verbatim mita 2

48
BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Manusia dalam hidupnya selalu mengalami perkembangan mulai dari kanak-kanak sampai masa dewasa dan akhirnya mati. Dalam perkembangannya ini tidak lepas dari yang namanya masalah. Ada beberapa orang yang dapat mengatasi masalahnya sendiri, namun banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan seorang ahli yakni konselor. Permasalahan yang membutuhkan bantuan seorang ahli biasanya dikategorikan sebagai masalah sedang sampai yang berat. Individu yang mendapat perhatian utama dalam layanan bimbingan dan konseling ialah individu yang mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas perkembangan. Misalkan saja, tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada usia dewasa dini. Pada usia dewasa dini, memilih pasangan atau istilahnya pacaran termasuk tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Jika salah satu dari tugas perkembangan ini tidak dilaksanakan maka dapat menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Namun dalam memilih pasangan (pacar) haruslah berdasarkan 1

Upload: ndudhminkyuj6100

Post on 01-Jul-2015

2.361 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Verbatim Mita 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasional

Manusia dalam hidupnya selalu mengalami perkembangan mulai dari

kanak-kanak sampai masa dewasa dan akhirnya mati. Dalam

perkembangannya ini tidak lepas dari yang namanya masalah. Ada beberapa

orang yang dapat mengatasi masalahnya sendiri, namun banyak orang yang

tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan

seorang ahli yakni konselor. Permasalahan yang membutuhkan bantuan

seorang ahli biasanya dikategorikan sebagai masalah sedang sampai yang

berat.

Individu yang mendapat perhatian utama dalam layanan bimbingan dan

konseling ialah individu yang mengalami hambatan dalam melaksanakan

tugas perkembangan. Misalkan saja, tugas perkembangan yang harus

dilaksanakan pada usia dewasa dini. Pada usia dewasa dini, memilih pasangan

atau istilahnya pacaran termasuk tugas perkembangan yang harus

dilaksanakan. Jika salah satu dari tugas perkembangan ini tidak dilaksanakan

maka dapat menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Namun dalam

memilih pasangan (pacar) haruslah berdasarkan kriteria yang tepat bukan

hanya sekedar melihat dari segi fisiknya saja yakni berdasarkan ketampanan

atau kecantikan serta bukan hanya sekedar karena rasa belas kasihan semata,

karena hal ini akan berdampak buruk bagi yang menjalaninya.

Orangtua juga harus menjadi pertimbangan kita dalam memilih pasangan

(pacar) karena orangtua tahu mana yang baik yang dapat dijadikan pacar kita

dan mana yang buruk yang tidak pantas menjadi pacar kita. Jika pacar yang

kita pilih tidak sesuai dengan orangtua, maka dapat menimbulkan konflik bagi

diri kita sendiri. Seperti kasus yang praktikan temui, konseli (Bunga)

mengalami konflik dalam berpacaran. Bunga tidak dapat bersikap tegas untuk

dapat memilih antara larangan orang tua atau tetap memilih berpacaran

dengan A. Bunga memilih pacar yang tidak direstui oleh kedua orangtuanya

1

Page 2: Verbatim Mita 2

karena pacar Bunga berasal dari keluarga yang berantakan. Pacar Bunga sebut

saja A memiliki kebiasaan minum-minuman keras. Bukan hanya itu, pacar

Bunga yakni A adalah orang yang posessif (selalu ingin memiliki) dan over

protected (terlalu melindungi). Bunga merasa bingung untuk bersikap tegas,

apakah dia akan memutuskan sang pacar karena tidak direstui oleh orangtua

atau tetap menjalin hubungan karena apabila ia putus dengan pacarnya,

pacarnya mengancam akan kembali ke hal-hal yang negatif.

Bunga adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Dia seorang gadis yang

periang dan cerewet. Kegiatannya setiap hari hanya kuliah. Bunga mempunyai

banyak teman, namun hanya sebatas pada teman perempuan. Di kos Bunga

termasuk anak yang rajin. Di sela-sela waktunya, dia lebih suka mengisinya

dengan membersihkan kamarnya serta mengerjakan pekerjaan kos seperti

mencuci, menyetrika dan tak kalah penting yakni selalu menonton sinetron

Korea tiap sore hari sambil menuggu waktu maghrib. Apabila tidak ada tugas

kuliah, Bunga selalu membaca komik atau novel. Bunga bukan tipe gadis

yang dapat menyembunyikan perasaannya dengan baik. Jika dia mempunyai

permasalahan selalu tampak dari raut wajahnya. Jika sedang ada masalah

terutama dengan pacarnya dia lebih suka mengurung diri di kamar dan

menangis. Namun setelah perasaannya lumayan membaik, dia pasti

menceritakannya kepada praktikan.

Teknik assertive training digunakan untuk orang-orang yang: tidak mampu

mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan

kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk

mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”., mengalami

kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, dan

merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran

sendiri.

Oleh karena itu, Bunga perlu mendapat penanganan dengan pendekatan

Behavioristik dengan Teknik Assertive Training. Pendekatan Behavioristik

dengan Teknik Assertive Training dipilih untuk menangani kasus Bunga, agar

Bunga mampu berperilaku tegas untuk dapat memilih antara putus dengan

2

Page 3: Verbatim Mita 2

sang pacar karena tidak direstui oleh orangtua atau tetap menjalin hubungan

(berpacaran) dengan pacarnya karena takut apabila putus dengan A, maka A

akan kembali ke kebiasaan-kebiasaannya yang negatif yakni minum-minuman

keras.

