laporan ta finale

35
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TA FINALE

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: LAPORAN TA FINALE

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Brand

Keahlian bagi para pemasar dan desainer salah satunya adalah kemampuan dalam

menciptakan, melindungi, memelihara dan mengembangkan merek. Menurut

Neumeier (2007) brand merupakan persepsi dari perasaan atau emosi konsumen

mengenai suatu produk, layanan, maupun perusahaan atau instansi yang akan

menjadi pembeda dengan produk lainnya. Ketika persaingan pasar menjadi

semakin kuat akan menciptakan banyak jalan bagi para perusahaan atau instansi

untuk dapat terhubung kepada para pelanggannya secara emosional, agar melekat

di benak konsumen dan menciptakan hubungan antara pelanggan dengan merek

atau loyalitas yang kuat. Brand yang kuat akan selalu menonjol di pasaran dan

menciptakan loyalitas dan kepercayaan terhadap keunggulan yang ditawarkan

melalui brand tersebut. (Wheeler, 2009, hal. 2)

Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Wiryawan (2008) Segala

persepsi, pengalaman, haparan, terhadap sebuah produk, jasa, atau organisasi yang

disimbolisasikan dalam sebuah merek dagang secara nyata maupun tidak nyata

yang akan memberi pengaruh bila dikelola secara baik dapat disebut sebagai brand.

(Wiryawan, 2008, hal. 20)

City Branding

Menurut wiryawan (2008) city branding adalah kegiatan dalam membangun dan

mengembangkan dari sekumpulan ide, impresi, dan persepsi terhadap suatu kota

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 3: LAPORAN TA FINALE

8

menjadi sebuah brand kota tersebut. Hal tersebut di perkuat oleh Prophet dalam

CEOs for Cities (2006) yang menyatakan bahwa kota adalah merek itu sendiri

dalam arti yang sesungguhnya. Dengan menambahkan nilai yang ada sebuah kota

semakin bermakna dan menarik karena membentuk citra dan karakteristik

wilayahnya. Hal tersebut yang mendongkrak suatu kota dalam bersaing dengan

kota-kota lain secara nasional maupun internasional di era globalisasi.

2.2.1. Brand Identity

Wiryawan (2008) mengatakan bahwa identitas brand adalah nama, simbol, warna,

kepribadian yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah brand yang memberikan ciri

atau tanda yang menjadi nilai brand tersebut. Hal ini di perkuat oleh pandangan

brand identity Menurut wheeler (2009) brand identity adalah perwujudan yang

nyata dan menarik untuk dirasakan, dan akan menjadi pembeda melalui ide dan

makna yang disampaikan melalui beberapa elemen berbeda secara nyata yang akan

menjadi satu kesatuan identitas. Perwujudan brand identity tersebut dapat dirasakan

dengan disentuh, dilihat, di genggam, di dengar, dan memperhatikan

perkembangannya.

2.2.1.1. Brand Identity Ideals

Brand identity ideals sangat penting dalam proses kreatif yang bertanggung

jawab. Dalam brand identity perlu memperhatikan kriteria-kriteria seperti

mudah diingat / sesuai, mudah dikenali, citra yang konsisten, terlindungi

secara hukum, memiliki ketahanan nilai, mengkomunikasikan kepribadian

brand dengan jelas, hingga fungsi yang bekerja dengan baik di berbagai skala

dan warna. Dengan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa identitas yang

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 4: LAPORAN TA FINALE

9

terbaik, adalah yang akan memajukan brand tersebut dengan baik. (Wheeler,

2009, hal. 30)

Wheeler (2009) mengungkapkan bahwa brand identity ideals terdiri

dari sembilan point penting, yaitu:

1. Vision

Merupakan sebuah visi kedepan yang berupa ide-ide besar yang

brand tersebut yakini. Brand identity selalu dimulai dengan

topik masa depan / atau tujuan yang membutuhkan keberanian

dalam penentuannya. (hal. 32)

2. Meaning

Brand yang baik selalu memiliki suatu arti, baik berupa big idea,

strategic position, ataupun nilai-nilai lainnya. Brand identitiy

akan semakin kuat bila sering digunakan, maka makna yang

ditaruh di dalamnya haruslah kuat namun mudah

terkomunikasikan. Namun terkadang nilai atau makna yang

terkandung dapat berganti sesuai dengan pertumbuhan dari

merek tersebut. (hal. 34)

