lapsus limfoma maligna.doc
DESCRIPTION
bedahTRANSCRIPT
LAPORAN KASUSLIMFOMA MALIGNA
Oleh:
Nurrakhmadaniyah, S. Ked
032010101065
SMF BEDAH RSU. dr. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2009
DAFTAR ISI
1
Judul.......................................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
Daftar gambar ……………………………………………………………………iii
Daftar tabel.............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Anatomi Sistem Limfatik.......................................................................2
2.2 Definisi...................................................................................................4
2.3 Epidemiologi..........................................................................................4
2.4 Patogenesis.............................................................................................6
2.5 Etiologi...................................................................................................7
2.6 Gejala Klinis..........................................................................................9
2.7 Klasifikasi.............................................................................................10
2.8 Diagnosa...............................................................................................16
2.9 Stadium Klinik.....................................................................................18
2.10Penatalaksanaan..................................................................................19
2.11 Efek samping terapi............................................................................23
2.12 Prognosa.............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
2
Gambar 2.1 Struktur kelenjar limfe………………………………………………2
Gambar 2.1.1 Anatomi sistem limfatik……………………………………………3
Gambar 2.4 Transformasi limfosit B dan T koncep Lukes………………………..6
Gambar 2.6 Limfoma pada lipatan paha……………………………………..........9
Gambar 2.6.1 Limfoma pada soft tissue…………………………………………10
Gambar 2.8 Needle Biopsy………………………………………………………17
DAFTAR TABEL
3
Tabel 2.3 Insiden limfoma………………………………………………………..5
Tabel 2.5 Agen infeksi dan keganasan limfoma…………………………………..8
Tabel 2.7 Tipe limfoma…………………………………………………………..13
Tabel 2.7.1 Perbedaan HL dan NHL……………………………………………..15
Tabel 2.9 Stadium HL dan NHL…………………………………………………18
Tabel 2.10 Regimen kemoterapi penyakit Hodgkin……………………………..22
Tabel 2.10.1 Regimen kemoterapi NHL…………………………………………22
Tabel 2.12 Angka harapan hidup HL…………………………………………….24
BAB I
4
PENDAHULUAN
Limfoma adalah suatu tipe kanker sel-sel sistem imun yaitu limfosit dan
sel-sel limfatik tubuh, yang merupakan garis pertahanan tubuh dari serangan
penyakit8,19. Kelenjar limfatik berkelompok di leher, lengan bawah, lipat paha, dan
abdomen. Ada dua tipe dari keganasan limfoma yaitu Hogkin's Lymphoma dan
Non-Hogkin lymphoma. Limfoma akan terjadi jika beberapa sel sistem limfatik
tumbuh abnormal dan diluar kontrol bahkan dapat membentuk tumor yang dapat
tumbuh menjadi sel-sel kanker, sel-sel ini akan tumbuh dan merusak sistem pada
tubuh. Karena sistem limfatik ada sepanjang tubuh maka sel-sel ini dapat menjalar
ke organ-organ lain bahkan ke sumsum tulang6.
Penyebab pasti limfoma belum diketahui, beberapa faktor dapat
meningkatkan resiko berkembangnya limfoma. Gejala-gejala yang ditimbulkan
juga tidak spesifik, yang berarti dapat tampak kondisi-kondisi yang tidak
berhubungan dengan kanker. Pencegahan terhadap limfoma belum diketahui.
Standar yang direkomendasikan adalah mencegah faktor resiko terjadinya
penyakit19.
Limfoma maligna termasuk salah satu dari lima penyakit keganasan
tersering di Amerika. Pada dua puluh tahun terakhir insiden Non-Hogkin
Lymphoma meningkat sedangkan insiden dari Hogkin Lymphoma menurun.
Dalam beberapa dasawarsa yang lalu, kemajuan dalam metode penatalaksanaan
limfoma telah menghasilkan perbaikan kelangsungan hidup lebih dari lima kali
lipat, dan lebih dari 85 persen yang menderita penyakit Hogkin saat ini bertahan
hidup lebih dari lima tahun14.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Limfatik
Sistem limfatik merupakan bagian dari tubuh yang terdiri dari organ-
organ, duktus, dan jaringan yang menyaring bahan-bahan berbahaya dari cairan
yang mengelilingi jaringan tubuh. Organ limfatik utama terdiri dari timus dan
sumsum tulang. Organ-organ limfatik sekunder terdiri dari lien, appendik, tonsil,
adenoid, limfonodi, dan peyer’s patches pada usus halus15. Sistem limfatik
merupakan sistem kedua dari pembuluh-pembuluh yang berbeda secara anatomi
dan fungsi dari pembuluh darah kapiler sistem sirkulasi. Pembuluh terkecil sistem
limfatik disebut kapiler limfatik yang dapat ditemukan pada hampir semua organ
tubuh, tetapi tidak ditemukan pada lapisan kulit superficial, sistem saraf pusat, dan
tulang. Kapiler limfatik bertemu pada pembuluh limfe yang lebih besar yang
disebut nodus lmfe, kemudian masuk kedalam duktus limfe. Duktus limfe masuk
ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia kanan maupun kiri. Limfe dari kepala,
lengan, dan dada sebelah kanan masuk ke vena subklavia kanan sedangkan yang
dari tubuh bagian bawah, kepala, lengan dan dada sebelah kiri masuk ke vena
subklavia kiri12. Pembuluh limfe berisi cairan bening yang berisi sel limfosit dan
merupakan sarana yang mengalirkan sel limfosit keseluruh tubuh.
