referat radioloi limfoma maligna

Upload: atty-ghozt

Post on 10-Feb-2018

273 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    1/27

    REFERAT RADIOLOGI

    LIMFOMA MALIGNA

    DAN

    ASPEK RADIOLOGISNYA

    Disusun oleh :

    ROSA MISTIKA MODHE

    406127048

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA

    KEPANITERAAN RADIOLOGI

    PERIODE 22 JULI24 AGUSTUS 2013

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    2/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas

    kehendakNya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul

    LIMFOMA MALIGNA.Referat ini di tulis untuk menambah pengetahuan dan

    wawasan mengenai limfoma maligna dan merupakan salah satu tugas dalam

    mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran

    Tarumanagara Jakarta.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

    dosen pembimbing Dr.herman WH SP.Rad ,yang telah meluangkan waktu untuk

    membimbing dan memberikan pengarahan dari awal hingga selesai.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari

    kesempurnaan.oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan yang

    membangun dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.Semoga

    referat ini dapat berguna bagi kita semua.

    Jakarta,agustus 2013

    Penulis

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    3/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..................................................................................................i

    DAFTARISI................................................................................................................ii

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1.1 Latar Belakang...................................................................................3

    BAB II. PEMBAHASAN

    2.1 Definisi..................................................................................................4

    2.2 Klasifikasi.............................................................................................4

    2.3 Epidemiologi.......................................................................................5

    2.4 Etiologi................................................................................................6

    2.5 Anatomi Sistem Limfatik....................................................................7

    2.6 Patofisiologi....................................................................8

    2.7 Gejala klinis......................................................................................11

    2.8 Faktor predisposisi14

    2.9 Diagnosis..........................................................................................14

    2.10 Diagnosis Banding ..........................................................................14

    2.11 Penatalaksanaan ............................................................................19

    2.12 Komplikasi..22

    2.13 prognosis.23

    BAB 111. PENUTUP

    3.1 Kesimpulan .......................................................................................24

    Daftar Pustaka .....................................................................................................25

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    4/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup

    sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan

    kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali,

    hepatomegali dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra

    nodul yaitu diluar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus,

    paru, kulit dan organ lain.

    Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia

    menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya

    mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang

    erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan

    antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.

    Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu limfoma

    hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan perbedaan

    histopatologis dari kedua penyakit di atas, di mana pada limfoma hodgkin terdapat

    suatu gambaran yang khas yaitu adanya sel Reed-Sternberg.

    Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan

    penyulit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih

    merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis

    kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini, angka harapan hidup 5 tahun

    meningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan

    tersedianya kemoterapi dan radioterapi.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    5/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    BAB 2. PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel

    limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena

    jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan

    limfoma dapat dimulai dari organ apapun.

    2.2 Klasifikasi

    Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua

    jenis, yaitu:

    a. Limfoma Hodgkin (LH)

    Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular

    predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat

    subtipe menurut Rye, antara lain:

    Nodular Sclerosis Lymphocyte Predominance Lymphocyte Depletion Mixed Cellularity

    b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)

    Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin

    menjadi tiga kelompok utama, antara lain:

    Limfoma Derajat RendahKelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil,

    limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler

    campuran sel belah besar dan kecil.

    Limfoma Derajat MenengahAda empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel

    besar, limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel

    besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    6/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Limfoma Derajat TinggiTerdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma

    imunoblastik sel besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel

    tidak belah kecil.

    Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-

    Sternberg yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-

    Sternberg adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda

    (binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated) dengan

    sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel adanya

    anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti mata burung hantu (owl-eyes),

    yang biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.

    (a) (b)Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan Sel Reed

    Sternberg dan (b) Limfoma Non Hodgkin

    2.3 Epidemiologi

    Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negara-

    negara berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi, yaitu

    mixed cellularity dan limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara yang

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    7/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    sudah maju lebih banyak limfoma hodgkin tipe nodular sclerosis. Limfoma

    hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan distribusi usia

    antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.1

    Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan

    menempati urutan ke-7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.

    Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.

    Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di atas 50 tahun.6

    Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia

    menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya

    mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang

    erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan

    antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.4

    2.4 Etiologi

    Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum

    diketahui secara pasti. Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab

    penyakit ini antara lain:

    a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, danHelicobacter pylori)b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida,

    bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.

    c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun atau kelainan systemkekebalan

    d. Faktor genetik

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    8/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    2.5 Anatomi Sistem Limfatik

    Sistem limfatik terdapat di seluruh bagian tubuh manusia, kecuali sistem

    saraf pusat. Bagian terbesarnya terdapat di sumsum tulang, lien, kelenjar timus,

    limfonodi dan tonsil. Organ-organ lain termasuk hepar, paru-paru, usus, jantung,

    dan kulit juga mengandung jaringan limfatik.

    Gambar 2. Anatomi Sistem Limfatik

    Limfonodi berbentuk seperti ginjal atau bulat, dengan diameter sangat

    kecil sampai dengan 1 inchi. Limfonodi biasanya membentuk suatu kumpulan

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    9/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    (yang terdiri dari beberapa kelenjar) di beberapa bagian tubuh yang berbeda

    termasuk leher, axilla, thorax, abdomen, pelvis, dan inguinal. Kurang lebih dua

    per tiga dari seluruh kelenjar limfe dan jaringan limfatik berada di sekitar dan di

    dalam tractus gastrointestinal.

    Pembuluh limfe besar adalah ductus thoracicus, yang berasal dari sekitar

    bagian terendah vertebrae dan mengumpulkan cairan limfe dari extremitas

    inferior, pelvis, abdomen, dan thorax bagian inferior. Pembuluh limfe ini berjalan

    melewati thorax dan bersatu dengan vena besar di leher sebelah kiri. Ductus

    limfatikus dextra mengumpulkan cairan limfe dari leher sebelah kanan, thorax,

    dan extremitas bagian superior kemudian menyatu dengan vena besar pada leher

    kanan.

    Limpa berada di kuadran kiri atas abdomen. Tidak seperti jaringan limfoid

    lainnya, darah juga mengalir melewati limpa. Hal ini dapat membantu untuk

    mengontrol volume darah dan jumlah sel darah yang bersirkulasi dalam tubuh

    serta dapat membantu menghancurkan sel darah yang telah rusak.2

    2.6 Patofisiologi

    Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada

    sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi

    terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor

    tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.

    Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi

    pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang

    produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor

    tumor adalah gen yang dapat menekan proliferasi sel (antionkogen). Normalnya,

    kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat

    dicegah. Namun, jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi

    inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi

    tanpa henti.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    10/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur

    apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen

    yang mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang

    terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi

    regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan

    seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi

    regenerasinya, sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya

    gen yang mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan

    menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel kanker.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    11/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Gambar 3. Skema Patofisiologi Terjadinya Keganasan

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    12/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    2.7 Gejala Klinis

    Baik tanda maupun gejala limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin

    dapat dilihat pada tabel berikut ini.1,7

    Tabel 1. Manifestasi Klinis dari Limfoma

    Limfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin

    Anamnesis

    Asimtomatik limfadenopati Gejala sistemik (demam

    intermitten, keringat

    malam, BB turun)

    Nyeri dada, batuk, napaspendek

    Pruritus Nyeri tulang atau nyeri

    punggung

    Asimtomatik limfadenopati Gejala sistemik (demam

    intermitten, keringat

    malam, BB turun)

    Mudah lelah Gejala obstruksi GI tract

    dan Urinary tract.

    Pemeriksaan

    Fisik

    Teraba pembesaranlimonodi pada satu

    kelompok kelenjar (cervix,

    axilla, inguinal)

    Cincin Waldeyer &kelenjar mesenterik jarang

    terkena

    Hepatomegali &Splenomegali

    Sindrom Vena CavaSuperior

    Gejala susunan saraf pusat(degenerasi serebral dan

    neuropati)

    Melibatkan banyak kelenjarperifer

    Cincin Waldeyer dankelenjar mesenterik sering

    terkena

    Hepatomegali &Splenomegali

    Massa di abdomen dantestis

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    13/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Selain tanda dan gejala di atas, stadium limfoma maligna secara klinis juga

    dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi Ann Arbor yang telah dimodifikasi

    Costwell.