3. Authenticity

Authenticity dalam psikologi mengacu dalam mengenali jati diri,

karena authenticity mengarah pada brand yang mengenali

tentang apa brand itu sendiri, siapa mereka, dan apa yang

mereka perjuangkan sehingga dapat membentuk identitas yang

kuat, asli, dan berkelanjutan sesuai dengan jati dirinya. (hal. 36)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 5: LAPORAN TA FINALE

10

4. Differentiation

Disaat sudah banyak berbagai macam brand yang bermunculan,

tidak cukup bagi sebuah brand bila hanya memiliki pembeda,

namun sebuah brand harus menonjolkan perbedaan dari merek

mereka sehingga memudahkan konsumen dalam mengenali dan

memahami perbedaan dalam merek tersebut. (hal. 38)

5. Durability

Merek yang memiliki komitmen dan makna yang kuat serta

relevan akan menghasilkan merek yang memiliki kapasitas

maksimal sehingga merek tersebut tetap teridentifikasi dan

dikenal. (hal. 40)

6. Coherence

Ketika customer menggunakan produk atau menerima layanan

purna jual lainnya, sebuah merek harus memiliki dampak yang

membuat customer terasa akrab dan dekat dengan brand

tersebut. Hal itu membuat tumbuhnya kepercayaan dan loyalitas

dari customer. (hal. 42)

7. Flexibility

Fleksibilitas merek sangat dibutuhkan untuk menjalankan

berbagai inovasi yang menarik. Tidak akan ada yang tahu

bagaimana trend dan permintaan produk kedepannya akan

berubah seperti apa, maka brand yang kuat harus teteap

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 6: LAPORAN TA FINALE

11

memiliki sistem yang fleksibel agar dapat cepat meraih peluang

yang ada di pasar. (hal. 44)

8. Commitment

Setiap brand yang baik akan selalu dilindungi dan kembangkan.

Hal itu perlu dilakukan dengan komitmen yang kuat sehingga

brand tetap relevan dan berintegritas (hal. 46)

9. Value

Sebuah brand identity harus memiliki nilai yang merupakan

sebuah tujuan dari brand tersebut. Nilai yang ada akan terus

berkembang dan harus dikomunikasikan secara baik agar

tersampaikan. (hal. 48)

2.2.1.2. City Brands Hexagon

Dalam menggeneralisasi suatu kota akan selalu lebih sulit daripada

menggeneralisasi suatu negara. Maka dari itu, diperlukan sebuah patokan

yang dapat mengukur brand kota tersebut. Setelah semua terukur dengan

baik, baru kita dapat melihat bahwa tiap kota pasti juga mengalami kenaikan

dan penurunan citra, hal ini apabila tidak ditangani dengan baik maka akan

menjadi sebuah pisau bermata dua. Anholt (2007) mengungkapkan bahwa

diperlukan metode City Brands Hexagon untuk mengukur nilai terhadap

image dan permasalahan eksisting suatu kota tersebut yang terdiri dari 6

komponen, yaitu :

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 7: LAPORAN TA FINALE

12

1. The Presence

Komponen ini berbicara mengenai sudut pandang masyarakat

terhadap kota tersebut. Pada topik ini menjelaskan bahwa

pertanyaan akan fokus terhadap seberapa dia mengenali kota

tersebut?, apakah mereka benar benar mengunjungi kota

tersebut?, dan apa yang terkenal sehingga membuat mereka

mengunjungi kota tersebut? (hal. 59)

2. The Place

Komponen ini berbicara mengenai persepsi orang terhadap

aspek pada sebuah kota. Pada topik ini pertanyaan yang muncul

akan fokus kepada pandangan audiens sebagai masyarakat yang

akan merasakan pengalaman ketika berada di kota tersebut,

seperti apa rasanya? Bagaimana suasananya? Seperti apa

iklimnya? Dan apakah akan menyenangkan atau tidak? (hal. 60)

3. The Potential

Pada komponen ini berbicara mengenai peluang ekonomi dan

tingkat kualitas Pendidikan yang ada di kota. Apakah kota

tersebut menjanjikan? Apakah baik untuk berbisnis? Apakah

mudah mendapatkan pekerjaan? Apakah akan menjadi tempat

yang baik bagi pengunjung dan keluarga? (hal. 60)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 8: LAPORAN TA FINALE

13

4. The Pulse

Daya tarik kota menjadi salah satu bagian penting dari tiap kota.

