laporantahunan direktorat pascapanen tanaman...

215
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan salah satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, memiliki Visi Terwujudnya Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Produk Olahan Komoditas Tanaman Pangan di Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri . Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengemban Misi sebagai berikut : 1. Mendorong tumbuh kembangnya agribisnis tanaman pangan yang berdaya saing dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan usaha, penerapan teknologi tepat guna, kemitraan, dan peningkatan investasi tanaman pangan 2. Mendorong penerapan sistem jaminan mutu dan pengawasan keamanan pangan dalam mendukung usaha agribisnis tanaman pangan terpadu 3. Mengembangkan pemasaran produk tanaman pangan dalam negeri dan luar negeri melalui penguatan sistem, infrastruktur pemasaran dan promosi 4. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas tinggi. Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan. Dalam melaksanakan Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran I

Upload: votu

Post on 06-Feb-2018

269 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan

salah satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan

yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, memiliki Visi

“Terwujudnya Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Produk Olahan

Komoditas Tanaman Pangan di Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri”.

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengemban Misi sebagai berikut :

1. Mendorong tumbuh kembangnya agribisnis tanaman pangan yang

berdaya saing dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan

usaha, penerapan teknologi tepat guna, kemitraan, dan peningkatan

investasi tanaman pangan

2. Mendorong penerapan sistem jaminan mutu dan pengawasan

keamanan pangan dalam mendukung usaha agribisnis tanaman pangan

terpadu

3. Mengembangkan pemasaran produk tanaman pangan dalam negeri dan

luar negeri melalui penguatan sistem, infrastruktur pemasaran dan

promosi

4. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas

tinggi.

Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan adalah

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman

pangan. Dalam melaksanakan Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

I

Page 2: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 2

Hasil Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan perumusan

kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan

penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ;

2) pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan

standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi

tanaman pangan ; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan penerapan

standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ; 4) Pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pascapanen,

pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan

investasi tanaman pangan ; 5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan

di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan

penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ;

6) Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan standar

mutu di bidang tanaman pangan ; 7) Pelaksanaan urusan tata usaha

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri dari :

1) Subdirektorat pascapanen ; 2) Subdirektorat Pengolahan ; 3) Subdirektorat

Standardisasi dan Mutu ; 4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi ;

4) Subbagian Tata Usaha ; dan 5) Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur

Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

disajikan pada bagan 1.

Sasaran yang ingin dicapai dalam periode 2016 - 2019 adalah : 1) Penurunan

susut hasil (losses) produksi tanaman pangan, 2) Peningkatan nilai tambah

produk olahan tanaman pangan, 3) Peningkatan mutu hasil produksi tanaman

pangan, dan 4) Peningkatan penguasaan pasar domestik dan luar negeri.

Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, maka Direktorat Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui APBN tahun 2016

memberikan dukungan sebagai berikut :

1. Fasilitasi Sarana Pascapanen berupa Combine Harvester Kecil ;

Combine Harvester Sedang ; Combine Harvester Besar ; Vertical Dryer

Padi Kapasitas 30 ton/proses dan Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power

Page 3: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 3

Thresher ; Fasilitasi RMU + Bangunan ; Polisher ; Corn Combine

Harvester ; Corn Sheller ; Vertical Dryer Jagung Kapasitas 3,5-6

ton/proses ; Power Thresher Multiguna ; Sarana Pengangkut Hasil

Pertanian Roda 3.

2. Fasilitasi sarana pengolahan berupa Unit Pengolahan Hasil (UPH)

Jagung dan Kedelai

3. Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik

4. Penyediaan Informasi Harga Tanaman Pangan

Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

dalam bentuk anggaran Pusat, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Sistem Pengganggaran kegiatan di daerah pada tahun 2016 dialokasikan

pada Satuan Kerja (Satker) Provinsi, sehingga terdapat DIPA Dekonsentrasi

(Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi.

Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan tahun 2016, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Nomor : SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 tanggal 07 Desember 2015,

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mendapatkan

alokasi anggaran APBN sebesar Rp.888.172.816.000,- meliputi kegiatan

Pusat Rp. 25.242.816.000,- Dekonsentrasi Rp. 34.204.000.000,- dan Tugas

Pembantuan Provinsi sebesar Rp.828.726.000.000,- (terdiri dari anggaran

dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan 8.014

unit dengan anggaran sebesar Rp. 818.686.000.000,- dan anggaran

pembinaan, bimtek, monev sebesar Rp. 69.486.816.000,- di 32 provinsi dan

398 Kabupaten).

Berdasarkan revisi-1 Pasca Raker dengan DPR pada tanggal 25 Januari

2016 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan pengadaan sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, sehingga total

anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

menjadi Rp.1.882.227.286.000,- atau naik 111,92 % dari semula

Rp. 888.172.816.000, yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar

Page 4: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 4

Rp.134.913.500.000,- atau naik 434,46% dari semula Rp.25.242.816.000,-

Dekonsentrasi sebesar Rp.34.996.540.000,- naik 2,32 % dari semula

Rp. 34.204.000.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar

Rp. 1.712.317.246.000,- naik 106.62 % dari semula Rp. 828.726.000.000,-

Berdasarkan revisi ke-2 tanggal 29 Maret 2016, terdapat penambahan

anggaran untuk kegiatan Pengadaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan

Hasil Tanaman Pangan, sehingga total anggaran Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menjadi Rp.2.126.546.759.000,- naik

12,98 % dari semula Rp.1.882.227.286.000,- yang terdiri dari anggaran ;

Pusat sebesar Rp.89.765.032.000,- turun 33,46% dari semula

Rp.134.913.500.000,- ; Dekonsentrasi sebesar Rp.35.192.540.000,- naik

0,56% dari semula Rp.34.996.540.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi

sebesar Rp.2.001.589.187.000,- naik 16,89 % dari semula

Rp. 1.712.317.246.000,-

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016

mengenai Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja

K/L dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

TA 2016, maka pada tanggal 26 Mei 2016 dilaksanakan pertemuan kebijakan

penghematan anggaran pada RAPBN-P lingkup kementerian pertanian

TA 2016, sehingga anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan mengalami perubahan menjadi Rp.1.936.046.759.000,-

turun 8,96% dari semula Rp.2.126.546.759.000, yang terdiri dari anggaran ;

Pusat sebesar Rp.105.557.532.000,- naik 17,59% dari semula

Rp.89.765.032.000,- ; Dekonsentrasi sebesar Rp 34.902.265.000.,- turun

0,82% dari semula Rp. 35.192.540.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi

sebesar Rp.1.795.586.962.000,- turun 10,29 % dari semula

Rp. 2.001.589.187.000,-

Untuk mengatasi permasalahan pagu minus, pada bulan Desember tahun

2016 terjadi pergeseran alokasi anggaran di masing-masing satker, sehingga

anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

mengalami perubahan menjadi Rp.1.936.150.288.000,- naik 0,005% dari

semula Rp.1.936.046.759.000, yang terdiri dari anggaran ; Pusat sebesar

Page 5: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 5

Rp.105.557.532.000,- (tidak terjadi perubahan) Dekonsentrasi sebesar

Rp 34.953.620.000.,- naik 0,147% dari semula Rp.34.902.265.000,- dan

Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.1.795.639.136.000,- naik 0,003 %

dari semula Rp. 1.795.586.962.000,-

Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan

selama kurun waktu 1 (satu) tahun, maka perlu disusun laporan kegiatan dan

dirangkum sebagai laporan tahunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah

dicapai dari pelaksanaan kegiatan di tahun 2016, dan sebagai evaluasi serta

acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya.

Page 6: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 6

PELAKSANAAN KEGIATAN PERENCANAAN

A. Kebijakan Program dan Anggaran Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan merupakan upaya yang

sangat strategis dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional

karena mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan

secara langsung memiliki peranan dalam menekan susut hasil (losses),

mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing

serta pendapatan petani.

Pemerintah Indonesia pada program pembangunan pertanian telah

menetapkan komoditas prioritas utama untuk subsektor tanaman pangan

yaitu padi, jagung dan kedelai, namun komoditas lain secara sinergi terus

untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan

pangan. Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan

sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang

ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen dan pengolahan

yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam

hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman pangan antara lain

susut kuantitas dan kualitas, keamanan pangan, terbatasnya sumberdaya

manusia pertanian dan keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi

pascapanen dan pengolahan, serta modal yang terbatas.

Keadaan ini semakin sulit dengan munculnya tantangan yang harus

dihadapi Indonesia, khususnya dalam menghadapi diterapkannya

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 yaitu

persaingan daya saing produk pertanian meliputi : (1) Tuntutan standarisasi

produk & proses, (2) Tuntutan kandungan pangan yang tidak berbahaya,

rendah residu bahan kimia, (3) Tuntutan integrasi pengelolaan rantai pasok

(supply chain management), dan (5) Peningkatan kualitas mutu &

keamanan pangan.

II

Page 7: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 7

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan di atas, maka perlu

dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam hal

penanganan pascapanen tanaman pangan sehingga perlu dilaksanakan

program dan kegiatan yang berkesinambungan dan terintegrasi antar

Kementerian/ Lembaga/Instansi di tingkat Pusat, serta antara Pusat dan

Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam hal penanganan pascapanen

dan pengolahan tanaman pangan.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu diterapkan suatu

strategi dalam hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman

pangan yang diterapkan atau diimplementasikan melalui program dan

kegiatan. Implementasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk

Rancangan Program RKA-K/L Tahun 2016 dan mempersiapkan

perencanaan anggaran untuk Rencana Kerja (Renja) Lima Tahun yaitu

2015-2019.

Output Rancangan Kebijakan terkait dengan RKA-K/L Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 disusun

dalam dokumen RKA-K/L TA 2016 meliputi 4 (empat) rancangan, yaitu :

1) Rencana Kerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan

Tahun 2017, 2) Rancangan Kegiatan dan Anggaran (RKA-K/L) Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun 2017, 3) Rencana

Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun

2016 - 2019, dan 4) Penyusunan Satuan Harga Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Tahun 2017.

1. Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Tanaman Pangan Tahun 2016.

Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan tahun 2016 berdasarkan hasil penelaahan RKAK/L

Ditjen Tanaman Pangan dengan Ditjen Anggaran Kementerian

Keuangan pada tanggal 7 Desember 2015 sebagai berikut:

a) Pagu anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan tahun 2016 sebesar Rp. 888.172.816.000,-

Page 8: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 8

dengan rincian kegiatan Satker Pusat sebesar

Rp. 25.242.816.000,- Dekonsentrasi Rp. 34.204.000.000,- dan

Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.828.726.000.000,-

meliputi kegiatan dukungan sarana pengolahan dan pemasaran

hasil tanaman pangan sebesar Rp. 818.686.000.000,- anggaran

pembinaan, bimtek, monev, sebesar Rp. 69.486.816.000,-.

b) Dukungan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Tanaman Pangan senilai Rp.818.686.000,000- antara lain :

1) Sarana pascapanen padi meliputi Combine Harvester Kecil,

Combine Harvester Sedang, Combine Harvester Besar,

Vertical Dryer padi + bangunan kapasitas 30 ton/proses,

Vertical Dryer padi+ bangunan kapasitas 3,5-6 ton/proses,

Power Thresher, RMU, Polisher.

2) Sarana pascapanen jagung yang terdiri dari Corn sheller,

Corn Combine Harvester, Vertical Dryer jagung+ bangunan

kapasitas 3,5-6 ton/proses (tunda bayar 2015 Provinsi NTT)

3) Sarana Pascapanen Kedelai Power Thresher Multiguna

4) Sarana angkut roda 3.

5) Sarana pengolahan hasil yang terdiri dari unit pengolahan

jagung dan unit pengolahan kedelai.

Dalam pelaksanaan kegiatan di tahun 2016, seringkali terjadi

perubahan/pergeseran anggaran. Kronologis Perubahan anggaran

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

selama periode Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada tabel

berikut :

Page 9: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 9

Tabel 1 : Kronologis Perubahan Pagu Anggaran Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Tahun 2016

ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME

1. PUSAT 25,242,816,000 134,913,500,000 564 89,765,032,000 564 105,557,532,000 646 105,557,532,000 646

2. DEKONSENTRASI 34,204,000,000 34,996,540,000 35,192,540,000 34,902,265,000 34,953,620,000

3. TUGAS PEMBANTUAN 828,726,000,000 8,014 1,712,317,246,000 22,088 2,001,589,187,000 26,129 1,795,586,962,000 26,356 1,795,639,136,000 26,344

TOTAL 888,172,816,000 8,014 1,882,227,286,000 22,652 2,126,546,759,000 26,693 1,936,046,759,000 27,002 1,936,150,288,000 26,990

12 Mei 2016 26 Agustus 2016URAIAN

PAGU AWAL REVISI 1 REVISI 2

SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 PASCA RAKER DITJEN TP DGN DPR PASCA RAKER DITJEN TP DGN DPR

07 Desember 2015 25 Januari 2016 29 Maret 2016

APBNP I APBNP II

Inpres Nomor 4 Tahun 2016 Inpres Nomor 8 Tahun 2016

2. Rancangan Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA. 2017

a) Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan tahun 2017 adalah Rp.1.557.432.556,-

meliputi kegiatan pusat Rp. 677.022.113,- dan kegiatan provinsi

Rp.880.410.443,- (meliputi bantuan sarana pascapanen,

sertifikasi organik, uji mutu, dan kegiatan pemasaran, pengolahan

tanaman pangan)

b) Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di

satker PUSAT dengan anggaran Rp.1.557.432.556,-,

selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2 : Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2017

Kode Kegiatan JumlahAnggaran

(Rp)

Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman Pangan

[Base Line]

103Melaksanakan Penyaluran Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman

Pangan670,897,640,000

A Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat 643,833,640,000

B TUNDA BAYAR TA. 2016 27,064,000,000

Dokumen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

[Base Line]

5885.855.001 Pengamanan Susut Hasil Produksi Tanaman Pangan 1,188,720,000

101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Sarana Pascapanen

Tanaman Pangan196,900,000

A Petunjuk Teknis Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 196,900,000

103 Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan 222,220,000

A Dukungan Penerapan Sarana Pascapanen TP 222,220,000

104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana

Pascapanen Tanaman Pangan769,600,000

A Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen TP Tahun 2012-2017 315,100,000

B SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 454,500,000

5885.851 1.910 unit 670,897,640,000

5885.855 5 dokumen 6,124,473,000

Page 10: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 10

Tabel 3 : Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017

Kode KegiatanAnggaran

(Rp)

5885.855.002 Peningkatan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 1,565,920,000

102Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Sarana Pengolahan

Tanaman Pangan360,720,000

A Pembinaan dan Pengawalan Pengolahan Tanaman Pangan 360,720,000

104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana

Pengolahan Tanaman Pangan1,205,200,000

A Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kab. Cianjur 54,760,000

B Pengawalan UPSUS PJK 1,150,440,000

Tabel 4 : Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2017

Kode KegiatanAnggaran

(Rp)

5885.855.103 Pengembangan Standardisasi dan Mutu Tanaman Pangan 1,280,725,000

101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Standardisasi dan Mutu Hasil

Tanaman Pangan603,980,000

A Perumusan dan Fasilitasi Kesekretariatan SNI Tanaman Pangan 172,000,000

B Focus Group Discussion (FGD) ( Perencanaan, Regulasi dll) 134,700,000

C Perencanaan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 253,580,000

D Rapat Koordinasi Direktorat PPHTP TA. 2017 43,700,000

103Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Standardisasi dan Mutu Hasil

Tanaman Pangan676,745,000

A Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM 370,000,000

B Pengawalan dan Monev Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 234,440,000

C Uji Mutu Beras Organik 72,305,000

Tabel 5 : Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2017

Kode KegiatanAnggaran

(Rp)

5885.855.104 Pengembangan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 1,189,208,000

101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Pemasaran dan

Investasi Hasil Tanaman Pangan274,200,000

A Kebijakan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 274,200,000

102Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Pemasaran dan Investasi

Hasil Tanaman Pangan440,428,000

A Fasilitasi Pasar Lelang Hasil Pertanian PENAS 2017 168,228,000

B Pengembangan Informasi Pasar dan Pemantauan Stok 272,200,000

103 Melaksanakan Koordinasi Pemasaran dan Investasi Hasil TP 296,980,000

A Pengawalan Pengembangan Ekspor dan Peluang Investasi 296,980,000

104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi Serta Pelaporan Pemasaran

dan Investasi Hasil Tanaman Pangan177,600,000

A Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemasaran dan Investasi TP 72,300,000

B Pelaporan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil TP 105,300,000

Page 11: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 11

Tabel 6 : Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Tahun 2017

Kode KegiatanAnggaran

(Rp)

5885.855.105 Administrasi dan Ketatausahaan Dit PPHTP 899,900,000

101 Melaksanakan Ketatausahaan dan Kepegawaian Dit PPHTP 340,300,000

A Ketatausahaan dan Kepegawaian 191,700,000

B Keuangan dan Perlengkapan 148,600,000

102 Melaksanakan Keuangan dan Perlengkapan Dit PPHTP 559,600,000

A Pengadaaan Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 227,000,000

B Pengadaan Alat Pengolah Data 225,000,000

C Pemeliharaan Peralatan Inventaris Kantor 20,000,000

D Keperluan Sehari - hari Perkantoran 87,600,000

Alokasi Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan Tahun 2017 di 33 provinsi, selengkapnya

disajikan pada tabel Lampiran 1- 3

B. Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang

telah dilaksanakan sebagai berikut :

1. Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

di Provinsi Bali

Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

dilaksanakan pada tanggal 15-18 Maret 2016 di Provinsi Bali,

diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Rapat dihadiri oleh 130 peserta yang terdiri dari Kepala Bidang,

Kepala Seksi dan staf yang menangani kegiatan produksi,

pascapanen, pengolahan, standardisasi dan mutu serta

pemasaran hasil tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi

di 32 Provinsi, serta staf lingkup Direktorat PPHTP dan

stakeholders.

b. Berdasarkan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan

diskusi yang berkembang, langkah – langkah yang perlu

Page 12: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 12

mendapat perhatian dan tindaklanjut adalah Proses pengadaan

barang/sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan dilaksanakan melalui system e-purchasing dan pelelangan

umum. Mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan

saranatertuang dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Tanaman Pangan tahun 2016 yang

diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

c. Perkembangan Pelaksanaan Pengadaan Bantuan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

pada 32 provinsi sampai dengan 17 Maret 2016 yaitu

klik/pemesanan barang ke penyedia 5,41% (1.195 unit), dan

kontrak 4,46% (710 unit) dengan nilai Rp 75,28 Milyar (3,21% dari

Pagu Rp 1,689 Triliun)

d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan kegiatan

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan:

1) Merujuk Permentan Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka

anggaran kegiatan PPHTP berada di satker produksi

tanaman pangan. Pengaturan kewenangan distribusi

pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada masing-masing

Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

2) Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian realisasi,

diperlukan langkah-langkah optimalisasi pengadaan sebelum

kontrak dan/atau pembayaran dilakukan.

3) Koordinasi intensif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar segera memproses

penayangan e-katalog untuk produk sarana pascapanen

yang belum ditayangkan dalam e-katalog.

4) Untuk mengakomodir biaya pengiriman sarana sampai ke

penerima bantuan (poktan/gapoktan), daerah perlu

mengusulkan ke LKPP sesuai standar biaya di wilayah

Page 13: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 13

masing-masing. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan titik bagi

penyaluran sehingga tidak memberatkan kelompok tani

penerima.

5) Fasilitasi bantuan sarana pascapanen dan pengolahan tahun

2016 merupakan bantuan pemerintah dengan akun 526

(belanja barang yang diserahkan pada masyarakat/Pemda)

berupa hibah. Batas waktu proses serah terima hibah paling

lambat 6 (enam) bulan setelah barang diserahkan kepada

masyarakat/ Pemda.

6) Untuk mengalokasikan bantuan vertical dryer dan RMU tahun

2017, agar dilakukan review terhadap kebutuhan dan

ketersediaan dryer dan RMU di masing-masing daerah.

7) Database sarana pascapanen dan pengolahan yang disusun

Dinas Pertanian Provinsi agar dilaksanakan secara optimal

dan memperhatikan akurasi data. Data tersebut dapat

digunakan sebagai acuan dalam pengalokasian bantuan

sarana pascapanen dan pengolahan.

e. Langkah-langkah Percepatan Kegiatan Pengadaan Bantuan

Sarana Pascapanen dan Pengolahan yang perlu segera dilakukan

Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut :

1) Segera melaksanakan pengadaan dengan prioritas jenis

sarana pascapanen/pengolahan yang sudah ada.

2) Menjabarkan petunjuk teknis pusat ke dalam petunjuk

pelaksanaan secara rinci, antara lain spesifikasi teknis

sarana yang diadakan, ketentuan pelaksanaan bimbingan

teknis dan penyusunan database. Dalam penentuan CPCL

agar disinergikan dengan kegiatan peningkatan produksi

terutama ekstensifikasi dan peningkatan IP padi, jagung dan

kedelai sepanjang belum pernah menerima bantuan sejenis.

Page 14: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 14

3) Menetapkan dan mengesahkan SK CPCL, dan melakukan

kontrak pengadaan melalui sistem e-catalog, kecuali barang

yang belum tertera di e-catalog dilakukan pelelangan umum

sesuai aturan yang berlaku.

4) Untuk kelancaran pembayaran di KPPN segera

mendaftarkan nomor registrasi kontrak ke KPPN paling lama

5 (lima) hari setelah kontrak ditandatangani sehingga tercatat

di Omspan.

5) Melakukan pengendalian internal dengan menyusun

identifikasi risiko pelaksanaan kegiatan sehingga setiap

tahapan pelaksanaan kegiatan dapat terkendali.

6) Melaporkan secara rutin perkembangan pengadaan barang

paling lambat setiap hari Rabu untuk dilaporkan ke Sekretaris

Jenderal Kementerian Pertanian setiap hari Kamis.

2. Pertemuan Koordinasi Petugas Pelayanan Informasi Pasar di Provinsi

Yogyakarta.

Pertemuan Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar Tanaman Pangan

dilaksanakan pada tanggal 21– 24 Maret 2016 di Yogyakarta, dihadiri

peserta dari 33 Provinsi dan 250 Kabupaten yang terdiri dari Pembina

Petugas PIP dan Petugas PIP Provinsi serta Petugas PIP Kabupaten.

Narasumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian, Pusat Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Perum Bulog Divre Yogyakarta dan

Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Memperhatikan arahan Bapak Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Kepala Dinas Pertanian DI Yogyakarta, dan Direktur Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan serta materi dari narasumber dan

hasil diskusi diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Penataan Petugas PIP

1) Melakukan penataan petugas PIP dengan menitikberatkan

pada a) Penetapan petugas PIP Subsektor Tanaman

Page 15: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 15

Pangan dan melaporkan kepada Ditjen Tanaman Pangan,

b) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal

Hortikultura untuk menghindari alokasi anggaran ganda

untuk petugas yang sama yang berpotensi menimbulkan

permasalahan di kemudian hari, c) evaluasi alokasi

anggaran dan SOP pelaksanaan pengumpulan data dan

informasi pasar, serta d) penguatan sumber daya manusia

Petugas PIP yang lebih profesional sesuai ketentuan yang

berlaku.

2) Petugas PIP yang belum aktif segera melakukan entri data

agar informasi harga harian semua kabupaten penerima

dana dekonsentrasi dapat disajikan secara lengkap

sebagaimana mestinya.

3) Meningkatkan koordinasi di tingkat pimpinan agar upaya

yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas

pelayanan informasi pasar mendapat dukungan penuh dari

pimpinan lingkup Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas

Pertanian Kabupaten.

4) Diharapkan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten dapat

memanfaatkan dana APBD untuk mendukung peningkatan

pelayanan informasi pasar.

5) Melakukan reposisi tugas dan fungsi Petugas Pelayanan

Informasi Pasar dengan mencermati kebutuhan riil saat ini

dan dimasa mendatang serta mengacu kepada peraturan

yang berlaku. Untuk itu perlu dilakukan :

a) Penetapan petugas PIP melalui Surat Keputusan

Kepala Dinas Pertanian yang menangani subsektor

Tanaman Pangan dengan uraian tugas yang jelas dan

khusus untuk tanaman pangan.

b) Optimalisasi fungsional APHP dalam melakukan

analisis mengacu kepada Peraturan Bersama Menteri

Page 16: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 16

Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara

Nomor 59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor

10 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi

tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil

Pertanian.

c) Melakukan koordinasi antara Dinas, BKD dan BKN

terkait Keputusan Pengangkatan Pejabat Fungsional

APHP melalui ABK (Analisis Beban Kerja).

d) Menginformasikan bahwa Pembina Pejabat Fungsional

APHP berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP),

yang sebelumnya pembinaan dilakukan oleh Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP),

dengan penjelasan sebagai berikut:

(1) Tim Penilai berada di Bidang Harga Pangan,

Pusat Distribusi, BKP

(2) Sekretariat APHP berada di Sekertariat Badan

Ketahanan Pangan.

(3) Pembinaan terkait tupoksi pemasaran tanaman

pangan berada pada Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen

Tanaman Pangan.

b. Pengembangan Sistem Informasi Pasar dan Aplikasi Stok

1) Kegiatan koordinasi di provinsi masing-masing perlu

menekankan substansi petunjuk teknis yang ada dengan

memperhatikan beberapa perubahan yang telah disepakati

antara lain klasifikasi jenis beras, penguatan pemilihan

lokasi, dan kontinuinitas laporan yang konsisten.

2) Perlu dilaksanakan pengembangan Sistim Informasi Harga

Tanaman Pangan yang saat ini berada pada

Page 17: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 17

sistim:https://aplikasi.pertanian.go.id/smshargakab/ untuk

harga tingkat produsen, dan https://aplikasi.

pertanian.go.id/smshargaprov/ untuk harga tingkat

konsumen. Selain itu, Sistim Aplikasi Informasi Harga dan

Pasar Tanaman Pangan tersebut masih menyatu dengan

Sistim Aplikasi Informasi Harga dan Pasar komoditas lain.

3) Untuk memudahkan pengolahan data harga dan pasar

tanaman pangan di masa mendatang perlu dilakukan dalam

satu Sistim Aplikasi Informasi. Penyatuan sistem informasi

tersebut menambahkan fasilitas seperti rekapitulasi, sorting

data, dan analisis kebutuhan dasar yang sudah baku.

Dalam hal ini, kabupaten atau provinsi yang datanya

kosong atau tidak mengirim maka tidak perlu ditampilkan.

Selain itu, pengembangan fasilitasi sistim aplikasi ini akan

memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam mengakses

hasil olahan secara cepat atas data yang dikirimkan daerah.

4) Untuk tahun anggaran 2016 akan dikembangkan Sistim

Aplikasi Stok. Sistim aplikasi ini perlu dikembangkan dengan

alasan informasi stok beras sangat penting. Data ini akan

memberikan gambaran antara lain:

a) Situasi Ketahanan Pangan, Baik Di Tingkat Rumah

Tangga Maupun Wilayah (Kabupaten, Propinsi,

Nasional).

b) Kebijakan Sektor Pertanian Menyangkut Ketersediaan

Pangan Di Suatu Wilayah Yang Perlu Ditetapkan.

c) Rekomendasi Bagi Para Pengambil Kebijakan Yaitu

Perlu Atau Tidaknya Impor Dilakukan, Perlu Atau

tidaknya mendatangkan beras dari wilayah lain, dan

cukup atau tidaknya cadangan beras.

5) Penekanan pada informasi stok beras pemerintah menjadi

prioritas untuk dipantau karena relatif lebih mudah diperoleh.

Page 18: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 18

Namun hal ini memerlukan kerjasama semua pihak baik

Pusat dan Daerah agar terjalin hubungan yang konsisten

dengan Bulog. Selain itu, Dinas Provinsi harus bekerjasama

dengan Badan Ketahanan Pangan di Daerah untuk

melakukan pemantauan informasi stok gabah/beras di

masyarakat (terutama Toko Tani Indonesia), sehingga

kesulitan data stok di masyarakat dapat diminimalisasi.

Sebagai dasar pengembangan sistem aplikasi stok perlu

dilakukan proses survei untuk mengetahui keakurasian

metodologi, sampel, dan pola yang tepat. Pengembangan

Sistim Aplikasi Pemantauan Stok akan diintegrasikan

dengan PIP. Secara bersamaan pengembangan aplikasi ini,

penguatan kapasitas petugas PIP harus dilakukan dengan

menitikberatkan pada kemampuan intelijen pasar, teknik

penggunaan informasi, dan pengembangan karakter

(character building)

3. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan

di Provinsi Jawa Barat.

Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan

pada tanggal 25 – 27 Mei 2016 di Provinsi Jawa Barat, diperoleh hasil

sebagai berikut :

a. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman

Pangan, dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan diwakili

oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan, dihadiri oleh ± 70 peserta yang terdiri dari wakil dari

Gapoktan, pelaku usaha, wakil dari Dinas Pertanian Kabupaten

dan Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa

Timur, perwakilan dari Kemenko Bidang Perekonomian,

Kementerian Perdagangan, BAPPEDA, BULOG, dan pelaku

usaha/eksportir yang sekaligus bertindak sebagai Narasumber

Page 19: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 19

(Gapoktan Sarinah, PT. Sejati Makmur Semesta, CV. Hasil Tani

Sejahtera dan PT. Saudi Indonesia Multi Investment).

b. Berdasarkan Arahan dan materi yang disampaikan oleh

Narasumber serta diskusi yang berkembang, diperoleh hasil

sebagai berikut :

1) Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor merupakan

momentum untuk meningkatkan komunikasi, memperluas

jaringan, menumbuhkan motivasi untuk kerja keras guna

menjadikan produk tanaman pangan, tidak hanya memenuhi

kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor, tetapi juga

melakukan akselerasi ekspor dengan tetap berorientasi

kepada peningkatan nilai tambah dan daya saing,

peningkatan kesejahteraan petani serta memperhatikan

kepentingan konsumen.

2) Untuk meningkatkan pemanfaatan peluang pasar baik dalam

maupun luar negeri, perlu penanganan yang lebih baik,

dimulai dari budidaya sampai pada tahap pemasaran. Untuk

itu perlu dukungan sarana dan prasarana dimulai dari benih

sampai dengan pemasaran dan investasi. Perlu melakukan

analisa kebutuhan sarana dan prasarana yang secara

signifikan dapat meningkatkan produksi, daya saing baik dari

segi mutu dan harga Koordinasi antara Pemerintah Pusat,

Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Pelaku Usaha serta Petani

perlu lebih ditingkatkan. Bantuan dari Kementerian Pertanian

yang telah diterima dimanfaatkan secara optimal.

3) Untuk mengidentifikasi spesifikasi produk yang dapat di

ekspor, pelaku usaha perlu menginformasikan kepada

petani sehingga terjadi keselarasan antara permintaan pasar

dengan produk yang dikembangkan petani.

4) Kelompoktani/gabungan kelompok tani perlu melakukan

pembinaan yang intensif kepada anggotanya dalam

Page 20: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 20

mendorong petani untuk melakukan pengembangan usaha

dengan memanfaatkan peluang pasar baik didalam negeri

maupun ekspor.

5) Pasca pertemuan diharapkan akan terjalin komunikasi yang

efektif antara pelaku usaha dan petani yang dapat

mendorong terciptanya terjalinnya kemitraan yang saling

menguntungkan.

C. Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilaksanakan sebagai berikut :

1. Group Discussion Pembahasan Revisi Peraturan Menteri Pertanian

No.51/Permentan/HK.310/4/2014 dan Permentan 52/Permentan/

TP.410/10/2015 Tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor Tertentu.

Focus Group Discussion Pembahasan Revisi Peraturan Menteri

Pertanian No.51/Permentan/HK.310/4/2014 dan Permentan 52/

Permentan/TP.410/10/2015 tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor

Tertentu dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2016 di Ruang Rapat

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,

diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Revisi Permentan No 51 Tahun 2014.

1) Rapat dihadiri oleh wakil dari Kementerian Perdagangan,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Kementerian Keuangan, Bulog, KTNA dan Unit Kerja

Lingkup Kementan (Biro Hukum, BKP, Badan Karantina,

Inspektorat Jenderal dan PPVT-PP).

2) Poin-poin penting yang mengalami revisi sbb:

a) Dengan terbitnya Permendag No. 103 Tahun 2015

Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, revisi

dilakukan pada :

Page 21: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 21

(1) Persyaratan menjadi Importir yang semula

Importir Terdaftar (IT)-Beras dirubah menjadi

perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir

Umum (API-U) sebagaimana tercantum dalam

pasal 14, pasal 16.

(2) Masa berlaku surat persetujuan ekspor untuk

beras premium dengan tingkat kepecahan paling

tinggi 5 % yang semula berlaku 6 (enam) bulan

dirubah menjadi berlaku untuk setiap pengapalan

(per shipment) sebagaimana tercantum pada

pasal 6 ayat (3).

(3) Masa berlaku surat persetujuan impor untuk

beras tertentu yang semula 3 (tiga) bulan

menjadi 6 (enam) bulan sebagaimana tercantum

Pasal 22.

b) Untuk mengatur importir beras termasuk BUMN yang

mendapatkan penugasan khusus, pelaku usaha yang

diperbolehkan melakukan impor beras tertentu tidak

hanya perusahaan swasta dan BUMN yang memiliki

Angka Pengenal Impor Umum (APIU) tetapi juga

BUMN yang telah mendapatkan penugasan khusus

sesuai dengan kesepakatan rapat koordinasi tingkat

menteri bidang perekonomian sebagaimana yang

tercantum pada pada Pasal 14 ayat (4) dan ayat (5).

c) Dalam rangka integrasi pelayanan perijinan

Kementerian Pertanian melalui Pusat Perlindungan

Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVT-

PP), ditambahkan ketentuan Tata cara Penerbitan

Rekomendasi Ekspor pada Pasal 9 s/d Pasal 10) dan

Tata Cara Memperoleh Rekomendasi Impor Beras

pada Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 22 s/d 23).

Page 22: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 22

d) Dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap

pelaksanaan Permentan dimaksud, peran Karantina

Pertanian perlu dimasukkan pada 27 s/d pasal 33.

Dengan demikian Badan Karantina memiliki Dasar

hukum untuk melakukan tindakan pengawasan terkait

Rekomendasi yang diterbitkan oleh Kementerian

Pertanian disamping tugas Badan Karantina yang

diatur melalui Undang Undang.

b. Draft Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor Jagung

1) Rapat dihadiri oleh wakil dari Kementerian Perdagangan,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Bulog,

Dewan Jagung, KTNA dan Unit Kerja Lingkup Kementan

(Biro Hukum, BKP, Badan Karantina, Inspektorat Jenderal

dan PPVT-PP)

2) Poin-poin penting yang perlu disempurnakan sebagai

berikut

a) Melengkapi draft Permentan yang semula hanya

rekomendasi impor jagung menjadi rekomendasi

ekspor dan impor jagung.

b) Kriteria importir (BUMN, Perusahaan Swasta pemilik

API – Produsen, dan Importir Umum).

c) Penentuan waktu panen raya mengingat panen tidak

serentak.

d) Ketentuan GAP, SNI dll.

c. Tindak Lanjut

1) Kejelasan Peran Bulog sebagai importir

Diperlukan sikap Kementan dalam penetapan Bulog sebagai

importir tunggal baik untuk beras tertentu maupun jagung.

Mengacu pada hasil RDP dengan DPR tanggal 2 Februari

Page 23: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 23

2016, Komisi IV DPR mendukung Perum Bulog sebagai

BUMN yang diberi penugasan oleh Pemerintah dalam

memenuhi tambahan kebutuhan pangan strategis melalui

mekanisme importasi satu pintu. Sekiranya hasil RDP

tersebut ditindaklanjuti pada Permentan Rekomendasi

Ekspor dan Impor Beras Tertentu, akan dilakukan revisi

untuk kriteria importir, yang semula (sesuai Permendag 103

tahun 2015) perusahaan dan BUMN pemilik API-U menjadi

hanya Perum Bulog. Hal yang sama juga akan

ditindaklanjuti pada Permentan Rekomendasi Ekspor dan

Impor Jagung. Penunjukkan Bulog sebagai importir tunggal

beras tertentu masih dikuatirkan melanggar ketentuan UU

No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sehubungan hal tersebut

kami menyiapkan Draft Permentan dalam 2 Versi (Importir

Umum dan hanya Bulog).

2) Kejelasan Ruang Lingkup Rekomendasi

Pada Permentan Nomor 51 Tahun 2014, rekomendasi

ekspor dan impor hanya meliputi beras tertentu. Mengacu

kepada hasil RDP dengan DPR tanggal 2 Februari 2016,

Komisi IV DPR meminta pemerintah agar semua importasi

produk pertanian harus mendapat rekomendasi dari

Kementerian Pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Menindaklanjuti hasil RDP tersebut,

kami menyiapkan Draft Permentan tentang Rekomendasi

Ekspor dan Impor Beras yang semula hanya beras tertentu.

3) Rapat Lanjutan

Dalam rangka penyempurnaan Draft Perubahan Permentan

51 Tahun 2014 akan diadakan rapat pada hari Jumat

tanggal 5 Februari 2016 internal Kementan, sedangkan

untuk pembahasan Permentan Rekomendasi Ekspor dan

Page 24: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 24

Impor Jagung akan diadakan rapat pada hari Selasa, 9

Februari 2016 Internal Ditjen.TP sesuai dengan

ketersediaan waktu dari Direktorat Serealia.

2. Focus Group Discussion (FGD) dalam Rangka Public Hearing

Pembahasan Draft Revisi Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor

Beras di Jakarta.

Focus Group Discussion (FGD) dalam Rangka Public Hearing

Pembahasan Draft Revisi Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor

Beras dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 di Jakarta, diperoleh

hasil sebagai berikut :

a. Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka public hearing draft

Peraturan Menteri Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan

Impor Beras dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Narasumber dari Biro Hukum, Sekretaris Jenderal,

Kementerian Pertanian ; Tenaga Ahli Menteri Bidang Hukum.

Dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Perum BULOG, Indonesia Nasional

Single Window, Badan Karantina Pertanian, Badan Ketahanan

Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

PERPADI, KTNA, Dewan Beras Nasional, dan pelaku usaha

(eksportir dan Importir).

b. Tujuan Focus Group Discussion (FGD) draft Peraturan Menteri

Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor Beras untuk

mendapatkan/meminta masukan publik dari para stakeholder

perberasan nasional, pelaku usaha (eksportir dan Importir) serta

semua pemangku kepentingan perberasan.

Page 25: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 25

c. Hasil pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) draft

Peraturan Menteri Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan

Impor Beras sebagai berikut :

1) Landasan Hukum

Penyusunan Peraturan Menteri Pertanian harus mengacu

kepada :

a) Good Regulatory Practices

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan atau

Peraturan menteri yang baik harus mengacu dan

memenuhi 3 persyaratan utama yaitu :

(1) Substansial : Filosofis, Yuridis, Sosilogis,

Ekonomis, politis

(2) Formatnya mengatur kepentingan umum/public

(3) Prosedural : Beberapa tahapan yang harus

dipenuhi dalam Proses Penyusunan Peraturan

menteri Pertanian yakni, Internal/pemrakarsa,

Lintas sektor/sub sector, Public Hearing

denganStakeholders (pelaku usaha).

b) Pencantuman Lampiran

Lampiran harus diperjelas apakah masuk dalam

kategori Negatif List (komoditas yang diatur dalam

Permentan adalah yang tercantum dalam Lampiran

Permentan sementara yang diluar Lampiran tersebut

tidak dilarang atau bebas) atau positip List (komoditas

yang diatur atau yang boleh ekspor ataupun impor

adalah komoditas yang tertera pada Permentan

sementara yang diluar Lampiran Permentan tersebut

tidak boleh ekspor maupun impor)

Page 26: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 26

c) Perlu memperhatikan Undang-undang Persaingan

Usaha. Dalam UU persaingan Usaha tidak boleh

mencantumkan/ menunjuk satu perusahaan tertentu.

d) Pencantuman Perum BULOG sebaiknya diganti dengan

BUMN bidang pangan, untuk menghindari monopoli

impor oleh satu unit usaha hal ini untuk menghindari

monopoli impor oleh satu unit usaha

e) Menambahkan Ketentuan Peralihan

Untuk mengisi kekosongan aturan perlu ditambahkan

ketentuan peralihan agar kesinambungan aturan yang

dibuat dapat berjalan dengan baik

2) Dampak Penutupan Kran Import

a) Pelaku usaha sangat merasakan dampak dari

penutupan importasi beras dalam waktu yang tidak

ditentukan, hal ini mengakibatkan banyaknya beras-

beras illegal yang masuk kedalam wilayah Negara

Indonesia.

b) Jumlah beras illegal yang masuk diperkirakan 4.000

ton per Minggu yang masuk melalui pelabuhan

Bengkalis, Dumai dan juga Tanjung Balai Asahan

Sumatera Utara

c) Pemberlakukan Importasi yang ada selama ini adalah

buka tutup, untuk itu perlu dievaluasi secara bertahap

dampak dari penutupan impor tersebut.

3) Penyerapan Ketan Lokal

a) Kebijakan penyerapan ketan lokal yang dilakukan telah

mendorong budidaya pertanaman ketan seperti di

Subang dari luas areal 4.000 ha pada tahun 2010

menjadi 9.000 ha pada tahun 2016.

Page 27: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 27

b) Petani mengharapkan ada kepastian harga sehingga

mendorong petani untuk menanam ketan.

c) Rekomendasi diberlakukan untuk melindungi petani,

perlu diatur kapan impor dibuka dan kapan impor

ditutup. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian

Importasi dapat dilakukan satu bulan sebelum panen,

pada panen raya dan dua bulan setelah panen raya.

d) Untuk penyerapan ketan Lokal dalam Negeri perlu

lebih dimaksimalkan sehingga mendorong para petani

untuk menanam ketan dalam negeri.

e) Penyerapan yang dilakukan selama ini sudah cukup

baik, yang perlu diperhatikan adalah transparansi baik

dalam harga maupun proses penyerapan yang

dilakukan oleh importir.

4) Cakupan Jenis Beras yang diatur

a) Perlu kajian yang mendalam untuk jenis beras yang

akan diekspor dan impor, untuk itu perlu peran serta

stakeholders atau para pelaku usaha.

b) Pada prinsipnya untuk ekspor bagaimana kita

mendorong ekspor sebesar-besarnya yaitu dengan

mempermudah regulasi atau ketentuan dalam

pesyaratan ekspor.

c) Jenis beras yang diimpor adalah beras-beras yang

belum diproduksi dalam negeri, serta yang belum

mencukupi produksinya dalam negeri. Beberapa beras

yang belum bisa diproduksi dalam negeri seperti beras

kukus untuk penderita diabetes dalam aturannya

sudah sangat ketat dalam distribusi dan penjualannya

yakni Apotik dan Rumah Sakit.

Page 28: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 28

5) Keselarasan dengan Peraturan Menteri Perdagangan

a) Peraturan Menteri Pertanian merupakan satu kesatuan

dengan peraturan Menteri Perdagangan No.103 Tahun

2015 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras

untuk itu revisi yang dilakukan harus sinkron atau

selaras.

Pokok-pokok Revisi Peraturan Menteri Pertanian

meliputi :

(1) Persyaratan Importir dari semula Importir

Terdaftar (IT)-Beras menjadi Angka Pengenal

Importir Umum (API -U).

(2) Perubahan Tata Cara Penerbitan Ekspor dan

Tata Cara Penerbitan Impor, Rekomendasi dan

Perijinan yang ada di Kementeraian Pertanian

semuanya harus melalui PPVT-PP.

(3) Sistem Layanan Rekomendasi harus terintegrasi

dengan Portal INSW (Indonesia National Single

Window).

b) Implementasi Peraturan Menteri Pertanian Tentang

Rekomendasi Ekspor dan Impor Beras tertentu dan

Peraturan menteri Perdagangan tentang Ketentuan

Ekspor dan Impor Beras selama ini selama ini sudah

berjalan dengan baik dan merupakan aturan yang

paling serasi selama ini.

6) Dengan adanya harmonisasi Peraturan Menteri Pertanian

dengan Peraturan Menteri Perdagangan, Kementerian

Pertanian hanya memberikan Rekomendasi Ekspor untuk

beras premium, beras organik, beras ketan hitam dan

Rekomendasi Impor untuk beras ketan putih, beras thai hom

mali, beras kukus, beras japonica, beras basmati dan beras

Page 29: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 29

hibah. Untuk ekspor dan impor beras medium diatur

berdasarkan hasil kesepakatan rapat koordinasi tingkat

menteri bidang Perekonomian sehingga tidak memerlukan

rekomendasi Kementerian Pertanian.

Mencermati public hearing bahwa banyak pihak yang

mengharapkan dibukanya impor untuk beras basmati dan

beras kukus.

3. Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Penggilingan Padi di

Jakarta.

Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Penggilingan Padi

dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 di Hotel Sahati Jakarta,

diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil RDP dengan Komisi IV DPR-RI tanggal 15

Februari 2016 meminta kegiatan pengembangan RMU tahun

2016 di moratorium. Hal ini disebabkan hasil pemantauan di

lapangan ditemukan bantuan RMU tidak lengkap, belum berjalan

dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu

sebelum pengembangan/revitalisasi RMU dilaksanakan.

b. Dalam kaitan tersebut maka diperlukan adanya pemetaan

sebaran dan kondisi RMU yang ada, sehingga dapat diketahui

diwilayah mana yang harus dihentikan dan daerah mana yang

masih membutuhkan RMU.

c. Usaha penggilingan padi saat ini memainkan peranan yang

penting dalam usaha perberasan. Saat ini jumlah penggilingan

padi di Indonesia sebanyak 182.199 unit, sebagian besar (90 %)

merupakan Penggilingan Padi Kecil (PPK).

d. Kondisi RMU menurut Perpadi sudah over kapasitas dibanding

produksi gabah sehingga terjadi perebutan gabah di lapang. Di

samping itu rendemen dan kualitas yang dihasilkan masih rendah

serta susut hasil masih cukup tinggi.

Page 30: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 30

e. Permasalahan penggilingan padi tidak bisa diselesaikan secara

parsial hanya penggantian one pass dengan two pass.

