leptospira mita

11
PENDAHULUAN Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 o1eh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai "Weil's Disease". Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease" disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae. Sejak itu beberapa jenis leptospira dapat diisolasi dengan baik dari manusia maupun hewan Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen leptospira berbentuk spiral termasuk genus Leptospira, family leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L interrogans yang merupakan bakteri patogen dan L biflexa adalah saprofit. Bakteri ini merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil (dapat bergerak), gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan terpilin dengan ketat.Bakteri Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan diameter 0,1-0,2 µm. Ukuran bakteri yang relatif kecil dan panjang ini, sulit terlihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, sehingga diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur. Beberapa tahun yang lalu

Upload: suharmita-darmin

Post on 26-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUANPenyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 o1eh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai "Weil's Disease". Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease" disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae. Sejak itu beberapa jenis leptospira dapat diisolasi dengan baik dari manusia maupun hewan Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen leptospira berbentuk spiral termasuk genus Leptospira, family leptospiraceae dan ordo spirochaetales. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L interrogans yang merupakan bakteri patogen dan L biflexa adalah saprofit. Bakteri ini merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil (dapat bergerak), gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan terpilin dengan ketat.Bakteri Lepstospira berukuran panjang 6-20 m dan diameter 0,1-0,2 m. Ukuran bakteri yang relatif kecil dan panjang ini, sulit terlihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, sehingga diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur. Beberapa tahun yang lalu dikenal banyak spesies patogen, akan tetapi sekarang dikenal hanya satu spesies pathogen yaitu L. interrogans dengan berbagai serotype atau serovar. Serovar tersebut diberi nama dengan nama spesies yang lama. Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang bersifat umum dan terdapat pada berbagai spesies hewan piaraan. Disamping itu penyakit ini ditemukan juga pada hewan liar terutama pada bangsa tikus. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia baik pada hewan dan manusia, terutama di daerah tropis atau sub tropis dengan curah hujan yang tinggi. Epidemiologi penyakit ini memperlihatkan sifat yang sama dengan penyakit infeksi lainnya yakni dapat berpindah dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia. Selama bertahun-tahun dikira hanya tikus dan anjing merupakan sumber leptospirosis, akan tetapi belakangan ini hewan liar lainnya juga merupakan sumber penularan seperti kelelawar, serigala, dan kucing liar. Penyakit ini dikenal dengan nama demam banjir, demam lumpur atau demam rawa, karena berkaitan dengan sejarah kejadian penyakit. Kejadian akan meningkat pada saat musim hujan atau paskabanjir. Selain itu penyakit ini juga dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic, penyakit Stuttgart, penyakit Weil, demam canicola, dan penyakit swineherd. Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Oleh sebab itu, kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang lebih berat.

PEMBAHASANa. Pengertian Leptospira interogansLeptospira interrogans adalah spirochete yang ditumpahkan dalam urin banyak hewan liar dan domestik (termasuk kucing dan anjing). Patogen ini menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai leptospirosis. L. interrogans yang dikontrak melalui konjungtiva, mukosa mulut atau lecet di kulit akibat kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi. Setelah di dalam tubuh, itu disebarkan ke beberapa organ tetapi menyebabkan penyakit dengan mempengaruhi hati, ginjal dan sistem saraf pusat. Kebanyakan infeksi ringan dan dibatasi oleh produksi antibodi 7-14 hari setelah terinfeksi. Sebelum produksi antibodi pasien mungkin menunjukkan demam. Beberapa strain ini hasil bakteri dalam kerusakan hati dan infeksi disertai dengan penyakit kuning. Pertumbuhan organisme dalam ginjal menyebabkan penumpahan bakteri dalam urin. Penurunan yang signifikan dalam fungsi ginjal dapat terjadi dan merupakan penyebab paling umum kematian yang berhubungan dengan leptospirosis.b. Gejala KlinisGejala klinis leptospirosis pada sapi dapat bervariasi mulai dari yang ringan, infeksi yang tidak tampak, sampai infeksi akut yang dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akut paling sering terjadi pada pedet/sapi muda (Hudson, 1978). Berat ringannya gejala klinis tergantung dari serovar Leptospira yang menginfeksi dan species hewan yang terinfeksi. Leptospira interrogans serovar pomona pada sapi menyebabkan demam, depresi, anemia akut, haemorrhagis, dan redwater; serovar hardjo biasanya pada sapi bunting atau laktasi menyebabkan demam, penurunan produksi susu dan abortus (Ellis et al., 1986). Sedangkan pada anjing, infeksi leptospirosis sering bersifat subklinik; gejala klinis yang muncul sangat umum seperti demam, muntah, jaundice (Hartman et al., 1986). Penyakit dimulai dengan demam tinggi, yang disertai gejala umum sepeti lesu, sering haus, sering muntah-muntah dan diare kadang berdarah. Jika penyakitnya berlanjut akan mati karena uremia.