Gambar.2.1 Struktur kelenjar limfe
Gambar 2.1 memperlihatkan bagan struktur pembuluh limfe, yang terbagi dalam
6
tiga bagian utama yaitu : kortek, para kortek, dan medulla. Didalam kortek
didapati folikel-folikel yang berbentuk sferis, yang terisi penuh limfosit B. Di
tengah folikel-folikel ini dapat ditemukan daerah yang berwarna agak pucat yang
dinamakan pusat germinal (‘centrum germinativum’) yang didalamnya dapat
ditemukan sel blast, sel besar dan makrofag. Daerah parakortek berisi limfosit T,
sedang daerah medulla pada dasarnya dihuni oleh sel B17. Sistem limfatik
mempunyai bermacam-macam peran pada kesehatan tubuh manusia, antara lain7,12
:
Membangkitkan dan menyimpan sel-sel darah putih untuk menyerang
infeksi
Menyerap lemak dari usus
Mengembalikan cairan yang bocor dari kapiler dan ruang interstisial
kembali ke sistem sirkulasi melalui vena
7
Gambar.2.1.1 Anatomi Sistem Limfatik
2.2 Definisi
Limfoma maligna adalah suatu penyakit keganasan pada sel limfosit yang
terdapat terutama pada jaringan limfoid3,8,10,12,13,19,22. Organ-organ limfoid utama
terdiri dari timus dan sumsum tulang sedangkan organ-organ limfoid sekunder
terdiri dari cincin Waldeyer's, limfonodi, lien, appendik, tonsil, adenoid, lamina
propia, Peyer’s patch, kelenjar limfoid urogenital.
2.3 Epidemiologi
Limfoma maligna termasuk lima penyakit keganasan tersering di Amerika.
Pada 20 tahun terakhir angka kejadian limfoma meningkat terutama Non-Hodgkin
Limfoma sedangkan untuk Hodgkin Limfoma angka kejadiannya justru menurun.
Menurut the American Cancer Society pada tahun 2005 terdapat 63.740 kasus
8
limfoma yang terdiagnosa, 11,5% adalah Hodgkin Limfoma dan 88,5% Non-
Hodgkin Limfoma, 80% dari NHL adalah kelompok derivat Cell B limfoma dan
7,6% limfoma Cell T matur. Prevalensi limfoma maligna non hodgkin lebih
banyak daripada limfoma maligna hodgkin, laki-laki lebih banyak daripada
wanita, status perfomannya terbanyak ECOG 3, gambaran PA terbanyak high
grade, derajat penyakitnya adalah stadium III22. Tipe tumor Cell B matur terjadi
pada umur dekade 6-7 tahun tetapi limfoma Cell B mediastinum terjadi pada umur
73 tahun, limfoma Burkitt's dan limfoma Cell B sering terjadi pada anak-anak14.
Negara yang memiliki angka kejadian terbanyak untuk penyakit Hodgkin adalah
Amerika Selatan dan untuk Limfoma Burkitt's adalah afrika13. Kelenjar yang
paling sering terkena adalah kelenjar getah bening leher. Penanganannya lebih
banyak dengan kemoterapi dengan penyebab kematian terbanyak adalah syok
septik22.
Tabel.2.3 Insiden Limfoma1
9
2.4 Patogenesis
Gambar.2.4 Transformasi limfosit B dan T menurut koncep Lukes17
Berbeda dengan sel hematopoeitik yang lain, limfosit kecil (matang)
bukan merupakan sel tahap akhir dari perkembangannya, akan tetapi merupakan
permulaan limfopoiesis baru yang timbul sebagai reaksi terhadap rangsangan
antigen. Sel limfosit dalam kelenjar limfe berasal dari sel-sel induk multipotensial
di dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial pada tahap awal
bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang kemudian berdiferensiasi
melalui dua jalur. Sebagian mengalami pematangan dalam kelenjar timus untuk
menjadi sel limfosit T, dan sebagian menuju kelnjar limfe atau tetap berada dalam
sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi sel limfosit B. Apabila ada
rangsangan antigen maka limfosit T maupun B akan bertransformasi menjadi
bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit T aktif menjalankan fungsi respon
imunitas seluler, sedangkan limfosit B aktif menjadi imunoblas yang kemudian
menjadi sel plasma yang membentuk immunoglobulin. Terjadi perubahan
morfologi yang mencolok pada perubahan ini, dimana sitoplasma yang sedikit
pada limfosit B matang menjadi bersitoplasma banyak pada sel plasma,
sedangkan limfosit T aktif berukuran lebih besar dibanding limfosit T matang.
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat mutasi gen
pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit matang yang tengah berada dalam
proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat rangsangan imunogen).
10
Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit matang antara lain17 :
Ukurannya menjadi besar
Kromatin inti menjadi lebih halus
Nukleolinya bertambah
Protein permukaan sel mengalami perubahan
Gambaran umum kerusakan limforetikuler19 :
● Sebagai multiplikasi sel yang abnormal limfoma terdapat pada satu atau
lebih limfonodi atau jaringan limfoid lain seperti lien.
● Sebagai sel yang multiplikasi secara terus-menerus, limfoma membentuk
suatu massa yang disebut sebagai tumor.
● Tumor sering meliputi jaringan dengan menginvasi, merampas kebutuhan
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tetap bertahan dan berfungsi
secara normal.
● Pertumbuhan yang tidak terkontrol maka pada limfoma dapat mencapai
jaringan disekitarnya atau organ lain yang jauh.
● Pada limfoma, limfosit yang abnormal berjalan dari satu nodus limfe ke
nodus limfe lain dan kadang mencapai organ-organ dalam tubuh melalui
sistem limfatik.
● Limfoma yang berkembang diluar sistem limfatik disebut extranodal
disease.
2.5 Etiologi
Penyebab limfoma belum diketahui dengan pasti, studi epidemiologi
menyatakan beberapa faktor dipertimbangkan berperan penting pada gangguan
ini. Faktor-faktor resiko tersebut antara lain3,13,19 :
● Faktor herediter
Famili dan ras cenderung untuk terjadinya limfoma tertentu.
● Umur
Umumnya resiko NHL meningkat pada usia lanjut, HL pada usia tua
dihubungkan dengan prognosis yang jelek dibandingan pada usia muda.