    Tabel 2. Klasifikasi Limfoma Menurut Ann Arbor yang telah dimodifikasi oleh

    Costwell

    Keterlibatan/Penampakan

    Stadium

    I Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ

    ekstralimfatik (IE)

    II Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio

    yang letaknya berjauhan tapi masih dalam sisi diafragma yang

    sama (IIE)

    III Kanker telah mengenai kelenjar getah bening pada 2 sisi

    diafragma ditambah dengan organ ekstralimfatik (IIIE) atau limpa(IIIES)

    IV Kanker bersifat difus dan telah mengenai 1 atau lebih organ

    ekstralimfatik

    Suffix

    A Tanpa gejala B

    B Terdapat salah satu gejala di bawah ini:

    Penurunan BB lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulansebelum diagnosis ditegakkan yang tidak diketahui

    penyebabnya

    Demam intermitten > 38 C Berkeringat di malam hari

    X Bulky tumoryang merupakan massa tunggal dengan diameter > 10

    cm, atau , massa mediastinum dengan ukuran > 1/3 dari diameter

    transthoracal maximum pada foto polos dada PA

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    14/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Gambar 4. Penentuan Stadium Limfoma berdasarkan Klasifikasi Ann Arbor

    Penentuan stadium ini menggunakan klasifikasi AnnArbor yang berdasarkan

    anatomis.

    Tabel II.4.Staging menurut Ann Arbor berdasarkan anatomis.1

    I Pembesaran kelenjar limfe regional tunggal atau pembesaran organ

    ekstra limfatik tunggal atau sesisi.

    II Pembesaran kelenjar limfe regional dua atau lebih yang masih sesisi

    dengan diafragma atau pembesaran organ ekstralimfatik satu sisi atau

    lebih yang masih sesisi dengan diafragma

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    15/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    III Pembesaran kelenjar limfe pada kedua sisi diafragma disertai dengan

    pembesaran limpa atau pembesaran organ ekstra limfatik sesisi ataukedua sisi

    IV Pembesaran organ ekstra limfatik dengan atau tanpa pembesaran

    kelenjar limfe

    2.8 Faktor predisposisi

    1.usia

    Penyakit limfoma maligna banyak di temukan pada usia deasa muda yaitu

    antara 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun

    2.Jenis Kelamin

    Penyakit limfoma maligna lebih banyak di deria oleh pria di bandingkan

    wanita

    3.Gaya hidup yang tidak sehat

    Resiko limfoma maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi

    makanan tinggi lemak hewani,merokok,dan yang terkena paparan UV.

    4.Pekerjaan

    Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi terkena

    limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan da pertanian.Hal ini

    disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

    2.9 Diagnosis

    Diagnosis limfoma hodgkin dapat ditegakkan melalui prosedur-prosedur

    di bawah ini.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    16/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    1. Anamnesis lengkap yang mencakup pajanan, infeksi, demam,keringat malam, berat badan turun lebih dari 10 % dalam waktu

    kurang dari 6 bulan.

    2. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfedengan berbagai ukuran.

    3. Darah lengkap dengan hitung jenis sel, laju endap darah, tes fungsihati dan ginjal, kelenjar alkali fosfatase.

    4. Biopsi kelenjar limfe5. Foto polos dada maupun scanning6. Scanning abdomen dan pelvis atau MRI7. Limfogram8. Laparatomi9. Aspirasi sumsum tulang10.Scanning tulang

    Tidak semua tahap pemeriksaan dikerjakan untuk membuat diagnosis

    penyakit Hodgkin pada anak tergantung dari kasus serta fasilitas yang ada.

