ph diare.doc

Download ph diare.doc

If you can't read please download the document

Upload: agus-mardiyanto

Post on 08-Dec-2015

257 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diarepada Dewasa di Desa Langensari yang Berobat ke PuskesmasLangensari II Kota Banjar dengan Keluhan DiarePeriode Januari Maret 2015LAPORAN PENELITIANDiajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase IKAKOM 1 padaProgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah JakartaOleh:20097300272010730006201073001620107300772011730017Luqmanul Hakim, S.KedAina Ullafa, S.KedAyu Indah Lestari, S.KedNely Kartika, S.KedBunga Tri Amanda, S.KedGabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031Laili Hasanah, S.KedM. Thanthawi Jauhari, S.Ked20117300522011730151PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diarepada Dewasa di Desa Langensari yang Berobat ke PuskesmasLangensari II Kota Banjar dengan Keluhan DiarePeriode Januari Maret 2015LAPORAN PENELITIANDiajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase IKAKOM 1 padaProgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah JakartaOleh:20097300272010730006201073001620107300772011730017Luqmanul Hakim, S.KedAina Ullafa, S.KedAyu Indah Lestari, S.KedNely Kartika, S.KedBunga Tri Amanda, S.KedGabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031Laili Hasanah, S.KedM. Thanthawi Jauhari, S.Ked20117300522011730151PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015HUBUNGAN KETERSEDIAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIANDIARE PADA DEWASA DI DESA LANGENSARI YANG BEROBAT KE PUSKESMAS LANGENSARI 2 KOTA BANJAR DENGAN KELUHAN DIAREPERIODE JANUARI-MARET 2015Luqmanul Hakim, Ayu Indah Lestari, Aina Ullafa, Nely Kartika, Bunga TriAmanda, Gabriele Ramadhan R. D., Laili Hasanah, M. Thanthawi Jauhari.Dokter Muda, FakultasMuhammadiyah Jakarta.KedokterandanKesehatan,UniversitasABSTRAKLatar Belakang : Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satupenyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dansemua kelompok usia diserang diare. Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompokumur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare padabalita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare pada dewasa di Desa Langensariyang berobat ke Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan keluhan diare PeriodeJanuari - Maret 2015.Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitikdengan desain cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 92 orang.Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan melakukan kunjungan kesetiap rumah responden. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkatkemaknaan () = 0,05.Hasil : Diketahui bahwa dari 92 responden, sebanyak 53 orang yang memilikiketersediaan jamban sehat yang baik, sedangkan warga yang memiliki ketersediaanjamban sehat yang kurang baik sebanyak 39 orang.Kesimpulan : Dari hasil analisa SPSS didapatkan bahwa terdapat hubungan antaraketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare, dengan p = 0,005Kata Kunci : Jamban sehat, Diare.RELATIONSHIP BETWEEN AVAILABILITY OF HEALTHY LATRINESWITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN ADULTS IN THELANGENSARI VILLAGE WHO WENT TO CLINIC LANGENSARI 2BANJAR CITY, PERIOD JANUARY MARCH 2015Luqmanul Hakim, Ayu Indah Lestari, Aina Ullafa, Nely Kartika, Bunga TriAmanda, Gabriele Ramadhan R. D., Laili Hasanah, M. Thanthawi Jauhari.Faculty of Medicine and Health, Muhammadiyah Jakarta UniversityABSTRACTBackground : Diarrheal disease is one of the major causes of morbidity andmortality cases. Almost all geographical regions of the world and all age groupsattacked diarrhea. Based on Research 2013, the incidence of diarrhea (< 2 weeksprior to the interview) based on symptoms in all age groups by 3,5 % (range byprovinces 1,6% - 6,3%) and the incidence of diarrhea in infantsAim : This study aim to determine whether there is any relationship to theavailability of healthy latrines with the incidence of diarrhea in adults in thelangensari village who went to clinic langensari 2 banjar city, period January-March2015.Method : The method used is descriptive analytic with cross sectional approach.Respondents in this study amounted to 92 people. The collections of data bydistributing questionnaires and home visits. Data analysis using chi square test withsignificance level ()=0,05.Result: of the 92 people, 53 people have good healthy latrines and 39 people haventgood healthy latrines.Conclusion: There is a relationship between the availability of healthy latrines withincidens of diarrhea, with p = 0,005.Key words : Healthy latrines, Diarrhea.LEMBAR PERNYATAANDengan ini kami menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya aslikami yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir staseIKAKOM di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan semua sumber yang digunakandalam penulisan ini telah dicantumkan dalam daftar pustaka.Langensari, Mei 2015Penulis, Dokter Muda FKK UMJLEMBAR PERSETUJUANLaporan penelitian dengan judul :Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Dewasa DiDesa Langensari Puskesmas Langensari II Kota Banjar Periode Januari - Maret2015.Telah disetujui dan layak untuk diajukan mengikuti seminar laporan penelitianProgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah JakartaPada hariTanggal: Senin: 11 Mei 2015Pembimbing/Kepala Puskesmasdrg. RobyantoPERSETUJUAN DEWAN PENGUJIHubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare Pada DewasaDi Desa Langensari Puskesmas Langensari II Kota Banjar Periode Januari -Maret 2015.Telah disusun dan dipersiapkan oleh:Luqmanul Hakim, S.KedAina Ullafa, S.KedAyu Indah Lestari, S.KedNely Kartika, S.KedBunga Tri Amanda, S.Ked20097300272010730006201073001620107300772011730017Gabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031Laili Hasanah, S.KedM. Thanthawi Jauhari, S.Ked20117300522011730151TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJITANGGAL, 11 MEI 2015Pembimbing/Kepala Puskesmasdrg. RobyantoKATA PENGANTARSegala puji bagi Allah SWT yang Maha segalanya. Karena pada akhirnyapenyusunan Laporan Penelitian yang berjudul HubunganSehat denganKetersediaan JambanKejadian Diare pada Dewasa di Desa Langensari PuskesmasLangensari II Kota Banjar Periode Januari - Maret 2015 dapat diselesaikan untukmemenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian IKAKOM 1 di Program StudiPendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas MuhammadiyahJakarta. Sholawat serta salam tidak lupa kami sampaikan pada baginda RasulullahSAW yang telah membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.Dalam proses penyusunan Laporan penelitian ini, saya mendapat banyakbantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :1. Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc, selaku dekan Fakultas Kedokteran danKesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikanizin untuk dapat melakukan penelitian.2. dr. Tri Ariguntar Wikaningtyas, Sp.PK,selaku ketua Program StudiPendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UniversitasMuhammadiyah Jakarta3. drg. Robyanto selaku Kepala Puskesmas Langensari 2 dan jugapembimbing yang telah menerima kami di Puskesmas Langensari 2 dandengan penuh kesabaran, telah meluangkan waktu, memberi bantuan,petunjuk, serta masukan dalam pembuatan laporan penelitian ini.4. dr. Pitut Aprilia, M.KK selaku pembimbing yang telah memberikanbimbingan, dukungan serta saran kritik yang berguna untuk laporanpenelitian ini.5. dr. Yudi dan dr. David, staf, dan karyawan di lingkungan PuskesmasLangensari 2 atas bimbingan dan bantuannya selama ini.6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporanpenelitian ini.Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh darikesempurnaan, oleh karena itu penulis selalu terbuka untuk menerimakritik dan saran. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagipembaca.Langensari, Mei 2015Penulis, Dokter Muda FKK UMJDAFTAR TABELTabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel . ...45Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare ............................ 51Tabel 4.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jamban ........................................ 51Tabel 4.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Jamban Sehat ........ 52DAFTAR LAMPIRANLampiran 1Lampiran 2Lampiran 3Lampiran 4: Surat Izin Penelitian Puskesmas: Kuisioner Penelitian: Lembar Perhitungan SPSS: Foto KegiatanBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satupenyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografisdunia dan semua kelompok usia diserang diare. Di Indonesia, angkakesakitan diare pada tahun 2002 sebesar 6,7 per 1.000 penduduk,sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi 10,6 per 1.000 penduduk dantingkat kematian akibat diare masih cukup tinggi. Menurut Riskesdas2013, insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umursebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diarepada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).Kejadian diare di Puskesmas Langensari II memberikan gambaranbahwa dari 10 penyakit terbesar, diare masih masuk menempati urutanke-10 setelah penyakit arthritis rheumatoid. Data kesakitan diare yangtercatat pada laporan tahunan Puskesmas Langensari II pada tahun 2014diperoleh sebanyak 1.201 kasus. Kasus diare yang cukup tinggi terjadipada kelompok umur 15-44 tahun sebesar 199 kasus (25%) (PuskesmasLangensari II, 2014). Salah satu penyebab penyakit diare dikarenakanselain kesehatan lingkungan yang masih kurang juga karena kurangmelaksanakan pola hidup dengan PHBS.Penyakitdiaremerupakanpenyakityangberbasislingkungan. