urtikaria kronik mita

19
URTIKARIA KRONIK Urtikaria kronik adalah erupsi kulit yang berlangsung sementara waktu akan tetapi kejadiannya berulang yang ditandai dengan papula eritematosa atau dapat juga berupa papula hipopigmentasi yang di sertai dengan rasa gatal dengan dasar yang eritema, tepi yang meninggi dan muncul lebih dari 6 minggu (Daniel J Hogan, 2011). TANDA DAN GEJALA Lesi khas dari urtikaria kronis yaitu lesi kulit yang berwarna pucat sampai kemerahan, berupa papul ataupun plak dengan batas yang tegas. Pada beberapa kasus dapat berupa lesi kulit tanpa batas yang tegas. Lesi dari urtikaria dapat berbentuk bulat, oval, melingkar, arkuata, serpiginous, ataupun dengan bentuk generalisata. Setelah mengalami penyembuhan, pada kulit yang mengalami lesi tidak terjadi perubahan pigmen ataupun pembentukan jaringan parut (Daniel J Hogan, 2011). Gambar 1. Lesi kulit

Upload: pramita-dewi

Post on 26-Jul-2015

262 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urtikaria Kronik Mita

URTIKARIA KRONIK

Urtikaria kronik adalah erupsi kulit yang berlangsung sementara waktu akan tetapi

kejadiannya berulang yang ditandai dengan papula eritematosa atau dapat juga berupa papula

hipopigmentasi yang di sertai dengan rasa gatal dengan dasar yang eritema, tepi yang meninggi

dan muncul lebih dari 6 minggu (Daniel J Hogan, 2011).

TANDA DAN GEJALA

Lesi khas dari urtikaria kronis yaitu lesi kulit yang berwarna pucat sampai kemerahan,

berupa papul ataupun plak dengan batas yang tegas. Pada beberapa kasus dapat berupa lesi kulit

tanpa batas yang tegas. Lesi dari urtikaria dapat berbentuk bulat, oval, melingkar, arkuata,

serpiginous, ataupun dengan bentuk generalisata. Setelah mengalami penyembuhan, pada kulit

yang mengalami lesi tidak terjadi perubahan pigmen ataupun pembentukan jaringan parut

(Daniel J Hogan, 2011).

Gambar 1. Lesi kulit pada urtikaria

Page 2: Urtikaria Kronik Mita

Tabel 1. Tanda urtikaria kronis

Tanda urtikaria kronis

Lesi primer Dapat berupa papula eritematosa dengan tepi yang meninggi, ataupun

berupa plak yang berwarna pucat pada bagian tengan dan sekitarnya

berwarna kemerahan

Distribusi Lesi dapat terlokalisasi ataupun generalisata

Warna lesi Tergantung dari warna kulit penderita. Lesi dapat berwarna pucat

sampai kemerahan

Tes yang dapat

dilakukan

- Stroking the skin firmly tests untuk melihat gejala

dermatographism

- Uji latih dapat mengkonfirmasi urtikaria kolinergik.

- Penerapan es batu pada kulit akan menguji untuk urtikaria

dingin (cold urticaria)

PEMBAGIAN URTIKARIA KRONIK

Penyebab urtikaria kronik di gambarkan dalam table berikut (Fernando, S; Broadfoot, A. 2011) :

Tabel 2. Penyebab urtikaria kronik

Page 3: Urtikaria Kronik Mita

Urtikaria Fisik

Merupakan jenis dari urtikaria kronik yang sering terjadi (20 % kasus urtikaria kronik).

Terdiri dari :

- Dermografisme

Merupakan urtikaria fisik yang sering terjadi. Terjadi sebagai akibat dari respon

terhadap trauma atau garukan. Urtikaria jenis ini terjadi dalam waktu singkat pada lokasi

yang berada di bawah tekannan. Sebagian besar pasien tidak mencari pengobatan

dikarenakan lesi yang terbentuk biasanya tidak gatal.

