laporan tugas akhir pembuatan pupuk …hasil uji ph nilainya antara 6 s/d 7 yang sesuai dengan ph...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR
DARI KOTORAN HEWAN (SAPI)
Disusun oleh :
1. PUTRI RATNA DEWI I8307004
2. KANEVI OCTOVA PARADITA I8307020
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ABSTRACT
PUTRI RATNA DEWI, KANEVI OCTOVA PARADITA, 2010, “THE
LIQUID ORGANIC FERTILIZER PREPARATION FROM ANIMAL
(COW) MANURE” CHEMICAL ENGINEERING DIPLOMA III STUDY
PROGRAM OF SURAKARTA SEBELAS MARET UNIVERSITY
In the middle of difficulty to get fertilizer for the farmers, now an
alternative fertilizer is developed as the substitution, namely, the one derives from
animal manure. This fertilizer is called organic fertilizer; in addition liquid
organic fertilizer can also be made. This fertilizer is made as the substation of
fertilizer scarcity frequently occurring. The presence of liquid organic fertilizer
can improve the animal manure value-added and it can increase the number of
fertilizer variation. This organic fertilizer has good development prospect. It can
be seen from the abundant basic material availability, so that perhaps the basic
material scarcity can be avoided. The presence of alternative liquid organic
fertilizer is very beneficial for Indonesia farmers.
The process of liquid organic fertilizer preparation used three-neck flask
completed with stirrer, thermometer, and gas disposal pipe. The working
principles were as follows: animal manure is mixed with water in 1:1, 1:2, 1:4,
and 1:5 ratios stirred continuously for 12 hour and taken for its sample every 4
hours. After that, the mixed was sifted, the filtrate served as the liquid fertilizer
while the solid served as the planting media. The liquid product was testing for its
pH, density, and C/N ratio.
The result of pH testing shows 6 to 7 value consistent with the soil pH, for
the density shows it shows ± 1 gram/mL value consistent with the SNI No. 19-
1429-1989 as well, meanwhile the C/N ratio is 1:2 the one most close to C/N ratio
of dry animal manure. The fertilizer with 1:2 ratio indicating the best effect on
each plant is shown by the green bean’s height of 26 cm and red bean’s height of
27 cm.
The quality of liquid organic can be seen from the application of fertilizer
to the plant. The plant used as the application example is green and red beans. The
measurement of plant height is used as the reference to find out the effect of liquid
organic fertilizer in such plant.
viii
INTISARI
PUTRI RATNA DEWI, KANEVI OCTOVA PARADITA, 2010,
“PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN HEWAN
(SAPI)” PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Di tengah sulitnya mendapatkan pupuk bagi petani, kini dikembangkan
pupuk alternatif lain sebagai substitusi yaitu pupuk yang berasal dari kotoran
hewan. Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk organik selain itu dapat dibuat
sebagai pupuk organik cair. Pupuk ini dibuat sebagai substitusi kelangkaan pupuk
yang sering terjadi. Adanya pembuatan pupuk organik cair ini dapat
meningkatkan nilai tambah kotoran hewan dan dapat menambah variasi jenis
pupuk yang ada. Pupuk organik ini memiliki prospek pengembangan yang bagus.
Hal ini terlihat dari ketersediaan bahan baku yang melimpah, sehingga
kemungkinan kelangkaan bahan baku dapat dihindari. Keberadaan pupuk organik
cair sebagai alternatif ini sangat bermanfaat bagi petani Indonesia
Proses pembuatan pupuk organik cair ini menggunakan labu leher tiga
yang dilengkapi dengan pengaduk, termometer, dan selang pembuangan gas.
Prinsip kerjanya, kotoran hewan dan air dicampur dengan perbandingan 1:1, 1:2,
1:3, 1:4, dan 1:5 diaduk secara terus menerus selama 12 jam dan diambil
sampelnya setiap 4 jam sekali. Setelah itu campuran tersebut disaring, filtrat
sebagai pupuk cairnya sedangkan padatannya sebagai media tanam. Hasil
cairannya dilakukan pengujian antara lain pH, berat jenis, dan C/N rasio.
Hasil uji pH nilainya antara 6 s/d 7 yang sesuai dengan pH tanah, untuk
berat jenis hasilnya ± 1 gram/mL yang sesuai pula dengan SNI No. 19 – 1429 -
1989, sedangkan uji C/N rasio pada perbandigan 1:2 mempunyai nilai C/N rasio
yang paling mendekati C/N rasio kotoran hewan kering. Pupuk dengan
perbandingan 1 : 2 pula yang menunjukkan pengaruh yang paling baik pada
masing – masing tanaman ditunjukkan oleh ketinggian tanaman kacang hijau
setinggi 26 cm dan kacang tolo setinggi 27 cm.