Pada komponen ini kita akan mengeksplorasi lebih jauh

mengenai bagaimana pikiran masyarakat terhadap kota yang

menarik, dan fokus pertanyaan akan mengarah pada hal- hal apa

saja yang menarik bagi pengunjung jangka pendek maupun

jangka panjang bila membayangkan kota tersbut. (hal. 60-61)

5. The People

Pada dasarnya, kota adalah cerminan dari masyarakatnya. Maka

dalam komponen ini fokus pertanyaan yaitu mengenai seberapa

ramah kah penduduk kota tersebut? Dan apakah penduduk

setempat dapat menerima adanya orang lain di sekitar mereka?

Maka apakah hal tersebut akan membuat pengunjung merasa

aman dan nyaman ataukah tidak? (hal. 61)

6. The Prerequisites

Pada bagian ini yang menjadi topik utama adalah mengenai

seberapa besar masyarakat memahami hal-hal yang

bersangkutan dengan fasilitas publik apakah fasilitasnya

memuaskan atau bahkan mengecewakan? (hal. 61)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 9: LAPORAN TA FINALE

14

2.2.2. Visual Identity

Menurut Landa (2010) Identitas visual merupakan sebuah artikulasi visual dan

verbal dari suatu merek terutama pada pengaplikasian desainnya seperti logo, kop

surat, kartu nama, situs web, dll.

2.2.2.1. Logo

Pada mulanya Logo merupakan kependekan dari logotype karena logo saat

itu terdiri hanya dari huruf. Namun saat ini Logo sudah meluas definisinya

dan tidak lagi hanya terdiri dari huruf dan secara umum kini digunakan

untuk merepresentasikan simbol atau makna pada sebuah brand.

(Wiryawan, 2008, hal. 85)

Logo bukanlah suatu hal yang sulit untuk di artikan, logo dapat

dengan mudah ditemukan dimanapun, baik dibawah layar televisi maupun

pada kotak sereal. Hal yang mudah namun tidak sederhana, “logo” memiliki

banyak sekali makna dan itu akan menjadi masalah yang lebih kompleks

dan memerlukan berbagai kata untuk mendeskripsikannya, jadi bisa

dikatakan simbol khas perusahaan, publikasi objek, atau ide adalah logo.

(Morioka, Stone, & Adams, 2004)

1. Jenis Logo

Supriyanto (2010) mengklaim bahwa bentuk visual logo dapat

dikategorikan dalam beberapa jenis konfigurasi, yaitu:

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 10: LAPORAN TA FINALE

15

a. Logotype

Konfigurasi logo dengan hanya menggunakan huruf di dalamnya.

Gambar 2.1. Contoh Logotype

( Sumber: https://www.coca-cola.co.uk/stories/the-logo-story,2014)

b. Initials

Konfigurasi logo mengembangkan dan mengubah bentuk dari

sebuah huruf yang diambil dari huruf pertama produk, perusahaan,

maupun jasa tersebut.

Gambar 2.2. Contoh Logo Initials

(Sumber: https://www.idntimes.com/life/career, 2015)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 11: LAPORAN TA FINALE

16

c. Pictorial

Konfigurasi logo dengan mengembangkan dan mengubah bentuk

dari sebuah objek sebagai representatif dari citra produk,

perusahaan, maupun jasa tersebut.

Gambar 2.3. Contoh Logo Pictorial

(Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)

d. Abstract

Konfigurasi logo dengan menggunakan bentuk yang abstrak yang

disusun dan dikembangkan sesuai dengan citra dari produk,

perusahaan, maupun jasa yang ingin dituju atau disampaikan.

Gambar 2.4. Contoh Logo Abstract

(Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 12: LAPORAN TA FINALE

17

e. Combination

Konfigurasi logo dengan menggunakan segala teknik komfigurasi

diatas sehingga menjadi suatu logo yang utuh.

Gambar 2.5. Contoh Logo combination

( Sumber: https://99designs.com/blog/tips/types-of-logos/, 2016)

2.2.2.2. Tipografi

Graham (2005) mengatakan bahwa tipografi adalah salah satu seni dalam

mengolah dan mengatur huruf pada suatu bidang. Pada zaman modern ini

tipografi sudah dapat ditemukan dimanapun dan di media apapun.