Permasalahan utama adalah pada kemampuan SDM dalam

mengoperasionalkan penggilingan. Saat ini kemampuan SDM

yang ada masih rendah, untuk itu diperlukan perbaikan

manajemen usaha dan kemampuan SDM melalui pembinaan dan

bimbingan.

f. Penataan ulang penggilingan padi di Indonesia dengan tidak

hanya fokus pada prosessing beras tetapi juga melakukan

pengelolaan hasil-hasil sampingan seperti: dedak, bekatul, sekam

yang selama ini harganya lebih murah daripada nilainya. Perlu

mendapat perhatian hasil sampingan ini kalau dimanfaatkan

dapat menghasilkan nilai yang besar tapi permasalahannya

karena mayoritas penggilingan padi di Indonesia adalah PPK,

sehingga hasil sampingannya sedikit, tidak terkumpul dalam

jumlah besar dalam satu lokasi, sehingga menjadi tidak efisien

bila dilakukan pengolahan. Dalam pemanfaatan hasil sampingan

perlu dilakukan/dibangun model agribisnis terpadu.

g. Hal-hal yang perlu ditinjaklanjuti dalam pengelolaan penggilingan

padi antara lain:

1) Saat ini database yang akurat mengenai ketersediaan dan

kondisi penggilingan padi belum ada, untuk itu perlu di

alokasikan dana dekon untuk pemetaan penggilingan

2) Untuk memudahkan pengawasan dan evaluasi penggilingan

padi, pada tahun 2017 lebih diperlukan Revitalisasi dengan

penerima penggilingan adalah kelompok tani/gapoktan

bukan perorangan.

3) Tujuan Revitalisasi adalah meningkatkan rendemen,

menurunkan susut hasil dan peningkatan mutu, untuk itu

revitalisasi penggilingan padi sebaiknya dilakukan terhadap

Page 31: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 31

konfigurasi mesin, manajemen dan SDM, kelembagaan

serta regulasi.

4) Revitalisasi penggilingan dapat berupa mengganti sebagian

alat, menambah alat atau mengganti seluruh alat (bukan

membangun yang baru) pada kelompok tani yang sudah ada

5) Dalam pengalokasian penggilingan padi untuk menjadi

kelompok yang berorentasi bisnis tidak sekedar jasa giling,

sebaiknya diperhatikan luasan areal (minimal 100 ha), dan

kemampuan penggilingan dalam operasionalnya.

6) Jika dilihat secara nasional penggilingan padi sudah

mencukupi, tetapi jika dihitung per kabupaten/kecamatan/

desa, penyebaran penggilingan padi tidak merata sehingga

ada daerah yang sudah tidak memerlukan penggilingan dan

ada daerah yang masih memerlukan. Untuk itu perlu

dilakukan pemetaan penggilingan padi.

7) Penggilingan Padi Kecil agar lebih menguntungkan dapat

bekerjasama dengan Penggilingan Padi Besar (PPB) dalam

bentuk kemitraan.

8) Jumlah penggilingan padi keliling sekitar 19.223 unit

(10,54. %), menurut narasumber penggilingan padi keliling

kurang memperhatikan mutu beras, sehingga

keberadaannya harus diregulasi. Namun berdasarkan

informasi dari Kabupaten Serang keberadaan pengilingan

masih diperlukan karena sifatnya hanya membantu rumah

tangga untuk menggiling dalam kapasitas kecil. Untuk itu

perlu diperlukan adanya regulasi sesuai dengan kondisi di

masing-masing wilayah, agar tidak mengganggu

penggilingan padi yang statisioner (tetap).

9) Sebagai langkah awal pemetaan penggilingan padi akan

dilakukan di Provinsi Banten dan D.I. Yogyakarta.

Page 32: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 32

4. Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Hibah Aset Bantuan

Pemerintah Pusat & Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016 di

Jakarta.

Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Hibah Aset Bantuan

Pemerintah Pusat & Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016

dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2016 di Jakarta, diperoleh hasil

sebagai berikut :

a. Dalam rangka mengantisipasi permasalahan aset akibat alokasi

bantuan pemerintah baik di Pusat dan Tugas Pembantuan

Provinsi Tahun 2016, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

menginisiasi pertemuan Focus Group Discussion (FGD) yang

bertujuan untuk menginventarisir permasalahan dan langkah

antisipasi sehingga pengelolaan hibah Bantuan Pemerintah Pusat

& Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016, khususnya untuk

bantuan sarana pasca panen dan pengolahan hasil tanaman

pangan.

b. Pertemuan dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan dalam hal ini

diwakili oleh Kasubdit Standardisasi & Mutu Direktorat PPHTP,

dihadiri 40 orang peserta yang terdiri dari Kepala Bagian

Keuangan & Perlengkapan Ditjen Tanaman Pangan, perwakilan

dari Biro Keuangan & Perlengkapan Kementerian Pertanian,

perwakilan dari lingkup Eselon II Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dan lingkup Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan.

Narasumber antara lain Inspektur II Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian, Kepala Biro Keuangan & Perlengkapan

Kementerian Pertanian, perwakilan dari Direktorat Kekayaan

Negara & Sistem Informasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Kementerian Pertanian dan Sekretaris Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan

Page 33: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 33

c. Dirjen Tanaman Pangan dalam arahannya menekankan bahwa

dalam mengelola hibah aset bantuan Pemerintah perlu

memperhatikan aspek antara lain : (1) pihak yang terlibat atau

tugas yang dimiliki dalam penyelesaian hibah aset Pemerintah

Pusat dan Tugas Pembantuan di Daerah; (2) waktu dan proses

(tahapan) dalam proses penyelesaian hibah aset bantuan

Pemerintah serta (3) standar administrasi yang dibutuhkan dalam

proses penyelesaian hibah aset bantuan Pemerintah. Hal ini

sangat penting untuk meminimalsasi resiko yang timbul di

kemudian hari.

d. Inspektur II, Inspektur Jenderal Kementan menjelaskan

bagaimana mempercepat proses hibah aset bantuan Pemerintah

yaitu melalui peningkatan akuntabilitas manajemen pengelolaan

Bantuan Pemerintah khususnya di setiap Satuan Kerja

(Satker). Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Inspektur II

adalah perlu segera mungkin untuk menyusun Peraturan Menteri

Pertanian terkait dengan pengaturan pengadaan Barang Milik

Negara (BMN) di tingkat Satker Pusat yang faktanya barang

tersebut diserahkan/hibah kepada pemerintah Daerah/

Masyarakat/Petani untuk menghindari permasalahan di kemudian

hari.

e. Perwakilan dari Direktorat Kekayaan Negara & Sistem Informasi

Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan menjelaskan

Tata Cara Pelimpahan Aset Bantuan Pemerintah (Hibah)

khususnya yang berasal dari Dana Dekonsentrasi maupun Tugas

Pembantuan yang sesuai dengan PMK 156/PMK.07/2008 Jo.

PMK 248/PMK.07/2010, dengan memperhatikan akun belanja

barang yang sesuai dengan peruntukannya dan akun belanja

penunjang kegiatan (pengadaan barang).

f. Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian,

menjelaskan bahwa pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah

yang menggunakan MAK. 526 memerlukan pertanggungjawaban

Page 34: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 34

administrasi 2 kali yakni : a) PMK Nomor 168/PMK.05/2015 untuk

proses pencairan dan pertanggungjawaban anggaran, dan b)

PMK Nomor 248/PMK.07/2010 atau PMK 96/PMK.06/2007 untuk

penyerahan barang tersebut ke pemerintah daerah. Hal ini

mengindikasikan agar proses pencairan anggaran serta proses

berita acara hibah dari Kementerian Pertanian kepada

Pemerintah harus menjadi perhatian seluruh satker. Agar

ditetapkan kapan proses berita acara hibah tersebut dapat

diproses, khususnya bantuan pemerintah dari MAK 526 dalam

bentuk uang.

g. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menyampaikan

bahwa untuk mengelola bantuan Pemerintah Pusat dan Tugas

Pembantuan Provinsi 2016 diperlukan strategi pengelolaan hibah

aset dengan memperhatikan usulan nilai hibah aset, membentuk

tim yang terjadwal baik di Pusat dan Daerah dan

mendeskripsikan proses (tahapan) secara rinci.

h. Isu penting yang berkembang dalam diskusi antara lain hubungan

berbagai perubahan peraturan menteri keuangan, pengaturan

pendelegasian kewenangan pengelola barang, ketegasan tata

kelola bantuan pemerintah baik bentuk barang, uang dan jasa,

serta kesejahteraan petugas SIMAK.

i. FGD ditutup oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan, dengan kesimpulan dan rencana tindak lanjut

sebagai berikut :

1) Menyusun Form/SOP mengenai proses penyelesaian Hibah

Aset Bantuan Pemerintah.

2) Membentuk tim dalam rangka penyelesaian distribusi

bantuan dan penyelesaian hibah aset dengan melibatkan

unsur terkait.

3) Membuat konsep surat kepada Biro Keuangan dan

Perlengkapan perihal pendelegasian wewenang/tanggung

Page 35: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 35

jawab terhadap penyelesaian hibah aset Bantuan

Pemerintah.

5. Focus Group Discussion Penyusunan Harga Eceran Tertinggi (HET)

Jagung di Provinsi Jawa Barat.

Focus Group Discussion Penyusunan Harga Eceran Tertinggi (HET)

Jagung dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2016 di Bogor, Provinsi

Jawa Barat, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Kebijakan pengendalian harga jagung bertujuan untuk melindungi

petani jagung dan konsumen jagung (pabrik pakan, peternak dan

industry makanan). Kebijakan tersebut terdiri dari dua yaitu

kebijakan harga dasar/harga batas bawah (floor price) untuk

melindungi petani dan kebijakan harga maksimum/harga batas

atas (ceiling price) untuk melindungi konsumen. Harga batas

bawah jagung sudah ditetapkan sebesar Rp.3.150,-/kg menurut

Permendag no.21 tahun 2016, sehingga harga batas atas perlu

disusun.

b. Saran terhadap kebijakan pengendalian harga baik penetapan

Harga Batas Bawah maupun Harga Batas Atas, sebagai berikut

1) Harga Batas Bawah dan Harga Batas Atas tidak hanya

sekali dalam setahun ditetapkan, namun perlu ditinjau ulang

setiap periode tertentu atau setiap musim. Hal ini terkait

karakter produksi pertanian memiliki time-lag.

2) Harga Batas Atas (EceranTertinggi) harus didasarkan HPP.

3) Penetapan harga tersebut agar diterapkan berbeda di tiap

daerah atau berbasis wilayah, hal ini dilakukan

mempertimbangkan bahwa produktivitas dan biaya yang

dikeluarkan tiap daerah berbeda, sehingga struktur biaya

(ongkos) agregat nasional tidak tepat dijadikan dasar

penetapan harga.

Page 36: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 36

4) Untuk Harga Batas Atas diharapkan ditetapkan menjadi dua

Harga Batas Atas yaitu Harga Batas Atas Tingkat Industri

Berbasis Jagung dan Harga Batas Atas Pakan.

5) Pihak GPMT mengajukan Harga Eceran Tertinggi sebesar

Rp. 3.400,-/kg sampai dengan Rp. 3.675,- / kg. Pengajuan

harga tersebut berasal dari harga jagung di tingkat petani

sebesar Rp. 3.150,- ditambahkan dengan biaya pedagang

sebesar Rp. 100,-/kg dan biaya transportasi ke gudang

pabrik pakan, yang bervariasi menurut daerah asal jagung.

Dimanabiayatranportasidari Lampung ke Jakarta sebesar

Rp.150,-/kg, Jateng ke Jakarta sebesarRp. 150,-/kg, Jatimke

Jakarta sebesarRp. 250,-/kg, Sulselke Jakarta sebesarRp.

275,-/kg, Gorontaloke Jakarta sebesarRp. 425,- /kg, dan

NTB ke Jakarta sebesarRp. 425,- / kg.

c. Wacana penentuan impor berdasarkan indikasi kenaikan Harga

Eceran Tertinggi Jagung perlu dipertimbangkan lagi. Indikasi

kenaikan harga komoditas tanaman pangan terutama jagung di

Indonesia tidak dapat dijadikan dasar penentuan impor, karena

pasar jagung memiliki perilaku pasar sebagai berikut:

1) Struktur pasar yang oligopsoni, yaitu pasar jagung dikuasai

oleh beberapa pedagang jagung

2) Asimetri Harga, dimana ketika terjadi kenaikan harga jagung

di tingkat konsumen tidak tertransmisi dengan baik di tingkat

produsen, sedangkan saat terjadi kenaikan di tingkat

produsen akan tertransmisi dengan baik di tingkat

konsumen. Sebaliknya ketika penurunan harga di tingkat

konsumen akan tertransmisi dengan baik di tingkat

produsen, sedangkan penurunan harga di tingkat produsen

tidak tertransmis dengan baik di tingkat konsumen.

3) Distribusi dan konektivitas yang belumbaik, rantai

pemasaran yang terlalu panjang dan biaya transportasi yang

Page 37: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 37

masih relatif tinggi. Pemecahan dapat dilakukan dengan

membenahi dan membangun infrastruktur logistik, sehingga

hasil produksi jagung dari luar sentra produksi pakan dapat

bersaing.

d. Kebijakan pemerintah dalam penentuan dan memutuskan impor

sebaiknya didasarkan atas data produksi yang akurat sehingga

dapat dilakukan perencanaan impor untuk periode setahun.

e. Disamping usulan harga eceran tertinggi jagung, beberapa solusi

guna mengatasi Tata Niaga Jagung sebagai berikut :

1) Solusi jangka pendek

Solusi jangka pendek terhadap gejolak harga dan

masalahtata niaga jagung dapatdiatasi dengan kerjasama

petani, Bulog dan pelaku usaha/pakan ternak. Pemerintah

berperan intervensi pasar melalui Bulog dengan membeli

jagung petani untuk mem- perpendek rantai niaga.

Selanjutnya Bulog dapat menjual jagung langsung ke

industri.

2) Solusi jangka panjang

a) Penerapan konsep Geographic Economic

Menurut konsep Geographic Economic, menganjurkan

agar produsen dan konsumen dalam satu lokasi

geografis, maka supaya sejalan dengan konsep

tersebut diharapkan provinsi sentra produksi jagung

masih dalam satu lokasi dengan konsumen jagung

yaitu pabrik pakan dan peternak. Dari 10 besar sentra

produksi jagung di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Lampung, Sumatera

Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan

danGorontalo, belum seluruhnya dalam satu lokasi

dengan pabrik pakan. Provinsi Gorontalo, NTB dan

Page 38: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 38

NTT belum mempunyai pabrik pakan, sedangkan

provinsi Banten yang bukan sentra produksi jagung

memiliki 15 pabrik pakan, sehingga kebutuhan jagung

pabrik pakan di Banten harus di datangkan dari provinsi

lain yang akan menyebabkan harga jagung menjadi

lebih mahal karena menanggung biaya transportasi

lebih tinggi.

Pengembangan jangka kedepan adalah

mengembangkan Provinsi Banten sebagai sentra

produsen jagung sekaligus sentra konsumen yang

sudah lebih dulu ada, sebaliknya untuk Provinsi

Gorontalo, NTB dan NTT perlu dibangun pabrik pakan

dan dikembangkan peternakan agar dapat menyerap

jagung petani yang tersedia cukup banyak. Penerapan

konsep untuk mendekati produsen jagung tersebut

sudah dilakukan peternak petelur sejak 20 tahun yang

lalu, upaya itu diharapkan dapat dilaksanakan peternak

lain dan pabrik pakan.

b) Pencarian alternative bahan penyusun pakan ternak

selain jagung

Perlu dikaji lebih lanjut untuk gagasan mencari

alternative bahan penyusun pakan ternak selain jagung

dengan komposisi nilai gizi yang sama dengan jagung.

Di Amerika jagung digunakan sebagai bahan pakan

karena Amerika memiliki produksi jagung yang

massive, sedangkan di Indonesia alangkah sangat

mewah jika jagung dijadikan salah satu komponen

bahan pakan padahal Indonesia memiliki alternative

bahan pakan lain yang sangat berlimpah dengan

kandungan gizi yang sangat memenuhi.

Page 39: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 39

c) Guna memenuhi kebutuhan jagung pakan ternak, maka

investor industri pakan ternak supaya berkontribusi

investasi pada bisnis budidaya jagung skala luas (corn-

estate) pada lahan-lahan potensial yang masih tersedia

500 ribu ha di Luar Jawa maupun integrasi/tumpangsari

jagung di lahan Perhutani dengan luas 265 ribu ha.

Industri pakan ternak agar menyerap produksi jagung

dalam negeri dan tidak mengandalkan jagung impor,

mengingat potensi lahan dan sumberdaya sangat

tersedia. Ini merupakan solusi permanen dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pakan ternak.

6. Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Mutu dan Keamanan

Pangan (Beras) Berbasis SNI di Provinsi Jawa Barat.

Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Mutu dan Keamanan

Pangan (Beras) Berbasis SNI dilaksanakan pada tanggal 25-27

Agustus 2016 di Bogor Provinsi Jawa Barat, diperoleh hasil sebagai

berikut :

a. FGD bertujuan untuk mendapatkan masukan dari pihak-pihak

terkait dalam jaminan mutu dan keamanan beras nasional. Dalam

hal ini diperlukan langkah-langkah nyata sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia, antara lain:

1) SNI 6128:2015 tentang Beras

2) SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida

Hasil Pertanian;

3) SNI 7385:2009 tentang Batas Maksimum Kandungan

Mikotoksin Dalam Pangan;

4) SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam

Berat Dalam Pangan;

Page 40: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 40

5) SNI 7388:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba

Dalam Pangan;

6) SNI 7501:2009 Batas Maksimum Cemaran Kimia Tertentu

Dalam Pangan.

b. Pertemuan FGD dihadiri 60 orang peserta perwakilan Dinas

lingkup Pertanian (22 Provinsi), Perum BULOG, Kementerian

Perdagangan, Setjen Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan

Pangan, PERPADI, perwakilan dari unit eselon 2 lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Narasumber dari Badan

Standardisasi Nasional (BSN), Badan Ketahanan Pangan (BKP)

Kementerian Pertanian, Direktur Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pasca

Panen Badan Litbang Kementerian Pertanian.

c. Pertemuan FGD dibuka oleh bapak Dirjen Tanaman Pangan.

Dalam arahan bapak Dirjen disampaikan bahwa Beras

merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia

sehingga menjadi komoditas strategis. Indonesia merupakan

pasar besar untuk komoditi beras. Hal inilah yang membuat

pelaku bisnis perberasan berlomba-lomba mengejar keuntungan.

Berbagai situasi berat terjadi antara lain kecurangan kualitas

beras, ketidaksesuaian informasi kemasan dengan isi kemasan

dan lain-lain. Untuk memberikan perlindungan konsumen dan

menjamin keamanan pangan (food Safety) serta jaminan harga

maka diperlukan sertifikasi mutu beras berlabel Standar Nasional

Indonesia (SNI).

d. Point penting hasil diskusi dengan narasumber dan para peserta

FGD sebagai berikut:

1) Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2014 tentang standardisasi

dan Penilaian Kesesuaian diatur bahwa dalam hal berkaitan

dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan,

Page 41: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 41

atau pelestarian fungsi lingkungan hidup, Kementerian/

Lembaga Pemerintah non kementerian berwenang

menetapkan pemberlakuan SNI Secara Wajib dengan

Peraturan Menteri atau Peraturan Kepala Lembaga

Pemerintah Non Kementerian.

2) Penerapan wajib SNI beras akan dilakukan secara

bertahap. Sebagai unit terakhir yang melakukan

penanganan beras sebelum dipasarkan, RMU memiliki

peran yang sangat strategis untuk menghasilkan beras

sesuai SNI. Berdasarkan survey BPS tahun 2012 Indonesia

memiliki 182.199 RMU baik milik perorangan maupun milik

poktan/gapoktan. Dari jumlah tersebut 1635 diantaranya

merupakan fasilitasi dari pemerintah dari tahun 2011 s/d

2015.

3) Peserta FGD sepakat untuk membuat pilot project

penerapan wajib SNI Beras pada beberapa RMU. Masing-

masing perwakilan Provinsi menyerahkan data 2 (dua) profil

pengusaha penggilingan padi yang sudah mendapatkan

fasilitasi dari Pemerintah dan menginformasikan sarana dan

prasarana yang diperlukan untuk menghasilkan beras

sesuai SNI (dryer, separator, grader dan packing dll).

Sebanyak 40 pelaku usaha penggililingan padi akan

dijadikan sebagai pilot project penerapan sistem jaminan

mutu dan keamanan pangan berbasis SNI dan dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

menghasilkan beras sesuai SNI.

4) Proses penguatan RMU dengan melengkapi sarana dan

prasarana yang diperlukan harus dibarengi dengan evaluasi

tentang fasilitasi yang telah diberikan sebelumnya. Evaluasi

juga dilakukan terhadap komitmen Poktan/gapoktan untuk

berkembang sebagai lembaga usaha yang dinamis dan ikut

serta dalam menciptakan pasar di masing-masing daerah.

Komitmen pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan

Page 42: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 42

untuk mendorong penciptaan pasar bagi poktan/gapoktan

(atau diistilahkan hadir di pasar secara riil) dengan

mengembangkan produk yang mengacu pada SNI (baik

kelas premium maupun medium).

5) Mengingat Pelabelan tanda SNI tidak hanya berdasarkan

pada pengujian produk akhir saja melainkan harus

membuktikan konsistensi pemenuhan kesesuaian terhadap

SNI dengan menerapkan sistem jaminan mutu yang

terdokumentasi maka diperlukan pengawalan dan

pendampingan terhadap RMU yang dijadikan pilot project

agar mampu menerapkan sistem jaminan mutu yang tepat.

6) RMU dijadikan sebagai basis informasi terkait stok beras

dan harga dan diharapkan membantu pemerintah dalam

memperoleh data stok dan harga serta sekaligus membantu

pemerintah untuk mengembangkan stok di BULOG dengan

tetap memperhatikan prinsip-prinsip mutualisme.

7) Pelaku usaha penggilingan padi harus mampu

mendefinisikan kualitas mutu beras yang akan dihasilkan

(premium atau medium) dan jumlah beras yang dapat

dihasilkan secara kontinyu.

8) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan, akan menindaklanjuti beberapa hasil kesepakatan

FGD sebagai berikut :

a) Melakukan koordinasi bersama instansi terkait dalam

rangka penyederhanaan aturan dan standar terkait

dengan sertifikasi jaminan mutu dan keamanan

pangan khususnya pada komoditas pangan.

b) Menyusun Road Map Penerapan Wajib SNI Beras di

tingkat penggilingan padi.

c) Menyusun pedoman/panduan teknis dalam rangka

penerapan SNI pada RMU Binaan Pemerintah.

Page 43: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 43

PELAKSANAAN KEGIATAN PELAPORAN

A. Laporan Mingguan, Bulanan, Tahunan, LAKIN

Pelaporan merupakan kegiatan penting yang dapat dijadikan tolak ukur dalam

menentukan perencanaan kegiatan di tahun berikutnya, keterlambatan

maupun kelalaian dalam pembuatan laporan akan menjadi evaluasi kinerja

dan pertimbangan dalam pengambilan suatu kebijakan. Dengan pelaporan

dapat diketahui pencapaian hasil, kemajuan serta kendala yang ditemukan

dalam pelaksanaan kegiatan.

Laporan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

terdiri dari :

1) Laporan Mingguan

Laporan mingguan disajikan secara rutin pada hari senin (Rapat

Pimpinan A atau B) selama periode tahun 2016, laporan mingguan

memuat infomasi mengenai Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

2) Laporan Bulanan

Laporan bulanan disajikan pada minggu ke-2 setiap bulan selama

periode tahun 2016, Laporan bulanan melaporkan perkembangan

pelaksanaan kegiatan berikut pemasalahan dan alternatif solusi untuk

kegiatan yang dilaksanakan pada setiap bulan selama periode tahun

2016

3) Laporan Tahunan

Laporan tahunan disajikan pada akhir pelaksanaan kegiatan dengan

memaparkan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan selama

tahun 2016, dengan adanya laporan tahunan diharapkan akan menjadi

evaluasi serta acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya.

IIII

Page 44: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 44

4) Laporan Kinerja (LAKIN).

LAKIN merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) dalam

melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2016. LAKIN juga

merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat

PPHTP menuju terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good

governance), wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat,

sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit

organisasi dilingkungan Direktorat PPHTP, dan sebagai salah satu alat

untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja

Direktorat PPHTP ditahun berikutnya.

B. Sistem Pengendalian Intern

Sistem Pengendalian Intern (SPI) diselenggarakan secara menyeluruh

terhadap proses perancangan dan pelaksanaan kebijakan, serta

perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran dilingkungan

pemerintahan. Kegiatan SPI telah dilaksanakan di beberapa provinsi

diantaranya Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara.

Tujuan dari SPI adalah tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan

pemerintahan di lingkungan Kementerian, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

Kegiatan SPI dilakukan melalui sosialisasi dan koordinasi ke provinsi dan

kabupaten terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan realisasi kegiatan, serta penyampaian

informasi terkait laporan kegiatan ke Direktorat PPHTP sesuai SOP. Pada

umumnya daerah masih perlu pemberian pengarahan maupun bimbingan

agar pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan SOP.

Page 45: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 45

Hasil Pembinaan SPI yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1) Pembinaan SPI Kegiatan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman

Pangan dilakukan mulai dari proses penetapan dan pengesahan SK

CPCL, melakukan verifikasi administrasi terkait CPCL, melakukan

sosialisasi dan koordinasi ke Kabupaten pelaksana bantuan sarana

pascapanen dan juga menyusun pelaksanaan dan penyampaian

laporan ke dit. PPHTP

2) Kegiatan pengendalian yang dilaksanakan sudah dikaitkan dengan

penilaian dan penanganan resiko akan tetapi belum sepenuhnya sesuai

SOP.

3) Penentuan CPCL penerima bantuan seringkali tidak berdasarkan aspek

teknis, tetapi aspek lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

sehingga menyebabkan bantuan tidak optimal pemanfaatannya.

4) Tidak dilaporkannya perkembangan pelaksanaan kegiatan penanganan

pascapanen dari Daerah ke Pusat menyebabkan banyak masalah yang

tidak diketahui Pusat.

5) Titik kritis pada kegiatan pemasaran hasil tanaman pangan yaitu belum

tersedianya data luas lahan, produksi, produktivitas, dan harga jual

sehingga belum mempunyai dasar untuk pengajuan kegiatan yang

prioritas terutama terkait ekspor.

6) Kendala utama yang dihadapi oleh petani padi ketan di Lumajang

menurut Ketua Poktan Margorejo II (Imam Husairi) adalah masalah

pengeringan, karena dengan penjemuran sinar matahari membutuhkan

waktu yang lama selama 7-10 hari mengingat curah hujan yang tinggi di

Lumajang.

7) Titik kritis pengadaan sarana pascapanen di Provinsi Sulawesi

Tenggara sebagai berikut:

a) Keterlambatan pengadaan sarana UPH seperti Disk Mill yang

harus melalui lelang sedangkan Tim ULP dari Badan Layanan

Page 46: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 46

Pengadaan Daerah SDMnya terbatas sehingga waktu tunggu

untuk proses pengadaan mencapai satu bulan.

b) Respon dari penyedia barang terhadap kerusakan alat perlu

ditingkatkan (perlu peningkatan layanan purna jual).

8) Titik kritis pelaksanaan penyelesaian bangunan Vertical Dryer jagung di

Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2016 merupakan

penyelesaian bangunan yang tidak terealisasi di tahun 2015. Realisasi

bangunan sudah 100% di Sumba Barat Daya. Kabupaten TTU, TTS,

dan Sumba Timur realisasi bangunan masih 90% dan telah selesai

pemasangan kecuali di Nagekeo, pemasangan menunggu teknisi dari

PT Rutan.

C. Rapat Evaluasi Kegiatan Tahun 2016 dan Persiapan Pelaksanaan

Kegiatan Tahun 2017 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan.

Dalam rangka mengevaluasi capaian kinerja fisik dan anggaran 2016 dan

persiapan pelaksanaan kegiatan 2017,Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan, menyelenggarakan Rapat Evaluasi Kegiatan

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan pada tanggal 15-16

November 2016 di Ruang Rapat P2BN, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan Kementerian Pertanian.

Pertemuan dibuka oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan dan mendapat pengarahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

Peserta pertemuan pejabat yang menangani kegiatan pascapanen,

pengolahan, pemasaran dan standardisasi mutu hasil tanaman pangandari

pusat dan dari 29 Provinsi, perwakilan dari Direktorat Serealia. Narasumber

oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktur Serealia, Kepala Balai Besar

Benih Sukamandi.

Page 47: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 47

Pokok pokok hasil pertemuan sebagai berikut :

1) Realisasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan sebesar Rp. 1.703.500.966.983,- atau 87,99% dari

pagu anggaran Rp.1.936.046.759.,- meliputi : 1) Pusat 36,48% , 2)

Dekonsentrasi 48,94, 3) Tugas Pembantuan 91,62%. (Posisi s/d tanggal

14 November 2016).

2) Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan antara lain

penetapan CPCL tidak dilakukan dengan baik, beberapa sarana

terlambat tayang di LKPP, adanya revisi APBN pada tahun berjalan

(revisi penghematan jilid I dan II), penyaluran bantuan sering terlambat,

poktan penerima tidak memahami cara penggunaan sarana, dan

keterbatasan kapasitas dan jumlah SDM pada pelaksana program dan

kegiatan terutama di kabupaten/kota sertasarana tidak dimanfaatkan

pada tahun berjalan karena lewat musim panen.

3) Untuk kegiatan bantuan sarana pascapanen dan pengolahan tanaman

pangan tahun 2016 perlu ditindaklanjuti antara lain :

a) Alsintan Pascapanen harus dimanfaatkan sepanjang tahun dan

Evaluasi bantuan mengacu kepada kinerja alsin minimal serta

fasilitasi yang diberikan mendukung program tanam/panen

serentak dan dikelola melalui Sistem Brigade sampai tingkat

kecamatan

b) Bantuan yang tidak dimanfaatkan oleh poktan/gapoktan dalam

satu tahun, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten segera melakukan

realokasi atau mengupayakan kemitraan dengan memperhatikan

potensi dan kemampuan calon poktan/gapoktan penerima serta

melaporkan ke pusat.

c) Seluruh bantuan sarana pascapanen diinventarisir (nama poktan,

nama ketua, nomor HP, alamat) dan dievaluasi pemanfaatannya.

Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota segera menghubungi penyedia

barang untuk melakukan pelatihan dan apabila terjadi perubahan

CPCL penerima bantuan, agar segera di laporkan ke Pusat.

Page 48: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 48

d) Dinas Provinsi dan Kabupaten agar membentuk Brigade Alsintan

dan menyiapkan dukungan pengelolaan sarana (gudang,

kendaraan untuk memobilisasi alat, biaya pengelolaan alsin).

Dalam pembentukan Brigade Alsintan ditetapkan oleh SK Bupati

(untuk Brigade Kabupaten) dan SK Gubernur (Brigade Provinsi)

dan perlu disusun Pakta Integritas untuk pengguna alsintan pada

Brigade sehingga ada tanggung jawab dari pengguna/penerima

bantuan.

e) Untuk memudahkan pengelolaan alsintan, Dinas Pertanian

Kabupaten/ Kota/Provinsi didorong untuk membentuk UPTD

Alsintan/mekanisasi yang berfungsi sebagai koordinator

pendayagunaan alsintan.

f) Provinsi yang mengalami tunda bayar kegiatan 2016 ke tahun

2017 agar melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1)

melakukan addendum kontrak antara KPA/PPK dengan pihak

penyedia barang dan disampaikan ke KPPN setempat, 2)

memastikan penyediaan anggaran pada DIPA RKA-K/L 2017

sebesar kegiatan yang ditunda bayar, 3) berkoordinasi secara

terus menerus dengan satker mandiri di masing-masing provinsi,

KPPN, dan pusat, 4) mempersiapkan dan menyelesaikan dokumen

pelaksanaan kegiatan dan tagihan pada akhir tahun 2016.

g) Bagi provinsi yang masih dalam proses SP2D, agar segera

dilaksanakan realisasi SP2D paling lama bulan November 2016

dan segera siapkan dokumen untuk pembayaran di tahun 2017

untuk kegiatan tunda bayar

h) Optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan bantuan sarana

pascapanen dan pengolahan di daerah perlu dilakukan dengan

memperhatikan titik kritis penyaluran dan pemanfaatan sehingga

perlu dukungan provinsi/kabupaten berupa pendampingan

bimbingan teknis, penguatan manajemen, komunikasi dengan

sektor hilir untuk meningkatkan jaminan pembelian hasil produk

Page 49: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 49

pascapanen serta pelaporan pemanfaatan bantuan sehingga

dampak bantuan dan kontribusi bantuan sarana yang diberikan

terhadap susut panen dapat evaluasi.

4) Peserta memberikan komitmen untuk data/dokumen yang belum

lengkapakan disampaikan ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan paling lama Minggu l Bulan Desember 2016.

5) Untuk persiapan pelaksanaan kegiatan tahun 2017 perlu diperhatikan :

a) Segera dilakukan penetapan CP/CL pada bulan November -

Desember 2016 dengan tetap memperhatikan wilayah sentra

tanaman pangan, luas tanam, topografi lahan, tingkat ketersediaan

dan kebutuhan, kesiapan prasarana pendukung di kabupaten dll.

b) Kontrak tahap I minimal 50% pada Bulan Januari 2017

c) Penyedia barang wajib mengambil Uang Muka 20%

d) Inventarisasi data bantuan per jenis alsintan dan catat kinerja

alsintan

e) Segera lakukan pelimpahan asset, apabila Brigade alsintan di

Kabupaten, pelimpahan asset dari Provinsi ke Kabupaten, dan

apabila brigade alsintan di Provinsi, maka pelimpahan asset

dilakukan dari Pusat ke Provinsi.

f) Penentuan CPCL untuk fasilitasi sertifikasi sistem pertanian

organik harus memenuhi persyaratan sudah melakukan budidaya

organic dan berbentuk kelompok/gapoktan sedangkan penentuan

CPCL untuk sertifikasi SNI Beras harus memenuhi persyaratan

memiliki sarana penggilinan padi yang sesuai dengan prinsip-

prinsip Good Manufacturing Practices (GMP); Sudah menghasilkan

beras dalam kemasan eceran; berbentuk kelompok/gapoktan.

g) Mendorong Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) agar

penyampaikan informasi harga, stok, analisa usaha, supplly

demand dilakukan secara rutin sesuai petunjuk teknis dan

mengupayakan penyediaan dana tambahan dari sumber APBD

Page 50: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 50

untuk mendukung kinerja petugas PIP yang tidak mendapatkan

anggaran APBN.

6) Sejalan dengan peningkatan produksi padi harus didorong serapan

gabah beras untuk kecukupan stok Bulog agar cadangan beras untuk

operasi pasar, bencana alam, beras rastra terpenuhi sehingga tidak

diperlukan impor.

7) Hasil pertemuan ini agar ditindaklanjuti dalam rangka mendorong

percepatan pelaksanaan kegiatan dan anggaran 2016 dan menjadi

bahan masukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pada tahun 2017

D. Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 20-22 Juni

2016 di Jakarta, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman PanganSebagai tindak lanjut dari arahan

Presiden Joko Widodo terkait percepatan penyerapan anggaran

b. Rapat diselenggarakan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) dalam rangka sinkronisasi dan proses

penyelesaian serapan anggaran tahun 2016,

c. Rapat dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dr. Ir. Hasil

Sembiring, M.Sc dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Provinsi

se-Indonesia. Narasumber antara lain Staf Ahli Menteri Pertanian,

Inspektur II, Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan, Sekretaris

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur PPHTP.

d. Dalam rapat tersebut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan meminta komitmen penyerapan anggaran yang

ditandatangani oleh perwakilan Dinas Pertanian yang hadir.

Page 51: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 51

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TAN.PANGAN

Salah satu Kebijakan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan adalah mengamankan produksi melalui penurunan susut hasil,

peningkatan mutu hasil dan peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan penting dan

strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, kualitas, nilai

tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan sarana pascapanen dapat

mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak

terjadi di daerah.

Fasilitasi Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan APBN

tahun 2016 berupa Combine Harvester Kecil ; Combine Harvester Sedang ;

Combine Harvester Besar ; Vertical Dryer Padi Kapasitas 30 ton/proses dan

Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power Thresher ; Fasilitasi RMU + Bangunan ;

Polisher ; Destoner/pemisah batu, Corn Combine Harvester ; Corn Sheller ;

Vertical Dryer Jagung Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power Thresher Multiguna ;

Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda 3

Jenis sarana pascapanen diharapkan minimal memiliki laporan uji/Test Report atau

Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) yang

masih berlaku dari lembaga pengujian alsintan yang sudah terakreditasi,

sedangkan untuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) jagung/kedelai tidak dipersyaratkan

memiliki test report atau SNI.

Sarana Pascapanen Tanaman Pangan diharapkan dapat membantu Kelompok

tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat agar tahapan pascapanen dan pengolahan hasil

tanaman pangan menjadi efisien, menurunkan susut hasil, dan memberikan nilai

tambah bagi kesejahteraan seluruh anggota. Sumber pembiayaan untuk

pengadaan dan penyaluran sarana adalah dari APBN pada DIPA Tugas

Pembantuan Provinsi di masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi.

Bantuan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan tahun 2016

yang telah dialokasikan melalui dana APBN dengan rincian sebagai berikut :

IV

Page 52: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 52

1) Bantuan Sarana Pascapanen Padi tahun 2016 terdiri dari :

Pengadaan Pusat

a. Combine Harvester Kecil pengadaan pusat sebanyak 564 unit direvisi

menjadi :

(1) Combine Harvester Kecil sebanyak 355 unit,

(2) Combine Harvester Besar sebanyak 43 unit, dan

(3) Power Thresher sebanyak 166 unit.

b. Sarana pascapanen jagung (Corn Combine Harvester) sebanyak 82 unit

(tidak dilaksanakan)

Pengadaan TP Provinsi

a. Combine Harvester Kecil semula sebanyak 4.016 unit yang direvisi

menjadi 5.928 unit, dan pada DIPA revisi 4 menjadi 5.931 unit.

b. Combine Harvester Sedang sebanyak 2.872 unit menjadi 2.884 unit

c. Combine Harvester Besar sebanyak 340 unit menjadi 403 unit dan pada

DIPA revisi 4 menjadi 385 unit

d. Power Thresher semula sebanyak 1.000 unit menjadi 3.042 unit dan

pada DIPA revisi 4 menjadi 2.932 unit

e. Vertical Dryer Padi Kap.30 Ton/proses+Bangunan sebanyak 2 unit

f. Vertical Dryer Padi Kap.3,5 - 6 Ton/proses+Bangunan sebanyak 3 unit

g. Sarana Pengering Padi (FBD) sebanyak 20 unit (penghematan)

h. Fasilitasi RMU sebanyak 115 unit (dibatalkan sesuai hasil RDP dengan

DPR tgl 15 Februari 2016) direvisi menjadi 23 unit untuk penyelesaian

tahun 2015

i. Polisher sebanyak 22 unit

j. Destoner sebanyak 2 unit (penghematan)

2) Bantuan Sarana Pascapanen Jagung tahun 2016 terdiri dari:

a. Corn Sheller sebanyak 6.240 unit menjadi 6.526 unit, dan pada DIPA

Revisi 4 direvisi menjadi 6.276 unit.

Page 53: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 53

b. Vertical Dryer Jagung kapasitas 3,5 – 6 ton+bangunan sebanyak 5 unit

menjadi 15 unit

c. Corn Combine Harvester sebanyak 180 unit menjadi 177 unit.

d. Gudang/Lantai Jemur Jagung sebanyak 1 paket (dibatalkan sesuai hasil

RDP dengan DPR tgl 15 Februari 2016)

3) Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Power Thresher Multiguna sebanyak

6.500 unit.

4) Sarana Angkut Roda 3 sebanyak 700 unit menjadi 719 unit, dan pada DIPA

Revisi 4 direvisi menjadi 737 unit.

5) Sarana pengolahan berupa Unit Pengolahan Hasil (UPH) Jagung sebanyak

60 unit pada DIPA Revisi 4 direvisi menjadi 49 unit ; dan Unit Pengolahan

Hasil (UPH) Kedelai sebanyak 30 unit direvisi menjadi 29 unit

Jenis Kegiatan, Volume dan Anggaran Bantuan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada

tabel berikut :

Tabel 7 : Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016

Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp

8,014 818,686,000,000 22,652 1,762,817,266,000 26,693 2,051,579,673,000 27,002 1,859,061,651,000 26,990 1,857,258,601,000

1 7,924 805,186,000,000 22,562 1,749,317,266,000 26,603 2,038,079,673,000 26,912 1,845,675,798,000 26,912 1,845,672,498,000

A Pusat 64 8,320,000,000 564 73,320,000,000 564 73,320,000,000 646 87,446,800,000 646 87,443,500,000

Combine Harvester Kecil 64 8,320,000,000 564 73,320,000,000 564 73,320,000,000 355 355 42,138,500,000

Combine Harvester Besar 43 43 21,070,000,000

Power Thresher 166 166 3,735,000,000

Sarana Pascapanen Jagung 82 82 20,500,000,000

B Daerah (Sarana Pascapanen + Pengolahan) 7,860 796,866,000,000 21,998 1,675,997,266,000 26,039 1,964,759,673,000 26,266 1,758,228,998,000 26,266 1,758,228,998,000

1 Combine Harvester Kecil 2,300 299,000,000,000 4,016 501,592,000,000 6,224 784,589,000,000 5,928 691,268,084,000 5,928 691,268,084,000

2 Combine Harvester Sedang 1,500 255,000,000,000 2,872 479,510,000,000 2,872 479,510,000,000 2,884 428,054,202,000 2,884 428,054,202,000

3 Combine Harvester Besar 200 97,000,000,000 340 153,000,000,000 340 153,000,000,000 403 153,174,361,000 403 153,174,361,000

4 Power Thresher 950 19,000,000,000 1,000 22,275,000,000 2,916 65,890,000,000 3,042 58,791,021,000 3,042 58,791,021,000

5 Vertical Dryer Padi + Bangunan (Kap 30 ton) 2 5,498,000,000 2 5,800,000,000 2 5,800,000,000 2 5,799,900,000 2 5,799,900,000

6 Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,6 -6 ton) 3 2,382,000,000 3 2,310,000,000 9 3,810,000,000 9 3,680,985,000 3 2,180,985,000

7 Pengering Padi 20 1,100,000,000 20 1,100,000,000

8 RMU 100 37,400,000,000 115 42,250,000,000 23 3,265,803,000 23 3,372,803,000 23 3,372,803,000

9 Polisher 22 990,000,000 22 990,000,000 22 866,140,000 22 866,140,000

10 Destoner 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000

11 Gudang/Lantai Jemur 1 1,365,396,000 - - - - -

12 Corn Combine Harvester 2 700,000,000 180 62,200,000,000 180 62,200,000,000 177 59,116,881,000 177 59,116,881,000

13 Corn Sheller 2,000 56,000,000,000 6,240 181,580,000,000 6,240 181,580,000,000 6,526 166,271,521,000 6,526 166,271,521,000

14 Vertical Dryer Jagung + Bangunan Kap (3,5 - 6) 1 814,000,000 5 3,136,870,000 9 4,136,870,000 9 4,073,863,000 15 5,573,863,000

15 Power Thresher Multiguna 300 8,472,000,000 6,500 187,188,000,000 6,500 187,188,000,000 6,500 155,435,858,000 6,500 155,435,858,000

15 Sarana angkut 500 15,000,000,000 700 32,200,000,000 700 32,200,000,000 719 26,623,379,000 719 26,623,379,000

2 90 13,500,000,000 90 13,500,000,000 90 13,500,000,000 90 13,385,853,000 78 11,586,103,000

1 UPH Jagung 60 9,000,000,000 60 9,000,000,000 60 9,000,000,000 60 8,921,268,000 49 7,271,518,000

2 UPH Kedelai 30 4,500,000,000 30 4,500,000,000 30 4,500,000,000 30 4,464,585,000 29 4,314,585,000

Sarana Pengolahan

Sarana Pascapanen + Pengolahan

Sarana Pascapanen (Pusat + TP Provinsi)

Target APBNP I Target APBNP IITarget Revisi 1No Jenis Kegiatan Pengadaan

Target Awal Target Revisi 2

Page 54: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 54

A. Kriteria Calon Penerima Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan

meliputi :

1) Kriteria Lokasi

Kriteria lokasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

a) Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional sarana

pascapanen atau pengolahan hasil disesuaikan kondisi spesifikasi

lokasi.

b) Memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sarana sejenis di

wilayah tersebut dengan prioritas tingkat kejenuhan sarana

pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang masih

rendah.

c) Mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan

kedelai dalam rangka pencapaian swasembada berkelanjutan

padi, serta swasembada jagung dan kedelai.

d) Lokasi dryer padi sebaiknya lebih diprioritaskan pada lokasi yang

terintegrasi dengan unit penggilingan padiyang sudah ada dan

masih aktif, sedangkan untuk dryer jagung dengan unit processing

jagung;

e) Khusus sarana pengangkut hasil pertanian roda-3 untuk

mendukung kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih.

2) Kriteria Penerima

Penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan

adalah Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat dan Pemerintah

Daerah dengan persyaratan sebagai berikut:

a) Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat Lainnya.

(1) Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat yang me-miliki

keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan

direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.

Page 55: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 55

(2) Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan,

bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat

bantuan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman

pangan yang diterimanya dengan baik.

(3) Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana pascapanen

atau pengolahan hasil tanaman pangan untuk mendukung

upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai,

serta peningkatan nilai tambah.

(4) Penerima bantuan sarana pascapanen pada tahun 2015tidak

boleh menerima kembali bantuan yang sama pada tahun

2016.

(5) Khusus penerima bantuan sarana pengering/dryerdan RMU

harus menyediakan lahan sebagai tempat bangunan yang

dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna

pakai.

b) Pemerintah Daerah

(1) Bersedia mengelola bantuan sarana dalam bentuk Brigade

yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang

berwenang.

(2) Bersedia menyediakan gudang penyimpanan sarana.

(3) Bersedia memobilisasi sarana.

(4) Bersedia mengalokasikan dana APBD untuk biaya

pemeliharaan sarana.

3) Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)

a) Calon penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil

tanaman pangan mengajukan usulan/proposal kepada Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas

Pertanian Kabupaten/Kotamenyampaikan usulan CPCL kepada

Dinas Pertanian Provinsi.

