limnologi

15
1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah rantai makanan terdapat komponen yang menyusunnya yang saling berkaitan antara satu komponen satu dengan komponen lainnya. Adapun komponen – komponen penyusun rantai makanan antara lain, produsen, konsumen, dan dekomposer. Pembagian ini berdasarkan aliran energi yang ada pada tiap komponen tersebut. Rantai makanan terdapat di seluruh ekosistem baik di darat maupun di perairan. Di dalam ekosistem perairan tawar terdapat dua macam tipe ekosistem yakni ekosistem air tawar lotic yang meliputi danau, rawa, dan bendungan serta ekosistem air tawar lentic contohnya adalah sungai. Dalam dua ekosistem ini, terdapat rantai makanan dimana organisme antara satu ekosistem badan air dengan ekosistem badan air lainnya berbeda. Perbedaan ini diakibatkan oleh berbedanya lingkungan pada organisme tersebut. Salah satu komponen yang mendasar dalam sebuah ekosistem adalah detritus dan dekomposer. Menurut Arifin (2010), Detritus adalah hasil dari penguraian sampah atau tumbuhan dan binatang yang telah mati. Selain itu detritus merupakan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan. Detritus juga didefenisikan bahan organik yang tidak hidup, seperti feses, daun yang gugur, dan bangkai organisme mati, 1

Upload: andik-kurniawan

Post on 28-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Linnologi

TRANSCRIPT

Page 1: Limnologi

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sebuah rantai makanan terdapat komponen yang menyusunnya

yang saling berkaitan antara satu komponen satu dengan komponen lainnya.

Adapun komponen – komponen penyusun rantai makanan antara lain, produsen,

konsumen, dan dekomposer. Pembagian ini berdasarkan aliran energi yang ada

pada tiap komponen tersebut. Rantai makanan terdapat di seluruh ekosistem baik

di darat maupun di perairan.

Di dalam ekosistem perairan tawar terdapat dua macam tipe ekosistem

yakni ekosistem air tawar lotic yang meliputi danau, rawa, dan bendungan serta

ekosistem air tawar lentic contohnya adalah sungai. Dalam dua ekosistem ini,

terdapat rantai makanan dimana organisme antara satu ekosistem badan air

dengan ekosistem badan air lainnya berbeda. Perbedaan ini diakibatkan oleh

berbedanya lingkungan pada organisme tersebut. Salah satu komponen yang

mendasar dalam sebuah ekosistem adalah detritus dan dekomposer.

Menurut Arifin (2010), Detritus adalah hasil dari penguraian sampah

atau tumbuhan dan binatang yang telah mati. Selain itu detritus merupakan

hancuran jaringan hewan atau tumbuhan. Detritus juga didefenisikan bahan

organik yang tidak hidup, seperti feses, daun yang gugur, dan bangkai organisme

mati, dari semua tingkat trofik. Sedangkan decomposer menurut Hayat (2013)

adalah organisme yang mengurai atau memecah organisme yang sudah mati,

proses penguraian yang dilakukannya disebut dekomposisi. Decomposer ini dapat

berupa mikroorganisme maupun makroorganisme dimana mereka menguraikan

bahan – bahan anorganik menjadi organic.

Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa detritus dan

decomposer dalam hal ini adalah mikroorganisme saprofit memiliki beberapa

peranan dalam sebuah ekosistem khususnya pada ekosistem perairan tawar.

Sehingga kami mengangkat judul “Macam dan Peranan Detritus serta

Mikroorganisme Saprofit pada Ekosistem Air Tawar”.

1

Page 2: Limnologi

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui rantai detritus pada ekosistem air tawar

2. Untuk mengetahui macam – macam mikroorganisme saprofit pada

ekosistem air tawar

3. Untuk mengetahui peranan mikroorganisme saprofit apada ekosistem

air tawar

2

Page 3: Limnologi

2. PEMBAHASAN

2.1. Ekosistem Danau

Menurut Anonymous (2012), danau merupakan suatu badan air yang

menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter

persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya

matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi

fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari

disebut daerah afotik.

Menurut Karmana (2007), di danau terdapat pembagian daerah

berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Pembagian daerah tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Zona litoral adalah daerah perairan yang dangkal dengan penetrasi cahaya

sampai dasar.

2. Zona limnetik adalah daerah terbuka sampai kedalaman yang dicapai oleh

penetrasi cahaya efektif. Pada daerah ini kecepatan fotosintesis seimbang

dengan respirasi.