B. Konfidensialitas

Dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling hendaknya mengacu

pada asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan bimbingan dan

konseling adalah pekerjaan profesional. Pelayanan bimbingan dan konseling

ada kalanya berhubungan dengan klien yang mengalami masalah. Bagi klien

yang bermasalah dan ingin menyelesaikan masalahnya akan sangat

membutuhkan bantuan dari orang yang dapat menyimpan kerahasiaan masalah

yang dihadapinya. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa asas kerahasiaan

merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling, dan harus

benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab (Mugiarso, 2004:

24).

Salah satu asas yang perlu diperhatikan oleh konselor adalah asas

kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak

boleh disampaikan kepada orang lain (Prayitno, 2004:115).

Dalam penyelenggaraan konseling, catatan tentang diri klien yang meliputi

data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan data lain,

semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh

digunakan untuk kepentingan klien (Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2004: 78).

Kerahasiaan dalam konseling adalah suatu hal yang tidak boleh diketahui

oleh orang lain di luar individu-individu yang melakukan proses konseling.

Kerahasiaan dalam konseling diperlukan agar dapat memberikan bantuan

sesuai dengan kondisi konseli. Agar konseli mau terbuka dan dengan sukarela

untuk mengungkapkan segala permasalahannya kepada praktikan, maka

konseli harus percaya bahwa praktikan akan merahasiakan permasalahan

konseli. Pada awal proses konseling, praktikan menjelaskan kepada konseli

3

Page 4: Verbatim Mita 2

bahwa semua identitas konseli akan dirahasiakan dengan cara disamarkan agar

proses konseling dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan.

C. Identitas konseli

1. Proses menemukan konseli

Proses menemukan konseli dengan cara konseli datang menemui

praktikan. Konseli adalah sahabat praktikan. Praktikan telah mengenal

konseli sejak pertama kali bertemu di rumah kos. Konseli bercerita bahwa

dirinya mengalami konflik dalam berpacaran. Konseli merasa bingung

dalam menghadapi permasalahannya ini.

Praktikan memilih kasus konseli yakni konflik dalam berpacaran

karena kalau tidak segera diatasi, maka konseli akan selalu tertekan dan

dapat mengganggu perkuliahannya serta menghambat konseli dalam

bergaul dengan teman-temannya. Hal ini juga dapat menjadikan konseli

sebagai orang yang selalu tidak bisa berperilaku tegas kepada siapapun

dan dalam menghadapi situasi apapun.

2. Identitas konseli

Nama : Bunga (Nama samaran)

Tempat dan tanggal lahir : Batang, 22 September 1986

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Batang

Pekerjaan : Mahasiswa Pendidikan Kimia semester VI

Hobi : Membaca

3. Pendekatan/ Model Konseling

a. Hakikat Manusia

Pandangan tentang manusia menurut konseling behavior adalah

sebagai berikut :

1) Manusia mempunyai kecenderungan positif dan negatif yang sama.

4

Page 5: Verbatim Mita 2

2) Manusia dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya.

3) Manusia bukan agen bebas yang menentukan nasib sendiri.

b. Tujuan Konseling Menurut Behavior

Pada dasarnya konseling Behavior diarahkan pada tujuan-tujuan

memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang

maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang

diinginkan.

Menurut Krumboltz, kriteria tujuan konseling behavioristik meliputi:

1) Tujuan harus diinginkan oleh klien.

2) Konselor harus berkeinginan membantu klien mencapai tujuan.

3) Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya

oleh klien.

Tujuan konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu

memperbaiki tingkah laku salah suai, belajar tentang proses pembuatan

keputusan, dan pencegahan timbulnya masalah.

c. Tahap-Tahap Konseling menurut Pujosuwarno (1993: 82), meliputi:

1) Assesment

Tujuan dari assesment ini adalah untuk memperkirakan apa yang

akan diperbuat klien pada waktu itu. Konselor menolong klien untuk

mengemukakan keadaannya yang benar yang dialaminya pada waktu

itu. Assesment ini diperlukan untuk memperoleh informasi model

mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin

dirubah.

2) Goal setting

Berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan kemudian

dianalisis, konselor dan klien menyusun perangkat untuk

merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Biasanya

tujuan ini memberi motivasi dalam mengubah tingkah laku klien dan

menjadi pedoman teknik mana yang akan dipakai. Dalam Fauzan

(1994: 17), mengemukakan bahwa fase goal setting disusun atas tiga

langkah: (1) membantu klien untuk memandang masalahnya atas

5

Page 6: Verbatim Mita 2

dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, (2) memperhatikan tujuan klien

berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan

belajar yang dapat diterima dan dapat diukur, dan (3) memecahkan

tujuan kedalam sub tujuan dan menyususn tujuan menjadi susunan

yang berurutan.

3) Technique implementation

Maksudnya yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai

dalam mencapai tingkah laku yang ingin diubah. Dengan cara

brainstorming konselor dan klien menentukan piliohan teknik yang

digunakan. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa teknik

yang digunakan dirakit untuk tujuan klien tertentu dan didasarkan

pada informasi yang diperoleh selama assesment dan goal setting

(Fauzan, 1994: 18).

4) Evaluation-Termination

Evaluasi di sini yakni konselor melihat apa yang telah yang

diperbuat oleh klien, keefektifan konseling dan teknik yang

digunakan. Sedangkan termination adalah berhenti untuk melihat

apakh klien bertindak tepat.

5) Feedback, diperlukan untuk memperbaiki proses konseling.

d. Teknik-teknik yang dilakukan dalam Pendekatan Behavior

1) Desensitisasi Sistematis

2) Assertif Training

Melatih ketegasan antara perilaku yang benar dan yang salah.

Menurut Fauzan (1994: 20), Assertif training digunakan bagi orang

yang:

- Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan

tersinggung.

- Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong

orang lain untuk mendahuluinya.

- Memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”.

6

Page 7: Verbatim Mita 2

- Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-

respon positif lainnya.

- Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan

pikiran-pikiran sendiri.

