limfoma maligna
TRANSCRIPT
![Page 1: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/1.jpg)
LIMFOMA MALIGNA
I. PENDAHULUAN
Keganasan sel limfoid bervariasi dari keganasan yang ringan sampai yang
paling agresif. Kanker ini muncul dari sel pada sistem imun dengan stage
diferensiasi yang berbeda, menghasilkan variasi morfologi, imunologi, dan gejala
klinis yang sangat luas. Beberapa keganasan sel limfoid hampir selalu muncul
sebagai leukemia (terdapat keterlibatan primer sumsum tulang dan darah),
sementara yang lainnya hampir selalu muncul sebagai limfoma (tumor solid pada
sistem imun). Meski demikian, keganasan sel limfoid lain dapat muncul baik
sebagai leukemia atau limfoma. Sebagai tambahan, pola klinis pun dapat berubah
seiring perjalanan penyakit. Perubahan tersebut sering terlihat pada pasien yang
tampaknya menderita limfoma, dan kemudian mengalami manifestasi leukemia
dalam perjalanan penyakitnya.
Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang
muncul dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai
dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid. Di negara maju,
limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada. Akan
tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini
merupakan terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara, dan kulit.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR LIMFE
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.
Sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe,
yang merembes dalam ruang-ruang jaringan. Hampir seluruh jaringan tubuh
1
![Page 2: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/2.jpg)
mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung
dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian antara lain bagian permukaan kulit,
sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu
sangat besar di dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe
dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam
beberapa saluran limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup.
Pembuluh limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan
halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam
jaringan berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus)
dijumpai dalam vili usus kecil.
2
![Page 3: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/3.jpg)
Kelenjar limfe atau limfonodi
Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di
tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat di
dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.
Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran cembung dan yang
cekung. Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri dari
jaringan fibrous, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Di sebelah luar, jaringan
limfe terbungkus oleh kapsul fibrous. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan
otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk
sekat-sekat. Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung
banyak sel darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung
dan menuangkan isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan
benda-benda kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat di dalam
kelenjar dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe eferen
yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar
kelenjar melalui hilum.
3
![Page 4: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/4.jpg)
Saluran limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang
saluran kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau
sisterna khili di depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui
abdomen dan thorax menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis,
kemudian bersatu dengan vena-vena besar di sebelah bawah kiri leher dan
menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh,
kecuali dari bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang
saluran kanan). Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan
mengumpulkan limfe dari sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan
dada sebelah kanan, dan menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di
sebelah bawah kanan leher. Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan
kelenjar dapat meradang, yang tampak pada pembengkakan kelenjar yang
sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari kaki terkena
infeksi.
III. ETIOLOGI
Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya
tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang
ditemukan pada limfoma Burkitt. Adanya peningkatan insidens penderita limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin pada kelompok penderita AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori
yang menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan
tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar
limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum tulang dan
jaringan lain.
4
![Page 5: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/5.jpg)
IV. KLASIFIKASI
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit
Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang
mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi
dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.
IV.1. LIMFOMA NON HODGKIN
Limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan jaringan limfoid yang
bersifat padat yang merupakan penyakit heterogen tergantung dari gambaran
klinik dan respon terhadap terapi. Dapat bersifat indolen(low grade), hingga
progresif(high grade). Pada LNH indolen, gejalanya dapat berupa: pembesaran
KGB, tidak nyeri, dapat terlokalisir atau meluas, dan bisa melibatkan sum-sum
tulang. Pada LNH progresif, terdapat pembesaran KGB baik intra maupun
extranodal, menimbulkan gejala "konstitusional" berupa : penurunan berat badan,
febris, dan keringat malam, serta pada limfoma burkitt, dapat menyebabkan rasa
penuh di perut.
Gambaran penyakit yang progresif lebih sering didapatkan pada anak dib
anding dewasa. Demikian pula gambaran histopatologik difus sering didapatkan
pada anak (90%) daripada gambaran noduler atau fotikuler pada dewasa. Lebih dari
45.000 pasien didiagnosis sebagai limfoma non Hodgkin(LNH) setiap tahun di Amerika
Serikat. Limfoma non Hodgkin, khususnya limfoma susunansaraf pusat biasa
ditemukan pada pasien dengan keadaan defisiensi imun dan yang mendapat obat-
obat imunosupresif, seperti pada pasien dengan transplantasi ginjal dan jantung.
Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium
III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
5
![Page 6: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/6.jpg)
1. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening.
2. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada
seluruh dada atau perut.
3. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
4. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-
paru, atau otak.
Stadium ini dapat di bagi A atau B berdasarkan ada tidaknya gejala
konstitusional berupa penurunan berat badan, febris, dan keringat malam.
A = tanpa gejala konstitusional
B = dengan gejala konstitsional
Staging ini penting untuk penatalaksanaan, dimana untuk stadium Ia, Ib,
maupun IIa, diberikan radioterapi, sementara untuk stadium IIb hingga
stadium IV, diberikan kemoterapi.
Untuk kemoterapi, regimen yg biasa digunakan adalah:
1. Untuk Low grade NHL
- regimen CVP (cyclophospamide, vincristin, dan prednison)
- Fludarabin
- Rituximab
2. Untuk High grade NHL
- Regimen CHOP (cyclophospamide, Doxorubicyn, vincristin, dan prednison)
- Regimen CHOP + Rituximab
- transplantasi sum-sum tulang.
6
![Page 7: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/7.jpg)
Prognosis buruk dapat terjadi pada:
- usia > 60 tahun
- stadium III/IV
- kadar LDH (laktat dehidrognease) meningkat
- performance statusnya buruk (karnoffsky)
Pada low grade NHL,biasanya bisa bertahan hingga 6-8 thn, tetapi pada high
grade, sangat tergantung dari reaksinya terhadap kemoterapi.
IV.2. LIMFOMA HODGKIN
Penyakit Hodgkin adalah suatu limfoma maligna dengan adanya sel-
sel RS. Genom virus Epstein-Barr (EBV) telah terdeteksi pada 50% atau lebih
kasus pada jaringan Hodgkin, tetapi peranannya dalam patogenenesis belum
jelas. Sel neoplastik pada limfoma Hodgkin klasik adalah sel RS. Sel RS
adalah sel yang besar dengan dua atau lebih nukleus atau lobus nukleus,
masing-masing mengandung nukleolus eosinofilik yang besar. Hanya dengan
adanya sel RS tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis limfoma
Hodgkin, karena sel dengan morfologi yang mirip dapat juga terlihat pada
variasi limfoma nonhodgkin dan kondisi reaktif jinak. Untuk diagnosis
limfoma Hodgkin, sel RS harus ditemukan pada background yang terdiri dari
berbagai macam infiltrat reaktif inflamasi dan sel aksesoris. Tampaknya sel-
sel RS yang khas tersebut dan sel-sel mononuklear abnormal yang terkait
bersifat neoplastik, sedangkan sel-sel inflamasi yang menyertai bersifat
reaktif.
Terbagi atas 4 jenis, yaitu:
1. Nodular Sclerosing limfosit
2. mixed cellularity
3. rich limphocyte
4. limphocyte depletio
7
![Page 8: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/8.jpg)
Jenis Gambaran Mikroskopik KejadianPerjalanan Penyakit
Limfosit Predominan
Sel Reed-Stenberg sangat sedikit tapi ada banyak limfosit
3% dari kasus
Lambat
Sklerosis Noduler
Sejumlah kecil sel Reed-Stenberg & campuran sel darah putih lainnya; daerah jaringan ikat fibrosa
67% dari kasus
Sedang
Selularitas Campuran
Sel Reed-Stenberg dalam jumlah yang sedang & campuran sel darah putih lainnya
25% dari kasus
Agak cepat
Deplesi Limfosit
Banyak sel Reed-Stenberg & sedikit limfosit jaringan ikat fibrosa yang berlebihan
5% dari kasus
Cepat
LH lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung intra nodal,
hanya di mediastinum, dan jarang metastasis ke sumsum tulang. ia juga dapat
terjadi metastasis melalui darah. Jika dibandingkan dengan NHL, NHL lebih
bersifat tidak lokal, expansi jauh, cenderung extranodal, berada di abdomen,
dan sering metastasis ke sum-sum tulang. Secara staging, dan pengobatan,
sama saja dengan NHL.
Gejala Klinis
1. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher,
kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada
limfoma non-Hodgkin, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening
lain misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-organ parenkim.
2. Demam tipe pel Ebstein
3. Gatal-gatal
8
![Page 9: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Keringat malam
5. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
6. Nafsu makan menurun.
7. Daya kerja menurun
8. Terkadang disertai sesak nafas
9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
10. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif
lebih lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak
sistematis dan relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat yang jauh.
V. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan terbanyak pada penderita adalah pembesaran kelenjar getah
bening di leher, aksila, ataupun lipat paha. Berat badan semakin menurun,
dan terkadang disertai dengan demam, sering berkeringat dan gatal-gatal.
2. Pemeriksaan Fisik
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama
supraklavikuler – aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba
membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan
kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila area ini terlibat perlu
diperiksa gastrointestinal sebab sering terlibat bersama-sama.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering
meninggi dan kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan
hati dapat diketahui dari meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.
4. Sitologi biopsi aspirasi
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) sering dipergunakan pada
diagnosis pendahuluan limfadenopati jadi untuk identifikasi penyebab
kelainan tersebut seperti reaksi hiperplastik kelenjar getah bening,
9
![Page 10: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/10.jpg)
metastasis karsinoma, dan limfoma maligna. Ciri khas sitologi biopsi
aspirasi limfoma Hodgkin yaitu populasi limfosit yang banyak aspek serta
pleomorfik dan adanya sel Reed-Sternberg. Apabila sel Reed-Sternberg
sulit ditemukan adanya sel Hodgkin berinti satu atau dua yang berukuran
besar dapat dipertimbangkan sebagai parameter sitologi Limfoma
Hodgkin. Penyulit diagnosis sitologi biopsi aspirasi pada Limfoma non-
Hodgkin adalah kurang sensitif dalam membedakan Limfoma non-
Hodgkin folikel dan difus. Pada Limfoma non-Hodgkin yang hanya
mempunyai subtipe difus, sitologi, biopsi aspirasi dapat dipergunakan
sebagai diagnosis definitif. Penyakit lain dalam diagnosis sitologi biopsi
aspirasi Limfoma Hodgkin ataupun Limfoma non-Hodgkin adalah adanya
negatif palsu termasuk di dalamnya inkonklusif. Untuk menekan jumlah
negatif palsu dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multipel hole di
beberapa tempat permukaan tumor. Apabila ditemukan juga sitologi
negatif dan tidak sesuai dengan gambaran klinis, maka pilihan terbaik
adalah biopsi insisi atau eksisi.
5. Histopatologi
Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga identifikasi
subtipe histopatologi walaupun sitologi biopsi aspirasi jelas limfoma
Hodgkin ataupun Limfoma non-Hodgkin.
6. Radiologi
a. Foto thoraks
b. Limfangiografi
c. USG
d. CT scan
7. Laparotomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi
kelenjar getah bening pada iliaka, para aorta dan mesenterium dengan
tujuan menentukan stadium.
10
![Page 11: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/11.jpg)
VI. TERAPI
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan
penyakit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih
merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis
kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini angka harapan hidup 5 tahun
meningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan
tersedianya kemoterapi dan radioterapi. Peranan pembedahan pada
penatalaksanaan limfoma maligna terutama hanya untuk diagnosis biopsi dan
laparotomi splenektomi bila ada indikasi.
1. Radiasi
a. Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
b. Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
c. Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
d. Untuk stadium IV secara total body irradiation
2. Kemoterapi untuk stadium III dan IV
Untuk stadium I dan II dapat pula diberi kemoterapi pre radiasi atau
pasca radiasi. Kemoterapi yang sering dipakai adalah kombinasi.
COP (Untuk limfoma non Hodgkin)
C : Cyilopkosphamide 800 mg/m2 hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m2 IV hari I
P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d VII lalu tapering off
MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)
M : Nitrogen Mustrad 6 mg/m2 hari 1 dan 8
O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII
P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d XIV
P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV
11
![Page 12: LIMFOMA MALIGNA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082809/557212dc497959fc0b9117fa/html5/thumbnails/12.jpg)
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna dihubungkan
dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang merugikan
berkaitan dengan kemoterapi meliputi : alopesia, mual, muntah, supresi sumsum
tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestinal. Infeksi adalah komplikasi
potensial yang paling serius yang mungkin dapat menyebabkan syok sepsis. Efek
jangka panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis
pulmonal.
Efek samping terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati. Bila
pengobatan pada nodus limfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal
sebagai berikut : mulut kering, disfagia, mual, muntah, rambut rontok, dan
penurunan produksi saliva. Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa
abdomen, efek yang mungkin terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan
anoreksia.
12