laporan ta finale
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brand
Keahlian bagi para pemasar dan desainer salah satunya adalah kemampuan dalam
menciptakan, melindungi, memelihara dan mengembangkan merek. Menurut
Neumeier (2007) brand merupakan persepsi dari perasaan atau emosi konsumen
mengenai suatu produk, layanan, maupun perusahaan atau instansi yang akan
menjadi pembeda dengan produk lainnya. Ketika persaingan pasar menjadi
semakin kuat akan menciptakan banyak jalan bagi para perusahaan atau instansi
untuk dapat terhubung kepada para pelanggannya secara emosional, agar melekat
di benak konsumen dan menciptakan hubungan antara pelanggan dengan merek
atau loyalitas yang kuat. Brand yang kuat akan selalu menonjol di pasaran dan
menciptakan loyalitas dan kepercayaan terhadap keunggulan yang ditawarkan
melalui brand tersebut. (Wheeler, 2009, hal. 2)
Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Wiryawan (2008) Segala
persepsi, pengalaman, haparan, terhadap sebuah produk, jasa, atau organisasi yang
disimbolisasikan dalam sebuah merek dagang secara nyata maupun tidak nyata
yang akan memberi pengaruh bila dikelola secara baik dapat disebut sebagai brand.
(Wiryawan, 2008, hal. 20)
City Branding
Menurut wiryawan (2008) city branding adalah kegiatan dalam membangun dan
mengembangkan dari sekumpulan ide, impresi, dan persepsi terhadap suatu kota
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
8
menjadi sebuah brand kota tersebut. Hal tersebut di perkuat oleh Prophet dalam
CEOs for Cities (2006) yang menyatakan bahwa kota adalah merek itu sendiri
dalam arti yang sesungguhnya. Dengan menambahkan nilai yang ada sebuah kota
semakin bermakna dan menarik karena membentuk citra dan karakteristik
wilayahnya. Hal tersebut yang mendongkrak suatu kota dalam bersaing dengan
kota-kota lain secara nasional maupun internasional di era globalisasi.
2.2.1. Brand Identity
Wiryawan (2008) mengatakan bahwa identitas brand adalah nama, simbol, warna,
kepribadian yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah brand yang memberikan ciri
atau tanda yang menjadi nilai brand tersebut. Hal ini di perkuat oleh pandangan
brand identity Menurut wheeler (2009) brand identity adalah perwujudan yang
nyata dan menarik untuk dirasakan, dan akan menjadi pembeda melalui ide dan
makna yang disampaikan melalui beberapa elemen berbeda secara nyata yang akan
menjadi satu kesatuan identitas. Perwujudan brand identity tersebut dapat dirasakan
dengan disentuh, dilihat, di genggam, di dengar, dan memperhatikan
perkembangannya.
2.2.1.1. Brand Identity Ideals
Brand identity ideals sangat penting dalam proses kreatif yang bertanggung
jawab. Dalam brand identity perlu memperhatikan kriteria-kriteria seperti
mudah diingat / sesuai, mudah dikenali, citra yang konsisten, terlindungi
secara hukum, memiliki ketahanan nilai, mengkomunikasikan kepribadian
brand dengan jelas, hingga fungsi yang bekerja dengan baik di berbagai skala
dan warna. Dengan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa identitas yang
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
9
terbaik, adalah yang akan memajukan brand tersebut dengan baik. (Wheeler,
2009, hal. 30)
Wheeler (2009) mengungkapkan bahwa brand identity ideals terdiri
dari sembilan point penting, yaitu:
1. Vision
Merupakan sebuah visi kedepan yang berupa ide-ide besar yang
brand tersebut yakini. Brand identity selalu dimulai dengan
topik masa depan / atau tujuan yang membutuhkan keberanian
dalam penentuannya. (hal. 32)
2. Meaning
Brand yang baik selalu memiliki suatu arti, baik berupa big idea,
strategic position, ataupun nilai-nilai lainnya. Brand identitiy
akan semakin kuat bila sering digunakan, maka makna yang
ditaruh di dalamnya haruslah kuat namun mudah
terkomunikasikan. Namun terkadang nilai atau makna yang
terkandung dapat berganti sesuai dengan pertumbuhan dari
merek tersebut. (hal. 34)
3. Authenticity
Authenticity dalam psikologi mengacu dalam mengenali jati diri,
karena authenticity mengarah pada brand yang mengenali
tentang apa brand itu sendiri, siapa mereka, dan apa yang
mereka perjuangkan sehingga dapat membentuk identitas yang
kuat, asli, dan berkelanjutan sesuai dengan jati dirinya. (hal. 36)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
10
4. Differentiation
Disaat sudah banyak berbagai macam brand yang bermunculan,
tidak cukup bagi sebuah brand bila hanya memiliki pembeda,
namun sebuah brand harus menonjolkan perbedaan dari merek
mereka sehingga memudahkan konsumen dalam mengenali dan
memahami perbedaan dalam merek tersebut. (hal. 38)
5. Durability
Merek yang memiliki komitmen dan makna yang kuat serta
relevan akan menghasilkan merek yang memiliki kapasitas
maksimal sehingga merek tersebut tetap teridentifikasi dan
dikenal. (hal. 40)
6. Coherence
Ketika customer menggunakan produk atau menerima layanan
purna jual lainnya, sebuah merek harus memiliki dampak yang
membuat customer terasa akrab dan dekat dengan brand
tersebut. Hal itu membuat tumbuhnya kepercayaan dan loyalitas
dari customer. (hal. 42)
7. Flexibility
Fleksibilitas merek sangat dibutuhkan untuk menjalankan
berbagai inovasi yang menarik. Tidak akan ada yang tahu
bagaimana trend dan permintaan produk kedepannya akan
berubah seperti apa, maka brand yang kuat harus teteap
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
11
memiliki sistem yang fleksibel agar dapat cepat meraih peluang
yang ada di pasar. (hal. 44)
8. Commitment
Setiap brand yang baik akan selalu dilindungi dan kembangkan.