3) Aversi Terapi

4) Implosif dan Pembanjiran

5) Pengkondisian Operan

Teknik yang digunakan pada kasus ini lebih ditekankan pada teknik

Asssertive Training. Teknik ini digunakan karena konseli tidak dapat berperilaku

tegas atau tidak dapat berkata ”tidak”. Oleh karenanya, untuk melatih konseli agar

dapat berperilaku tegas maka konseli ditangani dengan teknik Asssertive Training.

Teknik assertive training dilakukan dengan bermain peran. Konselor berperan

menjadi pacar konseli sedangkan konseli berperan sebagai dirinya sendiri. Pada

kesempatan ini, konseli diminta untuk mengungkapkan segala perasaan, emosi,

uneg-uneg yang selama ia pendam dalam hatinya terhadap sang pacar. Kemudian

konselor dan konseli bertukar peran, konselor menjadi konseli dan konseli

menjadi pacarnya. Konselor seolah-olah menjadi konseli yang sedang

mengekspresikan segala hal yang ada dalam hatinya. Segala perasaan yang

menyangkut perlakuan sang pacar pada dirinya. Setelah itu, konselor kembali lagi

berperan sebagai konselor kemudian konselor menanyakan perasaan dan

kesanggupan konseli untuk berjanji mengatakan harapannya pada sang pacar. Hal

ini bertujuan agar konseli dapat berani berkata tegas pada sang pacar.

7

Page 8: Verbatim Mita 2

BAB II

PROSES KONSELING

Proses konseling dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2007 pukul

10.00 WIB. Pada Jumat pagi, saat praktikan sedang mendengarkan musik di

kamar, tiba-tiba konseli (Bunga) datang langsung masuk ke kamar praktikan

dalam keadaan menangis. Bunga adalah konseli yang mengalami konflik dalam

berpacaran. Hubungan percintaannya tidak direstui oleh orang tuanya. Namun di

sisi lain Bunga juga sudah tidak nyaman menjalin hubungan dengan A karena A

terlalu posesif dan protected. Oleh karena itu, Bunga melakukan konseling dengan

praktikan yang terjadi selama 2 kali pertemuan. Berikut ini proses konseling

antara praktikan dan konseli:

Pertemuan ke- I

No Konselor

/ Konseli

Pernyataan Tahap

Konseling

Teknik

Komunikasi

Konseling

1. Konseli Aassalamu’alaikum (terburu-buru masuk

kamar konselor sambil menangis)

2. Konselor Wa’alaikumsalam... (langsung bangun ke

posisi duduk yang tegak)

Apa yang terjadi Bunga ?

Lead khusus

3. Konseli (Menangis terisak-isak tanpa mengeluarkan

sepatah katapun)

4 Konselor Apa yang terjadi di kampus ? Opening

5. Konseli (Hanya diam dan mencoba menyekat air

matanya)

6. Konselor Kamu dimarahi dosen ? Lead khusus

7. Konseli (Menggeleng pelan dengan sedikit

meneteskan air mata)

8. Konselor Kamu sakit ? Lead khusus

8

Page 9: Verbatim Mita 2

9. Konseli (Menggeleng pelan)

10. Konselor Bagaimana tadi jadi UTS? Opening

11. Konseli Jadi (dengan suara lirih)

12. Konselor Apakah kamu bisa mengerjakannya ? Opening

13. Konseli Tidak (kemudian disebentar)

14. Konselor Sebenarnya apa yang terjadi, coba kamu

ceritakan pada saya ?

Lead umum

15. Konseli Saya nggak tahu harus cerita pada siapa

masalah yang saya alami (dengan mata

berlinang-linang)

16. Konselor Ayo duduk sini, mari kita bicarakan

bersama masalah yang kamu alami

Assesment Lead umum

17. Konseli Mengapa semua ini bisa terjadi pada

saya...kadang saya bingung apa yang saya

pilih selama ini salah ?

18. Konselor Apa yang membuat kamu bingung, coba

jelaskan ?

Lead umum

19. Konseli Mungkin kemarin-kemarin saya hanya

menceritakan sebagian kecil saja masalah

saya, namun hari ini saya sudah tidak kuat

lagi. Saya ingin menceritakan semuanya

padamu, tapi...sebenarnya saya masih malu

untuk menceritakannya.

20. Konselor Kamu tidak perlu malu. Perlu kamu ketahui

bahwa saya adalah seorang konselor, maka

marilah bersama-sama kita bicarakan

masalah ini kemudian kita cari pemecahan

masalahnya.

Role limit

21. Konseli Baiklah, begini masalahnya, saya sudah

pernah bercerita ke kamu kalau saya

mempunyai pacar yang posesif dan over

9

Page 10: Verbatim Mita 2

protected, sekarang masalah saya semakin

rumit. Dari dulu orang tua saya tidak

menyetujui hubungan kami tapi saya

backstreet dengan pacar saya. Saya

melakukan hal ini karena saya tidak tega

dengan A. Lama-kelamaan orang tua saya

juga mengetahui lagi kalau saya masih

berhubungan dengan A. Hubungan kami

sudah berjalan 4,5 tahun, saya sudah tahu

watak dan kepribadian dia serta saya juga

sudah akrab dengan keluarganya. Hal itulah

yang membuat saya tidak tega untuk

memutuskannya.

22. Konselor Jadi inti permasalahannya, kamu mengalami

konflik dalam berpacaran. Hubungan kalian

dilarang oleh orang tuamu dan kamu sendiri

tidak tega untuk memutuskan pacarmu ?

Parafrase

23. Konseli Iya...

24. Konselor Lalu, apa yang menjadikan kamu tidak tega

untuk memutuskan pacar kamu ? Apa

karena disamping kamu sudah tahu watak

dan kepribadiannya, kamu juga sudah kenal

akrab dengan keluarganya ?

