 %) lebih banyak daripada pria dengan berat badan
normal (26.67 %). Hal ini membuktikan bahwa terdapat kecenderungan besar bila
nilai Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) semakin tinggi, yang berhubungan
langsung dengan kelebihan berat badan seseorang, maka semakin cepat juga pria
tersebut mengalami andropause.
Berdasarkan hasil uji statistik (Spearman) didapatkan perbedaan yang
signifikan dimana nilai probabilitas 0.027 (p < 0,05). Hasil penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diperoleh sesuai dengan hipotesis, yang lebih jelasnya lagi bahwa ada hubungan
antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan usia awal andropause. Hal ini
sesuai dengan tinjauan teori yang telah diungkapkan sebelumnya mengenai tebal
lemak bawah kulit (skinfold) yang berpengaruh terhadap persentase lemak tubuh,
dan berpengaruh terhadap obesitas atau tidaknya seseorang.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan, bahwa
terdapat hubungan antara Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) dengan usia awal
andropause. Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit, sehingga menyebabkan
tingginya persentase lemak tubuh, semakin awal timbulnya gejala andropause.
Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis (Apter, 2008).
Ketika seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebihan, timbunan jaringan
lemak perifer semakin banyak. Aromatisasi yang memang sewajarnya lebih
dominan di perifer juga akan semakin meningkat.
Hormon testosteron secara fisiologis menurun seiring berjalannya usia pria.
Obesitas merupakan faktor yang akan meningkatkan konversi testosteron menjadi
estrogen. Munculnya kedua faktor tersebut (usia dan obesitas) akan menyebabkan
penurunan kadar hormon testosteron semakin drastis. Dengan demikian, gejala-
gejala andropause akan muncul lebih cepat.
Penelitian ini menggunakan kuesioner baku ADAM test dan AMS test.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan masalah yaitu hasil yang diperoleh dari
kuesioner ADAM test dan AMS test tidak selalu positif bersamaan pada sampel
yang sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampel menjawab pertanyaan
kuesioner secara serampangan (asal-asalan), seperti sampel yang datang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sesuai waktu yang ditentukan membuat waktu mengisi kuesioner menjadi
terbatas, sehingga tidak dapat diketahui sejak kapan sampel mengalami gejala
andropause. Sampel mungkin juga tidak terlalu jujur dalam pengisisan kuesioner.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut bersifat pribadi dan kadang
dianggap tabu untuk diungkapkan kepada orang lain. Sampel kurang paham
dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner juga dapat menjadi faktor lainnya.
Beberapa faktor seperti faktor psikis dan faktor kesehatan pada saat pengisian
kuesioner ternyata juga berpengaruh terhadap hasil kuesioner, dimana hal ini
diluar kendali peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil statistik
menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah,
antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) terhadap usia awal andropause.
Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit (skinfold) maka usia awal
timbulnya gejala andropause semakin cepat.
B. Saran
1. Penelitian mendatang mengenai penentuan diagnosis pasti andropause
sebaiknya bukan hanya menggunakan kuesioner, tetapi perlu dilakukan
pengukuran kadar testosteron dalam darah.
2. Pada pria, andropause secara fisiologis muncul pada usia kurang lebih
40 tahun. Akan tetapi, kegemukan dapat mempercepat terjadinya
andropause. Peneliti menyarankan kepada pria, terutama yang sudah
memasuki usia 40 tahun, untuk mengontrol persentase lemak tubuh
karena gemuk berdampak buruk pada setiap aspek hidup.