3. Zona profundal adalah bagian dasar dan daerah air dalam, yang tidak

tercapai oleh penetrasi cahaya efektif.

Gambar 2.1 Ekosistem Danau

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada daerah benthic terdapat

komunitas detritus dan decomposer baik makroorganisme maupun mikroorganime

yang bersifat saprofit.

3

Page 4: Limnologi

Pada ekosistem danau, detritus dapat berasal dari plankton maupun

tanaman air serta hewan air yang telah mati dan mengendap di dasar pengairan.

Menurut Asmoro (2011), aktivitas manusia seperti pembuangan sisa-sisa pupuk

buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan

buangan sejumlah nitrogen dan fosfor mengakibatkan pertumbuhan alga akan

cepat dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi detritus. Contoh dari

beberapa plankton yang menjadi sumber detritus antara lain dari genus Anabaena,

Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula dan Tabellaria. Menurut Maulana

(2012), detritus ini akan mengembalikan senyawa – senyawa organic kembali ke

tanah menjadi senyawa – senyawa anorganik sehingga dapat dimanfaatkan

kembali oleh organisme autotrof.

Menurut Fardiaz (1992), mikroorganisme yang terdapat di dalam air

berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup

atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan

organic lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama

hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang cocok. Jumlah dan jenis

mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air

atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata

air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.

Pada danau, mikroorganisme ada yang bersifat autotrof maupun

heterotrof. Mikroorganisme heterotrof biasanya merombak bahan – bahan organic

dari sisa – sisa makhluk hidup lainnya menjadi bahan – bahan anorganikatau yang

disebut dengan saprofit. Kebanyakan mikroorganisme saprofit berupa bakteri atau

jamur yang berada di daerah benthic. Pada perairan tergenang seperti danau

memiliki jenis mikroorganisme saprofit yang bervariasi karena faktor yang

menyebabkan adanya mikroorganisme saprofit ini. Menurut Fardiaz (1992), air

yang mengandung tanaman mati atau bangkai hewan biasanya mengandung

bakteri kolioform yang tergolong Enterobacter, sedangkan adanya sampah

organic yang mengumpul pada dasar tabung sering menyebabkan pertumbuhan

bakteri anaerobic seperti desulfovibrio dan Clostridium. Air yang banyak

mengandung tanah sering terdapat mikroorganisme saprofit tanah seperti

4

Page 5: Limnologi

Spirilium, Vibrio, Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira,

Sphaerotilus, khamir, kapang, dan ganggang.

2.2. Ekosistem Rawa

Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang

penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh

tumbuhan (vegetasi). Secara umum, pemanfaatan rawa lebak masih terbatas dan

hanya bersifat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan masih tertinggal jika

dibandingkan dengan agroekosistem lain, seperti lahan kering atau lahan irigasi.

Pada rawa terdapat juga detritus dan mikroorganisme saprofit. Detritus memiliki

kontribusi yang tinggi karena detritus merupakan materi yang melimpah di

dataran banjir yang berasal dari daratan dan hulu sungai. Bahan baku untuk

detritus organik di perairan lotic adalah : tanaman allochthonous sampah dari

vegetasi riparian dalam bentuk daun dan kayu ; bahan mati dari tumbuhan air dan

bryophytes , ganggang mati dan fitoplankton ; zooplankton mati, invertebrata dan

vertebrata lainnya , kotoran hewan hidup.

Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.

Misalnya jamur dan bakteri. Peran dekomposer ditempati oleh organisme yang

bersifat saprofit, yaitu bakteri pengurai dan jamur saproba. Keberadaan

dekomposer sangat penting dalam ekosistem. Oleh dekomposer, hewan atau

tumbuhan yang mati akan diuraikan dan dikembalikan ke tanah menjadi unsur

hara (zat anorganik) yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Aktivitas

pengurai juga menghasilkan gas karbondioksida yang penting bagi fotosintesis.

Mikroorganisme saprofit pada daerah rawa diantaranya adalah :

1. Diatomeae atau Bacillariophyta adalah jasad renik bersel satu yang masih

dekat dengan Flagellatae. Beberapa jenis Diatomeae tidak mempunyai zat

warna dan hidup sebagai saprofit. Diatomeae hidup dalam air tawar maupun

dalam air laut, tetapi juga di atas tanah-tanah basah, terpisah-pisah atau

membentuk koloni. Diatomeae dibagi menjadi 2 bangsa yaitu Centrales dan

Pennales.

2. Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat tempat

kritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri yang

5

Page 6: Limnologi

hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat

yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut.

Menurut para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok

utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim

(termoasidofil).

3. Bakteri Thiobacillus ferrooxidans adalah Bakteri gram negatif aerobik

khemolitotrofik Bakteri berbentuk batang. Merupakan bakteri saprofit, yaitu

bakteri yang hidupnya dari sisa-sisa organisme mati atau sampah,

Thiobacillus adalah warna, dengan kutub flagella bakteri. Mereka memiliki

sebuah besi oxida, yang memungkinkan mereka untuk memetabolisme ion

besi. Thiobacillus ferrooxidans adalah bakteri di udara. bakteri thermophilic,

memilih dari suhu 45-50 derajat Celcius. Selain itu, dan bakter acidophilic,

memilih sebuah pH dari 1,5 menjadi 2,5. Beberapa spesies, namun hanya

tumbuh dalam pH netral.

2.3. Ekosistem Sungai

Menurut Effendi (2003), Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan

relative kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat

dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan lotik seperti

sungai terdapat detritus serta mikroorganisme saprofit. Menurut Waluyo (2009),

mikroorganisme merupakan bagian komponen biologis, dimana komposisi dan

ukurannya tergantung dari kondisi fisik dan kimiawi. Bakteri dan fungi

berdistribusi hampir pada semua air. Distribusi mikroorganisme dalam air

merupakan hasil dari interaksi semua faktor biotik dan faktor abiotik. Tipe air

seperti sungai, danau, dan laut juga mempengaruhi distribusi dari bakteri dan

fungi.

Bakteri saprofit adalah bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-

sisa organisme atau produk organisme lain. Sisa-sisa organisme, misalnya daun

yang gugur dan kotoran hewan, sedangkan produk organisme, misalnya susu dan

daging. Sisa organisme atau produk organisme yang mengandung bakteri akan

mengalami proses penguraian. Bakteri saprofit merupakan salah satu organisme

pengurai (dekomposer) di alam termasuk di perairan mengalir seperti sungai.

6

Page 7: Limnologi

Contoh bakteri saprofit pada sungai adalah Escherichia coli. Hanya sedikit bakteri

yang ditemukan dalam mata air, karena nutriennya sedikit. Jumlah total bakteri

berkisar dari ratusan hingga ribuan per mililiter dan jumlah saprofit umumnya

antara 10 sampai beberapa ribu. Hal ini karena mata air mengandung konsentrasi

nutrien yang rendah, dan biasanya terdapat bakteri yang sangat kecil berbentuk

kokus dan batang pendek bila dilihat dengan mikroskop cahaya. Jumlah bakteri

saprofit di sungai dan mata air tergantung dari musim. Pada musim panas dan

musim dingin akan memiliki jumlah yang berbeda dan mengalami fluktuasi.

Jumlah bakteri tertinggi pernah dihitung selama musim dingin dengan keadaan

temperatur rendah dengan nutrisi yang didapatkan dari limbah. Jumlah yeast di

sungai meningkat karena limbah yang dibuang ke sungai cukup besar. Pada arus

air yang jernih yeast jarang ditemukan. Spora-spora jamur tingkat tinggi secara

melimpah berada di sungai dan merupakan bagian penting dari peningkatan

limbah. Sedangkan komposisi populasi fungi tingkat rendah tergantung dari

jumlah bahan organik yang masuk. 

Pada sungai juga terdapat detritus sama seperti perairan tawar lainnya.

Detritus adalah hasil dari penguraian sampah atau tumbuhan dan binatang yang

telah mati. Selain itu detritus merupakan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan.

Detritus juga didefenisikan bahan organik yang tidak hidup, seperti feses, daun

yang gugur, dan bangkai organisme mati, dari semua tingkat trofik (Campbell et

al., 2005). Dalam biologi, detritus adalah non-hidup partikulat bahan organic

(sebagai lawan dari bahan organic terlarut), ini biasanya meliputi badan atau

fragmen dari organisme mati serta feses. Detritus biasanya dimanfaatkan oleh

komunitas mikroorganisme yang bertindak untuk membusuk (atau remineralize)

bahan tersebut. Detritus ekosistem perairan adalah bahan organik yang tersuspensi

dalam air. Dalam ekosistem perairan, sebagian besar detritus tersuspensi dalam

air, dan secara bertahap mengendap. Secara khusus, berbagai jenis bahan yang

dikumpulkan bersama oleh arus, dan banyak bahan berdiam di daerah yang

mengalir perlahan.