● Defisiensi imun
11
Defisiensi imun kongenital :
- Sindrome Klinefelter's
- Sindrom Chediak-Higashi
- Sindrome Ataxia telangiectasia
- Sindrome Wiscott-Aldrich
Defisiensi imun didapat :
- Iatrogenik imunosupressan
- Infeksi HIV
- Hipogammaglobulinemia
● Gangguan autoimun
Rheumatoid artthritis, systemic lupus erythematosus (SLE) dan sindroma
Sjogren adalah contoh gangguan imun yang dihubungkan dengan
perkembangan limfoma.
● Terekspose bahan-bahan kimia
Pestisida, herbisida, phenitoin, radiasi, pewarna rambut warna hitam.
● Infeksi
AGEN INFEKSI KEGANASAN LIMFOID
Epstein-Barr virus Limfoma Burkitt;s
Hodgkin limfoma
Limfoma sel T
HTLV-1 Limfoma Sel T pada dewasa
HIV Limfoma Sel B diffuse
Limfoma Burkitt's
Virus Hepatitis C Limfoma Limfoplasmasitik
Helicobakter pilori Limfoma gaster
Herpes Virus Primary Effusion Limfoma
12
Tabel. 2.5 Agen Infeksi dan Keganasan Limfoid13
Faktor-faktor resiko tersebut pada akhirnya berperan pada terjadinya tumor
dengan merangsang abnormalitas genetik termasuk onkogen. Adanya faktor
resiko tersebut tidak berarti seseorang tersebut benar-benar terjadi limfoma.
2.6 Gejala Klinis
Pada awalnya kebanyakan penderita limfoma tampak seperti orang yang
sehat dengan pembesaran satu atau sekelompok nodus tanpa rasa nyeri. Kadang-
kadang keterlibatan ekstranodus telah ada dan gejala-gejala yang dapat diacu
sebagai hepatosplenomegali merupakan keluhan pertama sekitar 25% penderita10.
Beberapa gejala dan tanda lain 12:
o Pembesaran limfonodi tidak nyeri pada leher, ketiak, atau
lipatan paha
Gambar 2.6 Limfoma pada lipatan paha
o Demam, terutama malam hari
o Dingin
o Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
o Nafsu makan berkurang
o Batuk menetap
o Sesak napas
13
o Gatal menetap seluruh tubuh tanpa sebab yang jelas
o Kelelahan
o Pembesaran tonsil
o Sakit kepala
o Pembesaran limfonodi menyebabkan penekanan pada vena
atau pembuluh limfatik sehingga terjadi pembengkakkan
pada lengan atau kak; penekanan pada saraf menyebabkan
nyeri, matirasa.
o Pembesaran lien menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan
pada perut.
Gambar.2.6.1 Limfoma pada soft tissue
2.7 Klasifikasi
2.7.1 Evolusi dari Klasifikasi Limfoma5 :
Awal abad 20 : Gianf follicular lymphoma; retikulum cell sarcoma
Pertengahan abad 20 : Rappaport pattern of growth, cell differentiation
Tahun 1970 : Kiel (Lennert) : incorporate immunology
Tahun1980 : Working Formulation : kembali ke Rappaport dengan beberapa
revisi
14
Tahun 1990 : REAL Classification : genetik, histologik, immunophenotypic,
dan klinis
Akhir tahun 1990 – abad 21 : WHO Clssification terdapat 35 nama termasuk
semua tumor limfoid.
Word Health Organization Classification of Lymphoid Tumors
B-Cell Neoplasms
Precursor B-cell neoplasm
Precursor B lymphoblastic leukemia/lymphoma
Mature B-cell neoplasms
Chronic lymphocytic leukemia/small lymphocytic lymphoma
B-cell prolymphocytic leukemia
Lymphoplasmacytic lymphoma
Splenic marginal zone lymphoma
Hairy cell leukemia
Plasma cell myeloma
Solitary plasmacytoma of bone
Extraosseous plasmacytoma
Extranodal marginal zone B-cell lymphoma of mucosa-associated
lymphoid tissue (MALT lymphoma)
Nodal marginal zone B-cell lymphoma
Follicular Lymphoma
Mantle cell lymphoma
Diffuse large B-cell lymphoma
Mediastinal (thymic) large B-cell lymphoma
Intravascular large B-cell lymphoma
Primary effusion lymphoma
Burkitt lymphoma/leukemia
B-cell proliferations of uncertain malignant potential
Lymphomatoid granulomatosis
Post-transplant lymphoproliferative disorder, polymorphic
T-Cell and NK-Cell Neoplasms
15
Precursor T-cell neoplasms
Precursor T lymphoblastic leukemia/lymphoma
Blastic NK cell lymphomatoid
Mature T-cell and NK-cell neoplasms
T-cell prolymphocytic leukemia
T-cell large granular lymphocytic leukemia
Aggressive NK cell leukemia
Adult T-cell leukemia/lymphoma
Extranodal NK/T-cell lymphoma, nasal type
Enteropathy-type T-cell lymphoma
Hepatosplenic T-cell lymphoma
Subcutaneous panniculitis-like T-cell lymphoma
Mycosis fungoides
Sezary syndrome
Prymary cutaneous anaplastic large cell lymphoma
Peripheral T-cell lymphoma, unspecified
Angioimmunoblastic T-cell lymphoma
Anaplastic large cell lymphoma
T-cell proliferation of uncertain malignant potential
Lymphomatoid papulosis
Hodgkin Lymphoma
Nodular lymphocyte predominant Hodgkin lymphom
Classical Hodgkin lymphoma
Nodular sclerosis classical Hodgkin lymphoma
Lymphocyte-rich classical Hodgkin lymphoma
Mixed cellularity classical Hodgkin lymphoma
Lymphocyte-depleted classical Hodgkin lymph
16
Tabel.2.7 Tipe Limfoma21
2.7.2 Tipe Limfoma
Ada dua tipe dari keganasan sistem limfatik4,8,21:
● Hodgkin limfoma
● Non-Hodgkin limfoma
Hodgkin limfoma
Hodgkin limfoma termasuk tipe dari limfoma. Limfoma Hodgkin’s adalah
keganasan jaringan limfoid yang ditemukan pada limfonodi, lien, hepar dan
sumsum tulang. Diberi nama Hodgkin limfoma karena orang yang
mendokumentasikan pertama adalah Dr. Thomas Hodgkin. Pada akhir abad 19
dan awal abad 20 dua ilmuan Reed dan Sternberg menyelidiki limfoma Hodgkin
dibawah mikroskop dan menemukan partikel sel yang disebut sel Reed
Sternberg15 . HL dimulai pada nodus limfe tunggal yang diikuti dengan
penyebaran ke nodus terdekat dan kemudian ke organ lain. Klinis yang tampak
adalah pembesaran dari nodus yang terkena (misalnya nodus limfe axilla,
cervical) tanpa gejala lain. HL sering terjadi pada usia 15 – 35 tahun dan pada usia
50 – 70 tahun. Beberapa gejala pada HL antara lain 20:
o Pembengkakan limfonodi tidak nyeri pada leher, ketiak,
atau paha.