Page 56: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 56

b) Usulan CPCL tersebut diseleksi oleh tim verifikasi yang ditunjuk

oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) atau pimpinan unit kerja yang mengelola kegiatan

sarana tersebut selaku KPA.

c) Tim verifikasi melakukan seleksi CPCL berupa seleksi administrasi

dan seleksi aspek teknis.

d) Usulan CPCL selanjutnya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan oleh Kepala Dinas

Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). SK

penetapan CPCL tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, C.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan.

e) Hasil CPCL yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi

tersebut merupakan dasar penyaluran bantuan sarana kepada

penerima bantuan.

f) Pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil

menggunakan sistem e-purchasing ataue-catalog. Sedangkan

untuk pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil

tanaman pangan yang belum tercantum dalam e-purchasing atau

e-catalog, bangunandryer danbangunan RMU dilakukan dengan

metode pelelangan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g) Spesifikasi teknis sarana pascapanen atau pengolahanhasil

tanaman pangan secara rinci/detail ditentukan oleh masing-masing

Provinsi sesuai spesifik lokasi atau kebutuhan daerah, dan tetap

memperhatikan aspek kualitas saranadalam rangka meningkatkan

kinerja sarana dan kualitas hasil.

4) Distribusi Sarana

a) Bantuan sarana didistribusikan sampai ke titik bagi sesuai

kesepakatan dalam dokumen kontrak antara Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Sarana.

Page 57: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 57

b) Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita Acara

Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) dari

penyedia kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau

pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian. Format BAP-STHP

tersebut sebagaimana tercantum pada Lampiran 2.

c) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Pernyataan

bersedia menerima bantuan sarana yang ditandatangani oleh

Kepala Dinas atas nama Pemerintah Daerah dengan format

sebagaimana Lampiran 3.

d) Surat BAP-STHP dan Surat Pernyataan sebagaimana tersebut

pada butir 3)dan butir4)digunakan sebagai dasar pembayaran

kepada pihak penyedia.

e) Penyerahan bantuan sarana kepada Kelompok tani/

Gapoktan/UPJA/Masyarakat dengan Berita Acara Serah terima

menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Berita Acara tersebut disampaikan kepada Dinas Pertanian

Provinsi dan tembusan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan, segera setelah penyerahan sarana.

f) Penyerahan bantuan sarana tersebut agar dilengkapi dokumentasi

foto saat penyerahan sarana, baik dari Penyedia kepada Dinas

Pertanian Provinsi/Kabupaten serta Dinas Kepada Kelompok

tani/Gapoktan/UPJA/ Masyarakat.

g) Sarana yang didistribusikan harus dalam keadaan baik, baru,

terakit sempurna, lengkap dan dilakukan uji coba (running test).

h) Apabila dalam pelaksanaannya terdapat sarana yang tidak

dimanfaatkan oleh penerima bantuan, maka Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dapat merelokasi sarana tersebut ke kelompok

lainnya di wilayah kecamatan yang sama/antar kecamatan. Apabila

diperlukan relokasi antar Kabupaten/Kota, maka menjadi

kewenangan Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

Page 58: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 58

i) Sarana pengering (vertical dryer) atau penggilingan padi (rice

milling unit/RMU), sebelum didistribusikan terlebih dahulu

disiapkan bangunan dryeratau RMUsesuai dengan anggaran yang

tersedia.

j) Ukuran bangunandryeratau RMUdisesuaikan dengan dimensi

sarana dryer atau RMU dan kelengkapannya;

k) Untuk sarana dryer atau RMU, pihak penyedia barang diharuskan

untuk melakukan pemasangan instalasi dan merakit komponen

dryer atau RMUhingga siap dioperasikan;

l) Penyedia barang menjamin bahwa barang tersebut memenuhi

persyaratan teknis, baik kuantitas maupun kualitasnya dan

memperhatikan jaminan layanan purna jual dan suku cadang;

m) Penyedia barang diharuskan melaksanakan pelatihan operasional

sarana pascapanen, agar operator dapat memahami penggunaan

dan pemeliharaan sarana tersebut;

n) Setiap sarana bantuan diberi tanda dengan grafir/plat nama (name

plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi,

sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dan ditempatkan dibagian

sarana yang mudah terlihat. Plat nama mencantumkan sumber

pendanaan kegiatan dantahun pengadaan. Selain itu perlu juga

dicantumkan kontak person produsen(nama dan nomor

telepon)yang mudah dihubungi bila terjadi kerusakan. Tata letak

name plate dan kontak person penyedia barangditentukan oleh

penyedia barang.

5) Penatausahaan Aset Bantuan

Mekanisme penatausahaan aset dari bantuan Pemerintah yang

diserahkan kepada masyarakat (MAK 526) mengacu pada Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.07/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008

tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Page 59: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 59

Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007

Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang-Barang Milik Negara.

B. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016.

Realisasi pelaksanaan kegiataan pengadaan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, sebagai berikut :

1. Realisasi Fisik

Realisasi Fisik Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen

dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 sebanyak 26.529

unit (100% dari target 26.529 unit setelah pemblokiran atau 98,29 dari

target awal 26.990 unit), meliputi :

a. Sarana Pascapanen sebanyak 26.451 unit (100% dari target

setelah pemblokiran atau 98,29% dari target awal 26.912 unit)

b. Sarana Pengolahan sebanyak 78 unit (100 % dari target setelah

pemblokiran atau 86,67 % dari target awal 90 unit)

2. Realisasi Keuangan

Realisasi keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

sebesar Rp 1.689.256.923.925,- (90,95% dari Pagu

Rp.1.857.258.601.000,- atau 94,64% dari kontrak

Rp. 1.784.942.473.835,-), meliputi :

a. Sarana Pascapanen sebesar Rp.1.679.421.850.720,- (90,99% dari

Pagu Rp. 1.845.672.498.000,- atau 94,68% dari kontrak

Rp. 1.773.880.479.810,-)

b. Sarana Pengolahan sebesar Rp.9.835.073.205 (84,89% dari Pagu

Rp.11.586.103.000,- atau 88,91% dari kontrak

Rp. 11.061.994.025,- )

Page 60: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 60

Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016. Selengkapnya disajikan

pada tabel berikut :

Tabel 8 : Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun

2016.

Rp % Unit % Unit % Rp % thd

pagu

% Thd

Kontrak

26,990 1,857,258,601,000 1,784,942,473,835 96.11 26,529 98.29 26,529 100.00 1,689,256,923,925 90.95 94.64

I Pusat 646 87,443,500,000 63,235,770,000 97.94 564 87.31 564 100.00 35,960,615,000 85.34 56.87

Combine Harvester Kecil 355 42,138,500,000 41,272,290,000 97.94 355 100.00 355 100.00 35,960,615,000 85.34 87.13

Combine Harvester Besar 43 21,070,000,000 19,190,820,000 91.08 43 100.00 43 100.00

Power Thresher 166 3,735,000,000 2,772,660,000 74.23 166 100.00 166 100.00

Sarana Pascapanen 82 20,500,000,000

II Daerah (Sarana Pascapanen + Pengolahan) 26,344 1,769,815,101,000 1,721,706,703,835 97.28 25,965 98.56 25,965 100.00 1,653,296,308,925 93.42 96.03

26,266 1,758,228,998,000 1,710,644,709,810 97.29 25,887 98.56 25,887 100.00 1,643,461,235,720 93.47 96.07

1 Combine Harvester Kecil 5,928 691,268,084,000 676,082,300,428 97.80 5,931 100.05 5,931 100.00 623,265,092,358 90.16 92.19

2 Combine Harvester Sedang 2,884 428,054,202,000 424,775,918,578 99.23 2,884 100.00 2,884 100.00 411,335,562,158 96.09 96.84

3 Combine Harvester Besar 403 153,174,361,000 142,734,013,706 93.18 385 95.53 385 100.00 142,734,013,706 93.18 100.00

4 Power Thresher 3,042 58,791,021,000 53,851,821,811 91.60 2,932 96.38 2,932 100.00 53,196,517,811 90.48 98.78

5 Vertical Dryer Padi + Bangunan (Kap 30 ton) 2 5,799,900,000 5,394,199,000 93.01 2 100.00 2 100.00 5,394,199,000 93.01 100.00

6 Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,6 -6 ton) 3 2,180,985,000 2,180,985,000 100.00 3 100.00 3 100.00 2,180,985,000 100.00 100.00

Pengering Padi 20 1,100,000,000

7 RMU 23 3,372,803,000 2,935,800,622 87.04 23 100.00 23 100.00 2,935,800,622 87.04 100.00

8 Polisher 22 866,140,000 866,131,140 100.00 22 100.00 22 100.00 866,131,140 100.00 100.00

9 Destoner 2 600,000,000

10 Corn Combine Harvester 177 59,116,881,000 59,375,020,000 100.44 177 100.00 177 100.00 59,375,020,000 100.44 100.00

11 Corn Sheller 6,526 166,271,521,000 158,333,866,963 95.23 6,276 96.17 6,276 100.00 158,063,260,963 95.06 99.83

12 Vertical Dryer Jagung + Bangunan Kap (3,5 - 6) 15 5,573,863,000 5,253,986,409 94.26 15 100.00 15 100.00 5,253,986,409 94.26 100.00

13 Power Thresher Multiguna 6,500 155,435,858,000 153,682,894,913 98.87 6,500 100.00 6,500 100.00 153,682,895,313 98.87 100.00

15 Sarana angkut 719 26,623,379,000 25,177,771,240 94.57 737 102.50 737 100.00 25,177,771,240 94.57 100.00

Sarana Pengolahan 78 11,586,103,000 11,061,994,025 95.48 78 100.00 78 100.00 9,835,073,205 84.89 88.91

1 UPH Jagung 49 7,271,518,000 6,906,606,615 94.98 49 100.00 49 100.00 5,973,698,095 82.15 86.49

2 UPH Kedelai 29 4,314,585,000 4,155,387,410 96.31 29 100.00 29 100.00 3,861,375,110 89.50 92.92

RealisasiKontrakBASTB

Penyaluran

Nilai (Rp)

SP2D

Penghematan

Jenis Kegiatan PengadaanVolume

(unit)

Sarana Pascapanen + Pengolahan

Sarana Pascapanen

Tunda bayar

Penghematan

Penghematan

Realisasi fisik dan keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Pusat dan Provinsi

Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 4 - 5

Realisasi fisik kegiatan di daerah sudah terlaksana (sudah BASTB), namun

proses pencairan dana tidak dapat lanjutkan di beberapa provinsi karena

adanya penghematan, sehingga akan dialokasikan kembali pada tahun 2017

melalui mekanisme tunggakan.

Provinsi yang mengalami tunggakan pembayaran telah dilakukan verifikasi

oleh BPKP (anggaran kegiatan ˃ 2 Milyar) dan telah ada surat pernyataan

Page 61: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 61

dari KPA Provinsi (anggaran ˂ 200 juta). Provinsi yang mengalami

Tunggakan Pembayaran, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 9 : Tunggakan Pembayaran Kegiatan Tahun 2016

No Provinsi Satker Penyedia Uraian KontrakVolume

(Unit)Tunda Bayar (Rp) Perkembangan

TOTAL TUNGGAKAN 1030 93,500,260,936

1. RIAU 19,552,200,000 Berita Acara Pemeriksaan

RIAU 099314 PT. RUTAN Pengadaan Combine Harvester Sedang 70 7,986,400,000

RIAU 099314 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Power Thresher 35 530,600,000

RIAU 099314 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 110 11,035,200,000

2. BENGKULU 988,182,300 Verifikasi Ulang

BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI

SARANA

PENGADAAN BARANG CORN SHELLER TK PJK-

2T, PERLENGKAPAN CORN SHELLER (TERPAL

UKURAN 6X6 M, MASKER DAN KACAMATA

UNTUK OPERATOR)

10 270,606,000

BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI

SARANA

PENGADAAN BARANG POWER THRESER TYPE

TK PT 1000, PERLENGKAPAN POWER THRESER

(TERPAL UKURAN 6X6 M)

5 124,704,000

BENGKULU 269110CV. TUJUH PUTRA

MANUNGGALPENGADAAN UPH JAGUNG 2 298,760,000

BENGKULU 269110 CV. SEGGAY GROUP PENGADAAN UPH KEDELAI 2 294,112,300

3. KALSEL 21,266,205,000 Sudah ada Laporan BPKP

KALSEL 159107 PT RUTAN Pengadaan Combine Harvester Kecil 340 21,266,205,000

4. KALTIM 18,611,221,516 Sudah ada Laporan BPKP

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 20 2,469,371,727 BASTB 100%

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,

Combine Harvester Sedang25 3,329,229,804

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 10 1,234,685,864

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,

Combine Harvester Sedang40 5,181,258,599

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 3 370,405,759

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 15 1,852,028,795

KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,098,965,968

KALTIM 169112 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,075,275,000

5. NTT 5,729,350,120 Verifikasi Ulang

NTT 249158 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 50 5,114,000,000

NTT 249158 CV. KARYA SULUNGPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di

Kabupaten Belu TA 20162 202,885,760

NTT 249158 CV KARYA PRATAMAPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di

Kabupaten Lembata TA 20162 205,205,000

NTT 249158 CV DERISTANPengadaan Sarana Pengolahan jagung di

Kabupaten Nagekeo TA 20162 207,259,360

6. PUSAT 27,275,205,000 Laporan BPKP Belum diterima

PUSAT 238251 PT YANMAR Pengadaan CHB, CHK dan PT 253 27,275,205,000

7. DI YOGYAKARTA 049059 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 54,710,000 Laporan KPA Sudah diterima

8. SULTENG 189080 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 23,187,000 Laporan KPA Sudah diterima

Page 62: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 62

PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN

A. Sosialisasi dan Bimbingan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman

Pangan

1. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan

secara sistematis oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota kepada

petugas/petani/poktan/ gapoktan. Prosedur dan teknologi yang

digunakan dalam penanganan pascapanen cukup beragam karena

pengaruh internal (tanaman/komoditas) dan eksternal (manusia/

konsumen, teknologi, lingkungan). Melalui bimbingan teknis diharapkan

dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian,

petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen.

Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan

memberikan bimbingan secara sistematis kepada individu maupun

kelompok agar mengetahui, memahami, mau, dan mampu

mengimplementasikan serta memecahkan berbagai masalah yang

dihadapi.

Bimbingan teknis merupakan sarana manajemen yang

berkesinambungan dalam mempengaruhi perilaku SDM yang

menangani kegiatan pascapanen. Bimbingan Teknis penanganan

pascapanen tanaman pangan dilaksanakan melalui surat, telepon,

email, diskusi, dan kunjungan lapang ke beberapa Provinsi/Kabupaten

hingga kunjungan ke poktan/gapoktan.

Hasil bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan yang

telah dilaksanakan sebagai berikut:

a. Hal-hal yang disampaikan petugas pada saat bimbingan teknis

1. Kebijakan Pascapanen:

V

Page 63: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 63

a) Mengurangi susut hasil tanaman pangan untuk

menyelamatkan produksi;

b) Penanganan pascapanen yang baik dan benar melalui

penerapan Good Handling Practices (GHP);

c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan bidang

pascapanen tanaman pangan dan SDM;

d) Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana

pascapanen tanaman pangan

2. Tujuan Pemberian Bantuan Sarana Pascapanen:

a) Mendorong penerapan mekanisasi pertanian

b) Meningkatkan efisiensi usahatani dan penanganan

pascapanen

c) Memberi kontribusi terhadap penurunan susut hasil dan

meningkatkan mutu hasil tanaman pangan.

b. Manajemen

1. Manajer/Ketua Poktan :

a) Memilih dan menunjuk operator alsintan,

b) Memilih dan menunjuk petugas administrasi

pengelolaan alsintan,

c) Membuat rencana kerja pelayanan jasa Alsintan di

wilayahnya maupun di wilayah lain yang terjangkau oleh

kelompok tani,

d) Berusaha mencari konsumen/pengguna jasa alsintan,

e) Mengendalikan dan mengawasi operator dalam

mengoperasikan alsintan,

f) Menetapkan biaya sewa/bagi hasil penggunaan

alsintan, biaya operasional, biaya pemeliharaan dan kas

kelompok;

Page 64: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 64

2. Operator :

a) Mengoperasikan alsintan untuk melayani permintaan

petani,

b) Melakukan pemeliharaan, perawatan dan penyimpanan

alsintan untuk menghindarkan alat dari kerusakan dan

tindakan pencurian,

c) Melakukan pencatatan-pencatatan mengenai kegiatan

operasional alsintan seperti pemakaian bahan bakar,

luas areal yang dilayani, jumlah hasil perontokan, jam

kerja mesin, dan sebagainya,

d) Melaporkan hasil kerja operasional alsintan yang

menjadi tanggung jawabnya kepada manajer/ketua

poktan.

c. Permasalahan

Permasalahan dalam kegiatan bimbingan teknis penangananan

pascapanen tanaman pangan sebagai berikut :

1) Di beberapa daerah masih berlangsung budaya pascapanen

yang dilakukan secara tradisional sehingga menyebabkan

tingginya losses, seperti budaya ngeprik di Jawa Barat,

budaya ngasak di Jawa Tengah, dan budaya mepes di Nusa

Tenggara Barat. Budaya tersebut dengan sengaja

menyisakan gabah dimalai dengan cara tidak dirontok

seluruhnya yang nantinya akan dipungut oleh anggota

kelompok dibelakang regu pemanenan. Pada daerah seperti

ini umumnya alat panen maupun perontok masih sulit diterima

oleh buruh pemanen.

2) Kemampuan petani untuk mengakses teknologi alsintan masih

terbatas, sementara disisi lain tuntutan penggunaan alsintan

juga dibutuhkan di wilayah yang kekurangan tenaga kerja

pertanian ditingkat pedesaan.

Page 65: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 65

3) Kebiasaan petani dalam penanganan pascapanen masih

menggunakan teknologi sederhana (sabit, gebot, dan lantai

jemur), sehingga tingkat kehilangan hasil (losses) cukup tinggi

dan mutu hasil panen masih rendah.

4) Terbatasnya pengetahuan penyuluh/KCD tentang

penanganan pascapanen, karena selama ini penyuluh/KCD

lebih terfokus pada teknik budidaya.

d. Upaya Pemecahan masalah

1) Diperlukan adanya pendekatan terhadap petani maupun

masyarakat, baik melalui petugas penyuluh maupun dari dinas

pertanian setempat untuk memberikan pemahaman tentang

pentingnya penanganan pascapanen yang baik dan benar

agar produktivitas yang didapat tetap tinggi dan

menguntungkan petani. Mengikutsertakan petani/buruh

pemanendari poktan/ gapoktan pada saat demo alat/uji coba

bantuan alat pascapanen.

2) Memberikan bahan informasi perkembangan teknologi dan

sarana pascapanen oleh petugas Dinas Pertanian

Provinsi/Kabupaten/Kota kepada petani/kelompoktani melalui

sosialiasi, bimbingan teknis, pameran, panen raya, demplot,

dan sebagainya, agar petani/poktan mengetahui dan

memahami penanganan pascapanen melalui mekanisasi.

3) Pemberian dukungan informasi dan bimbingan teknis yang

lebih intensif terkait penanganan pascapanen dari petugas

Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota kepada poktan/

gapoktan agar susut hasil dapat lebih ditekan dan mutu yang

dihasilkan bisa lebih baik.

4) Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan pascapanen

dan pengenalan teknologi/inovasi dan sarana pascapanen

oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota

kepada penyuluh/KCD, petani/ kelompoktani. Mengikut-

Page 66: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 66

sertakan penyuluh/KCD, petani/ operator/teknisi dari poktan/

gapoktan penerima bantuan jika terdapat pelaksanaan

pelatihan/apresiasi dalam rangka menambah pengetahuan

dan teknologi serta meningkatkan Sumber Daya Manusia.

2. Penguatan Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen

Kegiatan Penguatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanaman

Pangan dilaksanakan dengan melakukan pertemuan di Hotel Aston –

Pasteur Bandung pada tanggal 26 s/d 29 April 2016, dibuka oleh

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

Pertemuan terdiri atas pembekalan materi dan kunjungan lapang ke

Kabupaten Indramayu. Hasil pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Narasumber dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi

Pertanian Serpong ; Bulog-Kadivre Jawa Barat ; Balai Pengkajian

dan Penerapan Teknologi Pertanian Yogyakarta ; Balai Besar

Pascapanen dan Institut Pertanian Bogor. Jumlah peserta

sebanyak 102 orang terdiri dari kelompok tani penerima bantuan

paket model padi (19 orang), jagung (8 orang) dan kedelai

(5 orang) serta pendamping petugas provinsi dan kabupaten

(40 orang) ; Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang

menangani kegiatan pascapanen dan tanaman pangan pada Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Barat dan peserta pusat.

b. Penanganan pascapanen merupakan hal yang penting dilakukan

dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk

industri yang berkualitas dan berperan penting dalam menurunkan

susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai

tambah dan daya saing.

c. Dalam upaya mendorong penerapan penanganan pascapanen

yang baik dan benar pemerintah telah memfasilitasi bantuan

sarana pascapanen sejak tahun 2011 sampai sekarang dengan

jumlah bantuan yang sangat banyak. Bantuan tersebut harus

Page 67: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 67

dikelola secara professional agar dapat bermanfaat dan

berkembang menjadi suatu usaha yang menguntungkan petani.

d. Gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen diharapkan dapat

berkontribusi dalam meningkatkan produksi dan mengamankan

potensi susut hasil serta berpartisipasi dalam program pemerintah

melalui Toko Tani Indonesia (TTI) dan Serapan Gabah Petani

(Sergap) .

e. Program-program pemerintah harus disinergikan dengan BULOG,

karena pemerintah berkewajiban memberikan RASKIN kepada

masyarakat miskin. Untuk itu diminta kepada Gapoktan agar dapat

menjalin kerjasama dan bersinergi dengan BULOG dalam

penyediaan gabah/beras.

f. Untuk memperkuat pilar ketersediaan pangan diharapkan

10 % produksi/tahun dari petani dapat disalurkan kepada BULOG

sehingga dapat memenuhi kubutuhan stok beras nasional.

g. Gapoktan yang telah memiliki penggilingan padi dapat melakukan

kerjasama pengadaan beras/gabah dengan BULOG dengan

mencantumkan Surat Rekomendasi dari Dinas Pertanian.

h. Dalam upaya peningkatan pengelolaan sarana pascapanen

diperlukan komitmen Gapoktan penerima bantuan untuk mengelola

sarana pascapanen dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan

serta merawat fasilitasi yang diterima dengan baik.

i. Pengelolaan sarana pascapanen harus didasarkan pada

“Manajemen Usaha” yang meliputi perencanaan, administrasi

pengorganisasian dan pengawasan, sehingga dapat memberikan

manfaat yang optimal bagi Gapoktan.

j. Dalam pengelolaan bantuan sarana pascapanen, gapoktan agar

berorientasi bisnis/keuntungan, memiliki pengelola/manejer dan

operator yang terampil serta ada variasi pola pengembangan

Page 68: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 68

kemitraan usaha dan pasar sehingga sarana yang diberikan

memiliki kinerja yang baik.

k. Kelompok tani/Gapoktan agar dapat merencanakan pemanfaatan

dana hasil usaha pelayanan jasa sarana dan menyisihkan

sebagian dana ke dalam kas kelompok untuk biaya perawatan dan

perbaikan serta menambah sarana pascapanen yang dibutuhkan.

l. Bantuan sarana yang diterima harus dilakukan pemeliharaan dan

perawatan mesin secara berkala, hal ini penting dilakukan untuk

menjaga dan menjamin mesin dalam kondisi baik, memperpanjang

umur ekonomi penggunaan mesin dan menjamin efektivitas kerja

mesin.

m. Pemanfaatan bantuan sarana pascapanen yang diterima petani

belum optimal, hal ini disebabkan keterampilan petani (operator

alsintan) dalam menggunakan alat mesin masih kurang. Untuk itu

diperlukan bimbingan teknis tentang perawatan dan cara

menggunakan alat mesin kepada kelompok penerima bantuan

serta bimbingan dan pembinaan yang intensif dari petugas

terhadap SDM pengelola.

n. Kunjungan Lapang ke Kelompok Tani Weringin di Desa Langgeng

Sari, Kecamatan Lelea kabupaten Indramayu. Kelompok tani

Weringin merupakan penerima bantuan Vertical dryer padi tahun

2015. Sarana tersebut telah dimanfaatkan sebanyak 20 kali dalam

1 x musim panen tahun 2016 sebanyak 120 ton gabah. Pada acara

kunjungan lapang dilakukan penjelasan dan praktek cara

pengoperasian dan pemeliharaan sarana pengering dryer, pemipil

jagung Corn Sheller dengan klobot dan Power Thresher padi.

Melalui kunjungan lapangan diharapkan peserta dapat

memperoleh pengalaman dan meningkatkan motivasi dalam

pengelolaan sarana pascapanen tanaman pangan.

Page 69: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 69

o. Hasil Evaluasi terhadap 19 Gapoktan penerima paket model padi,

8 gapoktan penerima paket model jagung dan 5 penerima paket

model kedelai sebagai berikut:

1) Pada umumnya sarana bantuan sudah dipergunakan oleh

gapoktan penerima, namun belum berjalan optimal. Salah

satu Gapoktan yang sudah berhasil yaitu Gapoktan Tani

Makmur Jaya di Kabupaten Lumajang, yang saat ini sudah

mampu mengelola gabah menjadi beras sebanyak 617.674

ton.

2) Beberapa gapoktan sudah bekerjasama dalam kegiatan

penyerapan/penjualan gabah dengan Bulog (Provinsi Jawa

Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung); Menjadi Mitra BKP

melalui program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat

memproduksi beras subsidi (Provinsi Lampung); bekerjasama

dengan penangkar benih padi dan kedelai (Provinsi NTB).

3) Permasalahan dalam operasionalisasi bantuan sarana :

(a) Terbatasnya pengetahuan operator, sehingga tidak

dapat mengoperasionalkan alsin dengan baik.

(b) Kapasitas manajemen petani dalam mengelola secara

bisnis masih terbatas.

(c) Petani tidak mempunyai modal untuk membeli gabah

petani.

(d) Terbatasnya bengkel dan suku cadang alsintan di

daerah

(e) Dryer kapasitas 3,5-4 ton dinilai kurang efektif dan

efisien dibanding pengeringan manual (biaya

operasional lebih tinggi).

Page 70: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 70

3. Pengawalan Kegiatan Direktorat PPHTP

Pengawalan kegiatan Direktorat PPHTP dilakukan melalui beberapa

kegiatan seperti menghadiri rapat, panen, ataupun kegiatan lain dalam

rangka mendukung kegiatan tanaman pangan.

Kegiatan pengawalan dilakukan pada 8 provinsi yaitu: Jawa Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Banten,

Bangka Belitung, Jawa Timur, dan Aceh. Hasil pengawalan kegiatan

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sebagai berikut :

a. Pengawalan kegiatan Direktorat PPHTP khususnya pada

pengadaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman

pangan dilakukan mulai dari penetapan CPCL, proses kontrak,

realisasi perkembangan pengadaan bantuan, pendistribusian

barang, proses BASTB, dan BAST untuk hibah barang.

b. Permasalahan yang ditemukan di lapangan pada saat pengawalan

antara lain:

1) Pengembangan pascapanen, pengolahan dan pemasaran

hasil tanaman pangandi Provinsi Kalimantan Utara terkendala

infrastruktur yang belum tersedia dengan baik seperti letak

geografis (sebagian besar wilayah kepulauan) antar

Kabupaten yang tersebar dengan jarak yang cukup jauh,

2) Keterlambatan proses pemesanan di Provinsi Banten dan

Provinsi Aceh terkendala beberapa hal, antara lain:

terlambatnya usulan calon penerima calon lokasi (CPCL) dari

Kabupaten , dan gangguan jaringan internet.

3) Pada umumnya sarana pascapanen yang sudah

didistribusikan belum dimanfaatkan karena belum memasuki

waktu panen.

c. Arahan Menteri Pertanian dalam kunjungan kerjanya di beberapa

Provinsi antara lain:

Page 71: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 71

1) Target luas tambah tanam tidak bisa dikurangi targetnya.

Kabupaten yang dapat mencapai targetnya, akan diberikan

tambahan anggaran.

2) Agar KalImantan Barat mandiri pangan dan menjadi salah

satu sentra ekspor pangan ke Malaysia

B. Penyaluran Alsintan Pascapanen

1. Monitoring dan Evaluasi Bantuan Combine Harvester Kecil

Tahun 2016

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui dengan pasti

pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam

pelaksanaan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman

pangan tahun 2016 serta perkembangan bantuan sarana pascapanen

(pusat) agar dapat dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana

program dan penyempurnaan kebijakan di tahun berikutnya. Monitoring

dan evaluasi dilaksanakan melalui surat, telephon, email, diskusi,

kunjungan lapang ke beberapa provinsi/kabupaten/ hingga kunjungan ke

gapoktan/poktan.

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi

dilaksanakan di 16 (enam belas) Provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Gorontalo.

Berkaitan dengan perubahan/revisi POK 6 terdapat perubahan jenis

sarana, semula Combine Harvester Kecil sejumlah 564 unit berubah

menjadi: 355 unit Combine Harvester Kecil, 43 unit Combine Harvester

Besar dan 166 unit Power Threser.

Kegiatan monev mencakup monev pelaksanaan pemberian bantuan

pemerintah berupa Combine Harvester Besar, Combine Harvester Kecil

dan Power Thresher padi untuk meningkatkan ketersediaan sarana

Page 72: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 72

pascapanen padi dalam rangka mendukung percepatan panen yang

berkorelasi dengan percepatan tanam, guna membantu pencapaian

target swasembada padi berkelanjutan.

Sasaran kegiatan monev sebagai berikut :

a. Terlaksananya pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai

sasaran yang sudah ditetapkan.

b. Terlaksananya pengadaan dan penyaluran bantuan sarana

pascapanen padi sesuai ketentuan serta terpenuhinya

kriteria/syarat dan kewajiban penerima bantuan.

c. Termanfaatkannya sarana pascapanen padi secara optimal.

Hasil monitoring dan evaluasi sebagai berikut :

a. Bantuan combine harvester kecil untuk pengadaan pusat sebanyak

355 unit terdiri dari 5 tahap dan alat tersebut sebagian sudah di

distribusikan ke kelompok tani. Selain combine harvester kecil,

terdapat pula bantuan combine harvester besar sejumlah 43 unit

dan power threser padi sejumlah 166 unit. Alat tersebut sebagian

sudah di distribusikan ke kelompok tani. Pengadaan sarana

tersebut dibagi menjadi 4 tahap, tahap I sebanyak 64 unit Combine

Harvester Kecil dengan realisasi fisik 100%, tahap II Combine

Harvester Kecil sebanyak 101 unit dengan realisasi fisik 100%,

tahap III Combine Harvester Kecil sebanyak 84 unit dengan

realisasi fisik 100%, tahap IV Combine Harvester Kecil sebanyak

62 unit dengan realisasi fisik 100%, tahap V Combine Harvester

Kecil sebanyak 44 unit dengan realisasi fisik 100 %.

Combine Harvester Besar sebanyak 43 unit sudah realisasi fisik

100%, Power Threser 166 unit sudah terealisasi 100%.

b. Bantuan sarana yang sudah diterima petani sebagian telah

dimanfaatkan oleh petani dan sebagian belum dimanfaatkan

karena sudah lewat masa panen.

Page 73: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 73

c. Permasalahan yang ditemui dalam rangka monev sarana

pascapanen padi antara lain :

Tingkat Dinas Pertanian Kabupaten

1) Pengadaan bantuan sarana bersumber pada dana APBN

pusat, sehingga pejabat/petugas yang menangani sarana

pascapanen tanaman pangan kurang peduli untuk mengawal

proses pengadaan dan berakibat pada terhambatnya

realisasi pelaksanaan bantuan sarana pascapanen tanaman

pangan (penandatangan BASTB).

2) Adanya pergantian pejabat/petugas yang menangani bantuan

sarana pascapanen tanaman pangan ; pejabat/petugas yang

baru kurang peduli untuk mengawal proses pengadaan,

sehingga realisasi pelaksanaan bantuan sarana pascapanen

tanaman pangan menjadi terhambat

Tingkat Poktan/Gapoktan :

1) Kemampuan petani untuk mengakses teknologi sarana

pascapanen masih terbatas, terutama teknologi baru seperti

combine harvester, sementara disisi lain tuntutan

penggunaan alsintan dibutuhkan ditengah kekurangan

tenaga kerja pedesaan.

2) Di beberapa wilayah kesulitan memperoleh suku cadang jika

terjadi kerusakan pada sarana bantuan yang diterima

kelompoktani.

3) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki

sarana pascapanen yang rusak.

d. Upaya Tindak lanjut dari permasalahan sebagai berikut:

Tingkat Dinas Pertanian Kabupaten

1) Perlunya kebijakan dari Kepala Dinas dalam menetapkan

petugas PPHP sesuai dengan keahlian yang dimiliki demi

Page 74: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 74

kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen

tanaman pangan.

2) Apabila ada pergantian pejabat/petugas yang menangani

bantuan Pascapanen TP maka pejabat/petugas lama

memberikan informasi/bahan perkembangan pelaksanaan

kegiatan tersebut kepada pejabat/petugas baru dan saling

berkoordinasi, sehingga pelaksanaan kegiatan penanganan

pascapanen padi segera direalisasikan setelah dilakukan

identifikasi dan verifikasi terhadap gapoktan/poktan penerima

bantuan.

Tingkat Poktan/Gapoktan

1) Informasi perkembangan teknologi dan sarana pascapanen

perlu disampaikan oleh petugas Dinas Pertanian

provinsi/kabupaten/kota kepada petani/kelompoktani melalui

sosialisasi, bimbingan teknis, acara pameran, panen raya,

demplot, dan sebagainya.

2) Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana

perlu difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian

sarana tersebut dan dilakukan saat merakit dan menguji coba

sarana, serta saat pelatihan dan adanya jaminan purna jual

dari pengadaan sarana tersebut.

3) Mengikutsertakan petani/operator/teknisi dari poktan/

gapoktan penerima bantuan jika terdapat pelaksanaan

pelatihan/apresiasi dalam rangka menambah pengetahuan

dan teknologi serta meningkatkan Sumber Daya Manusia.

2. Pengawalan Bantuan Sarana Pascapanen

Tujuan pengawalan bantuan sarana pascapanen adalah memastikan

bahwa kelompok penerima sesuai kriteria di pedoman teknis, sarana

pascapanen yang diterima baik dan sesuai dengan spesifikasi yang

Page 75: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 75

ditetapkan, serta mengetahui sejauh mana pemanfaatannya oleh

poktan/gapoktan.

Pengawalan bantuan sarana pascapanen dilakukan di 8 provinsi yaitu:

Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat, Sulawesi Barat,

Sumatera Selatan, Aceh, Jawa Tengah. Hasil dari kegiatan pengawalan

sarana pascapanen sebagai berikut :

a. Titik kritis pada tahapan pengadaan sarana adalah pada saat

penetapan CPCL yaitu penetapan CPCL sering terlambat karena

revisi usulan dari Kabupaten.

b. Provinsi Sulawesi Selatan masih kekurangan sarana pascapanen,

untuk memenuhi kekurangan tersebut sebagian diakomodir dari

dana tugas pembantuan dan melalui kunjungan pimpinan.

c. Secara umum kegiatan penanganan pascapanen di wilayah

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat masih manual. Bantuan sarana

pascapanen Combine Kecil diharapkan dapat meningkatkan

efesiensi usaha tani dan mempercepat waktu panen.

d. Perlu dukungan pendanaan dari pemerintah dan stakeholders agar

poktan/gapoktan dapat memiliki alsintan sendiri dan mampu

memanfaatkannya.

e. Banyak kelompok tani yang menyukai alsintan produk lokal karena

sesuai dengan spesifik lokasi, suku cadang dan perbengkelan yang

mudah karena tersedia di lokasi.

f. Kemampuan kelompok tani dalam membeli alsintan pascapanen

sangat terbatas, sehingga masih harus dibantu oleh pemerintah.

C. Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

1. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan adalah kegiatan

dalam upaya menyebarluaskan teknologi dan mendorong penerapan

penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar ( Good

Handling Practise/GHP) melalui pembekalan bimbingan teknis dan

Page 76: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 76

demonstrasi penanganan pascapanen tanaman pangan kepada petugas

daerah, petugas lapang dan petani selaku pengelola usahatani.

2. Kegiatan gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun

2016 telah dilaksanakan di dua (2) provinsi yaitu Provinsi Sulawesi

Tengah (Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung ) dan Provinsi Jawa

Timur (Gerakan Penanganan Pascapanen Ubikayu ).

a) Provinsi Sulawesi Tengah

Gerakan penanganan pascapanen Jagung dilaksanakan pada

tanggal 24 Agustus 2016, pada areal pertanaman Poktan Tani

Mandiri, Desa Modo, Kecamatan Bukal, Kabupaten Buol.

b) Provinsi Jawa Timur

Gerakan penanganan pascapanen ubikayu dilaksanakan pada

tanggal 4 Agustus 2016, pada areal pertanaman Poktan Baru

Muncul, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

3. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan:

a) Menggerakkan poktan/gapoktan beserta anggota dan petani di

sekitarnya bersama dengan seluruh pemangku kepentingan

(stakesholders) untuk melaksanakan gerakan penanganan

pascapanen tanaman pangan,

b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku

kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan

tingkat susut hasil tanaman pangan,

c) Mendorong pemanfaatan sarana pascapanen tanaman pangan

yang tersedia di daerah,

d) Melakukan bimbingan teknis bagi poktan/gapoktan melalui

peningkatan pengetahuan dan pengalaman tentang cara

penggunaan sarana pascapanen tanaman pangan yang benar.

4. Hasil kegiatan gerakan penanganan tanaman pangan antara lain:

a) Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung di Kabupaten Buol

Page 77: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 77

1) Program pemerintah Kabupaten Buol tahun 2014 dalam

rangka peningkatan produksi jagung adalah Percepatan

Pengentasan Kemiskinan melalui pengembangan tanaman

jagung seluas 1.000 ha di Kecamatan Paleleh, tahun 2015

seluas 1.000 ha di Kecamatan Bukal, dan tahun 2016 seluas

2.000 ha tersebar di Kecamatan Bunobogo, Bokat dan

Momunu melalui pola integrasi antara jagung dan ternak sapi.

Selain itu, di Kabupaten Buol telah memprogramkan Kegiatan

Tanah Untuk Rakyat dengan membagikan sertifikat gratis

seluas 6.000 ha dan diharapkan dengan program tersebut

pengembangan jagung hibrida di lahan khusus dapat

meningkat menjadi 7.500 ha.

2) Pemerintah daerah Kabupaten Buol telah mengeluarkan

Peraturan Bupati tentang Penanganan Hasil Jagung yaitu

apabila harga jagung rendah maka Pemerintah Daerah

melalui Perusahaan daerah akan membeli jagung dengan

harga terendah Rp. 2.000,-/kg. Hal tersebut dilakukan untuk

mengatasi kendala dalam pemasaran jagung.

3) Bantuan sarana pengering tahun 2011 telah dimanfaatkan

dengan optimal dan jagung hasil produksi poktan/gapoktan

telah dipasarkan ke Gorontalo dan Surabaya.

4) Bantuan yang telah diterima dimanfaatkan dengan baik, dan

diharapkan dapat menurunkan susut hasil, peningkatan mutu

dan meningkatkan produksi jagung sehingga target nasional

terpenuhi dan impor tidak diperlukan lagi.

b) Gerakan Penanganan Pascapanen Ubikayu di Kabupaten

Ponorogo

1) Kabupaten Ponorogo sangat potensial untuk pengembangan

ubikayu dengan areal pengembangan sampai 30.000 ha.

Varietas ubi kayu yang ditanam pada umumnya adalah

Page 78: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 78

varietas lokal (Vandemir) dengan produksi 35 ton/ha dengan

kadar pati 30 - 35%.

2) Pada tahun 2016 di Kabupaten Ponorogo mendapat program

pengembangan areal tanam ubi kayu seluas 1.500 ha.

3) Produksi ubikayu di Kecamatan Sawoo umumnya diolah

menjadi Mocaf dan telah menjalin kemitraan dengan PT Tiga

Pilar, sehingga untuk pemasaran produksi mocaf tidak

mengalami kesulitan. Model kemitraan yang dilakukan adalah

dengan sistem cluster, setiap cluster merupakan kelompok

tani yang dibina oleh PT Tiga Pilar.

4) Kelompoktani telah menerapkan prinsip “zero waste” dimana

ubikayu yang dihasilkan tidak ada yang terbuang. Produksi

yang dihasilkan antara lain mocaf, kulit ubikayu dan bonggol

ubikayu untuk pakan ternak, serta nata de mocaf yang

merupakan hasil olahan permentasi dari air pencucian

ubikayu. Hasil produk nata de mocaf ditampung oleh PT

Wong Coco di Yogyakarta.

5) Meskipun ubikayu bukan merupakan komoditas unggulan

namun ubikayu dapat memberikan nilai tambah bagi petani.

Untuk itu diperlukan inovasi teknologi dan peningkatan

kemampuan kepada petani.

D. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan.

Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan tahun

2016 untuk mengetahui perkembangan program dan kegiatan penanganan

pascapanen tanaman pangan dan permasalahan yang ada di daerah serta

upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Monitoring dan evaluasi

penanganan pascapanen tanaman pangan dilaksanakan pada 11 (sebelas)

provinsi yaitu: Sumatera Utara, Jambi, Gorontalo, Kalimantan Tengah,

Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Bali, Sulawesi Barat,

Lampung dan Jawa Timur.

Page 79: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 79

1. Hasil kegiatan monev penanganan pascapanen sebagai berikut :

a) Penanganan pascapanen belum optimal, kehilangan hasil masih

banyak terjadi di tahapan panen

b) Belum ada koordinasi yang baik antar daerah dengan pusat dalam

penanganan pascapanen, sehingga pemahaman teknologi

penanganan pascapanen tanaman pangan belum diketahui dengan

baik.

c) Perlu sosialisasi untuk mengubah perilaku petani dalam

penanganan pascapanen tanaman pangan dari tradisional menuju

penerapan teknologi penanganan pascapanen yang baik dan

benar.

d) Perlu pelatihan dalam penerapan operasional alsintan pascapanen

tanaman pangan kepada penerima barang khususnya untuk

operator, agar peralatan yang diterima dapat dimanfaatkan secara

maksimal.

e) Poktan belum melakukan pembukuan dengan baik sehingga

laporan keuangan pemanfaatan alsintan belum tersedia

f) Bantuan alsin kurang sesuai dengan kondisi lahan sawah

setempat, akibatnya daya kerja alsin tidak optimal, serta kurangnya

teknisi alat sehingga pemanfaatan alat tidak optimal.

g) Perlunya Pendampingan atau pelatihan dari Dinas Pertanian dan

produsen.

h) Kurangnya Permodalan

i) Petani masih menyenangi menggunakan lantai jemur dalam

pengeringan karena dianggap masih lebih murah daripada

menggunakan mesin pengering.

j) Sarana pascapanen yang telah dterima belum di tempatkan pada

bangunan permanen yang utuh, sehingga disarankan kepada

poktan/gapoktan untuk menyiapkan gudang.

Page 80: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 80

2. Hasil evaluasi titik kritis pada Pelaksanaan Bantuan Sarana Pascapanen

Tahun 2016 :

a) Penyusunan CPCL belum mengacu pada e-proposal (Permentan

61/2014)

b) CPCL seringkali belum tepat sasaran

c) Bantuan alsin belum dimanfaatkan secara optimal

d) Pemanfaatan bantuan belum tercatat dengan baik dan belum

dilaporkan secara berjenjang dari Poktan –> Dinas Kabupaten –>

Dinas Provinsi –> Dit. PPHTP sehingga dapat diukur indikator

kinerja bantuan.

e) Belum semua dokumen proses hibah BMN kepada

masyarakat/pemda diproses dan sesuai dengan ketentuan (PMK

111/PMK.06/2016).

3. Hasil evaluasi titik kritis pada pengelolaan bantuan sarana pascapanen

Tahun 2016:

a) Operator yang ditunjuk belum mampu mengoperasikan alsintan

dan mendapatkan pelatihan dari penyedia.

b) Rencana pemanfaatan alsintan seringkali tidak dimusyawarahkan

dengan seluruh anggota poktan/gapoktan.

c) Manajemen poktan belum semua dapat menghitung analisa

ekonomi usaha jasa alsintan dengan cermat, sehingga alsintan

belum dapat dikelola secara bisnis

d) Kelompok tani khususnya operator belum semua memahami

pentingnya perawatan dan pemeliharaan alat

4. Hal-hal yang disampaikan saat monev terkait Pelaksanaan Bantuan

Sarana Pascapanen 2016 sebagai berikut :

a) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berhak memberikan sanksi atas

penyalahgunaan bantuan dan atau tidak dimanfaatkannya alat

selama 1 (satu) tahun setelah bantuan diterima.

Page 81: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 81

b) Mengarsipkan dengan baik dokumen pertanggungjawaban seperti:

SK Penetapan poktan/gapokan penerima bantuan; RUKK; kontrak

pengadaan barang; BASTB; SP2D; Surat Perjanjian

Pendayagunaan Sarana Pascapanen, dan Surat Hibah BMN

kepada masyarakat/pemda;

c) Memonitor perkembangan pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi

dan mengantisipasi setiap permasalahan

d) Melaporkan pemanfaatan bantuan secara berjenjang dari penerima

bantuan (poktan) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Dinas

Pertanian Provinsi Dit. PPHTP setiap MT.

5. Beberapa permasalahan dari hasil monev terkait dengan sarana

pascapanen disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10 : Permasalahan dari Hasil Monev Terkait Sarana Pascapanen

No. Permasalahan Saran

1Kesulitan untuk perbaikan alsin karena sebagian

ada yang tidak ada perwakilan di daerahPerlu adanya perwakilan di daerah

2 Penyedia kurang merespon keluhan DinasRespon yang cepat dari penyedia sangat

diharapkan

3

Spesifikasi teknis dalam test report seringkali

berbeda dengan kenyataan di lapang (hasilnya

lebih kotor) sehingga daerah mempertanyakan

kebenaran informasi pada test report.

Pemakaian alat sesuai prosedur sangat

diperlukan untuk menghindari kerusakan alat

dan tingginya loses

4Distribusi sarana kurang tepat waktu sehingga

tidak maksimal pemanfaatannya

Disarankan untuk mengcover daerah lain yang

sedang ada panen agar alat optimal

5 Permasalahan alat pada bagian mesin Segera melapor pada penyedia

Page 82: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 82

PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN

A. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Tanaman Pangan.

Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis pengolahan hasil tanaman pangan

meliputi :

1. Bimbingan Teknis Penanganan dan Pemanfaatan Bantuan Sarana UPH

Tanaman Pangan

Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan secara

sistematis oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan kepada petugas/petani/

poktan/ gapoktan. Dengan bimbingan teknis diharapkan adanya transfer

informasi dan teknologi tentang penanganan dan pemanfaatan bantuan

sarana UPH tanaman pangan yang baik dan benar sehingga terjadi

peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan petugas

Kegiatan bimbingan teknis pengolahan hasil tanaman pangan

dilaksanakan di 12 (dua belas) provinsi yaitu Provinsi Aceh, Riau, Babel,

Jambi, Bengkulu, NTT, Lampung, DIY, Maluku, Sumut, Jateng, dan

Sulbar.

