learning issue sken b blok 2

22
Komunikasi Efektif Dokter-Pasien Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu: 1. Materi informasi apa yang disampaikan a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan). b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis. c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi. d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis. e. Diagnosis, jenis atau tipe. f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara). g. Prognosis. h. Dukungan (support) yang tersedia. 2. Siapa yang diberi informasi a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan. b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien. c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung 3. Berapa banyak atau sejauh mana

Upload: febyanne-vasilefa

Post on 09-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

N

TRANSCRIPT

Komunikasi Efektif Dokter-PasienSecara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan). b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis. c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi. d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis. e. Diagnosis, jenis atau tipe. f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara). g. Prognosis. h. Dukungan (support) yang tersedia.

2. Siapa yang diberi informasia. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien. c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung

3. Berapa banyak atau sejauh manaa. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan waktu tepat menyampaikan informasia. Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.

5. Di mana menyampaikannyaa. Di ruang praktik dokter.b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.c. Di ruang diskusi. d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.b. Persiapan meliputi: Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim); Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon; Waktu yang cukup; Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang). c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan. d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

Langkah-langkah Komunikasi Dokter-PasienAda empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999). S = Salam A = Ajak Bicara J = Jelaskan I = Ingatkan Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut. Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya. Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. Melihat pentingnya komunikasi timbal balik yang berisi informasi ini, maka secara jelas dan tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Paragraf 2, Pasal 45 ayat (2), (3), Paragraf 6, Pasal 50 huruf (c), Paragraf 7, Pasal 52 huruf (a), (b), dan Pasal 53 huruf (a). Komunikasi efektif dokter-pasien memerlukan waktu yang sedikit karena dokter terampil mengenai kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). (5)Tujuan dari komunikasi efektif dokter-pasien adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memebrikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya. (5)Dua pendekatan komunikasi dalam dunia kedokteran, yaitu: (5)a. Disease Centered Communication Style atau Doctor Centered Communication Style.Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.b. Illness Centered Communication Style atau Patient Centered Communication Style.Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakit yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.Ada tiga macam gangguan yang dapat terjadi dalam komunikasi dokter-pasien, yaitu :a. Gangguan Fisikb. Gangguan Semantikc. Gangguan PsikologisCara seorang dokter dalam menyampaikan berita buruk kepada pasien, yaitu :a. Menyampaikan berita tersebut dengan baik.b. Menjelaskan bagaimana terjadinya kebutaan tersebut.c. Memberikan nasehat dan membesarkan hati pasien

Hak dan Kewajiban PasienHak dan kewajiban seorang pasien, antara lain : (6)a. Hak Pasien 1. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis;2. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain (second opinion);3. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;4. menolak tindakan medis; dan5. mendapatkan isi rekam medis.b. Kewajiban Pasien1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;4. memberikan imblasan jasa atas pelayanan yang diterima.

Hak otonomi pasien : (2)a. Hak untuk memperoleh informasi, tentang kondisi dan keadaan apa yangs sedang mereka alami. Isi dan waktu pemberian informasi, sangat tergantung dari kondisi pasien dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung kepada pasien (dan keluarganya).b. Hak untuk bertanya, atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka harapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya antara kedua belah pihak.c. Hak pasien untuk dilayani secara pribadi. Pasien harus diberitahu siapa dan apa peran mereka masing-masing (staf klinik, peneliti, peserta pelatihan dan instruktunya, penyelia dan sebagainya).d. Hak untuk menyatakan pandangannya, tentang pelayanan yang telah diberikan. Pendapatnya tentang kualitas pelayanan, yang baik maupun yang masih kurang, maupun saran-saran perbaikan, harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas pelayanan.e. Hak untuk memutuskan secara bebas, apakah menerima atau menolak suatu pengobatan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam melakukan suatu tindakan, termasuk kegawatdaruratan.