o Lemah
o Panas dingin
17
o Keringat malam
o Berat badan turun
o Nafsu makan menurun
o Gatal seluruh tubuh
o Keringat berlebih
o Kulit kemerahan
o Nyeri pada leher
o Rambut rontok
o Nyeri pada pinggul
o Clubbing finger atau toe
o Splenomegali.
Non-Hodgkin Limfoma
Ada banyak perbedaan tipe dari NHL. Beberapa tipe timbul sangat cepat
dan ada yang tumbuh lambat3. Menurut golongan histologisnya limfoma dibagi
atas 3 kelompok besar yaitu9:
NHL derajat keganasan rendah
NHL deajat keganasan menengah
NHL derajat keganasan tinggi
NHL disebut derajat keganasan tinggi jika sel-sel tampak membelah
sangat cepat. Yang termasuk dalam NHL derajat keganasan tinggi antara lain
diffuse large B-cel limfoma, limfoma Burkitt's, limfoblastik limfoma. NHL
derajat keganasan tinggi ini sering terjadi pada usia diatas 50 tahun, tetapi dapat
terjadi pada semua umur. NHL disebut derajat keganasan rendah jika sel-sel
tampak membelah dengan pelan. Yang termasuk dalam NHL derajat keganasan
rendah antara lain limfoma follicular, limfoma limfoplasmositik, dan MALT
derajat rendah. NHL derajat keganasan rendah sering terjadi pada usia lebih tua,
tetapi dapat terjadi pada usia muda3. Gejala dan tanda pada NHL berbeda-beda
tiap individu tergantung tipe limfoma dan lokasi tumor.
18
Beberapa tanda dan gejala NHL antara lain2 :
o Sakit perut
o Konstipasi
o Nafsu makan menurun
o Kesulitan menelan
o Batuk
o Nyeri dada
o Pembengkakan limfonodi tidak nyeri
o Panas dingin, atau keringat malam
o Gatal pada kulit
o Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
o Kelelahan
o Nyeri pada tulang atau sendi
o Infeksi berulang
PERBEDAAN KLINIK ANTARA LIMFOMA HODGKIN DAN LIMFOMA
NON-HODGKIN4,10 :
HODGKIN NON-HODGKIN
Kejadiannya stabil Kejadian meningkat
Usia : pertengahan 29 tahun Kejadian meningkat sesuai umur
Tempat : nodul, supradiafragmatik Tempat : nodul atau extranodul, banyak
tempat
Gambaran klinis : massa mediastinal,
gatal, alkohol merangsang nyeri
Gambaran klinis tidak spesifik
Prognosa : 70-80% sembuh Tergantung tipe, sering tidak bisa
disembuhkan
Penyebaran bertahap perkontinuitatum Penyebaran perkontinuitatum
19
HODGKIN NON-HODGKIN
Nodus mesenterium dan cincin
Waldeyer jarang terlibat
Sering melibatkan nodus mesenterium
dan cincin Waldeyer
Tabel.2.7.1 Perbedaan HL dan NHL
2.8 Diagnosa
Jika terdapat pembengkakan atau gejala-gejala seperti yang telah
dijelaskan, maka pertimbangkan untuk menanyakan tentang kapan mulai terjadi,
riwayat penyakit sekarang maupun riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan,
tempat kerja, riwayat kesehatan, riwayat keluarga, tingkah laku dan gaya hidup.
Pertanyaan tersebut diikuti dengan pemeriksaan. Untuk klarifikasi lebih jauh
dapat dilakukan3,19 :
● Blood test
Darah digunakan untuk bermacam-macam tes. Beberapa tes ini dilakukan
evaluasi fungsi dan dayaguna dari sel darah dan organ-organ penting,
misalnya hati dan ginjal. Bahan-bahan kimia darah atau enzim-enzim
(laktat dehydrogenase/LDH) diperiksa. Kadar yang tinggi dari LDH
pada beberapa kasus dapat menyebabkan limfoma.
● Biopsy
Jika ada pembengkakan, contoh jaringan yang mengalami pembengkakan
diambil untuk pemeriksaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk
memperoleh biopsi massa.
massa yang terlihat dan terasa dibawah kulit relatif mudah untuk dilakukan
biopsi. Jarum berlubang dapat dimasukkan kedalam massa dan dengan
jarum diambil sampel kecil (disebut core needle biopsi). Biopsi dilakukan
dengan menggunakan lokal anestesi.
Core needle biopsi tidak selalu memperoleh hasil yang bagus, untuk itu
dapat dilakukan pengambilan pada daerah nodus limfe yang membengkak
dengan insisi kecil pada kulit. Prosedur tersebut dilakukan dengan lokal
20
anestesi, dapat juga dilakukan dengan general anestesi.