Hal-hal yang disampaikan dalam bimbingan teknis pengolahan hasil

tanaman pangan mencakup dua hal yaitu : a) cara pengolahan hasil

tanaman pangan yang baik atau Good Manufacturing Practices (GMP) ;

b) pengenalan operasional sarana pengolahan yang dapat membantu

pengolahan hasil tanaman pangan.

a. Penanganan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan yang Baik

(Good Manufacturing Practicess/GMP)

Penerapan GMP diharapkan menghasilkan produk pangan olahan

yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Hal

yang perlu diperhatikan dalam standart pengolahan yang baik

sebagai berikut :

VI

Page 83: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 83

1) Lokasi (rumah produksi)

Lokasi untuk bangunan atau tempat proses pengolahan harus

memenuhi syarat : a) Tempat memadai, bebas dari

pencemaran, semak belukar dan genangan air ; b) Tersedia

sarana dan prasarana penunjang yang memadai seperti jalan,

akses pasar, sumber air bersih dan saluran pembuangan air

yang baik

2) Bangunan UPH

Bangunan UPH harus memiliki ; a) Tata letak ruang produksi

cukup luas dan mudah dibersihkan ; b) Lantai dibuat dari

bahan kedap air, rata, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan

; c) Dinding dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna

terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah

dibersihkan ; d) Sudut lantai bangunan mudah dibersihkan ;

e) Langit-langit didesain dengan baik untuk mencegah

penumpukan debu, tumbuhnya jamur, pengelupasan,

bersarangnya hama, tahan lama dan mudah dibersihkan ;

f) Pintu dibuat dari bahan yang keras dan tahan lama,

permukaan halus, licin, rata, warna terang, mudah

dibersihkan/desinfeksi, membuka ke arah luar dan mudah

dibuka dan dapat ditutup dengan baik

3) Jendela

Jendela harus memiliki : a) Bahan kuat, keras tahan lama ;

b)Permukaan halus, rata, terang, mudah dibersihkan/

desinfeksi ; c) Luas sesuai dengan besar bangunan ;

d) Minimal 1 m dari permukaan lantai ; e) Harus mencegah

akumulasi debu, dilengkapi kasa pencegah serangga, tikus

dan lain-lain yang mudah dibersihkan ; f) Ventilasi cukup

nyaman dan menjamin sirkulasi udara dengan baik .

Page 84: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 84

4) Kelengkapan ruang kerja

Kelengkapan ruang kerja harus : a) Cukup mendapat cahaya ;

b) Terdapat tempat untuk mencuci tangan dilengkapi dengan

sabun dan pengeringnya ; c) Tersedia perlengkapan PPPK.

5) Tempat penyimpanan (gudang).

Tempat penyimpanan bahan basah, bahan kering dan produk

akhir harus terpisah. Mudah dibersihkan, bebas dari hama/

mikroba, dan tempat penyimpanan produk akhir harus kering.

6) Fasilitas Sanitasi harus memadai

7) Sarana pembuangan harus dilengkapi dengan saluran dan

tempat pembuangan untuk bahan (padat, cair, gas) ;

b) Pengolahan limbah : c) Saluran pembuangan untuk limbah

terolah ; d) Toilet tidak boleh terbuka langsung ke ruang

produksi/ruang pengolahan ; e) Dilengkapi dengan tempat cuci

tangan

8) Peringatan-peringatan kebersihan/saniter

Ditempel di tempat-tempat yang mudah dilihat, untuk

mengingatkan setiap pekerja.

9) Gudang

Gudang harus bebas dari hewan dan serangga ; sirkulasi

udara harus baik ; suhu dan kelembaban harus disesuaikan

dengan kondisi penyimpanan ; harus dibersihkan secara

periodik (sebelum dan sesudah barang dimasukkan)

10) Mesin dan Peralatan

a) Mesin

Tata letak mesin-mesin yang digunakan harus diatur

sesuai dengan proses produksi. Mesin-mesin yang

digunakan harus dapat menjamin keselamatan dan

Page 85: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 85

kesehatan kerja karyawan serta tidak menimbulkan

pencemaran/ kontaminasi pada produk yang dihasilkan.

b) Peralatan produksi dan sarana kerja lainnya.

1) Alat yang digunakan harus memenuhi syarat teknis,

tidak mudah rusak, terkelupas atau korosif, tahan

lama dan persyaratan higienis (mudah dibersihkan),

tidak mencemari produk yang diolah.

2) Permukaan yang bersentuhan dengan bahan

olahan kedelai harus halus, rata, tidak berlubang,

tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak

menyerap air dan terbuat dari stainless steel

3) Alat-alat berbahaya harus diberi tanda

4) Tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan

pada tempat terpisah untuk mencegah kontaminasi

11) Pemeliharaan Bangunan UPH dan Sarana Kerja

a) Bangunan dan fasilitasi peralatan selalu terawat dengan

sanitasi yang baik

b) UPH dan produk yang dihasilkan bebas dari hama

penyakit

c) Penanganan limbah dilakukan dengan baik

d) Prosedur pemeliharaan dan sanitasi selalu dimonitor

12) Proses Produksi

Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi

oleh kondisi bahan baku yang akan digunakan dan proses

pengolahan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penentuan

bahan yang akan diolah harus bebas dari cemaran

hama/penyakit, pestisida dan kotoran ; diproduksi dengan

cara yang baik dan higienis serta berasal dari produk

pertanian yang sehat ; memenuhi persyaratan mutu yang

Page 86: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 86

ditetapkan ; pencucian, pembersihan, pemeliharaan saniter

harus efektif ; bahan baku untuk diproses harus dipisahkan

tempatnya dengan bahan lain yang berbahaya

13) Pengemasan

Tujuan pengemasan antara lain : a) Membuat umur simpan

bahan pangan menjadi panjang ; b) Menyelamatkan produksi

bahan pangan yang berlimpah ; c) Mencegah rusaknya

nutrisi/gizi bahan pangan ; d) Menjaga dan menjamin tingkat

kesehatan bahan pangan ; e) Memudahkan distribusi/

pengangkutan bahan pangan ; f) Mendukung perkembangan

makanan siap saji ; g) Menambah estetika dan nilai jual bahan

pangan

b. Pengenalan Operasional Sarana Pengolahan Yang Dapat

Membantu Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing maka

dilakukan pengolahan pada komoditas jagung dan kedelai. Contoh

olahan jagung adalah beras jagung (grits), pati jagung (maizena),

marning, tepung instan jagung dan keripik jagung (tortila),

sedangkan olahan kedelai seperti bubuk kedelai kupas

kering/basah, tempe, tahu, sari kedelai dan kecap.

Untuk menjamin kualitas dan kontuinitas produksi diperlukan

jaminan ketersediaan bahan baku dan akses pengrajin terhadap

bahan baku dan pasar. Dukungan selanjutnya adalah dari aspek

pengelolaan manajemen usahanya, yaitu modal, SDM, pengemasan

yang eyecatcing/menarik dilihat dan akses transportasi

c. Hasil bimbingan teknis di Provinsi, dengan menggunakan panduan

GMP sebagai berikut :

1) Aspek Teknis

a) Cara pengolahan hasil tanaman pangan yang baik (GMP)

belum dilaksanakan sepenuhnya karena keterbatasan

Page 87: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 87

pengetahuan, peralatan serta bangunan yang dimiliki

oleh kelompok tani.

b) Sarana yang diterima kelompok tidak disimpan dalam 1

tempat dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup

luas

c) Kelompok penerima bantuan pengolahan tepung

sebagian besar mempunyai kendala di pemasaran.

2) Aspek Manajerial

a) Pengaturan tugas pada kelompok belum jelas.

b) Kelompoktani masih harus terus dibimbing karena

pengembangan usaha masih selalu bergantung ke

pemerintah.

c) Kurangnya pelatihan pengolahan jagung dan kedelai

menyebabkan sulitnya pengembangan jagung/kedelai

menjadi produk olahan lanjutan, petani lebih memilih

menjual dalam bentuk segar ke pedagang.

d) Diperlukan dukungan infrastruktur dan kelembagaan

petani yang kuat untuk mendukung kegiatan pengolahan

UPH jagung dan kedelai serta pemasarannya.

e) Pemasaran hasil olahan jagung dan kedelai masih

terbatas dan budidaya jagung/kedelai belum dilakukan

secara agribisnis dan terbatas dalam pemenuhan

kebutuhan pangan. Diperlukan upaya pemerintah daerah

agar menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk

membangun pabrik pengolahan jagung dan kedelai.

f) Kelompok belum semuanya melakukan

pembukuan/administrasi/pencatatan kegiatan kelompok

sehingga masih sulit untuk mengevaluasi apa yang

sudah dilakukan kelompok.

Page 88: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 88

g) Kemasan yang digunakan masih sederhana baik desain

maupun jenis kemasan, perlu adanya perbaikan

sehingga bisa memperpanjang masa simpan dan

meningkatkan nilai jual.

d. Upaya Tindak Lanjut

1) Aspek Teknis

a) Pengolahan pangan dilakukan sesuai dengan GMP

b) Poktan agar membuat bagan organisasi untuk mengatur

penanggung jawab ketersediaan bahan baku, proses

produksi, dan pemasaran.

c) Tempat pengolahan terpisah dengan dapur rumah

tangga, sehingga semua tahap-tahap pengolahan dapat

terpantau.

d) Poktan/Gapoktan perlu dibimbing dalam pemilihan

kemasan, sehingga jenis kemasan yang digunakan

sesuai dengan produk yang akan dikemas.

e) Dalam pemberian label, poktan/gapoktan perlu

bimbingan, sehingga label yang digunakan dapat

menginformasikan produk kemasan.

2) Aspek Manajerial

a) Poktan/Gapoktan akan mendapatkan pembinaan,

bimbingan dan pelatihan dari Pusat bersama Provinsi dan

Dinas Pertanian Kabupaten tentang manajemen

kelompok, pencatatan keuangan, dan pencatatan semua

proses yang dilakukan dalam pengolahan pangan.

b) Petugas penyuluh agar memberikan sosialisasi

pengolahan jagung dan kedelai yang baik (sesuai GMP)

secara intensif kepada petani jagung dan kedelai dan

KWT lainnya agar produk yang dihasilkan memiliki

Page 89: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 89

kualitas sesuai standar mutu dan keamanan pangan

sehingga mampu berdaya saing di pasar bebas

2. Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan dan Pengolahan Hasil

Tanaman Pangan.

a. Pengembangan Integrasi Usaha Berbasis Industri Pengolahan

Jagung

Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam

sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan

informasi bagi para pemakai. Database terdiri dari data yang akan

digunakan atau diperuntukkan terhadap banyak user, dari masing-

masing user akan menggunakan data tersebut sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Database dapat dibuat dan diolah menggunakan program computer

atau software (perangkat lunak). Software yang digunakan untuk

mengelola dan memanggil kueri (query) database disebut Database

Management System (DBMS) atau “Sistem Manajemen Basis Data”

Ketersediaan pasokan jagung sangat berpengaruh kepada industry

peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung

mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan

pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku

jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak.

Kebijakan pengendalian impor oleh pemerintah mampu menekan

laju impor jagung turun 47,5 persen pada periode Januari - Mei 2016

sebesar 881 ribu ton dibandingkan 2015 sebesar 1,68 juta ton pada

periode yang sama.

Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah pemerintah

memfasilitasi produksi jagung agar mampu menyiapkan bahan baku

jagung yang dibutuhkan oleh industry pakan. Untuk melindungi

harga jagung pemerintah juga menerbitkan referensi harga jagung

Page 90: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 90

pipilan kering Rp 3.150/kg, sehingga petani jagung memperoleh

harga wajar dan industry pakan ternak menikmati bahan baku

dengan harga kompetitif. Harga jagung dipasaran pada

kenyataannya sudah diatas harga referensi harga, yaitu pada Mei -

Juni 2016 Rp 3.320 – Rp.3.390/kg.

Untuk harga daging ayam (livebird) di peternakRp 17.500-19.500/kg

dan telur ayam ras 14.700-17.000/kg. Ha ini menunjukkan bisnis

industry pakan dan perunggasan semakin membaik. Hal yang perlu

dicermati system distribusi dan tataniaga sampai konsumen.

Tujuan pemetaan industri adalah untuk mengetahui gambaran

produksi dan pemanfaatan jagung di Provinsi sampling (Provinsi

Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat). Sasaran Database adalah

pelaku usaha, poktan/gapoktan, instansi terkait bidang pengelolaan

usaha pengolahan khususnya komoditas jagung.

Database Sarana Pascapanen dan Pengolahan Industri jagung

disusun sebagai data rintisan dalam merancang dan menyusun

kegiatan direktorat pengolahan dan pemasaran hasil tanaman

pangan kedepan. Tujuan penyusunan database sebagai berikut :

1) Agar user mudah mendapatkan data.

2) Menyediakan tempat penyimpanan data yang relevan.

3) Menghapus data yang berlebihan.

4) Melindungi data dari kerusakan fisik.

5) Memungkinkan perkembangan lebih lanjut di dalam system

database

Metode menentukan lokasi pemetaan database di Kabupaten

dilakukan secara purposive dengan menentukan Kabupaten Blitar,

Tuban dan Malang. Penentuan sampel dengan pertimbangan

bahwa kabupaten Blitar dan Malang sebagai sentra unggas dan

penghasil jagung. Kabupaten Tuban merupakan penghasil jagung

Page 91: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 91

namun bukan sentra unggas. Sedangkan provinsi Nusa Tenggara

Barat di tentukan lokasi sampel di Kaputen Bima dan Dompu.

Pengambilan data primer dilapangan dilakukan dengan metode

wawancara dengan pedagang /pengepul jagung dan data sekunder

dari dinas/instansi terkait.

Hasil Analisis Pemetaan Jagung di Provinsi NTB dan Jatim sebagai

berikut :

1. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi

jagung di Indonesia, dan memberikan kontribusi 30,05 %

terhadap produksi jagung nasional. Peta Produksi Jagung di

Provinsi Jawa Timur selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Produksi Jagung di Provinsi Jawa Timur

2. Produksi jagung di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015

sebesar 6,131,163 Ton, sedangkan kebutuhan jagung untuk

pakan ternak unggas sebesar 6,117,839.15 Ton. Dari

gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

jagung untuk pakan ternak unggas dapat dipenuhi dari

produksi jagung Jawa Timur. Peta Pemanfaatan Jagung

Untuk Pakan Ternak Unggas di Provinsi Jawa Timu,

selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Page 92: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 92

Gambar 2 : Peta Pemanfaatan Jagung Untuk Pakan Ternak Unggas di Provinsi Jawa Timur

3. Olahan jagung di Provinsi NTB belum berkembang, sekitar

30% jagung pipilan dijula ke Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur,

Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sebagian lagi

diolah untuk pangan seperti marning, emping jagung, dipang

jagung serta sebagian lainnya untuk pakan ternak. Peta

Produksi Jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015,

selengkapnya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 : Peta Produksi Jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015

4. Kebutuhan Jagung untuk pakan ternak unggas di Provinsi NTB

sebesar 377,007 ton atau terserap untuk pakan unggas

39,27% per tahun, sedangkan produksi jagung NTB sebesar

959,972 ton (data BPS 2015). Kebutuhan jagung untuk pakan

ternak bisa dicukupi dari produksi setempat. Peta Kebutuhan

Jagung untuk Pakan Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat

selengkapnya disajikan pada Gambar 4.

Page 93: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 93

Gambar 4 : Peta Kebutuhan Jagung untuk Pakan Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat

5. Hampir semua kabupaten mempunyai ketersedian jagung

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak seperti

Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur,

Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Kota Bima, kecuali

kabupaten Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan

Kabupaten Bima produksi jagung tidak mencukupi untuk

kebutuhan pakan ternak, jadi pemenuhannya diperoleh dari

perdagangan antar kabupaten atau provinsi.

6. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak di kabupaten Bima

(hampir di semua kecamatan, kecuali kecamatan Belo dan

Bolo) bisa terpenuhi dari produksi setempat, kebutuhan jagung

sebesar 32.681 ton atau 19,12% per tahun, sedangkan

produksi jagung sebesar 170.937 ton atau 17,81% dari total

produksi NTB (data BPS 2015).

7. Kebutuhan jagung di kabupaten Dompu (di semua kecamatan)

bisa terpenuhi dengan setempat, kebutuhan jagung sebesar

10.033 ton atau 5,06% per tahun, sedangkan produksi jagung

Dompu adalah 198.342 ton atau 20,66% dari total produksi

NTB (data BPS 2015).

b. Pengembangan Integrasi Usaha Berbasis RMU

Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem

agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari

Page 94: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 94

besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya hampir merata

di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan

padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen,

pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan

mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk

dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari

segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan

pangan nasional.

Melihat kondisi di lapangan, ternyata masih banyak penggilingan

padi yang bekerja di bawah kapasitas giling dengan kualitas dan

rendemen beras yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena

usaha penggilingan padi yang ada selama ini tidak dilakukan

dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu, teknologi

penggilingan padi yang digunakan masih sederhana, konfigurasi

mesin hanya terdiri dari husker dan polisher saja, sudah berumur

tua dan belum mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

Penggilingan padi kecil masih banyak yang menggunakan sistim

kerja ”one pass” atau satu kali proses penyosohan sehingga

berdampak kurang baik terhadap kualitas dan rendemen beras yang

dihasilkan.

Penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersedian pangan,

mutu yang dikonsumsi tingkat harga dan dan pendapatan yang

diperoleh petani dan tingkat harga yang haris dibayar konsumen

serta turut menentukan lapangan pekerjaan dipedesaan. Menjadi

logis apabila penggilingan padi diberdayakan dan dibina secara

tepat karena penggilingan padi dapat dikatakan sebagai embrio bagi

industri atau pengembangan usaha di pedesaan

Pengolahan padi menjadi beras akan menghasilkan produk

sampingan berupa katul atau dedak yang jumlahnya cukup besar.

Produk sampingan inilah yang harus dimanfaatkan dan

dikembangan menjadi usaha-usaha yang berintegrasi dengan Rice

Page 95: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 95

Milling Unit. Produk lanjutan dari usaha penggilingan padi dapat

dikembangkan menjadi pakan ternak.

Untuk mendukung pengembangan integrasi usaha berbasis Rice

Milling Unit melalui produk sampingan dari usaha Rice Milling unit

perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu Direktorat pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melihat potensi RMU di Provinsi

Banten dan Yogyakarta melalui pemetaan Rice Milling Unit (RMU)

Tujuan dari pengembangan integrasi usaha berbasis Rice Milling

Unit adalah melihat potensi Rice Milling Unit yang tersebar di daerah

melalui pemetaan/gambaran RMU

Ruang lingkup Pengembangan integrasi usaha berbasis Rice Milling

Unit yaitu melihat gambaran/pemetaan potensi Rice Milling Unit di

Provinsi Banten dan Provinsi Yogyakarta yang diharapkan dapat

mewakili sebaran terbesar Rice Milling Unit.

Hasil Analisis Pemetaan RMU di Provinsi Banten dan Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :

1) Provinsi Banten

a) Berdasarkan data survey BPS tahun 2012, jumlah

penggilingan padi di Indonesia sebanyak 182.199 unit.

Data survey BPS tersebut menunjukkan bahwa jumlah

RMU di Provinsi Banten sebanyak 7.489 unit (4,11%).

Sedangkan jumlah RMU di 3 Kabupaten yang disampling

sekitar 467 Unit.

b) Berdasarkan hasil pemetaan dapat dilihat bahwa kinerja

penggilingan padi didominasi oleh penggilingan padi aktif

namun tidak optimal (59,74%), selanjutnya aktif optimal

(23,77%), tidak aktif (7,49%), dan penggilingan padi yang

sudah tidak operasional/tutup (8,99%).

c) Kinerja penggilingan padi dinilai berdasarkan hari kerja

operasional yaitu :

Page 96: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 96

(1) Aktif optimal bila penggilingan padi bekerja selama 8

bulan/tahun; > 21 hari/bulan dan 6 jam/hari.

(2) Aktif tidak optimal bila penggilingan padi bekerja

selama < 8 bulan/tahun; < 21 hari/bulan dan < 6 jam

/hari.

(3) Tidak aktif bila penggilingan padi hanya

dipergunakan sebagai jasa giling (maklun) dan

tidak kontinyu (hanya pada saat panenan).

(4) Tutup bila penggilingan padi tidak operasional lagi.

d) Kondisi kinerja di 3 kabupaten sampling

(1) Kabupaten Serang

Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Serang

berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 1.

868 unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak

113 unit dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan

Pontang, Tirtayasa, dan Tanara. Dari hasil sampling

tersebut diperoleh informasi kondisi kinerja

penggilingan padi yang berstatus aktif optimal

(22,12%), aktif tidak optimal (54,87%), tidak aktif

(9,73%), dan mati/tutup (13,27%).

(2) Kabupaten Lebak

Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Lebak

berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 2.071

unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 266

unit dari 8 kecamatan yaitu Kecamatan Cikulur,

Cimarga, Cipanas, Leuwidamar, Malimping,

Rangkasbitung, Wanasalam, dan Warunggunung.

Dari hasil sampling diperoleh informasi kondisi

kinerja penggilingan padi dengan status aktif optimal

Page 97: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 97

(15,79%), aktif tidak optimal (69,17%), tidak aktif

(5,64%), dan mati/tutup (9,40%).

(3) Kabupaten Pandeglang

Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Pandeglang

berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 2.035

unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 88

unit dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Cimanuk,

Sobang, Pagelaran dan Cikedal. Dari hasil sampling

diperoleh informasi kondisi kinerja penggilingan padi

dengan status aktif optimal (50,00%), aktif tidak

optimal (37,50%), tidak aktif (10,23%), dan

mati/tutup (2,27%) serta ditemukan RMU yang

belum terdaftar di BPS sebanyak 6 unit.

e) Kondisi umum penggilingan padi di Provinsi Banten :

(1) Kinerja penggilingan padi tidak optimal rata-rata

bahan baku yang diolah kurang dari 1 ton/hari

dengan operasional per hari sekitar 4-5 jam/hari dan

operasional per tahun sekitar 8 bulan/tahun.

(2) Manajemen pengelolaan usahanya masih

tradisional.

(3) Belum menerapkan kaidah pengolahan beras yang

baik/standar (kondisi bangunan dan lingkungan

tidak layak).

(4) Sebagian besar kondisi penggilingan padi sudah tua

rata-rata diatas 10 tahun dengan konfigurasi alat

terdiri dari mesin pecah kulit (husker) dan mesin

penyosoh beras (polisher). Konfigurasi alat yang

tidak lengkap menyebabkan rendemen yang

rendah (55% – 60%), mutu beras yang dihasilkan

Page 98: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 98

kurang baik (banyak beras patah), dan losses yang

tinggi.

(5) Sebagian besar pola usaha (67,23%) dilaksanakan

sebagai jasa giling (maklun) untuk melayani petani

di sekitarnya.

f) Penggilingan padi yang aktif namun tidak optimal atau

tidak aktif disebabkan: a) Kekurangan modal untuk

membeli gabah, b) Kesulitan memperoleh bahan baku

karena jumlah penggilingan padi tidak sebanding dengan

luas lahan, c) Berubah fungsi menjadi sarana usaha lain,

d) Mesin penggilingan padi rusak.

g) Berdasarkan data luas tanam padi tahun 2015 dan data

RMU BPS tahun 2012, di Provinsi Banten dengan

coverage area 117 ha/1 unit RMU maka kebutuhan RMU

pada 3 kabupaten yang disurvey sebagai berikut:

(1) Kabupaten Serang

Kabupaten Serang dengan luas tanam 87.886 ha

dan jumlah RMU 1.868 unit, berdasarkan coverage

area hanya membutuhkan 751 unit (kelebihan

59,80%).

(2) Kabupaten Lebak

Kabupaten Lebak dengan luas tanam 97.872 ha dan

jumlah RMU 2.071 unit, berdasarkan coverage area

hanya membutuhkan 837 unit (kelebihan 59,58%).

(3) Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang dengan luas tanam 127.935

ha dan jumlah RMU 2.035 unit, berdasarkan

coverage area hanya membutuhkan 1.093 unit

(kelebihan 46,29%).

Page 99: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 99

2) Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Kabupaten Kulonprogo memiliki Penggilingan Padi besar

sampai dengan tahun 2012 sebanyak 67 unit, kondisi

baik di Kecamatan Panjatan, Galur, Lendah, Pengasih,

dan Nanggulan. Sedangkan penggilingan padi kecil

sebanyak 152 unit dengan kondisi dapat digunakan

semua (baik).

b. Luas panen tahun 2015 sebesar 18.569 hektar, Provitas

68,14 ku/Ha, dan Produksi 126.529 Ton.

c. Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa kinerja

penggilingan padi didominasi oleh penggilingan padi aktif

namun tidak optimal (60%), selanjutnya aktif optimal

(30%), tidak aktif (10 %).

d. Berkembangnya penggilingan keliling menyebabkan

banyak penggilingan kecil yang tidak mendapatkan

bahan padi, sehingga perlu dukungan kebijakan

peraturan untuk penggilingan keliling.

e. Berdasarkan hasil pemetaan,diperoleh kesimpulan

bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah revitalisasi

penggilingan padi. Melalui penerapan teknologi

penyosohan dan perbaikan komponen konfigurasi

peralatan diharapkan meningkatkan rendemen,

meningkatkan mutu beras dan menurunkan losses.

Selain itu, kedepan perlu dilakukan rasionalisasi jumlah

penggilingan padi dengan mempertimbangkan efisiensi

usaha.

3. Bahan Informasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Bahan Informasi tahun 2016 berupa buku pengolahan kedelai dan

jagung yang sesuai dengan standar GMP, yang terdiri dari : a) Buku

SPO Pembuatan Tahu ; b) Buku SPO Pembuatan Bubuk Kedelai ; c)

Page 100: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 100

Buku SPO Pembuatan Tepung Jagung

Tahapan/Proses yang konsisten, efektif, efisien dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sangat diperlukan. Tahapan/

proses tersebut dituangkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO).

Penyusunan SPO Tahu, Bubuk Kedelai dan Tepung Jagung

dilaksanakan dengan mengundang Narasumber dari Perguran Tinggi

(IPB ) dan Instansi terkait (Balai Besar Pascapanen).

Tujuan SPO adalah sebagai acuan dalam pengolahan tahu, bubuk

kedelai dan tepung jagung bagi kelompok usaha/poktan/gapoktan.

Sedangkan manfaat SPO adalah sebagai acuan dalam menyusun

instruksi kerja pada masing-masing unit usaha.

Sasaran SPO adalah meningkatkan mutu olahan bubuk kedelai, tahu

dan tepung jagung yang dihasilkan secara konsisten, aman dan halal

baik bagi produsen maupun konsumen produk yang bersangkutan.

Penguatan teknik pengolahan kedelai dan jagung dilakukan melalui

sosialisasi. Kedelai dapat diolah menjadi produk pangan, farmasi,

industry dan sebagai bahan baku makanan olahan. Olahan berbasis

kedelai yang telah berkembang adalah bubuk kedelai dan tahu.

Bubuk Kedelai mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi

sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam

pembuatan olahan makanan seperti mie, makanan bayi, bubur, obat

herbal, dan campuran kue agar diperoleh peningkatan kadar protein.

Sesuai SNI bubuk minuman kedelai (SNI 7612 : 2011), syarat mutu

bubuk minuman kedelai diantaranya bau normal khas bubuk minuman

kedelai, warna normal, rasa normal, kadar air maks 10,0, kadar abu

maks 6,0, kadar lemak min 17,0, kadar protein min 30,0, kadar serat

kasar maks 3,0.

Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok

kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya

melalui proses pengendapan protein dengan atau tanpa penambahan

Page 101: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 101

unsur-unsur lain yang diijinkan, sehingga dihasilkan produk tahu

berbentuk kotak, kenyal dalam keadaan basah, memiliki kualitas sesuai

dengan SNI 01-3142-1998 agar mempunyai daya saing.

Tepung jagung merupakan salah satu olahan yang cukup prospektif

untuk dikembangkan. Tepung Jagung harus memenuhi standar (SNI

No.3727:1995) agar berdaya saing.

B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tanaman

Pangan meliputi :

1. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tananaman

Pangan dilakukan untuk mengetahui dengan pasti pencapaian hasil,

kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dan

kegiatan penanganan dan pemanfaatan bantuan sarana UPH tanaman

pangan tahun 2016. Dengan monitoring dan evaluasi maka

perkembangan bantuan sarana pascapanen diluar UPH yang

mendukung pengolahan tanaman pangan dapat diketahui sehingga

rencana program selanjutnya dapat diperbaiki.

Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan dan pemanfaatan bantuan

sarana UPH jagung dan kedelai, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Perkembangan di tingkat Penerima Bantuan

1) Aspek Teknis

a) Perkembangan pemanfaatan bantuan sarana UPH

jagung Tahun 2016 di 20 Provinsi diketahui bahwa

beberapa poktan/ Gapoktan penerima UPH jagung

meningkat volume produksinya sekitar 33,33 % - 68%

setelah menerima bantuan, seperti di Provinsi Jambi,

Lampung , Bengkulu, Aceh dan Sulawesi Tenggara.

Page 102: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 102

b) Sarana UPH belum ditempatkan dalam satu ruangan

dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup luas

untuk penyimpanan.

c) Cara pengolahan hasil tanaman pangan yang baik

(GMP) belum dilaksanakan sepenuhnya karena

keterbatasan pengetahuan, peralatan serta bangunan

yang dimiliki oleh kelompok tani

d) Kegiatan pelaksanaan Pengolahan Hasil Tanaman

Pangan di daerah khususnya poktan/gapoktan

penerima bantuan belum sepenuhnya menggunakan

acuan Buku Petunjuk Teknis Teknologi Pengolahan Hasil

Tanaman Pangan

e) Anggaran Program kegaiatan PPHTP khususnya

kegiatan Pengolahan tahun 2016 di Dinas Pertanian

Provinsi berada pada satker bidang Tanaman Pangan,

sedangkan kegiatan ditangani pada Bidang

Binus/PPHP, sehingga terjadi keterlambatan realisasi

kegiatan.

f) Beberapa Provinsi melakukan revisi CPCL sehingga

penetapan SK CPCL terlambat

g) Beberapa kabupaten merealisasikan pembelian tidak

sesuai dengan buku pedoman teknis teknologi

pengolahan hasil tanaman pangan

h) Dukungan APBD masih minim, sehingga masih

bergantung pada dukungan dan bantuan Pemerintah

Pusat.

2) Aspek Manajerial

a) Belum ada Pengaturan tugas pengurus dan anggota

poktan/gapoktan

Page 103: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 103

b) Petani/poktan/gapoktan belum mampu mengembangkan

usahanya kearah peningkatan nilai tambah dan daya

saing

c) Diperlukan dukungan infrastruktur dan kelembagaan

petani yang kuat untuk mendukung keberhasilan usaha

pengolahan hasil tanaman pangan agar berkembang dan

berkelanjutan

d) Perlu pengembangan usaha pengolahan jagung dan

kedelai dengan sistim kluster sehingga menjamin

ketersediaan bahan baku dan fasilitasi kemitraan dengan

pihak lain.

e) Diperlukan peran pemerintah daerah untuk memfasilitasi

kerjasama dengan pihak swasta agar pemasaran produk

olahan menjadi jelas.

b. Upaya Tindak Lanjut

1) Aspek Teknis

a) Perlunya kebijakan dari Kepala Dinas dan

koordinasi yang baik antara satker Bidang Tanaman

Pangan dengan Bidang Bina Usaha/PPHP demi

kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan

usaha pengolahan hasil tanaman pangan di daerah

b) Usaha pengolahan hasil jagung dan kedelai harus

menuju kepada GMP agar kualitas produk memiliki

daya saing

c) Pelatihan kepada poktan/ gapoktan penerima UPH

tanaman pangan agar mampu mengelola usahanya

dengan baik dan benar sesuai GMP

2) Aspek Manajerial

a) Poktan/gapoktan akan mendapatkan pembinaan

dan pelatihan dari Dinas Pertanian Kabupaten atau

Page 104: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 104

pihak swasta/ yang telah berhasil dalam

mengembangkan usahanya

b) Poktan/gapoktan agar membuat struktur organisasi

yang baik sehingga setiap anggota memilki

tanggung jawab.

c) sosialisasi pengolahan jagung dan kedelai yang

baik (sesuai GMP) secara intensif kepada petani

jagung dan kedelai dan kelompok lainnya agar

produk yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai

standar mutu dan keamanan pangan.

2. Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Pada

Tahun 2016 telah mengalokasikan Kegiatan Pembinaan Pilot Project

SIPP Ubikayu di Kabupaten Cianjur dalam bentuk DIPA Dekonsentrasi

dan DIPA Tugas Pembantuan Provinsi yang dialokasikan di Provinsi

Jawa Barat dan Kabupaten Cianjur. Evaluasi terhadap hasil

pembinaan Tim SIPP penting untuk dilakukan sebagai dasar

pertimbangan penyusunan rencana kegiatan pada tahun yang akan

datang.

Untuk mewujudkan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan di lokasi

Pilot Project SIPP, selain ketersediaan sarana yang memadai dan

dukungan teknologi juga perlu menguatkan pilar Sumber Daya Insani

melalui pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan untuk

mewujudkan petani tangguh. Pembinaan kelembagaan petani perlu

dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola

pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan

kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan

poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta

meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan

kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan. Rincian Kegiatan

Page 105: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 105

Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Tahun 2016 selengkapnya

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 11 : Rincian Kegiatan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Tahun 2016

No. Kegiatan

Pusat

1. Pembinaan/pengawalan/Pendampingan/Monev

2. Penyususan Laporan SIPP

Provinsi

1. Apresiasi Poktan/Gapoktan

2. Pembinaan dan Pengawalan

3. Penyusunan Laporan SIPP

Kabupaten

1. Temu usaha dan Pola Kemitraan

2. Pembinaan dan Pengawalan

3. Pendampingan

4. Penyusunan Laporan SIPP

I

II

III

Alokasi bantuan pemerintah Pusat kepada Poktan/Gapoktan yang

telah diberikan pada tahun 2014, selengkapnya disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 12 : Alokasi Bantuan Pemerintah Pusat di Lokasi SIPP Tahun 2014

Cibinong Sindang Barang Cidaun

Mekar Laksana Usaha Mandiri Mitra Usaha

1 Alat Pembuat Chips 1 Paket 1 Paket 1 Paket

2 Alat Penepung - - 1 unit

Bibit Ubikayu

(Rp. 3 juta/ha)

4 Stimulan untuk pembelian Ubikayu 1 Juta 1 Juta 1 Juta

5 Bantuan LainnyaPembuatan rintisan

perpipaan 5 juta-

Rintisan kebun sayur

di pekarangan 1 juta

3100 Ha 50 Ha 50 Ha

Kecamatan/Nama Poktan/ Gapoktan

No. Uraian

Sasaran Indikator Keberhasilan Kegiatan pembinaan di pusat, provinsi

dan kabupaten pada tahun 2016 adalah :

a. Terlaksananya pembinaan kelompok tani di lokasi Pilot Project

SIPP Ubikayu

b. Terwujudnya peningkatan nilai tambah ubikayu bagi masyarakat

Kabupaten Cianjur melalui pengembangan usaha berbasis

ubikayu

Page 106: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 106

Hasil Pembinaan Pilot Project SIPP di Kecamatan Cibinong,

Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Cidaun sebagai berikut :

a. Perkembangan pengolahan singkong menjadi Chip di Kecamatan

Cibinong dan Kecamatan Sindangbarang sudah berjalan. Stok

chip sudah tersedia di masing-masing kelompok, berkisar antara

20 – 50 kg.

b. Kelompok Tani Mekar Laksana di Desa Girijaya, Kecamatan

Cibinong sudah mengolah Chip menjadi tepung mocav, volume

sesuai dengan permintaan. Harga jual chip per kg Rp. 4.500

sedangkan tepung Mocav Rp. 6.500.

c. Dinamika perkembangan kelembagaan kelompok tani/poktan

masih belum optimal, dikarenakan sering terjadinya pergantian

pendamping seperti Kecamatan Sindangbarang sudah 3 kali

terjadi penggantian. Kondisi ini menyebabkan tidak efektifnya

pendampingan dan berdampak kepada kualitas pendampingan.

3. Pengawalan UPSUS PJK

Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian

swasembada pangan antara lain: (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan

pertanian; (2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; (3) semakin

berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta

kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian (alat dan mesin pertanian);

(4) masih tingginya susut hasil (losses); (5) belum terpenuhinya

kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta

belum memenuhi enam tepat (tepat waktu, jumlah,kualitas, jenis,

harga, dan lokasi; (6) lemahnya permodalan petani, (7) harga

komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen

raya.

Presiden RI melalui Program Nawacita telah menetapkan target

swasembada padi, jagung dan kedelai pada Tahun 2017. Program

Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi jagung kedelai

Page 107: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 107

tahun 2015 telah digulirkan oleh Kementerian Pertanian sebagai

dukungan terhadap program Nawacita bidang Kedaulatan Pangan.

Program Upsus diwujudkan dalam dukungan beberapa program

kegiatan yang dialokasikan bagi kawasan dan non kawasan sentra

tanaman pangan di seluruh Indonesia. Adapun target produksi yang

harus dicapai pada tahun 2016 adalah produksi padi 81,01 juta ton,

jagung 24 juta ton, dan kedelai 1,50 juta ton.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 251/Kpts/OT.050/05/

2016 tanggal 20 Mei 2016 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang

Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung

Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana

Pendukungnya, Kasubdit Pengolahan telah ditunjuk menjadi

Koordinator Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi

Jagung Kedelai di Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir

dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan

dan Kasubdit Pascapanen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

Kabupaten Tapin dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan

Selatan

a. Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam lumbung padi

nasional. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 6,757 ha dan

irigasi non teknis 809 ha. Lahan pertanian mencapai 5.524.725

ha atau setara dengan 70 persen total luas wilayah Sumatera

Selatan. Kendati demikian, lahan padi di provinsi ini pada 2005

mencapai 626.849 ha dengan jumlah produksi 2.320.110 ton.

Dari jumlah produksi itu, sekitar 171.928 ton berasal dari produksi

lahan kering seluas 73.504 ha. Kabupaten dengan luas areal dan

produksi padi tertinggi adalah Ogan Komering Ilir dan Ogan

Komering Ulu Timur.

Page 108: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 108

Saat ini lahan sawah abadi di Sumatera Selatan seluas 789.803

ha, terdiri atas 115.687 ha lahan sawah irigasi 227.344 ha lahan

sawah pasang surut, sawah lebak dan 80.727 ha sawah tadah

hujan dan 196.874 ha lahan sawah lebak. Sedangkan sisanya

169.171 ha adalah lahan sawah yang belum ditanami.

Cakupan kegiatan pertanian yang ada di Provinsi Sumatera

Selatan terdiri atas beberapa jenis kegiatan yang dikelompokkan

dalam beberapa sub sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Untuk sektor

tanaman pangan, Sumatera Selatan memiliki lawan sawah seluas

781.595 ha yang terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi

seluas 612.424 dan lahan sawah yang tidak ditanami padi seluas

169.171 ha. Lahan sawah yang ditanami padi terdiri dari lahan

sawah irigasi seluas 107.656 ha, lahan sawah tadah hujan seluas

90.970 ha, lahan sawah pasang surut seluas 217.166, dan lahan

sawah rawa lebak seluas 196.632 ha.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sumatera Selatan telah menetapkan sasaran luas tanam, luas

panen, provitas dan produksi untuk komoditas padi, jagung dan

kedelai, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 13: Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan

Produksi Padi Tahun 2016 di Provinsi Sumatera

Selatan

No KABUPATEN/

KOTA

SASARAN PADI 2016

LT LP Provitas Produksi

1 OKU 17.830 16.939 40,85 69.194

2 O K I 195.106 185.351 44,50 824.811

3 Muara Enim 33.572 31.893 39,40 125.660

4 Pali 12.779 12.140 28,88 35.060

5 Lahat 37.911 36.015 50,02 180.149

6 Musi Rawas 58.328 55.412 53,26 295.122

7 Muratara 8.451 8.029 37,80 30.349

8 Musi Banyuasin 68.190 64.781 43,45 281.471

9 Banyuasin 318.947 303.000 46,20 1.399.858

10 OKU Selatan 44.010 41.810 49,98 208.964

11 OKU Timur 167.076 150.967 58,22 878.930

12 Ogan Ilir 54.941 52.194 42,29 220.727

13 Empat Lawang 33.827 32.136 44,45 142.843

14 Palembang 6.532 6.205 40,00 24.822

15 Prabumulih 1.028 977 27,93 2.728

16 Pagar Alam 8.999 8.832 47,92 42.321

17 Lubuk Linggau 5.580 5.421 52,67 28.555

Jumlah 1.073.107 1.012.099 47,34 4.791.564

Page 109: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 109

Tabel 14 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan

Produksi Jagung Tahun 2016 di Provinsi

Sumatera Selatan

Tabel 15 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan

Produksi Kedelai Tahun 2016 di Provinsi

Sumatera Selatan

No KABUPATEN/

KOTA

Sasaran Jagung 2016

LT LP Provitas Produksi

1 OKU 2.975 2.915 75,40 21.975

2 O K I 3.099 3.038 42,00 12.760

3 Muara Enim 995 976 60,40 5.894

4 Pali 1.527 1.496 55,15 8.253

5 Lahat 456 447 64,70 2.891

6 Musi Rawas 2.810 2.754 60,00 16.523

7 Muratara 1.191 1.167 49,20 5.743

8 Musi Banyuasin 5.201 5.096 74,40 37.914

9 Banyuasin 17.800 16.910 61,05 103.236

10 OKU Selatan 10.995 10.775 63,70 68.637

11 OKU Timur 12.454 11.830 65,00 76.897

12 Ogan Ilir 349 343 42,23 1.447

13 Empat Lawang 1.778 1.743 50,49 8.799

14 Palembang 24 24 36,90 87

15 Prabumulih 500 490 24,80 1.215

16 Pagar Alam 458 449 71,80 3.223

17 Lubuk Linggau 39 38 70,02 268

Jumlah 62.651 60.490 62,12 375.760

No KABUPATEN/

KOTA Sasaran Kedelai 2016

LT LP Provitas Produksi

1 OKU 750 713 15,00 1.069

2 O K I 3.000 2.850 16,47 4.694

3 Muara Enim 500 475 15,65 743

4 Pali 222 190 14,00 266

5 Lahat 1.878 1.330 18,45 2.454

6 Musi Rawas 2.500 2.850 18,98 5.409

7 Muratara 750 713 16,12 1.149

8 Musi Banyuasin 2.000 1.900 14,88 2.827

9 Banyuasin 4.500 4.275 13,56 5.797

10 OKU Selatan 700 665 15,22 1.012

11 OKU Timur 1.200 1.140 11,69 1.333

12 Ogan Ilir 200 190 14,82 282

13 Empat Lawang 500 475 14,88 707

14 Palembang - - - -

15 Prabumulih 300 285 12,00 342

16 Pagar Alam 300 285 15,50 442

17 Lubuk Linggau 500 475 15,35 729

Jumlah 19.800 18.810 15,55 29.254

Page 110: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 110

Pada tahun 2015, produksi padi Sumatera Selatan mencapai

4.259.104 ton Gabah Kering Giling (GKG). Bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya produksi padi di tahun 2016

mengalami peningkatan sebesar 926.538 ton GKG (21,81%) dari

total produksi sebesar 5.174.460 ton GKG. Peningkatan produksi

disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas,

masing-masing meningkat sebesar 156.040 hektar (17,88%) dan

1,63 ku/hektar (3,35%). Peningkatan produksi diperkirakan terjadi

karena adanya percepatan tanam di Kabupaten Banyuasin dan

Kabupaten OKI sebagai upaya peningkatan intensitas tanam

(IP 200), penyediaan benih dan saprodi melalui bansos, dan

kegiatan cetak sawah.

Perbandingan pencapaian Luas Tanam, Luas Panen,

Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2015 dan 2016, selengkapnya disajikan

pada tabel berikut :

Tabel 16 : Perbandingan Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen,

Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai

di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 dan 2016

Wilayah binaan Kasubdit pengolahan di Provinsi Sumatera

Selatan sebagai berikut :

1. Kabupaten Ogan Ilir

Kabupaten Ogan Ilir mendapatkan alokasi bantuan kegiatan

utama UPSUS meliputi pengembangan irigasi rawa lebak

seluas 30.000 Ha, intensifikasi padi inbrida jaja legowo

Page 111: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 111

seluas 2.000 Ha dan ekstensifikasi padi inbrida seluas 17.850

Ha, Bantuan Traktor Roda-2 128 Unit, Pompa air 28 unit,

Rice Transplanter 18 unit, Combine Harvester Sedang 10

unit, Combine Harvester Besar 4 Unit, Power Thereser 7 unit,

Power Thsreser Multiguna 10 Unit, Fasilitasi RMU 1 unit dan

Rehab Bangunan RMU 1 unit.

a) Padi

Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)

adalah 196.000 ton Gabah Kering Giling dan

produktivitas 42,28 kw/ha dari luas panen 46.359

ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016

(ARAM II) mengalami penurunan menjadi 189.416 ton

Gabah Kering Giling dan produktivitas 38,19 kw/ha

dari luas panen 49.595 ha.

b) Jagung

Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)

adalah 434 ton pipilan kering dan produktivitas 42,14

kw/ha dari luas panen 103 ha, sedangkan pencapaian

produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami

kenaikan menjadi 1.373 ton pipilan kering dan

produktivitas 55,45 kw/ha dari luas panen 247,6 ha.

c) Kedelai

Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)

adalah 137 ton biji kering dan produktivitas 15,05 kw/ha

dari luas panen 91 ha, sedangkan pencapaian produksi

kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami

penurunan menjadi 23 ton pipilan keing dan

produktivitas 14,11 kw/ha dari luas panen 16,3 ha

Page 112: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 112

2. Kabupaten Ogan Komering Ilir

Kabupaten Ogan Komering Ilir mendapatkan alokasi bantuan

kegiatan utama UPSUS meliputi Pengembangan irigasi rawa

lebak/pasang surut seluas 40.000 Ha, Rehabilitasi jaringan

irigasi (RJI) seluas 815 Ha, perluasaan sawah seluas 11.000

Ha, Opimasi rawa gambut seluas 500 Ha, Intensifikasi padi

inbrida jajar legowo seluas 9.500 Ha, ektensifikasi padi

inbrida jajar legowo seluas 78.875 Ha, pengembangan padi

melalui budidaya Hazton seluas 25 Ha, Pengembangan

jagung hibrida seluas 7.000 Ha, Bantuan Traktor Roda-2 385

Unit, Pompa air 67 unit, Rice Transplanter 40 unit, Combine

Harvester Sedang 26 unit, Combine Harvester Besar 8 Unit,

Corn Combine Harvester 1 unit, Corn Sheller 14 Unit, Power

Thereser 3 unit, Power Thsreser Multiguna 48 Unit, Fasilitasi

RMU 1 unit dan Rehab Bangunan RMU 1 unit.

a) Padi

Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)

adalah 639.545 ton Gabah Kering Giling dan

produktivitas 45,73 kw/ha dari luas panen 139.839

ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016

(ARAM II) mengalami penurunan menjadi 721.482 ton

Gabah Kering Giling dan produktivitas 4.3,04 kw/ha

dari luas panen 167.645,7 ha.

b) Jagung

Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)

adalah 8.967 ton pipilan kering dan produktivitas 39,45

kw/ha dari luas panen 2.273 ha, sedangkan pencapaian

produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami

kenaikan menjadi 22.954 ton pipilan kering dan

produktivitas 35,04 kw/ha dari luas panen 6.549,9 ha.

