laporan zemi_praktik_hasil dan penilaian polmas
DESCRIPTION
Laporan hasil diskusi tentang penilaian hasil dan kegiatan Polmas di Indonesia dalam tataran praktik pada Kelas Zemi Angkatan V Mahasiswa PTIK Angkatan LV 2009TRANSCRIPT
LAPORAN ZEMI
HASIL DAN PENILAIAN POLMAS(PRAKTIK)
I. PENDAHULAN
1. Latar Belakang
Salah satu isu penting dalam pelaksanaan operasionalisasi Polmas oleh
Polri hingga saat ini adalah belum adanya standarisasi terhadap penilaian
hasil pelaksanaan Polmas, baik secara individual, yaitu terhadap para petugas
Polmas, maupun secara organisasional, yaitu terhadap satuan-satuan
kewilayahan Polri. Sehingga pelaksanaan Polmas hingga saat ini mengalami
stagnasi yaitu terjadi situasi dimana Polmas tidak mengalami kemajuan yang
signifikan dan justru diperparah dengan terdapatnya berbagai hambatan yang
belum teridentifikasi dengan baik maupun yang sudah teridentifikasi namun
tidak terdapat solusi yang tepat untuk menanggulanginya.
Sebenarnya Polri sudah memiliki Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008
tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Tugas Polri yang di dalamnya mencantumkan
tentang kriteria keberhasilan Polmas, yaitu dalam Pasal 55, 56, 57 dan 58.
Namun, kriteria dimaksud hanya sampai pada tataran konseptual yang lebih
condong bersifat kualitatif dan tidak dijabarkan ke dalam tataran yang lebih riil,
seperti halnya indikator-indikator kuantitaif kegiatan Polmas sebagaimana
yang dimiliki oleh petugas Polmas pada kepolisian Jepang.
2. Permasalahan
Permasalahan yang dibahas pada pertemuan ketujuh kelas Zemi 2009
yaitu sebagai berikut :
a. Anda bekerja sebagai Kapolsek di Polsek “H”. Untuk meningkatkan
motivasi petugas Polmas, anda mau memberi penghargaan kepada tiga
petugas Babinkamtibmas yang paling baik di Polsek. Anda perlu
membuat DKPK (Daftar Kriteria Penilaian Kinerja) untuk menilai
Babinkamtibmas, misalnya jumlah kunjungan yang dilakukan. Coba
imajinasikan dengan membuat contoh design DKPK yang diperlukan.
b. Anda bekerja sebagai Kasat Binamitra di Polres “J” di Kabupaten “J”.
Suatu hari Bupati “J” mengajukan rencana untuk memberikan
penghargaan kepada satu Polsek di jajaran Polres “J” yang dianggap
terbaik bagi masyarakat setempat. Kapolres memerintahkan anda
memilih Polsek terbaik tersebut di bidang Polmas dan menjelaskan
alasannya kepada Kapolsek dan Bupati. Menurut anda, kriteria seperti
apa yang bisa digunakan di masing-masing Polsek? Bagaimana anda
melakukan penilaian tersebut secara fair ?
II. PRESENTASI
1. KONSEPSI PENGUKURAN KINERJA
a. Dalam melakukan pengukuran kinerja, diperlukan kemampuan untuk
mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja
b. Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata
dan terukur
c. Apabila kinerja tidak dapat diukur, maka kinerja tidak dapat dikelola.
d. Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu diketahui seperti apa kinerja
saat ini.
e. Apabila deviasi kinerja dapat diukur, maka kinerja dapat diperbaiki.
f. Pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang penting
dan relevan.
g. Untuk itu, perlu jelas tentang apa yang dikatakan penting dan relevan
sebelum menentukan ukuran apa yang harus digunakan.
h. Hal-hal yang diukur tergantung pada apa yang dianggap penting oleh
stakeholders dan pelanggan (masyarakat).
i. Pengukuran mengatur keterkaitan antara strategi berorientasi
pelanggan dan tujuan dengan tindakan.