Tipografi merupakan gambar berbentuk huruf, huruf-huruf yang

disatukan kemudian menjadi kata-kata kemudian di rangkai sedemikian

rupa hingga menjadi satu rangkaian kalimat yang akan memliki pesan yang

ingin disampaikan. Pemilihan bentuk huruf sangatlah penting dalam proses

desain terutama pembentukan logo, perlunya pertimbangan yang besar

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 13: LAPORAN TA FINALE

18

dalam pemilihan seperti kesesuaian serta keterbacaan. (Morioka, Stone, &

Adams, 2004)

1. Type Anatomy

Setiap huruf pasti memiliki bentuk yang berbeda, pada dasarnya untuk

belajar tipografi semua harus dimulai dengan mengenali bentuk dan

kompenen dalam huruf tersebut. Pada dasarnya huruf terbagi menjadi 2

jenis yaitu lowercase atau huruf kecil dan uppercase atau huruf besar.

Dalam huruf tersebut memiliki komponen komponennya tersendiri

seperti ascender, descender, dan lain-lain. (Graham, 2005, hal. 204)

Gambar 2.6. Anatomi Huruf

( Sumber: Materi Perkulliahan Sistem Multimedia BINUS Univesity, 2007)

2. Typeface

Setiap bentuk huruf dalam alphabet memiliki bentuk dan gayanya

masing-masing yang menjadikan ciri dan keunikan tiap jenis huruf.

Setiap susunan huruf yang bergantian akan menjadikannya sebuah

kalimat, huruf tersebut haruslah berbeda tiap bentuknya agar dapat

dikenali oleh audiens, misalnya huruf B akan berbeda bentuknya

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 14: LAPORAN TA FINALE

19

dengan huruf K perbedaan ini yang akan menjadikan susunan huruf

menjadi kata.

Dalam penerapannya setiap rangkaian huruf dapat disebut kata, dan

sebuah tipografi adalah serangkaian dari huruf tersebut. Namun huruf

tersendiri juga perlu disertai dengan simbol atau tanda baca serta angka-

angka untuk melengkapi rangkain tersebut, Maka dapat dibilang

typeface adalah satu set lengkap huruf, simbol, dan angka dalam satu

jenis yang sama. (Graham, 2005, hal. 204)

3. Type Size

Sangat penting bagi seorang desainer dapat mengatur penggunaan huruf

yang dibutuhkan. Pada dasarnya huruf dihitung dengan menggunakan

skala point atau pt, hal tersebut digunakan karna huruf terbuat dari

tarikan garis yang juga dibuat dari sebuah titik. Penggunaan point

dimaksudkan agar setiap kali huruf perlu untuk diperbesar hanya perlu

mengubah ukuran titik yang ada sehingga proposi dari huruf akan tetap

terjaga.

Idealnya huruf itu harus mudah terbaca, dan idealnya sebuah bacaan

untuk penggunaan bodytext atau konten ukuran hurufnya adalah tidak

kurang dari 6pt dan tidak lebih besar dari 12 pt. Berbeda dengan

Headline huruf yang digunakan untuk keterbacaan idealnya adalah tidak

lebih kecil dari 14pt dan tidak lebih besar dari 20pt. Namun semua hal

itu tergantung pada desain dan audiens yang ingin dituju. Pada

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 15: LAPORAN TA FINALE

20

umumnya pengaturan tersebut digunakan pada sebuah buku bacaan atau

poster dengan jarak pandang baca yang dekat, sedangkan apabila desain

yang akan dibuat adalah banner atau baliho tentunya diperlukan ukuran

huruf yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik dalam jarak jauh.

Audiens yang di tuju juga berpengaruh terhadap konfigurasi huruf,

teks bacaan yang ingin disampaikan terhadap anak-anak, usia remaja-

dewasa, dan lansia tentunya memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda.

Sebagai contoh, anak-anak di usianya sangat perlu mengenali huruf

dengan baik maka dari itu diperlukan adanya huruf yang tidak terlalu

kecil agar anak-anak dapat memahami teks dengan baik, sedangkan

remaja-dewasa adalah masa dimana mereka sudah dapat memahami

teks dengan baik maka diperlukan tingkat keterbacaan yang ideal untuk

kenyamanan mata saat membaca teks yang panjang. Lain lagi dengan

lansia tentunya memerlukan tingkat keterbacaan yang tinggi karena

faktor umur yang menurunkan kemampuan pembaca dalam melihat.

