case report limfoma
DESCRIPTION
erthTRANSCRIPT
TALIB1102011274
PEMBIMBING :Dr. Yeppy AN Sp.B, FINACS, MM
CASE REPORT LIMFOMA
Identitas PasienNama : Tn. AUmur : 38 tahunJenis Kelamin : Laki – lakiAgama : IslamAlamat : Soreang Indah blok DD24,
Kec. Soreang Kab. BandungPekerjaan : Buruh PabrikPendidikan : SMPStatus Perkawinan : MenikahNo RM : 530075Tanggal Pemeriksaan : 21 Oktober 2015
AnamnesaKeluhan Utama : Benjolan pada leher
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke RSUD Soreang dengan keluhan benjolan pada kedua sisi leher sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sudah mempunyai benjolan pada leher sisi kanan sejak 3 tahun yang lalu. Awal mula pasien merasa leher bengkak dan mulai teraba adanya benjolan yang membesar. Namun benjolan tersebut dapat mengecil kembali sehingga pasien tidak khawatir. 1 minggu yang lalu benjolan semakin membesar namun tidak mengecil kembali dan bertambah banyak. Pembesaran benjolan disertai dengan penurunan nafsu makan, pasien menjadi sulit tidur dan penurunan berat badan pasien ± 3kg. batuk (-), keringat malam (+) demam (-)
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya sudah mengalami benjolan seperti ini namun tidak melakukan pengobatan karena pasien merasa benjolan dapat mengecil dengan sendiri.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang pernah mengalami pembesaran pada leher.
Riwayat Penyakit LainnyaRiwayat Hipertensi : DisangkalRiwayat DM : DisangkalRiwayat Alergi Obat : Disangkal
Pemeriksaan FisikTanda Vital
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Pernapasan : 24 x/ menit
Suhu : 37,00 C
Status GeneralisKepala : Normochepali, ekspresi wajah normal Mata : Simetris, palpebra superior-inferior normal, konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, isokor, reflek pupil
+/+Leher : KGB ada pembesaran, JVP tidak meningkat Thorax : Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal dan taktil simetris
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru, peranjakan paru (+)
Auskultasi : Cor : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : distensi (-), massa (-), darm countur (-), darm steifung (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ren (ginjal) tidak teraba, vesica velea tidak teraba.
Perkusi : tympani
Extremitas : Akral hangat Capillary refill time < 2” Turgor baik Edema (-)
STATUS LOKALIS
Inspeksi : Tampak pembesaran leher sisi kanan, ukuran 5cm x 3cm x 2cm, konsistensi keras, terfiksir, batas tegas, permukaan rata, nyeri tekan (-).
ResumeSeorang pria berumur 38 tahun datang dengan keluhan benjolan pada leher sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sudah mempunyai benjolan pada leher sisi kanan sejak 3 tahun yang lalu. Awal mula pasien merasa leher bengkak dan mulai teraba adanya benjolan yang membesar. Namun benjolan tersebut dapat mengecil kembali sehingga pasien tidak khawatir. 1 minggu yang lalu benjolan semakin membesar namun tidak mengecil kembali dan bertambah banyak. Pembesaran benjolan disertai dengan penurunan nafsu makan, pasien menjadi sulit tidur dan penurunan berat badan pasien ± 3kg. batuk (-), keringat malam (+) demam (-). Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran leher sisi kanan berukuran 5cm x 3cm x 2cm dengan konsistensi keras, terfiksir, batas tegas, permukaan rata, dan tidak terdapat nyeri tekan (-).
Diagnosa Banding
Limfoma non-HodgkinLimfoma hodgkinLimfadenopati colliCa nasofaringHipertiroid
Pemeriksaan PenunjangDarah RutinBiopsiCT-Scan
Diagnosa Kerja
Limfoma Hodgkin
Tatalaksana KemoterapiRadioterapiOperatif
Prognosis Quo ad vitam : dubia ad
bonam Quo ad functionam : dubia ad
bonam Quo ad sanationam : dubia ad
bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI Limfoma atau limfoma maligna adalah
sekelompok kanker di mana sel-sel limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan limfoma dapat dimulai dari organ apapun.
KLASIFIKASILIMFOMA HODGKINDiagnosis morbus Hodgkin berdasarkan pemeriksaan histologik,
yang dalam hal ini
adanya sel Reed-Sternberg (kadang-kadang sel Hodgkin varian mononuklear)
LIMFOMA NON-HODGKINFormulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi tiga kelompok utama, antara lain:
Limfoma Derajat RendahKelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil, limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler campuran sel belah besar dan kecil.
Limfoma Derajat MenengahAda empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar, limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar.
Limfoma Derajat TinggiTerdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.
EPIDEMIOLOGI Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh
dunia. Di negara-negara berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi, yaitu mixed cellularity dan limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara yang sudah maju lebih banyak limfoma hodgkin tipe nodular sclerosis. Limfoma hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan distribusi usia antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.
Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan menempati urutan ke-7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia. Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di atas 50 tahun.
ETIOLOGIPenyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini
belum diketahui secara
pasti. Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori) Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida,
herbisida, bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.