Kualitas pupuk organik cair dapat diketahui dari pengaplikasian pupuk
pada tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai contoh aplikasi yaitu tanaman
kacang hijau dan kacang tolo. Pengukuran tinggi tanaman digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk organik cair pada tanaman
tersebut.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia iv
Universitas Sebelas Maret
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir dengan judul Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan. Laporan
ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III
Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan studi pustaka dan hasil
percobaan di Laboratorium Aplikasi Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam Penyusunan laporan, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dwi Ardiana ,S.T.,M.T., selaku Ketua program D3 Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Paryanto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan dorongan dan pengarahan selama penyelesaian Tugas
Akhir dan penyusunan laporan ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin demi terciptanya laporan
ini, tetapi kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penyusun demi
kesempurnaan laporan. Akhir kata, penyusun berharap agar laporan Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2010
Penyusun
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................i
Halaman Pengesahan .....................................................................................ii
Lembar Konsultasi ........................................................................................iii
Kata Pengantar...............................................................................................iv
Daftar Isi ........................................................................................................v
Daftar Gambar ..............................................................................................vi
Daftar Tabel………………………………………………...………….......vii
Intisari .........................................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................5
D. Manfaat...............................................................................................6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................7
B. Kerangka Pemikiran.........................................................................13
BAB III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan.................................................................................14
C. Lokasi................................................................................................14
D. Cara Kerja………………………………………………….………14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ………… ………………………………………….…….......20
B. Pembahasan………………….…………………….…………….....26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………..….....28
B. Saran ………………………………………………………….....28
Daftar Pustaka ...........................................................................................29
Lampiran .......................................................................................................
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Organik Cair ............................ 13
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Pembuatan Pupuk Organik Cair ......... 19
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Tinggi Tanaman Vs Hari pada Kacang
Hijau. ............................................................................................. 23
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Tinggi Tanaman Vs Hari pada Kacang
Tolo…............................................................................................ 24
Gambar 4.3 Grafik C/N Rasio Kotoran Sapi Literatur Vs C/N Rasio Pupuk
Organik Cair .................................................................................. 25
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Ternak Sapi Potong Daerah Karesidenan Surakarta dan
Sekitarnya .......................................................................................... 4
Tabel 1.2 Data Jumlah Ternak Sapi Perah Daerah Karesidenan Surakarta dan
Sekitarnya .......................................................................................... 5
Tabel 2.1 Kadar C/N Rasio Beberapa Jenis Bahan Organik Berdasarkan Bahan
Kering ................................................................................................ 6
Tabel 2.2 Komposisi Unsur Hara Kotoran dari Beberapa Jenis Ternak ............ 9
Tabel 2.3 Kadar Hara Berbagai Pupuk Kandang .............................................. 10
Tabel 4.1 Analisa pH Sampel Pupuk ............................................................... 20
Tabel 4.2 Analisa Berat Jenis Sampel Pupuk ................................................... 21
Tabel 4.3 Analisa C/N Rasio Pupuk Organik Cair ........................................... 21
Tabel 4.4 Aplikasi Pupuk pada Tanaman Kacang Hijau ................................. 22
Tabel 4.5Aplikasi Pupuk pada Tanaman Kacang Tolo ..................................... 26
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Tinggi Tanaman Vs Hari pada
Kacang Hijau
-5
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tin
gg
i T
an
am
an
(cm
)
Hari Ke-
1:1 4jam
1:1 8jam
1:1 12jam
1:2 4jam
1:2 8jam
1:2 12jam
1:3 4jam
1:3 8jam
1:3 12jam
1:4 4jam
1:4 8jam
1:4 12jam
1:5 4jam
1:5 8jam
1:5 12jam
tanpa pupuk
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Tinggi Tanaman Vs Hari pada
Kacang Tolo
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tin
gg
i T
an
am
an
(cm
)
Hari Ke-
1:1 4jam
1:1 8jam
1:1 12jam
1:2 4jam
1:2 8jam
1:2 12jam
1:3 4jam
1:3 8jam
1:3 12jam
1:4 4jam
1:4 8jam
1:4 12jam
1:5 4jam
1:5 8jam
1:5 12jam
tanpa pupuk
Gambar 4.3 Grafik C/N Rasio Kotoran Sapi Literatur Vs C/N Rasio Pupuk Organik Cair pada
Waktu Pengadukan 12 Jam
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5 6
C/N
Rasi
o
Perbandingan Solute : Solven (1: X)
C/N Rasio Pupuk Organik Cair
C/N Rasio Kotoran Sapi Literatur
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan pupuk sudah menjadi masalah sejak awal di hulunya. Produksi
konstan dalam satu tahun dari lima produsen mencapai 5,8 juta ton hingga enam
juta ton. Kebutuhan riil dari 33 provinsi mencapai 5.778.437 ton pada tahun 2006,
sehingga selisih antara kebutuhan dan produksi tipis.
Saat ini alokasi pasokan sesuai kebutuhan terbesar ada di Jawa, 2.728.261
ton. Di sisi lain, produksi pupuk di Jawa hanya dilakukan oleh tiga pabrik, yakni
satu pabrik urea di Petrokimia Gresik dan dua pabrik di Pupuk Kujang, Cikampek,
total produksi maksimal 1,5 juta ton. Namun, realitasnya pabrik hanya mampu
mencapai sekitar 90 persen, berarti sekitar 1,3 juta ton.
