linda

21
A. MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN Kata ”menghargai” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi amempunyai arti bermacam-macam, diantaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil perbuatan manusia berupa suatu karya baik yang (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna bagi orang lain. Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini. Saling menghargai antar sesame makhluk Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti berperasangka buruk (su’udzon), mencari-cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang pada akhirnya berujung pada permusuhan. Pada saat itulah menghargai hak-hak orang lain akan menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu,Nabi saw memerintahkan kaum muslimin untuk tidak berperasangka buruk dan iri hati melalui riwayat hadis berikut ini: Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah oleh mu prasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling mencari kesalahan orang

Upload: afrianhy-avril-ariesta

Post on 08-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Linda

A. MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN

Kata ”menghargai” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi amempunyai arti bermacam-macam, diantaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati.

Karya orang lain adalah hasil perbuatan manusia berupa suatu karya baik yang (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna bagi orang lain.

Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana seharusnya bersikap saling menghargai.

Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini. Saling menghargai antar sesame makhluk Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti berperasangka buruk (su’udzon), mencari-cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang pada akhirnya berujung pada permusuhan.

Pada saat itulah menghargai hak-hak orang lain akan menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu,Nabi saw memerintahkan kaum muslimin untuk tidak berperasangka buruk dan iri hati melalui riwayat hadis berikut ini: Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah oleh mu prasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling mencari kesalahan orang lain, saling memata-matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba hamba Allah SWT yang bersaudara.“ (HR.Bukhari dan Muslim)

Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka, dan sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam melarang umatnya untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari kejelekan atau kelemahan orang lain. Allah swt berfirman, Artinya: “Haiorang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing kan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS.Al-Hujurat/49:12).

Page 2: Linda

Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang-kurangnya ada dua hal, yaitu:

1. Menghormati hak orang lain

Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak-haknya dihormati. Harga diri sebagai manusia akan terusik jika hak-haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri merupakan suatu identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan dari pihak lain. Orang akan bisa berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain.

2. Menahan diri

Kita harus benar benar menyadari bahwa setiap orang itu memiliki hak individual, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika terjadi dua kepentingan yang berbeda diantara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan keluarnya dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu atau mufakat. Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi salah paham antara individu yang satu dengan individu lain atau antara kelompok satu dengan kelompok lain.

Dengan menghargai dan memahami pihak lain, kita akan bertambah pengetahuan tentang adat-istiadat dan kebiasaan mereka jika kebetulan mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Disamping itu juga untuk menghindari saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat berjalan secara harmonis, karena masing-masing merasa hak-haknya dihormati.

Kita tentu tidak mau dipaksa oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa. Jika sesame orang mukmin mengembangkan sifat-sifat positif, mulai dari sikap saling menghargai, toleransi, saling tolong menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi, mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi, maka sikap solidaritas akan terjalin kuat.

Ketika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut. Karena perselisihan biasanya diakibatkan masing-masing pihak berseteru dan tidak bisa lagi saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus maka sikap solider antar sesama tidak akan terwujud. Berkaitan dengan hal itu, Al-Quran memberikan perintah cukup tegas berkenaan dengan solidaritas antar muslim yakni sebagai berikut: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat/49:10). Selain itu, Rasulullah saw pernah bersabda, “Akhlak yang baik adalah menyambung talisilaturahmi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau member kepada orang yang selama ini tidak suka memberimu, dan engkau memaafkan orang yang pernah menyayangimu.

Page 3: Linda

Perilaku negative seperti sombong, enggan menghargai hak orang lain, dan egois yang tertanam pada diri seseorang akan merusak solidaritas antar sesama manusia. Adapun bahaya sikap tidak menghargai karya orang lain, antara lain sebagai berikut:

1. Membahayakan Keimanan

Tidak menghargai karya orang lain menunjukan sikap mental yang tidak sehat. Sikap tersebut akan dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga suudzon pada orang lain. Hal ini tentu saja berbahaya bagi keimanan kita terhadap Allah SWT.

2. Membahayakan Akhlak

Seseorang yang terbelit oleh perasaan tamak dan tidak peduli lagi dengan hasil karya orang lain akan terdorong untuk melakukan tindak pelanggaran dan kejahatan, seperti pembajakan hak cipta, pembunuhan karakter, dan beragam kejahatan lainnya. Sikap tamak dan tiadanya rasa penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama.