- Urtikaria kolinergik

Yang ditandai dengan munculnya bercak kecil berukuran 1-3 mm.urtikaria jenis

ini dipicu oleh kenaikan suhu inti tubuh seperti yang terjadi pada saat olahraga, emosi,

stres, dan paparan panas.

- Urtikaria dingin

Terjadi akibat paparan udara dingin dan air, serta dapat dikaitkan dengan reaksi

sistemik seperti hipotensi. Urtikaria dingin biasanya idiopatik.

- Urtikaria tekanan

Merupakan eritema kulit dan pembengkakan yang terjadi 4-6 jam setelah

mendapatkan stimulus tekanan, seperti dari pakaian, sepatu, sabuk pengaman, tas, dan

dari peralatan yang digunakan dalam kerja manual. Pasien sering mengeluhkan rasa

seperti terbakar, sakit , dan pruritus.

Gambar 2. Urtikaria tekanan

Page 4: Urtikaria Kronik Mita

Bentuk lain dari urtikaria fisik yang jarang di temui yaitu solar urtikaria, aquagenic

urtikaria dan vibratory angioedema. Berbagai bentuk urtikaria fisik dapat dikonfirmasi dengan

tes stimulus.

Gambar 3. Solar urtikaria

Table 3. Tes stimulus urtikaria fisik

Stroking the skin firmly with a blunt object produces wheals in urticaria (dermographism), while it produces blanching or white dermographism in atopic dermatitis. Application of water on the skin for 2-5 minutes produces itching and rashes in aquagenic pruritus and aquagenic urticaria.

Read more at Suite101: How to Find the Cause of Itchy Palms and Soles: Diagnosis of Palmoplantar Pruritus: Guidelines for Doctors, Patients | Suite101.com http://suite101.com/article/how-to-find-the-cause-of-itchy-palms-and-soles-a101799#ixzz217OsDbbV

Page 5: Urtikaria Kronik Mita

Vaskulitis urtikaria

Pada urtikaria jenis ini, pasien mungkin akan lebih mengeluhkan lesi seperti terbakar dan

nyeri, daripada pruritus, purpura atau berpigmen. Lesi dapat berlangsung hingga 72 jam.

Urtikaria jenis ini dapat disertai dengan gejala sistemik seperti demam, radang sendi, penyakit

paru obstruktif kronis, asma, scleritis, uveitis, glomerulonefritis dan nyeri perut.

Urtikaria akibat penyakit sistemik

Penyakit tiroid autoimmune, seperti penyakit Hashimoto sering terkait dengan urtikaria

kronik dan angioedema. Penyakit sistemik lain yang dapat menyebabkan urtikaria namun jarang

adalah SLE.

Table 4. Tipe-tipe urtikaria

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang diperlukan pada urtikaria kronik/berulang, tidak diperlukan pada

urtikaria akut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu (Djuanda, Adi et al, 2008):

Page 6: Urtikaria Kronik Mita

1. pemeriksaan urinalisis (mencari fokal infeksi di saluran kemih), feses rutin (mencari

adanya parasit cacing) untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau

kelainan pada alat dalam.

2. Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorokan serta usapan vagina untuk

menyingkirkan adanya infeksi lokal.

3. Pemeriksaan kadar IgE total, eosinofil, dan komplemen

4. Tes kulit yaitu uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal

dapat digunakan untuk mencari allergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.

5. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makaan yang di curigai

6. Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto temple

7. Suntikan mecholyl intradermal dapat di gunakan pada urtikaria kolinergik

8. Pemeriksaan darah tepi (LED dapat meningkat)

9. Uji tempel es atau IgE spesifik dan kadar komplemen (C3, C4) untuk mencari

kelainan sistemik yang mendasari urtikaria, pada pasien yang memiliki riwayat

angioedema pada keluarga.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari urtikaria kronis yaitu (Daniel J Hogan, 2011):

Acute Febrile Neutrophilic Dermatosis

Acute Febrile Neutrophilic Dermatosis disebut juga sweet syndrome adalah suatu

proses reaktifasi yang timbul secara tiba-tiba berupa papul ataupun nodul yang dapat

bergabung berbentuk plak berwarna merah keunguan, dapat di sertai dengan demam serta

peripheral neutrophilia (Daniel J Hogan, 2011). Lesi kulit berupa papula, plakat, ataupun

nodul yang berwarna biru atau ungu kemerahan. Dapat disertai dengan Edema

subepidermal yang massive. Papul dapat berkelompok membentuk plak dengan

gambaran arkuata, nyeri (+), tidak gatal (Daniel J Hogan, 2011).