Pada massa yang terletak pada bagian tubuh yang dalam dapat dilakukan
laparoskopi.
Gambar.2.8 Needle Biopsy
● Biopsi Sumsum Tulang
Biopsi sumsum tulang sering digunakan untuk melihat apakah ada sel
limfoma pada sumsum tulang.
● X-ray
Pada bagian tubuh tertentu misalnya, x-ray dada digunakan untuk
mengetahui apakah ada pembesaran nodus limfe pada dada.
● CT scan
Tes tersebut memperlihatkan gambaran tiga dimensi dan lebih detail
mendeteksi pembesaran nodus limfe dan massa lain dalam tubuh.
● MRI
Hampir sama dengan CT scan, tetapi memberikan penjelasan yang lebih
baik pada bagian tubuh tertentu terutama otak dan medula spinalis.
● Lymphangiogram
Memberikan gambaran sistem limfatik dengan sedikit bahan yang
bergerak melalui sistem, pada dasarnya telah digunakan salah satu dari CT
scan, MRI atau PET.
● Gallium scan
Limfoma cenderung untuk mengumpulkan sebuah bahan yang disebut
21
Gallium. Untuk tes ini, sedikit kandungan dari radioaktif gallium
disuntikkan kedalam tubuh. Scan digunakan untuk menemukan gallium
dikumpulkan. Kumpulan dari gallium mendukung suatu tumor.
● Positron-emission tomographic (PET) scan
Sedikit kandungan dari bahan radioaktif disuntikkan kedalam tubuh dan
kemudian diikuti PET scan. Tempat dari radiokatif pada scan
menunjukkan daerah dengan aktivitas metabolik yang meningkat, yang
menandakan sebuah tumor.
● Lumbal pungsi
Jika sistem saraf pusat telah dipengaruhi limfoma maka pada cairan
serebrospinal akan mengandung sel-sel limfoma.
● Tes fungsi organ
Tes ini biasanya dikerjakan sebelum memulai terapi untuk meyakinkan
bahwa suatu organ cukup sehat untuk menahan efek samping terapi.
Misalnya echocardiogram atau MUGA scan untuk tes fungsi hati dan paru.
2.9 Stadium Klinik
Daftar stadium klinik yang dikembangkan untuk penyakit Hodgkin
seringkali digunakan untuk NHL. Tetapi kurang bermanfaat, karena korelasi
antara tingkat anatomi penyakit dan prognosisnya kurang pasti3,10,19.
Stadium klinik limfoma Hodgkin dan NHL (Klasifikasi Ann Arbor) :
STADIUM PENYEBARAN PENYAKIT
I Keterlibatan daerah nodus limfe tunggal (I) atau
keterlibatan alat tubuh atau daerah ekstralimfatik
II Keterlibatan dua atau lebih daerah nodus limfe pada sisi
yang sama dari diafragma sendiri (II) atau dengan
keterlibatan jaringan atau alat tubuh ekstralimfatik yang
bersambungan terbatas (IIE)
III Keterlibatan daerah-daerah nodus limfe pada kedua sisi
22
STADIUM PENYEBARAN PENYAKIT
diafragma (III) yang mungkin mencakup limfa (IIIs),
jaringan dan alat tubuh ekstralimfatik yang bersambung
secara terbatas (IIIES)
IV Fokus multipel atau menyebar pada satu atau lebih jaringan
atau alat tubuh ektralimfatik, dengan atau tanpa
keterlibatan limfatik.
Tabel.2.9 Stadium HL dan NHL
Catatan : Akhiran “A” atau”B” menunjukkan adanya atau tidak adanya gejala dari
penyakit umum; A, tidak adanya gejala penyakit umum; B, adanya gejala
penyakit umum : kehilangan lebih dari 10 persen berat badan yang tidak dapat
diterangkan, demam lebih dari 38oC yang tidak dapat dijelaskan, keringat malam.
E menunjukkan tumor telah menyebar secara langsung dari nodus limfe kedalam
organ atau organ tunggal diluar sistem limfatik yang tidak tampak keterlibatan
limfatik.
2.10 Penatalaksanaan
Tujuan terapi medis pada limfoma adalah remisi komplit. Yang berarti
tanda-tanda dari penyakit tidak tampak setelah terapi. Remisi tidak sama dengan
hilang. Pada remisi, pada tubuh masih mempunyai sel-sel limfoma tetapi tidak
terdeteksi dan menyebabkan tidak ada gejala. Pada remisi limfoma dapat kembali,
yang disebut juga rekuren. Lamanya remisi tergantung tipe, stadium, dan derajat
dari limfoma. Remisi yang sangat lama disebut durable remission dan ini adalah
tujuan terapi. Semakin lama remisi prognosisnya semakin baik. Remisi dapat juga
parsial. Ini berarti tumor menyusut setengah dari ukuran sebelum terapi. Istilah-
istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon terhadap terapi limfoma
antara lain 19:
Improvemen : limfoma menyusut tetapi masih lebih dari setengah ukuran
aslinya.
23
Stable disease : limfoma masih sama
Progression : limfoma menjadi lebih buruk selama terapi
Refractory disease : limfoma resisten terhadap terapi
Pertimbangan sebelum memilih terapi 3:
Tipe atau klasifikasi limfoma
Stadium
Umur
Kesehatan secara umum
Laki-laki atau perempuan
Bagian tubuh yang terkena
Radioterapi
Terapi radiasi menggunakan sinar energi tinggi untuk membunuh sel
kanker. Dipertimbangkan untuk lokal terapi, yang berarti terapi radiasi seharusnya
digunakan untuk target area pada tubuh termasuk massa tumor. Sasaran radiasi
dipengaruhi daerah nodus limfe dan organ. Kadang-kadang daerah terdekat
tersinari sehingga membunuh banyak sel yang kemungkinan penyebarannya tidak
terdeteksi. Tergantung bagaimana dan dimana radiasi diberikan dapat
menyebabkan efek samping tertentu misalnya lemah, nafsu makan berkurang,
mual, diare dan masalah kulit. Radiasi pada daerah nodus limfe menghasilkan
supresi pada sistem imun dengan derajat yang berbeda-beda. Radiasi diberikan
pada jangka pendek selama lima hari dalam seminggu selama beberapa minggu.