Page 113: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 113

c) Kedelai

Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)

adalah 1.550 ton biji kering dan produktivitas 24,92

kw/ha dari luas panen 622 ha, sedangkan pencapaian

produksi kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami

penurunan menjadi 3.023 ton pipilan keing dan

produktivitas 20,29 kw/ha dari luas panen 1.489,8 ha.

3. Kabupaten OKU Timur

Kabupaten OKU Timur mendapatkan alokasi bantuan

kegiatan utama UPSUS meliputi Rehabilitasi jaringan irigasi

(RJI) seuas 4.000 Ha, perluasaan sawah seluas 500 Ha,

Pengembangan padi melalui budidaya padi Hazton seluas 25

Ha, intensifikasi padi inbrida jajar legowo seluas 13.500 Ha,

ekstensifikasi padi inbrida seluas 22.175 Ha, padi hibrida

seluas 1.000 Ha, Pengembangan jagung hibrida seluas 7.300

Ha, Bantuan Traktor Roda-2 246 Unit, Pompa air 49 unit,

Rice Transplanter 31 unit, Combine Harvester Kecil 10 unit,

Combine Harvester Sedang 20 Unit, Corn Combine

Harvester 1 unit, Corn Sheller 45 Unit, Power Thereser 3

unit,Power Thsreser Multiguna 34 Unit, Fasilitasi RMU 1 unit

dan Rehab Bangunan RMU 1 unit.

a) Padi

Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)

adalah 813.956 ton Gabah Kering Giling dan

produktivitas 58,72 kw/ha dari luas panen 138.612

ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016

(ARAM II) mengalami kenaikan menjadi 988.699 ton

Gabah Kering Giling dan produktivitas 63,73 kw/ha dari

luas panen 155.139 ha.

Page 114: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 114

b) Jagung

Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)

adalah 59.212 ton pipilan kering dan produktivitas 61,92

kw/ha dari luas panen 9.563 ha, sedangkan pencapaian

produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami

kenaikan menjadi 145.340 ton pipilan kering dan

produktivitas 80,88 kw/ha dari luas panen 17.969,9 ha.

c) Kedelai

Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)

adalah 1.050 ton biji kering dan produktivitas 10,16

kw/ha dari luas panen 1.033ha, sedangkan pencapaian

produksi kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami

penurunan menjadi 2.862 ton pipilan keing dan

produktivitas 10,50 kw/ha dari luas panen 2.726,7 ha.

b. Provinsi Kalimantan Selatan

Wilayah binaan Kasubdit Pascapanen di Provinsi Kalimantan

Selatan sebagai berikut :

1. Kabupaten Barito Kuala

a) Padi

Pencapaian luas tanam padi tahun 2016 sebesar

104.161 ha atau meningkat sebesar 4,51 % dibanding

luas tanam tahun 2015 sebesar 99.666. Luas panen

sebesar 99.021 ha atau meningkat sebesar 1,61 %

dibanding luas panen tahun 2015 sebesar 97.446.

Produksi sebesar 357,070 ton atau meningkat sebesar

1,88% dibanding produksi tahun 2015 sebesar 350.468.

Produktivitas sebesar 36,06 kw/ha meningkat 0,25%

dibandingkan produktivitas tahun 2015 sebesar 35,97

kw/ha

Page 115: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 115

b) Jagung

Pencapaian luas tanam jagung tahun 2016 sebesar 170

ha atau meningkat sebesar 57,41 % dibanding luas

tanam tahun 2015 sebesar 108 ha. Luas panen sebesar

84,80 ha atau meningkat sebesar 17,78% dibanding luas

panen tahun 2015 sebesar 72 ha.

Produksi sebesar 415 ton pipilan kering atau meningkat

sebesar 30,50% % dibanding produksi tahun 2015

sebesar 318 ton pipilan kering. Produktivitas sebesar

48,90 kw/ha meningkat sebesar 10,66 % dibanding

produktivitas tahun 2015 sebesar 44,19 kw/ha

c) Kedelai

Pencapaian luas tanam kedelai tahun 2016 sebesar 524

ha atau meningkat sebesar 1.444 % dibanding luas

tanam tahun 2015 sebesar 34 ha. Luas panen sebesar

361 ha meningkat sebesar 7.120% dibanding luas

panen tahun 2015 sebesar 5 ha

Produksi sebesar 465 ton biji kering atau meningkat

sebesar 7.650% biji kering dibanding produksi tahun

2015 sebesar 6 ton biji kering. Produktivitas sebesar

12,89 kw/ha meningkat sebesar 11,69 % dibanding

produksitvitas tahun 2015 sebesar 11,54 kw/ha

2. Kabupaten Tapin

a) Padi

Pencapaian produksi padi tahun 2016 sebesar 391,697

ton Gabah Kering Giling dan produktivitas 5,20 ton/ha

dari luas panen 75.302 ha, sasaran produksi 377.019

ton GKG dan produktivitas 4,67 ton/ha, capaian produksi

tahun 2016 mengalami peningkatan 23 % dibanding

dengan capaian produksi padi tahun 2015 sebesar

Page 116: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 116

301.122 ton Gabah Kering Giling dan

produktivitas 4,77 ton/ha dan luas panen 63.090 ha.

b) Jagung

Pencapaian produksi Jagung tahun 2016 sebesar

1.840 ton (biji kering), produktivitas 3,45 ton/ha dari luas

panen 533 ha, sasaran produksi 3.451 ton, produktivitas

3,55 ton/ha, produksi 2016 mengalami penurunan

dibanding dengan produksi tahun 2015 sebesar

2.878 ton (biji kering) dan produktivitas 2,42 ton/ha dan

luas panen 840 ha.

c) Kedelai

Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 sebesar

909 ton (biji kering) , produktivitas 8,06 ton/ha dari luas

panen 1.128 ha. Mengalami penurunan dibanding

produksi tahun 2015 sebesar 965 ton (pipilan kering),

produktivitas 1,24 ton/ha dan luas panen 776 ha.

3. Kabupaten Hulu Sungai Selatan

a) Padi

Pencapaian produksi padi tahun 2016 sebesar 261,847

ton Gabah Kering Giling dan produktivitas 5,06 ton/ha

dari luas panen 51,723 ha, sasaran produksi 244,039

ton GKG, dan produktivitas 4,77 ton per

hektar, sedangkan pencapaian produksi padi tahun

2015 adalah 232,950 ton Gabah Kering Giling.

b) Jagung

Pencapaian produksi Jagung tahun 2016 adalah 440 ton

(biji kering) dan produktivitas 4,17 ton/ha dengan luas

panen 105,50 ha dari sasaran produksi 4,600

ton dengan produktivitas 4,74 ton/ha, sedangkan

Page 117: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 117

produksi Jagung tahun 2015 adalah 5,093 ton

(biji kering).

c) Kedelai

Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 adalah 2 ton

(pipilan kering) dan produktivitas 1,08 ton/ha, luas

panen 2 ha, sedangkan produksi tahun 2015 adalah 36

ton. Kondisi wilayah yang umumnya lahan lebak pada

tahun 2016 mengalami banjir/puso untuk waktu tanam

jagung dan kedelai, sehingga tidak dapat melaksanakan

pertanaman.

4. Rapat Koordinasi UPSUS PJK

Melalui program UPSUS tiga komoditas utama padi, jagung, kedelai

(pajale), pemerintah Presiden Jokowi sangat bertekad untuk

mensukseskan kedaulatan pangan dalam kurun waktu 3 tahun ini,

yaitu pada tahun 2017. Pada kegiatan UPSUS pajale, segala strategi

dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan produktivitas

di daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi pencapaian

target di lapangan dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan

program antara lain dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga,

perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersediaan

benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu,

harga ), bantuan alsintan yang mendukung persiapan, panen dan

pascapanen termasuk kepastian pemasarannya.

Dalam rangka mengevaluasi pencapaian target tanam MT. Oktober –

Maret 2016, dan pelaksanaan Musim Tanam April – September 2016

serta Pelaksanaan Serapan Gabah 2016, maka sebagai bahan

kebijakan pemerintah dimasa yang akan datang, Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, menyelenggarakan Rapat Koordinasi Upaya

Khusus (UPSUS) Padi, Jagung dan Kedelai, pada tanggal 3 - 5 Mei

2016 di Palembang.

Page 118: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 118

Pertemuan dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan sekaligus

menyampaikan arahan dan membuka pertemuan. Pertemuan dihadiri

oleh Staf Ahli Bidang Lingkungan, Kementerian Pertanian, Kepala

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera

Selatan, Kepala Divre Bulog Sumatera Selatan dan Bangka Belitung,

Danrem,, Kepala BPS sumatera Selatan dan BPS Kabupaten/Kota

Sumatera Selatan, Dandim Kab/kota Provinsi Sumatera selatan,

Kepala Dinas dan Kepala Bidang Tanaman Pangan Kab/Kota Provinsi

Sumatera Selatan.

Narasumber Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Staf Ahli Bidang

Lingkungan, Kabulog Divre Sumsel dan Babel, BPS Sumsel, Kepala

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov Sumsel,

Direktur Pengolahan dan Pengolahan Tanaman Pangan, Sekda Kab.

OKI, Danrem Sumsel.

a. Lesson Learn Pelaksanaan UPSUS PAJALE dapat disampaikan

sebagai berikut :

1) Target tanam Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015/2016

adalah 1.073.107 ha, realisasi sampai dengan tanggal 2 mei

2016 adalah 645.197 ha, maka luas tambah tanam yang

belum terealisasi adalah 427.910 ha. Periode OKMAR

2015/2016 target 498.965 ha realisasi 542.639 ha, terdapat

kelebihan tambah tanam seluas 43.674 ha. Target ASEP

2016 adalah 574.143 ha dan telah terealisasi sampai dengan

tanggal 2 Mei 2016 adalah 102.559 ha, maka terdapat

kekurangan tanam seluas 471.584 ha.

2) Kekurangan tambah tanam periode ASEP 2016 seluas

471.584 ha akan dioptimalkan khusus di daerah lebak yaitu

Kabupaten OKI (130.415 ha) dan Ogan Ilir (51.005 ha). Untuk

itu khusus kepada daerah yang mempunyai lahan lebak

untuk segera berkoordinasi dengan TNI AD, KCD, penyuluh

dan tenaga pendamping agar dapat melakukan

Page 119: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 119

pendampingan dan dukungan sepenuhnya kepada petani,

pada kegiatan RJIT dan cetak sawah segera dioptimalkan

pelaksanaannya, khusus untuk di lahan kering perlu adanya

intercropping di lahan perkebunan.

3) Pelaksanaan SERGAP Bulog di Sumatera Selatan untuk

gabah masih terserap 12,13 % dan beras 12,05 %, maka

agar lebih diperhatikan serapan gabah/beras di wilayah Sub

Divre maupun Kansilog dan melaporkan perkembangan

serapan gabah/beras per hari kepada Bulog Divre Sumsel

ditembuskan kepada Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel.

4) Tantangan yang dihadapi adalah system pendataan LTT dan

BPS belum optimal, faktor iklim (lahan lebak yang masih

tergenang dan lahan pasang surut belum bisa dilakukan olah

tanah), petani masih tergantung dengan dana pemerintah,

produktivitas rendah (pola tanam tabur benih langsung

sangat berpengaruh terhadap produktivitas, saprodi

bergantung pada subsidi pemerintah dan alat pengolahan

hasil masih sederhana), ketergantungan sistem yarnen masih

terjadi pada sebagian petani, adanya keterbatasan tenaga

kerja di bidang pertanian sedangkan lahan sangat luas, benih

ciherang tidak sesuai dengan tipologi lahan di Sumsel karena

sering terjadi penyakit blast dan patah leher.

5) Pada tahun 2016, Pemerintah telah menetapkan sasaran

produksi padi sebesar 76,23 juta ton GKG, jagung sebesar 24

juta ton PK dan kedelai sebesar 1,5 juta ton BK. Angka ini

hanya bersifat indikatif. Bapak Menteri Pertanian telah

mengarahkan agar sasaran yang dicapai sesuai dengan

kesepakatan yang telah dilakukan dengan dinas daerah.

Untuk Provinsi Sumatera Selatan sasaran produksi padi

sebesar 4.587.658 ton, jagung 315.000 ton dan kedelai

62.617 ton

Page 120: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 120

6) Pencapaian jumlah produksi hanya dapat diperoleh dari :

a) peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas;

b) aktualisasi jumlah produksi harus dapat digambarkan dari

cadangan produksi yang meningkat (Stok Bulog melalui

Sergap) atau ekspor yang meningkat, c) peningkatan nilai

tambah dapat dilihat dari pertumbuhan proses olahan

maupun kemasan yang lebih baik, serta d) peningkatan mutu

pangan dapat dilihat dari bertambahnya jumlah sertifikasi

atau registrasi produk tanaman pangan.

7) Percepatan kegiatan dan penyerapan anggaran yang dminta

oleh Bapak Menteri Pertanian, serapan anggaran Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan akhir Mei sebesar 40 %. Sumsel

sampai dengan tanggal 2 Mei 2016 realisasinya (SPAN)

mencapai 21,76 % atau peringkat kedua secara Nasional.

8) Target akselerasi penyerapan gabah/beras Bulog Divre

Sumatera Selatan adalah 500.000 ton yang terdiri dari

Palembang 288.562 ton, OKU 120.706 ton, Lahat 54.188 ton,

Lubuk Linggau 36.544 ton.

9) Upaya optimalisasi penyerapan gabah/beras adalah

pemantauan ke lokasi-lokasi panen sentra padi bersama

dengan Dinas Pertanian dan TNI AD setempat untuk

melakukan penyerapan secara langsung kepada petani

sesuai dengan persyaratan/ketentuan yang berlaku dan

mendirikan posko-posko di lokasi penyerapan gabah/beras.

10) Sistem pendataan antara Dinas Pertanian dan BPS masih

belum sinkron, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

persepsi antara KSK dan KCD. Pergantian petugas menjadi

pangkal permasalahan perbedaan data.

11) BPS memberikan apresiasi kepada Dinas Pertanian TPH

Prov. Sumsel, ada peningkatan produksi sebesar 15,73%

pada level 4,25 juta ton. Faktor penentu faktor produksi pada

Page 121: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 121

adalah luas tanam dikalikan produktifitas, dan hal ini agar

dilakukan bersama antara Dinas dan BPS agar mendapatkan

data yang tepat dan akurat.

12) Tantangan yang dihadapi BPS adalah : petak sawah yang

menyebar/tidak beraturan menyulitkan perhitungan

penentuan luas tanaman padi, ubinan di Sumatera Selatan

merupakan tertinggi ke-2 se Indonesia hal ini tidak terlepas

dari koordinasi yang baik antara KSK dan KCD tetapi petani

tidak kooperatif (sebelum dilakukan ubinan, petani sudah

melakukan pemanenan).

13) Permasalahan dalam penentuan inflasi di Sumatera Selatan,

bahwa data inflasi di perdesaan lebih tinggi daripada di

perkotaan, padahal desa merupakan sentral komoditi pangan,

maka perlu kerjasama yang baik dengan semua pihak agar

margin perdagangan dapat dikontrol melalui memperpendek

jalur distribusi.

14) Dukungan Korem 044/GAPO adalah pengerahan SSK,

pembentukan satgas SERGAP, penyiapan gudang

penyimpanan sementara hasil panen, pemberdayaan

intelegen dalam monitoring perkembangan UPSUS,

peningkatan puan Babinsa melalui TAR Budidaya Pajale

tersebar di Kodim JAJREM 044/GAPO, mempersiapkan

brigade alsintan dalam menghadapi musim kemarau dan

mempersiapkan penanganan hama tikus dan babi bersama

masyarakat.

15) Penyuluh diberikan fasilitas untuk pengawalan dan

pendampingan sebanyak 800 orang (WKPP) untuk

berkunjung ke kelompok tani termasuk insentif untuk THL

(Tenaga Harian Lepas).

16) Badan Pengembangan SDM akan menetapkan dan

mengukuhkan Penyuluh Pertanian swadaya dan pemberian

Page 122: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 122

insentif bagi Penyuluh Pertanian Swadaya. Dari 1700 orang

Penyuluh Pertanian di Sumatera Selatan, baru 800 orang

yang difasilitasi.

b. Permasalahan UPSUS Pajale Tahun 2016 di Kabupaten/Kota se-

Sumatera Selatan dan upaya tindak lanjut sebagai berikut

1) Kabupaten Pagar Alam

a) Serangan ulat grayak dan blast yang berpengaruh

terhadap hasil ubinan

b) Bantuan benih jagung seluas 187 ha pengadaan pusat

belum realisasi.

2) Kabupaten Muratara

a) Untuk tahun 2017 masih ada kegiatan UPSUS Pajale,

sehingga memerlukan kemitraan untuk pemasaran hasil

terutama pada komoditi jagung dan kedelai.

b) Bantuan benih jagung dari pengadaan Pusat seluas

1500 ha belum ada realisasi.

3) Kota Prabumulih

a) Mengusulkan kegiatan ekstensifikasi seluas 700 ha.

b) Bantuan benih jagung (pengadaan dari pusat) seluas

200 ha belum ada realisasi

4) Kabupaten Banyuasin

a) Capaian target tanam pada bulan April belum terealisasi

karena di beberapa kecamatan masih ada panen.

b) Kondisi lahan masih tergenang (Banyuasin Timur)

c) Banyuasin sudah mendapatkan bantuan TR-4 sebanyak

35 unit, namun untuk memenuhi lahan seluas 90.000 ha

tidak tercukupi sedangkan TR-2 digunakan untuk olah

tanah regular.

Page 123: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 123

Upaya Tindaklanjut :

a) Bupati telah menyusun jadwal monitoring ke lapangan

(setiap 2 hari ke desa-desa terutama prioritas ke desa

yang capaian tanamnya rendah).

b) Kabid dibentuk menjadi tim Pembina, setiap Kabid

memegang 3 sampai 4 kecamatan.

c) Alsintan yang telah diberikan dijadikan UPJA

d) Petani yang mengikuti program UPSUS, wajib mengikuti

AUTP.

5) Kabupaten Musi Rawas

a) Tidak tercapainya target luas tanam pada bulan April,

dikarenakan faktor alam, yaitu tanaman bulan

Desember dan Januari mengalami kebanjiran sampai 3

kali tanam sehingga mengakibatkan keterlambatan

panen dan berdampak pada keterlambatan tanam.

b) Untuk mengatasi hal tersebut adalah : percepatan

tanam pada bulan Mei untuk menutupi kekurangan luas

tanam pada bulan April.

c) Himbauan kepada Bulog, agar bersungguh-sungguh

dalam menyerap gabah/beras petani.

6) Kabupaten Musi Banyuasin

a) Keterlambatan panen mengakibatkan terlambat tanam,

disebabkan oleh dampak kemarau panjang pada tahun

sebelumnya

b) Curah hujan yang tinggi menyebabkan lahan lebak

belum dapat dilakukan pertanaman

c) Ketersediaan benih padi terutama benih bersubsidi yang

pengadaannya tidak tepat waktu.

Page 124: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 124

Upaya Tindaklanjut :

a) Penyediaan benih padi bersubsidi yang tepat varietas,

tepat waktu pada PT. Pertani.

b) Mengoptimalkan bantuan alat tanam baik dari APBD II,

APBD I dan APBN.

c) Bersama-sama dengan pihak TNI AD menggerakkan

petani untuk percepatan tanam.

7) Kabupaten Lahat

a) Bersama Tim Upsus Kabupaten melaksanakan

sosialisasi peningkatan Intensitas (IP) dan sistem tanam

jajar legowo.

b) Melaksanakan gerakan percepatan pengolahan tanah

pada lahan yang selesai pemanenan.

c) Berkoordinasi dengan para distributor dan pengecer

pupuk untuk ketersediaan pupuk pada MT. ASEP 2016.

d) Sosialisasi CPCL PAT Padi lahan kering untuk

pertanaman MT. ASEP 2016 seluas 2.852 Ha.

8) Kabupaten OKU

a) Kendala pertanaman di Kabupaten OKU adalah setelah

panen lahan tidak langsung diolah

b) Solusinya adalah melakukan percepatan tanam di bulan

mei dengan menggunakan sistem Jarwo

c) Ketersediaan benih terbantu dengan kegiatan Desa

Mandiri Benih.

Page 125: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 125

PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN

MUTU

A. Sosialisasi dan Bimbingan Standardisasi Dan Mutu Hasil Tanaman

Pangan

Kegiatan sosialisasi dan bimbingan standardisasi dan mutu hasil tanaman

pangan meliputi :

1. Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan Sistem Pertanian

Organik

Pertumbuhan pasar produk organik di Indonesia cukup pesat, hal

tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah petani yang mengelola

pertanian organik dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun 2015

jumlah poktan/gapoktan beras yang sudah mendapatkan sertifikasi

organik sebanyak 215 poktan/gapoktan padi organik bersertifikat,

tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY,

Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah). Selain itu outlet organik di supermarket (ritel),

restoran, organisasi pecinta organik dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) serta Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) juga turut

meningkat jumlahnya.

Melalui kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan

Sistem Pertanian Organik diharapkan adanya penyamaan persepsi

mekanisme sertifikasi organik berbasis kelompok melalui penerapan

sistem pengawasan internal (Internal Control System/ICS) yang sesuai

dengan aturan dari SNI 6729:2016 dan Permentan No. 64 Tahun 2013

sehingga tersedia petugas pendamping yang kompeten dan memiliki

dedikasi tinggi untuk mendampingi poktan/gapoktan organik dalam

menerapkan sistem pertanian organik sehingga dapat disertifikasi oleh

LSO yang kompeten.

VII

Page 126: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 126

Tujuan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan Sistem

Pertanian Organik sebagai berikut :

a) Memberikan pemahaman tentang peraturan dan prosedur

penerapan sistem sertifikasi pertanian organik;

b) Menyediakan petugas pendamping yang kompeten untuk

mendukung kegiatan fasilitasi sertifikasi pangan organik berbasis

kelompok untuk program pembinaan dan sertifikasi sistem

pertanian organik, dimana mereka akan melakukan pembinaan

lebih lanjut kepada poktan/gapoktan di lokasi yang di tentukan

Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

keterampilan Petugas Pendamping di Instansi Pusat dan 26 Dinas

pertanian Provinsi/Kab/Kota sehingga mampu melakukan

pendampingan kepada pelaku usaha untuk dapat menerapkan sistem

pertanian organik di masing-masing wilayahnya.

Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping

Penerapan Sistem Pertanian Organik dilaksanakan pada tanggal 29

Maret – 01 April 2016 di Hotel Grandia Bandung, dibuka oleh Direktur

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, dihadiri oleh 70

peserta yang terdiri dari para petugas pendamping sistem pertanian

organik di 26 provinsi serta instansi terkait lainnya. Narasumber

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, KADIN, Lembaga Sertifikasi

Organik, Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Balai Besar Litbang

Bioteknologi & Sumber Daya Genetik Pertanian (Balai Besar Biogen),

Konsultan Bisnis dan narasumber dari Gapoktan Simpatik, Kabupaten

Tasikmalaya.

Materi yang disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan sebagai berikut :

a) Kebijakan dan Rancang Bangun Pengembangan Sistem Organik;

b) Kebijakan Pengembangan Bisnis Pertanian dan Pola

Pengembangan Kerjasama Bisnis Melalui KADIN;

Page 127: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 127

c) Strategi Penguatan Penerapan Sistem Pertanian Organik;

d) Teknik Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dalam

Sebuah Proses Bisnis;

e) SNI 6729:2013 Sistem Pertanian Organik, dan Permentan Nomor

64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik,

dan Analisa Usahatani Padi Organik;

f) Tantangan dan Pola Pengembangan Pupuk Organik;

g) Tantangan dan Pola Pengembangan Pestisida Alam;

h) Standar Organik Internasional (Uni Eropa dan China);

i) Sertifikasi Organik Berbasis Kelompok;

j) Pengantar Penyusunan Dokumen Sistem Mutu Sertifikasi

Berbasis Kelompok;

k) Penerapan Sistem Kendali Internal;

Berdasarkan hasil paparan narasumber, diskusi dan masukan peserta,

beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan menjadi

prioritas untuk ditindaklanjuti sebagai berikut :

a) Arahan penting yang diminta oleh Direktur Jenderal Tanaman

Pangan agar ditelaah adalah menyusun Roadmap

Pengembangan Ekspor Beras sampai tahun 2019. Untuk itu,

Direktorat Serealia serta Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) melakukan rapat koordinasi

untuk menyelesaikan hal tersebut dengan mengundang daerah

b) Direktur Jenderal Tanaman Pangan, menekankan Penguatan

Pelaksanaan Sistem Pertanian Organik (beras) untuk memenuhi

kebutuhan domestik dan ekspor yang ditargetkan oleh Menteri

Pertanian. Peningkatan ekspor beras didukung oleh

pengembangan beras-beras khusus lainnya seperti beras hitam

dan merah, yang dapat dikembangkan dalam budidaya organik

maupun non organik (tergantung permintaan pasar).

Page 128: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 128

c) Petugas pendamping harus dapat melakukan evaluasi terhadap

poktan atau gapoktan yang didampinginya, sehingga dapat

diketahui penyebab atau kendala yang terjadi jika tidak

berkembangnya penerapan sistem pertanian organic diwilayah

binaan dan hal ini nantinya dapat menjadi masukan untuk

pemerintah pusat dalam pelaksaan program kedepan terkait

pengembangan 1000 desa organik;

d) Petugas pendamping diharapkan dapat membantu mencari

peluang-peluang pasar baik domestik maupun internasional

dengan adanya kerjasama mengenai peluang pemasaran dalam

mengatasi masalah dalam bisnis yang dapat diberikan oleh

perwakilan dari KADIN dan Konsultan Bisnis di masing-masing

provinsi.

e) Diperlukan harmonisasi diantara lembaga sertifikasi organik yang

telah ada di Indonesia terkait dengan persyaratan sertifikasi

organik dan biaya sertifikasi;

f) Sistem Pertanian Organik merupakan sebuah proses bisnis

dengan peluang pasar yang sangat besar dan pilihan pasar yang

beragam sesuai dengan segmentasi yang diinginkan;

g) Petugas pendamping sistem pertanian organik tidak hanya

berfungsi untuk memproses dokumen tetapi merupakan agen

perubahan.

h) Dalam mendukung program tersebut diperlukan kebijakan yang

sinergis antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta,

Perguruan Tinggi, dan Stakeholder lainnya

i) Dukungan kebijakan pengembangan pertanian organik yang

memadai (Pedoman Umum & Teknis)

1) Dukungan penelitian dan pengembangan

2) Kebijakan mutu, standarisasi dan infrastruktur pendukung

Page 129: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 129

3) Pembinaan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat dan

Daerah terkait dengan GAP (produksi), GHP (panen &

pasca panen), GMP (pengolahan) maupun GRP

(pemasaran)

4) Sertifikasi produk organik berbasis kelompok

5) Jaminan pasar domestik dan internasional

6) Dukungan promosi dalam negeri dan luar negeri

Kunjungan lapang ke Gapoktan Simpatik di kampung Cidahu Desa

Mekarwangi Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, untuk

melihat langsung penerapan sistem pertanian organik pada pelaku

usaha yang telah melakukan ekspor produk organik. Dengan

kunjungan tersebut, diharapakan petugas pendamping peserta bimtek

dapat termotivasi dan konsisten dalam mendampingi Poktan/

Gapoktan melakukan penerapan sistem pertanian organik.

Adapun yang perlu ditindaklanjuti dari kegiatan Bimbingan Teknis

Petugas Pendamping Penerapan Sistem Pertanian Organik sebagai

berikut :

a. Dinas Pertanian Provinsi diharapkan dapat mengadakan

Bimbingan Teknis lanjutan dimasing-masing daerahnya dengan

materi yang membangun spirit dan komitmen (bukan sekedar

melaksanakan kegiatan).

b. Petugas pendamping penerapan sistem pertaian organik di

Provinsi menentuan CP/CL yang menerima bantuan dana Ditjen

Tanaman Pangan diharapkan dapat melihat karakteristik dari

petani/Poktan/Gapoktan saat apresiasi ICS, dimana syarat

mutlak organisasi kelompok tersebut yaitu solidaritas petani yang

merupakan inti dari penerapan sertifikasi organik berbasis

kelompok serta bagaimana petani menginterpretasikan SNI

organik kedalam kegiatan pertanian organik sehingga dapat

Page 130: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 130

dituangkan kedalam dokumen sistem mutu kelompok dan dengan

mudah nantinya untuk diterapkan;

c. Secara resmi petani CP/CL yang sudah merupakan seleksi dari

petani yang bermutu dan masuk dalam ICS untuk sertifikasi

organik akan di lakukan TOT pelatihan sistem manajemen

internal untuk sertifikasi kelompok untuk komoditi tanaman

pangan oleh petugas pendamping penerapan sistem pertanian

organik;

d. Evaluasi harus dilakukan terkait pendampingan untuk kegiatan

Fasilitasi Sertifikasi Pengawalan Penerapan Jaminan Mutu dan

Sistem Pertanian Organik

2. Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi

Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi berupa buku Standar

Nasional Indonesia (SNI) Komoditi Tanaman Pangan dan Sistem

Pertanian Organik. Buku SNI komoditi tanaman pangan berisi

informasi terkait standar beras, jagung, jagung bahan pakan ternak,

kedelai, bekatul, gabah, ubijalar, kacang tanah, kacang hijau dan

sorgum. Buku SNI sistem pertanian organik berisi informasi terkait tata

cara budidaya tanaman pangan secara organik. Tujuannya untuk

memberikan informasi serta panduan kepada para petani, petugas

lapangan dan pelaku usaha sehingga dapat menerapkan standar

dalam rangka meningkatkan mutu produk tanaman pangan

3. Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM, Direktorat Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan telah mengikuti berbagai

pelatihan yaitu sebanyak 51 orang dari instansi pusat, dinas pertanian,

dan poktan. Pelatihan yang diikuti yaitu Pelatihan Inspektor Organik,

Pelatihan Internal Control System (ICS) Pertanian Organik, Pelatihan

Fasilitator Pertanian Organik, Pelatihan Pembuatan Pupuk & Pestisida

Page 131: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 131

Organik, Pelatihan Petugas Pengambil Contoh dalam Rangka Inspeksi

dan Pengujian, Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa, Pelatihan

Penerapan & Dokumentasi Sistem HACCP, Pelatihan Ekspor Impor

Plus, dan Pelatihan Design Grafis.

B. Fasilitasi Sertifikasi

1. Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik

Dalam rangka mendukung program nawacita untuk pengembangan

1000 desa pertanian organik serta akselerasi ekspor beras, Ditjen

Tanaman Pangan memberikan fasilitasi sertifikasi pertanian organik.

Fasilitasi sertifikasisistem pertanian organik merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk

organik melalui mekanisme sertifikasi yang dilakukan oleh Lembaga

Sertifikasi Pertanian Organik yang kompeten. Pelaku usaha yang

sudah menerapkan sistem pertanian organik dan mendapatkan

sertifikasi organik berhak mencantumkan logo organik Indonesia pada

produk yang dihasilkan.Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian

nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013, seluruh produk organik yang

beredar di wilayah Indonesia baik produksi dalam negeri maupun

pemasukan (impor) harus mencantumkan logo organik Indonesia.

Pelaku usaha yang ingin mendapatkan sertifikasi organik harus

memenuhi persyaratan teknis sebagaimana tertuang dalam SNI 6729

Tahun 2013. dan persyaratan manajemen sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. SNI 6729 Tahun 2016 sebagai pengganti SNI 6729

Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik telah diterbitkan

namun baru diberlakukan mulai Agustus 2017. Mengingat sertifikasi

pertanian organik tidak hanya didasarkan pada penilaian produk akhir

saja, melainkan dimulai dari proses produksi sampai distribusi yang

terdokumentasi, diperlukan pendampingan oleh pihak terkait baik

Pemerintah Pusat, Daerah maupun instansi lainnya. Tahapan fasilitasi

sertifikasi organik dimulai dari identifikasi CPCL, apresiasi dan

Page 132: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 132

sosialisasi sistem pertanian organik, penyusunan dokumen sistem

mutu untuk sertifikasi pertanian organik, penerapan Internal Control

System (ICS) dan pengajuan sertifikasi ke Lembaga Sertifikasi Organik

yang sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Pada awal tahun anggaran 2016, sebanyak 75 pelaku usaha

ditargetkan mendapatkan sertifikasi organik. Namun setelah melihat

kesiapan di lapangan, pada penghematan APBNP I tahun 2016 terjadi

perubahan target sertifikasi organik semula 75 pelaku usaha menjadi

56 pelaku usaha dan pada penghematan II menjadi 33 pelaku usaha.

Sampai dengan bulan Desember 2016, terdapat 32 pelaku usaha

organik (96,97% dari target 33 pelaku usaha organik atau 57,14 % dari

target 56 pelaku usaha organik) sudah berhasil mendapatkan

sertifikasi organik.

Satu Pelaku usaha organik di Provinsi Kalimantan Barat sudah

dilakukan inspeksi oleh LSO dan dalam proses penyelesaian tindakan

perbaikan. Provinsi yang tidak dapat meneruskan proses sertifikasi

adalah Provinsi Kalimantan Tengah, hal ini disebabkan karena

pengurus poktan berpindah ke provinsi lain. Perkembangan tahapan

pelaksanaan sertifikasi organik TA 2016 disajikan pada tabel berikut :

Tabel 17 : Perkembangan Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Organik

Tahun 2016

Luas

Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan

ICS

Proses

SertifikasiSertifikasi (ha)

1 Aceh 4 0

2 Sumut 4 4 4 44.00 LSO Lesos

3 Sumbar 2 2 3 16.73 LSO Sumbar

4 Riau 2 0

5 Jambi 2 0

6 Sumsel 3 3 3 52.13 LSO Sumsel

7 Bengkulu 3 0

8 Lampung 3 0

9 Jabar 7 7 7 60.87 LSO Inofice

10 Jateng 5 0

KeteranganNo. Provinsi

Target Tahapan Pembinaan dan Sertifikasi Pertanian Organik

Page 133: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 133

Luas

Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan

ICS

Proses

SertifikasiSertifikasi (ha)

11 DIY 2 2 2 8.37 Persada

12 Jatim 5 3 3 60.00 LSO Lesos

13 Banten 1 1 1 22.68 Inofice

14 Bali 3 3 3 28.82 LSO Lesos

15 NTB 2 0

16 NTT 4 3 3 33.44 LSO Inofice

17 Kalbar 4 1 1

18 Kalteng 4 1 1

19 Sulteng 1 1 1 37.50 LSO Inofice

20 Sulsel 5 2 2 97.10 LSO Inofice

21 Sultra 2 0

22 Gorontalo 1 0

23 Sulbar 3 0

24 Malut 1 0

25 Papua Barat 1 0

26 Papua 1 0

75 33 1 1 32 461.640

Keterangan

Total

No. Provinsi

Target Tahapan Pembinaan dan Sertifikasi Pertanian Organik

2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan bertujuan

untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian

melalui mekanisme penjaminan (registrasi) yang dilakukan oleh

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKPP)/Otoritas

Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD).

Pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan dan mendapatkan nomor registrasi Pangan Segar

Asal Tumbuhan (PSAT), berhak mencantumkan nomor register PSAT

tersebut pada kemasan retail produk yang dihasilkan saat produk akan

diedarkan di pasaran.

Pelaku usaha yang akan mendapatkan nomor registrasi PSAT untuk

Produk Dalam (PD) atau Produk Luar (PL) dalam kemasan retail,

harus memenuhi ketetentuan peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/

Catatan : Untuk Provinsi Sumatera Barat, biaya Sertifikasi tidak realisasi karena biaya sertifikasi gratis

Page 134: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 134

permentan/OT.140/10/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran

Pangan Segar Asal Tumbuhan.

Registrasi produk hasil pertanian tidak hanya didasarkan pada

penilaian produk akhir saja, melainkan dimulai dari proses produksi

sampai distribusi yang terdokumentasi, sehingga diperlukan

pendampingan oleh pihak terkait, baik pusat, daerah maupun instansi

lainnya.

Output dari penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan

adalah terlaksananya bimbingan teknis penerapan jaminan mutu dan

keamanan pangan bagi poktan/gapoktan/pelaku usaha pertanian di 25

Provinsi (50 lokasi) sehingga siap diberikan nomor register PSAT.

Outcome tersedianya produk pertanian yang memiliki jaminan mutu

dan keamanan pangan dalam bentuk registrasi PSAT.

Pada awal tahun anggaran 2016, sebanyak 50 pelaku usaha

khususnya poktan/gapoktan/penggilingan padi yang memiliki kemasan

retail produk menjadi sasaran dalam pemberian nomor registrasi

PSAT, namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala

seperti : a) terjadi pemotongan anggaran ; b) Beberapa otoritas

kompeten keamanan pangan daerah belum mempunyai ruang lingkup

registrasi PSAT, sehingga pemberian nomor register PSAT menjadi

terhambat ; c) Pelaku usaha penggilingan padi yang telah dibina untuk

memperoleh register PSAT belum memenuhi persyaratan keamanan

dan kebersihan yang menjadi penilaian dalam proses register PSAT.

Untuk Itu beberapa provinsi pelaku usaha penggilingan beras yang

telah diajukan ke OKPPD masih dalam proses registrasi untuk

melanjutkan pemenuhan persyaratan register tersebut. Status

Kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

(Registrasi PSAT 2016) disajikan pada tabel berikut :

Page 135: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 135

Tabel 18 : Status Kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan

Keamanan Pangan (Registrasi PSAT 2016)

Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan

SJMKP

Pengujian

Lab

Proses

RegistrasiRegistrasi

1 Aceh 2 0 Penghematan

2 Sumut 2 2 2

3 Sumbar 2 2 10 OKKPD Sumbar

4 Riau 2 0 Penghematan

5 Jambi 2 0 Penghematan

6 Sumsel 2 0 Penghematan

7 Bengkulu 2 0 Penghematan

8 Lampung 2 0 Penghematan

9 Jabar 2 2 1 1

10 Jateng 2 0 Penghematan

11 DIY 2 2 2 OKKPD DIY

12 Jatim 2 0 Penghematan

13 Banten 2 2 1 1 OKKPD Banten

14 Bali 2 2 2 OKKPD Bali

15 NTB 2 0 Penghematan

16 NTT 2 2 2

17 Kalbar 2 2 3

18 Kalteng 2 0 Penghematan

19 Sulteng 2 2 2

20 Sulsel 2 0 Penghematan

21 Sultra 2 0 Penghematan

22 Gorontalo 2 2 2 Penghematan

23 Sulbar 2 0 Penghematan

24 Malut 2 0 Penghematan

25 Papua Barat 2 0 Penghematan

50 20 0 0 0 0 13 16

Tahapan Fasilitasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

ProvinsiNo Keterangan

Total

Target

Ket : a. Penambahan 8 register di Provinsi Sumatera Barat dan semuanya lulus registrasi b. Penambahan 1 proses registrasi di Provinsi Kalimantan Barat c. Pengajuan biaya ke OKPPD tidak dikenakan biaya, jadi alokasi biaya penerapan jaminan mutu dan

keamanan pangan diperuntukkan untuk biaya pendampingan dan pengujian laboratorium.

C. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Standardisasi dan Mutu

Dalam rangka mendukung kegiatan “1000 Desa Pertanian Organik” ,

pemerintah memberikan fasilitasi sertifikasi sebanyak 34 unit dan sistem

jaminan mutu & keamanan pangan di 13 propinsi. Diharapkan dengan

bantuan fasilitasi sertifikasi dapat membantu petani dalam rangka biaya

sertifikasi lahan organiknya dan atau untuk biaya sertifikasi ulang lahan

organiknya.

Pengawalan dan monev pelaksanaan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem

jaminan mutu keamanan pangan APBN tahun 2016 sebagai berikut :

Page 136: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 136

1. Melakukan pengawalan dan monitoring bantuan fasilitasi sertifikasi dan

sistem jaminan mutu keamanan pangan tahun 2016.

2. Memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam kegiatan

pascapanen tanaman pangan.

3. Melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perencanaan program dan

kegiatan pada tahun 2017.

Pengawalan dan monitoring kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem jaminan

mutu keamanan pangan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pengawalan dan monev bantuan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan

sistem jaminan mutu keamanan pangan dilaksanakan pada 13 (tiga

belas) provinsi yaituProvinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Sumatera Selatan, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT,

Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan

Sulawesi Selatan.

2. Bantuan fasilitasi sertifikasi organik sebanyak 34 unit dialokasikan di 13

provinsi, realisasi sampai dengan pertengahan bulan Desember 2016

sebanyak 32 unit yaitu di Provinsi Sumatera Barat 3 unit, Sumatera

Utara 4 unit, Sumatera Selatan 3 unit, Jawa Barat 7 unit, Jawa Timur 3

unit, Bali 3 unit, Sulawesi Tengah 1 unit, dan Sulawesi Selatan 2 unit,

Banten 1 unit dan NTT 3 unit dan DIY 2 unit.

Page 137: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 137

PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN DAN INVESTASI

A. Sosialisasi dan Bimbingan Pengembangan Pemasaran dan Investasi

1. Akselarasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan

Akselarasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan dilaksanakan dengan

melakukan kegiatan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas

Tanaman Pangan dengan tema Pengembangan Pasar Dalam Negeri

dan Akselerasi Ekspor Produk Strategis Tanaman Pangan,

dilaksanakan pada hari Rabu – Jumat tanggal 25 – 27 Mei 2016 di

Hotel Amaroossa Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Tujuan dari kegiatan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas

Tanaman Pangan adalah menyusun langkah-langkah yang perlu

dilakukan untuk pemanfaatan peluang pasar dalam rangka

meningkatkan peluang pemasaran produk tanaman pangan baik

mentah maupun olahan ke dalam negeri dan luar negeri

Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan Pertemuan

Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan adalah meningkatnya

peluang pemasaran produk tanaman pangan baik mentah maupun

olahan ke dalam negeri dan luar negeri.

Hasil Pelaksanaan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman

Pangan sebagai berikut :

a. Pertemuan dihadiri kurang lebih 70 peserta yang terdiri dari

perwakilan Petani dan kelompok tani, Pelaku Usaha, Asosiasi,

Eksportir, Importir, Perwakilan dari Badan Perencanaan Daerah

Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat,

Dinas Pertanian Provinsi DI. Yogyakarta, Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso Provinsi

Jawa Timur, Dinas Pertanian Kabupaten lingkup Provinsi Jawa

VIII

Page 138: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 138

Barat, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perekonomian,

Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Eselon II lingkup Ditjen

Tanaman Pangan dan lingkup Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian.

Narasumber antara lain : a) Gapoktan Sarinah ; b) PT. Semesta

eksportir ketan hitam; c) CV. Hasil Tani Sejahtera (CV. HTS)

eksportir beras, beras ketan dan kacang hijau ; d) PT. Saudi

Multi Investment (PT. SMI) eksportir jagung.

b. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor merupakan momentum

untuk meningkatkan komunikasi, memperluas jaringan,

menumbuhkan motivasi untuk kerja keras guna menjadikan

produk tanaman pangan, tidak hanya memenuhi kebutuhan

dalam negeri dan mengurangi impor, tetapi juga melakukan

akselerasi ekspor dengan tetap berorientasi kepada peningkatan

nilai tambah dan daya saing, peningkatan kesejahteraan petani

serta memperhatikan kepentingan konsumen.

c. Direktur Jenderal Tanaman Pangan membuka kegiatan tersebut

dan memberikan arahan sebagai berikut :

1) Memberikan dukungan penuh untuk peningkatan mutu,

kualitas dan daya saing produk tanaman pangan dengan

memberikan fasilitasi bantuan sarana pasca panen dan

sertifikasi serta promosi dan investasi yang disalurkan

melalui dinas pertanian provinsi.

2) Komoditas yang akan diekspor sebaiknya dipersiapkan

dengan baik dengan desain dan konsep yang matang agar

memiliki daya saing untuk menembus pasar luar negeri.

3) Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten dapat

memfasilitasi petani/gapoktan/pelaku usaha untuk

melakukan studi banding ke daerah lain agar wawasan dan

pengetahuannya meningkat dalam mengembangkan usaha

pertanian terutama di bidang tanaman pangan.

Page 139: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 139

4) Petani/gapoktan/pelaku usaha dapat melakukan kemitraan

dengan pelaku usaha/stakeholder yang telah melakukan

ekspor dengan memasok kebutuhannya sebelum

melakukan ekspor sendiri agar mengetahui prosedur ekspor

dan standar mutu yang diinginkan oleh buyer luar negeri

seperti yang telah dilakukan oleh Gapoktan Simpatik.

5) Kebutuhan dan masukan dari peserta pertemuan terutama

terkait alat penanganan pasca panen yang diperlukan untuk

meningkatkan kualitas dan mutu produk akan menjadi

bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tahun

2017 serta pengalokasian bantuan alat.

d. Peluang ekspor komoditas tanaman pangan selalu meningkat

setiap tahun, sehingga perlu dikembangkan konsep kemitraan

antara petani dan pelaku usaha yang disuply bahan baku

sehingga terjalin kerjasama saling menguntungkan dan kejelasan

hubungan kerjasama antara kedua belah pihak yang harus

dilandasi komitmen dan mental kuat dari petani. Sehingga

kesejahteraan petani dapat menjadi tolok ukur dalam

mempertimbangkan ekspor.