Hal itu perlu dilakukan dengan komitmen yang kuat sehingga
brand tetap relevan dan berintegritas (hal. 46)
9. Value
Sebuah brand identity harus memiliki nilai yang merupakan
sebuah tujuan dari brand tersebut. Nilai yang ada akan terus
berkembang dan harus dikomunikasikan secara baik agar
tersampaikan. (hal. 48)
2.2.1.2. City Brands Hexagon
Dalam menggeneralisasi suatu kota akan selalu lebih sulit daripada
menggeneralisasi suatu negara. Maka dari itu, diperlukan sebuah patokan
yang dapat mengukur brand kota tersebut. Setelah semua terukur dengan
baik, baru kita dapat melihat bahwa tiap kota pasti juga mengalami kenaikan
dan penurunan citra, hal ini apabila tidak ditangani dengan baik maka akan
menjadi sebuah pisau bermata dua. Anholt (2007) mengungkapkan bahwa
diperlukan metode City Brands Hexagon untuk mengukur nilai terhadap
image dan permasalahan eksisting suatu kota tersebut yang terdiri dari 6
komponen, yaitu :
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
12
1. The Presence
Komponen ini berbicara mengenai sudut pandang masyarakat
terhadap kota tersebut. Pada topik ini menjelaskan bahwa
pertanyaan akan fokus terhadap seberapa dia mengenali kota
tersebut?, apakah mereka benar benar mengunjungi kota
tersebut?, dan apa yang terkenal sehingga membuat mereka
mengunjungi kota tersebut? (hal. 59)
2. The Place
Komponen ini berbicara mengenai persepsi orang terhadap
aspek pada sebuah kota. Pada topik ini pertanyaan yang muncul
akan fokus kepada pandangan audiens sebagai masyarakat yang
akan merasakan pengalaman ketika berada di kota tersebut,
seperti apa rasanya? Bagaimana suasananya? Seperti apa
iklimnya? Dan apakah akan menyenangkan atau tidak? (hal. 60)
3. The Potential
Pada komponen ini berbicara mengenai peluang ekonomi dan
tingkat kualitas Pendidikan yang ada di kota. Apakah kota
tersebut menjanjikan? Apakah baik untuk berbisnis? Apakah
mudah mendapatkan pekerjaan? Apakah akan menjadi tempat
yang baik bagi pengunjung dan keluarga? (hal. 60)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
13
4. The Pulse
Daya tarik kota menjadi salah satu bagian penting dari tiap kota.
Pada komponen ini kita akan mengeksplorasi lebih jauh
mengenai bagaimana pikiran masyarakat terhadap kota yang
menarik, dan fokus pertanyaan akan mengarah pada hal- hal apa
saja yang menarik bagi pengunjung jangka pendek maupun
jangka panjang bila membayangkan kota tersbut. (hal. 60-61)
5. The People
Pada dasarnya, kota adalah cerminan dari masyarakatnya. Maka
dalam komponen ini fokus pertanyaan yaitu mengenai seberapa
ramah kah penduduk kota tersebut? Dan apakah penduduk
setempat dapat menerima adanya orang lain di sekitar mereka?
Maka apakah hal tersebut akan membuat pengunjung merasa
aman dan nyaman ataukah tidak? (hal. 61)
6. The Prerequisites
Pada bagian ini yang menjadi topik utama adalah mengenai
seberapa besar masyarakat memahami hal-hal yang
bersangkutan dengan fasilitas publik apakah fasilitasnya
memuaskan atau bahkan mengecewakan? (hal. 61)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
14
2.2.2. Visual Identity
Menurut Landa (2010) Identitas visual merupakan sebuah artikulasi visual dan
verbal dari suatu merek terutama pada pengaplikasian desainnya seperti logo, kop
surat, kartu nama, situs web, dll.