3. Membahayakan Masyarakat

Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung menjadi satu, lalu dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri, maka mulailah dampak pada masyarakat terjadi.

Kita dapat dengan jelas melihat hal ini dalam kejahatan pembajakan hasil karya. Untuk itu, Islam sangat mengecam sifat-sifat tercela tersebut.

Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari sifat saling menghargai sesama manusia, diantaranya adalah:

a) Tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan. Sehingga ketika ada orang yang tertimpa musibah, yang lain akan segera ikut mengurangi deritanya.

b) Akan terkumpul pada diri seseorang sifat-sifat terpuji. Orang solider cenderung bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahannya.

c) Allah swt akan member banyak kemudahan dalam berbagai kebutuhannya.

d) Allah swt akan memberikan pertolongan-Nya

Mengingat banyaknya hikmah yang kita akan dapatkan apabila kita dapat menghargai sesama manusia, maka hendaknya perilaku terpuji berupa menghargai karya orang lain harus kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga antara satu dengan yang lainnya terhindar dari

Page 4: Linda

saling meremehkan. Kebiasaan menghargai karya orang lain dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, RT, RW, sekolah, kantor-kantor, perusahaan-perusahaan, berbangsa, beragama dan bernegara.

Kebiasaan yang terpuji ini harus kita galakkan dalam berbagai macam lingkungan sebagai manifestasi dari bahwa antara yang satu dengan yang lainnya ada sisi lemahnya dan ada sisi istimewanya sehingga semuanya saling mengisi, saling Bantu membantu dan saling mengasihi dan harga menghargai antar sesama.

B. PERLINDUNGAN TERHADAP HAK KARYA CIPTA

Kita pasti pernah mengetahui dan mendengar tentang pembajakan hasil karya, misalnya pembajakan kaset atau VCD dengan menggandakan yang resmi, kemudian hasil bajakan tersebut dijual dengan harga yang sangat murah. Perbuatan tersebut membuat rugi perusahaan rekaman dan berdampak pula kerugian materi terhadap pencipta lagu dan penyanyinya. Bentuk lain sikap tidak terpuji terhadap hasil karya orang lain adalah menduplikat atau mencontek desain atau mencuri ide (gagasan) ciptaan orang lain untuk kepentingan dirinya guna mendapatkan keuntungan materi atau popularitas.

Dalam kasus tersebut, pemerintah telah membuat undang-undang tentang perlindungan terhadap hak cipta dalam hukum perdata. Sipelaku akan mendapat hukuman, karena perbuatannya merupakan suatu tindakan kriminal. Islam juga memiliki ajaran tentang hak perlindungan yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan terdapat informasinya dalamAl-Quran dan sunnah rasul, diantaranya firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 32 dan Hadist nabi Muhammad saw, yang disampaikan oleh Abi Amamah juga member penegasan yang disampaikan dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada Haji Wada yang artinya, “Barang siapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga”. Seorang lelaki bertanya, “Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahai Rasulullah?“ Beliau menjawab, “Walaupun hanya sebatang kayu arak.” (HRMuslim). \

Dari ayat dan hadis tersebut Islam menjamin atau melindungi hak hidup, dan hak pemilikan (hasilkarya) yang sah. Islam mengharamkan segala bentuk kezaliman termasuk menduplikat atau menggandakan hasil orang lain atau mencuri atau mengambil tanpa izin konsep (ide) sebuah gagasan (karya) orang lain untuk kepentingan dirinya atau guna mendapatkan keuntungan dari harta atau karya orang lain tersebut Allah berfirman dalam Q.S.Al-Baqarah:188 Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu

Page 5: Linda

dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S.Al-Baqarah:188)

Dalam islam, member keamanan (perlindungan) kepada orang lain tercermin dalam jaminan perlindungan mata pencaharian, jiwa dan harta benda termasuk didalamnya harta berupa hasil karya cipta (QS.Quraisy/106:3-4). Islam tidak hanya menempatkan bekerja atau berkarya sebagai hak dan melindunginya berikut hasil karya, tetapi juga menjadikannya sebagai suatu kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Hadis Nabi Muhammad saw yang diceritakan oleh Miqdam ra, menyebutkan bahwa, “Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri. ”(HR Bukhari). Islam juga menjamin hak pekerja (melindungi hak pekerjaannya), seperti terlihat dalam hadis Nabi Muhammad saw, yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Umarra. Yang artinya, “Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR Ibnu Majah)

Beberapa contoh karya-karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah sebagai berikut:

1) Buku dan program computer

2) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan

3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

4) Ciptaan lagu atau music tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman suara

5) Drama, tari, pewayangan, dan pantomime

6) Karya pertunjukan

7) Karya berupa siaran

8) Seni rupa, dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan

9) Arsitektur

10) Peta

11) Seni batik

12) Sinematografi

13) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya-karya lainnya dari hasil perwujudan cipta dan karya.