Gambar 1. Jaundice di membran mucosa pada anjingc. Ciri-ciri Leptospira Interrogans Berbentuk organism spiral tipis berukuran 0.1 mmx6-20mm Bergerak sangat aktif (Very active motility),dengan memutar dan bengkok Biasanya satu atau kedua ujungnya membengkok dan berkait Dapat lihat di mikroskop medan gelap atau mikroskop kontrasd. Patogenesis Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui selaput lender, luka lecet di kulit, melalui kulit yang lunak karena terkena air. Selanjunya akan masuk ke jaringan tubuh, dan berkembang di hati, ginjal, kelenjar susu dan selaput otak. Pada beberapa tingkatan penyakit dapat ditemukan di dalam atau di luar sel-sel jaringan yang terkena. Umumnya minggu pertama setelah infeksi diikuti dengan fase leptospiremia. Beberapa serovar menghasilkan endotoksin, sedangkan serovar yang lainnya menghasilkan hemolisin. Adanya hemolisin ini mengakibatkan rusaknya dinding kapiler pembuluh darah. Tetapi leptospira tidak mengeluarkan eksotokin. Leptospira tumbuh dengan baik di dalam tubulus kontortus ginjal, selanjutnya kuman akan dibebaskan melalui urin dalam jangka waktu yang lama. Pada saat bunting, janin dan pembungkus janin memiliki kerentanan yang tinggi terhadap infeksi pada masa kebuntingan lima bulan ke atas. Janin akan mati, dan keluron akan keluar, dua minggu setelah terlihatnya gejala klinis. Kematian biasanya terjadi akibat septisemia, anemia hemolitika, kerusakan hati, atau oleh terjadinya uremia. Beratnya penderitaan tergantung dari umur penderita dan spesies penderita serta serovar penyebab infeksi. e. EpidomologiAngka kejadian Leptospirosis secara pasti sulit diketahui. Umumnya penyakit ini tidak terdiagnose, penyakitnya terdiagnose tapi tidak dilaporkan, dan penyakitnya tidak menimbulkan gejala atau gejalanya ringan sehingga tidak dilaporkan. Di Indonesia dilaporkan di dalam risalah Partoatmodjo (1964) bahwa sejak 1936 telah diisolasi berbagai serovar leptospira, baik dari hewan liar maupun hewan peliharaan. Kejadiannya tersebar antara lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Bukti menunjukkan bahwa selama ini kejadian Leptospirosis pada peternakan di Indonesia dan Asia Tenggara tidak menimbulkan kerugian yang berarti. Secara umum sapi dababi asli Asia Tenggara lebih tahan terhadap Leptospirosis dibandingkan dengan sapi yang berasal dari sub tropis. Namun akhir-akhir, pemerintah gencar-gencarnya memasukkan hewan dan produk asal hewan ke Indonesia. Impor sapi dan babi dari Negara sub tropis tiap tahun makin meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap resiko kejadian leptospirosis di Indonesia, sehingga ke depannya perhatian terhadap leptospirosis harus lebih serius.f. Masa InkubasiMasa inkubasi (dari terinfeksi sampai munculnya penyakit) leptospirosis biasanya berlangsung antara 2 hari sampai sekitar 4 minggu. Namun, rata-rata masa inkubasi adalah 10 hari setelah terinfeksi. Penyakit ini bisa berlangsung selama 3 hari sampai 3 minggu, atau bahkan lebih lama lagi. Jika tidak diobati, maka penyembuhan penyakit ini akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa saja berakibat fatal (kematian pada yang mengalami kerusakan ginjal).g. Pengobatan dan PencegahanPengobatan Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%. Segera berobat ke dokter terdekat.Pencegahan1. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.3. Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan. 4. Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya. 5. Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. 6. Menjaga kebersihan lingkungan 7. Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang. 8. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung. 9. Menghindari pencemaran oleh tikus. 10. Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus 11. Meningkatkan penangkapan tikus.

KESIMPULAN DAN SARANLeptospirosis merupakan penyakit menular pada hewan dan manusia. Hewan ternak, hewan kesayangan, dan hewan tikus dapat bertindak sebagai iang sasaran atau inang perantara dan menjadi sumber penularan leptospirosis pada manusia. Urin hewan terinfeksi Leptospira yang mencemari lingkungan merupakan titik awal sumber penularan. Pencegahan/pengendalian leptospirosis dapat dilakukan dengan cara memutus siklus penularan melalui pengobatan dan vaksinasi bagi ternak atau hewan kesayangan, mengurangi populasi tikus dan meningkatkan sanitasi lingkungan. Dalam upaya pencegahan leptospirosis pada manusia memerlukan aktivitas terintegrasi antara dokter hewan dan dokter, dan peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang bahaya leptospirosis.

DAFTAR PUSTAKA