2.2.2.1. Logo
Pada mulanya Logo merupakan kependekan dari logotype karena logo saat
itu terdiri hanya dari huruf. Namun saat ini Logo sudah meluas definisinya
dan tidak lagi hanya terdiri dari huruf dan secara umum kini digunakan
untuk merepresentasikan simbol atau makna pada sebuah brand.
(Wiryawan, 2008, hal. 85)
Logo bukanlah suatu hal yang sulit untuk di artikan, logo dapat
dengan mudah ditemukan dimanapun, baik dibawah layar televisi maupun
pada kotak sereal. Hal yang mudah namun tidak sederhana, “logo” memiliki
banyak sekali makna dan itu akan menjadi masalah yang lebih kompleks
dan memerlukan berbagai kata untuk mendeskripsikannya, jadi bisa
dikatakan simbol khas perusahaan, publikasi objek, atau ide adalah logo.
(Morioka, Stone, & Adams, 2004)
1. Jenis Logo
Supriyanto (2010) mengklaim bahwa bentuk visual logo dapat
dikategorikan dalam beberapa jenis konfigurasi, yaitu:
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
15
a. Logotype
Konfigurasi logo dengan hanya menggunakan huruf di dalamnya.
Gambar 2.1. Contoh Logotype
( Sumber: https://www.coca-cola.co.uk/stories/the-logo-story,2014)
b. Initials
Konfigurasi logo mengembangkan dan mengubah bentuk dari
sebuah huruf yang diambil dari huruf pertama produk, perusahaan,
maupun jasa tersebut.
Gambar 2.2. Contoh Logo Initials
(Sumber: https://www.idntimes.com/life/career, 2015)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
16
c. Pictorial
Konfigurasi logo dengan mengembangkan dan mengubah bentuk
dari sebuah objek sebagai representatif dari citra produk,
perusahaan, maupun jasa tersebut.
Gambar 2.3. Contoh Logo Pictorial
(Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)
d. Abstract
Konfigurasi logo dengan menggunakan bentuk yang abstrak yang
disusun dan dikembangkan sesuai dengan citra dari produk,
perusahaan, maupun jasa yang ingin dituju atau disampaikan.
Gambar 2.4. Contoh Logo Abstract
(Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
17
e. Combination
Konfigurasi logo dengan menggunakan segala teknik komfigurasi
diatas sehingga menjadi suatu logo yang utuh.
Gambar 2.5. Contoh Logo combination
( Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)
2.2.2.2. Tipografi
Graham (2005) mengatakan bahwa tipografi adalah salah satu seni dalam
mengolah dan mengatur huruf pada suatu bidang. Pada zaman modern ini
tipografi sudah dapat ditemukan dimanapun dan di media apapun.
Tipografi merupakan gambar berbentuk huruf, huruf-huruf yang
disatukan kemudian menjadi kata-kata kemudian di rangkai sedemikian
rupa hingga menjadi satu rangkaian kalimat yang akan memliki pesan yang
ingin disampaikan. Pemilihan bentuk huruf sangatlah penting dalam proses
desain terutama pembentukan logo, perlunya pertimbangan yang besar
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
18
dalam pemilihan seperti kesesuaian serta keterbacaan. (Morioka, Stone, &
Adams, 2004)
1. Type Anatomy
Setiap huruf pasti memiliki bentuk yang berbeda, pada dasarnya untuk
belajar tipografi semua harus dimulai dengan mengenali bentuk dan
kompenen dalam huruf tersebut. Pada dasarnya huruf terbagi menjadi 2
jenis yaitu lowercase atau huruf kecil dan uppercase atau huruf besar.
Dalam huruf tersebut memiliki komponen komponennya tersendiri
seperti ascender, descender, dan lain-lain. (Graham, 2005, hal. 204)
Gambar 2.6. Anatomi Huruf
( Sumber: Materi Perkulliahan Sistem Multimedia BINUS Univesity, 2007)
2. Typeface
Setiap bentuk huruf dalam alphabet memiliki bentuk dan gayanya
masing-masing yang menjadikan ciri dan keunikan tiap jenis huruf.
Setiap susunan huruf yang bergantian akan menjadikannya sebuah
kalimat, huruf tersebut haruslah berbeda tiap bentuknya agar dapat
dikenali oleh audiens, misalnya huruf B akan berbeda bentuknya
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
19
dengan huruf K perbedaan ini yang akan menjadikan susunan huruf
menjadi kata.