Dari angka itu saja ada selisih 1,4 juta ton. Dengan jumlah itu saja riskan
untuk bisa mengatasi jika permintaan dalam volume besar terjadi secara serentak,
mengingat siklus produksi konstan dan bukan fluktuatif. Sementara sifat
kebutuhan tanam petani adalah fluktuatif.
Menjelang musim tanam, permintaan pupuk akan meningkat. Bagi petani,
tanam tak bisa ditunda. Saat hujan turun, air cukup, dan masa tanam harus
dilakukan, apa pun risikonya, petani harus bisa mendapatkan pupuk. Volume
permintaan pun cukup besar.
Pada saat itu pupuk jelas akan terasa kurang, yang apabila berharap dari
pabrik pupuk di Jawa jelas berat. Untuk itu, butuh pasokan dari wilayah luar Jawa,
dan itu butuh waktu untuk pengapalan, yang sekali jalan hanya bisa mengangkut
sekitar 6.000 hingga 8.000 ton. Kondisi ini bisa menjadi salah satu pemicu
kelangkaan.
Masalah kedua, sejak awal sudah ada selisih antara jumlah pupuk subsidi
yang disetujui oleh Menteri Pertanian dan kebutuhan riil. Pupuk urea, misalnya,
yang disetujui disubsidi pemerintah melalui SK Mentan No.
08/Kpts/TP.260/1/2003 sebanyak 4.339.413 ton, kebutuhan untuk padi sekitar 4,5
juta ton. Berarti sudah ada selisih pupuk subsidi sekitar 160.000 ton.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Demikian juga subsidi untuk pupuk SP-36, kebutuhan riil 2,4 juta ton.
Subsidi berdasarkan SK Mentan 1 juta ton, berarti ada selisih 1,4 juta ton. Untuk
pupuk ZA yang banyak dipakai petani tebu juga demikian, SK Mentan hanya
memberikan subsidi sebesar 715.000 ton. Padahal kebutuhannya mencapai
880.000 ton sehingga ada selisih 165.000 ton. Phonska (pupuk majemuk) riil
kebutuhannya 634.711 ton, SK Mentan hanya 300.000 ton sehingga ada selisih
330.000 ton. Gambaran ini sudah cukup jelas pupuk bakal tetap langka(Astono,
Banu, 2006).
Dari situasi di atas, digagas solusi tentang pemanfaatan pupuk organik dari
kotoran ternak. Pemanfaatan Kotoran ternak untuk menyuburkan lahan pertanian
telah lama dilakukuan oleh petani/peternak, tetapi diperlukan proses yang cukup
lama, sehingga diperlukan penerapan teknologi sederhana yang mudah diserap
yaitu melalui pengomposan dengan menambahkan probiotik. Cara ini lebih cepat
dibandingkan dengan cara konvensional, karena mikroorganisme yang ada di
dalam probiotik lebih cepat mendegradasi senyawa yang ada di dalam feses.
Feses merupakan limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu
senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Feses masih mengandung
senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman, yaitu nitrogen 5 – 7 %, pospor 3 – 6 %,
dan kalium 1 – 6 %.
Seekor ternak setiap tahunnya menghasilkan feses sebanyak 20,2 m3.
Seekor sapi dapat menghasilkan total nitrogen sebanyak 80,3 kg pertahun.
Produksi limbah ternak per ekor ternak sebanyak 3,7 kg/hari, volume 1 m3
mengandung 3 kg Nitrogen 2,5 kg phosfor dan 0,75 kg Kalium. Tetapi
penggunaan feses secara langsung dapat menyebabkan kematian tanaman,
sehingga diperlukan suatu proses pengomposan.
Pengomposan termasuk kedalam pengolahan secara biologis, yaitu proses
yang mengikut sertakan aktivitas dari enzim dan kemampuan mikroorganisme
yang tujuannya untuk menghilangkan beberapa senyawa yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik senyawa berbahaya untuk kehidupan maupun kehadirannya
akan menimbulkan kerugian.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Penggunaan probiotik akan mempercepat proses pengomposan, probiotik
mengandung mikroorganisme yang dapat merangsang pertumbuhan. Beberapa
mikroba yang terdapat dalam probiotik yaitu bakteri proteilitik, lignolitik,
selulolitik, lipolitik, dan nitrogen non fiksasi. Kandungan mikroorganisme yang
beragam mengakibatkan rangkaian proses antara satu jenis biakan dengan lainnya,
serta kemungkinan besar hasil sampingan yang membahayakan akan
termanfaatkan, sehingga pada pembuatan kompos penggunaan polikultur
dianggap paling memadai dan menguntungkan.