Lead khusus

25. Konseli Ya, begitulah...

26. Konselor Coba kamu jelaskan watak dan kepribadian

pacar kamu sehingga kamu tidak tega untuk

memutuskannya ?

Assesment Lead umum

27. Konseli Pacar saya terkenal dengan anak yang

nakal. Dia sering minum-minumam keras

dan tidak pernah mengerjakan sholat.

Keluarganya terkenal se-kota Batang

10

Page 11: Verbatim Mita 2

sebagai keluarga yang semrawut. Ayahnya

seorang peminum, dan kebiasaan ayahnya

ini menurun pada ke-4 anak lelakinya yang

salah satunya adalah A, pacar saya. Dulu

saya menerima dia karena saya kasihan

padanya. Sudah 2 kali dia menyatakan cinta

pada saya tapi saya menolaknya. Setelah

yang ke-3 kalinya saya merasa kasihan

melihat perjuangannya begitu keras untuk

mendapatkan saya, akhirnya saya menerima

dia jadi pacar saya. Keluarganya sangat baik

pada saya.

28. Konselor Dengan kata lain, kamu menerima A karena

kasihan melihat kegigihannya dalam

mendapatkan hatimu ?

Klarifikasi

29. Konseli Benar.., dulu pada waktu hubungan kami

berjalan 2 bulan, orang tua saya mulai

mengetahuinya. Orang tua saya langsung

melarang hubungan kami dengan alasan

mereka sudah tahu bibit, bebet, dan bobot

keluarga A. Tapi tetap saja saya

memaksakan kehendak untuk

mempertahankan hubungan ini. Saya mulai

membohongi orang tua dengan berkata

bahwa saya sudah tidak berpacaran dengan

A. Awalnya hubungan kami juga di dukung

oleh teman-teman sata tapi lama-kelamaan

teman-teman saya malah tidak mendukung

sama sekali dan mereka malah menjauhi

saya.

11

Page 12: Verbatim Mita 2

30. Konselor Teman-teman kamu menjauhi kamu ? Restatement

31. Konseli Iya, mereka begitu karena mereka sudah

tidak bebas lagi bermain sama saya, karena

sejak berpacaran dengan A, saya selalu

diikuti kemana saja saya pergi. Ruang

lingkup saya dibatasi hanya rumah, sekolah,

dan pergi kemanapun harus bersama dia.

Saya tidak boleh bermain bersama teman-

teman saya walaupun teman-teman saya

perempuan. Saya juga tidak mempunyai

teman cowok lagi karena pacar saya terlalu

melindungi dan pencemburu.

32. Konselor Sepertinya kamu merasa sedih dengan

perilaku pacarmu itu ?

Reflection of

Feeling

33. Konseli Ya, benar. Saya sangat sedih. Hubungan

kami juga sering diwranai putus nyambung.

34. Konselor Hem...hem... Acceptance

35. Konseli Tapi saya nggak tahu mengapa saya

mempertahankannya (dengan nada marah).

36. Konselor Tadi kamu mengatakan hubungan kalian

sering diwarnai putus nyambung, pacar

kamu terlalu posesif dan protected tapi

kenapa kamu tetap mempertahankannya ?

Konfrontasi

37. Konseli Saya nggak tahu kenapa, tapi sejak

berpacaran dengan saya, ia berjanji untuk

menghindari minum-minuman keras dan

mulai mengerjakan sholat. Beberapa kali

hubungan kami putus, kemudian pacar saya

kembali ke hal-hal yang negatif lagi. Saya

juga nggak enak untuk memutuskannya

karena orang tua A sangat baik pada saya

12

Page 13: Verbatim Mita 2

dan kami telah kenal akrab. Namun, orang

tua saya makin hari makin mendesak saya

untuk segera memutuskan hubungan dengan

A.

38. Konselor Apa yang kamu rasakan saat ini ? Lead khusus

39. Konseli Perasaan saya sekarang campur aduk, saya

merasa tidak nyaman. Saya ingin

memutuskan hubungan dengan A karena

makin lama dia semakin kelewatan. Dia

semakin membatasi pergaulan saya dengan

teman-teman. Walaupun kami sudah sama-

sama kuliah namun dia tidak memberikan

waktu pada saya untuk sekedar berkumpul

dengan teman-teman saya. Tidak ada teman

cowokpun yang berani mendekati saya,

kecuali jika akan kerja kelompok. Itupun

akhirnya A pasti marah-marah kemudia dia

berkata kasar pada saya. Dia selalu meminta

segalanya dari saya, mulai dari mencucikan

bajunya, sepatu, seprei, membelikan pulsa,

bahkan sampai membayar hutang-hutang

pada temannya yang jumlahnya nggak

sedikit. Dia memang egois. Saya tidak tahu

apa sebenarnya yang dia inginkan ?

40. Konselor Dengan kata lain, kamu merasa tertekan

dengan perlakuan pacarmu ?

Reflection of

Feeling

41. Konseli Sangat...(suara tegas)

42. Konselor Tadi kamu mengatakan kalau pacar kamu

egois, egoisnya seperti apa ?

Lead khusus

43. Konseli Dia suka memaksakan kehendak. Dia selalu

ingin dipahami tapi dia tidak berusaha untuk

13

Page 14: Verbatim Mita 2

memahami saya. Dia hanya bisa marah-

marah dan curiga misalkan sms yang

dikirimnya ke saya tidak segera saya balas,

padahal kadang saya sedang ke kamar

mandi. Lalu dia kira saya ada tamu cowok

atau saya sedang jalan-jalan dengan teman,

pokok’e kaya gitulah.

44. Konselor Apa yang kamu lakukan dalam keadaan

tertekan ?

Assesment Lead khusus

45. Konseli Saya hanya bisa menangis dan berdiam diri

di kamar.