Page 6: Linda

Hak-hak yang terkait dengan pemegang hak cipta:

a) Hak ekonomi

Hak ekonomi merupakan suatu hak untuk mengambil keuntungan dari kegiatan ekonomi atas suatu karya yang dihasilkan. Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman dalam Q.S.An-Nisa ayat 29 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”.

b) Hak moral

Hak moral adalah :

1. Hak untuk diakui karyanya yaitu hak pencipta untuk dicantumkan namanya atas karyanya, guna mencegah orang lain mengaku sebagai penciptanya.

2. Hak untuk keutuhan; yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpanan hasil karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang bisa menurunkan kualitas dari karya tersebut.

Sanksi pelanggaran hak cipta sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2002 yang dibuat pemerintah:

a) Mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu penjara maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda maksimal Rp.100.000.000,00

b) Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta kepada umum; penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp.50.000.000,00. Tentang sanksi pelanggaran hak cipta, Allah berfirman dalam Q.S.Al-Baqarah:188 Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S.Al-Baqarah:188)

Page 7: Linda

C. PENERAPAN SIKAP DAN PERILAKU MENGHARGAI KARYA ORANG

Untuk menunjukkan menghargai karya orang lain dapat dimanifestasikan dalam bentuk ungkapan, pernyataan tertulis, sikap, penghargaan dan perbuatan.Islam mengajarkan supaya saling menghargai antar sesama, saling menunjukkan sikap dan sifat yang baik.

Menghargai karya orang lain dalam bentuk ungkapan, misalnya dengan sanjungan dan statemen tentang karyanya. Sanjungan dan statemennya harus sesuai dengan realita.Tidak boleh berdusta guna menjilat atau mencari muka.Hal yang demikian termasuk perilaku yang tercela.

Dalam bentuk pernyataan tertulis juga dapat digunakan untuk menghargai karya orang lain, misalnya berupa piagam penghargaan, sertifikat, fandel atau sejenisnya. Sikap seseorang juga dapat digunakan dalam menghargai karya orang lain, misalnya menunjukkan muka yang manis dan menyapa bila berjumpa dengan orang yang berkarya.

Penghargaan terhadap karya orang lain dapat juga dilakukan dengan memberikan hadiah, misalnya hadiah umrah, haji, rumah, kendaraan dan lain-lain. Menghargai karya orang lain juga dapat diwujudkan dengan perbuatan yaitu dengan memberi selamat kepada yang berkarya.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam rangka menghargai karya orang lain dapat dilakukan dengan memberikan apresiasi kepada orang yang berkarya secara objektif tanpa pandang bulu dan tidak mencelanya seandainya karyanya kurang berkualitas.

Upaya menghargai karya cipta orang lain dapat dilatih melalui pembiasaan sikap dan perilaku, antara lain sebagai berikut:

1. Membeli produk dari tempat atau agen yang resmi untuk menghindari pembelian barang illegal atau hasil bajakan,

2. Menghormati atau menghargai hasil karya orang lain merupakan bagian dari menghormati hak-hak orang lain dan merupakan sebuah kebaikan,

3. Penghargaan terhadap suatu hasil karya merupakan salah satu upaya dalam membina keserasian hidup sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan saling menghargai

.

Page 8: Linda

B. SARAN

Sebagai umat muslim yang baik, sebaiknya kita harus menjaga silaturahmi antar sesama, salah satu cara untuk menjalin dan menjaga silaturahmi antar sesame umat manusia adalah dengan cara menghargai karya orang lain meskipun karya tersebut tidak sebaik menurut kita.

Page 9: Linda

B. Menghargai Karya Orang Lain

1. Pengertian

Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatau sampai menghasilkan sesuatu

yang menimbulkan kegunaan atau manfaat dan berarti bagi semua orang. Karya tersebut dapat

berupa benda, jasa atau hal yang lainnya. Menghargai karya orang lain berarti menghargai dan

menghormati suatu hasil atau buah dari pemikiran seseorang yang mempunyai kegunaan dan

manfaat dan berarti bagi semua orang.