Page 7: Urtikaria Kronik Mita

Gambar 4. Nodul dan plak pada lengan

Dermatitis Atopik

Merupakan suatu keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, residif, dapat

terjadi pada bayi, anak, dewasa, dan pada penderita sering di dapatkan riwayat atopi pada

dirinya sendiri ataupun pada keluarganya yang berupa dermatitis atopic, rhinitis alergika,

dan asma bronchial (Hutomo, M et al. 2005).

Diagnosis dari dermatitis atopi ini ditegakan berdasarkan di dapatkannya sekurang-

kurangnya 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor (Hutomo, M et al. 2005).

Kriteria mayor :

- Pruritus

- Morfologi dan distribusi lesi yang khas ( flexural lichenifikasi yang linier pada

dewasa, pada bayi dan anak lesi ditemukan pada wajah dan daerah extensor )

- Terdapat riwayat dermatitis kronis yang sering kambuh

- Terdapat riwayat atopi

Kriteria minor : xerosis (kulit kering), ichthyosis, keratosis pilaris, dermatitis pada tangan

dan kaki, cheilitis, nipple eczema ( dermatitis pada putting susu ), sensitive terhadap

cutaneous infection (staphylococcus aureus, herpes simplex virus [hsv], warts,

molluscum, dermatophytes ), erythroderma, perifollicular accentuation, pityriasis alba,

Page 8: Urtikaria Kronik Mita

timbul pada usia muda, reaksi alergi tipe i, konjungtifitis berulang, daerah mata berwarna

gelap, kerutan kulit pada daerah infraorbital, anterior neck folds, keratoconus, anterior

subcapsular cataracts, sensitifitas terhadap factor emosional, food intolerance, gatal dan

edema, intolerance terhadap wool, white dermographism, peningkatan kadar serum

immunoglobulin E (IgE), peripheral blood eosinophilia.

Gambar 5. Lesi kulit pada Dermatitis Atopik

Pemphigoid Bulosa

Pemfigoid bulosa (P.B) adalah penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh

adanya bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang diatas kulit yang

eritematosa. Keadaan umum baik, perjalanan penyakit biasanya ringan, sering disertai

rasa gatal. Kelainan kulit terutama berupa bula besar (numular-plakat) berdinding tegang

berisi cairan jernih, dapat bercampur dengan vesikel yang terkadang hemoragik, daerah

sekitar berwarna kemerahan atau eritem, serta Tanda Nikolsly (Nicholsky sign) negatif

(Daniel J Hogan, 2011).

Gambar 6. Lesi kulit pada pemphigoid bulosa

Page 9: Urtikaria Kronik Mita

Dermatitis kontak alergi

Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang

timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Gejala yang umum adalah

pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat. Pada yang akut dimulai dengan

bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.

Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). Pada yang kronis

terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya

tidak jelas (Hutomo, M et al. 2005).

Gambar 7. Lesi kulit pada Dermatitis Kontak Alergi

Erythema Multiforme

Suatu penyakit yang ditandai oleh adanya bercak-bercak kemerahan yang

menonjol dan biasanya tersebar secara simetris di seluruh tubuh. Eritema multiformis

muncul secara tiba-tiba, dengan bercak-bercak kemerahan dan lepuhan-lepuhan yang

paling sering ditemukan di telapak tangan. telapak kaki dan wajah. Bercak merah

berbentuk bulat dan mendatar tersebar di kedua sisi tubuh serta membentuk cincin

berwarna gelap dengan bagian tengahnya berwarna ungu keabuan (seperti sasaran

tembakan, target lesion) dan menimbulkan rasa gatal (Daniel J Hogan, 2011).