46. Konselor Dari semua yang kamu ceritakan, pada

intinya kamu mengalami konflik dalam

berpacaran. Kamu bingung untuk segera

memutuskan sang pacar karena orang tua

kamu tidak merestui atau tetap menjalani

hubungan yang sudah tidak nyaman karena

takut kalau A kembali ke hal-hal yang

negatif.

Assesment Klarifikasi

14

Page 15: Verbatim Mita 2

47. Konseli Iya....tapi sekarang konflik saya makin

besar. Saya tidak tega untuk memutuskan A

karena saya takut dia akan kembali ke hal-

hal yang negatif yang pernah dilakukannya

dulu sebelum berpacaran dengan saya dan

pada saat hubungan kami pernah putus

nyambung. Disamping itu, saya semakin

merasa tidak tega karena menginjak

semester VI ini dia cuti kuliah dikarenakan

bisnis ”perbengkelan” yang merupakan

pemasukan terbesar dari keluarganya

sedang mengalami kebangkrutan. Walau

cuti kuliah, A tetap tinggal di Semarang

sambil berusaha mencari kerja.

48. Konselor Jadi pada intinya, situasi seperti apa yang

menyebabkan kamu merasa tertekan ?

Assesment Lead khusus

49. Konseli Situasi pada saat seperti yang saya alami

sekarang, orang tua saya semakin mendesak

dan mendesak agar saya segera

memutuskan hubungan dengan A, namun di

sisi lain saya takut A mengancam akan

kembali ke hal-hal negatif seperti minum-

minuman keras dan tidak melaksanakan

sholat jika hubungan kami putus.

50. Konselor Apa yang ingin kamu capai dari proses

konseling ini ?

Goal setting Lead khusus

51. Konseli Saya ingin dapat berperilaku tegas untuk

mengatakan kepada pacar saya bahwa saya

tidak sanggup lagi untuk melanjutkan

hubungan ini karena saya sangat merasa

15

Page 16: Verbatim Mita 2

tertekan.

52. Konselor Tadi kamu mengatakan ingin berperilaku

tegas pada pacar kamu, lalu perilaku tegas

yang bagaimana yang ingin kamu lakukan ?

Goal setting Lead khusus

53. Konseli Tegas untuk putus dengan A, karena saya

merasa tertekan oleh perlakuannya yang

selalu ingin memiliki saya dan terlalu

protected.

54. Konselor Jadi kamu menginginkan dapat berperilaku

tegas dalam arti mampu mengatakan bahwa

kamu ingin segera putus dari pacar kamu ?

Goal setting Parafrase

55. Konseli Iya...(dengan nada tegas tanpa keraguan)

56. Konselor Kira-kira hambatan apa saja yang kamu

temui untuk mewujudkan keinginan kamu ?

Goal setting Klarifikasi

57. Konseli Rasa belas kasihanlah yang mungkin

menghambat keinginan saya.

58. Konselor Baiklah sekarang kita coba menggunakan

pendekatan Behavioristik dengan teknik

Assertive training yang bertujuan untuk

mendorong kita agar dapat bersikap tegas

dan mampu mengungkapkan segala

perasaannya untuk mengatakan ”tidak”.

Technique

Implementat

ion

Latihan

Assertive

59. Konseli Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan ?

60. Konselor Begini, saya mengajak kamu untuk

melakukan role playing (bermain peran).

Tujuan dari permainan ini adalah untuk

melatih kamu agar dapat melatih ketegasan.

Kamu diminta untuk berperan sebagai diri

kamu sendiri yakni sebagai orang yang

mampu berperilaku tegas dalam mengambil

keputusan. Kemudian ungkapkanlah segala

Latihan

Assertive

16

Page 17: Verbatim Mita 2

emosi, perasaan yang mengganjal di hatimu

kepada saya. Sedangkan saya di sini

berperan sebagai pacar kamu. Setelah itu,

kita bertukar peran. Saya sebagai kamu dan

kamu sendiri sebagai pacar kamu.

Bagaimana sudah siap untuk meluapkan

segala perasaan di hatimu ?

61. Konseli Baiklah. Saya..saya takut, saya nggak bisa

ngomong seperti itu...

62. Konselor Coba sekali lagi, kamu keluarkan segala

perasaan yang ingin kamu sampaikan pada

pacar kamu.

Latihan

Assertive

63. Konseli Saya...tetep saya nggak tega..saya nggak

bisa...saya kasihan pada dia.

64. Konselor Baiklah, coba kamu jadi pacar kamu dan

saya jadi kamu. Saya akan mengeluarkan

segala perasaan emosi yang ada di hati

kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak

mampu kamu ungkapkan.(Konselor

berperan sebagai konseli) Saya nggak tahu

apa yang sebenarnya kamu inginkan. Kamu

terlalu ingin memiliki saya sehingga

sedikitpun kamu tidak memberikan

kebebasan pada saya. Orang tua saya juga

tidak pernah memperlakukan saya seperti

itu. Saya juga manusia, saya ingin bergaul

dengan teman-teman. Saya butuh

merilekskan pikiran jika punya masalah

terutama masalah dengan kamu. Tapi kamu

selalu nggak mau mengerti. Sedangkan

kamu sendiri tidak mau tahu apa yang saya

Latihan

Assertive

17

Page 18: Verbatim Mita 2

harapkan. Saya ingin kamu mengerjakan

sholat 5 waktu. Saya ingin kamu

meninggalkan minum-minuman keras, tapi

apa hasilnya semuanya hanya janji-janji

palsumu. Saya tertekan dengan semua ini.

Sekalipun kamu tidak pernah dan mungkin

tidak akan pernah berpikiran positif tentang

saya. Saya ingin putus dari kamu (Praktikan

sedikit emosi).

65. Konseli Ya begitulah yang ingin saya ungkapkan

pada pacar saya.

66. Konselor Bagaimana, apa sekarang kamu bisa

mengatakan sama seperti yang saya ?