Salah satu peluang negara tujuan ekspor beras terbesar adalah

negara Arab Saudi karena negara tersebut menjadi salah satu

tujuan ibadah haji dan umroh setiap waktu. Akan tetapi beras dari

Indoensia belum dapat mendominasi pasar di negara tersebut

karena dari segi harga belum dapat bersaing dengan beras dari

negara lain yang lebih murah.

e. Kunjungan Lapangan Ke Nasi Liwet Instan Cv. 1001

1) CV. 1001 merupakan salah satu perusahaan yang

mengembangkan beras unggulan wilayah Garut dengan

melalui inovasi dan kreatifitas sehingga muncul nasi liwet

instan

Page 140: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 140

2) Produk nasi liwet instan merupakan hasil inspirasi yang

menggambarkan bahwa garut merupakan kota wisata, nasi

liwet adalah masakan khas garut, instan agar praktis

pembuatannya dan tidak berat untuk dibawa sebagai oleh –

oleh, rempah – rempah yang digunakan merupakan bahan

pilihan yang mudah diawetkan tanpa menggunakan bahan

kimia

3) Keunggulan nasi liwet instan produk CV.1001 adalah : beras

putih alami, ada unsur rasa manis pada berasnya, proses

pembuatannya menggunakan mesin yang telah dimodifikasi

sendiri, bahan baku pilihan dan diambil langsung dari

sumbernya, pengawetan alami dengan dikeringkan yang

dapat menjaga kualitas dan mutu produk sehingga tahan

sampai satu tahun, cara memasakanya mudah dan praktis

hanya memerlukan waktu 20 menit.

4) CV. 1001 menciptakan pangsa pasar sendiri dengan

memperhatikan selera konsumen. Untuk mendapatkan

bahan baku yang berkualitas, CV. 1001 memiliki petani

binaan sehingga quality control terjaga mulai dari lahan

sampai pengemasannya. Pemasaran produk dilakukan

dengan memberi sample kepada instansi pemerintah dan

swasta, mengikuti pameran dan rajin serta ulet untuk selalu

menawarkan tester atau icip – icip pada setiap acara. Selain

itu membuka jaringan pemasaran melalui reseller

dibeberapa kota di Indonesia. Saat ini telah berkembang

nasi liwet instan sejenis di beberapa daerah, hal ini tidak

menurunkan penjualan nasi liwet produk CV.1001 justru

memacu semangat untuk menciptakan produk – produk

inovasi lain seperti nasi uduk berbagai warna dan nasi

instan.

Page 141: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 141

2. Gelar Potensi dan Peluang Investasi

Gelar Potensi dan Peluang Investasi dilaksanakan dengan melakukan

Pameran The 12th APKASI International Trade and Investment Summit

(AITIS) 2016 pada tanggal 5 – 7 Mei 2016 di Jakarta International Expo

Kemayoran – Jakarta. Pameran diikuti oleh produsen, pelaku usaha,

UKM, kelompok tani dan eksportir dari berbagai provinsi di Indonesia

serta calon investor dari beberapa negara.

Penyelenggaraan The 12th APKASI International Trade and Investment

Summit (AITIS) 2016 selain dikemas dalam bentuk pameran yang

menampilkan potensi dan peluang investasi, juga dirangkaikan dengan

kegiatan Business Forum dimana produsen/pelaku usaha Indonesia

memaparkan potensi dan keunggulan daerah/wilayahnya kepada calon

pembeli, eksportir dan investor.

Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, dapat menjadi ajang

untuk semakin memperkenalkan dan lebih meningkatkan peluang

investasi dan peluang pemasaran bagi produk tanaman pangan

Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Tujuan keikutsertaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada

kegiatan PameranThe 12th APKASI International Trade and Investment

Summit (AITIS) 2016di Jakarta International Expo (JI Expo),

Kemayoran adalah :

a) Memperkenalkan produk hasil tanaman pangan baik dalam

bentuk mentah, olahan maupun instan kepada pengunjung,

eksportir, investor baik dari dalam maupun luar negeri.

b) Mempromosikan berbagai produk hasil tanaman pangan.

c) Memfasilitasi pelaku tanaman pangan terutama yang telah

memiliki produk inovatif dan bersertifikat Indikasi Geografis,

sertifikat organik.

d) Memfasilitasi kegiatan Business Forum yang mempertemukan

pelaku usaha tanaman pangan dengan pelaku usaha, eksportir

Page 142: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 142

dan investor baik dari dalam maupun luar negeri.

e) Memotivasi kelompok tani/pelaku usaha tanaman pangan untuk

melakukan kerjasama pemasaran produk dan menarik investor.

f) Meningkatkan akses pasar bagi produk hasiltanaman

panganagar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.

Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :

a) Terinformasikannya berbagai bentuk produk hasil tanaman

pangan dari pelaku usaha ke pengunjung, eksportir dan investor

b) Terpromosikannya berbagai produk hasil tanaman pangan

c) Terfasilitasinya pelaku usaha pertanian terutama yang telah

memiliki produk inovatif, produk bersertifikat Indikasi Geografis

dan bersertifikat organik.

g) Terfasilitasinya kegiatan Business Forum yang mempertemukan

pelaku usaha tanaman pangan dengan pelaku usaha, eksportir

dan investor baik dari dalam maupun luar negeri.

h) Termotivasinya kelompok tani/pelaku usaha tanaman pangan

untuk melakukan kerjasama pemasaran produk dan menarik

investor.

i) Meningkatnya akses pasar bagi produk hasil tanaman

panganagar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.

B. PENGEMBANGAN INFORMASI HARGA

Salah satu keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh

kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran

seperti ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinyu.

Kegiatan Pelayanan informasi pasar yang professional sangat diperlukan,

sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan

yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar.

Page 143: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 143

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengelola

langsung kegiatan pelayanan informasi pasar tanaman pangan, kegiatan

tersebut dilaksanakan pada 271 Kabuapten/kota seluruh indonesia.

Tujuan pengembangan PIP antara lain:

1. Memperoleh harga harian tingkat produsen, eceran dan gosir yang

lebih baik dan lengkap.

2. Memperoleh data analisa usahatani yang lebih baik.

3. Memperoleh data stok gabah/beras yang lebih baik.

4. Sebagai bahan evaluasi dalam perencanaan program dan kegiatan

pelayanan informasi pasar pada tahun yang akan datang.

Kegiatan Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar terdiri dari :

1. Kegiatan Dekonsentrasi meliputi pengembangan pelayanan informasi

pasar, pertemuan koordinasi pelayanan informasi pasar, dan

pemantauan stok gabah/beras di 34 provinsi serta pelayanan informasi

pasar tingkat kabupaten/kota di 271 Kabupaten/Kota

2. Kegiatan Pusat meliputi pengembangan informasi pasar, koordinasi

pelayanan informasi pasar dan pengembangan aplikasi informasi

pemasaran tanaman pangan.

Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan pelayanan informasi pasar

berupa jumlah fasilitasi pemasaran dan investasi hasil tanaman pangan

(informasi harga) sebanyak 270 informasi harga atau mencapai 99,63% dari

target 271 informasi harga.

Informasi Harga Harian mencakup : a) Harga Gabah di Tingkat Petani ; b)

Harga Gabah di Penggilingan ; c) Harga Beras di Tingkat Petani ; d) Harga

Beras ; e) Harga Jagung Pipil ; f) Harga Biji Kedelai ; g) Harga Kacang

Tanah ; h) Harga Kacang Hijau ; i) Harga Ubikayu Basah ; dan Harga

Ubijalar Basah

Page 144: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 144

Informasi tersebut digunakan dalam mendukung penyerapan Gabah Beras

oleh Bulog, Bahan Rapat Koordinasi Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan,

Rapat Persiapan Hari Besar ,Keagamaan dan Nasional.

Perkembangan Harga Harian Komoditas Tanaman Pangan di Tingkat

Petani (Produsen) selama periode Januari – Desember Tahun 2016

sebagai berikut :

a. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Gabah Tingkat Petani

(Produsen) Pada Periode Bulan Januari 2016 – Desember 2016

(Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

b. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Beras Medium Pada Tingkat

Petani (Produsen ) Pada Periode Bulan Januari 2016 – Desember

2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

5,500

4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 13 20 27 4 13 20 27 2 7 12 17 22 27 2 7 12 17 22 27 1 6 11 16 22 27 1 6 11 16 21 26 1 6 11 16 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30

Januari Februari Juni 2016 Nop 2016

GKP HPP

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 1320 27 4 13 20 27 2 7 12 17 2227 2 7 12 17 22 27 1 6 11 1622 27 1 6 11 16 21 26 1 6 1116 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30

Januari Februari Juni 2016 Nop 2016

Har

ga (R

p./

Kg)

Beras Medium HPP

Page 145: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 145

c. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Jagung Pipilan Kering Pada

Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –

Desember 2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

d. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kedelai Kering Lokal Pada

Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –

Desember 2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

2,800

3,000

3,200

3,400

3,600

3,800

4,000

4,200

4,400

4,600

4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 13 20 27 4 13 20 27 2 7 12172227 2 7 12172227 1 6 11 16 22 27 1 6 11 16 21 26 1 6 11 16 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30

Januari Februari Juni 2016 Nop 2016

Ha

rga

(R

p./

Kg

)

Jagung Pipilan Kering Harga Referensi

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

4 111825 1 8 152229 7 152230 6 132027 4 132027 2 7 12172227 2 7 12172227 1 6 11162227 1 6 11162126 1 6 1116212631 5 1015202530 5 1015202530

Januari Februari Juni 2016 Nop 2016

Ha

rga

(R

p./

kg

)

Kedelai Harga Acuan

Page 146: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 146

e. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kacang Tanah Lokal Polong

Basah Pada Tingkat Petani Pada periode Bulan Januari 2016 –

Desember 2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

f. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kacang Hijau Biji Kering Pada

Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –

Desember 2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

7,500

9,500

11,500

13,500

15,500

17,500

19,500

1 7 13 19 25 31

6 12 18 24

1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6 12 18 24 30

5 11 17 23 29

5 11 17 23 29

4 10 16 23 29

4 10 16 22 28

4 10 16 22 28

3 9 15 21 27

3 9 15 21 27

JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016

Ha

rg

a (

Rp

/K

g)

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000

16,000

17,000

18,000

19,000

1 7

13 19 25 31

6

12 18 24

1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6

12 18 24 30

5

11 17 23 29

5

11 17 23 29

4

10 16 23 29

4

10 16 22 28

4

10 16 22 28

3 9

15 21 27

3 9

15 21 27

JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016

Ha

rg

a (

Rp

/K

g)

Page 147: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 147

g. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Ubikayu Basah Pada Tingkat

Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 – Desember

2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

h. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Ubijalar Basah Pada Tingkat

Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 – Desember

2016 (Rp./kg)

Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016

1,000

1,400

1,800

2,200

2,600

3,000

3,400

1 7

13 19 25 31

6

12 18 24

1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6

12 18 24 30

5

11 17 23 29

5

11 17 23 29

4

10 16 23 29

4

10 16 22 28

4

10 16 22 28

3 9

15 21 27

3 9

15 21 27

JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016

Ha

rg

a (

Rp

/K

g)

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

1 7 13 19 25 31

6 12 18 24

1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6 12 18 24 30

5 11 17 23 29

5 11 17 23 29

4 10 16 23 29

4 10 16 22 28

4 10 16 22 28

3 9 15 21 27

3 9 15 21 27

JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016

Ha

rg

a (

Rp

/K

g)

Page 148: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 148

Dalam rangka pengembangan pelayanan informasi pasar dilaksanakan

perjalanan dinas ke di 12 (dua belas) Provinsi meliputi Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Bali, Banten, Jambi,

Jawa Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat,

Lampung dan Kalimantan Timur diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Beberapa daerah masih melakukan pengiriman data melalui aplikasi

sms, karena masih kurang sosialisasi bahwa pengiriman data terbaru

melalui portal aplikasi.

Dengan telah diberikan penjelasan tentang portal aplikasi yang

digunakan saat ini, maka diharapklan proses pengiriman data

selanjutnya berjalan lebih baik dan lancer.

2. Beberapa daerah kesulitan dalam pengiriman data melalui portal

aplikasi.pertanian, karena masih mengikuti petunjuk lama bahwa

semua pengiriman data maksimal pada pukul 12.00 pada hari yang

sama. Akibatnya pengiriman data menjadi bersamaan, dan

berimplikasi pada overloadnya akses ke aplikasi sehingga

pengimputan data menjadi sulit masuk ke aplikasi.

Disarankan kepada daerah agar pengiriman data tidak dilakukan pada

jam sibuk dan data masih akan ditunggu sampai pukul 15.00 untuk

menghindari over kapasitas.

3. Lemahnya kekuatan sinyal layanan data di beberapa lokasi tertentu.

4. Petugas PIP provinsi selain bertugas mengirimkan data harga grosir

dan eceran, juga bertugas melakukan monitoring pelaksanaan

pelayanan PIP.

5. Beberapa petugas informasi pasar belum memahami tata cara

pengisian format suplai demand, biaya pemasaran serta analisa

usahatani

6. Biaya operasional untuk pengiriman dirasakan oleh daerah kurang

mencukupi karena terkadang proses pengambilan data harga ke lokasi

memerlukan waktu perjalanan yang cukup lama.

Page 149: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 149

7. Sample rumah tangga petani di beberapa daerah tidak memenuhi

kriteria dikarenakan kepemilikan lahan petani sebagian besar < 0,5 ha

dan sample penggilingan sebagian besar adalah penggilingan sistem

sewa dan penggilingan keliling.

8. Analisa usaha tani terkait dengan HPP dan dilakukan menjelang masa

tanam sehingga laporan analisa usaha tani 2 – 3 kali setahun. Analisa

biaya pemasaran dilakukan setiap bulan dengan menghitung harga

jual, harga beli, biaya dan keuntungan dari rantai pemasaran

9. Output dari kegiatan PIP Provinsi dan PIP Kabupaten sudah ada pada

http://aplikasi.pertanian/go.id

Titik kritis pengembangan pelayanan informasi pasar antara lain:

1. Penentuan Petugas

Petugas kurang aktif dalam penyampaian data kerena : a) kurangnya

pengawasan dari pembina ; b) petugas kurang kompeten ; c) tumpang

tindih dengan tugas dinas lainnya. Dampaknya penyampaian data

harga menjadi tidak valid dan tidak optimal

2. Penentuan Lokasi

Lokasi sampel yang dipilh kurang mewakili informasi harga di

Kabupaten dan terkadang lokasi pengambilan sampel jauh. Hal

tersebut disebabkan karena Pembina memprioritaskan aspek

kemudahan dalam pengumpulan data, dan focus ke daerah-daerah

sentra. Dampaknya adalah penyampaian data harga menjadi tidak

valid dan penyampaian data menjadi tidak kontinyu.

3. Jaringan

Jaringan internet lemah di beberapa Kabupaten hal tersebut

disebabkan karena ; a) lokasi sampel berada di daerah terpencil ; b)

Input data secara bersamaan/serentak di jam sibuk. Dampaknya data

menjadi tidak terkirim dan data tidak masuk ke aplikasi.

4. Analisa Data

Page 150: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 150

Data tidak dianalisa dengan baik karena petugas memliki kemapuan

analisa yang masih terbatas. Dampaknya analisa data yang disajikan

kurang komprehensif.

Upaya Pemecahan Masalah :

1. Melakukan evaluasi, koordinasi dan peningkatan Pembina kepada

petugas atau melakukan penggantian petugas jika dipandang perlu

2. Meninjau ulang pemilihan lokasi dengan memprioritaskan sentra

produksi, dan memberikan biaya operasional kepada petugas dalam

pengambilan/pengumpulan data

3. Petugas harus mencari lokasi yang memiliki jaringan internet yang kuat

dan pengiriman data dilakukan diluar jam sibuk.

4. Meningkatkan pelatihan, pembinaan dan pendampingan.

C. PROMOSI DAN INVESTASI TANAMAN PANGAN

Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu memperkenalkan dan

meningkatkan pangsa pasar produk tanaman pangan adalah dengan

melakukan promosi yang intensif dan berkesinambungan serta

terkoordinasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bentuk kegiatan

yang dapat mendukung promosi Produk Tanaman Pangan diantaranya

menampilkan produk yang menjadi unggulan Indonesia serta produk yang

sedang menjadi trend di masyarakat pada event pameran nasional dan

internasional.

Kegiatan Promosi dan Investasi Tanaman Pangan dilaksanakan melalui

pengumpulan data, koordinasi instansi terkait pada beberapa Provinsi/

Kabupaten/Kota, dan mengikuti rapat – rapat sesuai penugasan pimpinan.

Kegiatan Promosi dan Investasi Tanaman Pangan dilaksanakan di 7 (tujuh)

Provinsi antara lain : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh

sebagai berikut :

Page 151: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 151

1. Perkumpulan Petani Organik Santiago (yang merupakan akronim dari

Sariak Alahan Tigo) berdiri pada tanggal 3 Maret 2008 berlokasi di

Nagari Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten

Solok. Pola pertanian yang diterapkan oleh petani di PPO Santiago

khususnya untuk padi seluruhnya dilakukan secara alami. Mulai dari

tahap penanaman, perawatan di usia muda sampai berbuah hingga

penanganan menjelang panen sama sekali tidak menggunakan bahan

kimia.

2. Perkembangan pemasaran beras tidak hanya pada beras premium

dan medium, namun merambah kepada beras organik dan beras

khusus yang pasarnya lebih di dominasi ekspor. Pertemuan sosialisasi

pertanian organik Dinas Pertanian Propinsi Lampung bekerjasama

dengan PT. Kampung Kearifan Indonesia (JAVARA) akan menfasilitasi

pengembangan beras organik berdasarkan kearifan lokal. Pertemuan

tersebut dihadiri oleh 11 Kelompok tani di Provinsi Lampung yang

telah/akan bersertifikat organik.

3. Peluang pasar beras organik yang besar diharapkan dapat menjadikan

wadah pemasaran beras organik yang terintegrasi dalam lembaga

pertanian organik sehingga posisi tawar menawar petani menjadi

tinggi. JAVARA selaku pemasar pertanian organik dan lembaga

pertanian organik diharapkan dapat membuka peluang pasar beras

organik di Propinsi Lampung.

4. Komoditas yang berorientasi ekspor selain Beras Pandan Wangi

Cianjur di Kabupaten Cianjur adalah singkong (terdapat di Kabupaten

Cianjur Selatan), singkong tersebut banyak diolah menjadi tepung dan

Beras Japonica yang dibudidayakan oleh PB.Sindang asih perlahan-

lahan sudah kearah organik, bahan kimia perlahan-lahan dikurangi

sehingga nilai jual bisa lebih baik.

5. Peran pedagang pengumpul menjadi dominan karena luas lahan

usaha tani kecil dan perlu koordinasi antar instansi terkait dimana

Page 152: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 152

Bulog sebagai sub sektor hilir. Bulog tidak akan dapat bersaing dengan

harga jagung acuan pemerintah.

6. Beberapa beras impor yang telah dikembangkan di Indonesia antara

lain beras Japonica di Pemalang, dan beras Basmati. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatan pemasaran produk adalah melalui

pameran yang di dukung sarana promosi dan temu usaha.

7. Salah satu perusahaan yang menerima tepung mocaf dari Kelompok

Tani Baru Muncul yaitu Tiga Pilar dengan beberapa ketentuan yaitu

sudah SNI, dengan aroma tidak apek, bersih dari kotoratn dan kutu

serta KA 13%.

8. Peran penting indikasi geografis pertanian adalah sebagai tanda

pengenal darimana suatu produk berasal (daerah penghasil),

Konsumen atau masyarakat umum dapat mengetahui lebih jauh hal

ikhwal mengenai produk IG yang bersangkutan melalui Buku

Persyaratan IG yang terbuka untuk umum, Perlindungan hukum suatu

produk dari pemalsuan (Undang-undang Merek),

Dari hasil Kegiatan koordinasi promosi dan investasi yang telah dilakukan

terlihat bahwa pada daerah masih terdapat permasalahan dalam sistem

pemasaran komoditi tanaman pangan, namun demikian ditemukan juga di

daerah lain sistem pemasaran yang sudah relatif baik seperti pola

kemitraan.

Pada aspek investasi pertanian, ditemukan kecenderungan petani maupun

poktan untuk menanam komoditi yang bernilai ekonomi tinggi. Salah

satunya dengan penanaman padi organik yang merupakan trend yang

sedang berkembang di kalangan petani/poktan. Trend penanaman padi

organik perlu diantispasi dengan membuka pasar baru beras organik agar

petani/poktan terhindar dari kerugian biaya investasi yang sudah dilakukan.

Permasalahan dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk komoditi

tanaman pangan melalui promosi dan investasi, sebagai berikut :

Page 153: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 153

1. Rendahnya sumber daya petani (SDM) dalam strategi mempromosikan

produknya dan keterbatasan mengakses pasar. Dengan kondisi

tersebut, petani hanya berfikir bagaimana produk terjual tanpa memiliki

informasi harga di tempat lain sebagai pembanding harga. Kondisi

ekonomi petani yang terkekang secara alam menyebabkan minimnya

pengetahuan trik-trik mempromosikan produk untuk memperoleh nilai

tambah yang lebih baik

2. Modal investasi menjadi salah satu kendala petani untuk menghasilkan

produk beras yang memiliki nilai jual yang relative tinggi.

3. Infrasturktur pasar yang masih terikat dengan tengkulak merupakan

kendala utama petani untuk memperoleh nilai tambah yang lebih baik.

4. Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar menyulitkan proses

pengumpulan produk. Kondisi tersebut menyulitkan pedagang

pengumpul mengumpulkan dan pengangkutan, sehingga biaya

pengumpulan berdampak kepada harga komoditi yang lebih rendah

(memperbesar biaya pemasaran)

5. Kurang tersedianya informasi pasar merupakan faktor keterbatasan

informasi harga jual yang kompetitifi untuk memperoleh keuntungan

terbaik.

Upaya pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Penyebaran informasi dan analisa pasar sehingga petani mempunyai

posisi tawar yang lebih baik untuk memperoleh margin yang wajar.

pedagang dapat beroperasi dengan margin pemasaran yang rendah

dan memberikan keuntungan bagi pedagang itu sendiri, produsen dan

konsumen.

2. Diperlukan penguatan jaringan pemasaran sehingga dapat menembus

pasar di daerah lain.. Oleh sebab itu penguatan koperasi setempat

atau usaha RMU setempat sangat cocok sebagai pengumpul yang

terikat secara emosinal dan aturan.

Page 154: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 154

3. Diperlukan keterlibatan perusahan daerah sebagai availis bantuan

kredit agar petani dapat mengolah produknya dalam skala usaha yang

ekonomis..

4. Pembinaan poktan/gapoktan sebaiknya lebih banyak diarahkan

kepada praktek pemasaran. Sehingga petani memahami strategi

pemasaran untuk memperoleh nilai tambah keuntungan. Pembinaan

tersebut dapat di tempuh dengan pola kemitraan dengan pedagang

besar.

D. KEGIATAN INFORMASI PEMASARAN TANAMAN PANGAN

Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu memperkenalkan dan

meningkatkan pangsa pasar produk tanaman pangan adalah dengan

melakukan promosi yang intensif dan berkesinambungan serta terkoordinasi

baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Hakikat promosi adalah suatu

bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar akan sasaran

perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan akhirnya

fanatik terhadap produk yang ditawarkan.

Promosi harus dapat mengikuti dinamika pasar dan perubahan pola pikir

serta selera konsumen. Fasilitasi promosi produk tanaman pangan dapat

diselenggarakan melalui pameran – pameran yang diikuti oleh petani dan

pelaku usaha, menyampaikan leaflet atau brosur, banner, poster dan

sampel produk, sehingga melalui fasilitasi promosi, produk tanaman pangan

akan dikenal luas bukan saja oleh masyarakat Indonesia tetapi juga oleh

pasar luar.

Kegiatan fasilitasi promosi produk tanaman pangan merupakan salah satu

cara untuk menginformasikan produk – produk tanaman pangan yang

diminati oleh pasar terhadap petani dan pelaku usaha.

Fasilitasi promosi produk tanaman pangan dilakukan melalui identifikasi

pelaku usaha dengan kunjungan lapang ke pelaku usaha, kunjungan ke

Page 155: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 155

petani atau ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi atau mengikuti

rapat – rapat yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran dan investasi

sesuai dengan penugasan pimpinan.

Kegiatan pengumpulan data dan informasi melalui identifikasi pelaku usaha

dan promosi investasi tanaman pangan dilaksanakan pada bulan April –

November 2016 ke 18 (delapan belas) Provinsi antara lain : D.I. Yogyakarta,

Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah,

Kalimantan Utara, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,

Lampung,Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Banten

Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pelaku usaha home industry yang dapat dipromosikan di D.I.

Yogyakarta adalah Kelompok Tani Sidomulyo, Egg Roll Ubi Ungu

Shasa dan Kelompok Wanita Tani Putri 21 (KWT Putri 21). Kelompok

tani Sidomulyo pada jenis beras premium dengan tingkat kepecahan

maksimal 5%; Egg Roll Ubi Ungu dengan bahan baku sedikit

campuran terigu dan ubi ungu dan Kelompok Wanita Tani Putri 21

(KWT Putri 21) memanfaatkan ubikayu yang merupakan produk

unggulan di Daerah Gunung Kidul untuk diolah menjadi tepung,

berbagai olahan kue dan mie.

2. Pelaku usaha komoditas jagung di Kabupaten Sumbawa oleh

PT. Seger Agro Nusantara. Perusahaan ini bergerak di bidang

agribisnis dengan komoditi utama jagung, kedelai, ketan, beras dan

fullfat-soya. Gudang utama PT Seger Agro Nusantara berada di

Surabaya, dan beberapa cabang di daerah lain seperti Jember, Cepu,

Sumbawa, Dompu, dan Makassar.

3. PT. Biogoene Plantation telah mengembangkan usaha beras Japonica

seluas 100 Ha dengan produksi 6-7 ton/Ha. Perusahaan ini membuka

peluang usaha dalam menjalin kemitraan dengan petani dengan

fasilitasi benih dan pemasaran produknya dengan syarat lahan bebas

endemis, luasan lahan minimal 20 Ha apabila spot – spot minimal 4

Ha, irigasi teknis/air tersedia.

Page 156: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 156

4. Komoditas yang berorientasi ekspor selain Beras Pandan Wangi

Cianjur di Kabupaten Cianjur adalah singkong (terdapat di Kabupaten

Cianjur Selatan), singkong tersebut banyak diolah menjadi tepung.

Permintaan gaplek/chips sebanyak 1.000 ton dari Garut, Sukabumi,

Kuningan (tepung), Bandung (pakan ternak). Namun belum semua

terpenuhi karena kurangnya pertanaman

5. Terdapat 14 kelompok tani di Provinsi Jawa Barat Ada yang sudah

mendapat sertifikat organik nasional. Sertifikat tersebut merupakat

sebagai modal peluang promosi investasi untuk pengembangan

pemasaran dan 2 asosiasi petani juga telah mendapatkan sertifikat

Indikasi Geografis yaitu Asosiasi Agrobisnis Ubi Cilembu (ASAGUCI)

yang telah melakukan ekspor ke negara Malaysia, Singapura, Hong

Kong; serta Masyarakat Pelestari Padi Pandawangi Cianjur (MP3C)

yang memasarkan produknya baru disekitar wilayah Jawa Barat dan

Jakarta.

6. Di Kabupaten Solok, Sumatera Barat terdapat Perkumpulan Petani

Organik (PPO), yaitu kelompok tani Santiago berada di Nagari Sariak

Alahan Nan Tigo, Kecamatan Hilira Gumanti, dengan ketua Hesriyatdi.

PPO Santiago pada tahun 2011 telah menerima sertifikasi organic dari

Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumatera Barat, dengan demikian

PPO Santiago telah dapat menggunakan label organic untuk produk

pertanian yang dihasilkannya.

7. Gapoktan Gemah Ripah di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah

satu pengekspor beras organik yang bekerjsama/bermitra dengan

perusahaan CV. Javara. Gapoktan Gemah Ripah juga mendapat

permintaan dari perusahaan CV. Javara untuk ekspor beras hitam

akan tetapi belum dapat dipenuhi karena diperlukan alat penanganan

pasca panen colour shorter untuk mensortir warna beras agar

seragam. Pihak Distan Provinsi pernah mengusahakan akan tetapi

terkendala dengan pengadaan karena anggaran yang diperlukan untuk

pembelian alat tersebut sangat mahal. Diharapkan Kementerian

Pertanian dapat memberikan bantuan alat tersebut.

Page 157: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 157

8. Pengembangan industri pakan ternak sangat memungkinkan di

Kabupaten Sumbawa karena potensi produksi jagung tinggi, namun

belum diiringi pertumbuhan industry sehingga hasil panen jagung di

Kabupaten Sumbawa banyak di kirim ke luar NTB (Jawa Timur, Bali).

Bupati setempat memberikan jaminan kepastian untuk berinvestasi di

Kabupaten Sumbawa karena potensi lahan untuk tanam jagung masih

sangat tinggi.

9. Kalimantan Utara mempunyai potensi investasi dalam produk beras

unggulan lokal dengan kualitas baik dan sudah di akui oleh negara

tetangga seperti Malayasia dan Brunai Darussalam. Beras tersebut

adalah beras adan, berlokasi di Kecamatan Krayan Kabupaten

Nunukan.

10. Provinsi Aceh terdapat peluang promosi investasi pada produk

tanaman pangan, yaitu Beras Sigupai berasal dari varietas padi lokal

yaitu varietas padi Sigupai. Beras Sigupai merupakan ikon Kabupaten

Aceh Barat Daya (Abdya) sehingga disebut sebagai “Bumi Breuh

Sigupai”.

11. Kabupaten Tambrauw, CV. Bintuni Agro Prima Perkasa sedang

dibangun industri pakan dengan luas lahan jagung 200 Ha.

Perusahaan tersebut sudah mengajukan HGU 20.000 ha. Pemerintah

daerah setempat sedang memprogramkan integrasi antara ternak sapi

dan jagung.

12. Potensi investasi pada pengembangan beras khusus Japonica,

tepatnya di Karawang Timur milik Bapak Osim, namun tidak

berkembang karena provitasnya hanya 2 ton/ha. Beras Ketan juga

berpotensi untuk dikembangkan, khususnya di Kecamatan Tempuran

dan Kecamatan Cimalaya Kulon. Adapun luas lahan ketan di

Kecamatan Tempuran sekitar 100 ha/tahun dengan provitas 6 – 7

ton/ha dan luas lahan ketan Kecamtan Cimalaya Kulon hanya 2 ha dan

Beras organik dikembangkan di Kecamatan Rawamerta seluas 20 ha

dan Kecamatan Pangkalan seluas 5 ha.

Page 158: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 158

13. Kabupaten Lumajang, merupakan salah satu sentra produksi

komoditas tanaman pangan di Provinsi Jawa Timur yang memiliki

potensi investasi bagi dunia usaha agribinis. Berdasarkan data dari

Dinas Pertanian hasil produksi padi, jagung dan kedelai

14. Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2014 – 2017 merupakan salah

satu percontohan Kementerian Pertanian untuk pengembangan

ketahanan pangan nasional untuk menuju swasembada pangan dan

menjadi suatu peluang promosi, pemasaran dan investasi bagi para

investor, karena pemerintah pusat telah mengembangkan luas tambah

tanam untuk komoditi padi, jagung dan kedelai di setiap tingkat

Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan dengan cara memfasilitasi

saprodi dan sarana alat pasca panen pada setiap kelompok tani

Kabupaten dan Kota.

15. Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu dari Provinsi

Sulawesi Utara yang mempunyai potensi investasi, karena penghasil

terbesar produksi jagung setiap tahun luas tanam sebesar 37.000 Ha.

Sentra Produksi Jagung di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di

6 Kecamantan. Keenam (6) daerah produksi jagung ini dapat

menghasilkan jagung sebesar 100.000 ton/ 2 kali tanam/tahun.

16. Banten merupakan wilayah yang strategis dan dapat dimanfaatkan

sebagai peluang investasi. Kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas

Pertanian dan Peternakan adalah mengarah kepada daya saing,

mandiri dan tangguh serta mampu memenuhi kebutuhan yang

berkelanjutan.

Permasalahan pada kegiatan identifikasi pelaku usaha dan promosi dan

investasi tanaman pangan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah tidak selalu mendukung kegiatan kelompok

petani/gapoktan/pelaku usaha agribinis pengembangan usaha dan

pembangunan disektor pertanian.

Page 159: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 159

2. Petani/kelompok tani/gapoktan jarang mendapatkan program bimbingan

usaha dari dinas pertanian daerah setempat, pihak perbankan dan

perusahaan BUMN, perusahaan swasta serta stakeholder yang

berkepentingan dalam pengembangan usaha agribisnis pertanian.

3. Kurangnya pemberdayaan petani dengan model tertentu sehingga

generasi muda kurang tertarik berusaha di bidang tanaman pangan.

4. Pengembangan beras tertentu kurang menarik minat petani karena tidak

adanya jaminan pasar.

5. Para petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani dan pelaku usaha

belum menjadikan kegiatan promosi merupakan hal penting/prioritas

Upaya pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota atau instansi terkait dalam pendampingan,

pengawalan dan pengawasan kepada Kelompoktani/Gapoktan/

UPJA/Lembaga Masyarakat/Pemda dan pelaku usaha.

2. Mengadakan koordinasi kepada pelaku - pelaku usaha, dinas pertanian

daerah dan stakeholder yang terkait untuk bekerjasama dalam

membenahi dan membimbing para kelompok tani, gapoktan dan pelaku

usaha kecil pedesaan untuk menngembangkan usaha petani pedesaan.

3. Pengembangan beras tertentu karena banyak Negara yang

membutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk

mengembangkan berbagai jenis beras khusus. Diharapkan adanya pilot

model dan kajian khusus terkait pengembangan beras khusus sehinga

memotivasi petani untuk menanam.

4. Fasilitasi bahan penunjang kegiatan promosi dan investasi untuk menarik

minat pengunjung atau peserta pameran berupa goody bag, seminar kit,

pin, tempelan kulkas, gantungan kunci dan lain-lain.

Page 160: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 160

E. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PENGEMBANGAN

PEMASARAN DAN INVESTASI.

Kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran dan investasi

tanaman pangan dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pemasaran dan

investasi serta mengidentifikasi setiap permasalahan sehingga dapat

dijadikan acuan dalam perencanaan program dan kegiatan pemasaran dan

investasi pada masa yang akan datang. Kegiatan pemasaran dan investasi

tanaman pangan tahun 2016 mencakup pengembangan informasi pasar

dan investasi tanaman pangan.

Pengembangan informasi pasar dilaksanakan pada 271 Kabupaten di 34

Provinsi dan investasi tanaman pangan dilaksanakan pada 34 Provinsi.

Kegiatan pengembangan informasi pasar terdiri dari pelayanan informasi

pasar dan pemantauan stok yang dilaksanakan provinsi dalam bentuk

pertemuan koordinasi petugas pelayanan informasi pasar tingkat

Provinsi/Kabupaten. Petugas pelayanan informasi pasar diharapkan

mengirimkan harga harian komoditas tanaman pangan setiap hari, data

supply demand tanaman pangan, analisa usaha tani tanaman pangan,

analisa biaya pemasaran dan data pemantauan stok. Kegiatan investasi

tanaman pangan tingkat provinsi dalam bentuk pertemuan koordinasi yang

mewadahi petani dengan pelaku usaha di bidang tanaman pangan.

Kegiatan informasi pasar yang terealisasi 27 provinsi dan kegiatan investasi

10 provinsi.

Dana dekonsentrasi pemasaran hasil dan investasi tanaman pangan tahun

2016 sebesar Rp. 11.580.120.000 dengan realisasi sebesar

Rp. 6.160.797.707 (53,20%). Optimalisasi kegiatan Pelayanan Informasi

Pasar (PIP) yang diberikan kepada 271 Kab/Kota di 34 Provinsi masih jauh

dari memuaskan. Data analisa usahatani sebesar 7,61%, data pemantauan

stok sebesar 10,14%, data supply demand dan biaya pemasaran sebesar

0,36%, namun Keaktifan petugas PIP dalam pengiriman data harian harga

tanaman pangan sebesar 99,63%,

Page 161: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 161

Monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran dan investasi tanaman pangan

dilakukan di Provinsi Banten, Kalimantan Utara, Maluku, Aceh, Papua, Jawa

Tengah, Jawa Barat, Jambi dan Kalimantan Tengah. Kegiatan monev di

daerah masih kurang efektif dalam optimalisasi PIP dan menggali potensi

tanaman pangan untuk meningkatkan nilai investasi di daerah. Diharapkan

provinsi/kabupaten berperan aktif dalam menyampaikan informasi terkait

harga tanaman pangan yang mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan

dan pengembangan kearifan lokal tanaman pangan guna meningkatkan nilai

investasi tanaman pangan.

F. KEBIJAKAN PEMASARAN TANAMAN PANGAN

Kebijakan pemasaran tanaman pangan nasional bertujuan untuk menjaga

kelangsungan produksi domestik, melindungi petani padi serta menjamin

kecukupan bagi masyarakat agar mendapatkan akses yang mudah secara

ekonomi maupun fisik secara berkelanjutan.

Komoditi tanaman pangan (padi, jagung, umbi dan aneka kacang)

merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi masyarakat

indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan, distribusi

dan stabilisasi harga menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan

pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani maupun

kepentingan konsumsi masyarakat secara umum serta menciptakan

stabilitas ekonomi nasional

Kegiatan kebijakan pemasaran tanaman pangan dilaksanakan dengan

melakukan perjalanan dinas ke lokasi-lokasi sentra pangan dan mengikuti

rapat di luar kantor, antara lain :

1. Mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Tetap

(ATAP) Tahun 2015 dan Angka Ramalan I 2016 Produksi Tanaman

Pangan di Hotel Provinsi Bali.

Page 162: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 162

2. Mengikuti acara Kunjungan Kerja Bapak Menteri Pertanian di

Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bone Bolango, Provinsi

Gorontalo

3. Kunjungan ke Provinsi Jawa Barat yang merupakan Provinsi dengan

penyumbang ekspor beras organik dan beras ketan hitam terbesar

dalam sepuluh tahun terakhir dengan kualitas beras organik dan beras

ketan hitam belum ada yang mampu menyaingi.

Beras organik berasal dari Kabupaten Tasikmalaya sedangkan beras

ketan hitam berasal dari Kabupaten Bandung. Tujuan ekspor beras

organik ke amerika, italia, belgia, malayasia dan singapura. Sedangkan

beras ketan hitam ke Singapura dan Taiwan. Privinsi Jawa Barat juga

merupakan provinsi yang mampu mengekspor ubi jepang dan ubi ungu

4. Kunjungan ke Provinsi Papua diperoleh informasi bahwa harga beras

di propinsi Papua cukup mahal, Harga beras di pasaran Rp 12.000/kg

dan di tingkat petani seharga Rp. 10.000/kg. Sentra padi terbesar di

Propinsi Papua berada di Kabupaten Merauke, Nabire, Jayapura, Kota

Jayapura dan Timika. Petani biasa menjual padi dalam bentuk beras

dikarenakan harga gabah Rp. 6.000/kg lebih murah jika dibandingkan

digiling menjadi beras.

Bulog divre Jayapura tidak dapat menyerap beras setiap bulannya

dikarenakan pada saat panen raya, petani meminta di atas HPP Bulog.

Investasi tanaman pangan yang ada Propinsi Papua adalah pabrik ubi

jalar di Kerom, Kabupaten Merauke. Investasi di Propinsi Papua sulit

dikembangkan karena masalah tanah adat.

5. Mengikuti pertemuan Evaluasi dan Implementasi Perundang-

Undangan dan Keterbukaan Informasi Publik” di Provinsi Jawa Timur

Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

mengenai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik dan pengetahuan tentang Peraturan

Page 163: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 163

Perundang-Undangan di bidang Pertanian Khususnya Tanaman

Pangan

6. Mengikuti Pameran “Gelar Pangan Nusantara Tahun 2016” di Provinsi

Kalimantan Barat.

Melalui Gelar Pangan Nusantara, diharapkan dapat mendorong upaya

penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui kearifan

lokal, kerjasama terintegrasi antara pemerintah, daerah dan

masyarakat serta kreasi masyarakat dalam menciptakan/

mengahasilkan resep berbagai jenis makanan berbasis umbi-umbian

buah-buahan.

7. Mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Ramalan II

2016 Produksi Tanaman Pangan di Yogyakarta.

8. Kunjungan ke Provinsi Kalimantan Utara dalam rangka menggali

potensi beras adan, yang merupakan produk unggulan lokal dengan

kualitas baik dan telah di akui oleh Negara-negara tetangga seperti

Malayasia dan Brunai Darussalam

Peminat beras adan sangat banyak, namun terkadang sulit terpenuhi

karena sulitnya akses transportasi. Saat ini sedang dibangun jalan

darat trass Kalimantan untuk membuka akses darat menuju

Kecamatan Krayan yang berasal dari Kabupaten Malinau. Diharapkan

pembangunan jalan tersebut selesai pada Tahun 2017, sehingga

peluang investasi akan semakin terbuka lebar.

Titik kritis pengawalan kebijakan tanaman pangan sebagai berikut:

1. Dasar hukum pelaksanaan kebijakan belum ada.

Sering ditemukan dasar hukum pelaksanaan kebijakan belum dibuat

turunannya, sehingga berpotensi menghambat realisasi pelaksanaan

kegiatan.

2. Pemahaman petugas terhadap aturan yang ada kurang.

Page 164: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 164

Rendahnya pemahaman petugas terhadap aturan-aturan kebijakan

tanaman pangan menyebabkan lambatnya realisasi pelaksanaan

kebijakan.

Analisa Resiko

1. Aturan turunan kebijakan yang belum ada menyebabkan lambatnya

realisasi pelaksanaan kebijakan di lapangan.

2. Rendahnya pemahaman petugas terhadap aturan-aturan

menyebabkan realisasi pelaksanaan kebijakan terhambat.

Upaya Pemecahan Masalah

1. Melakukan inventarisasi aturan yang belum ada turunannya dan

segera dibuat aturan tersebut.

2. Melakukan pendampingan terhadap petugas yang belum memahami

aturan dengan petugas yang sudah paham

Selama periode tahun 2016, telah disiapkan regulasi dan memberikan

rekomendasi ekspor impor, dengan rincian sebagai berikut :

a. Rekomendasi dan Realisasi Ekspor Beras Ketan dan Organik

2015 – 2016

1. Beras Ketan

2015 2016 2015 2016 2015 2016

1 SINGAPORE 344,000 432,000 306,250 99,000 89.0 22.9

2 HONG KONG 1,000 300 0.0

3 EAST TIMOR 1,675

4 TAIWAN 530

344,000 433,000 308,755 99,000 89.8 22.9

NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)

TOTAL

Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

2. Beras organik

2015 2016 2015 2016 2015 2016

1 BELGIUM 61,000 32,000 13,860 1,680 22.7 5.3

2 ITALY 40,000 39,210 33,600 3,371 84.0 8.6

3 UNITED STATES 88,000 75,000 59,005 39,520 67.1

4 SINGAPORE 46,050 30,100 1,159 0.0 3.9

5 AUSTRALIA 11,256 10,008 88.9

5 MALAYSIA 43,200

5 GERMANY 8,275

278,250 195,841 106,465 55,738 38.3 28.5

REALISASI Thd TARGET (%)NO NEGARA TUJUAN

REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg)

TOTAL

Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

Page 165: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 165

3. Beras lain-lain

2015 2016 2015 2016 2015 2016

1 GERMANY 15 20

2 MALAYSIA 41,320 21,320

3 PAPUA NEW GUINEA 640 920

4 EAST TIMOR 1,275

- - 41,975 23,535 - - TOTAL

NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)

Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

Catatan :

a. Beras-beras yang tidak ada direkomendasi tetapi ada

realisasi, kemungkinan eksportirnya belum mendapat

sosialisasi panduan ekspor. Hal tersebut sedang ditelusuri.

b. Masih rendahnya realisasi dibanding rekomendasi akan

diklarifikasi setelah mendapatkan informasi dari pihak

eksportir.

b. Impor Beras Tahun 2015 dan 2016

1. Beras Ketan

2015 2016

1 MALAYSIA 825,000 700,000

2 VIETNAM 200,000 450,000

3 THAILAND 399,999

1,424,999 1,150,000

NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)

TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

2. Beras Kukus

2015 2016

1 INDIA 50,000 162,000

2 MALAYSIA 16,769

50,000 178,769

NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)

TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

3. Beras Medium

2015 2016

1 JEPANG 80,000 115,513

2 MYANMAR 11,261,650

3 TAIWAN 148

4 THAILAND 23,479,999 458,900,000

5 VIETNAM 481,700,000 524,700,000

505,259,999 994,977,311 TOTAL

NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)

Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

Page 166: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 166

4. Beras Lain-lain

2015 2016

1 INDIA 33,238,500 26,998,119

2 PAKISTAN 180,099,500 62,689,830

3 KAMBOJA 1,000,000

4 MYANMAR 8,775,000

5 THAILAND 103,065,741 49,899,325

6 VIETNAM 27,274,195 10,157,318

353,452,936 149,744,592

NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)

TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP

Catatan :

1. Kementan tidak mengeluarkan rekomendasi impor untuk

beras ketan dan beras kukus

2. Rekomendasi impor beras medium dikeluarkan oleh Rakortas

Page 167: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 167

KEGIATAN KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN

A. Organisasi

1. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 03

Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan

pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan.

Agar pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat

operasional, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

52/Permentan/OT.040/11/2016 tanggal 2 Nopember 2016 tentang

Uraian Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV Lingkup Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan

pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar

mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,

pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta

pemasaran dan investasi tanaman pangan;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan

penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman

pangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan

pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar

mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;

IX

Page 168: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 168

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan

penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman

pangan;

f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan

standar mutu di bidang tanaman pangan; dan

g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri atas :

a. Subdirektorat Pascapanen;

b. Subdirektorat Pengolahan;

c. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu;

d. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;

e. Subbagian Tata Usaha; dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Subdirektorat sebagai berikut :

1. Subdirektorat Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

dibidang peningkatan pascapanen tanaman pangan. Dalam

melaksanakan tugas, Subdirektorat Pascapanen menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi

dan penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi

dan penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;

Page 169: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 169

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

bidang penerapan teknologi dan penyediaan sarana pascapanen

tanaman pangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan

teknologi dan penyediaan sarana pascapanen; dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

penerapan teknologi dan penyediaan sarana pascapanen

tanaman pangan.

