55221204 askep limfoma maligna print

32
BAB II PEMBAHASAN I. Konsep Dasar Penyakit a. Pengertian Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH). b. Epidemiologi Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat

Upload: nurul-bariyyah

Post on 29-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep limfoma

TRANSCRIPT

Page 1: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian

Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan

dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit

sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada

orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem

kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD)

dan Limfoma non-Hodgkin (LNH).

b. Epidemiologi

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama

tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit

ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat.

Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan

angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi

pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60

tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya

merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan

3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di

Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit

limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35

tahun dan pada orang di atas 50 tahun.

c. Etiologi

Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan

pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem

kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell

Page 2: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan

toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

d. Faktor Predisposisi

1. Usia

Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu

antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun

2. Jenis kelamin

Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan

wanita

3. Gaya hidup yang tidak sehat

Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi

makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV

4. Pekerjaan

Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena

limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini

disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

e. Patofisiologi

Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau

penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah

bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah

digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat

dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini

dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang

terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil

perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.

Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi

selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal

selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan

lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.

Page 3: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

Pathway

Faktor keturunan

Kelainan system kekebalan

Infeksi virus dan bakteri

Toksin lingkungan

Mutasi sel limfosit (sejenis leukosit)

Kurang terpajan

informasi

Kurang pengetahuan

Masuknya virus dan bacteria

Mual, muntah Pembesaran nodus medina/edema jalan nafas

Pertahanan tubuh menurun

Infeksi

Tidak mampu dlm memasukkan, mencerna mengabsorpsi makanan

Kurang nafsu makan

Obstruksi trakeobronkial

Limfoma maligna

Proses inflamasi

Hyperthermia (demam)

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak

efektif

Berat badan menurun (anorexia)

Ketidakseimbangan nutrisi

Minuman beralkohol

Mengenai nodus limfa

Agen cedera biologi

Nyeri

Page 4: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

f. Klasifikasi

1. Klasifikasi Penyakit

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit

Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala

yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi

anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih

agresif

2. Klasifikasi Patologi

Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-

tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport

membagi limfoma maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe

berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut

hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang

membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi

berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan

genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal

dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms

(REAL classification).

3. Stadium Limfoma Maligna

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II

sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara

stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu

kelenjar getah bening.

Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada

seluruh dada atau perut.

Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.

Page 5: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening

setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-

paru, atau otak

g. Gejala Klinis

Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut :

1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran

kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada

leher, ketiak atau pangkal paha)

2. Demam

3. Sering keringat malam

4. Penurunan nafsu makan

5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)

6. Kelemahan, keletihan

7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai

sumsum tulang secara difus

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha

Pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa

nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)

Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila

tumor sudah besar.

Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor

pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.

j. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening

yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk

mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET

scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan

Page 6: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter

mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma

maligna yaitu :

1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang

membesar.

2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan

jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap

pengobatan.

3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul

untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

k. Terapi

Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan

tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak

membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan

ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.

Radioterapi

Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi

dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang

tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi

local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang

menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit

mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.

Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,

penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding

dengan khemoterapi.

Khemoterapi

1. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau

intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma

Page 7: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena

penyakit tingkat lanjut.

2. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin,

dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah

atau sedang berdasakan stadiumnya.

l. Prognosis

Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan

hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit

limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan

radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi

yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat

disembuhkan.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa

nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran

kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam,

keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak

semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja

benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau

mungkin tuberculosis limfa.

Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:

1. Data subjektif

a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38oC

b.Sering keringat malam.

c.Cepat merasa lelah

d.Badan Lemah

e.Mengeluh nyeri pada benjolan

f.Nafsu makan berkurang

Page 8: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

2. Data Obyektif

a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau

pangkal paha.

b.Wajahpucat

3.Kebutuhan dasar

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala :

Kelelahan, kelemahan atau malaise umum

Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan

Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak

Tanda :

Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang

menunjukkan kelelahan

SIRKULASI

Gejala

Palpitasi, angina/nyeri dada

Tanda

Takikardia, disritmia.

Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran

nodus limfa adalah kejadian yang jarang)

Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan

obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda

lanjut)

Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

INTEGRITAS EGO

Gejala

Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga

Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati

Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan

(kemoterapi dan terapi radiasi)

Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan

Page 9: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.

Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang

tergantung pada keluarga.

Tanda

Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

ELIMINASI

Gejala

Perubahan karakteristik urine dan atau feses.

Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi

(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)

Tanda

Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi

(hepatomegali)

Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi

(splenomegali)

Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal

ginjal).

Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih

lanjut)

MAKANAN/CAIRAN

Gejala

Anoreksia/kehilangna nafsu makan

Disfagia (tekanan pada easofagus)

Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan

10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa

upaya diet.

Tanda

Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder

terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)

Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena

kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)

Page 10: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran

nodus limfa intraabdominal)

NEUROSENSORI

Gejala

Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran

nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral

Kelemahan otot, parestesia.

Tanda

Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.

Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus

pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng

spinal)

NYERI/KENYAMANAN

Gejala

Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar

mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri

tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).

Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.