Latihan

Assertive

67. Konseli Ya, insya Allah

68. Konselor Coba sekarang kita bertukar peran, kamu

yang berperan menjadi dirimu sendiri dan

saya berperan sebagai pacar kamu. Coba

ungkapkan segala yang kamu rasakan.

Lead umum

69. Konseli Saya capek kaya’ gini terus. Cape’ hati ini.

Kamu selalu berpikiran negatif soal saya.

Sms tidak di balas sebentar, kamu curiga

pada saya. Kamu selalu berpikiran negatif.

Kamu pasti mengira pada saat itu, saya di

datangi tamu cowok atau saya sedang

jalan-jalan dengan teman. Kamu kira saya

ini boneka yang bisa kamu kendalikan

seenak hatimu. Kamu tuntut saya untuk

kemana saja selalu dengan kamu. Smsan,

jalan-jalan bahkan kamu tidak memberi

kesempatan saya untuk kerja kelompok.

Kamu sering berkata kasar pada saya. Kamu

18

Page 19: Verbatim Mita 2

selalu meminta segalanya dari saya, mulai

dari mencucikan baju, sepatu, seprei,

membelikan pulsa, bahkan sampai

membayar hutang-hutang pada temanmu

yang jumlahnya nggak sedikit. Setiap ada

masalah dengan hubungan kita, kamu pasti

kembali ke minuman haram itu. Kamu pasti

lupa akan kewajibanmu mengerjakan sholat.

Saya sudah tidak tahan lagi. Apa pantas

saya mempertahankan hubungan yang tidak

ada baiknya, sudah tidak direstui orang tua,

kamu juga selalu cemburu yang berlebihan.

Saya juga butuh teman untuk meluapkan

emosi, kekesalan, sedih dan tertekan. Saya

sudah tidak bisa bersamamu lagi karena

banyak sekali perbuatanmu yang diluar

batas kewajaran manusia normal. Saya ingin

putus dari kamu. Saya harap kamu bisa

memenerima keputusan saya.

70. Konselor Setelah melakukan permainan, mari kita

bersama-sama menganalisis permainan

yang baru saja dilakukan. Bagaimana

perasaan kamu setelah mengikuti proses

konseling ini? Apakah kamu merasa lebih

baik dari sebelumnya?

Evaluation Lead khusus

71. Konseli Ya, saya merasa sangat lega setelah

melakukan proses konseling ini.

72. Konselor Apakah kamu bisa berperilaku tegas

meluapkan segala perasaan dan keinginan

untuk putus dari A ?

Latihan

Assertive

19

Page 20: Verbatim Mita 2

73. Konseli Ya, saya bisa...

74. Konselor Apakah kamu mampu berjanji untuk

mengucapkan kata putus pada pacar kamu

tanpa ada rasa belas kasihan lagi ?

Latihan

Assertive

75. Konseli Ya, saya berjanji akan mengatakan putus

hubungan pacaran tanpa ada rasa kasihan.

Saya akan berjanji bahwa saya sanggup dan

mampu untuk berperilaku tegas pada pacar

saya.

Kata-kata

assertive

76. Konselor Apa kamu yakin bisa benar-benar

mengucapkan kata-kata putus pada pacar

kamu setelah proses konseling ini usai ?

Latihan

Assertive

77. Konseli Ya, saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak

akan menunda-nunda untuk mengatakan

putus lagi.

78. Konselor Bagus sekali jika rencana itu kamu

laksanakan secepatnya.

Technique

Implementat

ion

Prediction

Reassurance

79. Konselor Baiklah, sejauh ini dapat disimpulkan

bahwa kamu tidak bisa bersikap tegas pada

pacarmu karena takut kalau apabila kamu

memutuskannya maka dia akan kembali ke

hal-hal yang negatif. Bukan hanya itu rasa

belas kasihanmulah yang mengekang

hatimu untuk mengatakan putus pada A.

Tapi setelah proses konseling ini, kamu

akan berjanji untuk dapat bersikap tegas.

Termination Summary

80. Konseli Baiklah besok saya akan menenemui kamu

lagi untuk memberitahu hasilnya.

81. Konselor. Baiklah besok saya tunggu Evaluasi

20

Page 21: Verbatim Mita 2

perkembangannya.

Pertemuan ke-II

Sore hari tanggal 26 Mei 2007, konseli datang lagi menemui praktikan.

Pada sore hari yang cerah itu, konseli terlihat ceria dengan seulas senyum manis

tampak dari bibir konseli. Pada saat itu, konseli dan praktikan membahas

permasalahan konseli lagi di kamar kos praktikan. Pembahasan ini hanya sekitar

15 menit.

No. Konselor

/Klien

Pernyataan Tahap

Konseling

Teknik

Komunikasi

Konseling

1. Konseli Assalamu’alaikum...(masuk ke kamar

praktikan).Saya tadi sudah menemui A.

2. Konselor Wa’alaikumsalam. Bagaimana hasilnya ? Evaluation Lead khusus

3. Konseli Awalnya saya tidak tega melihat wajahnya.

Namun, tadi A sempat marah-marah karena

cemburu dengan kakak kelas saya yang tadi

sempat ngobrol dengan saya di jalan.

Akhirnya hal ini menjadi kesempatan saya

untuk mengatakan keputusan ini. Dari kos

juga saya telah siap dan berjanji pada diri

saya sendiri untuk memutuskan hubungan

dengan A. Saya langsung mengatakan

bahwa kita tidak lagi bisa menjalani

hubungan ini, karena banyak hambatan

yang tidak bisa saya lalui. Orang tua saya

terlalu mendesak untuk segera

memutuskanmu. Saya tidak bisa melanggar

perintah orang tua. Karena sekarang yang

saya cari adalah lelaki terbaik yang bisa

jadu panutan saya, bukannya lelaki yang

21

Page 22: Verbatim Mita 2

over protected dan posesif serta tidak

melaksanakan ibadah sholat. Segala yang

kamu contohkan pada saya, telah saya

sampaikan juga.