2. Dasar dogmatik (Al Quran dan Hadits) berkaitan dengan menghargai karya orang lain. Artinya :

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang selalu memberi manfaat kepada manusia lain.” (HR

Muttafaqun Alaih). Hadits nabi Muhammad SAW yang artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bekerj dan menekuni pekerjaanya.” (HR Baihaqi). Artinya : “Senyummu di

hadapan saudaramu adalah sedekah” (HR Asy Syaikhan). “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan

permusuhan. Bertakwalah kepada ALLAH, sungguh ALLAH sangat berat siksa-Nya.” (QS al-Ma’idah

[5]: 2).

3. Urgensi atau kepentingan menghargai karya orang lain.

Dalam menghasilkan sebuah karya, seseorang harus melalui proses-proses tertentu yang tidak

mudah. Karena itulah kita patut memberikan penghargaan terhadap orang tersebut.

Penghargaan yang baik ini akan mendorong orang tersebut untuk terus berkarya Demikian halnya

dengan diri kita akan terpacu untuk dapat menghasilkan sesuatu karya yang bermanfaat. Jika hal itu

terjadi maka akan ada semangat dan kompetisi yang sehat dalam hal menghasilkan karya yang

bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.

4. Perilaku yang menunjukan bentuk penghargaan dan pengabaian terhadap karya orang lain.

Perilaku yang menunjukan bentuk penghargaan dapat dilakukan dengan cara menggunakan karya

tersebut dengan baik dan mengakui bahwa hasil karya tersebut adalah buatan si penemu, tidak

merusak, tidak meniru, tidak memalsukan karya orang lain, menghindari perasaan dengki atas

prestasi orang lain, dan meneladani prestasi yang telah dicapai.

Kalaupun kurang menyukai karyanya, kita tidak perlu melecehkan karya tersebut, tetapi

menghargainya sebagai karya intelektual. Demikian juga sebaliknya, jika menyukai karyanya, tidak

berarti kita dapat berbuat sesuka hati dengan karya tersebut. Contoh: melakukan perbuatan seperti

menyontek, menjiplak, mengkopi, memperbanyak suatu karya tanpa izin dari si penemu termasuk

sikap yang tidak tepat. Kita boleh manggandakan hasil karya orang lain tersebut, asalakan sudah

mendapatkan izin dari si penemunya.

Beberapa contoh sikap menghargai karya orang lain:

a. Memberi komentar positif terhadap karya sesama

b. Tidak memberi komentar negatif tehadap karya orang lain walupun karyanya belum bagus

Page 10: Linda

c. Memberi masukan atau kritik membangun jika memandang karya tersebut perlu diperbaiki

d. Jika memang karya itu bagus, akui secara jujur dan jika perlu, kita bisa meniru dan

mencontohnya.

e. Tidak diam saja melihat karya orang lain, apalagi disertai dengan wajah yang kurang senang

5. Bahaya mengabaikan karya orang lain (tidak menghargai orang lain).

i.Membahayakan Keimanan

Tidak menghargai karya orang lain menunjukan sikap mental yang tidak sehat. Sikap tersebut akan

dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga suuzan pada orang lain. Hal ini tentu saja

berbahaya bagi keimanan kita kepada-Nya.

ii.Membahayakan Ahklak

Seseorang yang terbelit oleh perasaan tamak dan tidak peduli lagi dengan hasil karya orang lain

akan terdorong untuk melakukan tindak pelanggaran dan kejahatan, seperti pembajakan hak cipt,

pembunuhan karakter, dan beragam kejahatan lainnya. Sikap tamak dan tiadanya rasa

penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menhalalkan segala cara untuk memenuhi

kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama.

iii.Membahayakan Masyarakat

Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung menjadi satu, lalu

dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri, maka mulailah dampak pada

masyarakat terjadi. Kita dapat dengan jelas melihat hal ini dalam kejahatan pembajakan hasil karya.

Sebuah buku misalnya.