(Graham, 2005, hal. 208)

2.2.2.3. Slogan / Tagline

Menurut Wheeler (2009) tagline merupakan frasa singkat yang menangkap

esensi, kepribadian, dan posisi sebuah merek sebagai sebuah pembeda yang

akan memperngaruhi perilaku konsumen dengan memunculkan respon secara

emosional.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 16: LAPORAN TA FINALE

21

2.2.2.4. Letterhead

Walau sudah terkesan tua, namun kop surat masih digunakan sampai

sekarang. Kop surat sampai saat ini masih digunakan karena kop surat masih

menjadi suatu elemen penting dalam berkirim surat sebagai penanda identitas

yang dianggap formal, baik cetak maupun elektronik. (Wheeler, 2009, hal.

146)

Gambar 2.7. Contoh Letterhead

( Sumber: Designing Brand Identity, 2009)

Wheeler juga menerangkan bahwa dalam perancangan sebuah letterhead

perlu adanya beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu seperti lokasi, area

lipatan, pengecekan ukuran, penentuan huruf dan lain-lain. Hal ini perlu

diperhatikan agar informasi yang tertera jangan sampai tersamar atau

terhalang. (hal. 147)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 17: LAPORAN TA FINALE

22

2.2.2.5. Business Card

Wheeler (2009) mengatakan bahwa business card kini berperan sebagai alat

pemasaran yang sangat kecil dan portable. Semua informasi mengenai

identitas tertera dalam kartu tersebut yang kini juga digunakan sebagai tanda

pengenal. Kedepannya fungsi kartu nama dapat berperan ganda mengingat

majunya teknologi yang semakin canggih. Business card yang baik tidak akan

membuat merek anda terlihat hebat, namun dari kartu tersebut dapat

memberikan sebuah respect dari penerimanya.

Gambar 2.8. Contoh Business Card

(Sumber: Designing Brand Identity, 2009)

Wheeler mengungkapkan bahwa dalam merancang sebuah business card

sangat penting untuk memperhatikan beberapa aspek seperti, pemilihan

kertas, penentuan spesifikasi kertas, kemudahan dalam memperoleh

informasi, menggunakan informasi lebih lanjut pada halaman belakang, dll.

(hal. 149)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 18: LAPORAN TA FINALE

23

2.2.2.6. Collateral

Merupakan sebuah media publikasi yang dapat diandalkan. Collateral dapat

menyampaikan informasi mengenai berbagai hal pada suatu tempat, disuatu

waktu, dan pada target yang tepat. (Wheeler, 2009, hal. 150)

Gambar 2.9. Contoh Collateral

(Sumber: Designing Brand Identity, 2009)

Collateral berfungsi sebagai sebuah sistem yang memudahkan

pelanggan dalam mengambil keputusan. Dalam collateral perlu adanya

informasi yang jelas mengenai produk, benefit, dan pemahaman mengenai

preferensi kebutuhan pelanggan. Hal ini berguna untuk menuntun audiens

dalam memilih brand atau produk yang dimiliki. (hal. 151)

2.2.2.7. Website

Menurut Wheeler (2009), website melibatkan pengalaman berinteraktif

audiens. Dalam website, haruslah memuat konten yang langsung mengacu

kepada apa, siapa, dan kenapa mengenai brand/produk yang ditawarkan

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 19: LAPORAN TA FINALE

24

dalam website tersebut. Semakin banyak konten yang akan dimuat makan

harus semakin diperhatikan bahwa apa yang ada didalam sana haruslah user-

friendly untuk memberikan kesan positif dan memudahkan audiens. (hal. 152)

2.2.2.8. Graphic Standard Manual (GSM)

Sebuah standart manual berupa buku yang diciptakan seorang desainer untuk

memastikan konsistensi dari setiap pengaplikasian identitas visual seperti

logo, warna, letterhead, dll. Dalam buku GSM berisi mengenai panduan

dalam pengaplikasian setiap visual dalam berbagai media, semua hal yang

menyangkut konsistensi akan diatur di dalam sana seperti pengaturan

tipografi, warna, ukuran, hingga material. (Landa, 2010, hal. 245)