Dalam penerapannya setiap rangkaian huruf dapat disebut kata, dan
sebuah tipografi adalah serangkaian dari huruf tersebut. Namun huruf
tersendiri juga perlu disertai dengan simbol atau tanda baca serta angka-
angka untuk melengkapi rangkain tersebut, Maka dapat dibilang
typeface adalah satu set lengkap huruf, simbol, dan angka dalam satu
jenis yang sama. (Graham, 2005, hal. 204)
3. Type Size
Sangat penting bagi seorang desainer dapat mengatur penggunaan huruf
yang dibutuhkan. Pada dasarnya huruf dihitung dengan menggunakan
skala point atau pt, hal tersebut digunakan karna huruf terbuat dari
tarikan garis yang juga dibuat dari sebuah titik. Penggunaan point
dimaksudkan agar setiap kali huruf perlu untuk diperbesar hanya perlu
mengubah ukuran titik yang ada sehingga proposi dari huruf akan tetap
terjaga.
Idealnya huruf itu harus mudah terbaca, dan idealnya sebuah bacaan
untuk penggunaan bodytext atau konten ukuran hurufnya adalah tidak
kurang dari 6pt dan tidak lebih besar dari 12 pt. Berbeda dengan
Headline huruf yang digunakan untuk keterbacaan idealnya adalah tidak
lebih kecil dari 14pt dan tidak lebih besar dari 20pt. Namun semua hal
itu tergantung pada desain dan audiens yang ingin dituju. Pada
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
20
umumnya pengaturan tersebut digunakan pada sebuah buku bacaan atau
poster dengan jarak pandang baca yang dekat, sedangkan apabila desain
yang akan dibuat adalah banner atau baliho tentunya diperlukan ukuran
huruf yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik dalam jarak jauh.
Audiens yang di tuju juga berpengaruh terhadap konfigurasi huruf,
teks bacaan yang ingin disampaikan terhadap anak-anak, usia remaja-
dewasa, dan lansia tentunya memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda.
Sebagai contoh, anak-anak di usianya sangat perlu mengenali huruf
dengan baik maka dari itu diperlukan adanya huruf yang tidak terlalu
kecil agar anak-anak dapat memahami teks dengan baik, sedangkan
remaja-dewasa adalah masa dimana mereka sudah dapat memahami
teks dengan baik maka diperlukan tingkat keterbacaan yang ideal untuk
kenyamanan mata saat membaca teks yang panjang. Lain lagi dengan
lansia tentunya memerlukan tingkat keterbacaan yang tinggi karena
faktor umur yang menurunkan kemampuan pembaca dalam melihat.
(Graham, 2005, hal. 208)
2.2.2.3. Slogan / Tagline
Menurut Wheeler (2009) tagline merupakan frasa singkat yang menangkap
esensi, kepribadian, dan posisi sebuah merek sebagai sebuah pembeda yang
akan memperngaruhi perilaku konsumen dengan memunculkan respon secara
emosional.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
21
2.2.2.4. Letterhead
Walau sudah terkesan tua, namun kop surat masih digunakan sampai
sekarang. Kop surat sampai saat ini masih digunakan karena kop surat masih
menjadi suatu elemen penting dalam berkirim surat sebagai penanda identitas
yang dianggap formal, baik cetak maupun elektronik. (Wheeler, 2009, hal.
146)
Gambar 2.7. Contoh Letterhead
( Sumber: Designing Brand Identity, 2009)
Wheeler juga menerangkan bahwa dalam perancangan sebuah letterhead
perlu adanya beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu seperti lokasi, area
lipatan, pengecekan ukuran, penentuan huruf dan lain-lain. Hal ini perlu
diperhatikan agar informasi yang tertera jangan sampai tersamar atau
terhalang. (hal. 147)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
22
2.2.2.5. Business Card
Wheeler (2009) mengatakan bahwa business card kini berperan sebagai alat
pemasaran yang sangat kecil dan portable. Semua informasi mengenai
identitas tertera dalam kartu tersebut yang kini juga digunakan sebagai tanda
pengenal. Kedepannya fungsi kartu nama dapat berperan ganda mengingat
majunya teknologi yang semakin canggih. Business card yang baik tidak akan
membuat merek anda terlihat hebat, namun dari kartu tersebut dapat
memberikan sebuah respect dari penerimanya.
Gambar 2.8. Contoh Business Card
(Sumber: Designing Brand Identity, 2009)
Wheeler mengungkapkan bahwa dalam merancang sebuah business card
sangat penting untuk memperhatikan beberapa aspek seperti, pemilihan
kertas, penentuan spesifikasi kertas, kemudahan dalam memperoleh
informasi, menggunakan informasi lebih lanjut pada halaman belakang, dll.