5. Cara menumbuhkan penghargaan terhadap karya orang lain.

Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai

terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun atau al hilmu yang dapat menumbuhkan

sikap menghargai orang di luar dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih terlebih dahulu untuk

mendidik jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun. Seperti contoh, ketika bersama-sama

menghadapi persoalan tertentu, seseorang harus berusaha saling memberi dan menerima saran,

pendapat atau nasehat dari orang lain yang pada awalnya pasti akan terasa sulit. Sikap dan perilaku

ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah mapu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan

dan pengasahan rasa empati melaui pendidikan akhlak.

Artinya : “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah” (HR Asy Syaikhan).

Page 11: Linda

Upaya melestarikan serta meneruskan apa yang telah dicapai merupakan bentuk penghargaan kita

kepada karya orang lain. Melestarikannya pun harus dengan cara yang baik misalnya dengan

menjaga, merawat, dan memanfaatkannya secara maksimal. Dengan cara ini maka karya tersebut

nantinya tetap dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain, termasuk untuk anak cucu kita.

Sebagai mahluk sosial, setiap pribadi seharusnya memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Agama

Islam mengajarkan kepada kita untuk saling menolong.

Demikian sebagaimana ditegaskan dalam ayat yang artinya:

“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-

menolonglah dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada ALLAH, sungguh ALLAH

sangat berat siksa-Nya.” (QS al-Ma’idah [5]: 2).

Pada akhir-akhir ini sering terjadi pelanggaran terhadap hak cipta dalam bidang ilmu, seni, dan

sastra (intelectual property). Pelanggaran pada hak cipta terutama yang berupa pembajakan buku-

buku, kaset-kaset yang berisi musik dan lagu, dan film-film dari dalam dan luar negeri, sudah tentu

menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, tidak hanya menimpa kepada para pemegang hak cipta

(pengarang penerbit, pencipta musik/lagu, perusahaan film, dan perusahaan rekaman kaset, dan

lain-lain), melainkan juga negara yang dirugikan, karana tidak memperoleh pajak penghasilan atas

keuntungan yang diperoleh dari pembajak tersebut.

Pembajakan terhadap intelektual property (karya ilmiah, dan lain-lain) dapat mematikan gairah

kreatifitas para pencipta untuk berkarya, yang sangat diperlukan untuk kecerdasan kehidupan

bangsa dan akselerasi pembangunan negara. Demikian pula pembajakan terhadap hak cipta dapat

merusak tatanan sosial, ekonomi dan hukum di negara kita. Karena itu tepat sekali diundangkannya

undang-undang No.6 tahun 1982 tentang hak cipta yang dimaksudkan untuk melindungi hak cipta

dan membangkitkan semangat dan minat yang lebih besar untuk melahirkan ciptaan baru di bidang

ilmu, seni dan sastra.

Namun di dalam pelaksanaan undang-undang tersebut masih banyak terjadi pelanggaran-

pelanggaran terhadap hak cipta. Berdasarkan laporan dari berbagai asosiasi profesi yang berkaitan

erat dengan hak cipta di bidang buku dan penerbitan, musik dan lagu, film dan rekaman video, dan

komputer, bahwa pelanggaran terhadap hak cipta masih tetap berlangsung; bahkan semakin

meluas sehingga sudah mencapai tingkat yang membahayakan dan mengurangi kreativitas untuk

mencipta, serta dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam arti seluas-

luasnya.

Karena itu lahirlah UU No.7 Tahun 1987 tentang hak cipta yang dimaksudkan untuk memperbaiki

dan menyempurnakan materi UU No.6 Tahun 1982 tentang hak cipta agar lebih mampu

memberantas/menangkal pelanggaran-pelanggaran terhadap hak cipta. Di bawah ini sedikit ilustrasi

tentang perbandingan antara UU No.6 /1982 dan UU No.7/19987 tentang hak cipta.

Page 12: Linda

Dengan diklasifikasinya pelanggaran terhadap hak cipta sebagai tindakan pidana biasa, berarti

bahwa tindakan-tindakan negara terhadap para pelanggar hak cipta tidak lagi semata-mata

didasarkan atas pengaduan dari pemegang hak cipta. Tindakan negara akan dilakukan baik atas

pengaduan pemegang hak cipta yang bersangkutan maupun atas dasar laporan/informasi dari pihak

lainnya. Karena itu aparatur penegak hukum diminta untuk bersikap lebih aktif dalam mengatasi

pelanggaran hak cipta itu.