    1. Klinis (anamnesis)

    Keluhan penderita terbanyak adalah pembesaran kelenjar getah bening di

    leher, aksila ataupun lipatan paha, berat badan semakin menurun dan kadang-

    kadang disertai demam, keringat dan gatal.6,7

    2. Pemeriksaan Fisik

    Palpasi pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri dapat ditemukan di

    leher terutama supraklavikular (60-80%), aksiler (6-20%), dan yang paling jarang

    adalah di daerah inguinal (6-20%) dengan konsistensi kenyal sepert karet.

    Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk

    menentukan kemungkinan cincin Waldeyer ikut terlibat. Sindrom vena cava

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    17/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    superior mungkin didapatkan pada pasien dengan masif limfa adenopati

    mediastinal.

    6,7

    3. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan darah rutin, uji fungsi hati dan uji fungsi ginjal merupakan bagian

    penting dalam pemeriksaan medis, tetapi tidak memberi keterangan tentang

    luas penyakit, atau keterlibatan organ spesifik. Pada pasien penyakit Hodgkin

    serta pada penyakit neoplastik atau kronik lainnya mungkin ditemukan anemia

    normokromik normositik derajat sedang yang berkaitan dengan penurunan

    kadar besi dan kapasitas ikat besi, tetapi dengan simpanan besi yang normal atau

    meningkat di sumsum tulang sering terjadi reaksi leukomoid sedang sampai

    berat, terutama pada pasien dengan gejala dan biasanya menghilang dengan

    pengobatan.

    Eosinofilia absolut perifer ringan tidak jarang ditemukan, terutama pada

    pasien yang menderita pruritus. Juga dijumpai monositosis absolut,

    limfositopenia absolut (

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    18/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    Penyulit lain dalam diagnosis sitologi biopsi aspirasi LH ataupun LNH

    adalah adanya negatif palsu, dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multiple holedi beberapa tempat permukaan tumor. Apabila ditemukan juga sitologi negatif

    dan tidak sesuai dengan gambaran klinis, maka pilihan terbaik adalah biopsi insisi

    atau eksisi.

    5. Histopatologi

    Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga untuk identifikasi

    subtipe histopatologi LH ataupun LNH. Biopsi dilakukan bukan sekedar

    mengambil jaringan, namun harus diperhatikan apakah jaringan biopsi tersebut

    dapat memberi informasi yang adekuat. Biopsi biasanya dipilih pada rantai KGB

    di leher. Kelenjar getah bening di inguinal, leher bagian belakang dan

    submandibular tidak dipilih disebabkan proses radang, dianjurkan agar biopsi

    dilakukan dibawah anestesi umum untuk mencegah pengaruh cairan obat suntik

    lokal terhadap arsitektur jaringan yang dapat mengacaukan pemeriksaan

    jaringan.

    6. Radiologi

    Termasuk didalamnya:

    Foto toraks untuk menentukan keterlibatan KGB mediastinalLimfangiografi untuk menentukan keterlibatan KGB di daerah iliaka dan

    pasca aortal

    USG banyak digunakan melihat pembesaran KGB di paraaortal dan sekaligusmenuntun biopsi aspirasi jarum halus untuk konfirmasi sitologi

    CT-Scan sering dipergunakan untuk diagnosa dan evaluasi pertumbuhan LH7. Laparatomi

    Laparotomi abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi KGB pada iliaka,

    para aortal dan mesenterium dengan tujuan menentukan stadium. Berkat

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    19/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    kemajuan teknologi radiologi seperti USG dan CT-Scan ditambah sitologi biopsi

    aspirasi jarum halus, tindakan laparotomi dapat dihindari atau sekurang-kurangnya diminimalisasi.

    Diagnosis limfoma Non-hodgkin dapat ditegakkan melalui prosedur-prosedur di

    bawah ini.