Pedoman Hak Pasien dalam Teaching Hospital, sebagai berikut : (7)1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran, kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan setara dengan standar profesi keperawatan.5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.8. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :a. Penyakit yang diderita.b. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan.c. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya.d. Alternatif terapi lainnya.e. Prognosanya.f. Perkiraan biaya pengobatan.10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.12. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.13. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.14. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.15. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

Sengketa Medik

1) Sengketa medik akibat adanya ketidakpuasan pasien dan keliuarga Ny. Menor. Dasarnya adalah karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien, ini belm berarti tindakan malpraktek. Semua ini tidak mesti diselesaikan lewat jalur hukum hanya melalui damaidengan penjelasan yang memuaskan.2) Berdasarkan hukum pasal 66 UU PK, Ny. Menor berhak mengajukan pengaduan kepada ketua MKDKI yaitu berupa pengaduan tentang sengketa medik (medikolegal).3) Sikap yang ahrus ditunjukkan oleh Ny. Menor dan keluarganya yang sesuai dengan ajaran Islam adalah sabar. Sebagaimana telah disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah :155)4) Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan tugas kesehatan : Adanya unsur kelalaian. Adanya unsur kesalahan bertindak. Adanya unsur pelanggaran kaidah profesi ataupun hukum. Adanya kesengajaan untuk melakukan tindakan yang merugikan. Kurangnya menguasai IPTEKDOK. Memberikan pelayanan kesehatan di bawah standar pofesi.5) Untuk menuntut penggantian kerugian karea kelalaian maka ada unsur-unsur yang harus dipenuhi : Adanya suatu kewajiban bagi dokter, perawat atau petugas kesehatan terhadap pasien. Telah terjadi pelanggaran standar pelayanan medis yang lazim dipergunakan (membutuhkan saksi ahli untuk membuktikannya mengingat pasien dan hakim adalah orang yang awam di bidang kesehatan. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti perugian. Secara faktual kerugian tersebut benar-benar disebabkan karena tindakan dibawah standar.6) Undang-undang yang mengatur hak perlindungan konsumen : Hak atas kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. Hak untuk memilih jasa pelayanan. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur. Hak untuk didengar pendapatnya. Hank untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa. Hak untuk mendapakan pembinaan konsumen. Hak untuk dilayani dengan benar. Hak untuk mendapatkan kompensasi dan atau ganti rugi.7) UU praktek kedokteran RI no 29 thn 24 mengatur hak dan kewajiban dokter dan pasien

HOSPITALBYLAWIstilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata Hospital dan Bylaw. Kata Hospital mungkin sudah cukup familiar bagi kita, yang berarti rumah sakit. Sementara kata Bylaw terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The Oxford Illustrated Dictionary:Bylaw is regulation made by local authority or corporation. Pengertian lainnya,Bylaws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization(Guwandi, 2004). Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapat disimpulkan sebagai peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk mengatur para anggota-anggotanya. Keberadaan HBL memegang peranan penting sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit. Ia adalah rules of the game dari dan dalam manajemen rumah sakit.Menurut Guwandi, ada beberapa ciri dan sifat HBL yaitu pertamatailor-made. Hal ini berarti bahwa isi, substansi, dan rumusan rinci HBL tidaklah mesti sama. Hal ini disebabkan oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda. Adapun ciri kedua, HBL dapat berfungsi sebagai perpanjangan tangan hukum. Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum dan yang berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan perundang-undangannya masih harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu HBL. Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan kondisi pasien , seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan sebagainya. Ketiga, HBL mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain. Keempat, rumusan HBL harus tegas, jelas, dan terperinci. HBL tidak membuka peluang untuk ditafsirkan lagi secara individual. Kelima, HBL harus bersifat sistematis dan berjenjang.HBL merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara lain: tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komite medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan. Adapun bentuk HBL dapat merupakan kumpulan dari Peraturan Rumah Sakit,Standar Operating Procedure(SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Namun demikian, peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit tidak melayani masyarakat dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit saat ini telah dituntut karena pelayanan yang tidak sesuai harapan. Ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa masih ada rumah sakit yang belum mempunyai aturan rumah sakit yang jelas, sistematis, dan rinci. Karena itu, sesuai prinsiptailor maderumah sakit seharusnya mempunyai HBL yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi .Dengan demikian, kepentingan HBL dapat dilihat dari tiga sudut yaitu pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan. Dalam hal ini HBL dapat menjadi instrumen akreditasi rumah sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis, pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen struktur, proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non-medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan program. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian rumah sakit kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa rumah sakit tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.Kepentingan yang kedua, dilihat dari segi hukum HBL dapat menjadi tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau kesalahan di dalam suatu kasus hukum kedokteran. Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih rinci harus terdapat dalam HBL. Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka HBL dapat menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko yang merugikan. Dengan demikian, pasien akan semakin terlindungi sesuai prinsippatient safety. HBL juga akan memperjelas fungsi dan kedudukan dokter dalam sebuah rumah sakit . Sebagai tenaga medis, dokter dituntut melakukan tindakan medis sesuai dengan standar profesi yang ditetapkan dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Apalagi, berdasarkan strategi WTO pada tahun 2010 Indonesia akan membuka peluang dokter asing untuk berpraktik. Sementara itu, ASEAN bersepakat dua tahu lebih cepat yaitu pada tahun 2008 membuka peluang yang sama untuk tenaga kesehatan.http://mashuriweblog.wordpress.com/2007/01/24/hospital-bylaw/