Cara pembuatan pupuk cair dari kotoran ternak (biokultur) yaitu dengan
cara, kotoran ternak (feses) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan
perbandingan tertentu. Setelah itu kotoran yang telah dicampur air ditambahkan
fermenter (R.bacillus dan Azotobacter). Setiap 0,8 m3 campuranfeses dan air
ditambahkan 1 liter R. bacillus dan 1 liter Azotobacter, lalu diaduk dengan
pengaduk atau aerator selama 3-4 jam. Bak fermentasi lalu ditutup dan didiamkan
7 hari. Pada hari ke-8, bagian cairan (yang ada diatas) diambil dan bagian yang
mengendap diperas/dipres. Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan
yang diambil sebelumnya. Bagian padat baik juga digunakan sebagai pupuk atau
dicampur dengan limbah padat lain untuk bahan bakar (briket). Biokultur dapat
langsung digunakan atau dikemas untuk selanjutnya disimpan (Balai Pengkajian
Teknologi Pertania Bali, 2008).
Dalam kotoran ternak terdapat kandungan bahan organik dengan
konsentrasi yang tinggi. Pada pembuatan pupuk dari kotoran sapi tidak
menggunakan tambahan probiotik, karena pada kotoran sapi terdapat
mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Lambung
(rumen) sapi merupakan tempat yang cocok bagi pertumbuhan mikroorganisme
tersebut (Sinaga, Sauland., 2009).
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Potensi kotoran ternak di eks Karesidenan Surakarta cukup melimpah dan
bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.
Tabel 1.1 Data jumlah ternak sapi potong daerah karesidenan Surakarta
dan sekitarnya.
No. Kab/Kota
2001
(Ekor)
2002
(Ekor)
2003
(Ekor)
2004
(Ekor)
2005
(Ekor)
1 Kab. Magelang 69.439 70.285 68.933 68.222 69.964
2 Kab. Boyolali 84.023 93.807 89.122 88.715 88.527
3 Kab. Klaten 68.256 71.267 64.576 68.065 80.925
4 Kab. Sukoharjo 22.617 25.279 24.781 24.983 25.106
5 Kab. Wonogiri 134.568 137.768 140.723 144.200 143.995
6 Kab. Karanganyar 46.415 46.747 46.758 47.785 47.559
7 Kab. Sragen 71.763 73.311 74.933 76.431 77.225
8 Kab. Grobogan 123.437 119.401 118.630 105.089 106.155
9 Kab. Blora 189.917 197.392 209.089 215.344 217.497
10 Kab. Rembang 89.190 91.112 91.112 95.164 97.057
11 Kab. Pati 74.314 66.636 61.420 61.871 63.813
12 Kota Surakarta 908 1.147 1.137 1.200 1.159
Jumlah 974.847 994.152 991.214 997.069 1.018.982
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Tabel 1.2 Data jumlah ternak sapi perah daerah karesidenan Surakarta dan
sekitarnya.
No Kab/Kota
2001
(Ekor)
2002
(Ekor)
2003
(Ekor)
2004
(Ekor)
2005
(Ekor)
1 Kab. Boyolali 59.525 63.848 56.193 57.948 58.792
2 Kab. Klaten 7.109 7.899 7.899 5.809 5.859
3 Kab. Sukoharjo 361 532 587 599 609
4 Kab. Karanganyar 530 2.502 301 208 231
5 Kab. Sragen 33 28 34 30 19
6 Kab. Grobogan 375 280 280 397 414
7 Kota Surakarta 301 103 202 204 204
Jumlah 68.234 72.692,5 65.496 65.195 66.128
(Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah)
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan berapakah perbandingan kotoran
sapi (setengah kering) dengan air yang optimal pada pembuatan pupuk
organik cair ?.
C. TUJUAN
1. Menentukan perbandingan kotoran sapi (setengah kering) dengan air yang
optimal.
2. Mengujicobakan pupuk organik cair pada dua tanaman yaitu kacang hijau
dan kacang tolo karena tanaman tersebut dapat dilihat pertumbuhannya
dalam waktu yang singkat.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
D. MANFAAT
Bagi mahasiswa :
1. Mahasiswa mampu membuat pupuk organik cair dari kotoran sapi dalam
skala laboratorium.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu teknik kimia yang telah diperoleh.
Bagi masyarakat :
1. Memberikan pengetahuan tentang cara pembuatan pupuk organik cair.
2. Dapat dijadikan solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk dan
pencemaran lingkungan.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik sering didefinisikan sebagai suatu hasil proses penguraian
yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena
adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau
wadah tempat pengomposan berlangsung.
Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik, misalnya pupuk
kandang dan kompos. Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik adalah rock
phosphat, yang umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan
kimia, seperti pupuk buatan (anorganik) dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan
(kimia) dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi
takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan
ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme
pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga
binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurun drastis.
Pemakaian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh
petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun
harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli,
akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada terobosan
untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk
organik (kompos).
Bahan untuk pembuatan pupuk organik cair yaitu dengan memanfatkan
limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan, rumput, serbuk gergaji, dan limbah
peternakan, seperti kotoran dan urin, bahan tersebut mudah didapat dan tersedia
dilahan pertanian.
Kelebihan pupuk organik cair dari pupuk anorganik yaitu cukup banyak
diantaranya : bahan baku yang mudah diperoleh (murah) ,pembuatan sangat
sederhana, pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah, dapat
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
tersimpan dalam tanah dengan waktu yang lama, sedangkan pupuk anorganik
bahkan cenderung sebaliknya.