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitutidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,kekurangan sarana kebersihan (pembuanganhigienis),kebersihanperorangantinjayangtidakdan lingkungan yang jelek,penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan makanan masakpada suhu kamar yang tidak semestinya (Duncan et al, 2002). Banyakfaktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorongterjadinya diare yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku.Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan yaitu saranapenyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksibersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehatkarena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusiayang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.Berdasarkan hasil penelitian Juariah (2000), diketahui bahwa adahubungan bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih,kepemilikan jamban, jenis lantai, pencahayaan rumah dan ventilasirumah. Serta menurut penelitian Rahadi (2005), menyimpulkan bahwa adahubungan antara kepemilikan jamban, jarak SPAL, jenis lantai dengankejadian diare. Berdasarkan pediment pengelolaan promosi kesehatanDEPKES RI (2008) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antaraterjadinya diare dengan pembuangan tinja dan jenis sumber air minum.Puskesmas Langensari II merupakan salah satu pusat pelayanankesehatan masyarakat di Kota Banjar yang jumlah penderita diarenyamengalami peningkatan dari tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 1308 orangmenjadi 1531 orang.Berdasarkan data laporan tahunan PuskesmasLangensari II tahun 2014, jumlah penderita diare pada dewasa diWilayah Kerja Puskesmas Langensari II, yaitu Desa Langensari, DesaWaringinsari, dan Kelurahan Muktisari sebanyak 427 orang, dan denganproporsi penderita diare terbanyak berasal dari rentang usia 15 - 44 tahunsebanyak 199 orang (25%) serta Desa Langensari menjadi salah satuwilayah dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu sebesar 259 orang(35%).Berdasarkan Uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukanpenelitian mengenai hubungan antara jamban sehat dengan kejadian diarepada dewasa di Desa Langensari Puskesmas Langensari II Kota BanjarPeriode Januari - Maret 2015.B. Perumusan Masalah1. Masalah umumApakah ada hubungan antara ketersediaan jamban sehatdengan kejadian diare pada dewasa di Desa Langensari yang berobatke Puskesmas Langensari II, Kota Banjar dengan keluhan diarePeriode Januari - Maret 2015?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumDiketahui hubungan menggunakan jamban sehat dengankejadian diare pada dewasa di Desa Langensari yang berobat kePuskesmas Langensari II Kota Banjar dengan keluhan diare PeriodeJanuari - Maret 2015.2. Tujuan khususa. Diketahui distribusi jamban sehat di Desa Langensari PeriodeJanuari - Maret 2015.b. Diketahui distribusi penderita diare di Desa Langensari PeriodeJanuari - Maret 2015.D. ManfaatPenelitian1. Bagi Puskesmas Langensari IIDiharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi salah satusumber tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubunganantara jamban sehat dengan kejadian penyakit diare.2. Bagi masyarakatMenambah pengetahuan tentang hubungan antara jamban sehatdengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebihmenjaga kondisi sanitasi lingkungannya.3. Bagi penelitiMenambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsungdalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki.E. Batasan MasalahRuang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasanmengenai hubungan antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadiandiare pada dewasa.BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkankualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melaluipeningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupunterhadap bentuk atau wujudnya yang berupa fisik, kimia, atau biologistermasuk perubahan perilaku.Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatanmasyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi olehlingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, ataudirangsang oleh faktor - faktor lingkungan oleh karena itu lingkunganhidup sangat berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupandan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup.Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakansuatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkansampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusiamemerlukan daya dukung unsur - unsur lingkungan untuk kelangsunganhidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhanmanusia harus diambil dari lingkungan hidupnya.Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkunganyang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatanhidup manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal danasrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antaraperkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yangharus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkunganadalah obyek sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerjaseperti: dapur, restoran, taman, tempat umum, ruang kantor, rumah dsb.1. Definisi Kesehatan LingkunganMenurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan LingkunganIndonesia) Mengemukakan bahwa Kesehatan Lingkungan adalahSuatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbanganekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untukmendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat danbahagia.Menurut WHO (World Health Organization), bahwa Kesehatan Lingkungan adalah Suatu keseimbangan ekologi yangharus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjaminkeadaan sehat dari manusia.Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisiatau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruhpositif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.Kesehatan lingungan juga meliputi penyehatan air dan udara,pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dankebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan makanan.Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan, sangatlah diperlukanadanya mutu disiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan denganbaik.2. Ruang Lingkup Kesehatan LingkunganRuang lingkup kesehatan lingkungan menurut UU No.36tahun 2009 tentang Kesehatan, lingkungan sehat mencakuplingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, sertatempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat sebagaimana bebasdari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan antaralain: limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidakdiproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah,binatang pembawa penyakit, zat kimia berbahaya, kebisinganyang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan nonpengion, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makananyang terkontaminasi.RuanglingkupkesehatanlingkunganmenurutNotoatmodjo. S meliputi:1. Faktor teknisa.Penyediaan Air BersihPenyediaan air bersih bisa melalui sistem perpipaan dan nonperpipaan. Bilamana penyediaan air untuk masyarakat dengan sistemperpipaan tidak praktis, maka sumber air tanpa pengolahan sepertisumur gali, sumur pompa tangan dan perlindungan mata air (yangmungkin secara alami tidak bersih) harus dipergunakan. Segala sesuatuyang mungkin bisa dikerjakan untuk mencegah pencemaran air, sumber-sumber pencemaran yang nyata harus dipindahkan dari daerahpenangkapan langsung. Perhatian khusus ditujukan kepada pengamananpembuangan kotoran (Dinkes RI, 1993).Pada air yang pengambilannya tidak melalui perpipaan, airyang berasal dari sumber air memiliki kualitasnya dapat menurun secaradrastis selama dalam pengangkatan atau penyimpanan sebelumdiminum. Tangki untuk mengangkut air harus selalu bersih dan tertutup.Faktor paling penting untuk mencapai tujuan ini adalah menjagahubungan baik dengan masyarakat setempat, dan pendidikan tentanghygiene dan sanitasi sederhana harus diutamakan. Secara bakterologistujuan harus diarahkan untuk mengurangi jumlah bakteri Escherichiacoli sampai kurang dari 10 per 100 ml tetapi yang lebih penting adalahjaminan tidak adanya bakteri golongan Escherichia coli pada tinja. Jikaorganisme ini berulang ditemukan atau pada inspeksi sanitasimenunjukan dengan jelas sumber pencemaran yang tidak dapatdihilangkan maka sumber air bersih lain sebagai alternatif harus dicaribilamana memungkinkan. Pemanfaatan terhadap sumber air tanah danpenampungan air hujan harus dilindungi agar air - air ini bisa memenuhipersyaratan pedoman kualitas air bersih.Walaupun sumber sumber air bersih perorangan beradadiluar jangkauan wewenang instansi kesehatan unit pengolahan danpenyediaan air seperti ini tetap harus memenuhi persyaratan air bersih.Hasil tes bakteriologis dan inspeksi sanitasi harus dapat menumbuhkankeinginan untuk perbaikan. Pengolahan perlu dilakukan untukmenghilangkankekeruhan,walaupunhitungantotalgolonganEscherichia coli rendah, atau mungkin memerlukan pengolahan untukmemperbaiki kualitas parameter lain.Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dariberbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagimenjadi air hujan, air permukaan, dan air tanah.1) Air HujanAir hujan merupakan sumber air utama air di bumi.Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, airtersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada diatmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapatdisebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas,misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.2) Air PermukaanAir permukaan merupakan salah satu sumber pentingbahan baku air bersih. Faktor-faktor yamg harus diperhatikan,antara lain: mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitasnya,dan kontinuitasnya. Dibandingkan dengan sumber air lain, airpermukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibatkegiatan manusia, fauna, flora dan zat-zat lain.Sumber-sumber air permukaan antara lain sungai,selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Airterjun dapat dipakai untuk sumber air di kota-kota besar karenaair tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan jatuhsecara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidakmembutuhkan purifikasi bakterial.Sumber air permukaan yang berasal dari sungai,selokan, dan parit mempunyai persamaan, yaitu airnya mengalirdan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber airpermukaan yang berasal dari rawa, bendungan dan danaumemiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yanglama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnyapembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain.Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadargaram yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk airminum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange.3) Air TanahAir tanah (ground water) berasal dari air hujan yangjatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasiatau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses fertilisasisecara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujantersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat airtanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan denganair permukaan.Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkansumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kumanpenyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi ataupenjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjangtahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanahjuga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibandingsumber lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalamkonsentrasi yang tinggi. Kosentrasi yang tinggi dari zat-zatmineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat sepertibesi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untukmengisap dan mengalirkan air ke permukaan diperlukan pompa.Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dankuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhlukhidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakupkualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). MenurutKusnaedi (2004), syarat-syarat kualitas air bersih, antara lain:1) Syarat FisikPersyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidakkeruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunyanormal (20-260C), tidak mengandung zat padatan.2) Syarat KimiaKualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia,antara lain: pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun,tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahanrendah, tidak mengandung bahan kimia anorganik.3) Syarat BiologisAir tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandunggolongan Escherichia coli dianggap telah terkontaminasi dengankotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan PERMENKESRI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologisair bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel airdengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.Sementara itu, syarat-syarat sarana dalam penyediaan air bersihadalah sebagai berikut (Depkes.RI, 1994):1) Sumur pompa tangan dalam atau dangkalJarak SPT minimal 11 meter dari sumber pencemaranantara lain: jamban, air kotor, tempat pembuangansampah, kandang ternak dan lain-lain.Lantai harus kedap air, air minimal 1 meter dari sumur,tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, dan tidaktergenang air.SPAL harus kedap air, tidak menimbulkan genangan,panjang SPAL dengan sumur resapan minimal 11 meter.Pipa penghisap di bagian atas dilindungi minimal 2 meterdari lantai dengan pipa pelindung atau diberi cor rapat air.Ujung bawah pipa saringan diberi kerikil sebesar bijijagung.Klep and kert penghisap harus bekerja dengan baik agartidak memerlukan air pancingan.Dudukan pompa harus kuat, rapat air dan tidak retak.2) Sumur gali (SGL)Jarak SGL minimal 11 meter dari sumber pencemaranantara lain : jamban, air kotor, tempat pembuangansampah, kandang ternak dan lain-lain.Lantai harus kedap air, air minimal 1 meter dari sumur,tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, dan tidaktergenang air.Tinggi bibir sumur minimal 80 centimeter dari lantai,terbuat dari bahan yang kuat dan rapat air.Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari lantai,kedap air.Jika pengambilan air dengan ember harus ada emberkhusus dan tali timba harus selalu berada dibagian atasatau tergantung.3) Perlindungan mata air (PMA)Sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran airyang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinantelah tercemar.Jarak PMA minimal 11 meter dari sumber pencemaranantara lain : jamban, air kotor, tempat pembuangansampah, kandang ternak dan lain-lain.Tutup bak perlindungan dan dinding bak rapat air padabagian atas / belakang bak perlindungan dibuat saluran airyang arahnya keluar dari bak agar tidak mencemari airyang masuk.Lantai bak harus rapat air dan mudah dibersihkan.Kemiringan lantai mengarah pada pipa penguras.b. JambanJamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangantinja. Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jambankeluarga adalah suatu bangunanyang digunakan untukmembuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotorantersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadipenyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan.Pengertianlainnyatentangjambanadalahpengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidakmenyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia danmenganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurutKementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitaspembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularanpenyakit (Kepmenkes, 2008: 852).Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakanbagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegahberkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yangdisebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola denganbaik.Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Depkes RI, 2004).1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubangpenampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh seranggamaupun tikus3) Cukup luas dan miring ke arah lubang jongkok sehinggatidak mencemari tanah disekitarnya4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap airdan berwarna6) Cukup penerangan7) Lantai kedap air8) Centilasi cukup baik9) Tersedia air dan alat pembersih.Jamban juga hendaknya selalu dijaga dan dipeliharadengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurutDepkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut:1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering2) Disekeliling jamban tidak ada genangan air3) Tidak ada sampah berserakan4) Rumah jamban dalam keadaan baik5) Lantau selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat6) Lalat, tikus, dan kecoa tidak ada7) Tersedia alat pembersih8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki.b. Pembuangan SampahSampah adalah semua benda atau produk sisa dalambentuk padat sebagai akibat aktifitas manusia yang dianggaptidak bermanfaat dan tidak dikehendakinya dibuang sebagaibarang tidak berguna. Pengelolaan sampah adalah upayamengelola sampah yang memenuhi persyaratan kesehatansehingga terwujud mutu lingkungan yang sehat yang dapatmengurangi risiko terjadinya penularan penyakit dan gangguankesehatan. Tempat sampah adalah sarana yang digunakan untukmembuang sampah atau membuang barang yang sudah tidakdibutuhkan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam mengelolasampah rumah tangga adalah:Tersedianya tempat pengumpul sampah di dalam rumahyang terbuat dari bahan kedap air dan tertutupSampah basah dapat segera ditanam pada lubang galiandengan ukuarn 1 meter x 1 meter x 1 meter dalam 3sampai 6 bulanSampah kering seperti botol kertas dan lainnya dapatdimanfaatkan kembali sedang kaleng bekas digepengkankemudian dibuang ke tempat sampah atau ditanam.Sampahbekasbahanberacun(pestisida,pupuk,insektisida) ditanam di tempat yang aman dan jauh darisumber air.Sampah diangkut ke tempat pembuangan sementaramaksimal 1 minggu sekali.c. Sarana Pembuangan Air LimbahSaranaPembuanganAirLimbahadalahsuatubangunan yang digunakan untuk membuang air buangan darikamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain, bukan darijamban atau perturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhisyarat sebagai berikut :Tidak mencemari sumber air bersih dengan jarak minimal11 meter.Tidak menimbulkan genangan air yang dapat digunakanuntuk sarang nyamuk dengan cara ditutup yang cukuprapat.Tidak menimbulkan bau dengan cara diberi tutup yangcukup rapat.Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidakmenyenangkan (tidak bocor sampai meluap).2. Faktor non teknisa. Tingkat PendidikanDengan makin bertambah luasnya kesempatanmendapatkan pendidikan, akan tercipta norma dan nilaiyang mengarah kepada sikap dan perilaku terhadap hidupsehat yang menguntungkan upaya kesehatan (Indonesia,Depkes, 1984).b. Tingkat Penghasilan EkonomiPertumbuhan ekonomi telah meningkat sampaisaatinidandiperkirakanakanterusmeningkat.Kecenderungan tersebut akan mempengaruhi pula dibidangkesehatan.Sebaliknyadenganmeningkatnyaderajatkesehatan akan meningkatkan produktivitas kerja, yangmendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dengansemakin meningkatnya usaha pembangunan diharapkanpendapatan perkapita akan meingkat dan pembagianpendapatan masyarakat akan lebih merata. Hal ini akanmeningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapaiderajat kesehatan yang lebih baik (Depkes, 1984).Marsum Ghozali (1984) menyatakan bahwatingkat ekonomi masyarakat berpengaruh dalam segipembiayaan dan perawatan program pada pelaksanaan carapembuangan tinja. Jika tingkat ekonomi masyarakat tinggiakan menunjang program yang ada, tetapi jika tingkatekonomi masyarakat rendah maka akan berakibat :1) Sulit menciptakan pembaharuan tinja yang lebih baikdari cara lama yang mereka pakai.2) Mengakibatkan masih terbatasnya atau sama sekalibelumt ersedianya sarana fisik yang dapat merangsangpembaharuan sikap tentang cara-cara pembuangan tinjayang baik.Udin Djabu et.al. (1991, h. 39) menyatakan bahwadalam perencanaan dan pemilihan tipe jamban, hanyatidak boleh dijadikan faktor dominan tapi perludicarikan jalan tengah berdasarkan pertimbangan yangseksama atas semua unsur yang terkait, sehingga dapatmenciptakan lingkungan yang saniter dan dapatditerima oleh keluarga.Menurut Hendrik L. Blum terdapat empat faktor yangberpengaruh terhadap kesehatan yaitu keturunan, lingkungan (fisikalamiah buatan manusia dan sosial budaya), perilaku, dan fasilitaskesehatan (pelayanan kesehatan). Dari empat faktor tersebut, terlihatbahwa perilaku manusia memiliki kontribusi yang apabila dianalisalebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruhtidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisikbuatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwafaktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunankarena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadipengaruh yang negatife terhadap kesehatan dan karena perilakumanusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusiayang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan (Notoatmodjo,2003).B.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)1. Definisi PHBSPerilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulanperilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasilpembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapatmenolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan katif dalammewujudkan kesehatan masyarakatnya (Kemenkes RI, 2011):.a. Sasaran PHBS Menurut Tatanan1) PHBS di tatanan rumah tangga.2) PHBS di tatanan sekolah.3) PHBS di tatanan institusi kesehatan.4) PHBS di tatanan tempat kerja.5) PHBS di tatanan tempat-tempat umum.b. PHBS di Tatanan Rumah Tangga1) Pengertian PHBS rumah tanggaPHBSdirumahtanggaadalahupayauntukmemperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau danmampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sertaberperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat(Kemenkes RI, 2011):.2) Manfaat PHBS rumah tanggaDengan melaksanakan PHBS di rumah tangga akandiperoleh beberapa manfaat secara langsung maupun tidaklangsung sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011):1)Bagi rumah tanggaSetiap anggota keluarga menungkat kesehatannyadan tidak mudah sakit.Pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik.Produktifitas kerja anggita keluarga meningkat.Pengeluaran biaya rumah tangga yang semulauntuk biaya lain yang tidak bermanfaat bagikesehatan, dapat dialihkan untuk pemenuhan gizikeluarga, biaya pendidikan, dan modal usahauntuk peningkatan pendapatan keluarga.Mengurangi atau meniadakan biaya pengobatandalam keluarga.2)Bagi masyarakatMasyarakat mampu mengupayakan terciptanyalingkungan yang tertata rapi dan sehat.Masyarakat mampu mencegah dan mengatasimasalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatanyang ada untuk penyembuhan penyakit danpeningkatan kesehatannya.c. 10 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan2) Memberi asi ekslusif3) Menimbang balita setiap bulan4) Menggunakan air bersih5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun6) Menggunakan jamban sehat7) Memberantas jentik dirumah sekali seminggu8) Makan buah dan sayur setiap hari9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari10) Tidak merokok di dalam rumahd. Pembuangan Kotoran Manusia dan PengelolannyaJamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangankotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksuddengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidakdipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalamtubuh (Notoatmodjo, 2007).Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusiamerupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan tinjasecara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang palingdiutamakan.Pembuangantinjasecaratidakbaikdansembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah,atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahayabagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterbornedisease akan mudah berjangkit. Yang termasuk waterbornedisease adalah tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakitcacing, hepatitis viral dan sebagainya.Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangantinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekononi yangrendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yangkurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yangditurunkan dari generasi ke generasi.Untukmencegahsekurang-kurangnyamengurangikontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangankotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangankotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.Menurut Notoatmodjo (2007), suatu jamban disebut sehatapabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jambantersebut2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dankecoa, dan binatang-binatang lainnya.5) Tidak menimbulkan bau6) Mudah digunakan dan dipelihara7) Sederhana desainnya8) Murah9) Dapat diterima oleh pemakainyaMenurut Soeparman (2002), jamban sehat juga harusmempertimbangkan pada pemenuhan berbagai keiinginanberikut:1) Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengantenang tanpa terganggu privasinya.2) Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan dengannyaman (comfort) dalam posisi dan suasana yang disukainya.3) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan olehorang yang sedang menderita penyakit saluran pencernaandengan tidak menimbulkan risiko bahaya penularan bagiorang lain.4) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan orangdengan semaksimal mungkin memperoleh manfaat dari tinjayang dibuang, yang dapat diproses menjadi kompos atau biogas.5) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan orang diberbagai daerah dengan teknik yang sesuai dengan kondisisetempat.e. Jamban Sehat1) Definisi JambanSanitasisesuainomenkalturMDGsadalahpembuangan tinja. Termasuk dalam penelitian ini meliputijenis pemakaian atau pengguanaan tempat buang air besar,jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuanganakhir tinja. Jamban merupakan fasilitas atau saranapembuangantinja.MenurutKusnoputranto(1997),pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yangdigunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoransehingga kotoran tersebut tersimoan dalam suatu tempattertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit sertatidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lainmenyebutkanbahwapengertianjambanadalahpengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehinggatidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoranmanusia dan mengganggu estetika.Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antaralaindapatberkembangnyaberbagaipenyakityangdisebabkan oleh kotoran manusia.2) Jenis jambanJamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapapilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidakmenimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yangtercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat dibedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996).Jambancemplungadalahjambanyangtempatpenampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakanatau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari lubangadalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidakdi mungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsungke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsungmasuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidakterlalu dalam karena akan mengotori air tanah,kedalamannya 1,5-3 meter.Jamban empang (Overhung Latrine) adalah jamban yangdi bangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Jambanmodel ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yangbisanya di pakai untuk ikan, ayam.Jamban kimia (chemical toilet)Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api,pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfaksidenganzat-zatkimiaseperticausticsodadanpembersihannya di pakai kertas tisue (toilet piper).Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yangtelah terkumpul perlu dibuang lagi.Jamban leher angsa (angsa latrine)Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closetberbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi airgunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah baubusuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jambanmodel ini adalah model yang terbaik yang dianjurkandalam kesehatan lingkungan.3) Syarat Jamban SehatJamban keluarga yang sehat adalah jamban yangmemenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004).a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubangpenampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.b) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah olehserangga maupun tikus.c) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkoksehingga tidak mencemari tanah sekitar.d) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.e) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedapair dan warna.f) Cukup penerangg) Lantai kedap airh) Ventilasi cukup baiki) Tersedia air dan alat pembersih.4) Manfaat dan Fungsi JambanJamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja darilingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syaratkesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :a) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakitb) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaansarana yang aman.c) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektorpenyakit.d) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih danlingkungan.5) Pemeliharaan JambanJamban hendaklah selalu dijaga dan di pelihara denganbaik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut DepkesRI 2004 adalah sebagai berikut :a) Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering.b) Di sekeliling jamban tidak tergenang airc) Tidak ada sampah berserakand) Rumah jamban dalam keadaan baike) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihatf) Lalat, tikus dan kecoa tidak adag) Tersedia alat pembersihh) Bila ada yang rusak segera di perbaiki.Selain itu di tambahkan juga pemeliharaan jambankeluarga dapat di lakukan dengan (Simanjuntak, P : 1999) :a) Air selalu tersedia dalam bak atau emberb) Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalatf. Pemanfaatan JambanPemanfaatanjambanberartipenggunaanataupemakaian jamban oleh masyarakat untuk menciptakanlingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari katamanfaat. Dalam kamus bahasa Indonesia pemanfaatandiartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan(2005: 711).Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatanjamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkanatau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Ataudengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jambanoleh masyarakat dalam hal buang air besar.Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahayayang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yangdiakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang dapatmenjadi sumber penyakit.Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup danaman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular sepertipolio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakityang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar sepertipenyediaan jamban. Bakteri Escherichia coli dijadikansebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahuibahwa bakteriProses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang barudapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan,serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Prosespenularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :1) Kuman penyebab penyakit2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab3) Cara keluar dari sumber4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yangpotensial5) Cara masuk ke inang yang baru6) Inang yang peka (suscaptible).BahayabuangairbesarsembaranganolehNotoatmodjo (2003: 159) digambarkan melalui rantaipenyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine.Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selaindapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman,sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, seranggadan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapatdisebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus,disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,tambang dan pita),schistosomiasis, dan sebagainya.(Notoatmodjo, 2003: 159-160)C.Diare1. Definisi Diare (Depkes RI, 1990/1991)Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berartimengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakitdiare. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakitdiare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari padanormal. Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih daritiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitikberatkan pada konsistensitinja daripada menghitung frekuensi buang air besar. Ibu-ibubiasanya mengetahui kapan anaknya menderita diare, merekabiasanya mengatakan bahwa tinja anaknya encer atau cair. Ibu-ibubiasanya menggunakan istilah local antara lain di Indonesia adalahmencret, berak-berak, mabyur, muntaber, beser dan lain-lain.Menurut Dirjen PPM dan PLP, diare adalah penyakit yang ditandaidengan perubahan bentuk, konsistensi tiinja melembek sampaimencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih daribiasanya \tiga kali dalam sehari).2. Klasifikasi DiareBerdasarkan hasil seminar nasional pemberantasandiare tahun 1990, diputuskan bahwa penentuan diagnose penyakitdiare digunakan dengan klasifikasi sebagai berikut :a.Diare akut, yaitu apabila diare berlangsung kurang dari 14 haritanpa diselang seling berhenti lebih dari 2 hari.Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empatkategori yaitu :1) diare tanpa dehidrasi2) diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5%dari berat badan3) diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilangberkisar 6% sampai 10% dari berat badan,4) Diare dengan dehidrasi berat, cairan yang hilang lebih dari10%b.c.Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.Diare berdarah, yaitu diare yang dalam tinja penderita terdapatdarah.d.Diare dengan penyakit penyerta yaitu penyakit ISPA.3. Penyebab Diare (Noerasid, Haroen,dkk, 1999)Penyebab penyakit diare dibagi menjadi enam kelompok antara lain :a. Infeksi-Bakteri : Shigella, Salmonella, Escherichia coli,vibrio.sp--Virus : Rotavirus, AdenovirusParasit : Protozoa, E. histolityca, Giardia lambliab. Malabsorpsic. Alergid. Keracunan ( Keracunan bahan-bahan kimia and keracunan olehracun yang dikandung dan diproduksi)e. Imunodefisiensif. Sebab lainPenyebab penyakit diare bisa berupa virus, bakteri, protozoa ataudapat pula oleh faktor makanan, alergi, serta malnutrisi. Olehkarena itu manifestasi penyakit di masyarakat juga bervariasi.Menurut Simanjuntak dalam Seminar Nasional PemberantasanDiare tahun 1990, beberapa mikroba penyebab penyakit besertainsidensi, pathogenesis, caar penularan, serta gejala-gejalanyaadalah sebagai berikut :a. RotavirusMerupakan 25% dari episode diare pada anak umur 6-24 bulan. Di masyarakat diperkirakan hanya 5-10% danterdapat di daerah cosmopolitan. Rotavirus menyebabkankerusakan tak beraturan pada epitelium usus. Penularanberlangsung secara orofaecal, mungkin juga secara dropletdi udara. Gejala yang muncul adalah diare, muntah-muntah,dan demam, dehidrasi bervariasi dari yang tanpa gejalahingga berat.b. Escherichia coliMenyebabkan sekitar 5% dari diare di negaraberkembang. Penularan secara orofaecal serta melaluimakanan dan minuman yang terkontaminasi Escherichiacoli. gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantungdari tipe Escherichia coli-nya. Pada infeksi EPEC(Enteropathogenic Escherichia coli), biasanya sembuhsendiri, tetapi bisa fatal atau menjadi diare persisten,terutama pada anak berumur kurang dari 6 bulan. PadaETEC (Entterotoxigenic Escherichia coli), biasanya jugasembuh sendiri. Bakteri ini sering menyerang wisatawandarinegaramajukenegaraberkembang.EAEC(Enteroadheren E.coli) menyebabkan diare encer, kadang-kadang menjadi diare persisten. EIEC (EnteroinvasiveEscherichia coli) memperlihatkan gejala seperti pada orangyangterinfeksiShigella.SedangkanpadaEHEC(Enterohaemorhatic Escherichia coli), biasanya penderitamengalami sakit perut mendadak, demam subfebris, diarecair dan kemudian terdapat darah.c. ShigellaInsidensi diare yang disebabkan Shigella diperkirakan10-15% dari diare akut. Pada infeksi Shigella, bakterimenembus dan bersarang di bawah sel epitel dan membuatborok pada usus. Penularan terjadi melalui kontak langsungdengan penderita atau melalui makanan dan minuman yangtercemar Shigella.Gejala yang timbul meliputi diare agak encer, sakitperut, dan tenesmus, tinja berlendir dan berdarah. Gejalaakan lebih berat bila penderita mengalami malnutrisi.d. Compylobacter jejuniInsidensi penyakit adalah 5-10% penderita diaer didaerah cosmopolitan. Di negara berkembang biasanyadiderita anak berusia dibawah satu tahun. Pathogenesis,kemungkinanmenembusileumdanususbesar,mengeluarkan dua jenis toksin, yaitu sitotoksin danenterotoksin. Penularan terjadi melalui kontak langsungdengan penderita atau melalui tinja orang atau hewanterinfeksi. Gejalanya meliputi diare encer, tetapi sebagianseperti disentri dengan tinja berdarah dan berlendir.e. Vibrio choleraDi Asia dan Afrika merupakan endemis penyakitV.cholerae dan merupakan 5-10% penderita diare yangdirawat di pelayanan kesehatan. Petogenesis penyakit iniadalah bakteri yang melekat dan berkembang pada mukosausus dan menghasilkan enterotoksin. Penularan berlangsungmelalui mekanan dan minuman yang terkontaminasi.Penularan melalui kontak langsung jarang terjadi. Dikenaldua biotipe V.cholerae yaitu El Tor dan Klasik, serta duaserotype, yaitu Ogawa dan Inaka. Gejalanya sangat berat,yaitu mendadak dan dehidrasi, shock dan dapat meniggaldalam beberapa jam.f. Salmonella sp (non tifoid)Di negara berkembang jarang ditemukan. Di daerahurban,10%penderitadisebabkanolehsalmonella.Patogenesis : Salmonella menembus epithellium danmenghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare encer.Bila mukosa usus mengalami kerusakan maka tinja akanberdarah. Penularan terjadi melalui daging unggas, susu,dan telur yang terkontaminasi.g. Yersinia spMenyebabkan 10% diare akut. Patogenesis penyakitbelum diketahui secara jelas, demikian juga penularannya,tetapi diperkirakan terjadi secara fecal-oral. Gejala yangtimbul meliputi diare agak ringan, sakit perut, sakit kepalasub