2. TUJUAN PENGUKURAN KINERJA
a. Mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari
rencana yang telah ditentukan.
b. Mengetahui apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan.
c. Mengetahui apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
2
3. MEKANISME PENGUKURAN KINERJA POLMAS
Sebenarnya tidaklah mudah melakukan pengukuran kinerja terhadap
suatu bidang tertentu. Dalam ilmu manajemen, khususnya terkait dengan
pokok bahasan tentang pengukuran kinerja, terdapat banyak parameter
maupun metodologi yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran
kinerja agar didapatkan hasil yang tepat dan obyektif. Oleh karena itu,
seyogyanya, kelak suatu saat Polri memerlukan upaya audit kinerja yang
dilakukan oleh suatu lembaga independen yang qulified, termasuk juga
terhadap bidang Polmas, sehingga dapat diukur sejauh mana keberhasilan
kinerja Polri di bidang Polmas tersebut, hambatan-hambatannya apa saja dan
solusi apa yang dapat direkomendasikan guna penanggulangannya serta
pengembangannya ke depan.
Dengan tetap merujuk terhadap batasan-batasan keilmuan di bidang
manajemen terkait dengan pengukuran kinerja di bidang Polmas, pemapar
hendak merekomendasikan suatu design pengukuran kinerja Polri di bidang
Polmas melalui mekanisme sebagai berikut :
a. Dalam melakukan pengukuran kinerja Polmas, perlu diperhatikan ruang
lingkupnya terlebih dahulu, yaitu apakah pengukuran kinerja Polmas
secara individual atau secara organisasional. Secara individual berarti
terkait dengan petugas Polmas, dalam hal ini termasuk Babinkamtibmas
serta petugas kepolisian lainnya yang disamping melaksanakan tugas
pokok sesuai dengan job description-nya masing-masing, namun juga
mengemban implementasi Polmas dalam pelaksanaan tugas pokoknya
tersebut. Dan secara organisasional yaitu dimaksudkan terkait dengan
satuan kerja kepolisian dalam perannya terhadap implementasi Polmas,
dalam hal ini terkait dengan eksistensi Polda, Polwil, Polres maupun
Polsek dalam melakukan implementasi Polwas di wilayah kerjanya
masing-masing.
b. Selain ruang lingkup pengukuran kinerja, juga terdapat dua aspek penting
terkait dengan metodologi pengukuran kinerja dimaksud, yaitu
menyangkut pengukuran kinerja terhadap aspek internal dan aspek
eksternal. Aspek internal dapat dilakukan penilaian oleh seorang atasan
secara langsung, baik melalui observasi terhadap kinerja seorang
petugas Polmas maupun sosiometri dari pendapat rekan-rekan kerja
petugas Polmas tersebut. Sedangkan terkait aspek eksternal, seorang
3
atasan dapat melakukan penilaian dengan cara melakukan wawancara
terhadap masyarakat di wilayah kerja seorang petugas Polmas maupun
penyebaran angket serta observasi nyata guna mengetahui respon
masyarakat terhadap kehadiran petugas Polmas tersebut serta hasil
nyata kinerja petugas Polmas di wilayah kerjanya tersebut. Demikian juga
dalam melakukan penilaian secara organisasional, tidak jauh berbeda
metodologinya dengan penilaian secara individual, yaitu terkait dengan
internal dan eksternal yang, metodologinya melalui observasi,
penyebaran angket dan wawancara serta sosiometri.
c. Penilaian dari hasil pengukuran kinerja dimaksud dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif, sebab tidak semua kegiatan yang dilakukan di
bidang Polmas dapat dilakukan secara kualitatif secara keseluruhan
maupun kuantitatif secara keseluruhan, sehingga harus menggunakan
kombinasi dari keduanya.
4. DESIGN DAFTAR KRITERIA PENILAIAN KINERJA (DKPK)
BABINKAMTIBMAS
a. Penilaian Internal
1) Tingkat internalisasi filosofi universal tugas polisi (fight crime, help
delinquent and love humanity)
2) Penguasaan Meteri Teknis dan Taktis Dasar Kepolisian (Olah
TKP, Turjawali, Public Address, dll).
3) Dedikasi kerja (intensitas apel, intensitas kegiatan internal
kepolisian, intensitas kunjungan / sambang / kehadiran di tengah
masyarakat, kuantitas laporan hasil kegiatan / informasi tentang
kegiatan kemasyarakatan serta kecepatan mendatangi TKP, dll).