Tabel 2.1 Kadar C/N rasio beberapa jenis bahan organik berdasarkan bahan kering
Bahan % Nitrogen C/N Rasio
Urin
Darah
Buangan Pajagalan
Tinja
Lumpur Aktif
Rumput Segar
Sayuran
Pupuk Hijau
Ganggang Laut
Kulit Kentang
Sampah Kota
Jerami Jelai
Jerami Gandum
Tahi Gergaji
Pupuk Kandang
Kotoran Kerbau
Kotoran Kuda
Kotoran Sapi
Kotoran Ayam
Kotoran Babi
Kotoran Kambing/domba
15 - 18
10 - 14
7 – 10
5,5 – 6,5
5,0 – 6,0
4
3,6
2,15
1,9
1,5
1,05
1,05
0,3
0,11
2,5
0,8
3
2
6 – 10
6
12
12
14
19
25
24
68
125
150
20
18
25
18
15
25
30
(Sinaga, Sauland., 2009)
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Tabel 2.2 Komposisi Unsur Hara Kotoran dari Beberapa Jenis Ternak
Jenis Ternak Kadar Hara (%N) Keterangan
Nitrogen Fosfor Kalium Air
Kuda .> Padat
.> Cair
Sapi .>Padat
.>Cair
Kerbau .>Padat
.>Cair
Kambing .>Padat
.>Cair
Domba .>Padat
.>Cair
Babi .>Padat
.>Cair
Ayam .>Padat
.>Cair
0,55
1,40
0,40
1,00
0,60
1,00
0,60
1,50
0,75
1,35
0,95
0,40
1,00
1,00
0,30
0,02
0,20
0,50
0,30
0,15
0,30
0,13
0,50
0,05
0,35
0,10
0,80
0,80
0,40
1,60
0,10
1,50
0,34
1,50
0,17
0,80
0,45
2,10
0,40
0,45
0,40
0,40
75
90
85
92
85
92
60
85
60
85
80
87
55
55
Pupuk panas
Pupuk dingin
Pupuk dingin
Pupuk panas
Pupuk panas
Pupuk dingin
Pupuk dingin
( Pinus Lingga, 2002)
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Tabel 2.3 Kadar Hara Berbagai Pupuk Kandang
Sapi Ayam Bebek Domba
Ukuran hewan (kg)
Pupuk kandang basah (ton/th)
Kadar air (%)
Kandungan hara (pound/ton) :
Nitrogen(N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Sulfur (S)
Ferrum (Fe)
Boron (B)
Cuprum (Cu)
Mangan (Mn)
Zinc (Zn)
500
11,86
85
10,0
2,0
8,0
5,0
2,0
1,5
0,1
0,01
0,01
0,03
0,04
5
10,95
72
25,0
11,0
10,0
36,0
6,0
3,2
2,3
0,01
0,01
-
0,01
100
0,046
82
10,0
2,8
7,6
11,4
1,6
2,7
0,6
0,09
0,04
-
0,12
100
0,73
77
28,0
4,2
20,0
11,7
3,7
1,8
0,3
-
-
-
-
(Rosmarkam, 2002)
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu bahan
yang terdiri dari dua atau lebih komponen dengan jalan melarutkan salah satu
komponen dengan pelarut yang sesuai.
Suatu proses ekstraksi biasanya biasanya melibatkan tahap-tahap berikut
ini :
Mencampur bahan-bahan ekstraksi dengan pelarut dan dibiarkan saling
bercampur. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut (terjadi ekstraksi).
Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Pelarut yang digunakan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen
- komponen lain dari bahan ekstraksi.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling campur
Pada ekstraksi cair – cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas).
Kerapatan
Hal ini sangat penting agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatanya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan gaya
sentrifugal (misalnya dengan ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
- komponen bahan ekstraksi.Namun pada hal – hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia , untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi, dimana
bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Kriteria lain
Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar,
tidak korosif, tidak menyebabkan terbentukya emulsi, memiliki viskositas
yang rendah.
Macam - macam ekstraksi :
1. Ekstraksi padat – cair
Pada ekstraksi padat – cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar terutama dibidang industri bahan alami dan makanan,
misalnya untuk memperoleh gula dari umbi, minyak dari biji – bijian, kopi dari
biji kopi, bahan – bahan aktif dari tumbuhan atau dari kotoran binatang.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Dalam ekstraksi padat – cair ada beberapa syarat untuk mencapai unjuk
kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi yaitu :
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang
seluas mungkin. Ini dapat dicapi dengan memperkecil ukuran bahan
ekstraksi.
b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju
alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut
keluar dari permukaan bahan padat.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
ekstrak lebih besar) akan menguntungkan unjuk kerja.