2. Subdirektorat Pengolahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

di bidang peningkatan pengolahan hasil tanaman pangan. Dalam

melaksanakan tugas Subdirektorat Pengolahan menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi

dan penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi

dan penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

bidang penerapan teknologi dan penyediaan sarana pengolahan

tanaman pangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan

teknologi dan penyediaan sarana pengolahan tanaman pangan;

dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

penerapan teknologi dan penyediaan sarana pengolahan hasil

tanaman pangan.

3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,

bimbingan teknis dan evaluasi serta koordinasi di bidang perumusan

Page 170: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 170

dan harmonisasi standar, dan penerapan standar mutu hasil tanaman

pangan. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Standardisasi dan

Mutu menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi dan

penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan

penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

standardisasi dan penerapan standar mutu hasil tanaman

pangan;

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

standardisasi dan penerapan standar mutu hasil tanaman

pangan; dan

e. Penyiapan koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta

penerapan standar mutu di bidang tanaman pangan.

4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pemasaran hasil

dan investasi tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas

Subdirektorat Pemasaran dan Investasi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan

pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di peningkatan pemasaran

hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria di

bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi

tanaman pangan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan

pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan; dan

Page 171: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 171

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang

peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman

pangan.

5. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat

menyurat serta kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional

Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian

masing-masing dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang

ditunjuk Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,

mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan

fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pada setiap Subdirektorat, masing-masing mempunyai dua seksi yaitu :

(1) Subdirektorat Pascapanen terdiri dari :

a) Seksi Penerapan Teknologi Pascapanen

b) Seksi Sarana Pascapanen.

(2) Subdirektorat Pengolahan terdiri dari :

a) Seksi Penerapan Teknologi Pengolahan

b) Seksi Sarana Pengolahan.

(3) Subdirektorat Standardisasi dan Mutu terdiri dari :

a) Seksi Standardisasi

b) Seksi Mutu.

(4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi terdiri dari :

a) Seksi Pemasaran dan Promosi

b) Seksi Investasi.

Page 172: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 172

B. Ketatausahaan

Sebagai fungsi pelayanan, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas

melakukan pelayanan dalam bidang sebgai berikut :

1. Admistrasi Umum

a. Surat Menyurat.

Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan

diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting

dan mendesak dikirim via e-mail, faksimili, kilat khusus. Selama

tahun 2016 realisasi surat masuk sebanyak 1.653 pucuk surat

sedangkan surat keluar sebanyak 905 pucuk surat.

b. Perpustakaan.

Perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi literatur, buku

dan informasi lainnya. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan

sebagian besar berupa laporan dari Direktorat lingkup Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, sedangkan buku-buku yang berupa

literatur, Lembaran Negara dan lain-lain masih sangat kurang.

Buku/laporan pusat yang dihasilkan pada tahun 2016 sebanyak

135 buku.

2. Kepegawaian

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan didukung oleh 72

orang pegawai, yang terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala

Subdirektorat, 8 orang Kepala Seksi dan 1 orang Kepala Sub Bagian

Tata Usaha serta 58 orang Staf.

a. Komposisi Pegawai

1) Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat

a) Golongan IV/c Pembina Utama Muda : 1 orang

b) Golongan IV/b Pembina Tingkat I : 2 orang

c) Golongan IV/a Pembina : 5 orang

Page 173: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 173

d) Golongan III/d Penata Tingkat I : 13 orang

e) Golongan III/c Penata : 4 orang

f) Golongan III/b Penata Muda Tingkat I : 23 orang

g) Golongan III/a Penata Muda : 12 orang

h) Golongan II/d Pengatur Tingkat I : 3 orang

i) Golongan II/c Pengatur : 4 orang

j) Golongan II/b Pengatur Muda Tingkat I: 2 orang

k) Golongan II/a Pengatur Muda : 3 orang

Jumlah : 72 orang

2) Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

a) S2 (pasca sarjana) : 18 orang

b) S1 (sarjana) : 34 orang

c) D3 (sarjana muda) : 6 orang

d) SLTA : 13 orang

e) SD : 1 orang

3) Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

a) Laki-laki : 37 orang

b) Perempuan : 35 orang

Daftar Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan selengkapnya disajikan pada tabel lampiran

6 - 7

b. Mutasi, Pelimpahan, Pensiun, Meninggal, Kenaikan Gaji Berkala,

Kenaikan Pangkat, Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana

Karya Satya (SLKS) dan Kartu-kartu.

Selama periode Januari s/d Desember 2016 telah terjadi mutasi

alih tugas/melimpah, pensiun, meninggal dan promosi,

penyematan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan

Page 174: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 174

pembuatan kartu-kartu dengan rincian sebagai berikut :

1) Mutasi :

Pegawai yang mutasi, alih tugas ke unit kerja lain sebanyak

6 orang yaitu :

a) Jane Caroline, S.P.,M.M. mutasi pindah ke STTP

Bogor, Jawa Barat.

b) Nitam Kasim, A.Md., mutasi pindah ke UPT Provinsi

Gorontalo.

c) Ariyati, mutasi pindah ke Direktorat Aneka Kacang dan

Umbi.

d) Amirruddin, S.P.,M.P. mutasi pindah ke Sekretariat

Ditjen TP.

e) Ratna Dwi Astuti, S.P., mutasi pindah ke Sekretariat

Ditjen TP.

f) Ir. Setya Prakosa, M.M. mutasi pindah ke Sekretariat

Ditjen TP.

Pelimpahan pegawai dari Bagian Perencanaan Sekretariat

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ke Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

sebanyak 2 orang yaitu :

a) Batara Siagian, S.P.,M.AB, sebagai Kasubdit

Stadardisasi dan Mutu.

b) Tias Atika Rachmawati, S.E. Staf Sub Bagian Tata

Usaha.

Pegawai yang pensiun sebanyak 1 orang dan meninggal 2

orang yaitu :

a) Ir. Bambang Jaya, M.Eng. pensiun terhitung mulai

tanggal 1 Juni 2016

b) Suparmo, meninggal tanggal 2 Maret 2016.

Page 175: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 175

c) Ir. Dian Handayani, M.Si. meninggal tanggal 2 April

2016.

Pegawai yang promosi sebanyak 3 orang, yaitu :

a) Ir. Bambang Kuncoro, M.M. sebagai Kasubdit

Pengolahan.

b) Nurihyatun Sardjono, S.P.,M.P. sebagai Kasi Sarana

Pascapanen.

c) Maretsum Simanullang, S.P.,M.Si. sebagai Kasubag

Layanan Rekomendasi pada Bagian Evaluasi dan

Layanan Rekomendasi, Sekretariat Ditjen Tanaman

Pangan.

2) Kenaikan Gaji Berkala.

Selama tahun 2016 (Januari s/d Desember 2016) kenaikan

gaji berkala sebanyak 31 (Tiga puluh satu) orang. Surat

Keputusan sudah terbit 100%.

3) Kenaikan pangkat.

Pada tahun 2016 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 5

(Lima) orang, terdiri dari :

a) Periode April 2015 : 4 orang

b) Periode Oktober 2015 : 1 orang

Surat Keputusan sudah terbit 100%

4) Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS)

Sampai dengan tahun 2016 telah diberikan tanda

kehormatan Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai

yang berhak dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun : 3 orang

b) Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 7 orang

c) Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 14 orang

Page 176: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 176

5) Kartu-kartu

Selama tahun 2016 (Januari s/d Desember 2016)

pengurusan Kartu Pegawai (Karpeg / Karsu / Karis, Taspen,

Askes (BPJS), KORPRI dan NPWP) selengkapnya disajikan

pada tabel berikut:

Tabel 19 : Kartu Pegawai Tahun 2016

Jenis Sedang

Kartu Proses

1 Karpeg 68 - 4 CPNS

2 Karis/Karsu 67 - 5 Belum berkeluarga

3 Askes 72 - -

4 Taspen 68 - 4 CPNS

5 KORPRI 72 - -

6 NPWP 72 - -

No KeteranganBelumSelesai

c. Rumah Tangga dan Perlengkapan

Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan melaksanakan tugas-

tugas pokok antara lain penyediaan Alat Tulis Kantor, Blangko-

blangko/Kop Surat, kebersihan/pemeliharaan gedung/halaman

kantor, pemeliharaan kendaraan dinas, pemeliharaan dan

inventarisasi barang milik Negara, keamanan kantor, serta

melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan. Kegiatan yang

dilaksanakan sebagai berikut :

1) Membukukan barang-barang inventaris dari hasil

pengadaan barang tahun 2016 sebagai berikut :

a) Pengadaan Perangkat Pengolahan Data dan

Komunikasi seperti

PC Flat All in One 9 unit, PC Flat All in one (subdit

pascapanen) 2 unit, Ms. Office 5 unit (Subdit Padi),

Laptop 12 unit, Printer Laserjet 10 unit, Printer

Multifungsi 6 unit, Modem 7 unit, Kamera DSLR (subdit

pasinves) 1 unit, Recorder (subdit pasinves) 1 unit.

Page 177: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 177

b) Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

seperti Meja Kantor 10 unit, Kursi Kerja 10 unit, lemari

arsip 10 unit, MIC Delegate 5 unit, Whiteboard 1 unit,

Televisi LED 1 unit, Mesin penghitung uang 1 unit, AC

3 unit, Dispenser 3 unit, Kursi ruang Direktur 1 unit dan

mesin fotocopy 2 unit.

2) Melakukan opname fisik barang inventaris, baik barang

yang bergerak (kendaraan dinas) maupun yang tidak

bergerak (meja, kursi, lemari, komputer, printer, laptop,

desktop PC, notebook, AC, camera DSLR, handycam,

camera digital, televisi LCD, mic delegate, mesin potong

rumput dan mesin penghancur kertas) dan membuat data

inventaris barang tahun 2016.

3) Pemeliharaan Gedung / Halaman Kantor

a) Telah dilakukan pemeliharaan perbaikan/rehab gedung

kantor, meliputi ruang kerja Direktur, toilet, pengecatan

dinding ruang kerja, pemasangan paving block

halaman dan pengecatan trotoar.

b) Telah dilakukan peningkatan penerangan halaman

gedung kantor dengan menambah dan mengganti

lampu penerangan halaman dan gedung kantor.

c) Setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan penataan

lingkungan dengan melakukan pemangkasan tanaman

pagar dan rumput halaman.

d) Telah dilakukan pemeliharaan instalasi listrik, air dan

pengadaan sarana sound system ruang rapat sarana

jaringan internet WIFI.

4) Pelaksanaa keamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8)

orang tenaga Satpam dengan sistim ship secara bergilir

Page 178: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 178

setiap hari 2 orang, 1 hari jaga malam 1 hari jaga siang dan

1 hari libur.

Fasilitas perlengkapan kantor/barang inventaris kantor sampai

dengan tahun 2016 yang dimiliki Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, selengkapanya dapat dilihat

pada Tabel Lampiran 8.

C. Keuangan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, menuntut adanya perubahan Manajemen Keuangan Negara.

Perubahan tersebut diantaranya berupa pendekatan baru dalam sistem

penganggaran yaitu sistem anggaran terpadu Berbasis Kinerja dalam

kerangka Pembangunan Jangka Menengah. Anggaran terpadu artinya

anggaran rutin dan anggaran pembangunan dipadukan sebagai satu

kesatuan.

Anggaran berbasis kinerja berarti kegiatan tidak lagi berdasarkan pada input,

tetapi berorientasi pada output dan outcome. Anggaran dalam kerangka

jangka menengah berarti penganggaran pada tahun sekarang

memperhatikan realisasi tahun-tahun sebelumnya dan kebutuhan anggaran

tahun mendatang. Perubahan ini mencakup perubahan mendasar dalam

proses perencanaan, penyusunan anggaran, pengelolaan maupun

pelaporannya sebagai penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan,

aset, utang dan ekuitas dana dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan negara secara transparan dan akuntable.

Sejak tahun 2005 penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara telah menggunakan sistim anggaran belanja terpadu atau

Unified Budget yang pelaksanaannya dikelola oleh Satuan Kerja di Unit

Eselon I atau Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dalam hal ini dilaksanakan Direktur

Jenderal Tanaman Pangan, yang telah ditetapkan dengan Keputusan

Page 179: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 179

Menteri Pertanian Nomor : 49/Kpts/OT.160/I/2015 tentang Perubahan Kedua

atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 5171/Kpts/KU.410/12/2013

tanggal 10 Desember 2013 tentang Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan

Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun

Anggaran 2016 sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara

Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan Lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016.

Urusan keuangan pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan di dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal ini selaku atas nama Kuasa Pengguna

Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang ditetapkan dengan

Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna

Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/1/2016, tanggal 4 Januari 2016 tentang

Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Penandatanganan

Surat Perintah Membayar Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan.

Sesuai penetapan KPA, sebagai pembantu PPK telah ditetapkan

Petugas/Staf Pengelola Keuangan, yang terdiri dari Pemegang Uang Muka

(PUM) selaku Pembantu Bendahara Pengeluaran, Petugas Verifikasi

Dokumen Tagihan dan Petugas Pengelola Belanja Pegawai (Pembuat Daftar

Gaji) serta Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Panitia/Pejabat Penerima

Hasil Pekerjaan/Pengurus Barang. Satuan Kerja Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016, guna untuk kelancaran

pelaksanaan kegiatan di tingkat PPK dalam proses penyelesaian

administrasi pertanggungjawaban.

Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan tahun 2016, sesuai Revisi DIPA tanggal 24 November 2016

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

mendapatkan alokasi anggaran APBN sebesar Rp.1.936.150.288.000,- yang

terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp.105.557.532.000,- Dekonsentrasi

sebesar Rp 34.953.620.000.,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar

Rp.1.795.639.136.000,-. Realisasi keuangan Direktorat Pengolahan dan

Page 180: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 180

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan hingga Bulan Desember tahun 2016

sebesar Rp.1.733.078.059.778,- (99,57%), selengkapnya disajikan pada

tabel berikut :

Tabel 20 : Realisasi Anggaran Dit.PPHTP Tahun Anggaran 2016.

Pagu Realisasi

(Rp) (Rp)

1 Pusat 105,557,532,000 57,707,601,000 47,849,931,000 47,639,262,919 45.13 99.56

2 Dekonsentrasi (Provinsi) 34,953,620,000 13,447,063,000 21,506,557,000 20,735,106,111 59.32 96.41

3 Tugas Pembantuan (Provinsi) 1,795,639,136,000 124,361,184,000 1,671,277,952,000 1,664,703,690,748 92.71 99.61

1,936,150,288,000 195,515,848,000 1,740,634,440,000 1,733,078,059,778 89.51 99.57

% setelah

SBNo Satuan Kerja

Jumlah

Self BlockingPagu setelah

Self Blocking

% terhadap

pagu awal

Ket : Realisasi s/d 31 Desember 2016

Anggaran Pusat sebesar Rp. 105.557.532.000,- dari anggaran tersebut

terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan Self Blocking/Penghematan/

pemotongan sebesar Rp.57.707.601.000,- sehingga alokasi anggaran yang

dapat digunakan menjadi sebesar Rp.47.849.931.000,-. Rincian alokasi

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 21: Jumlah Anggaran per Kegiatan atau per MAK Dit PPHTP.

Tahun 2016

(Rp) (Rp) (Rp)

1 2 3 4 5 6

5885 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 105,557,532,000 100.00 57,707,601,000 47,849,931,000 100.00

5885.051.053 Penyaluran Alsintan Pascapanen 88,399,890,000 83.75 51,645,185,000 36,754,705,000 76.81

5885.505.051 Pengamanan Susut Hasil Produksi Tanaman Pangan 2,126,627,000 2.01 524,895,000 1,601,732,000 3.35

5885.505.052 Peningkatkan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 3,820,000,000 3.62 1,681,629,000 2,138,371,000 4.47

5885.505.053 Pengembangan Standardisasi Dan Mutu 1,882,706,000 1.78 594,691,000 1,288,015,000 2.69

5885.505.054 Pengembangan Pemasaran Hasil Dan Investasi 4,469,200,000 4.23 1,973,585,000 2,495,615,000 5.22

5885.505.055 Ketatausahaan dan Kepegawaian 396,570,000 0.38 41,801,000 354,769,000 0.74

5885.505.056 Perencanaan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil TP 2,054,444,000 1.95 564,484,000 1,489,960,000 3.11

5885.505.057 Pelaporan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 1,428,245,000 1.35 590,265,000 837,980,000 1.75

5885.996.051 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 709,400,000 0.67 74,393,000 635,007,000 1.33

5885.997.051 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran 270,450,000 0.26 16,673,000 253,777,000 0.53

JUMLAH ANGGARAN

SETELAH SELF

BLOCKING/

PENGHEMATAN/

PEMOTONGAN

%

JUMLAH

ANGGARAN

(PAGU)

% SELF BLOCKING KODE URAIAN KEGIATAN/SUB KEGIATAN/AKUN

Page 181: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 181

Sedangkan berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran sebagaimana pada

Tabel dibawah ini :

Tabel 22 : Jumlah Anggran Per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2016

1. Belanja bahan 1,592,020,000 1.51 583,345,000 1.01 1,008,675,000 2.11

2. Belanja barang persediaan 220,500,000 0.21 13,197,000 0.02 207,303,000 0.43

3. Belanja Perjalanan dinas 13,449,312,000 12.74 4,842,663,000 8.39 8,606,649,000 17.99

4. Belanja jasa profesional lainnya 945,800,000 0.90 505,750,000 0.88 440,050,000 0.92

5. Belanja jasa lainnya 521,000,000 0.49 120,275,000 0.21 400,725,000 0.84

6. Belanja Pengiriman Surat 12,200,000 0.01 3,400,000 0.01 8,800,000 0.02

7. Belanja honor kegiatan 143,350,000 0.14 33,600,000 0.06 109,750,000 0.23

8. Belanja jasa sew a 127,700,000 0.12 28,120,000 0.05 99,580,000 0.21

9. Belanja jasa konsultansi 200,000,000 0.19 - 200,000,000 0.42

10 Belanja modal peralatan dan mesin 898,850,000 0.85 91,066,000 0.16 807,784,000 1.69

11. Belanja barang untuk diserahkan

kepada masyratakat/pemda

87,446,800,000 82.84 51,486,185,000 89.22 35,960,615,000 75.15

105,557,532,000 100.00 57,707,601,000 100.00 47,849,931,000 100.00

Slef Blocking/

Penghematan/

Pemotongan

No. Jenis Belanja % %Anggaran Yang

Bisa Digunakan

Jumlah

Anggaran

(Rp)

J U M L A H

%

1. Realisasi Fisik.

Realisasi fisik kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan sampai bulan Desember 2016 telah mencapai

100%. Realisasi fisik tersebut dihitung berdasarkan bobot pekerjaan

dan pencapaian penyelesaian pekerjaan, yaitu seberapa jauh

pekerjaan tersebut dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai.

Walaupun di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kegiatan yang

tidak dapat dilaksanakan karena hambatan teknis dan waktu

pelaksanaan kegiatan yang tidak memungkinkan untuk di realisasikan.

2. Realisasi Anggaran.

Dari jumlah anggaran sebesar Rp.105.557.532.000,- (Seratus lima

milyar lima ratus lima puluh tujuh juta lima ratus tiga puluh dua ribu

rupiah), terdapat pengurangan anggaran (self blocking/penghematan/

pemotongan) sebesar Rp. 57.707.601.000. (54,67%), sehingga

anggaran yang dapat digunakan sebesar Rp.47.849.931.000

(45,33%). Realisasi keuangan hingga Bulan Desember tahun 2016

sebesar Rp. 47.639.262.919,- (99,56%), sisa anggaran/sisa mati

sebesar Rp. 210.668.081,- (0,44%). Realisasi anggaran per sub

Page 182: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 182

kegiatan atau per MAK dan Realisasi anggaran per jenis/pengeluaran

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 23 : Realisasi Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Tahun 2016

REALISASI

ANGGARAN

(Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

5885Pengolahan dan Pemasaran Hail

Tanaman Pangan 105,557,532,000 57,707,601,000 47,849,931,000 47,639,262,919 99.56 210,668,081

5885.051.053 Penyaluran Alsintan Pascapanen 88,399,890,000 51,645,185,000 36,754,705,000 36,745,314,086 99.97 9,390,914

5885.505.051Pengamanan Susut Hasil Produksi

Tanaman Pangan2,126,627,000 524,895,000 1,601,732,000 1,592,423,180 99.42 9,308,820

5885.505.052Peningkatkan Pengolahan Hasil

Tanaman Pangan 3,820,000,000 1,681,629,000 2,138,371,000 2,104,255,253 98.40 34,115,747

5885.505.053 Pengembangan Standardisasi dan Mutu 1,882,706,000 594,691,000 1,288,015,000 1,278,323,247 99.25 9,691,753

5885.505.054Pengembangan Pemasaran Hasil dan

Investasi 4,469,200,000 1,973,585,000 2,495,615,000 2,422,336,033 97.06 73,278,967

5885.505.055 Ketatausahaan dan Kepegawaian 396,570,000 41,801,000 354,769,000 351,359,810 99.04 3,409,190

5885.505.056Perencanaan Direktorat Pengolahan

dan Pemasaran Hasil TP 2,054,444,000 564,484,000 1,489,960,000 1,459,741,530 97.97 30,218,470

5885.505.057Pelaporan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil TP 1,428,245,000 590,265,000 837,980,000 798,234,940 95.26 39,745,060

5885.996.051Perangkat Pengolah Data dan

Komunikasi 709,400,000 74,393,000 635,007,000 633,505,650 99.76 1,501,350

5885.997.051 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran 270,450,000 16,673,000 253,777,000 253,769,190 100.00 7,810

SISA

ANGGARAN %

JUMLAH

ANGGARAN (PAGU) KODEURAIAN KEGIATAN/SUB

KEGIATAN/AKUN

SELF BLOCKING/

PENGHEMATAN/

PEMOTONGAN

ANGGARAN YANG

DAPAT

DIGUNAKAN

Tabel 24 : Realisasi Anggaran per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2016

(Rp). (Rp). (Rp). (Rp).

1. Belanja bahan 1,592,020,000 1,008,675,000 2.11 891,862,190 88.42 116,812,810 11.58

2. Belanja barang

persediaan220,500,000 207,303,000 0.43 203,848,600 98.33 3,454,400 1.67

3. Belanja Perjalanan dinas 13,449,312,000 8,606,649,000 17.99 8,595,912,474 99.88 10,736,526 0.12

4.Belanja jasa profesional

lainnya 945,800,000 440,050,000

0.92 419,000,000

95.22 21,050,000

4.78

5. Belanja jasa lainnya 521,000,000 400,725,000 0.84 373,501,465 93.21 27,223,535 6.79

6. Belanja Pengiriman Surat 12,200,000 8,800,000 0.02 3,591,500 40.81 5,208,500 59.19

7. Belanja honor kegiatan 143,350,000 109,750,000 0.23 100,450,000 91.53 9,300,000 8.47

8. Belanja jasa sewa 127,700,000 99,580,000 0.21 89,150,000 89.53 10,430,000 10.47

9. Belanja jasa konsultansi 200,000,000 200,000,000 0.42 193,836,500 96.92 6,163,500 3.08

10Belanja modal peralatan

dan mesin

898,850,000 807,784,000 1.69 807,495,190 99.96 288,810 0.04

11.Belanja barang untuk

diserahkan kepada

87,446,800,000 35,960,615,000 75.15 35,960,615,000 100.00 -

105,557,532,000 47,849,931,000 100.00 47,639,262,919 99.56 210,668,081 0.44

%%

J U M L A H

Pagu Setelah Self

Blocking/

Penghematan/

Pemotongan

%Pagu AwalRealisasi

Anggaran

Sisa

AnggaranJenis BelanjaNo.

Page 183: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 183

Sebagai gambaran dari realisasi per bulan secara komulatif di

bandingkan dengan target dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 25 : Target dan Realisasi Anggaran per Bulan Secara Komulatif.

(Rp.) (Rp.) (Rp.)

1. Januari 100,000,000 0.09 100,000,000 0.21 0 -

2. Pebruari 130,000,000 0.12 130,000,000 0.27 0 -

3. Maret 2,120,720,000 2.01 2,120,720,000 4.43 2,182,606,160 4.56

4. April 8,240,000,000 7.81 8,240,000,000 17.22 8,235,519,386 17.21

5. Mei 5,020,000,000 4.76 5,020,000,000 10.49 5,017,164,810 10.49

6. Juni 10,065,000,000 9.54 10,065,000,000 21.03 10,063,082,291 21.03

7. Juli 2,565,000,000 2.43 2,565,000,000 5.36 2,560,822,274 5.35

8. Agustus 1,730,000,000 1.64 1,730,000,000 3.62 1,728,907,630 3.61

9. September 2,350,000,000 2.23 2,350,000,000 4.91 2,337,509,984 4.89

10. Oktober 6,790,000,000 6.43 6,790,000,000 14.19 6,787,842,991 14.19

11. Nopember 42,985,654,000 40.72 8,150,000,000 17.03 8,136,221,103 17.00

12 Desember 23,461,158,000 22.23 589,211,000 1.23 589,586,290 1.23

105,557,532,000 100.00 47,849,931,000 100.00 47,639,262,919 99.56

Target ROK Setelah

Self Blocking/

Penghematan/

Pemotongan

JUMLAH

No. Bulan % % % Realisasi Target ROK

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa belum adanya realisasi

pada bulan Januari dan Februari 2016 disebabkan karena adanya

perubahan Mata Anggaran Kegiatan (MAK) dari 1765 Direktorat

Pascapanen mejadi Mata Anggaran Kegiatan (MAK) 5885 Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sehingga

menyebabkan kegiatan di bulan tersebut belum dapat direalisasikan.

Sedangkan pencapaian realisasi sampai dengan bulan Desember

2016 setelah dilakukan Self blocking/penghematan/pemotongan

anggaran secara keseluruhan tidak sesuai target 100 % karena

adanya sisa mati dari kegiatan, dan adanya kegiatan Pengadaan

Sarana Pascapanen Tanaman Pangan TA 2016 yang pembayaran

dilakukan pada TA 2017 (Tunggak Bayar) sebesar

Rp.27.275.205.000,-.

Page 184: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 184

PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN

A. Permasalahan

Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, meliputi

aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara

lain :

1) Aspek Administrasi

a) SK CPCL belum siap atau seringkali berubah pada saat barang

akan dikirimkan ke titik bagi.

b) Penentuan dan penetapan calon penerima/calon lokasi (CP/CL)

Gapoktan/kelompok tani penerima/pengelola bantuan peralatan

masih kurang cermat. Sehingga Gapoktan/kelompok terpilih

kurang memenuhi persyaratan atau belum siap menjalankan

usaha pengolahan yang disebabkan kurangnya kemampuan

manajerial dan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) dalam

pengelolaan usaha pengolahan.

c) Setelah DIPA Revisi 4 turun, terkait informasi adanya

penghematan anggaran maka sebagian besar daerah menunda

proses pengadaan bantuan sarana pascapanen APBN-P.

Provinsi yang telah terlanjur melaksanakan kegiatan APBN-P

2016 yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan

Bengkulu.

d) Sebagian sarana Pascapanen masih import sehingga butuh

waktu dalam penyediaannya (corn combine harvester & combine

harvester kecil).

e) Produsen sarana pascapanen sebagian produsen

kecil/menengah, sehingga pembelian melalui pesanan/perlu

dirakit dulu.

X

II

VIII

Page 185: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 185

f) Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai

lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis).

g) Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%)

karena proses pencairan lebih lama dalam penyiapan dokumen.

Produsen lebih memilih percepatan distribusi barang secara

langsung.

h) Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D

memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi

secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.

i) Penyelesaian doksistu dan dokumen penunjang lainnya masih

sulit diselesaikan poktan.

j) Penyelesaian doksistu untuk pengajuan registrasi PSAT

terhambat.

2) Aspek Teknis

a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal

dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan

belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya

dana sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan

provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh.

b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai

ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari

banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.

c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen

yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan

memiliki test report.

d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang

di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin

mengalami kerusakan.

Page 186: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 186

e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan

bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.

f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas

lapang

g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim

data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan

keterlambatan dalam merekap data.

h) Sosialisasi tentang pertanian organik masih belum diketahui

secara detail/meluas terutama mengenai pentingnya sertifikasi

mutu untuk jaminan keamanan pangan.

i) Jaringan internet lemah di beberapa daerah sehingga

menghambat proses input data harga harian.

j) Data harga harian komoditas tanaman pangan dari beberapa

kabupaten masih kosong, kurang lebih 4%.

k) Musim panen tidak setiap bulan, sehingga tidak dapat dilakukan

pengukuran stock komoditas tanaman pangan.

l) Petani/Produsen belum memiliki produk yang bermutu sesuai

dengan permintaan calon pembeli atau konsumen.

3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan

a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani

seleksi CPCL.

b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum

memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan

pendampingan dari petugas Kabupaten

c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan

CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD

d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani

program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja

satker.

Page 187: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 187

e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan

pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara

f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker)

dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada

satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan

kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP.

g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah

Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan

pascapanen tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari

dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat.

h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga

pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana

pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional

dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.

j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki

sarana pascapanen yang rusak.

k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan

sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat

proses penanganan pascapanen.

l) Terbatasnya petugas dinas propinsi dan kabupaten/kota yang

menguasai pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dan

terbatasnya sumberdaya manusia pengelola unit usaha dalam

Gapoktan/kelompok yang menguasai teknologi dan pemasaran

produk olahan.

m) Kemampuan pelaku usaha pengolah masih belum optimal dalam

penguasaan teknologi pengolahan, mutu produk dan aspek

higienis dan sanitari.

n) Perubahan struktur organisasi daerah mempengaruhi beban kerja

petugas PIP.

Page 188: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 188

o) Keterbatasan jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten yang

kompeten dalam pemanfaatan aplikasi input data harga harian.

B. Upaya Pemecahan

1) Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon,

SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam

rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti

kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2) Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin

serta mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang

sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.

3) Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan

menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang

identifikasi CPCL.

4) Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan

administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta

harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan

terselenggara tepat waktu.

5) Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan

menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan

pelaksana kegiatan.

6) Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal

tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan

dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk

proses lelang ulang.

7) Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana

pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang

terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen

tanaman pangan Tahun 2015.

Page 189: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 189

8) Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau

minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di

15 provinsi.

9) Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan

penanganan pascapanen tanaman pangan.

10) Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang

tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.

11) Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu

difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut

dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau

mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk

mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian

alsin tersebut.

12) Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke

tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.

a) Telah dilakukan pengawalan baik melalui surat maupun langsung

ke lapangan:

(1) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Seluruh Indonesia Nomor 135/PI/010/C6.02/02/2016 tgl 29

Februari 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan;

(2) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang

Membidangi Tanaman Pangan Nomor 219/RC.110/C6.01/

04/2016 tgl 4 April 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan

Kegiatan;

(3) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang

Membidangi Tanaman Pangan Nomor 338/RC.120/C6.01/

05/2016 tgl 9 Mei 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan

Kegiatan;

Page 190: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 190

(4) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang

Membidangi Tanaman Pangan Nomor 420/RC.110/C6.02/

06/2016 tgl 7 Juni 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan

Kegiatan.

b) Monitoring bantuan di wilayah binaan setiap minggu dan

dilaporkan ke Bagian Keuangan dan Perlengkapan, Setditjen TP

c) Kunjungan langsung ke lapangan dan mendorong penyelesaian

CPCL

d) Pada saat Rakor Percepatan Pelaksanaan Kegiatan di Jakarta

telah disampaikan ke daerah untuk segera melakukan

percepatan.

e) Mengawal ke LKPP untuk penayangan semua jenis sarana (Surat

ke Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP Nomor

208/PL.010/C6.01/03/2016 tgl 20 Maret 2016 Tentang

Percepatan Pengadaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan

Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016)

13) Penetapan calon penerima/calon lokasi harus atau tempat proses

pengolahan dilakukan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.

14) Petugas baik dari dinas provinsi dan kabupaten harus menguasai

pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dengan diberikannya

pelatihan tentang cara pengolahan hasil yang baik.

15) Poktan/Gapoktan perlu mendapat pelatihan tentang cara pengolahan

hasil tanaman pangan yang baik (GMP).

16) Melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

SDM baik dalam penerapan teknologi pengolahan maupun manajemen

usaha, sosialisasi dan bimbingan kepada pengelola unit pengolahan

hasil pertanian tentang standar mutu produk olahan yang dibutuhkan

pasar, dan peningkatan aksesbilitas SDM pengolahan

17) Membantu ketersediaan pasar untuk poktan/gapoktan

Page 191: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 191

18) Melakukan pendampingan dalam penyusunan doksistu agar

pengajuan ke LSO tidak terlambat.

19) Melakukan sosialisasi tentang pertanian organik kepada pelaku usaha

organik dan masyarakat luas.

20) Dinas perlu melakukan pendataan terkait poktan/gapoktan yang sudah

menerapkan sistem pertanian organik agar segera bisa disertifikasi.

21) Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan mutu

hasil produksi tanaman pangan

22) Petugas Kabupaten/Kota melaporkan harga data harian melalui sms

ke petugas PIP pusat untuk diinput secara langsung.

23) Melakukan komunikasi secara intensif kepada petugas Pembina

Provinsi dan petugas PIP bersangkutan terkait informasi harga

komoditas tanaman pangan.

24) Pengukuran stock dilakukan di rumah tangga petani dan penggilingan

dengan mengupdate data dari bulan sebelumnya.

25) Melakukan pendampingan terutama memberikan informasi terkait

produk yang diperlukan calon pembeli dan konsumen dan peluang

investasi dari perusahaan swasta atau kemitraan dengan BUMN.

26) Menerbitkan SK bagi petugas PIP.

27) Menambah jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Page 192: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 192

PENUTUP

Keberhasilan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan TA.2016 sangat ditentukan oleh kesiapan, koordinasi dan kerjasama antara

pemerintah Pusat dan Daerah dengan melibatkan stakeholder terkait.

Pelaksanaan yang baik dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman

Pangan sangat mendukung pada pelaksanaan kegiatan teknis Lingkup Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan. Namun demikian, dalam pelaksanaan masih ditemukan

beberapa kelemahan seperti beberapa sarana lambat tayang di LKPP, seringnya

terjadi perubahan/pergeseran anggaran, ketidakpastian self blocking baik di Pusat

maupun di daerah, ataupun permasalahan lain yang berada diluar kewenangan.

Semua kendala/permasalahan tersebut, akan dijadikan input untuk perbaikan

kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di tahun

berikutnya.

XI

II

VIII

Page 193: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 193

Bagan 1 : Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Page 194: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 194

Page 195: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 195

Lampiran 1 : Renacan Alokasi Dukungan Sarana Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan Tahun 2017

Page 196: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 196

COMBINE

HARVESTER KECIL

COMBINE

HARVESTER

SEDANG

COMBINE

HARVESTER

BESAR

VERTIKAL DRYER

PADI + BANGUNAN

KAP 6 TON/PROSES

RMU BERAS

ORGANIK

RMU DAERAH

PERBATASAN

SARANA PENANGANAN

DAN PENGOLAHAN BERAS

BERMUTU (PACKING DAN

GRADING)

CORN COMBINE

HARVESTER

CORN

SHELLER

POWER

THRESHER

MULTIGUNA

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit

DITJEN TP 610 672 2,702 2 1 20 6 100 1,506 605 6,224

I. PUSAT 110 1,300 100 200 200 1,910

II. PROVINSI (DEKON) 500 672 1,402 2 1 20 6 - 1,306 405 4,314

1 ACEH - - 58 - - 2 - - 15 6 81

2 SUMUT - 9 57 - - - - - 86 - 152

3 SUMBAR 13 - 1 - - - - - 46 - 60

4 RIAU 18 9 20 - - 2 - - - - 49

5 JAMBI - 18 19 - - - - - 30 - 67

6 SUMSEL - 10 206 - - - 1 - 120 - 337

7 BENGKULU 21 - - - - - - - 35 - 56

8 LAMPUNG - 36 125 - - - - - 52 - 213

9 DKI JAKARTA -

10 JABAR 57 51 6 2 1 1 94 78 290

11 JATENG 86 107 14 1 119 90 417

12 DI YOGYAKARTA 32 45 40 117

13 JATIM 118 123 20 1 231 73 566

14 KALBAR 35 33 8 5 43 10 134

15 KALTENG 21 29 5 17 72

16 KALSEL 14 32 28 26 100

17 KALTIM 25 21 19 20 8 93

18 SULUT 42 1 43

19 SULTENG 10 126 1 137

20 SULSEL 16 252 1 103 20 392

21 SULTRA 10 50 60

22 BALI 16 4 46 38 104

23 NTB 10 104 59 173

24 NTT 10 1 11

25 MALUKU 15 27 2 20 64

26 PAPUA 41 24 2 67

27 MALUT 15 35 2 52

28 BANTEN 18 22 12 22 18 92

29 BABEL 24 24

30 GORONTALO 7 41 40 88

31 KEPRI 1 1

32 PAPUA BARAT 16 25 20 1 62

33 SULBAR 19 73 24 116

34 KALTARA 10 1 13 24

NO. PROVINSI & KABUPATEN/

KOTA

SARANA PASCAPANEN

TOTAL

SARANA

Lampiran 2 : Rencana Alokasi Dukungan Standardisasi dan Mutu Tahun 2017

Page 197: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 197

Unit Unit Unit Unit Unit Unit

DITJEN TP 30 6 80 100 14 230

I. PUSAT

II. PROVINSI (DEKON) 30 6 80 100 14 230

1 ACEH - - 2 - - 2

2 SUMUT 1 4 10 15

3 SUMBAR 2 - 4 - - 6

4 RIAU - - 2 - - 2

5 JAMBI - - 2 - - 2

6 SUMSEL 2 1 2 - - 5

7 BENGKULU - - 2 2

8 LAMPUNG 1 - 3 - - 4

9 DKI JAKARTA -

10 JABAR 7 1 4 20 4 36

11 JATENG 3 1 3 20 4 31

12 DI YOGYAKARTA 1 4 5

13 JATIM 2 1 4 10 4 21

14 KALBAR 1 4 10 15

15 KALTENG 2 2

16 KALSEL 1 2 3

17 KALTIM

18 SULUT 1 2 3

19 SULTENG 1 2 3

20 SULSEL 1 1 5 10 17

21 SULTRA 2 2

22 BALI 2 4 6

23 NTB 2 2

24 NTT 2 4 10 16

25 MALUKU -

26 PAPUA -

27 MALUT 2 2

28 BANTEN 1 4 2 7

29 BABEL -

30 GORONTALO 1 3 10 14

31 KEPRI -

32 PAPUA BARAT 2 2

33 SULBAR 2 2

34 KALTARA 1 2 3

UJI

KEDELAI

TOTAL FISIK

STANMUT

SERTIFIKASI

ORGANIK PENERAPAN SNI

UJI MUTU BERAS NON

ORGANIK

UJI

JAGUNG

PAKAN NO. PROVINSI & KABUPATEN/

KOTA

Lampiran 3 : Renacana Alokasi dukungan pemasaran dan pengolahan tahun 2017

Page 198: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 198

1 ACEH 9 2 36,000 -

2 SUMUT 13 3 52,500 - 12,500

3 SUMBAR 10 2 35,000 12,500

4 RIAU - - - -

5 JAMBI - - - -

6 SUMSEL 9 4 70,000 1 34,000

7 BENGKULU - - - -

8 LAMPUNG 9 3 52,500 1 30,500 12,500

9 DKI - - - -

10 JABAR 18 10 175,000 1 31,000 15,500

11 JATENG 27 10 175,000 - 15,500

12 DIY 4 - - -

13 JATIM 28 12 210,000 1 32,900 19,700

14 KALBAR 8 1 17,500 1 36,800 19,700

15 KALTENG 4 - - -

16 KALSEL 8 2 35,000 - 18,500

17 KALTIM - - - -

18 SULUT 4 - - -

19 SULTENG 6 1 17,500 -

20 SULSEL 18 5 87,500 1 28,000 12,500

21 SULTRA - - - -

22 BALI - - - -

23 NTB 7 2 35,000 1 40,000

24 NTT 6 1 17,500 -

25 MALUKU - - - -

26 PAPUA - - - -

27 MALUT - - - -

28 BANTEN 4 2 35,000 - 15,500

29 BABEL - - - -

30 GORONTALO 4 - - 1 28,000

31 KEP RIAU - - -

32 PAPUA BARAT - - - -

33 SULBAR 4 - - -

34 KALTRA - - - 1 42,000

200 60 1,051,000 9 303,200 154,400

Pengawalan

Pengembangan

potensi Ekspor

Pemantauan

Stok

Pengawalan

Pengembangan

potensi Ekspor

TOTAL

Pemantauan

Stok

Koordinasi

Pelaku Usaha

Pengumpul

Jagung dan

Usaha Pakan

Pengembangan

Informasi Pasar

(PIP) Kabupaten

No. PROVINSI

Page 199: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 199

Lampiran 4 : Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan

Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Pusat Tahun 2016

Nilai BASTB (unit)

26,530 26,991 1,857,408,351,000 1,785,208,688,835 26,530 1,689,523,138,925

A. 564 646 87,443,500,000 63,235,770,000 564 35,960,615,000

1 Combine Harvester Kecil 355 355 42,138,500,000 41,272,290,000 355 35,960,615,000

2 Combine Harvester Besar 43 43 21,070,000,000 19,190,820,000 43

3 Power Thresher 166 166 3,735,000,000 2,772,660,000 166

4 Sarana Pascapanen 82 20,500,000,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN

PANGAN

Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PUSAT

Penghematan

Lampiran 5 : Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan

Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Provinsi Tahun 2016

Nilai BASTB (unit)

B. 25,966 26,345 1,769,964,851,000 1,721,972,918,835 25,966 1,653,562,523,925

1 1,086 1,101 80,114,668,000 79,274,876,000 1,086 79,274,876,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 301 301 35,105,000,000 35,105,000,000 301 35,105,000,000

2 Combine Harvester Sedang 141 141 20,311,000,000 20,054,850,000 141 20,054,850,000

3 Combine Harvester Besar 15 15 5,550,000,000 5,507,500,000 15 5,507,500,000

4 Power Thresher 49 54 1,311,731,000 1,186,700,000 49 1,186,700,000

5 RMU 0 0

6 Corn Combine 8 8 2,735,007,000 2,735,000,000 8 2,735,000,000

7 Corn Sheller 240 250 6,850,720,000 6,570,600,000 240 6,570,600,000

8 Power Thresher Multiguna 270 270 5,936,220,000 5,801,706,000 270 5,801,706,000

9 Sarana Angkut 59 59 1,864,990,000 1,864,990,000 59 1,864,990,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung

11 UPH Kedelai 3 3 450,000,000 448,530,000 3 448,530,000

2 1,479 1,489 115,743,240,000 114,633,361,500 1,479 114,633,361,900

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 260 260 31,532,800,000 31,530,715,000 260 31,530,715,000

2 Combine Harvester Sedang 306 306 44,370,000,000 43,806,500,000 306 43,806,500,000

3 Combine Harvester Besar 41 41 15,170,000,000 14,911,305,000 41 14,911,305,000

4 Power Thresher 124 124 2,215,880,000 2,215,550,000 124 2,215,550,000

5 Corn Combine Harvester 9 9 3,079,530,000 3,079,445,000 9 3,079,445,000

6 Corn Sheller 412 422 10,845,880,000 10,561,041,500 412 10,561,041,500

7 Power Thresher Multiguna 294 294 7,505,820,000 7,505,505,000 294 7,505,505,400

8 Sarana Angkut 33 33 1,023,330,000 1,023,300,000 33 1,023,300,000

B Sarana Pengolahan

9 UPH Jagung 0 0

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

DINAS LINGKUP TANAMAN PANGAN

PROV. ACEH

PROV. SUMATERA UTARA

Page 200: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 200

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

3 180 220 7,670,000,000 4,693,516,723 180 4,693,516,723

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 7 7 910,000,000 888,310,850 7 888,310,850

2 Combine Harvester Sedang 0 0

3 Combine Harvester Besar 0 0

4 Power Thresher 60 90 2,250,000,000 885,591,500 60 885,591,500

5 Corn Combine 0 0

6 Corn Sheller 71 81 2,410,000,000 1,701,614,373 71 1,701,614,373

7 Power Thresher Multiguna 0 0

8 Sarana Angkut 42 42 2,100,000,000 1,218,000,000 42 1,218,000,000

4 388 403 29,046,881,000 28,641,874,000 388 9,089,674,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 110 110 13,794,000,000 13,794,000,000 110 2,758,800,000

2 Combine Harvester Sedang 70 70 9,983,000,000 9,983,000,000 70 1,996,600,000

Combine Harvester Besar 0 0

4 Power Thresher 53 58 1,129,350,000 1,004,350,000 53 473,750,000

5 Corn Combine Harvester

6 Corn Sheller 66 76 1,883,800,000 1,603,800,000 66 1,603,800,000

7 Power Thresher Multiguna 72 72 1,744,674,000 1,744,674,000 72 1,744,674,000

8 Sarana Angkut 17 17 512,057,000 512,050,000 17 512,050,000

5 431 443 31,437,281,000 30,354,418,025 431 30,354,418,025

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 178 178 20,580,942,000 20,522,937,000 178 20,522,937,000

2 Combine Harvester Sedang 9 9 1,280,550,000 1,278,450,000 9 1,278,450,000

3 Combine Harvester Besar 2 4 1,453,470,000 723,470,000 2 723,470,000

4 Power Thresher 43 43 985,695,000 983,104,450 43 983,104,450

5 RMU

6 Corn Combine Harvester 4 4 1,360,960,000 1,360,960,000 4 1,360,960,000

7 Corn Sheller 54 64 1,766,962,000 1,486,420,000 54 1,486,420,000

8 Power Thresher Multiguna 122 122 3,108,802,000 3,108,440,400 122 3,108,440,400

9 Sarana Angkut 17 17 600,100,000 600,100,000 17 600,100,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 1 1 149,900,000 145,023,565 1 145,023,565

11 UPH Kedelai 1 1 149,900,000 145,512,610 1 145,512,610

6 358 355 13,753,552,000 13,164,762,450 358 12,176,580,150

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 53 50 5,458,200,000 5,345,810,800 53 5,345,810,800