Tanda

Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

PERNAPASAN

Gejala

Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda

Dispnea, takikardia

Batuk kering non-produktif

Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan

kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.

Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf

laringeal).

Page 11: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

KEAMANAN

Gejala

Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus

untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi

bakterial)

Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang

titer tinggi virus Epstein-Barr).

Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.

Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa

minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam

tanpa menggigil.

Kemerahan/pruritus umum

Tanda :

Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa

gejala infeksi.

Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal

paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus

aksila dan mediastinal)

Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.

Pembesaran tosil

Pruritus umum.

Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

SEKSUALITAS

Gejala

Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak

mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)

Penurunan libido.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala

Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien

Page 12: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

Hodgkin dari pada populasi umum)

Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d agen cedera biologi

2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah

4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal

/ edema jalan nafas.

c. Intervensi

1. Nyeri b.d agen cedera biologi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien

berkurang/hilang dengan KH :

1. Skala nyeri 0-3

2. Wajah klien tidak meringis

3. Klien tidak memegang daerah nyeri

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri dengan PQRST

R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam

menentukan intervensi selanjutnya

2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat

membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang

dideritanya

3. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang

diderita oleh klien

Page 13: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder

terhadap inflamasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien

turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :

1. suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)

Intervensi :

2. Observasi suhu tubuh klien

R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien

dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat

3. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha

R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien

4. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan

kebutuhan cairan tubuh klien)

R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh klien

5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual,

muntah

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :

1. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil

2. Nafsu makan klien meningkat

3. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk

mempertahankan berat badan yang sesuai

Intervensi :

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi

selanjutnya

2. Observasi dan catat masukan makanan klien

R : mengawasi masukan kalori

Page 14: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

3. Timbang berat badan klien tiap hari

R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi

4. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering

R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah

distensi gaster

5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi

R : meningkatkan masukan protein dan kalori

4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan

diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang

diderita oleh klien dengan criteria hasil :

1. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien

2. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang

penyakit yang diderita oleh klien

3. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan

dilaksanakan

Intervensi :

1. Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien

R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien

2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga

klien

R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang

diderita oleh klien

5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus

medinal / edema jalan nafas.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan

bersihan jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :

1. Klien dapat bernafas dengan normal/efektif

2. Klien bebas dari dispnea, sianosis

3. Tidak terjadi tanda distress pernafasan

Page 15: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

Intervensi :

1. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama

R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh

pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi

2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat

tidur tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung

R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan

menurunkan resiko aspirasi

3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma.

Abdomen bila diindikasikan

R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil,

memberikan klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu

menurunkan ansietas

4. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas

R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas

d. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :

1. Nyeri klien berkurang/hilang

2. Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5

derajat celcius)

3. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

4. Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh

klien

5. Bersihan jalan nafas klien efektif/normal

Page 16: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari

sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga

muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat

sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada

dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-

Hodgkin (LNH).

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe

LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari

tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar

gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka

tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada

orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun.

Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka

1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun

pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan

angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan

pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan yang penulis

angkat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit dari limfoma maligna ?

2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma

maligna ?

Page 17: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

1.3 Tujuan

Tujuan dari pada penulisan ini adalah :

1. Mengetahui konsep dasar penyakit dari limfoma maligna

2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengn limfoma

maligna

Page 18: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dalam pembuatan tulisan ini adalah :

1. Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan

dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit

2. Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit

Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH).

3. Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan

pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan

sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell

leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan

toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

Page 19: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul ”Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Limfoma Maligna” ini tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi dan

Hematologi.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna adanya, hal ini karena

keterbatasan kemampuan yang kami miliki.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan

kritik dan saran dosen mata kuliah Imunologi dan Hematologi serta pembaca tulisan ini

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini dan kami harapkan tulisan ini

ada manfaatnya bagi pembaca.

Denpasar, September 2009

Penyusun

Page 20: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

DAFTAR PUSTAKA

Amori. 2007. Jurnal Nasional : Pengobatan tepat untuk Limfoma. www.jurnalnasional/limfoma/44356.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2009.

Anonymous. 2006. Limfoma Maligna. www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2009.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. : EGC

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and

Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Hoffbrand, A.V, et all. 2002. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC

Vinjamaran. 2007. Lymphoma, Non-Hodgkin. www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2009.

Page 21: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengatar ……………………………………………………………. .…....

Daftar Isi …………………………………………………………………..........

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………..........

1.1 Latar Belakang ......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................................

Bab II Pembahasan ................................................................................................

I. Konsep Dasar Penyakit ..........................................................................

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ......................................................

Bab III Penutup ......................................................................................................

Simpulan .................................................................................................

Daftar Pustaka

Page 22: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN LIMFOMA MALIGNA

OLEH :

KELOMPOK IX

1. A.A KERISNA CHAHYANTI (08.321.0221)

2. DEWA AYU GUSTIAN DEWI (08.321.0224)

3. GDE GRIYA SUPARTA (08.321.0230)

4. I GEDE JUANAMASTA (08.321.0231)

5. NI KADEK RUSMALINA PUTRIANI (08.321.0241)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA PPNI BALI

2009

Page 23: 55221204 Askep Limfoma Maligna Print