2. Ekstraksi cair - cair
Pada ekstraksi ini, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam
skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, anti biotika, bahan - bahan
penyedap, produk - produk minyak bumi dan garam - garam logam. Ekstraksi cair
- cair biasanya dilakukan karena proses distilasi tidak bisa digunakan (misalnya
karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaan akibat panas) atau tidak
ekonomis.
Seperti halnya ekstraksi padat - cair, ekstraksi ini selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sempurna.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan
pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi perpindahan massa yang baik diusahakan
agar bidang kontak seluas mungkin diantara kedua cairan tersebut sehingga salah
satu cairan di distribusikan menjadi tetes - tetes kecil (misal dengan bantuan
pengadukan)(Bernasconi, 1995).
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Organik Cair
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
BAB III
METODOLOGI
A. ALAT DAN BAHAN
Adapun peralatan yang diperlukan yaitu :
Labu leher tiga 1 Liter
Pemanas Stirer
Termometer 100 0C
Selang
Gelas Beker 100 mL
Kertas Saring
Erlenmeyer 250 mL
Bahan yang digunakan antara lain :
Kotoran Sapi
Aquadest
B. LOKASI
Penelitian Pembuatan dan Analisa Pupuk Organik Cair dilakukan di
Laboratorium Aplikasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
C. CARA KERJA
Pembuatan Pupuk Organik Cair :
1. Memasukkan kotoran sapi padat 100 gr ke dalam labu leher tiga.
2. Merangkai alat seperti pada gambar.
3. Menambahkan air dengan perbandingan 1 : 1 terhadap kotoran ternak.
4. Menyalakan pengaduk ,mengaduk sampel selama 12 jam.
5. Mengambil sampel cairan tiap 4 jam, menyaring dan menganalisa
kandungan nitrogen (N) nya.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
6. Mengulangi langkah yang sama dengan perbandingan kotoran ternak
dan air 1 : 2, 1:3, 1:4, dan 1:5.
Cara Analisa Pupuk :
a. N pupuk (Kjeldhal)
I. Alat :
1. Tabung Kjeldhal
2. Destruktor
3. Destilator
4. Labu Godok / Tabung Destilasi
5. Erlenmayer 50 ml
6. Gelas Ukur
7. Buret
II. Bahan Kimia :
1. H2SO4 pekat
2. Campuran garam K2S 4 : CuSO4 (20 : 4)
3. Larutan NaOH 45 %
4. Larutan H3BO3 4 %
5. Indikator Campuran (MR dan BCG)
6. Larutan HCl 0,1 N
7. Butir Zn
III. Prosedur Kerja:
A. Destruksi
1. Menimbang 0,2 g bahan dan memasukkkan dalam tabung Kjeldhal.
2. Menambahkan 1 g campuran garam dan 3 ml H2SO4 pekat.
3. Memanaskan hingga larutan berwarna kehijauan.
4. Mendinginkan dan menambahkan aquadest sebanyak 30 ml.
5. Membuat juga larutan blanko.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
B. Destilasi
1. Memasukkan larutan (4) kedalam tabung destilasi
2. Menambahkan 10 ml NaOH 45 % dan 2 butir Zn
3. Memanaskan dengan penampung H3BO3 4 % dan 2 tetes indikator campuran
hingga volume 40 ml.
C. Titrasi
1. Melakukan titrasi dengan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari biru
menjadi kehijauan kemudian menjadi kuning.
Perhitungan :
% N =
b. C Organik / Bahan Organik (Walkley and Black)
I. Alat :
1. Labu takar 50 ml
2. Erlenmayer 50 ml
3. Gelas ukur 25 ml
4. Botol Semprot
5. Buret 50 ml
II. Bahan Kimia :
1. Larutan H2SO4 pekat
2. Larutan K2Cr2O7 1 N
3. Larutan H3PO4 pekat
4. Indikator DPA
5. Larutan Fe SO4 0.5 N
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
III. Cara Kerja:
1. Memasukkan 1 g bahan dalam labu takar 50 ml.
2. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan 10 ml larutan K2Cr2O7 1 N.
3. Mendiamkan selama 30menit (dingin)
4. Menambahkan 5 ml larutan H3PO4 pekat dan mengencerkan dengan
aquadest hingga tanda batas dan mengocook hingga homogen kemudian
diendapkan.
5. Mengambil 5 ml larutan bening dan memasukkan dalam erlenmayer 50
ml kemudian menambahkan 15 ml aquadest.
6. Menambahkan 2 tetes indikator DPA.
7. Menitrasi dengan larutan FeSO4 0,5 N sampai terjadi perubahan warna
dari kehijauan menjadi biru.
8. Membuat juga blanko sebagai pembanding.
Perhitungan :
C Organik =
Bahan Organik =
Penerapan pada Tanaman
I. Alat :
1. Gelas plastik
2. Sekop
II. Bahan :
1. Tanah
2. Biji kacang tolo
3. Biji kacang hijau
4. Sampel pupuk
5. Air
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
III. Prosedur Kerja :
1. Memasukkan tanah kedalam gelas plastik secukupnya.
2. Menyiram tanah dengan air.
3. Memasukkan biji kacang tolo ke dalam gelas plastik yang telah berisi
tanah tersebut.