2 Power Thresher 123 123 2,695,560,000 2,464,485,950 123 2,339,781,950

3 RMU

4 Corn Sheller 63 63 1,671,650,000 1,433,650,000 63 1,163,044,000

5 Power Thresher Multiguna 98 98 2,581,842,000 2,581,643,400 98 2,581,643,400

6 Sarana Angkut 17 17 746,300,000 746,300,000 17 746,300,000

B Sarana Pengolahan 0 0

7 UPH Jagung 2 2 300,000,000 298,760,000 2

8 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 294,112,300 2

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. SUMATERA BARAT

PROV. RIAU

PROV. JAMBI

PROV. BENGKULU

Page 201: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 201

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

7 1,523 1,543 131,883,019,000 127,086,822,550 1,523 127,086,822,550

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 472 472 58,901,954,000 58,534,370,000 472 58,534,370,000

2 Combine Harvester Sedang 141 141 22,074,015,000 21,925,500,000 141 21,925,500,000

3 Combine Harvester Besar 59 59 25,760,000,000 22,742,070,000 59 22,742,070,000

4 Power Thresher 163 163 3,287,815,000 3,285,111,950 163 3,285,111,950

5 Pengering Padi 20 1,100,000,000

6 RMU

7 Corn Combine Harvester 7 7 2,374,903,000 2,374,900,000 7 2,374,900,000

8 Corn Sheller 235 235 6,166,225,000 6,077,666,000 235 6,077,666,000

9 Power Thresher Multiguna 409 409 10,511,300,000 10,451,754,600 409 10,451,754,600

10 Sarana Angkut 35 35 1,462,249,000 1,462,250,000 35 1,462,250,000

B Sarana Pengolahan

11 UPH Jagung 2 2 244,558,000 233,200,000 2 233,200,000

8 1,463 1,464 125,311,992,000 124,675,609,500 1,463 124,675,609,500

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 474 474 51,010,141,000 51,619,166,500 474 51,619,166,500

2 Combine Harvester Sedang 216 216 33,245,800,000 33,181,000,000 216 33,181,000,000

3 Combine Harvester Besar 50 50 17,808,675,000 17,804,275,000 50 17,804,275,000

4 Power Thresher 109 119 2,906,429,000 2,451,218,000 109 2,451,218,000

5 RMU 0 0

6 Corn Combine Harvester 14 14 4,685,000,000 4,685,000,000 14 4,685,000,000

7 Corn sheller 470 480 11,346,498,000 11,066,500,000 470 11,066,500,000

8 power threser multiguna 71 71 2,117,999,000 1,677,000,000 71 1,677,000,000

9 Sarana Angkut 57 38 1,892,400,000 1,892,400,000 57 1,892,400,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 2 2 299,050,000 299,050,000 2 299,050,000

9 76 86 4,612,970,000 4,332,912,900 76 4,332,912,900

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 25 25 3,149,750,000 3,149,750,000 25 3,149,750,000

2 Power Thresher 46 46 1,036,220,000 1,036,162,900 46 1,036,162,900

3 Sarana Angkut 5 5 147,000,000 147,000,000 5 147,000,000

4 Corn Sheller 10 280,000,000

10 432 447 22,801,610,000 22,198,426,940 432 22,198,426,940

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 113 113 13,164,500,000 12,992,022,000 113 12,992,022,000

2 Combine Harvester sedang 20 20 2,600,000,000 2,550,000,000 20 2,550,000,000

3 Combine Harvester besar 0 0

4 Power Thresher 117 122 2,125,700,000 1,998,888,600 117 1,998,888,600

5 RMU

6 Polisher 22 22 866,140,000 866,131,140 22 866,131,140

7 Corn Sheller 24 34 799,240,000 549,223,200 24 549,223,200

8 Power Thresher Multiguna 123 123 2,822,850,000 2,822,850,000 123 2,822,850,000

9 Sarana Angkut 12 12 273,180,000 273,156,000 12 273,156,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH jagung 1 1 150,000,000 146,156,000 1 146,156,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. SUMATERA SELATAN

PROV. LAMPUNG

PROV. BANGKA BELITUNG

PROV. BANTEN

Penghematan

Page 202: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 202

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

11 1,571 1,597 82,397,151,000 80,403,785,966 1,571 80,403,785,966

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 413 413 47,483,263,000 46,873,138,000 413 46,873,138,000

2 Combine Harvester Sedang 26 26 3,373,790,000 3,373,790,000 26 3,373,790,000

3 VD padi 3,5-6 ton 3 3 2,180,985,000 2,180,985,000 3 2,180,985,000

4 Power Thresher 374 389 7,800,628,000 7,005,913,206 374 7,005,913,206

5 Corn Combine Harvester 6 6 1,904,400,000 1,904,400,000 6 1,904,400,000

6 RMU 0 0

7 VD jagung 3,5-6 ton 1 1 726,995,000 726,995,000 1 726,995,000

8 Corn Sheller 344 354 8,754,894,000 8,504,894,000 344 8,504,894,000

9 Power Thresher Multiguna 362 362 8,372,196,000 8,334,918,260 362 8,334,918,260

10 Sarana Pengangkut 40 40 1,200,000,000 1,200,000,000 40 1,200,000,000

11 Destoner 1 300,000,000

B Sarana Pengolahan 0 0

12 UPH jagung 1 1 150,000,000 149,600,000 1 149,600,000

13 UPH kedelai 1 1 150,000,000 149,152,500 1 149,152,500

12 1,653 1,678 111,667,253,000 110,459,839,945 1,653 110,459,839,945

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 594 594 68,072,215,000 68,048,781,000 594 68,048,781,000

2 Combine Harvester Sedang 155 155 20,325,000,000 19,896,550,000 155 19,896,550,000

3 Power Thresher 325 340 5,780,399,000 5,326,062,500 325 5,326,062,500

4 RMU 0 0

5 Corn Combine Harvester 9 9 2,925,000,000 2,924,910,000 9 2,924,910,000

6 Corn Sheller 358 368 8,567,642,000 8,298,408,945 358 8,298,408,945

7 Power Thresher Multiguna 166 166 3,830,997,000 3,816,720,000 166 3,816,720,000

8 Sarana Angkut 38 38 966,000,000 964,890,000 38 964,890,000

B Sarana Pengolahan 0 0

9 UPH jagung 6 6 900,000,000 887,517,500 6 887,517,500

10 UPH kedelai 2 2 300,000,000 296,000,000 2 296,000,000

13 107 107 5,314,356,000 5,314,352,580 107 5,314,352,580

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 35 35 3,924,410,000 3,924,410,000 35 3,924,410,000

2 Power Thresher 56 56 1,005,161,000 1,005,157,580 56 1,005,157,580

3 RMU 0 0

4 Corn Sheller 9 9 205,200,000 205,200,000 9 205,200,000

5 Sarana Pengangkut 7 7 179,585,000 179,585,000 7 179,585,000

14 3,472 3,483 185,546,300,000 182,600,418,942 3,472 182,600,418,942

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 675 675 74,075,500,000 73,401,475,475 675 73,401,475,475

2 Combine Harvester Sedang 381 381 55,321,500,000 54,938,299,100 381 54,938,299,100

Combine Harvester Besar 0 0

3 Power Thresher 428 428 6,455,200,000 6,127,350,000 428 6,127,350,000

4 RMU 0 0

5 Destoner 1 300,000,000

6 Corn Combine Harvester 17 17 5,057,400,000 5,315,745,000 17 5,315,745,000

7 Corn Sheller 636 646 15,032,200,000 14,582,546,867 636 14,582,546,867

8 Power Thresher Multiguna 1293 1,293 27,844,500,000 26,848,812,500 1293 26,848,812,500

9 Sarana Angkut 40 40 1,160,000,000 1,147,600,000 40 1,147,600,000

10 Gudang +lantai jemur 0 0

B Sarana Pengolahan 0 0

11 UPH kedelai 2 2 300,000,000 238,590,000 2 238,590,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. JAWA BARAT

PROV. JAWA TENGAH

PROV. DI. YOGYAKARTA

PROV. JAWA TIMUR

Page 203: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 203

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

15 1,300 1,300 76,815,692,000 72,133,238,000 1,300 50,867,033,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 340 340 38,080,000,000 33,593,675,000 340 12,327,470,000

2 Combine Harvester Sedang 95 95 14,345,000,000 14,237,950,000 95 14,237,950,000

3 Combine Harvester Besar 11 11 3,955,225,000 3,866,625,000 11 3,866,625,000

4 Power Thresher 95 95 1,092,500,000 1,092,500,000 95 1,092,500,000

5 RMU 0 0

6 Corn Combine Harvester 10 10 3,385,851,000 3,385,850,000 10 3,385,850,000

7 Corn Sheller 230 230 6,431,416,000 6,430,938,000 230 6,430,938,000

8 Power Thresher Multiguna 491 491 8,708,100,000 8,708,100,000 491 8,708,100,000

9 Sarana Angkut 28 28 817,600,000 817,600,000 28 817,600,000

16 380 390 28,266,415,000 27,980,700,400 380 27,980,700,400

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 124 124 16,082,800,000 16,082,000,000 124 16,082,000,000

2 Combine Harvester Sedang 36 36 5,624,640,000 5,624,640,000 36 5,624,640,000

3 Power Thresher 100 100 2,075,000,000 2,075,000,000 100 2,075,000,000

4 RMU 0 0

5 Corn Sheller 52 62 1,800,455,000 1,516,455,200 52 1,516,455,200

6 Power Thresher Multiguna 37 37 1,056,720,000 1,056,455,200 37 1,056,455,200

7 Sarana Angkut 30 30 1,476,900,000 1,476,900,000 30 1,476,900,000

B Sarana Pengolahan

8 UPH Jagung 1 1 149,900,000 149,250,000 1 149,250,000

17 336 346 29,027,305,000 28,511,441,155 336 7,655,681,665

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 137 137 17,690,900,000 17,745,862,630 137 2,344,059,560

2 Combine Harvester Sedang 43 43 6,961,550,000 6,671,446,860 43 1,217,490,440

3 Power Thresher 50 50 1,015,435,000 1,015,431,665 50 1,015,431,665

4 RMU 0 0

5 Corn Sheller 29 39 1,049,450,000 769,450,000 29 769,450,000

6 Power Thresher Multiguna 58 58 1,564,220,000 1,563,500,000 58 1,563,500,000

7 Sarana Angkut 19 19 745,750,000 745,750,000 19 745,750,000

18 307 317 27,058,720,000 21,606,740,000 307 21,606,740,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 170 170 22,100,000,000 16,915,000,000 170 16,915,000,000

2 Combine Harvester Sedang 10 10 1,538,500,000 1,553,500,000 10 1,553,500,000

3 Power Thresher 54 54 1,063,200,000 1,061,220,000 54 1,061,220,000

4 RMU 0 0

5 Corn Sheller 22 32 831,420,000 551,420,000 22 551,420,000

6 Power Thresher Multiguna 30 30 757,000,000 757,000,000 30 757,000,000

7 Sarana Angkut 21 21 768,600,000 768,600,000 21 768,600,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. KALIMANTAN SELATAN

PROV. KALIMANTAN BARAT

PROV. KALIMANTAN TIMUR

PROV. KALIMANTAN TENGAH

Page 204: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 204

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

19 50 60 1,546,200,000 1,266,200,000 50 1,266,200,000

A Sarana Pascapanen

1 Corn Sheller 12 22 580,000,000 300,000,000 12 300,000,000

2 Power Thresher Multiguna 38 38 966,200,000 966,200,000 38 966,200,000

20 210 220 10,254,039,000 9,894,873,391 210 9,894,973,391

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 57 57 6,252,779,000 6,252,763,000 57 6,252,763,000

Combine Harvester Sedang 0 0

2 Combine Harvester Besar 1 1 354,700,000 354,700,000 1 354,700,000

3 Power Thresher 102 102 1,697,980,000 1,688,647,430 102 1,688,647,430

4 RMU 0 0

5 Corn Sheller 34 44 1,057,470,000 807,453,961 34 807,453,961

6 PTM 9 9 212,845,000 212,844,000 9 212,844,000

7 Sarana Pengangkut 3 3 80,265,000 80,265,000 3 80,265,000

B Sarana Pengolahan

8 UPH Jagung 3 3 448,500,000 348,800,000 3 348,800,000

9 UPH Kedelai 1 1 149,500,000 149,400,000 1 149,500,000

21 1,555 1,565 77,590,288,000 76,789,005,067 1,555 76,789,005,067

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 178 178 18,979,781,000 18,979,777,800 178 18,979,777,800

2 Combine Harvester Sedang 137 137 19,180,000,000 18,663,280,000 137 18,663,280,000

3 Combine Harvester Besar 10 10 3,573,300,000 3,573,300,000 10 3,573,300,000

Power Thresher 20 20 358,050,000 358,050,000 20 358,050,000

4 RMU 0 0

5 Corn Combine 14 14 4,692,950,000 4,692,950,000 14 4,692,950,000

6 Corn Sheller 420 430 10,768,580,000 10,487,166,667 420 10,487,166,667

7 PTM 750 750 19,099,252,000 19,099,045,600 750 19,099,045,600

8 Sarana Pengangkut 25 25 798,375,000 798,375,000 25 798,375,000

B Sarana Pengolahan

9 UPH Jagung 0 0

10 UPH Kedelai 1 1 140,000,000 137,060,000 1 137,060,000

22 712 722 43,217,845,000 42,357,976,581 712 36,609,828,061

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 85 85 10,879,999,000 10,880,000,000 85 5,766,000,000

2 Combine Harvester Sedang 30 30 4,738,903,000 4,738,900,000 30 4,738,900,000

3 Combine Harvester Besar 6 6 2,185,299,000 2,185,300,000 6 2,185,300,000

4 Power Thresher 21 21 411,748,000 411,750,000 21 411,750,000

5 Vertical Dryer Padi

6 Fasilitas RMU + Bangunan 5 5 851,975,000 661,972,622 5 661,972,622

7 Corn Combine Harvester 12 12 4,089,720,000 4,089,720,000 12 4,089,720,000

8 Corn Sheller 408 418 10,610,911,000 10,330,920,000 408 10,330,920,000

9 Vertical Dryer Jagung 14 14 4,846,868,000 4,526,991,409 14 4,526,991,409

10 PTM 100 100 2,777,648,000 2,707,650,000 100 2,707,650,000

11 Sarana Pengangkut 24 24 777,259,000 777,260,000 24 777,260,000

B Sarana Pengolahan

12 UPH Jagung 7 7 1,047,515,000 1,047,512,550 7 413,364,030

13 UPH Kedelai 0 0

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. KALIMANTAN UTARA

PROV. BALI

PROV. NUSA TENGGARA BARAT

PROV. NUSA TENGGARA TIMUR

Page 205: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 205

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

23 334 344 35,013,090,000 33,250,906,240 334 33,250,906,240

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 190 190 24,700,000,000 23,226,930,000 190 23,226,930,000

2 Combine Harvester Sedang 30 30 5,100,000,000 5,100,000,000 30 5,100,000,000

3 Combine Harvester Besar 4 4 1,491,940,000 1,491,940,000 4 1,491,940,000

4 Power Thresher 49 49 1,225,000,000 1,225,000,000 49 1,225,000,000

5 Corn Combine Harvester 0 0

6 Corn Sheller 15 25 730,000,000 450,000,000 15 450,000,000

7 Vertical Dryer Jagung 0 0

8 Power Thresher Multiguna 35 35 1,048,961,000 1,048,953,000 35 1,048,953,000

9 Sarana Pengangkut 8 8 303,254,000 303,253,240 8 303,253,240

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 1 1 136,850,000 136,850,000 1 136,850,000

11 UPH Kedelai 2 2 277,085,000 267,980,000 2 267,980,000

24 356 367 40,220,200,000 37,482,157,573 356 37,482,157,573

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 198 198 24,387,000,000 22,622,248,373 198 22,622,248,373

2 Combine Harvester Sedang 50 50 8,500,000,000 8,500,000,000 50 8,500,000,000

3 Combine Harvester Besar 5 5 2,050,000,000 1,873,950,000 5 1,873,950,000

4 Power Thresher 28 28 683,200,000 682,959,200 28 682,959,200

5 RMU 15 15 2,250,000,000 2,003,000,000 15 2,003,000,000

6 Corn Sheller 20 20 600,000,000 600,000,000 20 600,000,000

7 Vertical Dryer Jagung 0 0

8 PTM 40 40 1,200,000,000 1,200,000,000 40 1,200,000,000

9 Sarana Pengangkut 11 550,000,000

25 244 248 27,932,136,000 26,430,580,925 244 26,430,580,925

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 70 70 8,887,060,000 8,887,044,000 70 8,887,044,000

2 Combine Harvester Sedang 57 57 9,623,750,000 9,623,262,625 57 9,623,262,625

3 Combine Harvester Besar 12 16 5,981,820,000 4,481,805,000 12 4,481,805,000

4 Power Thresher 45 45 1,122,950,000 1,122,111,000 45 1,122,111,000

5 RMU 0 0

6 Corn Combine 0 0

7 Corn Sheller 7 7 210,000,000 210,000,000 7 210,000,000

8 Vertical Dryer Jagung 0 0

9 PTM 37 37 1,110,000,000 1,109,949,300 37 1,109,949,300

10 Sarana Pengangkut 13 13 547,261,000 547,252,000 13 547,252,000

B Sarana Pengolahan

11 UPH Jagung 3 3 449,295,000 449,157,000 3 449,157,000

12 UPH Kedelai 0 0

26 203 203 17,713,630,000 17,704,489,600 203 17,704,489,600

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 99 99 12,870,000,000 12,870,000,000 99 12,870,000,000

2 Combine Harvester Sedang 13 13 2,210,000,000 2,210,000,000 13 2,210,000,000

3 Power Thresher 44 44 1,100,000,000 1,091,822,400 44 1,091,822,400

4 Corn Sheller 4 4 120,000,000 119,037,200 4 119,037,200

5 PTM 30 30 900,000,000 900,000,000 30 900,000,000

6 Sarana Pengangkut 13 13 513,630,000 513,630,000 13 513,630,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. MALUKU UTARA

PROV. PAPUA

PROV. PAPUA BARAT

Penghematan

PROV. MALUKU

Page 206: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 206

Lanjutan…….…

Nilai BASTB (unit)

27 1,151 1,156 62,270,342,000 60,762,310,000 1,151 60,762,310,000

A Sarana Pascapanen 0 0

1 Combine Harvester Kecil 237 237 24,885,000,000 23,987,032,000 237 23,987,032,000

2 Combine Harvester Sedang 90 90 14,040,000,000 14,036,500,000 90 14,036,500,000

3 Combine Harvester Besar 3 3 1,095,300,000 1,095,300,000 3 1,095,300,000

4 Power Thresher 25 30 609,810,000 289,800,000 25 289,800,000

5 RMU 3 3 270,828,000 270,828,000 3 270,828,000

6 Corn Combine Harvester 14 14 4,814,208,000 4,814,200,000 14 4,814,200,000

7 Corn Sheller 480 490 9,340,000,000 9,060,000,000 480 9,060,000,000

8 Power Thresher Multiguna 264 264 5,490,936,000 5,490,900,000 264 5,490,900,000

9 Sarana Angkut 30 20 974,260,000 974,250,000 30 974,250,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 2 2 300,000,000 298,000,000 2 298,000,000

11 UPH Kedelai 3 3 450,000,000 445,500,000 3 445,500,000

28 597 617 37,061,821,000 36,451,736,646 597 36,451,736,646

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 72 72 9,208,800,000 9,208,800,000 72 9,208,800,000

2 Combine Harvester Sedang 41 41 5,906,764,000 5,906,749,993 41 5,906,749,993

3 Combine Harvester Besar 9 9 3,330,000,000 3,259,440,000 9 3,259,440,000

4 Power Thresher 10 250,000,000

5 Bangunan+RMU 0 0

6 Corn Combine Harvester 14 14 4,760,140,000 4,760,140,000 14 4,760,140,000

7 Corn Sheller 388 398 10,950,363,000 10,670,355,800 388 10,670,355,800

8 Power Thresher Multiguna 53 53 1,296,554,000 1,296,500,853 53 1,296,500,853

9 Sarana Angkut 14 14 459,200,000 459,200,000 14 459,200,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 4 4 600,000,000 599,600,000 4 599,600,000

11 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 290,950,000 2 290,950,000

29 2,280 2,296 152,643,815,000 149,746,079,040 2,280 149,746,079,040

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 55 55 6,180,955,000 6,180,945,000 55 6,180,945,000

2 Combine Harvester Sedang 400 400 56,169,700,000 56,169,700,000 400 56,169,700,000

3 Combine Harvester Besar 81 87 31,345,350,000 29,155,350,000 81 29,155,350,000

4 Vertical Dryer 30 ton 2 2 5,799,900,000 5,394,199,000 2 5,394,199,000

5 Power Thresher 137 137 2,745,890,000 2,745,866,640 137 2,745,866,640

6 Bangunan+RMU 0 0

7 Corn Combine 17 17 5,778,562,000 5,778,550,000 17 5,778,550,000

8 Corn Sheller 686 696 19,872,407,000 19,572,287,400 686 19,572,287,400

9 Power Thresher Multiguna 859 859 22,153,831,000 22,153,481,000 859 22,153,481,000

10 Sarana Angkut 36 36 1,548,720,000 1,548,700,000 36 1,548,700,000

B Sarana Pengolahan

11 UPH Jagung 6 6 898,500,000 898,500,000 6 898,500,000

12 UPH Kedelai 1 1 150,000,000 148,500,000 1 148,500,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. SULAWESI UTARA

PROV. GORONTALO

PROV. SULAWESI SELATAN

Page 207: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 207

Nilai BASTB (unit)

30 533 543 41,702,785,000 40,693,533,000 533 40,693,533,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 0 0

2 Combine Harvester Sedang 143 143 21,450,000,000 20,986,550,000 143 20,986,550,000

3 Combine Harvester Besar 20 20 8,950,260,000 8,950,260,000 20 8,950,260,000

4 Power Thresher 30 30 705,765,000 617,292,000 30 617,292,000

5 RMU 0 0

6 Corn Combine 0 0

7 Corn Sheller 120 130 3,555,936,000 3,211,116,000 120 3,211,116,000

8 Power Thresher Multiguna 192 192 4,843,280,000 4,844,000,000 192 4,844,000,000

9 Sarana Angkut 17 17 547,544,000 547,545,000 17 547,545,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 6 6 900,000,000 788,770,000 6 788,770,000

11 UPH Kedelai 5 5 750,000,000 748,000,000 5 748,000,000

31 619 635 64,195,938,000 61,613,813,196 619 61,613,813,196

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 34 34 3,954,086,000 3,954,086,000 34 3,954,086,000

2 Combine Harvester Sedang 169 169 27,920,750,000 27,920,750,000 169 27,920,750,000

3 Combine Harvester Besar 44 50 18,679,022,000 16,429,023,706 44 16,429,023,706

4 Power Thresher 32 32 680,525,000 680,524,840 32 680,524,840

5 Bangunan+RMU 0 0

6 Corn Combine Harvester 7 7 2,385,250,000 2,385,250,000 7 2,385,250,000

7 Corn Sheller 163 173 4,784,782,000 4,504,781,850 163 4,504,781,850

8 Power Thresher Multiguna 146 146 4,353,473,000 4,353,471,800 146 4,353,471,800

9 Sarana Angkut 21 21 988,050,000 988,050,000 21 988,050,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 1 1 150,000,000 149,875,000 1 149,875,000

11 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 248,000,000 2 248,000,000

32 580 600 50,134,317,000 49,462,160,000 580 49,462,160,000

A Sarana Pascapanen

1 Combine Harvester Kecil 175 175 18,966,249,000 18,966,250,000 175 18,966,250,000

2 Combine Harvester Sedang 75 75 11,859,990,000 11,844,750,000 75 11,844,750,000

3 Combine Harvester Besar 12 12 4,440,000,000 4,328,400,000 12 4,328,400,000

4 Power Thesher 30 40 968,200,000 718,200,000 30 718,200,000

5 Bangunan+RMU 0 0

6 Corn Combine 15 15 5,088,000,000 5,088,000,000 15 5,088,000,000

7 Corn Sheller 204 214 6,397,420,000 6,100,920,000 204 6,100,920,000

8 Power Thresher Multiguna 51 51 1,519,638,000 1,520,820,000 51 1,520,820,000

9 Sarana Angkut 16 16 599,520,000 599,520,000 16 599,520,000

B Sarana Pengolahan

10 UPH Jagung 1 1 147,200,000 147,200,000 1 147,200,000

11 UPH Kedelai 1 1 148,100,000 148,100,000 1 148,100,000

Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan

Pengadaan Unit

Total

NoKontrak

(unit) Kontrak (Rp.) SP2D

Nilai Pagu (Rp)

Penyaluran

PROV. SULAWESI BARAT

PROV. SULAWESI TENGGARA

PROV. SULAWESI TENGAH

Page 208: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 208

Lampiran 6 : Daftar Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

Pangkat

Gol. Ruang

Ir. Tri Agustin Satriani, MM Pembina Tk. I Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil

19590827 198303 2 010 IV/b Tanaman Pangan

Ir. Bambang Kuncoro, M.M Pembina Tk. I Kasubdit Pengolahan

196207201989031001 IV/b

Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I Kasubdit Pascapanen

196001191986032001 IV/b

Ir. Resfolidia Pembina Kasubdit Pemasaran dan Investasi

196012121986032001 IV/a

Batara Siagian, SP, MAB Penata Tk. I Kepala Subdit Standardisasi dan Mutu

197504212002121001 III/d

Ir. Dhanny Permadi, MM Pembina Kasi Penerapan Teknologi Pengolahan

196202191991031001 IV/a pada Subdit Pengolahan

Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Kasi Pemasaran dan Promosi

196403151992031001 IV/a pada Subdit Pemasaran dan Investasi

Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Kasi Penerapan Teknologi Pascapanen

196104241989102001 III/d pada Subdit Pascapanen

Ir. Budi Lestari Penata Tk. I Kasi Standardisasi

196710211992032001 III/d pada Subdit Standardisasi & Mutu

Djatmiko, S.Sos Penata Tk. I Kasubbag Tata Usaha

19610115198103 1001 III/d

Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Kasi Mutu

197007021999032001 III/d pada Subdit Standardisasi dan Mutu

Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I Kasi Sarana Pengolahan

197102232001122001 III/d pada Subdit Pengolahan

Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I Kasi Investasi

19740227.200212.2.001 III/d pada subdit Pemasaran dan Investasi

Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata Kasi Sarana Pascapanen

198112132006042001 III/c pada Subdit pascapanen

9

No. JabatanNama/Nip

1

2

3

10

11

12

13

14

4

5

6

7

8

Page 209: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 209

Lampiran 7 : Daftar Nominatif Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

I. Golongan IV/b

1.1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM Pembina Tk. I 1. IPB Jur. Ilmu Tanah Tahun 1982 Direktur Pengolahan dan T

19590827 198303 2 010 IV/b 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Wijaya Putra Pemasaran Hasil T. P. P

Jakarta, 27 - 8 - 1959 1 - 4 - 2001 Jurusan SDM Tahun 2001

2.2 Ir. Bambang Kuncoro, M.M Pembina Tk. I STIE IPWIJA Kasubdit Pengolahan T

196207201989031001 IV/b Jur. Manajemen Pemasaran L

Purworejo, 20-07-1962 1 - 4 - 2011 S2 Tahun : 2002

3.3. Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I 1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Thn. 83 Kasubdit Pascapanen T

196001191986032001 IV/b 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur P

Surabaya, 19 - 01 - 1960 1 - 10 - 2013 Administrasi Publik

III. Golongan IV/a

4.1 Ir. Dhanny Permadi, MM Pembina 1. Sarjana Pertanian UNSIL Jurusan Kasi Penerapan Teknologi T

196202191991031001 IV/a Budidaya Pertanian Tahun 1988 Pengolahan pada Subdit L

Jakarta, 19 - 02 - 1962 1 - 4 - 2007 2. S2 STIE IPWIJA Jur Manajemen Pengolahan

Tahun 2001

5.2 Erlina, S.P, M.Si Pembina 1. Fak. Pertanian UNAND Jur. Ilmu Tanah Petugas Teknologi T

19691006 199803 2 006 IV/a Tahun 1993 Pascapanen P

Sipirok, 6 - 10 - 1969 1 - 4 - 2015 2. S2 Univ Andalas Jur. Pembangunan

Wilayah Pedesaan Tahun 2014

6.3 Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Universitas Indonesia Kasi Pemasaran dan T

196403151992031001 IV/a Jur. Industri S2 : 2007 Promosi pada Subdit L

Cirebon, 15-03-1969 1 - 4 - 2008

7.4 Ir. Resfolidia Pembina Institut Pertanian Bogor Kasubdit Pemasaran dan T

196012121986032001 IV/a Jur. Agronomi S1 Tahun 1983 Investasi P

Bukit Tinggi, 12-12-1960 1 - 10 - 2015

8.5 Ir. RR. Retno Pujiastuti, M.M. Pembina STIE IPWIJA Jakarta Analis Informasi Pasar T

196406281992032001 IV/a Jur. Manajemen SDM S2 Tahun 2015 Hasil Pertanian P

Yogyakarta, 28-06-1964 1 - 10 - 2015

IV. Golongan III/d

9.1 Batara Siagian, SP, MAB Penata Tk. I S1 Fak. Pertanian IPB Tahun 1999 Kepala Subdit Standardisasi T

197504212002121001 III/d Jur. Sosek Pertanian dan Mutu L

Balige, 21-04-1975 1 - 4 - 2015 S2 STIA LAN Jur. Adm. Bisnis Thn 2012

10.2 Ir. Budi Lestari Penata Tk. I Fak. Pertanian IPB Tahun 1990 Kasi Standardisasi pada T

196710211992032001 III/d Jur. Pengolahan Hasil Pertanian Subdit Standardisasi & Mutu P

Jakarta, 21 - 10 - 1967 1 - 4 - 2004

11.3 Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Fak. Pertanian USU Tahun 1986 Kasi Penerapan Teknologi T

196104241989102001 III/d Pascapanen pada Subdit P

Medan, 24 - 04 - 1961 1 - 10 - 2004 Pascapanen\

No.

Page 210: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 210

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

12.4 Djatmiko, S.Sos Penata Tk. I STIA Menarasiswa Jur. Administrasi Kasubbag Tata Usaha NT

19610115198103 1001 III/d Negara Tahun 2001 L

Jakarta, 15 - 1 - 1961 1 - 4 - 2009

13.5 Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Institut Pertanian Bogor Kasi Mutu pada Subdit T

197007021999032001 III/d Jur. Teknologi Pertanian S1 Tahun 1993 Standardisasi dan Mutu P

Pemalang, 02-07-1970 1 - 4 - 2011

14.6 Suparni, SP Penata Tk. I 1. SMA IPS Tahun 1980 Pengadministrasi dan T

19610803 198303 2 002 III/d 2. Sarjana Pertanian SATYAGAMA Penyaji data P

Surakarta, 3 - 8 - 1961 1 - 4 - 2011 Jur. Sosek Tahun 2004

15.7 Ricky Nelson, SH Penata Tk. I Fak. Hukum, UNKRIS Tahun 1990 Koordinator Administrasi RT NT

19630514 199903 1 001 III/d Dan perlengkapan L

Jakarta, 14 Mei 1963 1 - 4 - 2011

16.8 Simon, M.M Penata Tk. I Institut Pertanian Bogor APHP Muda T

1967040472003121001 III/d Jur. Manajemen S2 Tahun 2003 L

Karo, 07-04-1967 1 - 4 - 2012

17.9 Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I 1. Fak. Pertanian (UNAS) Jur Agronomi Kasi Sarana Pengolahan T

197102232001122001 III/d Tahun 1996 pada Subdit Pengolahan P

Cidaun, 23 - 02 - 1971 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) STIA YAPPANN

Jurusan Administrasi Publik Thn. 2004

18.10 Nur Indriastuti, SE Penata Tk. I Fak. Ekonomi Universitas Tunas Pengadministrasi Keuangan NT

197510102001122001 III/d Pembangunan Solo Tahun 1999 P

Klaten, 10 - 10 - 1975 1 - 4 - 2014

19.11 Robinson Sinambela, S.T. Penata Tk. I Institut Teknologi Medan Analis Investasi T

197207282002121001 III/d Jur. Mesin S1 Tahun 1999 L

Medan, 28-07-1972 1 - 4 - 2015

20.12 Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I 1. Fak Pertanian Universitas Borobudur Kasi Investasi pada subdit T

19740227.200212.2.001 III/d Jurusan Sosek Tahun 1996 Pemasaran dan Investasi P

Pematangsiantar, 27 - 2 - 1974 1 - 4 - 2015 2. Pasca Sarjana (S2) Mercubuana

Jurusan SDM Tahun 2009

21.13 Pandu Tri Kurniawan, SP Penata Tk. I Fakultas Pertanian UNB Jur. Agronomi Penyusun Laporan T

196803092000031000 III/d Tahun 2003 L

Serang, 09 - 03 - 1968 1 - 10 - 2016

V. Golongan III/c

22.1 Vera Ramashinta, S.P. Penata Universitas Padjajaran PMHP Muda T

197908222005012001 III/c Jur. Hama Tumbuhan / Tanaman P

Dumai, 22-08-1979 1 - 10 - 2013 S1 Tahun 2001

23.2 Fatriwati, SP Penata Fakultas Pertanian UNAND Tahun 1998 Petugas Teknologi T

197309242006042000 III/c Pascapanen P

Padang, 24 - 09 - 1973 1 - 4 - 2014

No.

Page 211: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 211

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

24.3 Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata 1. Fak. Pertanian IPB Jur. Budidaya Kasi Sarana Pascapanen T

198112132006042001 III/c Pertanian Tahun 2005 pada Subdit pascapanen P

Bogor, 13 - 12 - 1981 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Brawijaya

Jurusan Teknologi Industri Pertanian

Tahun 2012

25.4 Ruth T.M.B.V. Kaluti, S.TP,M.P Penata 1. Fak. Pertanian Univ. UNSRAT Manado Petugas Teknologi T

197205022010012002 III/c Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian Pascapanen P

Sangele, 02 - 05 - 1972 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. UGM Yogya

Jurusan Ilmu & Teknologi Pangan

VI. Golongan III/b

26.1 Raden. Wahyono Penata Muda Tk. I SMA Jur. Sosial Th. 1981 Penata Usaha BMN NT

19591019.199203.1.001 III/b L

Jakarta, 19 - 10 - 1959 1 - 4 - 2012

27.2 Ir. Nur Sulistiati Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian Univ. UPN Veteran Petugas Teknologi T

196507102008122001 III/b Tahun 2006 Pascapanen P

Jakarta, 10-07-1965 1 - 4 - 2013

28.3 Hamdani Syarif, S.TP., M.M. Penata Muda Tk. I STIE IPWIJA Analis Pengolahan Hasil T

197805042009121002 III/b Jur. Manajemen Pemasaran Pertanian L

Bandung, 04-05-1978 1 - 4 - 2014 S2 Tahun 2015

29.4 Aris Puji Sunarso, S.TP, M.Eng Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian IPB Jurusan Industri Penyusun rencana kegiatan T

19780202 200901 1 008 III/b Pertanian 'Tahun 2001 dan anggaran L

Pati, 2 - 2 - 1978 1 - 4 - 2013 2. S2 Univ. Gajamadah Jur. Perencanaan

30.5 Deasy Fitriati, STP, M.Si Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian UGM Jur. Mekanisasi Penyusun rencana kegiatan T

19800807 200901 2 009 III/b Pertanian Tahun 2003 dan anggaran P

Pontianak, 7 - 8 - 1980 1 - 4 - 2013 2. S2 IPB tahun 2015 Jur. Tek. Pertanian

31.6 Restu Widianti Penata Muda Tk. I SMA Tahun 1990 Agendaris NT

19710228.199303.2.001 III/b P

Jakarta, 28 - 2 - 1971 1 - 4 - 2013

32.7 Tias Atika Rachmawati, S.E. Penata Muda Tk. I IPB Fak. Ekonomi Manajemen Penyusun Rencana NT

198803262009122002 III/b Tahun 2009 Kegiatan dan Anggaran P

Jakarta, 26 - 03 - 1988 1 - 4 - 2014

33.8 Diyah Puji Astuti, SP Penata Muda Tk. I UNSOED Jur. Agrobisnis Tahun 2004 Penyusun Laporan T

19800309 200912 2 002 III/b P

Banjarnegara, 9 - 3 - 1980 1 - 4 - 2014

34.9. Ririkumaladewi, SP Penata Muda Tk. I UNHAS Jur. Agronomi Tahun 2005 Penyusun Laporan T

19811008 200912 2 004 III/b P

Rappang, 8 - 10 - 1981 1 - 4 - 2014

No.

Page 212: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 212

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

35.10. Bubun Muhammad Hasbulloh, S.TP Penata Muda Tk. I IPB Jur. Teknik Pertanian Tahun 2009 Penyusun Rencana T

19850922 200912 1 002 III/b Kegiatan dan Anggaran L

Kuningan, 22 - 9 - 1985 1 - 4 - 2014

36.11 Dede Risanda, SP Penata Muda Tk. I Fakultas Pertanian IPB Jurusan HPT Petugas Teknologi T

19840713 200912 1 002 III/b Tahun 2008 Pascapanen L

Tebingtinggi, 13 - 07 - 1984 1 - 4 - 2014

37.12 Anita Retnawati, SP, M.Si Penata Muda TK. I 1. SMA Jurusan IPA Tahun 1997 Penyusun Laporan T

19790328.200701.2.002 III/b 2. Univ. Satyagama Jurusan Agrobisnis P

Jakarta, 28 - 03 - 1979 1 - 10 - 2014 Tahun 1999

38.13 Bambang Setiyono, A.Md. Penata Muda TK. I STMIK YAPPANN Analis Pengolahan T

196810102002121001 III/b Jur. Informatika/Komputer L

Jakarta, 10 - 10 - 1968 1 - 04 - 2015 D3 Tahun 1993

39.14 Mumu Toha Muslim, S.P.,M.M. Penata Muda TK. I STIE IPWI APHP Pertama T

197701012011011005 III/b Jur. Magister Management L

Rancah, 01 - 01 - 1977 1 - 04 - 2015 S2 Tahun 2015

40.15 Vivi Jayanti M, S.P. Penata Muda TK. I UGM Jur. Agronomi S1 Tahun 2005 Fasilitator Promosi T

198202142011012012 III/b P

Klaten, 14 - 02 - 1982 1 - 04 - 2015

41.16 Sri Rosmayanti, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T

19861018 201101 2 015 III/b Penyaji Data P

Jakarta, 18 - 10 - 1986 1 - 04 - 2015

42.17 Maya Puspita Sari, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T

19880509 201101 2 018 III/b Penyaji Data P

Jakarta, 9 - 05 - 1988 1 - 04 - 2015

43.18 Andika Wirawan, S.Kom Penata Muda TK. I UIN Syarifhidayatullah Pranata Komputer Pertama T

198611202011011011 III/b Jur. Informatika / komputer Tahun 2010 L

Jakarta, 20-1-1986 1 - 10 - 2015

44.19. Kirtana Aska Brata, SP Penata Muda TK. I Fak. Pertanian UPN Veteran Petugas Teknologi T

19830623 201101 1 007 III/b Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Pascapanen L

Yogyakarta, 23 - 06 - 1983 1 - 04 - 2015 Tahun 2008

45.20. Ermi Herawati, S.Sos Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Tahun 1985 Verifikator Keuangan NT

19760517.200212.2.002 III/b 2. Sarjana Ilmu Administrasi Negara Subbag TU P

Brebes, 17 - 5 - 1976 1 - 10 - 2015 STIA YAPPANN, jurusan

No.

Page 213: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 213

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

46.21 Angga Wijaya, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th. 1999 Pengadministrasi NT

19810511.200003.1.002 III/b 2. Sarjana Pertanian Univ.Satyagama Kepegawaian L

Jakarta, 11 - 5 - 1981 1 - 10 - 2015 Jurusan Agrobisnis Tahun 2011 Subbag TU

47.22 Miftakhul Jannah, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPA Tahun1997 Penyusun Laporan T

19780711.200312.2.001 III/b 2. Sarjana Pertanian Universitas P

Boyolali, 11 - 07 - 1978 1 - 10 - 2015 Respati Indonesia,

Jurusan Agroteknologi Tahun 2010

48.23 F.X. Surwiyanto,SE Penata Muda Tk. I 1. SMA IPA Tahun 1990 Petugas SIMAK BMN NT

19710121 200812 1 001 III/b 2. S-1 Univ. Tama Jagakarsa L

Semarang, 21 - 01 - 1971 1 - 04 - 2016 Jurusan Manajemen Tahun 2005

VI. Golongan III/b

49.1 Isandi, S.Kom Penata Muda S-1 Sistem Informasi Univ. Gunadarma Pranata Komputer Pertama T

19831015 201101 1 008 III/a Tahun 2010 L

Air Putih (Palembang), 15-10-1983 1 - 1 - 2011

50.2 Torry Haryono, S.E. Penata Muda STIE IPWIJA Analis Pemasaran Hasil T

198106282005011000 III/a S1 Tahun 2015 Pertanian L

Jakarta, 28 - 06 - 1981 1 - 04 - 2013

51.3 Evie Rahayu Tugiyanto Penata Muda SMEA Jurusan Tata Buku Pengadmnistrasi NT

19641030.199703.2.001 III/a Tahun 1984 Kepegawaian P

Magetan, 30 - 10 - 1964 1 - 04 - 2013 Subbag TU

52.4 Yuliadi Penata Muda SMA Jurusan IPS Tahun 1989 Agendaris NT

19640701.199703.1.001 III/a Subbag TU L

Jakarta, 1 - 7 - 1964 1 - 04 - 2013

53.5 Ridwan Husin, SE Penata Muda 1. SMA Jur. IPS Tahun 1988 Pengadministrasi Keuangan NT

19680810.200604.1.017 III/a 2. Sarjana Ekonomi Univ. Pamulang Subbag TU L

Palembang, 10 - 8 -1968 1 - 10 - 2013 Jurusan Manajemen Tahun 2012

54.6 Agung Prabowo, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Tahun 19981 Penyusun Laporan T

19780826.200212.1.002 III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama L

Jakarta, 26 - 8 - 1978 1 - 10 - 2013 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012

55.7 Rodearni Purba, S.P Penata Muda 1. SMA Biologi Tahun 1995 Agendaris NT

19760110 200312 2 002 III/a 2. (D3 Akubank Swadaya Jurusan P

Marubun Lokkung, 10 - 01 - 1976 1 - 4 - 2014 Pertanian Tahun 1998

3. S1 Sarjana Pertanian Univ.Satyagama

56.8 Lina, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Tahun 2002 Petugas Teknologi T

19841030.200312.2.005 III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Pascapanen P

Jakarta, 30 - 10 - 1984 1 - 10 - 2014 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012

No.

Page 214: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 214

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6 7

57.9. Ahmad Naseh Penata Muda SMEA Jur. Tata Buku Tahun 1981 Pengadministrasi NT

19600909.199903.1.001 III/a Keuangan Subbag TU L

Jakarta, 9 - 9 - 1960 1 - 4 - 2015

58.10 Sayuti Penata Muda MAN Tahun 1986 Caraka Subbag TU NT

19630411.199903.1.001 III/a L

Jakarta, 11 - 4 - 1963 1 - 4 - 2015

59.11 Rohim Penata Muda STM Tahun 1991 Pembuat Daftar Gaji NT

19720403 199903 1 001 III/a Subbag TU L

Jakarta, 3 - 04 - 1972 1 - 4 - 2015

60.12 Ade Kosasih Penata Muda SMEA Perdagangan Tahun 1992 Pengadministrasi dan NT

19721007.200003.1.001 III/a Penyaji Data L

Jakarta, 7 - 10 - 1972 1 - 4 - 2016

VIII. Golongan II/d

61.1 Opik Ahmad Ropik, A.Md Pengatur Tk I (D3) IPB Jur, Budidaya Pertanian Agendaris T

19791017 200912 1 001 II/d Tahun 2001 L

Tasikmalaya, 17 Oktober 1979 1 - 4- 2014

62.2 Riskiria Putri, A.Md Pengatur Tk I D-III Manajemen Informasi UGM Sekretaris Pimpinan NT

19861003 200912 2 008 II/d Tahun 2008 P

Muaradua Ogan Komering Ulu, 1 - 4- 2014

3 - 10 - 1986

63.3 Lukman Pengatur Tk I SMA IPS Tahun 1993 Penata Usaha Dokumen NT

19721221 200212 1 001 II/d Subbag TU L

Tanjung Karang, 21 - 12 - 1972 1 - 4- 2015

IX. Golongan II/c

64.1 Dwi Rizkyyanto Utomo, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian IPB Calon Pengelola T

198208032015031001 II/c Tahun 2004 Teknologi Pascapanen L

Bogor, 3 - 08 - 1982 1 - 3- 2015

65.2 Reny Kartika Asmara, A.Md Pengatur D-III Agroindustri UGM Tahun 2013 Sekretaris Pimpinan T

199205252015032001 II/c Subbag TU P

Karanganyar, 25 - 05 - 1992 1 - 3- 2015

66.3 Catur Parah Gumantri Putri, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian UNAND Calon Pengelola T

198808252015032005 II/c Tahun 2009 Teknologi Pascapanen P

Bengkalis, 25 - 08 - 1988 1 - 3- 2015

67.4 Indah Pratiwi, A.Md Pengatur D-III Agronomi Pertanian IPB Calon Pengelola T

199211242015032001 II/c Tahun 2013 Teknologi Pascapanen P

Pematang Siantar, 24 - 11 - 1992 1 - 3- 2015

Ket.No.

Page 215: LaporanTahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Panganpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan

Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 215

Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT

Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P

1 2 3 4 5 6

X. Golongan II/b

68.1 Rudy Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Tahun 1999 Agendaris Subbag TU NT

19800721 200910 1 002 II/b L

Jakarta, 21 - 07 - 1980 1 - 10 - 2013

69.2 Iip Miftahudin Pengatur Muda Tk. I SMK Teknik Mesin Tahun 2002 SATPAM NT

19821231.200910.1.004 II/b Subbag TU L

Subang, 31 Desember 1982 1 - 10 - 2013

70.3 Aman Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Tahun 2004 Pengadministrasi NT

19820406 200812 1 002 II/b Keuangan Subbag TU L

Depok, 6 - 4 - 1982 1 - 04 - 2016

XI. Golongan II/a

71.1 Mahmud Pengatur Muda SD Tahun 1967 SATPAM NT

19600420.198403.1.002 II/a Subbag TU L

Jakarta, 20 - 4 - 1960 1 - 4 - 2001

72.3 Warsan Pengatur Muda SMA Tahun 2005 Pengemudi NT

197107221998031001 II/a Subbag TU L

Tambak Negara, 22-07-1971 1 - 10 - 2013

Jakarta, Oktober 2016

yang diperbantukan Dit. Pascapanen T.P. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Djatmiko, S.Sos

19610115.198103 .1.001

No.