4. Konselor Lalu bagaimana respon A ? Lead khusus

5. Konseli Dia sempat menangis dan menolak

keputusan saya, tapi akhirnya dia bisa sadar

dan memikirkan yang terbaik untuk

kebahagiaan saya

6. Konselor Semoga hal ini bisa menjadikanmu lega,

karena keputusanmu memang tepat.

Postdiction

Reassurance

7. Konseli Saya memang lega, bahkan sangat lega...

(tersenyum lebar). Perasaan takut dan

tertekan saya telah hilang. Entah mengapa

saya sudah tidak merasa kasihan lagi pada

A sewaktu saya mengatakan putus padanya.

Terima kasih atas semua bantuannya. Saya

tidak bisa tahu apalagi yang harus saya

lakukan jika tidak melakukan konseling

dengan kamu. Sekali lagi terima kasih ya...

8. Konselor Ya, saya juga ikut senang. Akhirnya kamu

bisa bersikap tegas untuk memutuskan A.

Kalau kamu ingin melakukan konseling

lagi, langsung aja ngomong ke saya. Saya

akan dengan senang hati menyambut kamu.

Termination

9. Konseli Ya, pasti...

Catatan: Sebelum proses konseling yang dipaparkan diatas, praktikan sudah

melakukan kegiatan pra konseling.

Semarang, 3 Juni 2007

Konseli,

22

Page 23: Verbatim Mita 2

Bunga

BAB III

ANALISIS DAN BAHASAN

A. Analisis

Pada analisis ini akan dipaparkan uraian tentang ketercapaian tujuan

konseling dan kesenjangan antara tuntutan teori dengan praktik, hambatan-

23

Page 24: Verbatim Mita 2

hambatan yang ditemui di lapangan, dan kesalahan-kesalahan teknis atau

responding konselor selama konseling.

1. Ketercapaian tujuan konseling

Tujuan dari konseling Behavioristik dengan teknik Assertive

Training ini adalah agar konseli mampu bersikap tegas. Semula konseli

mengalami konflik. Ia bingung mau memilih yang mana. Orang tua

konseli tidak menyetujui konseli berpacaran dengan A. Sedangkan konseli

taku kalau seandainya konseli putus dengan A, maka A mengancam untuk

kembali minum-minuman keras dan tidak melaksanakan sholat. Padahal

sebenarnya, konseli sudah tidak ingin menjalin hubungan dengan A

karena A terlalu protected dan posessif. Namun konseli takut untuk

mengatakan putus pada A. Konseli juga merasa tidak enak karena sudah

mengenal akrab keluarga A. Setelah melaksanakan konseling, konseli

yang awalnya belum bisa berperilaku tegas untuk mengatakan putus pada

pacarnya maka setelah konselor memberikan model akhirnya konseli

mampu mengatakan secara tegas perasaan yang selama ini dipendamnya.

Sebagai contoh pada proses konseling,

Konselor : ” Apakah kamu mampu mengucapkan kata putus pada pacar

kamu tanpa ada rasa belas kasihan lagi ?”

Konseli : ” Ya, saya berjanji akan mengatakan putus hubungan pacaran

tanpa ada rasa kasihan. Saya akan berjanji bahwa saya

sanggup dan mampu untuk bersikap tegas pada pacar saya.”

Konselor : ” Apa kamu yakin bisa benar-benar mengucapkan kata-kata

putus pada pacar kamu setelah proses konseling ini usai ?”

Konseli : ” Ya, saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak akan menunda-

nunda untuk mengatakan putus lagi.”

Pada proses konseling yang kedua. praktikan mengevaluasi hasil

pertemuan sebelumnya. Konseli mengatakan bahwa ia telah memutuskan A

dan sekarang perasaan konseli lega, bahkan sangat lega. Konseli merasa sudah

tidak ada beban dan perasaan takut serta rasa tertekannya kini telah hilang.

24

Page 25: Verbatim Mita 2

Jadi tujuan dari konseling Behavioristik dengan teknik Assertive Training

telah tercapai.

2. Kesenjangan antara tuntutan teori dan praktik

Pada teori, untuk dapat membuat konseli lebih terbuka dan

sukarela mengungkapkan permasalahannya maka dibutuhkan membina

hubungan baik yang banyak. Namun pada prakteknya, apabila kasusnya

seperti ini dimana konseli datang secara tiba-tiba dalam keadaan menangis

maka praktikan hanya sedikit menggunakan rapport..

3. Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan

a. Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan adalah kurang kesiapan

praktikan dalam melakukan proses konseling sehingga praktikan tidak

bisa menggunakan keseluruhan teknik komunikasi konseling.

Ketidaksiapan praktikan juga dikarenakan konseli yang datang tiba-

tiba ke kamar kos praktikan dengan menangis. Praktikan kesulitan

untuk menghentikannya karena pada saat itu hati konseli sedang

kecewa, sedih serta marah.

b. Praktikan kesulitan untuk melakukan teknik opening karena pada awal

pertemuan, konseli masih menangis dan cenderung lebih banyak diam.

c. Praktikan tidak dapat menyediakan tape recorder untuk merekam

percakapan kami, karena konseling ini terjadi secara mendadak.

4. Kesalahan-kesalahan teknik atau responding konselor selama konseling

Pada tahap tehcnique Implementation, dalam assertive training

Praktikan merasa sangat emosi dan gregetan mendengar cerita-cerita

konseli. Praktikan seakan-akan yang sangat menggebu-gebu untuk

mengatakan pada pacar konseli untuk segera memutuskannya karena

praktikan tidak menyangka, ternyata perlakuan A terhadap konseli begitu

keterlaluan.