4) Penguasaan terhadap wilayah kerja (kualitas scanning
karakteristik kerawanan daerah, meliputi scanning terhadap
lingkungan, yang terdiri dari orang, barang, dan tempat).
b. Penilaian Eksternal
1) Tingkat dukungan dan respon masyarakat terhadap kehadiran
seorang Babinkamtibmas.
2) Ikatan Sosial (Social Bonds) atau tingkat keakraban hubungan
antara seorang Babinkamtibmas dengan masyarakat di wilayah
kerjanya (kemampuan seorang Babinkamtibmas membangun
kemitraan). Dalam ilmu kriminologi, dinyatakan bahwa semakin
4
kuat ikatan sosial yang ada dalam suatu komunitas, maka hal
tersebut akan semakin meningkatkan daya cegah komunitas
tersebut terhadap kejahatan yang akan terjadi karena antara satu
anggota komunitas dengan lainnya terjadi hubungan yang akrab,
sehingga jika terdapat kedatangan ”orang asing” dengan gejala
akan berbuat kejahatan maka akan dapat diantisipasi sedini
mungkin.
3) Tingkat terakomodirnya public complain oleh seorang
Babinkamtibmas beserta upaya problem solving-nya yang
ditempuh oleh Babinkamtibmas tersebut.
5. KRITERIA PENILAIAN KINERJA POLSEK DI BIDANG POLMAS
a. Penilaian Internal
1) Tingkat pemahaman personel Polsek yang ada pada tiap fungsi
(Reskrim, Intelkam, Samapta, Lantas dan Administrasi) tentang
Polmas.
2) Pengungkapan kasus kejahatan di wilayah kerja suatu Polsek
yang keberhasilannya didukung dari pelaksanaan kegiatan
Polmas.
3) Intensitas Laporan Informasi (LI) tentang berbagai hal di dalam
masyarakat pada wilayah suatu Polsek, khususnya informasi yang
terkait dengan bidang keamanan dan ketertiban masyarakat..
b. Penilaian Eksternal
1) Tingkat dukungan dan respon masyarakat di wilayah suatu Polsek
terhadap kegiatan Polmas, meliputi kuantitas dan intensitas
kegiatan FKPM atau Siskamling. Hal tersebut menunjukkan tingkat
partisipasi dan kemandirian problem solving yang dimiliki
masyarakat setempat setelah dilaksanakannya kegiatan Polmas,
dll.
2) Tingkat keamanan wilayah suatu Polsek. (Hal ini menjadi
parameter penilaian karena asumsinya, jika kegiatan Polmas
berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari masyarakat,
maka idealnya keamanan wilayah yang dicover Polsek tersebut
juga akan meningkat lebih baik daripada sebelum adanya kegiatan
Polmas).
5
3) Ikatan Sosial (Social Bonds) antara masyarakat dengan personel
Polsek (Kemampuan membangun kemitraan oleh para personel
Polsek dengan masyarakat setempat sehingga dapat terjadi
komunikasi dua arah (two ways communication)).
4) Kepuasan masyarakat atas problem solving yang dilakukan
personel Polsek (misalnya dalam hal Quick Response-
Transparansi-Akuntabilitas).
5) Terjadinya penurunan terhadap Crime Total dan peningkatan
terhadap Crime Clearence. Hal tersebut akan membawa dampak
terhadap masyarakat berupa rasa aman dan tidak terjadi rasa
ketakutan terhadap kejahatan (Fear of Crime).
III. DISKUSI
1. Diskusi I
a. Pertanyaan
Mahasiswa YULIAN PERDANA
Permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyaraat saat ini yaitu
masyarakat belum sepenuhnya dapat menilai atau memberi apresiasi
terhadap kinerja Polri dan juga sebaliknya yaitu Polri tidak dapat
mengetahui seberapa besar atau bagaimana apresiasi masyarakat
terhadap kinerja Polri. Bagaimana solusi permasalahan tersebut ?
b. Jawaban
Mahasiswa HANDIK ZUSEN
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Polri memiliki kelemahan
dalam hal menyelenggarakan komunikasi secara efektif dengan publik.