Setiap terapi digunakan dosis rendah untuk membantu mencegah atau mengurangi
efek samping1.
Transplantasi sumsum tulang dan stem sel
Pada beberapa kasus, limfoma diterapi dengan kemoterapi dosis tinggi,
atau kadang kemoterapi dan radioterapi. Karena dosis tinggi ini menyebabkan
kerusakan sumsum tulang sehingga diperlukan sumsum tulang yang tidak rusak
dan stem sel dapat dikembalikan kedalam tubuh. Sering digunakan sebagai terapi
untuk HL yang relap atau NHL derajat tinggi3.
Immunoterapi
24
Imunoterapi yang sering digunakan adalah rituximab (MabThera). Digunakan
untuk beberapa tipe dari NHL. Dapat diberikan sendiri atau kombinasi dengan
kemoterapi. Imunoterapi tidak mempunyai efek samping seperti kemoterapi.
Imunoterapi diberikan selama empat minggu melalui drip3. Dosis baku rituximab
375 mg/m2 IV setiap minggu selama 4 sampai 8 minggu dan dosis maksimum
yang bisa ditoleransi masih belum ditentukan. Terapi ulang dapat memberikan
respon 40%. Efek samping berupa demam dan menggigil biasa dijumpai terutama
pada infus pertama. Efek samping yang fatal (seperti anafilaksis, ARDS dan
sindrom lisis tumor) pernah dilaporkan terutama pada sel limfoma dalam sirkulasi
atau CLL17.
Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk membunuh
sel-sel kanker. Kemoterapi adalah terapi sistemik, yang berarti melalui sirkulasi
darah dan mempengaruhi semua bagian tubuh. Efek samping kemoterapi sebagian
tergantung pada obat-obat dan dosis yang digunakan1. Obat sitotoksik menyerang
sel-sel kanker yang sifatnya cepat membelah. Namun, terkadang obat ini juga
memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang juga mempunyai sifat cepat
membelah seperti rambut, mukosa, sumsum tulang, kulit, dan sperma. Obat ini
juga dapat bersifat toksik pada beberapa organ seperti jantung, hati, ginjal, dan
sistem saraf17.
25
Tabel.2.10 Regimen Kemoterapi Penyakit Hodgkin17
Tabel.2.10.1 Regimen Kemoterapi NHL16
2.11 Efek samping terapi
26
Efek samping kemoterapi tergantung obat yang digunakan sedangkan efek
samping radioterapi tergantung pada bagian tubuh mana yang diterapi. Efek
samping yang sering terjadi antara lain3,17 :
Resiko infeksi dan kandungan darah
Efek samping tersering dari kemoterapi adalah efek pada sumsum
tulang. Sumsum tulang bertanggung jawab terhadap produksi sel-sel
darah. Termasuk sel darah putih yang membantu menyerang infeksi,
sel darah merah yang membawa oksigen dan platelet yang
membantu pembekuan perdarahan. Trombositopenia, anemia, dan
leucopenia adalah efek samping yang terjadi pada kemoterapi.
Mual dan muntah
Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel-sel mukosa yang
melapisi saluran cerna. Muntah dapat terjadi secara akut, dalam 0-24
jam setelah kemoterapi, atau tertunda, 24-96 jan setelah kemoterapi.
Kadang terjadi pada radioterapi pada daerah perut.
Rambut rontok
Beberapa kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok, terjadi
kurang lebih 2 minggu sejak terapi diberikan, akibat efek letal obat
terhadap sel-sel folikel rambut.
Mukositis
Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah
(glossitis), tenggorok (esofagitis), usus (enteritis), dan rectum
(proktitis). Umumnya mukositis terjadi pada hari ke- 5-7 setelah
kemoterapi. Mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder, asupan
nutrisi yang buruk, dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan,
dan peningkatan biaya perawatan.
Kulit kering
Perubahan rasa dan problem diet
Lemah
Infertilitas
Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium merupakan hal
27
yang rentan terhadap efek oksik obat antikanker.