4. Menyemprotkan sampel pupuk cair sebanyak satu semprot dengan
variabel yang berbeda ke dalam masing – masing gelas yang berisi tanah
dan biji kacang tolo tersebut.
5. Mengulangi langkah 1 – 4 dengan menanam biji kacang hijau.
6. Mengamati pertumbuhan tanaman tersebut setiap harinya.
7. Menyiram tanaman tersebut tiap 3 hari sekali dan memberi pupuk setiap
seminggu sekali.
8. Membandingkan pengaruh penambahan masing – masing pupuk terhadap
pertumbuhan tanaman.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Rangkaian Alat
Keterangan gambar :
1. Labu leher tiga 1 liter
2. Pipa pengambil sampel
3. Termometer
4. Selang pengeluaran gas
5. Magnetic Stirer
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Pembuatan Pupuk Organik Cair
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil proses ekstraksi dan filtrasi dari kotoran sapi dengan pelarut
aquadest adalah sampel pupuk dengan berbagai konsentrasi. Sampel pupuk
tersebut selanjutnya dianalisa pH, densitas, dan C/N rasionya. Hasil analisa dapat
dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3.
1. Analisa pH sampel dengan kertas pH
Tabel 4.1 Analisa pH sampel pupuk
No. Sampel Pupuk pH
Kotoran Sapi : Air Waktu Pengadukan
1. 1 : 1
4 jam 7
8 jam 7
12 jam 7
2. 1 : 2
4 jam 7
8 jam 7
12 jam 7
3. 1 : 3
4 jam 7
8 jam 7
12 jam 7
4. 1 : 4
4 jam 6
8 jam 6
12 jam 6
5. 1 : 5
4 jam 6
8 jam 6
12 jam 6
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
2. Analisa Berat Jenis Sampel Pupuk Cair dengan Piknometer
Tabel 4.2 Analisa Berat Jenis Sampel Pupuk
No.
Sampel Pupuk Berat piknometer +
sampel (gram)
Berat
sampel
(gram)
ρ sampel
(gram / mL) Kotoran
Sapi : Air
Waktu
Pengadukan
1. 1 : 1
4 jam 22,373 10,118 1,0005
8 jam 22,378 10,123 1,0010
12 jam 22,401 10,146 1,0033
2. 1 : 2
4 jam 22,368 10,113 1,0000
8 jam 22,373 10,118 1,0005
12 jam 22,374 10,119 1,0006
3. 1 : 3
4 jam 22,368 10,113 1,0000
8 jam 22,365 10,110 0,9997
12 jam 22,375 10,120 1,0007
4. 1 : 4
4 jam 22,366 10,111 0,9998
8 jam 22,362 10,107 0,9994
12 jam 22,368 10,113 1,0000
5. 1 : 5
4 jam 22,359 10,104 0,9991
8 jam 22,365 10,110 0,9997
12 jam 22,376 10,121 1,0008
3. Hasil Analisis C/N Rasio Pupuk Organik Cair
Tabel 4.3 Analisa C/N Rasio Pupuk Organik Cair
No. Kode C.Organik
(Walkley &
Black)
N Total
(Kjeldhal)
C/N Rasio (Kalkulasi)
1 1 : 1 1,2662 0,0560 22,61
2 1 : 2 0,8766 0,0490 17,89
3 1 : 3 0,6818 0,0462 14,76
4 1 : 4 0,2922 0,0420 6,96
5 1 : 5 0,1948 0,0350 5,57
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
4. Aplikasi Pupuk pada Tanaman
Tabel 4.4 Aplikasi Pupuk pada Tanaman Kacang Hijau
No
.