Sebagai akibatnya, dapat kita lihat contohnya saat ini, yaitu ketika
berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, senantiasa
melakukan ekspose terhadap hal-hal negatif yang dilakukan beberapa
oknum Polri di berbagai wilayah di Indonesia, namun ternyata
kemampuan Polri, khususnya Divisi Humas Polri, dalam melakukan
counter secara berimbang terhadap berita-berita tersebut masih minim /
kurang. Divisi Humas Polri belum maksimal dalam melakukan ekspose
terhadap keberhasilan-keberhasilan kinerja Polri maupun menyerap
aspirasi masyarakat terkait dengan kinerja Polri termasuk tingkat
apresiasi masyarakat terhadap kinerja Polri. Salah satu faktornya,
6
menurut saya, disebabkan karena Polri sampai tidak maksimal dalam
mengelola media-media massa yang dimilikinya, baik media cetak
(misal : Majalah Polri, baik yang lokal di tiap Polda atau tingkat Mabes
Polri) maupun elektronik (misal : website tiap Polres, Polda dan Mabes
Polri). Oleh karena itu, sebagai salah satu solusinya, Polri, khususnya
melalui Divisi Humas Polri, harus lebih maksimal dalam
menyelenggarakan komunikasi dengan publik (masyarakat) selaku salah
satu stakeholder Polri, sehingga di satu sisi, Polri dapat melakukan
ekspose secara maksimal tentang keberhasilan-keberhasilan kinerjanya
kepada masyarakat dan di sisi lain, Polri dapat menyerap aspirasi
maupun tingkat apresiasi masyarakat terhadap kinerja Polri, sehingga
terjadi two ways communication.
c. Tanggapan
Mahasiswa SETYO BIMO ANGGORO
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa memang Polri cenderung
”merasa” sangat mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi di
dalam masyarakat menurut kacamata Polri sendiri, namun faktanya
tidaklah demikian, justru seringkali terjadi kekeliruan pandangan Polri
dalam menganalisa situasi dan kondisi di dalam masyarakat, sehingga
terjadi hal yang kontra produktif, dimana Polri terlanjur melakukan
formulasi cara bertindak untuk situasi maupun kondisi tertentu namun
cara bertindak tersebut ternyata tidak tepat untuk digunakan dalam
menanggulangi permasalahan yang terjadi karena Polri salah
menganalisa permasalahan dimaksud sehingga cara bertindaknya pun
juga salah.
d. Tanggapan
Mahasiswa WIRDHANTO HADI CAKSONO
Saat ini, menurut saya, terkesan bahwa Polri cenderung menyesuaikan
dengan masyarakat yang notabene belum memiliki rasionalitas yang
memadai terhadap pemberitaan-pemberitaan yang ada di media massa,
baik cetak maupun elektronik, dimana masyarakat cenderung masih
mempercayai pemberitaan-pemberitaan yang ada di media massa
dimaksud sebagai tolak ukur kinerja polri dalam beberapa kasus tertentu,
khususnya kasus-kasus menonjol yang menjadi sorotan publik sehingga
dalam hal penciptaan komunikasi yang baik antara Polri dan masyarakat,
7
maka sebelumnya diperlukan kondisi masyarakat yang ”sehat” terlebih
dahulu, dalam artian, masyarakat yang memiliki rasionalitas yang baik,
sehingga dapat menerima maupun menyampaikan informasi dengan baik
dan obyektif.
2. Diskusi II
a. Pertanyaan
Mahasiswa RONALDO MTPP SIREGAR
Mengapa masyarakat menganggap bahwa Polri susah untuk berubah
menjadi lebih baik, salah satu sebabnya menurut saya karena
masyarakat merasakan bahwa kinerja Polri terutama Polmas belum
dilaksanakan secara maksimal. Apa yang menyebabkan terjadinya
pandangan masyarakat yang demikian dan bagaimana solusinya ?
b. Jawaban
Mahasiswa HANDIK ZUSEN
Menurut saya, salah satu faktor utama penyebabnya adalah dikarenakan
sampai dengan saat ini Polri belum / tidak memiliki standar kinerja yang
jelas, dalam arti ukuran kinerja yang jelas, khususnya ukuran kinerja
yang dapat dilakukan kuantifikasi, termasuk dalam bidang Polmas.