1. Layout

Layout merupakan segala pertimbangan dalam penataan elemen-

elemen desain pada tata letak, baik mengenai struktur, isi, hirarki, dan

penggunaan secara spesifik dalam desain. Layout digunakan untuk

mengontrol segala penataan elemen yang ada sehingga elemen visual

yang tersajikan dapat terkimunikasikan dan diterima dengan mudah

karena pembaca dapat menavigasi seluruh informasi yang kompleks

dengan teratur. (Amborse & Harris, 2011, hal. 9)

2. Grid

Grid menurut Amborse dan Harris merupakan sistem yang digunakan

untuk penentuan posisi dalam layout. Dengan menggunakan garis bantu

yang ada, grid dapat membantu menghasilkan susunan elemen yang

lebih rapih dan menjaga akurasi dalam penempatan elemen visual.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 20: LAPORAN TA FINALE

25

Grid memiliki beberapa jenis, yaitu simetris, dan asimetris. Grid

simetris juga memiliki beberapa variasi, yaitu: (2011, hal. 27)

a. Symetrical two-column grid

Merupakan grid dengan menggunakan 2 kolom yang sama rata

lebarnya. Grid jenis ini memberikan bacaan teks yang seimbang dan

tidak terputus namun akan membuat mata cepat terasa Lelah.

b. Adding variation

Adding variation dalam hal ini sama seperti two-column yang

memiliki perbedaan ukuran lebar antara kolom satu dan kolom 2,

namun kolom kedua (yang berukuran kecil) hanya berfungsi

sebagai informasi tambahan yang dimasukan dan berfungsi sebagai

margin.

c. Single-column grid

Single-column merupakan kolom teks yang hanya satu baris. Secara

teknis grid dengan kolom tunggal seperti ini akan cukup sulit dan

melelahkan bila dibaca. Maka dari itu perlu adanya perhatian

khusus pada ukuran dan jumlah karakter agar dapat lebih mudah

dibaca.

d. Two-column grid

Merupakan kolom 2 baris yang luas diantara kedua kolom tersebut

berbeda. Biasanya kolom yang lebih luas akan dipergunakan untuk

body text, sedangkan yg lebih kecil berisikan informasi yang

bersifat instruksional.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 21: LAPORAN TA FINALE

26

e. Five-column grid

Kolom lima ini dapat digunakan untuk memberikan informasi yang

detail seperti kontak, spesifikasi, dan lain-lainya.

2.2.3. Brand Personality

Brand Personality merupakan sebuah penggabungan dari sifat yang dimiliki oleh

manusia secara spesifik yang dapat di kaitkan kedalam sebuah merek. Brand

personality berpengaruh terhadap dorongan konsumen untuk menggunakan brand

yang sesuai dengan personality atau behaviornya. Secara tidak langsung psikologis

manusia merespon dengan membedakan suatu brand berdasarkan dengan sifat

kepribadiannya sendiri. (Kotler & Keller, 2016, hal. 185)

2.2.4. Brand Mantra

Brand Mantra merupakan sebuah panduan yang memfokuskan positioning merek

mengenai cara pemasar menggiring persepsi konsumen terhadap sebuah brand.

Brand mantra terdiri dari tiga hingga 5 kata yang merupakan inti sebuah brand

yang terikat erat pada brand tersebut. Brand mantra sendiri bertujuan untuk

memastikan bahwa seluruh pegawai instansi di dalamnya memahami bagaimana

seharusnya mereka melayani konsumen sesuai dengan jiwa brand tersebut. (Kotler

& Keller, 2016, hal. 307)

2.2.5. Brand Positioning

Menurut Wheeler (2009, hal. 14) Positioning merupakan konsep branding yang

revolusioner yang dikembangkan oleh Al Ries dan Jack Trout. Mereka

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 22: LAPORAN TA FINALE

27

mendefinisikan positioning sebagai tumpuan perusahaan dalam membangun merek

mereka. Positioning sangat penting karena setiap perusahaan harus memposisikan

merek mereka di benak pelanggan, mempertimbangkan kebutuhannya, dan

kelebihan dari merek tersebut sehingga brand akan tersampaikan pada customer

yang tepat dan sesuai.