2.12 Prognosis
Beberapa faktor resiko telah secara sungguh-sungguh dievaluasi dan
menunjukkan peran penting pada hasil terapi. Untuk HL, International Prosnostic
Index meliputi 7 faktor resiko :
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Umur 45 tahun atau lebih tua
3. Stadium IV
4. Albumin kurang dari 4.0 g/dL
5. Hemoglobin (kadar sel darah merah) kurang dari 10,5 g/dL
6. Peningkatan jumlah sel darah putih (WBC) 15,000/mL
7. Jumlah limfosit rendah kurang dari 600/mL atau kurang dari 8% dari total
WBC
Tanpa faktor resiko diatas menunjukkan kontrol limfoma Hodgkin mencapai
84%, jika terdapat beberapa faktor resiko kontrol penyakit ini mencapai 77%, 5
atau lebih faktor resiko kontrol hanya mencapai 42%2. Lebih dari 80% orang
dengan limfoma Hodgkin stadium I dan II mampu bertahan hidup kurang lebih 10
tahun. Pada stadium lanjut angka harapan hidup 5 tahun hanya sekitar 60%. Data
statistik untuk angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium limfoma
Hodgkin yaitu16:
Stadium Angka harapan hidup selama 5 tahun
I 90% - 95%
II 90% – 95%
III 85% - 90%
IV 80% - 85%
Tabel.2.12 Angka harapan hidup HL
International prognostic Index pada NHL meliputi19 :
1. Umur lebih tua dari 60 tahun
2. Stadium III atau IV
3. LDH tinggi
28
4. Lebih dari satu daerah extranodal
5. Keadaan umum jelek (diukur dari kesehatan menyeluruh)
Dari faktor tersebut dapat diidentifikasi menurut kelompok resiko :
Resiko Rendah : 0-1 faktor resiko, five years survival 70%
Resiko Menengah : 2-3 faktor resiko, five years survival 49-50%
Resiko Tinggi : 4 faktor resiko, five years survival 26%
LAPORAN KASUS
29
I. Anamnesis
Identitas penderita
Nama : Ny T
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Sukogidri, Ledokombo Jember
Suku Bangsa : Madura
Agama : Islam
No. RM : 256480
Tanggal Pemeriksaan (MRS) : 13 Juli 2009
Tanggal KRS : 16 juli 2009
Keluhan Utama
Benjolan di leher, ketiak dan selangkangan, dan badan terasa lemah
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh timbul benjolan di leher pasien. 1
benjolan di sebelah kiri sebesar ibu jari dan 2 buah benjolan di sebelah kanan
sebesar kelereng. Benjolan tersebut tidak nyeri, tidak merah, tidak panas, dan
tidak mengeluarkan cairan. Tidak ada demam, tidak batuk, tidak sesak, tidak
mimisan, tidak nyeri tenggorokan, suara tidak sengau, tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada nyeri telan, tidak ada luka di mulut yang tidak sembuh-
sembuh.
Sejak 4 bulan yang lalu timbul benjolan yang serupa di ketiak kiri pasien
sebanyak 1 buah sebesar ibu jari, ketiak kanan 2 buah sebesar kelereng,
selangkangan kiri 3 buah dan selangkangan kanan 3 buah sebesar kelereng. Badan
terasa sering kelelahan, badan terasa kedinginan, kadang demam terutama pada
malam hari, tidak ada keringat malam, sering batuk dan pilek, batuk tidak ada
dahak, tidak ada batuk darah, perut makin membesar, sering terasa kembung dan
sulit BAB yaitu sering BAB 2 hari sekali, dan tidak nafsu makan. Pasien juga
mengeluh gatal-gatal pada perut bagian atas, kaki dan tangan. Pakaian terasa
30
makin longgar.
Sejak 2 bulan yang lalu benjolan-benjolan tersebut makin membesar 2- 3
kalinya, badan makin terasa lelah dan tidak kuat untuk bekerja. Kadang
tenggorokan terasa nyeri dan sulit menelan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat sakit diare dan infeksi terus-menerus selama 6 bulan lebih sebelumnya
disangkal
Riwayat sakit batuk lama atau batuk darah disangkal
Riwayat sakit tumor atau keganasan disangkal
Riwayat sering mimisan, sulit menelan, nyeri telan, suara sengau, hidung terasa
tersumbat dan luka di mulut yang tidak sembuh-sembuh sebelumnya disangkal.
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang sama
Riwayat sakit batuk lama atau batuk darah disangkal
Riwayat sakit tumor atau keganasan disangkal
Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat penggunaan obat kortikosteroid lama disangkal
II. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status gizi :
BB: 42 kg
TB : 148 cm
BMI : 42/(148)2 = 19% (status gizi cukup)
Vital sign : Tensi: 120/80 mmHg N : 86 x/menit
31
RR : 24 x/menit t : 36.80 C
Status generalis
Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga: tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat,
tidak ada eritroplakia, tidak ada leukoplakia, tidak ada ulkus. Pembesaran
tonsil T1/T2
Thorax
Cor : I: ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS VI MCL sinistra
A: S1S2 tunggal, regular, tidak ada suara tambahan
Pulmo: I: simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor +/+
A: vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
I : cembung
A : Bising Usus normal
P :hepatomegali (3 cm di bawah arcus costae), splenomegali
(schuffner 2), nyeri tekan (-)
P : timpani (pekak pada hepar dan lien)
Ekstremitas
Akral hangat di keempat ekstremitas
Oedem tidak ada di keempat ekstremitas
Status lokalis
Regio colli dekstra (trigonum cervicale posterior)
I: terdapat massa 2 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada ulkus,
transiluminasi (-)
32
P: massa dengan diameter 2x1 cm dan 2x 2 cm, konsistensi padat kenyal,
batas tidak jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar, tidak
melekat pada kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
Regio colli sinistra (trigonum cervicale posterior) :
I: terdapat massa 1 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada
ulkus, transiluminasi (-)
P: massa dengan diameter 4x3 cm, konsistensi padat kenyal, batas tidak
jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar, tidak melekat pada
kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
Regio aksilla dekstra
I: terdapat massa 1 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada ulkus,
transiluminasi (-)
P: massa dengan diameter 5x2 cm, konsistensi padat kenyal, batas tidak
jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar, tidak melekat pada
kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
Regio aksilla sinistra
I: terdapat massa 2 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada ulkus,
transiluminasi (-)
P: massa dengan diameter 2x2 cm dan 1x1 cm, konsistensi padat kenyal,
batas tidak jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar, tidak
melekat pada kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
Regio inguinal dekstra
I: terdapat massa 3 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada ulkus,
transiluminasi (-)
P: massa dengan diameter masing-masing 1x1 cm, konsistensi padat
kenyal, batas tidak jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar,
tidak melekat pada kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
Regio inguinal sinistra
I: terdapat massa 3 buah, tidak merah, tidak keluar cairan, tidak ada ulkus,
transiluminasi (-)
P: massa dengan diameter 1x1 cm, 1x1 cm dan 2x2 cm, konsistensi padat
33
kenyal, batas tidak jelas, tidak mudah digerakkan, melekat pada dasar,
tidak melekat pada kulit, tidak hangat, tidak nyeri.
III. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 7.0 gr/dl
Lekosit : 39.4 x 109/L
Hematokrit : 24%
Trombosit : 88 x 109/L
SGOT : 35 U/L
SGPT : 17U/L
Kreatinin : 1.0 mg/dl
Urea : 31 mg/dl
Bun : 14 mg/dl
GDA : 86 mg/dl
Gula darah 2 jam pp : 123 mg/dl
Pemeriksaan FNAB tanggal 11 juli 2009
Makroskopis : pembesaran kelenjar getah bening multiple, di leher kanan dan kiri,
padat kenyal, diameter 1x1 cm sampai 2x 2.5 cm.
Mikroskopis: sel-sel limfoid yang kecil-kecil monoton, inti bulat berlekuk
berkromatin kasar, anak inti tidak jelas.
Diagnosis patologis: malignant lymphoma, small cleaved cell
Pemeriksaan radiologis (thorax photo)
Gambaran jantung dan paru dalam batas normal
Massa mediastinal (-)
IV. Diagnosis
Limfoma Maligna + anemia
V. Planning
Transfusi PRC sampai 3 kolf (Hb > 10 gr%)
34
Pro kemoterapi
Diet TKTP
Cek DL setelah transfusi darah
VI. Follow Up
Tanggal Pemeriksaan 14 Juli 2009
S : badan lemah, demam (-)
O : KU: sedang kesadaran: Compos mentis
VS : T : 110/70 RR : 18 x/mnt
N : 84x/mnt t : 37 0C
St. Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks : cor : S1S2 tunggal, regular
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : cembung, bising usus normal, hepatomegali (3 cm di bawah arcus
costae), splenomegali (schuffner 2)
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas
Oedem tidak ada di keempat ekstremitas
Status Lokalis: tetap
A : Limfoma maligna
P : Transfusi PRC sudah masuk 3 kolf
Pro kemoterapi
Diet TKTP
Hasil laboratorium tanggal 13 juli 2009
Hb :12,5 gr/dl
LED : 90/105
Lekosit : 36,6 x 109 U/L
Hematokrit : 40%
Trombosit : 78 x 109 U/L
35
Tanggal Pemeriksaan 15 Juli 2009
S : badan lemah,
O : KU: sedang kesadaran: Compos mentis
VS : T : 120/80 RR : 20 x/mnt
N : 76 x/mnt t : 37 0 C
St. Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks : cor : S1S2 tunggal, regular
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : cembung, bising usus normal, hepatomegali (3 cm di bawah arcus
costae), splenomegali (schuffner 2)
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas
Oedem tidak ada di keempat ekstremitas
Status Lokalis: tetap
A : Limfoma maligna
P : Kemoterapi regimen CHOP (cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine,
prednisone)
Diet TKTP
Tanggal Pemeriksaan 16 juli 2009
S : badan lemah,
O : KU: sedang kesadaran: Compos mentis
VS : T : 110/80 RR : 20 x/mnt
N : 80x/mnt t : 36.70 C
St. Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks : cor : S1S2 tunggal, regular
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : cembung, bising usus normal, hepatomegali (3 cm di bawah arcus
costae), splenomegali (schuffner 2)
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas
Oedem tidak ada di keempat ekstremitas
36
Status Lokalis: tetap
A : Limfoma maligna
P : Kemoterapi regimen CHOP (cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine,
prednisone)
Kontrol poli
Diet TKTP
DAFTAR PUSTAKA
37
1. Dominik Berthold, MD. Tretment of malignant lymphoma. 2004.
www.smw.ch
2. Donna Patton, MD. Non-Hodgkin’s Lymphoma. 2004.
www.kidshealth.org
3. Gilmour Hamilton, Catriona. Lymphomas. 2006. www.lymphoma.org.uk
4. GM, Mead. ABC of clinical haematology : Malignant lymphomas and
chronic lymphocytic leukemia. 1997. www.BMJ.com
5. Longo, Dan L. Order Out of Chaos in the Classification of Lymphoma.
2007.www.accessmedicine.com
6. Lymphoma Foundation Canada. About Lymphoma. 2007.
www.lymphoma.ca
7. Marcelle Pick, OG/GYN NP. The lymph system and your health. 1998-
2007.www.womentowomen.com
8. Mark Oren, MD. FACP. Lymphomas. 2007. www.iVTotalHealth.com
9. Reksodiputro, AH. Prinsip Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin. 2006.
www.kalbe.co.id
10. Robbins dan Kumar. Buku Ajar PATOLOGI II. EGC. Jakarta.1995. Hal
89-108
11. Sabiston. Buku Ajar BEDAH bagian 2. EGC. Jakarta. . Hal 216-219.
12. Sally C. McFarlane-Parrott. Lymphatic System. Gale Encyclopedia of
Nursing and Allied Health.2002
13. Serhan Alkan, MD. Pathology of Lymphoma. 2000. www.yahoo.com
14. Spender,Dennis W, MD. 2006 Survival Study Malignant
Lymphoma.2000-2005. Michigan Departemen of Community Health
15. Thomson Gale, Detroit. Lymphatic System. Gale Encyclopedia of
Chilhood and Adolescence.1998
16. Tim FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III jilid II. Gaya
baru : Jakarta.
17. Tim FKUI. 2006. Buku Ajar “Ilmu Penyakit Dalam”. Edisi IV jilid II.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI L: Jakarta
38
18. VF Murphy. The Lymphatic System. 2004. www.medicalengineer.com
19. Wendy Hu, MD. Lymphoma. 2007. www.eMedicineHealth.com
20. William Matsui, MD. Hodgkin's lymphoma. 2006. www.lifespn.org
21. Wilmot, James P. Lymphoma.www.stronghealth.com
22. Wirama D, Ketut Suega, Tjok Gde Dharmayuda, I Made Bakta. Profil
Penderita Limfoma Maligna. 2002.www.trigonum.or.id
39
40