Ukuran kinerja Polri untuk beberapa bidang kinerja sebagian besar dalam
bentuk kualitatif, sehingga tolok ukurnya menjadi tidak jelas, misalnya
dalam bidang Polmas, sebagaimana terdapat dalam Peraturan Kapolri
No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi
Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, Pasal 55,
56, 57 dan 58, mengenai kriteria keberhasilan Polmas.
c. Tanggapan
Mr. SUZUKI MOTOYUKI
Mass media yang ada di Jepang senantiasa turut memantau berbagai
kegiatan unjuk rasa (penyampaian pendapat) yang dilakukan
masyarakat, sehingga kepolisian Jepang pun melihat hal tersebut
sebagai peluang untuk menyerap aspirasi masyarakat, khususnya yang
terkait dengan bidang kepolisian atau kebijakan pemerintah termasuk
berbagai permasalahan sosial, selanjutnya kepolisian Jepang pun
memanfaatkan peran media massa guna mendukung berbagai kegiatan
kepolisian Jepang dengan tujuan dapat terbentuk opini publik bahwa
kepolisian Jepang sudah bekerja dengan baik bagi masyarakat.
8
3. Diskusi III
a. Pertanyaan
KBP ERMIYADI YADI
Bagaimana agar pelaksanaan Polmas dapat terlaksana dengan baik,
efektif, obyektif dan tepat sasaran ?
b. Jawaban
Mahasiswa HANDIK ZUSEN
Menurut saya, Polri senantiasa perlu melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan Polmas yang sudah berjalan saat ini, termasuk di dalamnya
menetapkan standarisasi kinerja para Petugas Polmas serta indikator
keberhasilan implementasi Polmas secara organisasional. Jika
diperlukan, Polri dapat menggunakan jasa pihak independen di luar Polri
untuk melakukan audit kinerja terhadap pelaksaan kegiatan Polmas
tersebut sehingga dapat diukur pencapaian-pencapaian kinerja di bidang
Polmas yang sudah dilaksanakan saat ini bahkan dapat diketahui hal-hal
yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Polmas tersebut
sehingga selanjutnya dapat dihasilkan cara bertindak yang tepat.
IV. KESIMPULAN
Keberadaan Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar
Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas
Polri yang di dalamnya mencantumkan tentang kriteria keberhasilan Polmas, yaitu
dalam Pasal 55, 56, 57 dan 58 masih perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam
indikator-indikator riil penilaian kinerja Polri di bidang Polmas, baik yang meliputi
aspek individual (petugas Polmas/Babinkamtibmas) maupun secara organisasional
(Satuan kerja : Polda, Polwil, Polres dan Polsek), mengingat kriteria-kriteria dalam
peraturan dimaksud masih cenderung bersifat konseptual.
Disamping itu, harus terjadi standarisasi penilaian kinerja Polri di bidang
Polmas namun dengan tetap memperhatikan karakteristik wilayah kerja suatu
satuan kewilayahan Polri. Misalnya, dalam melakukan penilaian kinerja di bidang
Polmas, perlu dibedakan standarisasi antara indikator keberhasilan Polmas di kota-
kota besar yang tingkat kriminalitasnya tinggi dengan yang di daerah-daerah lain
yang bukan kota besar dengan tingkat kriminalitas rendah bahkan sangat minim.
Polri perlu lebih memberdayakan peran Divisi Humas untuk melakukan
komunikasi publik secara maksimal dengan masyarakat sehingga masyarakat
9
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan Polri dalam melaksanakan tugas
pokoknya, termasuk di dalamnya terkait dengan keberhasilan Polri di bidang
Polmas maupun mendapatkan feed back dari masyarakat berupa kritik, saran dan
masukan terkait dengan hal-hal yang positif maupun negatif dari pelaksanaan tugas
pokok Polri dimaksud, termasuk Polmas di dalamnya.
Dalam melakukan penilaian kinerja Polri, termasuk di bidang Polmas, maka
disamping penilaian yang diselenggarakan oleh Polri sendiri, juga perlu dilakukan
audit kinerja yang dilakukan oleh suatu lembaga independen yang qualified
sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang tepat dan obyektif, termasuk pula
diketahui hambatan-hambatan serta solusi yang efektif.
Jakarta, 14 Desember 2009
Yang Membuat
HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877
10