Sampel Pupuk Hari ke- Kecepatan
Pertumbuhan
Rata-rata
(cm/hari)
Kotoran
Sapi :
Air
Waktu
Penga-
dukan
3
h
(cm)
6
h
(cm)
9
h
(cm)
12
h
(cm)
15
h
(cm)
1. 1 : 1 4 jam - - - - - -
8 jam 4,5 11 16 18,5 21 1,536
12 jam 1 13 19 21 23 1,715
2. 1 : 2 4 jam 0,5 8 19 23 26 1,790
8 jam 1,5 13 20 22,5 23 1,750
12 jam 1,5 5 12,5 14 17 1,151
3. 1 : 3 4 jam 1 3 4,5 10 14 0,790
8 jam 3,5 4,2 12,5 15 19 1,238
12 jam 4 16 20,5 22 24 1,772
4. 1 : 4 4 jam 4 11 18 19,5 22 1,624
8 jam 3 5,5 12,5 17 21 1,360
12 jam 1 12 17 19 22 1,587
5. 1 : 5 4 jam 3,5 13 21,5 22,5 25 1,775
8 jam 0 5,5 18 22 25,5 1,700
12 jam 0 0 7,5 12 17 0.942
6. Tanpa Pupuk 0,3 7 14 18 21 1,413
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
Tabel 4.5 Aplikasi Pupuk pada Tanaman Kacang Tolo
No. Sampel Pupuk Hari ke- Kecepatan
Pertumbuhan
Rata-rata
(cm/hari)
Kotoran
Sapi :
Air
Waktu
Penga-
dukan
3 6 9 12 15
h
(cm)
h
(cm)
h
(cm)
h
(cm)
h
(cm)
1. 1 : 1 4 jam 3,5 8,5 20 21,5 26,5 1,793
8 jam 7 15,5 17 17,5 24 1,690
12 jam 6,8 16 18 18,5 20 1,617
2. 1 : 2 4 jam 3,5 15 18 19 27 1,809
8 jam 3,2 11,5 16 16,5 18 1,395
12 jam 2,5 16 18 18,5 21 1,621
3. 1 : 3 4 jam 5 8,5 11 11,2 17 1,120
8 jam 4,8 11 12,5 13 16 1,189
12 jam 2 5 10 14 18 1,139
4. 1 : 4 4 jam 6,5 11 13 14 20 1,354
8 jam 3,7 12 15,5 16 19 1,413
12 jam 5,2 8,5 10,5 12 18 1,161
5. 1 : 5 4 jam 7 12 14 15,5 23,5 1,530
8 jam 7,1 10,5 12 12,5 14 1,115
12 jam - - - - - -
6. Tanpa Pupuk 5,5 11,5 13 14,5 18 1,306
B. Pembahasan
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair adalah
kotoran sapi dengan pelarut air. Pembuatan pupuk dilakukan dengan cara
mencampur kotoran sapi dan air dengan perbandingan tertentu. Campuran
tersebut diaduk secara terus menerus selama 12 jam dan mengambil sampel tiap
interval waktu 4 jam. Kemudian sampel hasil pengadukan disaring untuk
memisahkan antara filtrat dan padatannya.
Analisa yang dilakukan pada pupuk organik cair meliputi analisa pH yang
bernilai 6 s/d 7 sesuai pH tanah, analisa berat jenis yang hasilnya ± 1 gram/mL
sesuai SNI No. 19 – 1429 – 1989, dan analisa C/N rasio yang menghasilkan nilai
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
pupuk dengan perbandingan 1 : 2 sebesar 17,89 adalah nilai yang paling
mendekati C/N rasio kotoran sapi literatur sebesar 18.
Kualitas pupuk organik cair dapat diketahui dari pengujicobaan pupuk
pada tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai uji coba adalah tanaman kacang
hijau dan kacang tolo karena tanaman tersebut dapat dilihat pertumbuhannya
dalam waktu yang singkat.
Pengukuran tinggi dan kecepatan pertumbuhan tanaman digunakan
sebagai acuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk organik cair pada
tanaman tersebut.
Kedua grafik hubungan antara tinggi tanaman Vs hari menunjukkan pupuk
dengan perbandingan kotoran sapi dan air sebesar 1 : 2 mempunyai pengaruh
yang paling baik pada tinggi kedua tanaman, yaitu ketinggian tanaman kacang
hijau 26 cm dan ketinggian kacang tolo 27 cm. Hal ini terlihat pula dari kecepatan
pertumbuhan kacang hijau sebesar 1,790 cm/hari dan kacang tolo sebesar 1,809
cm/hari.
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pupuk organik cair dengan perbandingan kotoran sapi dengan air
sebesar 1 : 2 mempunyai pengaruh yang paling baik pada tanaman.
2. Pengujicobaan pupuk organik cair dengan perbandingan 1 : 2 pada
tanaman kacang hijau memiliki kecepatan pertumbuhan 1,790 cm/hari
dan tanaman kacang tolo memiliki kecepatan pertumbuhan 1,809
cm/hari.
B. Saran
Analisa dosis pemakaian pupuk organik pada tanaman belum kami
lakukan pada tugas akhir kami ini, sehingga pada penelitian selanjutnya hal
tersebut perlu dilakukan. Selain itu, untuk lebih memudahkan proses
pendistribusian dan pengemasan, akan lebih baik jika pupuk organik cair ini
dibuat dalam bentuk serbuk (powder).
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan
D III Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret
DAFTAR PUSTAKA
Astono, Banu., 2006, ” Persoalan Ada Sejak di Hulunya”, els.bappenas.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, 2008, ”Membuat Pupuk Cair Bermutu
dari Limbah Kambing”, www.pustaka-deptan.go.id
Bernasconi, G., Gerster, H., Hauser, H., 1995, ”Teknologi Kimia”, jilid 2,
halaman 177-187 myhome-puwantidiary.blogspot.com
Dinas Peternakan, 2007, ”Perkembangan data base Peternakan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2007”, www.jawatengah.go.id
Lingga, Pinus., Marsono, 2002, ”Petunjuk Penggunaan Pupuk”, PT Penebar
Swadaya, Jakarta
Rosmarkam, Afandie., 2002, ”Ilmu Kesuburan Tanam”, Kanisius, Yogyakarta
Sinaga, Sauland., 2009, ”Pembuatan Kompos untuk Pupuk Organik”,
blogs.unpad.ac.id/SaulandSinaga