    Anamnesis & pmx fisik Biopsi eksisi Pemeriksaan sitologis cairan efusi Aspirasi sumsum tulang Darah lengkap, pemeriksaan fungsi hati & fungsi ginjal, LCS, asam urat,

    LDH, USG abdomen

    2.10 Diagnosis Banding

    Citomegalovirus Mononukleosis infeksiosa Ca Paru Artritis rheumatoid Sarkoidosis Serum Sickness Sifilis Lupus Eritematosus Sistemik Toxoplasmosis Tuberculosis

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    20/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 19

    2.11 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:

    a. PembedahanTata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas dalam

    pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma gaster yang terbatas

    pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif,

    pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya

    dilakukan untuk mendukung proses penegakan diagnosis melaluisurgical biopsy.7

    b. RadioterapiRadioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan limfoma, terutama

    limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk diprediksi. Beberapa

    jenis radioterapi yang tersedia telah banyak digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin

    seperti radioimunoterapi dan radioisotope. Radioimunoterapi menggunakan antibodi

    monoclonal seperti CD20 dan CD22 untuk melawan antigen spesifik dari limfoma secara

    langsung, sedangkan radioisotope menggunakan131

    Iodine atau90

    Yttrium untuk irradiasi

    sel-sel tumor secara selektif7. Teknik radiasi yang digunakan didasarkan pada stadium

    limfoma itu sendiri1, yaitu:

    Untuk stadium I dan II secara mantel radikalUntuk stadium III A/B secara total nodal radioterapiUntuk stadium III B secara subtotal body irradiationUntuk stadium IV secara total body irradiation

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    21/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 20

    Gambar 5. Berbagai macam teknik radiasi

    c. KemoterapiMerupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak obat-

    obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma.

    Pengobatan Awal:

    1. MOPP regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus atau lebih.o Mechlorethamine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 8o Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2 hari ke 1 dan 8o Procarbazine: 100 mg/m2, hari 1-14o Prednisone: 40 mg/m2, hari 1-14, hanya pada siklus 1 dan 4

    2. ABVD regimen: setiap 28 hari untuk 6 siklus

    o Adriamycin: 25 mg/m2, hari ke 1 dan 15o Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke 1 dan 15o Vinblastine: 6 mg/m2, hari ke 1 dan 15o Dacarbazine: 375 mg/m2, hari ke 1 dan 15

    3. Stanford V regimen: selama 2-4 minggu pada akhir siklus

    o Vinblastine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 7, 9, 11o Doxorubicin: 25 mg/m2, minggu ke 1, 3, 5, 9, 11o Vincristine: 1,4 mg/m2, minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, 12o Bleomycin: 5 units/m2, minggu ke 2, 4, 8, 10, 12o Mechlorethamine: 6 mg/m2, minggu ke 1, 5, 9

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    22/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 21

    o Etoposide: 60 mg/m2 dua kali sehari, minggu ke 3, 7, 11o Prednisone: 40 mg/m2, setiap hari, pada minggu ke 1-10, tapering of pada

    minggu ke 11,12

    4. BEACOPP regimen: setiap 3 minggu untuk 8 siklus

    o Bleomycin: 10 mg/m2, hari ke- 8o Etoposide: 200 mg/m2, hari ke 1-3o Doxorubicin (Adriamycine): 35 mg/m2, hari ke-1o Cyclophosphamide: 1250 mg/m2, hari ke-1o Vincristine (Oncovine): 1,4 mg/m2, hari ke-8o Procarbazine: 100 mg/m2, hari ke 1-7o Prednisone: 40 mg/m2, hari ke 1-14

    Jika pengobatan awal gagal atau penyakit relaps:

    1. ICE regimena. Ifosfamide: 5 g/m2, hari ke-2

    b. Mesna: 5 g/m2, hari ke-2c. Carboplatin: AUC 5, hari ke-2d. Etoposide: 100 mg/m2, hari ke 1-3

    2. DHAP regimena. Cisplatin: 100 mg/m2, hari pertama

    b. Cytarabine: 2 g/m2, 2 kali sehari pada hari ke-2c. Dexamethasone: 40 mg, hari ke 1-4

    3. EPOCH regimen Pada kombinasi ini, etoposide, vincristine, dan doxorubicindiberikan secara bersamaan selama 96 jam IV secara berkesinambungan.