Page 10: Urtikaria Kronik Mita

Gambar 8. Lesi kulit pada eritema multiformis (lesi target)

Erupsi obat makulopapular 

Pada kasus erupsi obat, lesi pada membran mukosa jarang didapatkan (biasanya

pada bibir). Terdapat lesi mirip lesi target polimorfik yang tersebar, makula, papula serta

plak (Daniel J Hogan, 2011). 

Mastocytosis

Merupakan kelainan pada kulit yang dikenal dengan nama urtikaria pigmentosa

dan dapat terlihat dalam berbagai bentuk klinis. Gejala dan tanda yang terlihat dapat

berupa pruritus, flushing, tanda Darier, dermografisme, purpura dan telangiektasia. Tanda

Darier : bila lesi urtikaria pigmentosa digosok atau dipukul, maka akan timbul respons

edema dan eritema, sedangkan Dermografisme dapat terlihat pada kulit yang tampak

normal (Daniel J Hogan, 2011).

Gambar 9. Lesi kulit pada Mastositosis

Page 11: Urtikaria Kronik Mita

Scabies

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes

scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit.

Gejala yang khas adalah adanya liang pada permukaan kulit, gatal, dan kemerahan dan

biasanya ada infeksi sekunder. Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada

telapak kaki dan telapak tangan (Djuanda, Adi et al, 2008.).

Gambar 10. lesi kulit pada scabies

Gigitan kutu busuk dan serangga

Lesi pada kulit pada kasus ini dapat berupa macula eritema, dapat disertai dengan

edema, nyeri setempat, gatal, serta terdapat sentral nekrosis pada bekas gigitan (Bo

Burns, 2011)

Purpura Anafilaktoid

Adalah sindrom klinis vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik berupa lesi

spesifik purpura nontrombositopenik. Memiliki trias berupa ruam purpura pada

ekstremitas bawah,nyeri abdomen atau kelainan ginjal dan artritis. Gejala klinis berupa

ruam makula eritomatosa pada kulit ekstremitas bawah yang simetris yang berlanjut

menjadi palpable purpura tanpa adanya trombositopenia, dalam 12 – 24 jam makula akan

berubah menjadi lesi purpura yang berwarna merah gelap dan memilikidiameter 0,5 – 2

cm. Lesi dapat menyatu menjadi plak yang lebih besar yang menyerupai echimosis yang

kemudian dapat mengalami ulserasi (Bossart, PH. 2005).

Page 12: Urtikaria Kronik Mita

Gambar 11. Purpura Anafilaktoid

Pitriasis Rosea

Gejala klasik dari Pityriasis Rosea berupa makula eritematosa oval atau anular

dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama

halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang

berasal dari keratin ( herald patch). Diawali gejala prodromal. kemudian akan timbul lesi

sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi yang memberikan

gambaran Christmas tree. Pada gejala atipikal tidak ditemukannya herald patch atau

berjumlah multipel. Bentuk lesi lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis,

purpura, pustul dan vesikula. Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila,

inguinal, wajah, telapak tangan dan telapak kaki (Djuanda, Adi et al, 2008).

Gambar 12. Pitiriasis rosea

Page 13: Urtikaria Kronik Mita
Page 14: Urtikaria Kronik Mita

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adi et al, 2008. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin Edisi Kelima Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

2. Hutomo, M al, 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

3. Insect Bites Clinical Presentation, Author: Bo Burns, DO, FACEP, FAAEM; Chief

Editor: Rick Kulkarni. 2011. http://emedicine.medscape.com

4. Chronic Urticaria Clinical Presentation, Author: Daniel J Hogan, MD; Chief Editor:

William D James, MD, 2011. http://emedicine.medscape.com

5. Fernando, S; Broadfoot, A. 2011. Chronic urticaria Assessment and treatment. Reprinted

from AUstRAlIAn FAmIly PhysICIAn Vol. 39, no. 3

6. Bossart, PH. 2005. Schönlein Purpura. Available from :

www.emdecine.com/emerg/topic845.htm. diakses tanggal 18 Juni 2012.