febris.h. Vibrio parahaemolyticusKurang dari 10% dari penyebab diare. Patogenesismirip V. cholerae. Penularan terjadi melalui ikan laut yangterkontaminasi.i. Giardia lambliaTerdapat didaerah cosmopolitan. Patogenesis: infeksiterdapat di usus halus, tetapi, mekanismenya belumdiketahui secara jelas. G. lamblia menyebabkan diare akutdan kadang persisten. Terjadi malabsorpsi dengan adanyalemak dalam tinja.j. Entamoeba hystolyticaInsidensinya sangat bervariasi dari satu tempat ketempat lain, terutama di daerah cosmopolitan. Sekitar 90%penderitatidakmenunjukkanadanyagejala.Yangmenunjukkan gejala berkisar dari diare persisten ringanhingga berat yang dapat menyebabkan abses hati.k. CyptosporadiumMenyebabkan kurang lebih 5-15% dari diare yangterjadi di negara berkembang. Cyptosporadium melekatpada permukaan microvili dari eritrosit, yang menyebabkanmalabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus.4. Penularan DiarePenyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kumanseperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalurfekal oral yang terjadi karena:a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar darisumbernya, tercemar selamaperjalanansampaikerumah - rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanantidak tertutupatauapabilatanganyangtercemarmenyentuh air pada saat mengambil air dari tempatpenyimpanan.b. Melaluitinjayangterinfeksi.Tinjayangsudahterinfeksi, mengandung virus atau bakteri dalam jumlahbesar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dankemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, makamakanan itu dapat menularkan diare ke orang yangmemakannya (Widoyono,(DepkesRI,2005)2008).Sedangkanmenurutkuman penyebab diare biasanyamenyebar melalui fecal oral antara lain melalui makananatau minuman yang tercemar tinja dan atau kontaklangsung dengantinjapenderita.Beberapaperilakuyang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterikdan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidakmemberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulanpada pertamamenyimpankehidupan,makananmenggunakanpadabotolsuhususu,kamar,masakmenggunakan air minum yang tercemar, tidak mencucitanga dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencucitangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencucitangan sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidakmembuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar.5. Penanggulangan diareMenurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:a. Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (SistemKewaspadaan Dini)Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh datatentang jumlah penderita dan kematian serta penderitabaruyangbelumdilaporkandenganmelakukanpengumpulan data secara harian pada daerah fokus dandaerahrisikosekitarnyayangdiperkirakanmempunyaitinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangakanpelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan darisurveilanceepidemiologiyangkegunaanyauntukmewaspadai gejala akan timbulnya KLB (Kejadian LuarBiasa) diare.b. Penemuan kasus secara aktifTindakan untuk menghindari terjadinya kematiandilapangan karena diare pada saat KLB di manasebagian besar penderita berada di masyarakat.c. Pembentukan pusat rehidrasiTempat untuk menampung penderita diare yangmemerlukan perawatan dan pengobatan pada keadaantertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas ataurumah sakit.d. Penyediaan logistik saat KLBTersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan olehpenderita pada saat terjadinya KLB diare.e. Penyelidikan terjadinya KLBKegiatan yang bertujuan untuk pemutusan matarantai penularan dan pengamatan intensif baik terhadappenderita maupun terhadap faktor risiko.f. Pemutusan rantai penularan penyebab KLBUpaya pemutusan rantai penularan penyakit diarepada saatKLB diare meliputi peningkatan kualitaskesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.6. Pencegahan Terjadinya DiareKegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektifyang dapat dilakukan adalah (Kemenkes RI, 2011):a. Perilaku Sehat.1) Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang idealdan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal olehbayi, ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertunbuhansampai umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yangdibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbedadengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lainyangdisiapkandenganairataubahan-bahandapatterkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI sajatanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakanbotol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri danorganisme lain yang akan menyebabkan daire. Keadaanseperti ini disebut memberikan ASI eksklusif.Bayi harus diberi ASI secara penuh sampai merekaberumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan denganmakanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiatpreventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikanperlindungan terhadap diare. Pada bayi baru lahir, pemberianASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besarterhadap daripada pemberian ASI yang disertai dengan susubotol.2) Memperbaiki praktek pemberian makanan pendampingASI.Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayisecara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orangdewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yangbaik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimanamakanan pendamping ASI diberikan.3) Penggunaan air bersih yang cukup.Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkanmelalui Fecal-Oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bilamasuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atu bendayang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,makanan yang wadah atau tempat makanan dan minum yangdicuci dengan air tercemar.Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yangbenar-benar bersih memiliki risiko menderita diare lebihkecil disbanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkanair bersih. Masyrakat dapat mengurangi risiko terhadapserangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersihdan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai darisumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal yang harusdiperhatikan oleh keluarga:a) Ambil air dari sumber air yang bersih.b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup sertagunakan gayung khusus untuk mengambil air.c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang danuntuk mandi anak-anak.d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampaimendidih).e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makandengan air bersih yang cukup.4) Kebiasaan Cuci TanganKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihanperorangan yang penting dalam penularan kuman diareadalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinjaanak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapimakanan anak dan sebelum makan mempunyai dampakdalam kejadian diare, yaitu menurunkan angka kejadiandiare sebesar 47%.5) Penggunaan JambanPengalaman di beberapa negara membuktikan bahwaupaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besardalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluargayang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dankeluarga harus buang air besar di jamban. Hal yang harusdiperhatikan oleh keluarga:a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baikdan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.b) Bersihkan jamban secara teratur.c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.6) Pembuangan Tinja Bayi yang BenarBanyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidakberbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pulamenularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.Tinja bayi harus dibuang secara benar. Hal yang harusdiperhatikan oleh keluarga:a) Kumpulkan segara tinja bayi dan buang di jamban.b) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih danmudah dijangkau olehnya.c) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuangtinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudianditimbun.d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dancuci tangan dengan sabun.7) Memberikan Imunisasi Campak.Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat pentinguntuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehinggapemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelahbayi berumur 9 bulan.b. Penyehatan lingkungana. Penyediaan air bersih.b. Pengelolaan sampah.c. Sarana pembuangan air limbah.D.Kerangka Teori dan Kerangka KonsepKerangka TeoriDiareFaktor penyebab diare:Faktor lingkungan dan perilakuPerilaku kesehatan:Perilaku hidupsehatPerilaku hidup bersih danUpaya pencegahan diare:Menggunakan jambansehatTangga:*Menggunakansehatjamban(PHBS)RumahKerangka KonsepVariabel IndependentDependentMenggunakan jamban sehatVariabelDiareE.Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskanhipotesis sebagai berikut:Ho : Tidak ada hubungan antara menggunakan jamban sehat dengankejadian diare pada dewasa di Desa Langensari.Ha : Ada hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadiandiare pada dewasa di Desa Langensari.BAB IIIMETODE PENELITIANA. Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengandesain cross sectional untuk mengetahui hubungan variabel bebas yaitupenggunaan jamban sehat terhadap variabel terikat yaitu kejadian diare padadewasa di desa Langensari yang berobat dengan keluhan diare ke PuskesmasLangensari 2 Kota Banjar periode Januari 2015 Maret 2015.Subyek dalam penelitian ini berjumlah 92 responden, terhitung dari bulanJanuari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015. Sampel dalam penelitian iniadalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimanajumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil totalsampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari100, maka seluruh populasi harus dijadikan sampel penelitian.Data diperoleh melalui kuesioner. Analisis data dilakukan secara bertahapmeliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square.B. Lokasi PenelitianLokasi penelitian dalam penelitian ini di desa Langensari Kota Banjar.C. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah warga dewasa desa Langensari yang pernahmenderita diare dan berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar periodebulan Januari Maret 2015.D. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga dewasayang bertempat tinggal di desa Langensari dan pernah menderitadiare serta berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar yaitusebanyak 92 orang.2. Besar sampelDalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah yang memenuhikriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapatdimasukkan atau layak untuk diteliti. Adapun cara pengambilan sampeladalah total sampling.Menurut Sugiyono (2007), total sampling adalah tehnik penentuansampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalampenelitian ini yang menjadi sampel yaitu seluruh warga dewasa yangbertempat tinggal di desa Langensari dan pernah menderita diare sertaberobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar sebanyak 92 orang.Kriteria inklusi :Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yanglayak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusipada penelitian ini adalah:a. Warga dewasa yang berdomisili di desa langensari yang pernahmenderita diare dan berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar.b. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.Kriteria eksklusi :Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapatmewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:a. Bukan merupakan warga dewasa yang berdomisili (tinggal menetap) danmemiliki rumah di desa Langensari.b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.E. Variabel dan Definisi OperasionalTabel 3.1 Definisi Operasional VariabelNo.1.VariabelJambanSehatDefinisi OperasionalKemampuanrespondenmenjawabpertanyaanSkalayang Ordinalmeliputi kriteria penggunaan jamban sehat.1) Kategori :a. Baik : bila total nilai skor 7-8b. K u r a n g b a i k : b i l a t o t a l n i l a i s k o r < 72.DiareDiare adalah buang air besar lebih dari 3x dalam 24 jam Ordinaldengan konsistensi cair.1) Kategori :A. Diare, jika BAB cair > 3x sehari.B. Tidak diare, jika BAB < 3x sehari.Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian1.Kejadian diareSuatu peristiwa yang menerangkan jumlah penderita diare dalam 1 bulanterakhir.2.Ketersediaan jamban sehatKetersediaan jamban sehat diukur melalui pertanyaan-pertanyaanseputar jamban sehat yang tersedia di rumah masing-masing warga. Untukkepentingan analisis bivariat ketersediaan jamban sehat dibuat menjadi 2kategori dengan cut off poin:a.b.Mean bila distribusi data normal, atauMedian bila distribusi data tidak normalDitentukan berdasarkan frekuensi:a.b.Tidak baikBaikF. Pengumpulan Data1. Jenis DataJenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang diperolehdari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara langsungmengenai kriteria penggunaan jamban sehat.2. Sumber Dataa. Data primerData primer diperoleh langsung dari hasil wawancara menggunakankuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada respondenmengenai kriteria penggunaan jamban sehat.b. Data sekunderData sekunder diperoleh dari data laporan bulanan di PuskesmasLangensari 2 Kota Banjar.3. Cara Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakankuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden padamengenai kriteria penggunaan jamban sehat.4. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:a. KuesionerKuesioner diambil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnyasehingga tidak dilakukan kembali dengan uji validitas dan reliabilitas.b. Alat tulis5. Kerangka PenelitianTotal samplingG. Pengolahan DataData yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding, entry,dan taulating data).1.Editing,yaitumemeriksakelengkapan,kejelasanmaknajawaban,konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.2.Coding,yaitumemberikankode-kodeuntukmemudahkanprosespengolahan data dengan memberikan angka nol atau satu.3.4.Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan ditelitiguna memudahkan analisis data.H. Analisis DataAnalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:I. Analisis UnivariatAnalisisunivariatyaituanalisisyangdigunakanuntukmenggambarkan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel, baikvariabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden.J. Analisis BivariatDilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabelterikat dengan uji statistik chi square (2) untuk mengetahi hubungan yangsignifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.Uji chi square dilakukan dengan mengunakan bantuan perangkat lunakberbentuk komputer dengan tingkat signifikan p > 0,05 (taraf kepercayaan95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% :1. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.2. Jika nilai sig p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima (Budiarto,2001).BAB IVHASIL PENELITIANA. Gambaran Umum Daerah PenelitianPenelitian dilakukan di Desa Langensari dengan mengacu pada jumlahpopulasi penderita diare terbanyak periode Januari Maret 2015. Jumlahpopulasi sasaran total sebanyak 203 orang yang berasal dari tiga wilayah kerjaPuskesmas Langensari 2, dengan proporsi penderita diare pada tiap-tiap wilayahkerja puskesmas yaitu Desa Langensari 92 orang, Muktisari 49 orang, danWaringinsari 62 orang.Desa Langensari merupakan salah satu desa yang berada di KecamatanLangensari, Kota Banjar, Jawa Barat. Desa Langensari berbatasan denganKabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Warga di Desa Langensari berjumlah 10.252orang dengan warga laki-laki sebesar 5.282 orang dan warga perempuan sebesar4.970 orang.B. Hasil Analisis UnivariatAnalisis univariat ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen (kejadian diare) dan variabelindependen (ketersediaan jamban sehat).1.Distribusi Frekuensi Variabel DependenTabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Dewasa di DesaLangensari Yang Berobat Ke Puskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari Maret tahun 2015DiareTidakYaTotalN266692%28.371.7100.0Dari tabel diatas, didapatkan bahwa jumlah responden yang menderitadiare 66 orang (71,7%), sedangkan responden yang tidak menderita diare26 orang (28,3%).2.Distribusi Frekuensi Variabel Independena.Jamban sehatTabel 4.2Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Pada Dewasa di Desa Langensari YangBerobat Ke Puskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari Maret tahun 2015Skoring Jamban Sehat345678TotalN26824183492%2.26.58.726.119.637.0100.0Dari tabel diatas, didapatkan warga yang menjawab pertanyaandengan nilai 8 sebanyak 34 orang (37%), selanjutnya yang menjawabpertanyaan dengan nilai 6 sebanyak 24 orang (26,1%), dengan nilai 7sebanyak 18 orang (19,6%), dengan nilai 5 sebanyak 8 orang (8,7%),dengan nilai 4 sebanyak 6 orang (6,5%) dan dengan nilai 3 sebanyak 2orang (2,2%).C. Hasil Analisis BivariatAnalisis bivariate ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabelindependen dengan variabel dependen. Yang termasuk kedalam variabelindependen dalam penelitian ini adalah ketersediaan jamban sehat. Sedangkan,variabel dependennya adalah kejadian diare warga desa Langensari Kota Banjar.1.Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian DiareTabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Jamban Sehat dan HubungannyaDengan Kejadian Diare Pada Dewasa di Desa Langensari Yang Berobat KePuskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari Maret tahun 2015DiareTotalKetersediaan JambanTidak DiareNKurang BaikBaikTotal52126%12,8%39,6%28,3%N343266Diare%87,2%60,4%71,7%N395392%100%100%100%Dari hasil penghitungan didapatkan median nilai pertanyaan-pertanyaan ketersediaan jamban sehat adalah 7 kemudian dilakukan ujihubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare. Dilakukanpengujian menggunakan uji chi square, hubungan antara variabel bebas danvariabel terikat dinilai berdasarkan p value 95% ( 0.05).Hasil analisis antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadiandiare menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang yang memiliki ketersediaanjamban sehat yang baik, yang menderita diare sebanyak 32 orang dan yangtidak menderita diare sebanyak 21 orang. Sedangkan warga yang memilikiketersediaan jamban sehat yang kurang baik sebanyak 39 orang, yangmenderita diare sebanyak 34 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak5 orang. Diperoleh p value adalah 0.005.BAB VPEMBAHASANA. Penafsiran dan Pembahasan Temuan Hasil Penelitian1. Distribusi Jamban SehatDari hasil tabel 4.3 dapat diketahui jumlah rumah yang memilikijamban sehat sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Depkes (2004) yaitusebanyak 53 unit dan jamban yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syaratdari Depkes sebanyak 39 unit. Hal ini dapat mencerminkan bahwamasyarakat sudah mulai menyadari jenis jamban yang selayaknya dapatdipergunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Jambandapat dikatakan jamban sehat apabila memenuhi beberapa syarat berikut:a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan(septic tank) berjarak 10-15 meter dari sumber air minumJarak minimal