http://mtaufikharahap.blogspot.com/2010/10/hospital-by-laws.html

Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By-laws)

Sebagaimana pengertiannya, by-laws adalahregulations, ordinances, rules or laws adopted byan association or corporation or the like for its government.Dengan demikianhospital by-lawsdalam arti luas adalah segala ketentuan, baik berupa statuta atau AD-ART, peraturan,standar dll yang dibuat oleh dan diberlakukan untuk sesuatu rumah sakit tertentu.Sedangkanhospital by-lawsdalam arti sempit adalah ketentuan yang menjelaskan tentangtata-hubungan antara pemilik rumah sakit, manajemen rumah sakit dan komite medis.

Hospital by-lawsbukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau dapat diterapkan begitusaja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan denganhospital by-lawspada umumnya.Hospital by-lawsdibuat dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum kedokteran.

Peran dan Fungsi Hospital by Laws

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa hospital by-laws adalah semua peraturan yang berlaku di rumah sakit yang mengatur segala sesuatu penyelenggaraan di rumah sakit tersebut. Dalam prototype hospital by-laws yang diajukan bersama oleh Ontario Hospital Association and Ontario Medical Association disebutkan secara implisit bahwa hospital by-laws terdiri dari bagian administratif (dalam arti penyelenggaraan, berkaitan dengan hospital administrator) dan bagian medical staff. Selain kedua bagian hospital by-laws tersebut, di rumah sakit juga dapat dibuat berbagai peraturan, keputusan dan kebijakan rumah sakit, termasuk standar prosedur pelayanan medis, yang merupakan aturan/ketentuan di bawah hospital by-laws.

Demikian pula Keputusan Menteri Kesehatan R.I nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) menguraikan bahwa Hospital Bylaws terdiri dari Corporate Bylaws dan Medical staff bylaws. Di dalam pedoman tersebut juga diuraikan bahwa penyusunan medical staff bylaws dapat digabung menjadi satu dengan corporate bylaws yaitu menjadi salah satu pasal atau bab di dalam corporate bylaws, meskipun bisa juga di susun secara terpisah.

Hospital (administrative atau corporate) by-laws mengatur tentang bagaimana kepentingan pemilik direpresentasikan di rumah sakit, bagaimana kebijakan rumah sakit dibuat, bagaimana hubungan antara pemilik dengan manajemen rumah sakit dan bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana hubungan manajemen dengan staf medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan dalam keadaan statis dan dinamis.

Hospital (medical) by-laws memberikan suatu kewenangan kepada para profesional medis untuk melakukan self-governance bagi para anggotanya, dengan cara membentuk suatu "komite medis" yang mandiri; sekaligus memberikan tanggung-jawab (responsibility) kepada "komite" tersebut untuk mengemban seluruh kewajiban pemastian terselenggaranya pelayanan profesional yang berkualitas dan pelaporannya kepada administrator rumah sakit.

Hospital by-laws juga mengatur tentang upaya yang harus dilakukan guna mencapai kinerja para profesional yang selalu berkualitas dalam merawat pasiennya; utamanya melalui rambu-rambu penerimaan, review berkala dan evaluasi kinerja setiap praktisi di rumah sakit. Dalam rangka itu pula hospital by-laws juga dapat memerintahkan "komite medis" untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guna mencapai dan menjaga standar serta menuju kepada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan profesi.