(hal. 149)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
23
2.2.2.6. Collateral
Merupakan sebuah media publikasi yang dapat diandalkan. Collateral dapat
menyampaikan informasi mengenai berbagai hal pada suatu tempat, disuatu
waktu, dan pada target yang tepat. (Wheeler, 2009, hal. 150)
Gambar 2.9. Contoh Collateral
(Sumber: Designing Brand Identity, 2009)
Collateral berfungsi sebagai sebuah sistem yang memudahkan
pelanggan dalam mengambil keputusan. Dalam collateral perlu adanya
informasi yang jelas mengenai produk, benefit, dan pemahaman mengenai
preferensi kebutuhan pelanggan. Hal ini berguna untuk menuntun audiens
dalam memilih brand atau produk yang dimiliki. (hal. 151)
2.2.2.7. Website
Menurut Wheeler (2009), website melibatkan pengalaman berinteraktif
audiens. Dalam website, haruslah memuat konten yang langsung mengacu
kepada apa, siapa, dan kenapa mengenai brand/produk yang ditawarkan
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
24
dalam website tersebut. Semakin banyak konten yang akan dimuat makan
harus semakin diperhatikan bahwa apa yang ada didalam sana haruslah user-
friendly untuk memberikan kesan positif dan memudahkan audiens. (hal. 152)
2.2.2.8. Graphic Standard Manual (GSM)
Sebuah standart manual berupa buku yang diciptakan seorang desainer untuk
memastikan konsistensi dari setiap pengaplikasian identitas visual seperti
logo, warna, letterhead, dll. Dalam buku GSM berisi mengenai panduan
dalam pengaplikasian setiap visual dalam berbagai media, semua hal yang
menyangkut konsistensi akan diatur di dalam sana seperti pengaturan
tipografi, warna, ukuran, hingga material. (Landa, 2010, hal. 245)
1. Layout
Layout merupakan segala pertimbangan dalam penataan elemen-
elemen desain pada tata letak, baik mengenai struktur, isi, hirarki, dan
penggunaan secara spesifik dalam desain. Layout digunakan untuk
mengontrol segala penataan elemen yang ada sehingga elemen visual
yang tersajikan dapat terkimunikasikan dan diterima dengan mudah
karena pembaca dapat menavigasi seluruh informasi yang kompleks
dengan teratur. (Amborse & Harris, 2011, hal. 9)
2. Grid
Grid menurut Amborse dan Harris merupakan sistem yang digunakan
untuk penentuan posisi dalam layout. Dengan menggunakan garis bantu
yang ada, grid dapat membantu menghasilkan susunan elemen yang
lebih rapih dan menjaga akurasi dalam penempatan elemen visual.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
25
Grid memiliki beberapa jenis, yaitu simetris, dan asimetris. Grid
simetris juga memiliki beberapa variasi, yaitu: (2011, hal. 27)
a. Symetrical two-column grid
Merupakan grid dengan menggunakan 2 kolom yang sama rata
lebarnya. Grid jenis ini memberikan bacaan teks yang seimbang dan
tidak terputus namun akan membuat mata cepat terasa Lelah.
b. Adding variation
Adding variation dalam hal ini sama seperti two-column yang
memiliki perbedaan ukuran lebar antara kolom satu dan kolom 2,
namun kolom kedua (yang berukuran kecil) hanya berfungsi
sebagai informasi tambahan yang dimasukan dan berfungsi sebagai
margin.
c. Single-column grid
Single-column merupakan kolom teks yang hanya satu baris. Secara
teknis grid dengan kolom tunggal seperti ini akan cukup sulit dan
melelahkan bila dibaca. Maka dari itu perlu adanya perhatian
khusus pada ukuran dan jumlah karakter agar dapat lebih mudah
dibaca.
d. Two-column grid
Merupakan kolom 2 baris yang luas diantara kedua kolom tersebut
berbeda. Biasanya kolom yang lebih luas akan dipergunakan untuk
body text, sedangkan yg lebih kecil berisikan informasi yang
bersifat instruksional.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
26
e. Five-column grid
Kolom lima ini dapat digunakan untuk memberikan informasi yang
detail seperti kontak, spesifikasi, dan lain-lainya.
2.2.3. Brand Personality
Brand Personality merupakan sebuah penggabungan dari sifat yang dimiliki oleh
manusia secara spesifik yang dapat di kaitkan kedalam sebuah merek. Brand
personality berpengaruh terhadap dorongan konsumen untuk menggunakan brand
yang sesuai dengan personality atau behaviornya. Secara tidak langsung psikologis
manusia merespon dengan membedakan suatu brand berdasarkan dengan sifat
kepribadiannya sendiri. (Kotler & Keller, 2016, hal. 185)
2.2.4. Brand Mantra
Brand Mantra merupakan sebuah panduan yang memfokuskan positioning merek
mengenai cara pemasar menggiring persepsi konsumen terhadap sebuah brand.