sumber air dengan lubang penampungan (septic tank)10-15 meter bertujuan untuk mencegah adanya pencemaran air olehlimbah manusia (Myrnawati, 2004). Pada penelitian ini di temukanjumlah rumah yang memiliki jarak septic tank dengan sumber airminimal 10 meter ada 53 rumah dan ada 39 rumah yang jarak minimalsaptic tank dengan sumber air kurang dari 10 meter dari total 92 rumah.b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupuntikusMenurut Myrnawati (2004) dan Azwar (1990) dianjurkan untukmenggunakan jamban leher angsa karena memiliki cukup air atau lubangjamban yang selalu tertutup yang memiliki fungsi untuk mencegah baubusuk dan masuknya binatang-binatang kecil.c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkokDepkes (2004) jamban sehat harus memiliki ruang yang cukup luasdan landai/miring kea rah lubang jongkok dengan tujuan untukmenhindari pencemaran tanah di sekitarnya. Dari hasil penelitian inisebanyak 55 rumah memenuhi kriteria di atas dan 37 rumah tidakmemenuhi kriteria diatas dai total 92 rumah.d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannyaJamban sehat harus mudah dibersihkan dan aman agar tidakmenimbulkan gangguan bagi pemakainya (Myrnawati, 2004).e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air danberwarnaBertujuan untuk menghindari pemandangan yang kurang sopan danmenimbulkan rasa aman dari pemakainya (Myrnawati, 2004). Terdapat84 dari total 92 rumah sudah memenuhi syarat diatas dan sisanya 8rumah masih memiliki jamban tanpa dindin dan atap pelindung.f. Tersedia air dan alat pembersihTersedianya air untuk digunakan sebagai pembersih setelah orangmenggunakan jamban dan alat pembersih harus ada untuk mempermudahdalam menjaga jamban agar tetap bersih. Total ada 67 rumah yangjambannya memiliki ketersediaan air dan alat pembersih dan 25 rumahbelum memiliki ketersediaan air dan alat pembersih di jamban dari total92 rumah yang diteliti.2. Distribusi Penderita DiareBerdasarkan tabel 4.3 ditemukan distribusi penderita diare padadewasa di Desa Langensari sebanyak 32 orang dan yang tidak menderitadiare sebanyak 21 orang dari total 53 orang yang memiliki jamban sehat. Danditemukan distribusi penderita diare di desa langensari sebanyak 34 orangdan yang tidak menderita diare sebanyak 5 orang dari total 39 orang yangmemiliki jamban yang tidak sehat dirumahnya. Hal ini menunjukkan bahwapenderita diare di Desa Langensari masih tinggi dan hal tersebut dapatdisebabkan oleh beberapa faktor menurut Widoyono (2008):a. Keadaan lingkunganb. Perilaku masyarakatc. Pelayanan masyarakatd. Gizie. Kependudukanf. Pendidikang. Keadaan sosial ekonomi3. Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian DiareBerdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ditemukan hubunganyang bermakna antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare diDesa Langensari. Dari hasil analisa dengan spss didapatkan hasil p = 0,005yang menunjukan bahwa hubungan ketersediaan jamban sehat dengankejadian diare bermakna. Hal tersebut sesuai dengan (Lely, 2011) dalampenelitiannya tentang hubungan PHBS dengan kejadian diare di DesaPardede Onan Kecamatan Balige pada tahun 2011 didapatkan hasil uji chi-square p 0.004 (berdasarkan fishers exact test), yang menyatakan bahwaterdapat hubungan PHBS dengan kejadian diare. Dan salah satu komponendalam PHBS, khususnya PHBS rumah tangga adalah menggunakan jamban.BAB VISIMPULAN DAN SARANA. SimpulanBerdasarkanpenelitianyangdilakukandiDesaLangensariKecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat terhadap warganya yangberobat ke Puskesmas Langensari 2, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:1. Pada penelitian ini terlihat bahwa responden yang mengalami diaresebanyak 66 orang (71,7%).2. Responden yang memiliki jamban sehat sebanyak 53 orang (57.6%).3. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value = 0.005, artinya adahubungan ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare.B. Saran1. Untuk Dinas KesehatanDiharapkan bagi instansi kesehatan agar lebih dapat memanfaatkankegiatan rutin puskesmas (posyandu, posbindu, dsb)untuk dapatmengetahui dan memahami lebih dalam mengenai karakter serta perilakumasyarakat di wilayah kerja setiap puskesmas dengan mendayagunakankader-kader yang ada untuk melakukan curah pendapat (diskusi) terkaitdengan rencana kegiatan puskesmas berikutnya.Agar kegiatan atau program puskesmas selanjutnya yang akan diterapkandalam masyarakat lebih dapat diterima dan dilaksanakan tanpa adanyapembatas, baik akibat masalah agama, sosial, budaya serta adat istiadatmasyarakat setempat.2. Bagi MasyarakatMenerapkan tindakan pencegahan penyakit diare dengan menjagakebersihan lingkungan dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS).3. Bagi Peneliti SelanjutnyaMengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama,namun dengan variabel variabel lain dalam hubungannya dengankejadian diare.DAFTAR PUSTAKAAchmadi, Umar Fahmi. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat Di Indonesia.Jakarta :Rineka cipta.Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta :RajawaliPers.Azwar, A. 1989. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara SumberWidyaBudiarto, Eko. 2011. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.Depkes R I. 2004. Kriteria, Standard, dan Komponen Sanitasi Jamban.Depkes R I 2007. Perilaku Penyebab Diare.Depkes R I. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan.Depkes, R. I. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PpmDan Pl;Duncan et. Al. 2002. Preventive Medicine. Boston.Hanafiah,J. Amir,A. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Ed 4. Jakarta :EGCJuariah. 2000. Hubungan Antara Kesakitan Diare Dengan Sumber Air Bersih,Kepemilikan Jamban, Jenis Lantai, Pencahayaan Rumah dan Ventilasi Rumah.Kemenkes RI. 2011. Situasi diare di Indonesia.Kusnoputranto. 1997. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaanUniversitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.Lely. 2011. Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare di Desa Pardede OnanKecamatan Baligepada Tahun 2011.Myrnawati. 2004. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas KedokteranYARSI.Notoatmodjo,S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :Rineka CiptaNotoatmodjo,S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka CiptaRahadi. 2005. Hubungan antara Kepemilikan Jamban, Jarak SPAL, Jenis LantaidenganKejadian Diare.Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : CVAlfabeta.Widoyono. 2008. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.Erlangga.LAMPIRANLEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN(INFORMED CONSENT)Saya yang bertandatangan di bawah ini:NamaTempat, Tgl LahirAlamatNo. Telepon::::Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentangHubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada Dewasa di DesaLangensari yang Berobat ke Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan KeluhanDiare Periode Januari Maret 2015, maka dengan penuh kesadaran dan tanpapaksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalampenelitian ini.Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.Langensari, April 2015Peserta Penelitian()KUESIONER PENELITIANHUBUNGAN KETERSEDIAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIANDIARE PADA DEWASA DI DESA LANGENSARI YANG BEROBAT KEPUSKESMAS LANGENSARI II KOTA BANJAR DENGAN KELUHANDIARE PERIODE JANUARI-MARET 2015BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG SESUAIKETERSEDIAAN JAMBAN1. Apa jenis jamban yang digunakan di rumah saudara/i?a. Leher Angsab. WC cemplung2. Apakah jamban mempunyai septic tank?a. Yab. Tidak3. Apakah seluruh anggota keluarga menggunakan jamban?a. Yab. Tidak*Jika tidak, dimanakah anggota keluarga BAB (Buang Air Besar)?a. Parit/ Sungai/ Kolamb. Pekarangan4. Apakah pada jamban saudara/I tersedia air yang cukup?a. Yab. Tidak5. Apakah jamban mempunyai ventilasi?a. Yab. Tidak6. Kondisi Jamban saudara/ I?a. Lantai dan dinding jamban bersih, tidak licin dan tidak berbaub. Lantai dan dinding jamban tidak bersih, licin, dan berbau7. Berapa kali saudara/I membersihkan jamban?a. Seminggu sekalib. Sebulan sekali8. Apakah menurut saudara/I penyakit diare dapat disebabkan karena tidakmenggunakan jamban yang sehat?a. Yab. Tidak9. Apakah ada anggota keluarga dalam satu bulan terakhir ini terkena diare (BABlebih dari 3 kali sehari dengan tinja cair)?a. Yab. TidakLAMPIRANA. Uji univariat1. Kejadian diareDiareFrequencyValidTidak diareDiareTotal266692Percent28.371.7100.0Valid Percent28.371.7100.0Cumulative Percent28.3100.02. Ketersediaan jamban sehatKetersediaan jambanFrequencyValidKurang baikBaikTotal395392Percent42.457.6100.0Valid Percent42.457.6100.0Cumulative Percent42.4100.0B. Uji bivariat 1. Ketersediaan jamban dengan kejadian diareKetersediaan jamban * Diare CrosstabulationDiareTidakKetersediaan jambanKurang baikCount% within KetersediaanjambanBaikCount% within KetersediaanjambanTotalCount% within KetersediaanjambanChi-Square TestscAsymp. Sig.Valuedf(2-sided)Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-sided)sided)PointProbability512.8%2139.6%2628.3%Ya3487.2%3260.4%6671.7%Total39100.0%53100.0%92100.0%Pearson Chi-SquareContinuity CorrectionbLikelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases7.961a6.6948.509111.005.010.004.005.004.005.005.004.004.004.0037.874d921.005.005a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.02.b. Computed only for a 2x2 tablec. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.d. The standardized statistic is -2.806.Risk Estimate95% Confidence IntervalValueOdds Ratio forMenggunakan jamban(Kurang baik / Baik)For cohort Diare = TidakdiareFor cohort Diare = DiareN of Valid Cases.3241.44492.1341.126.7831.852.224.075.665LowerUpper