Inflamasi kronis karena penyakit autoimun Faktor genetik
ANATOMI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINISLimfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin
Anamnesis
Asimtomatik limfadenopati
Gejala sistemik (demam intermitten,
keringat malam, BB turun)
Nyeri dada, batuk, napas pendek
Pruritus
Nyeri tulang atau nyeri punggung
Asimtomatik limfadenopati
Gejala sistemik (demam intermitten,
keringat malam, BB turun)
Mudah lelah
Gejala obstruksi GI tract dan Urinary
tract.
Pemeriksaan Fisik
Teraba pembesaran limonodi pada
satu kelompok kelenjar (cervix,
axilla, inguinal)
Cincin Waldeyer & kelenjar
mesenterik jarang terkena
Hepatomegali & Splenomegali
Sindrom Vena Cava Superior
Gejala susunan saraf pusat
(degenerasi serebral dan neuropati)
Melibatkan banyak kelenjar perifer
Cincin Waldeyer dan kelenjar
mesenterik sering terkena
Hepatomegali & Splenomegali
Massa di abdomen dan testis
Klasifikasi Limfoma Menurut Ann Arbor yang telah dimodifikasi oleh Costwell
Keterlibatan/Penampakan
Stadium
I Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ ekstralimfatik (IE)
II Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio yang letaknya berjauhan tapi masih
dalam sisi diafragma yang sama (IIE)
III Kanker telah mengenai kelenjar getah bening pada 2 sisi diafragma ditambah dengan organ
ekstralimfatik (IIIE) atau limpa (IIIES)
IV Kanker bersifat difus dan telah mengenai 1 atau lebih organ ekstralimfatik
Suffix
A Tanpa gejala B
B Terdapat salah satu gejala di bawah ini:
Penurunan BB lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan yang tidak
diketahui penyebabnya
Demam intermitten > 38° C
Berkeringat di malam hari
X Bulky tumor yang merupakan massa tunggal dengan diameter > 10 cm, atau , massa mediastinum dengan
ukuran > 1/3 dari diameter transthoracal maximum pada foto polos dada PA
DIAGNOSIS Pada pemeriksaan fisik dalam pemeriksaan palpasi bisa ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening yang tidak nyeri di leher terutama supraklavikuler, aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar.
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) sering dipergunakan pada diagnosis pendahuluan limfadenopati jadi untuk identifikasi penyebab kelainan tersebut seperti reaksi hiperplastik kelenjar getah bening, metastasis karsinoma, dan limfoma maligna.
Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan radiologi dan termasuk di dalamnya adalah:
1. Foto toraks untuk menentukan keterlibatan KGB mediastinal
2. Limfangiografi untuk menentukan keterlibatan KGB didaerah iliaka dan pasca aortal
3. USG banyak digunakan melihat pembesaran KGB di paraaortal dan sekaligus menuntun biopsi aspirasi
jarum halus untuk konfirmasi sitologi.
4. CT-Scan sering dipergunakan untuk diagnosa dan evaluasi pertumbuhan LH
DIAGNOSIS BANDING Infeksi (bakteri, jamur, parasit) Penyakit inflamasi (sarkoidosis, systemic lupus erythematosus,
poliarteritis nodusa) Proses neoplasma (karsinoma sel skuamosa atau sel basal,
melanoma, estesioneuroblastoma, karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma, fibrosarkoma, mieloma sel plasma, limfoma sinonasal)
Penggunaan kokain Trauma
TATALAKSANARadioterapi:
Teknik radiasi yang digunakan didasarkan pada stadium limfoma itu sendiri, yaitu:Untuk stadium I dan II secara mantel radikalUntuk stadium III A/B secara total nodal radioterapiUntuk stadium III B secara subtotal body irradiationUntuk stadium IV secara total body irradiation
Operatif
Kemoterapi
TATALAKSANATerapi pertama
Stadium I – II - Terapi standar: radiasi lapangan mantel dan radiasi kelenjar
paraaorta dan limpa; kadang-kadang hanya lapangan mantel saja
- Jika ada faktor resiko, kemoterapi dilanjutkan dengan radioterapi
- Dalam penelitian, kemoterapi terbatas dengan “involved field
radiation”
Stadium IIIA Kemoterapi ditambah dengan radioterapi
Stadium IIIB – IV Kemoterapi, ditambah dengan radioterapi
KOMPLIKASIAkibat pertumbuhan kanker itu sendiri dapat
berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia.
Komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor.
PROGNOSIS•Serum albumin < 4 g/dL•Hemoglobin < 10.5 g/dL•Jenis kelamin laki-laki•Stadium IV•Usia 45 tahun ke atas•Jumlah sel darah putih > 15,000/mm3 •Jumlah limfosit < 600/mm3 atau < 8% dari total jumlah sel darah putih
Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas maka harapan hidupnya mencapai 90%, sedangkan pasien dengan 4 atau lebih faktor-faktor di atas angka harapan hidupnya hanya 59%.
LIMFOMA HODGKIN
•usia (>60 tahun) •Ann Arbor stage (III-IV)•hemoglobin (<12 g/dL)•jumlah area limfonodi yang terkena (>4) dan •serum LDH (meningkat)Kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok resiko, yaitu resiko rendah (memiliki 0-1 faktor di atas), resiko menengah (memiliki 2 faktor di atas), resiko buruk (memiliki 3 atau lebih faktor di atas).
LIMFOMA NON-HODGKIN