Hak Cipta Menurut Pandangan Islam

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang mewajibkan penyebarluasan ilmu dan ajaran

agama seperti dalam Surat Al-Maidah ayat 67 dan Yusuf ayat 108. Dan di samping itu terdapat pula

beberapa ayat yang melarang (haram), mengutuk dan mengancam dengan azab neraka pada hari

akhirat nanti kepada orang-orang yang menyembunyikan ilmu, ajaran agama, dan

mengkomersialkan agama untuk kepentingan dunia kehidupan duniawi, seperti dalam surat Ali

Imran ayat 187; Al- Baqoroh ayat 159-160; dan ayat 174-175.

Kelima ayat dari surat Ali Imran dan Al-Baqoroh tersebut menurut historisnya memang berkenaan

dengan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani). Namun sesuai dengan kaidah hukum Islam “yang

dijadikan pegangan adalah keumuman lafalnya (redaksi), bukan kekhususan sebabnya.”

Maka peringatan dan ketentuan hukum dari kelima ayat tersebut di atas juga berlaku bagi umat

Islam. Artinya, umat Islam wajib menyampaikan ilmu dan ajaran agama (da’wah Islamiyah) kepada

masyarakat dan haram menyembunyikan ilmu dan ajaran agama, serta mengkomersilkan agama

untuk kepentingan duniawi semata (Vide Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, vol. II/ 51)

Demikian pula terdapat beberapa hadits yang senada dengan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut di atas,

antara lain hadits Nabi riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Hakim dari Abu Hurairah ra.:

“barang siapa ditanyai tentang sesuatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan diberi

pakaian kendali pada mulutnya dari api neraka pada hari kiamat.”

Yang dimaksud dengan ilmu yang wajib dipelajari (fardhu ‘ain) dan wajib pula disebarluaskan ialah

pokok-pokok ajaran Islam tentang akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak. Di luar itu, hukumnya bisa

jadi fardhu kifayah, sunnah atau mubah, tergantung pada urgensinya bagi setiap individu dan umat

(al-Zabidi, Taisirul Wusul ila Jami’ al-Ushul, vol. III, Cairo, Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh,

1934, hlm. 153)

Mengenai hak cipta seperti karya tulis, menurut pandangan Islam tetap pada penulisnya. Sebab

karya tulis itu merupakan hasil usaha yang halal melalui kemampuan berfikir dan menulis, sehingga

karya itu menjadi hak milik pribadi. Karena itu karya tulis itu dilindungi hukum, sehingga bisa

dikenakan sanksi hukuman terhadap siapapun yang berani melanggar hak cipta seseorang.

Misalnya dengan cara pencurian, penyerobotan, penggelapan, pembajakan, plagiat dan

sebagainya.

Page 13: Linda

Islam sangat menghargai karya tulis yang bermanfaat untuk kepentingan agama dan umat, sebab

itu termasuk amal saleh yang pahalanya terus menerus bagi penulisnya, sekalipun ia telah

meninggal, sebagaimana dalam hadits Rasul riwayat Bukhari dan lain-lain dari Abu Hurairah ra.:

“apabila manusia telah meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah

(wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan dia.”

Karena hak cipta itu merupakan hak milik pribadi, maka agama melarang orang yang tidak berhak

(bukan pemilik hak cipta) memfotokopi, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk bisnis.

Demikian pula menterjemahkannya ke dalam bahasa lain dan sebagainya, juga dilarang, kecuali

dengan izin penulisnya atau penerbit yang diberi hak untuk menerbitkannya.

Perbuatan menfotokopi, mencetak, menterjemahkan, membaca dan sebagainya terhadap karya tulis

seseorang tanpa izin penulis sebagai pemilik hak cipta atau ahli warisnya yang sah atau penerbit

yang diberi wewenang oleh penulisnya, adalah perbuatan tidak etis yang dilarang oleh Islam. Sebab

perbuatan semacam itu bisa termasuk kategori ‘pencurian’ kalau dilakukan dengan sembunyi-

sembunyi dan diambil dari tempat penyimpanan karya tulis itu; atau disebut ‘perampasan/

perampokan’ kalau dilakukan dengan terang-terangan dan kekerasan; atau ‘pencopetan’ kalau

dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan di luar tempat penyimpanannya yang semestinya; atau

‘penggelapan/khianat’ kalau dilakukan dengan melanggar amanat/perjanjiannya, misalnya, penerbit

mencetak 10.000 eksemplar padahal menurut perjanjian hanya mencetak 5.000 eksemplar, atau

ghasab kalau dilakukan dengan cara dan motif selain tersebut di atas.