    a. Etoposide: 50 mg/m2, hari ke 1-4b. Vincristine: 0.4 mg/m2, hari ke 1-4c. Doxorubicin: 10 mg/m2, hari ke 1-4

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    23/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 22

    d. Cyclophosphamide: 750 mg/m2, hari ke- 5e. Prednisone: 60 mg/m2, hari ke 1-6

    d. ImunoterapiBahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-, di mana interferon-

    berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian kemoterapi.7

    e. Transplantasi sumsum tulangTransplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfoma tidak membaik

    dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang (relaps). Ada

    dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang, yaitu secara alogenik dan secara

    autologus. Transplantasi secara alogenik membutuhkan donor sumsum yang sesuai

    dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar, saudara

    kandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum tulang

    penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsum tulang berasal dari

    sumsum tulang penderita yang masih bagus diambil kemudian dibersihkan dan dibekukan

    untuk selanjutnya ditanamkan kembali dalam tubuh penderita agar dapat menggantikan

    sumsum tulang yang telah rusak.2

    2.12 Komplikasi

    Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma maligna, yaitu

    komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena penggunaan

    kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat berupa pansitopenia,

    perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava superior,

    kompresi pada spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus

    gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia.

    Sedangkan komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa pansitopenia, mual dan

    muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung

    akibat penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor.

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    24/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 23

    2.13 Prognosis

    Menurut The International Prognostic Score, prognosis limfoma hodgkin ditentukan olehbeberapa faktor di bawah ini, antara lain:

    Serum albumin < 4 g/dL Hemoglobin < 10.5 g/dL Jenis kelamin laki-laki Stadium IV Usia 45 tahun ke atas Jumlah sel darah putih > 15,000/mm

    3

    Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah putihJika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai 90%, sedangkan pasien

    dengan 4 atau lebih faktor-faktor di atas angka harapan hidupnya hanya 59%.1

    Sedangkan untuk limfoma non-hodgkin, faktor yang mempengaruhi prognosisnya antara

    lain:

    usia (>60 tahun) Ann Arbor stage (III-IV) hemoglobin (4) and serum LDH (meningkat)

    yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok resiko, yaitu resiko rendah (memiliki 0-1

    faktor di atas), resiko menengah (memiliki 2 faktor di atas), dan resiko buruk (memiliki 3 atau

    lebih faktor di atas).6

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    25/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 24

    BAB .111 PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat saya ambil dari tulisan ini adalah:

    1.Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem

    limfatik yaitu sel-sel limforetikuler seperti sel B,sel T,Histiosit

    2. Ada 2 jenis penyakit yang termasuk limfoma malgna yaitu Penyakit Hodgkin (PH) dan

    Limfoma Non Hodgin (LNH)

    3.penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti.

    4 kemungkinan penyebab adalah:faktor keturunan,kelainan system kekebalan,infeksi virus atau

    bakteri dan toksin lingkungan (herbisida,pengawet dan pewarna kimia)

  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    26/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA Page 25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dessain, S.K. 2009. Hodgkin Disease. [serial online].http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview. [25 Juli 2010].

    2. Ford-Martin, Paula. 2005. Malignant Lymphoma. [serial online].http://www.healthline.com/galecontent/malignant-lymphoma/. [25 Juli 2010].

    3. Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. Pathophysiology: Clinical Concepts of DiseaseProcesses, Sixth Edition. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari dan Mahanani.

    Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

    4. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting oleh Sudoyo,Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta:

    Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    5. Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition. Philadelphia:Elsevier & Saunders

    6. Vinjamaram, S. 2010. Lymphoma, Non-Hodgkin. [serial online].http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview. [25 Juli 2010].

    7. Berthold, D. dan Ghielmini, M. 2004. Treatment of Malignant Lymphoma. Swiss Med Wkly(134) : 472-480.

    http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview.%20%5b25http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview.%20%5b25http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview.%20%5b25
  • 7/22/2019 Referat Radioloi Limfoma Maligna

    27/27

    ROSA MISTIKA MODHE 406127048