Akhirnya hospital by-laws juga harus merangsang timbulnya, memelihara, me-review dan menyempurnakan peraturan dan standar guna tercapainya self-governance. Self governance selanjutnya harus diikuti dengan self-regulation dan self-disciplining. Hal ini mengharuskan hospital by-laws untuk juga mengatur tentang pengawasan, sistem pelaporan dan pencatatan, sistem penilaian (peer-review, hearing, dll), dan tentu saja pemberian sanksi disiplin bagi mereka yang melanggarnya sampai pada tingkat tertentu.

Ketentuan dalam hospital by-laws

Di dalam bagian administratif dari suatuhospital by-lawsdiatur tentang Badan Pengawas (Board of Trusteesatau Dewan Penyantun), kepengurusan korporasi, kepanitiaan (komite) yang diperlukan, rapat, keuangan, tugas-tugas administrator (manajemen) serta hubungan administrator dengan pengurus rumah sakit lainnya.Dianjurkan di dalam prototypehospital by-lawstersebut bahwa administrator rumah sakit ditunjuk juga sebagai sekretaris Badan Pengawas, tetapi bukan sebagai anggota Badan Pengawas. Administrator adalah orang yang bertanggung-jawab atas berjalannya korporasi rumah sakit, termasuk mempekerjakan-mengendalikan dan mengarahkan semua pegawai rumah sakit.

Di dalam bagianmedical staff by-lawsdiatur hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan medis di rumah sakit, baik yang bersifat profesional maupun yang bersifat legal, utamanya tentang sumber daya manusia di bidang medis. Diperlukannyamedical staff by-lawsdidasarkan kepada pemikiran bahwa kinerja para profesional, pelayanan medis, pendidikan dan penelitian di dalam rumah sakit adalah tugas yang maha penting dari rumah sakit dan staf medis perlu memberikan saran atau nasehatnya kepada administrator agar kepentingan pasien tetap merupakan tujuan utama disamping tujuan-tujuan korporasi lainnya.By-lawsbagian ini juga bertujuan untuk menjaga kerjasama yang baik antara staf medis dengan administrator.

Pada umumnya, medical staff by-laws berisikan ketentuan tentang nama, tujuan, keanggotaan, kategori keanggotaan, profesional yang bukan dokter/dokter gigi, prosedur pengangkatan dan review, clinical privileges, tindakan korektif, proses hearing dan banding, kepengurusan staf medis, organisasi pelayanan medis, kepanitiaan yang harus dibentuk, rapat-rapat, kerahasiaan dan pengungkapan informasi, peraturan lain, dan ketentuan tentang penambahanby-laws atau peraturan.

Tidak ada seorang dokter yang dapat berpraktek atau merawat pasiennya di rumah sakit kecuali dia adalah anggota staf medis, atau dokter yang bukan anggota tetapi diberi hak khusus secara temporer atau dokter yang berada dalam pendidikan dan memperoleh hak tersebut secara khusus dengan supervisi dari anggota staf medis.

Untuk dapat menjadi anggota staf medis, seseorang harus dapat menunjukkan ijasah dokternya (sertifikat kompetensi), ijin dokter (surat penugasan atau surat tanda registrasi dan surat ijin praktek tenaga medis sebagai bentuk pengakuan publik atas kewenangannya), pengalaman, latar belakang, pelatihan yang pernah diikuti, kemampuan terakhir atau brevet spesialisasi terakhir yang telah disahkan oleh Kolegium terkait, pertimbangan dalam membuat keputusan medis, serta status kesehatannya. Semuanya bertujuan untuk memastikan bahwa dokter tersebut akan memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar tingkat kualifikasinya, bersikap dan bertindak etis, dan mampu bekerjasama dengan sejawatnya. Ia juga diharapkan selalu menjaga standar perilaku dan patuh kepada standar pelayanan medis yang terkait dengan kualifikasinya, sumpah dokter, etik kedokteran dan ketentuan lain. Rumah sakit sebaiknya mengharuskan para dokter tersebut telah memiliki polis asuransi profesi dengan jumlah pertanggungan yang disepakati kedua pihak.

Ketentuan tersebut harus tetap dijaga sepanjang keanggotaannya sebagai staf medis. Seseorang dokter/dokter gigi tidak akan ditunjuk menjadi staf medis selamanya, melainkan akan selalu di-reviewper-tahun atau setidaknya setiap dua tahun.Reviewini bermanfaat untuk tetap menjaga kualitas layanan dan perilakunya.