B. Bahasan

1. Dari sudut teori tentang hasil analisis dan pendapat praktikan

25

Page 26: Verbatim Mita 2

Tahap Assesment, diperlukan untuk memperoleh informasi model

mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin dirubah.

Konseli awalnya masih malu untuk menceritakan permasalahannya tapi

setelah praktikan meyakinkan konseli akhirnya konseli mau menceritakan

permasalahannya. Praktikan mendapat informasi yang lengkap dari konseli

karena konseli anaknya cerewet jadi konseli dengan terbuka

menceritakannya.

Tahap Goal setting, pada tahap ini praktikan dan konseli menyusun

perangkat untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

Biasanya tujuan ini memberi motivasi dalam mengubah tingkah laku

konseli dan menjadi pedoman teknik mana yang akan dipakai. Praktikan

menanyakan kepada konseli tujuan yang ingin dicapai dari proses

konseling ini. Konseli menjawab bahwa tujuan yang ingin dicapai dari

konseling ini adalah keberanian untuk berkata tegas pada pacarnya,

konseli ingin putus darinya. Praktikan merasa bahwa tujuan yang

diharapkan konseli memang terbaik bagi konseli.

Tahap Technique implementation, yaitu menentukan strategi belajar

yang akan dipakai dalam mencapai tingkah laku yang ingin diubah.

Praktikan menggunakan teknik assertive training sebagai teknik yang

digunakan untuk memecahkan permasalahan konseli yang tidak bisa

berkata tegas pada pacarnya. Teknik menggunakan role playing atau

bermain peran. Semula konseli berperan sebagai dirinya dan praktikan

berperan sebagai pacar konseli, namun konseli masih belum bisa untuk

mengeluarkan segala perasaan dan emosinya. Kemudian praktikan dan

konseli bertukar peran, praktikan jadi konseli dan konseli jadi pacar

konseli. Praktikan meluapkan segala yang dirasakan konseli, segala emosi,

dan harapan konseli kepada konseli yang berperan sebagai pacarnya.

Setelah itu, praktikan melatih konseli untuk berkata tegas dengan berbagai

kata-kata yang harus ditepati klien untuk dilaksanakan. Technique

implementation ini tepat digunakan untuk konseli dengan permasalahan

yang tidak dapat berkata tegas. Praktikan dapat mengetahuinya dari kasus

26

Page 27: Verbatim Mita 2

di atas dengan konseli dapat mengambil keputusan untuk memutuskan

pacarnya.

Tahap Evaluation-Termination, Evaluasi di sini yakni konselor

melihat apa yang telah yang diperbuat oleh konseli, keefektifan konseling

dan teknik yang digunakan. Sedangkan termination adalah berhenti untuk

melihat apakah konseli bertindak tepat. Praktikan melakukan evaluasi pada

pertemuan ke-2. Praktikan memantau yang telah dilaksanakan konseli.

Konseli menceritakan bahwa dirinya telah mengungkapkan segala emosi

yang selama ini pendam tanpa memikirkan rasa kasihan lagi pada

pacarnya. Praktikan merasa proses yang dilakukan telah berhasil sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai konseli.

2. Pengalaman praktikan

Praktikan merasa senang karena telah berhasil membantu konseli

sehingga tujuan yang diharapkan konseli dapat tercapai. Praktikan menjadi

dapat menerapkan penggunaan teknik assertive training pada konseli yang

tidak dapat berkata tidak.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

27

Page 28: Verbatim Mita 2

Berdasarkan hasil analisis dan bahasan diatas, dapat disimpulakan

sebagai berikut:

1. Konseli mengalami permasalahan konflik dalam berpacaran, dimana orang

tua tidak menyetujui hubungan percintaannya dengan sang pacar karena

berbagai alasan dan konseli tetap menjalankan hubungannya namun hanya

karena rasa kasihan.

2. Pada proses konseling ini, tujuan yang ingin dicapai konseli adalah

keberanian untuk mengatakan putus pada sang pacar.

3. Proses konseling ini menggunakan pendekatan konseling Behavioristik

dengan teknik Assertive Training.

4. Teknik Assertive training digunakan untuk orang-orang yang: tidak

mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, memiliki

kesulitan untuk mengatakan “tidak”., mengalami kesulitan untuk

mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, dan lain-lain.

B. Saran

1. Bagi konseli hendaknya terus mempraktikan apa yang sudah didapat

dalam proses konseling agar perubahan yang dikehendaki memperoleh

hasil yang diinginkan.

2. Konseli dan para remaja maupun orang dewasa, memilih pasangan

hendaknya jangan karena rasa kasihan, namun benar-benar karena rasa

cinta dan sayang yang muncul dari dalam hati

3. Orang tua juga harus dijadikan pertimbangan dalam memilih pasangan

yang cocok dengan kita.

4. Teman-teman kos, hendaknya perhatian dengan anggota kos yang lain

terutama yang mempunyai gejala-gejala yang tidak wajar, misal sering

menangis, murung, atau gejala lain yang merupakan indikator dari orang

bermasalah.

5. Para orang tua hendaknya jangan terlalu mendesak anak-anaknya, biarkan

sang anak memikirkan dan melakukan apa yang terbaik baginya walau hal

itu membutuhkan waktu yang lama.

28

Page 29: Verbatim Mita 2

6. Praktikan hendaknya memahami semua pendekatan konseling dan teknik

komunikasi konseling sehingga apabila ada konseli yang datang secara

mendadak untuk menceritakan masalahnya maka dapat langsung ditangani

dengan pendekatan yang sesuia dengan permasalahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Keenagaan Perguruan Tinggi. 2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

29

Page 30: Verbatim Mita 2

Fauzan, Lutfi. 1994. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Mas

Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang

Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset

Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang. UNNES Press

30