Brand mantra terdiri dari tiga hingga 5 kata yang merupakan inti sebuah brand
yang terikat erat pada brand tersebut. Brand mantra sendiri bertujuan untuk
memastikan bahwa seluruh pegawai instansi di dalamnya memahami bagaimana
seharusnya mereka melayani konsumen sesuai dengan jiwa brand tersebut. (Kotler
& Keller, 2016, hal. 307)
2.2.5. Brand Positioning
Menurut Wheeler (2009, hal. 14) Positioning merupakan konsep branding yang
revolusioner yang dikembangkan oleh Al Ries dan Jack Trout. Mereka
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
27
mendefinisikan positioning sebagai tumpuan perusahaan dalam membangun merek
mereka. Positioning sangat penting karena setiap perusahaan harus memposisikan
merek mereka di benak pelanggan, mempertimbangkan kebutuhannya, dan
kelebihan dari merek tersebut sehingga brand akan tersampaikan pada customer
yang tepat dan sesuai.
2.2.6. Analisis SWOT
SWOT adalah sebuah metode yang digunakan untuk menilai situasi seperti apa
yang harus dibangun. Hal ini diperlukan agar informasi yang ada dapat digunakan
dengan sebaik mungkin untuk menyusun rencana komunikasi yang akan memenuhi
tujuan pemasaran merek. (Kelley, Jugenhelmer, & Seehan, 2015)
2.2.6.1. Strength
Strength berarti kekuatan, dalam konteks ini yaitu sebuah kekuatan yang
dimiliki brand yang akan membantu mendorong pemasaran. (hal. 25)
2.2.6.2. Weakness
Weakness berarti kelemahan, kelemahan yang dimaksud disini adalah sebuah
hal yang buruk atau merugikan dari suatu brand sehingga mempengaruhi
reputasi brand tersebut. (hal. 25)
2.2.6.3. Opportunities
Opportunities merupakan faktor external yang berupa peluang yang dapat
membantu suatu merek dalam mencapai tujuannya. (hal. 26)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
28
2.2.6.4. Threats
Threats merupakan faktor external lainnya yang berupa ancaman yang
berbahaya karena mengancam reputasi dan menghalangi suatu merek untuk
mencapai tujuannya. (hal. 26)
Elemen Desain
Elemen desain merupakan sesuatu yang harus dipahami oleh para desainer, suatu
desain yang baik adalah desain yang mudah diingat, penuh makna, dan mudah
tersampaikan. Tanpa memahami apa itu elemen desain, desainer tidak akan bisa
menghasilkan desain yang baik, hal itu disebabkan karena elemen desain adalah
elemen-elemen dasar yang membentuk desain tersebut agar dapat tersampaikan
dengan baik dalam bentuk visual. Menurut Landa (2010) Elemen-elemen dalam
desain tersebut berupa :
2.3.1. Garis dan Titik
Titik merupakan sebuah satuan terkecil dari suatu garis yang dikenal sebagai
lingkaran. Sebuah titik memiliki banyak arti dalam berbagai macam penerapan,
yang pasti sekumpulan garis akan membentuk sebuah garis. Dalam city branding
sebuah garis dapat berperan sebagai sebuah penunjuk seperti arah atau menentukan
penekanan melalui tebal tipisnya suatu garis. Dalam penerapannya sendiri garis
juga dapat berfungsi dalam pengaturan grid yang dapat di terapkan dalam logo
maupun GSM. Garis termasuk diantara elemen karena garis memiliki banyak peran
dalam penerapannya, baik dari segi komposisi maupun komunikasi.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
29
2.3.2. Bentuk
Secara garis besar sebuah bentuk adalah area yang dibatasi atau digambarkan pada
sebuah permukaan dua dimensi. Secara umum sebuah bentuk terdiri dari 3 bentuk
dasar, yaitu persegi, segitiga, dan lingkaran. Dalam bentuk dasar tersebut nantinya
akan membentuk turunan-turunan lainnya seperti dalam volume yaitu kubus,
piramida, bola. Bentuk sendiri terbagi menjadi bentuk geometris, organik, bujur
sangkar, lengkung, dan abstrak.
2.3.3. Figure and Ground
Figure and ground atau dikenal dengan ruang positif-negatif. Adalah sebuah
prinsip dasar dalam persepsi visual yang mengacu pada bentuk, gabar, dan warna
pada permukaan dua dimensi. Dalam penerapannya sebuah figure and ground
digunakan untuk membedakan bentuk yang mewakili figure yang berada
dibelakangnya. Figure atau bagian positif biasanya akan langsung membentuk
suatu bentuk yang pasti, dan bentuk yang dihasilkan tersebut membuat sebuah
bentuk lainnya dengan apa yang ada dibelakangnya atau disebut dengan negatif.
Dalam perancangan ini bentuk figure and ground dapat diterapkan dalam
pembuatan logo.