Keanggotaan staf medis dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, sesuai dengan status dan perannya. Kategori anggota yang digunakan di berbagai hospitalby-lawsdi negara lain mungkin tidak tepat benar untuk diterapkan di negara kita, namun setidaknya dapat digunakan sebagai acuan cara berpikir kita.

Anggota aktif adalah anggota staf medis, baik dokter atau spesialis ataupun dokter gigi, purna-waktu ataupun paruh-waktu, yang melaksanakan pelayanan medis di rumah sakit dengan menempati jadwal kerja dan tempat praktek yang telah tertentu dan berhak merawat inap pasien di bidang kualifikasinya. Di rumah sakit pendidikan, staf tersebut termasuk staf dosen Fakultas Kedokteran yang ditunjuk untuk menjadi staf medis rumah sakit.

Anggota yang tidak memenuhi kriteria anggota aktif dapat dimasukkan ke dalam kategori keanggotaan lain, seperti anggota sementara, anggota konsultan, anggota kehormatan, dll. Anggota jenis ini tidak memiliki hak suara dalam pembuatan keputusan, tetapi dapat berkontribusi di dalam kepanitiaan yang dibentuk.

Anggota sementara diperuntukkan bagi anggota baru yang diharapkan kelak menjadi anggota aktif, namun membutuhkan evaluasi terlebih dahulu; atau bagi residen pendidikan spesialis di rumah sakit pendidikan.

Dengan mengingat bahwa dokter di Indonesia tidak hanya bekerja di satu rumah sakit, maka harus dipikirkan kemungkinan bahwa seorang dokter menjadi anggota staf medis dari beberapa rumah sakit. Barangkali perlu diatur agar seseorang tidak menjadi pengurus staf medis di lebih dari satu rumah sakit, agar mutu pengabdiannya tidak terganggu.

Medical staff by-lawsharus mengatur tanggung-jawab profesional anggota staf medis, seperti keharusan mematuhi standar profesi, mematuhiby-lawsdan peraturan lain, dapat bekerjasama, mematuhi aturan pengisian rekam medis, mematuhi sumpah dokter dan etik kedokteran, kewajiban mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan lain-lain.

Prosedur aplikasi menjadi anggota,reviewoleh timcredential, pengambilan keputusan, serta waktu pemrosesan harus diuraikan secara rinci di dalammedical staff by-laws. Demikian pula proses persidangan bila diduga terdapat pelanggaran etik, kelalaian medis atau pelanggaran profesional lain; kewajiban mengajukan bukti-bukti dan hak membela diri, hak naik banding, tindakan korektif yang bisa diberikan dari peringatan hingga pencabutan hak sebagai anggota staf medis, dll.

By-lawsjuga mengatur tentang kewenangan medis dari tiap anggotanya sesuai dengan kualifikasinya, pengaturan apabila terdapat tindakan atau kasus yang menjadi lahan lebih dari satu spesialisasi, sistem rujukan dan konsultasi internal, sistem jaga dan perpindahan kewenangan dan tanggung-jawab, dll.

Sebagaimana layaknya yang berlaku saat ini, rumah sakit juga diharuskan memiliki beberapa kepanitiaan yang mengurusi aspek khusus dan tertentu dari pelayanan medis di rumah sakit, misalnya PanitiaBy-laws, Panitia kredensial, Panitia Pelayanan Kritis (Critical Care), Panitia Bank Darah dan pemanfaatan darah, Panitia Kanker, Panitia Pelayanan Klinik, Panitia Penyakit Ginjal terminal, Panitia Pendidikan Kedokteran, Panitia pengendalian infeksi (nosokomial), Panitia etik kedokteran, Panitia Perpustakaan medis, Panitia Rekam Medis, PanitiaQuality Assurance, Panitia Kamar Operasi, Panitia Farmasi dan Perobatan, Panitia Koordinasi peningkatan kualitas, Panitia Praktek profesioal, Panitia Rehabilitasi, Panitia Trasplantasi, Panitia Trauma, PanitiaUtilization Review, dll.

Selainhospital by-lawsdalam bentuk bagian administratif dan bagian staf medis di atas, rumah sakit juga harus mengeluarkan peraturan, kebijakan dan berbagai standar yang harus dipatuhi oleh staf medis dan pegawai rumah sakit lainnya. Sebagai contoh peraturan tersebut adalah Peraturan Perawatan Inap Pasien, Peraturan tentang Rekam Medis, Peraturan tentang Sikap Umum dalam Melakukan Pelayanan Medis,Safety and Disaster Plan, Peraturan Umum tentang Pembedahan, Peraturan Umum tentang Dialisis, Kerahasiaan Medis, Hak pasien danprivacy-nya, dan peraturan lain yang diperlukan.