2.2.6. Analisis SWOT

SWOT adalah sebuah metode yang digunakan untuk menilai situasi seperti apa

yang harus dibangun. Hal ini diperlukan agar informasi yang ada dapat digunakan

dengan sebaik mungkin untuk menyusun rencana komunikasi yang akan memenuhi

tujuan pemasaran merek. (Kelley, Jugenhelmer, & Seehan, 2015)

2.2.6.1. Strength

Strength berarti kekuatan, dalam konteks ini yaitu sebuah kekuatan yang

dimiliki brand yang akan membantu mendorong pemasaran. (hal. 25)

2.2.6.2. Weakness

Weakness berarti kelemahan, kelemahan yang dimaksud disini adalah sebuah

hal yang buruk atau merugikan dari suatu brand sehingga mempengaruhi

reputasi brand tersebut. (hal. 25)

2.2.6.3. Opportunities

Opportunities merupakan faktor external yang berupa peluang yang dapat

membantu suatu merek dalam mencapai tujuannya. (hal. 26)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 23: LAPORAN TA FINALE

28

2.2.6.4. Threats

Threats merupakan faktor external lainnya yang berupa ancaman yang

berbahaya karena mengancam reputasi dan menghalangi suatu merek untuk

mencapai tujuannya. (hal. 26)

Elemen Desain

Elemen desain merupakan sesuatu yang harus dipahami oleh para desainer, suatu

desain yang baik adalah desain yang mudah diingat, penuh makna, dan mudah

tersampaikan. Tanpa memahami apa itu elemen desain, desainer tidak akan bisa

menghasilkan desain yang baik, hal itu disebabkan karena elemen desain adalah

elemen-elemen dasar yang membentuk desain tersebut agar dapat tersampaikan

dengan baik dalam bentuk visual. Menurut Landa (2010) Elemen-elemen dalam

desain tersebut berupa :

2.3.1. Garis dan Titik

Titik merupakan sebuah satuan terkecil dari suatu garis yang dikenal sebagai

lingkaran. Sebuah titik memiliki banyak arti dalam berbagai macam penerapan,

yang pasti sekumpulan garis akan membentuk sebuah garis. Dalam city branding

sebuah garis dapat berperan sebagai sebuah penunjuk seperti arah atau menentukan

penekanan melalui tebal tipisnya suatu garis. Dalam penerapannya sendiri garis

juga dapat berfungsi dalam pengaturan grid yang dapat di terapkan dalam logo

maupun GSM. Garis termasuk diantara elemen karena garis memiliki banyak peran

dalam penerapannya, baik dari segi komposisi maupun komunikasi.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 24: LAPORAN TA FINALE

29

2.3.2. Bentuk

Secara garis besar sebuah bentuk adalah area yang dibatasi atau digambarkan pada

sebuah permukaan dua dimensi. Secara umum sebuah bentuk terdiri dari 3 bentuk

dasar, yaitu persegi, segitiga, dan lingkaran. Dalam bentuk dasar tersebut nantinya

akan membentuk turunan-turunan lainnya seperti dalam volume yaitu kubus,

piramida, bola. Bentuk sendiri terbagi menjadi bentuk geometris, organik, bujur

sangkar, lengkung, dan abstrak.

2.3.3. Figure and Ground

Figure and ground atau dikenal dengan ruang positif-negatif. Adalah sebuah

prinsip dasar dalam persepsi visual yang mengacu pada bentuk, gabar, dan warna

pada permukaan dua dimensi. Dalam penerapannya sebuah figure and ground

digunakan untuk membedakan bentuk yang mewakili figure yang berada

dibelakangnya. Figure atau bagian positif biasanya akan langsung membentuk

suatu bentuk yang pasti, dan bentuk yang dihasilkan tersebut membuat sebuah

bentuk lainnya dengan apa yang ada dibelakangnya atau disebut dengan negatif.

Dalam perancangan ini bentuk figure and ground dapat diterapkan dalam

pembuatan logo.