Adapun dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan dasar melarang pelanggaran hak cipta dengan

perbuatan-perbuatan tersebut di atas antara lain:

1. al-Qur’an Surat Al-Baqoroh:188 “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil….”

2. Hadits Nabi riwayat Daruqutni dari Anas (hadits marfu’) : “tidak halal harta milik seorang muslim

kecuali dengan kerelaan hatinya.”

3. Hadits Nabi:

“Nabi bertanya, ‘apakah kamu tahu siapakah orang yang bangkrut (muflis, Arab) itu?’ jawab mereka

(sahabat): ‘orang yang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak punya uang dan

barang sama sekali’. Kemudian Nabi bersabda: ‘sebenarnya orang bangkrut (bangkrut amalnya)

dari umatku itu ialah orang yang pada hari kiamat nanti membawa berbagai amalan yang baik,

seperti shalat, puasa dan zakat. Ia juga membawa berbagai amalan yang jelek, seperti memaki-

maki, menuduh-nuduh, memakan harta orang lain, membunuh dan memukul orang. Lalu amalan-

Page 14: Linda

amalan baiknya diberikan kepada orang-orang yang pernah dizalimi/dirugikan dan jika hal ini belum

cukup memadai, maka amalan-amalan jelek dari mereka yang pernah dizalimi itu ditransfer kepada

si zalim itu, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka’.”

Ayat dan kedua hadits di atas mengingatkan umat Islam agar tidak memakai/menggunakan hak

orang lain, dan tidak pula memakan harta orang lain, kecuali dengan persetujuannya. Pelanggaran

terhadap hak orang lain termasuk hak cipta juga bisa termasuk ke dalam kategori muflis, yakni

orang yang bangkrut amalnya nanti di akhirat.

Islam menghormati hak milik pribadi, tetapi hak milik pribadi itu bersifat sosial, karena hak milik

pribadi pada hakikatnya adalah hak milik Allah yang diamanatkan kepada orang yang kebetulan

memilikinya. Karenanya, karya tulis itu pun harus bisa dimanfaatkan oleh umat, tidak boleh dirusak,

dibakar atau disembunyikan oleh penulisnya.

Penulis atau penerbit tidak dilarang oleh agama mencamtumkan “dilarang mengutip dan/atau

memperbanyak dalam bentuk apapun bila tidak ada izin tertulis dari penulis/penerbit”, sebab

pernyataan tersebut dilakukan hanya bertujuan untuk melindungi hak ciptanya dari usaha

pembajakan, plagiat dan sebagainya yang menurut peraturan perundang-undangan di negeri kita

juga dilindungi (vide UU No. Tahun 1982 jo UU NO.7 Tahun 1987 tentang hak cipta). Jadi,

pernyataan tersebut jelas bukan bermaksud untuk menyembunyikan ilmunya, sebab siapapun dapat

memperbanyak, mencetak dan sebagainya setelah mendapat izin atau mengadakan perjanjian

dengan penulis/ahli waris atau penerbitnya.

Menghormati dan menghargai karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang derajat, status,

warna kulit, atau pekerjaan orang tersebut karena hasil karya merupakan pencerminan pribadi

seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatau sampai menghasilkan sesuatu

yang menimbulkan kegunaan atau manfaat dan berarti bagi semua orang. Karya tersebut dapat

berupa benda, jasa atau hal yang lainnya

Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai

terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun atau al hilmu yang dapat menumbuhkan

sikap menghargai orang di luar dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih terlebih dahulu untuk

mendidik jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun. Seperti contoh, ketika bersama-sama

menghadapi persoalan tertentu, seseorang harus berusaha saling memberi dan menerima saran,

pendapat atau nasehat dari orang lain yang pada awalnya pasti akan terasa sulit. Sikap dan perilaku

ini akan terwujud bila pribadi seseorang telah mapu menekan ego pribadinya melalui pembiasaan

dan pengasahan rasa empati melaui pendidikan akhlak.

Kita tidak dapat mengingkari bahwa keberhasilan seseorang tidak dicapai dengan mudah dan santai

tapi dengan perjuangan yang gigih, ulet, rajin dan tekun serta dengan resiko yang menyertainya.