7

Page 8: Limnologi

2.4. Ekosistem Waduk

Menurut Samadi (2007), danau buatan (waduk) adalah danau yang

sengaja dibuat oleh manusia untuk menunjang keperluan dan tujuan – tujuan.

Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik

tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Menurut Mikrujjudi, et al. (2007),

waduk dibuat dengan membendung air sungai di daerah yang memiliki cekungan

yang luas. Pembendungan sungai biasanya dilakukan di tempat penyempitan air

sungai. Pada ekosistem waduk terdapat hubungan antar komunitas sama seperti

yang terdapat pada ekosistem danau. Salah satunya ketersediaan detritus pada

waduk yang sama seperti ekosistem danau, dimana salah sumber detritus sama

seperti yang terdapat pada danau, yang membedakan adalah terdapat detritus yang

dibawa oleh aliran sungai dan akhirnya mengendap pada waduk. Detritus dapat

berasal dari plankton maupun tanaman air serta hewan air yang telah mati dan

mengendap di dasar pengairan. Contoh dari beberapa plankton yang menjadi

sumber detritus antara lain dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema,

Diatoma, Navicula dan Tabellaria. Menurut Maulana (2012), detritus ini akan

mengembalikan senyawa – senyawa organic kembali ke tanah menjadi senyawa –

senyawa anorganik sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme

autotrof.

Pada waduk juga terdapat mikroorganisme saprofit yang memiliki

peran mendekomposisi bahan organic yang terdapat di perairan. Kebanyakan

mikroorganisme saprofit berupa bakteri atau jamur yang berada di daerah benthic.

Pada perairan tergenang seperti waduk memiliki jenis mikroorganisme saprofit

yang bervariasi karena faktor yang menyebabkan adanya mikroorganisme saprofit

ini. Menurut Fardiaz (1992), air yang mengandung tanaman mati atau bangkai

hewan biasanya mengandung bakteri kolioform yang tergolong Enterobacter,

sedangkan adanya sampah organic yang mengumpul pada dasar tabung sering

menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerobic seperti desulfovibrio dan

Clostridium. Air yang banyak mengandung tanah sering terdapat mikroorganisme

saprofit tanah seperti Spirilium, Vibrio, Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium,

Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir, kapang, dan ganggang.

8

Page 9: Limnologi

3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang diperoleh

yakni sebagai berikut:

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari

beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Pada ekosistem danau, detritus dapat berasal dari plankton maupun tanaman

air serta hewan air yang telah mati dan mengendap di dasar pengairan.

Contoh dari beberapa plankton yang menjadi sumber detritus antara lain

dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula dan

Tabellaria.

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air

tersebut. Contoh mikroorganisme pada danau antara lain Spirilium, Vibrio,

Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus,

khamir, kapang, dan ganggang.

Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang

penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi

oleh tumbuhan (vegetasi).

Bahan baku untuk detritus organik di perairan lotic adalah : tanaman

allochthonous sampah dari vegetasi riparian dalam bentuk daun dan kayu ;

bahan mati dari tumbuhan air dan bryophytes , ganggang mati dan

fitoplankton ; zooplankton mati, invertebrata dan vertebrata lainnya ,

kotoran hewan hidup.

Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya

jamur dan bakteri. Peran dekomposer ditempati oleh organisme yang

bersifat saprofit, yaitu bakteri pengurai dan jamur saproba.

Mikroorganisme saprofit pada daerah rawa diantaranya Diatomeae atau

Bacillariophyta, Archaebacteria, Thiobacillus ferrooxidans.

Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relative kencang, dengan

kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh

waktu, iklim, dan pola drainase

9

Page 10: Limnologi

Bahan pembentuk detritus pada sungai antara lain feses, daun yang gugur,

dan bangkai organisme mati, dari semua tingkat trofik. Sedangkan contoh

bakteri saprofit pada sungai adalah Escherichia coli.

Danau buatan (waduk) adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia

untuk menunjang keperluan dan tujuan – tujuan.

Contoh dari beberapa plankton yang menjadi sumber detritus pada waduk

antara lain dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula

dan Tabellaria.

Contoh mikroorganisme pada waduk antara lain Spirilium, Vibrio, Sarcina,

Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir,

kapang, dan ganggang.

10