Apabila dikaji uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwahospital (medical) by-lawsmemiliki peran yangbesar dalam menertibkan penyelenggaraan layanan medis di sebuah rumah sakit, yang berarti pula merupakanupaya untuk mencegah terjadinya kasus medikolegal. Bahkan bukan hanya sengketa medis antara pemberilayanan dengan penerima layanan medis saja yang dicegah, melainkan juga sengketa hukum antara manajemenrumah sakit dengan dokter pemberi layanan medis atau antar para pemberi layanan medis di rumah sakit tersebut.

JamkesmasJamkesmas merupakan akronim dari Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jamkesmas merupakan salah satu program perbaikan kesehatan dari pemerintah yang diperuntukkan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang memiliki keterbatasan dana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Dalam mendapatkan pelayanan, pasien harus mengikuti beberapa prosedur pelayanan Jamkesmas, antara lain : (1)a. Pasien datang ke rumah sakit pemerintah atau rumah sakit swasta yang menerima penggunaan fasilitas jamkesmasb. Pasien mendaftari diri dan menunjukkan kartu Jamkesmas dan KTP untuk memastikan bahwa milik si pasien.

Fasilitas Pelayanan Jamkesmas : (1)mendapatkan pelayanan gratis,a. obat-obatan yang diperlukan selama menjalani perawatan pun juga gratisb. Bahkan, untuk melakukan operasi pun juga dibebaskan dari biaya.Sikap Rumah Sakit terhadap pasien yang menggunakan Jam KesMas :a. Menerima kedatangan pasien secara friendly.b. Memberi pelayanan yang sama seperti melayani pasien pada umumnya

Kanker tulang primer. Kanker yang satu ini memang berasal dari tulang itu sendiri. Yang termasuk dalam kategori kanker tulang ini adalah: Mieloma Multipel, Osteosarkoma, Fobrosarkoma, dan Histiositoma Fobrosa Maligna, Kondrosarkoma, Tumor Ewing, dan Limfoma Tulang Maligna.. Mieloma Multipel adalah kanker tulang yang paling serinf ditemukan. Kanker ini berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah. Biasanya kanker tulang jenis ini dialami oleh orang dewasa. Kanker ini dapat mengenai 1 atau lebih tulang sehingga nyeri bisa muncul di lebih dari 1 temapt.Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Kanker tulang jenis ini banyak menyerang anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdeteksi pada anak umur 15 tahun. Dan angka kejadian pada anak laki-laki maupun anak perempuan adalah sama namun yang banyak diserang adalah remaja laki-laki.Penyebab kanker ini memang tidak diketahui secara pasti. Namun dari beberapa bukti yang ada tampaknya kemungkinan bahwa penyakit ini diturunkan besar sekali. Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meski demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulang lainnya.Gejala yang paling sering dialami adalah nyeri. Sejalan dengan pertumbuhan tumor, bisa juga terjadi pembengkakkan, dan pergerakan yang terbatas. Tumor di tungkai akan menyebabkan penderita berjalan timpang. Sedangkan tuomor di lengan akan menyebabkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu.Pembengkakkan pada tumor mungkin akan berasa hangat dan terlihat agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang yang selanjutnya menjadi tumor. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor ini disebut fraktur patologis dan sering terjadi setelah tulang mengalami gerakan rutin.Pendeteksian penyakit ini adalah dengan pemeriksaan:1. 1. Rontgen tulang yang terkena 2. 2. CT Scan tulang yang terkena 3. Pemeriksaan darah (termsuk kimia serum) 4. 3. CT Scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru 5. 4. Biopsi terbuka 6. 5. Scanning keseluruhan tulang untuk melihat penyebaran kanker-nya. Sebelum dilakukan pembedahan, dilakukan kemoterapi supaya tumor mengecil. Kemoterapi ini lumayan manjur untuk membunuh sel tumor yang sudah mulai menyebar. Jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidupnya mencapai 60%. Sekitar 75% penderita bisa bertahan hidup sekitar 5 tahun setelah kanker tulangnya terdiagnosis.Fibrosarkoma dan Histiositoma Fobrosa MalignaKanker ini berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang, seperti ligamen, tendon, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang. Kanker ini biasanya ditemukan pada orang berusia lanjut atau pertengahan.Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan, dan rahang. Fibrosarkoma dan Histositoma Fibrosa Maligna mirip dengan osteosarkoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya. Pengobatannya pun sama.KondrosarkomaKondrosarkoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas. Kebanyakan kondrosarkoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang dapat disembuhkan dengan pembedahan. Tetapi, beberapa diantaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung menyebar.Kondrosarkoma harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan jarang dilakukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, 75% penderita akan mampu bertahan hidup.Tumor EwingTumor Ewing muncul pada masa pubertas dimana tulang tumbuh sangat cepat. Tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur dibawah 10 tahun. Tumor bisa tumbuh di bagian tubuh manapun. Namun yang paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul, atau dada. Tumor jga bisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dan kadang terjadi pembengkakan di bagian tulang yang terkena. Penderita jug amungkin mengalami demam. Tumor ini mudah menyebar ke paru-paru dan tulang lainnya. Pada saat terdiagnosis, penyebaran biasanya sudah terjadi hampir pada 30% penderita.Jika diduga suatu tumor, maka dilakukan pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan penyebaran tumor dengan cara:1. 1. rontgen tulang kerangka tubuh 2. 2. rontgen dada 3. 3. CT scan dada 4. 4. Scanning tulang 5. 5. biopsi tumor Pengobatan yang dilakukan adalah kombinasi dari: kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin, ifosfamid, etoposid), terapi penyinaran tumor dan terapi pembedahan untuk mengangkat tumor.Limfoma Tulang MalignaLimfoma Tulang Maligna biasanya menyerang mereka yang berusia 40-50 tahun. Kanker ini berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh, kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan dan tulang yang rusak. Pengobatan terdiri dari kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran

KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA (KODERSI) 2000BAB IKewajiban Umum Rumah Sakit

Pasal 1Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)

Pasal 2Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di rumah sakit.

Pasal 3Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.

Pasal 4Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non medik secara baik.

Pasal 5Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.

Hak dan Kewajiban pasien dalam UU No. 29 tahun 2004 pada pasal 52 dan 53 yaitu :Hak pasien Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;d. Menolak tindakan medis; dane. Mendapatkan isi rekam medisKewajiban pasien:Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban : a. memberikan informasi yang lengakap dan jujur tentang masalah kesehatannya;b. mematuhi nasehat dan petunjuk dokter dan dokter gigic. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan, dan;d. memberikan imbalan jasa atas apa yang diterima.Malpraktik memiliki pengertian yaitu Setiap tindakan medis yang dilakukan dokter atau orang-orang di bawah pengawasannya, atau penyedia jasa kesehatan yammg dilakukan terhadap pasiennya, baik dalam hal diagnosis, terapeutik dan manajemen penyakit yang dilakukan secara melanggar hokum, kepatuhan, kesusilaan, dan prinsip-prinsip professional baik dilakukan dengan sengaja atau karena kurang hati-hati yang menyebabkan salah tindak, rasa sakit, luka, cacat, kerusakan tubuh, kematian, dan kerugian lainnya yang menyebabkan dokter atau perawat harusbertanggung jawab baik secra administrative, perdata, maupun pidana (Fuady, 2005 : 2-3)Kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam factor :1. Adanya unsure kelalaian2. Adanya unsur kesalahan bertindak3. Adanya unsur pelanggaran kaidah profesi ataupun hukum4. Adanya kesengajaan untuk melakukan tindakan yang merugikan Malpraktik di bidang kedokteran sendiri dibagi menjadi dua : Malpraktik medik : Kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterlampilannya dan ilmu pengetahuannya yang lazim dipergunakan untuk mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama Malpraktik medik murni : Tindakan sengaja yang dilakukan dokter tanpa indikasi medik yang jelas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan demi untuk mengeruk keuntungan semataDokter atau petugas kesehatan dapat dikatakan melakukan tindakan malpraktik jika : Kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang sudah beerlaku umum di kalangan profesi kesehatan Memberikan pelayanan kesehatan dibawah standar profesi Melakukan kelalaian berat atau memberikan pelayanan dengan ketidak hati-hatian Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.