2.3.4. Warna
Studi warna merupakan elemen yang paling menarik, hal itu disebabkan karena
warna merupakan elemen desain yang sangat kuat dan provokatif. Secara umum
warna adalah sifat atau deskripsi energi cahaya, dan hanya dengan cahaya kita dapat
melihat warna. Fraser dan Banks juga mengungkapkan bahwa warna atau
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
30
komposisi warna dapat memiliki arti yang berbeda pada tiap orang yang
melihatnya. (Fraser & Banks, 2004)
Fraser dan Banks (2004) menjelaskan bahwa warna akan memunculkan
persepsi yang berbeda antara budaya dan individu, hal tersebut membuat tiap
komposisi warna pasti akan menghasilkan arti yang berbeda bagi tiap orang yang
melihatnya. Ketika nelayan melihat warna biru, persepsi yang diambil tentu akan
berbeda dengan seorang ahli komputer melihat warna biru. Hal tersebut yang
membuat warna akan menjadi semakin menarik bila di telusuri lebih dalam.
2.3.4.1. Color in Modern Life
Dalam dunia nyata, kekuatan dari sebuah warna dapat muncul dari sebuah
produk yang orang tawarkan kepada kita. Sebuah warna yang kuat dapat
menjadi identitas sebuah produk atau merek. Warna yang kuat melekat pada
suatu produk tersebut secara otomatis akan membantu konsumen dalam
mengidentifikasi produk tersebut agar tidak jadi salah pilih. Hal tersebut
membuat beberapa orang menganggap warna sebagai salah satu elemen
dalam desain yang paling penting. (Fraser & Banks, 2004, hal. 12)
2.3.4.2. Color Psychology
Dalam psikologi warna, warna dikatakan dapat mempengaruhi emosi
seseorang. Sebuah warna di klaim memiliki persepsi emosi yang muncul
secara natural, hal ini disebabkan karena adanya respon bawah sadar yang
mengkaitkan emosi seseorang terhadap suatu kondisi budaya atau agama,
atau sesuatu yang pernah kita lihat sebelumnya. Contohnya seperti warna
merah, warna merah bila dikaitkan dengan alam dapat dikaitkan dengan
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
31
matahari atau bunga mawar, namun orang lain juga dapat menganggap merah
berkaitan dengan darah sehingga menimbulkan persepsi bahaya. Namun
penamaan dalam warna terkadang dapat menjadi salah satu cara dalam
memanipulasi persepsi yang muncul kepada kita, hal tersebut dapat dilihat
dari bagaimana para produsen cat memberikan penamaan warna pada produk
mereka untuk menambah daya tarik. Menurut Drew & Mayer (2005),
psikologis, perilaku, dan sifat manusia dapat di terapkan kedalam warna.
Berikut adalah makna sebuah warna bila diasosiasikan pada manusia:
1. Merah : Berenergi, Solid, Kebahagiaan, Cinta, Hangat.
2. Oranye : Bersahabat, Ceria, Muda, Bahagia, Menyenangkan.
3. Biru : Kecerdasan, Teknologi, Profesional, Keamanan, Diandalkan
4. Hijau : Kehidupan, Harapan, Damai, Alam, Tentram.
2.3.4.3. Color in Branding
Dalam proses branding, pemilihan warna menjadi sangat penting, hal itu
dikarenakan desainer harus berhati-hati dalam menuangkan persepsi yang ada
kedalam logo karena akan mempengaruhi persepsi terhadap perusahaan itu
sendiri. Penentuan warna dalam brand memang terkenal cukup tricky
sehingga butuh proses eleminasi yang cukup panjang sehingga persepsi yang
ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik, sehingga tidak
bersinggungan dengan brand spesifik lainnya.
2.3.4.4. Color Harmony
Color Harmony merupakan sebuah serangkaian proses dalam memilih warna
yang akan dapat terpadu dengan baik dalam desain. Dalam menentukan
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
32
harmoni warna, perlu adanya penentuan warna kunci untuk membangun
harmoni yang timbul di sekitarnya. Rhyne (2017) dalam bukunya
mengkategorikan harmoni warna kedalam beberapa jenis, yaitu:
1. Monochromatic Harmony
Harmoni monokromatik yaitu hamoni warna yang menggunakan satu
dan berbagai rona warna.
Gambar 2.10. Warna Monokromatik
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
2. Analogous Harmony
Merupakan harmoni warna yang menggunakan konsep 3 warna yang
saling bersebelahan pada roda warna.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
33
Gambar 2.11. Warna Analogus
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
3. Complementary Harmony
Harmoni komplementer merupakan harmoni warna yang berlawanan
atau saling berhadapan dalam roda warna.
Gambar 2.12. Warna Komplementer
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
4. Split Complementary Harmony
Split komplementer merupakan sebuah harmoni yang sama seperti
komplementer, namun warna yang diambil merupakan 2 warna diantara
warna komplementer tersebut.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
34
Gambar 2.13. Warna Split Komplementer
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
5. Analogous Complementary Harmony
Merupakan harmoni warna yang warna kuncinya bersebrangan seperti
warna komplementer, namun di kedua warna di tiap sisi komplementer
juga ikut digunakan.