Oleh karena itu, kita patut memberikan penghargaan atas jerih payah tersebut. Isyarat mengenai

keharusan seseorang bersungguh-sungguh dalam berkarya dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai

Page 15: Linda

berikut.

Artinya : “…Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh kerjaan yang lain.” (QS Al Insyirah : 5-7)

Cara yang bisa diwujudkan untuk menghargai hasil karya orang lain adalah dengan tidak mencela

hasil karya orang tersebut meskipun hasil karya itu menurut kita jelek. Memberikan penghargaan

terhadap hasil karya orang lain sama dengan menghargai penciptanya sebagai manusia yang ingin

dan harus dihargai. Bisa menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang luhur dan mulia

yang menggambarkan keadilan seseorang karena mampu menghargai hasil karya yang merupakan

saksi hidup dan bagian dari diri orang lain tanpa melihat, kedudukan , derajat, martabat, status,

warna kulit dan pekerjaan orang tersebut.

Perintah untuk berbuat baik kepada orang lain dapat diwujudkan dengan menghargai dan

mensyukuri karyanya, baik dirasakan secara langsung atau tidak. Karena pada hakekatnya

mensyukuri manusia dalam waktu yang sama adalah mensyukuri Allah Swt., sebab karya yang ada

pada manusia adalah titipan Allah Swt. dengan kata lain, kebaikan yang ada pada manusia

bersumber dari kebaikan Ilahi, berarti bila kita tidak bersyukur kepada manusia, sama artinya tidak

bersyukur kepada Allah Swt. Rasul Saw. bersabda: “Man lam yasykurinnas lam yasy kurillah” (Siapa

yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah). Dan itu

sedikit orang yang melakukan. Maha Benar Allah Swt. yang telah berfirman sedikit sekali hambaku

yang bersyukur”. (QS. 34 : 13).

Hal demikian bisa terjadi karena beberapa faktor:

Pertama : Memandang bahwa kebaikan itu bersumber dari pelaku itu sendiri, sehingga dapat

menimbulkan iri hati, dengki dan ingin menggusur nikmat yang ada pada orang lain atau paling tidak

nikmat itu pindah kepadanya. Dan ini adalah tingkatan dengki yang terkecil, sedangkan tingkatan

dengki yang paling besar adalah hilangnya jasa, kebaikan yang ada pada orang lain walaupun

sama-sama tidak mendapat.

Kedua : Selalu melihat ke atas. Dalam urusan duniawi kita tidak dianjurkan untuk selalu melihat ke

atas, tapi sebaliknya kita dianjurkan melihat ke belakang dan melihat ke bawah. Dalam konteks

pemekaran Kabupaten Batu Bara para pemekar telah banyak berjasa dalam membantu masyarakat

untuk keluar dari berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, khususnya masalah

perekonomian rakyat. Sehingga berbondong-bondong para pengusaha memberikan bantuan

dengan tujuan agar mereka dikenal rakyat, pada akhirnya rakyat akan memilih mereka.

Walaupun tanpa disadari bahwa rakyat telah digiring untuk selalu melihat ke atas dalam hal

Page 16: Linda

keduniaan. Kondisi tersebut harus diwaspadai, sebab akan membuat rakyat sellau bangga dengan

materi yang telah didapat dari orang tua, tanpa melihat seberapa besar kontribusi orang yang

membantunya dalam peningkatan amal ibadah. Jika pertolongan dengan materi itu dibiarkan

merajalela, maka akan memasyarakatlah opini “Balas Budi”. Bukan “Balas Ikhlas”. Balas budi

adalah suatu kondisi di mana pemberian keinginan itu harus dibalas dengan keinginan orang yang

memberi.

Sifat ini telah dijelaskan oleh Allah SWT. dalam Al Qur’an surat al-Baqarah ayat 264 : “Hai orang-

orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-

nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena

ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka perumpamaan

orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu

menjadi dia bersih (tidak bertanah) mereka tidak menguasai sesuatu pun demi apa yang mereka

usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

C. Penutup

Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa menghargai karya orang lain merupakan sikap

yang perlu kita biasakan. Demikian juga dengan hasil karya yang kita buat, kita beri kesempatan

kepada orang lain agar dapat memanfaatkan karya kita tersebut. Dengan demikian maka akan

tercipta kerjasama yang baik diantara kita. Kerjasama dengan semangat saling menghormati

terhadap sesama.

Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang selalu memberi manfaat kepada manusia lain.”

(HR Muttafaqun Alaih)