Gambar 2.14. Warna Analogus Komplementer
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
6. Double Complementary Harmony
Merupakan harmoni warna komplementer yang mencakup dua set
warna komplementer yang saling bersebelahan pada roda warna.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
35
Gambar 2.15. Warna Double Komplementer
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
7. Tetrad Harmony
Merupakan harmoni warna yang mencakup empat rona yang
membentuk persegi atau persegi panjang pada roda warna. Hasilnya
berupa dua pasang yang saling melengkapi dengan jarak stidaknya dua
langkah untuk harmoni persegi panjang dan 3 langkah untuk harmoni
persegi.
Gambar 2.16. Warna Tetrad Persegi Panjang
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
36
Gambar 2.17. Warna Tetrad Persegi
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
8. Diad Harmony
Harmoni warna yang menggabungkan dua warna yang berjarak dua
langkah pada roda warna.
Gambar 2.18. Warna Diad
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
9. Triad Harmony
Merupakan harmoni yang terdiri dari tiga warna yang sama-sama
berjarak tiga langkah satu sama lain pada roda warna sehingga
membentuk pola segitiga sama sisi.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
37
Gambar 2.19. Warna Triad
(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)
2.3.5. Tekstur
Dalam seni visual tekstur terdiri dari dua kategori, yaitu taktil dan visual. Tekstur
dalam taktil memiliki kualitas sentuhan yang sebenarnya atau dapat benar benar
disentuh dan dirasakan secara fisik atau disebut tekstur aktual. Dalam hal ini tekstur
secara taktil berfungsi dalam hasil akhir setelah proses perancangan atau bisa
disebut pada tahap produksi. Sedangkan tekstur visual merupakan tekstur yang
dapat diciptakan secara visual oleh pembuatnya. Dalam hal ini tekstur visual
berfungsi dalam penggunaan secara grafis dalam proses perancangan sebagai
penunjuk atau dummy.
Prinsip Desain
2.4.1. Balance
Balance yang dimaksud disini adalah suatu prinsip dalam menjaga keseimbangan
visual. Stabilitas yang ada dalam desain harus diatur dengan sebagik mungkin
dengan menciptakan distirbusi bobot visual yang merata. Menjaga keseimbangan
desain dapat menggunakan dua cara yaitu dengan cara simetris, yaitu menjaga
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
38
keseimbangan sisi kiri dan sisi kanan dengan ukuran dan bentuk yang sama tiap
sisinya, sedangkan asimetris menyimbangkan sisi kiri dan kanan desain dengan
objek atau pengaturan yang berbeda namun dengan berat atupun bobot yang sama
antara sisi kiri dan kanan. (Landa, 2010, hal. 25-26)
Gambar 2.20. Asimetris dan Simetris
(Sumber: https://geometryarchitecture.wordpress.com,2012)
2.4.2. Emphasis
Dalam sebuah desain, penekanan diperlukan untuk menentukan arus informasi dari
yang terpenting hingga yang tidak terlalu penting. Menurut Landa (2010), ada
beberapa cara dalam menentukan penekanan, yaitu:
1. Melalui pengisolasian melalui bentuk,
2. Penempatan pada posisi yang lebih atraktif,
3. Penekanan dalam skala ukuran,
4. Penekanan pada kontras warna,
5. Penekanan dengan menggunakan elemen pendukung arahan seperti panah,
6. Dan penekanan tercipta dalam bentuk bagan atau struktur.
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
39
Gambar 2.21. Contoh Emphasis
(Sumber: http://duniagrafiskita.blogspot.com,2011)
2.4.3. Rhythm
Ritme dalam desain merupakan prinsip yang bisa berarti juga pengulangan yang
membentuk pola ilusi seakan tampak bergerak dari satu frekuensi ke frekuensi lain
sehingga membentuk pola visual baik dalam bentuk, garis, warna, dan ukuran. (hal.
30)
Gambar 2.22. Irama Melalui Ukuran, Garis, dan Bentuk
(Sumber: https://www.blogernas.com,2016)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019
40
Gambar 2.23. Irama melalui Bentuk, Ukuran, dan Gradasi Warna
( Sumber: https://www.blogernas.com,2016)
2.4.4. Unity
Dalam prinsip desain kesatuan yang dimaksud adalah sebuah keselarasan, dan
konsistensi yang kuat dalam penerapan elemen desain yang menciptakan perpaduan
yang kuat dan saling mengikat elemen-elemen yang terdapat di dalamnya dalam
satu tema yang saling berkaitan. (hal. 31)
2.4.5. Proportion
Proporsi dalam desain yang dimaksud adalah konsistensi dalam perubahan ukuran
atau size dari satu bentuk dengan bentuk yang lain. Hal ini ada untuk menghindari
terjadinya distorsi antara bagian satu dengan bagian lain atau bagian satu dengan
elemen keseluruhan. Hal ini menciptakan sebuah harmoni dan konstruksi yang
seimbang dan tertata. (hal. 34-35)
Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019