2.3.4. Warna

Studi warna merupakan elemen yang paling menarik, hal itu disebabkan karena

warna merupakan elemen desain yang sangat kuat dan provokatif. Secara umum

warna adalah sifat atau deskripsi energi cahaya, dan hanya dengan cahaya kita dapat

melihat warna. Fraser dan Banks juga mengungkapkan bahwa warna atau

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 25: LAPORAN TA FINALE

30

komposisi warna dapat memiliki arti yang berbeda pada tiap orang yang

melihatnya. (Fraser & Banks, 2004)

Fraser dan Banks (2004) menjelaskan bahwa warna akan memunculkan

persepsi yang berbeda antara budaya dan individu, hal tersebut membuat tiap

komposisi warna pasti akan menghasilkan arti yang berbeda bagi tiap orang yang

melihatnya. Ketika nelayan melihat warna biru, persepsi yang diambil tentu akan

berbeda dengan seorang ahli komputer melihat warna biru. Hal tersebut yang

membuat warna akan menjadi semakin menarik bila di telusuri lebih dalam.

2.3.4.1. Color in Modern Life

Dalam dunia nyata, kekuatan dari sebuah warna dapat muncul dari sebuah

produk yang orang tawarkan kepada kita. Sebuah warna yang kuat dapat

menjadi identitas sebuah produk atau merek. Warna yang kuat melekat pada

suatu produk tersebut secara otomatis akan membantu konsumen dalam

mengidentifikasi produk tersebut agar tidak jadi salah pilih. Hal tersebut

membuat beberapa orang menganggap warna sebagai salah satu elemen

dalam desain yang paling penting. (Fraser & Banks, 2004, hal. 12)

2.3.4.2. Color Psychology

Dalam psikologi warna, warna dikatakan dapat mempengaruhi emosi

seseorang. Sebuah warna di klaim memiliki persepsi emosi yang muncul

secara natural, hal ini disebabkan karena adanya respon bawah sadar yang

mengkaitkan emosi seseorang terhadap suatu kondisi budaya atau agama,

atau sesuatu yang pernah kita lihat sebelumnya. Contohnya seperti warna

merah, warna merah bila dikaitkan dengan alam dapat dikaitkan dengan

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 26: LAPORAN TA FINALE

31

matahari atau bunga mawar, namun orang lain juga dapat menganggap merah

berkaitan dengan darah sehingga menimbulkan persepsi bahaya. Namun

penamaan dalam warna terkadang dapat menjadi salah satu cara dalam

memanipulasi persepsi yang muncul kepada kita, hal tersebut dapat dilihat

dari bagaimana para produsen cat memberikan penamaan warna pada produk

mereka untuk menambah daya tarik. Menurut Drew & Mayer (2005),

psikologis, perilaku, dan sifat manusia dapat di terapkan kedalam warna.

Berikut adalah makna sebuah warna bila diasosiasikan pada manusia:

1. Merah : Berenergi, Solid, Kebahagiaan, Cinta, Hangat.

2. Oranye : Bersahabat, Ceria, Muda, Bahagia, Menyenangkan.

3. Biru : Kecerdasan, Teknologi, Profesional, Keamanan, Diandalkan

4. Hijau : Kehidupan, Harapan, Damai, Alam, Tentram.

2.3.4.3. Color in Branding

Dalam proses branding, pemilihan warna menjadi sangat penting, hal itu

dikarenakan desainer harus berhati-hati dalam menuangkan persepsi yang ada

kedalam logo karena akan mempengaruhi persepsi terhadap perusahaan itu

sendiri. Penentuan warna dalam brand memang terkenal cukup tricky

sehingga butuh proses eleminasi yang cukup panjang sehingga persepsi yang

ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik, sehingga tidak

bersinggungan dengan brand spesifik lainnya.

2.3.4.4. Color Harmony

Color Harmony merupakan sebuah serangkaian proses dalam memilih warna

yang akan dapat terpadu dengan baik dalam desain. Dalam menentukan

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 27: LAPORAN TA FINALE

32

harmoni warna, perlu adanya penentuan warna kunci untuk membangun

harmoni yang timbul di sekitarnya. Rhyne (2017) dalam bukunya

mengkategorikan harmoni warna kedalam beberapa jenis, yaitu:

1. Monochromatic Harmony

Harmoni monokromatik yaitu hamoni warna yang menggunakan satu

dan berbagai rona warna.

Gambar 2.10. Warna Monokromatik

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

2. Analogous Harmony

Merupakan harmoni warna yang menggunakan konsep 3 warna yang

saling bersebelahan pada roda warna.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 28: LAPORAN TA FINALE

33

Gambar 2.11. Warna Analogus

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

3. Complementary Harmony

Harmoni komplementer merupakan harmoni warna yang berlawanan

atau saling berhadapan dalam roda warna.

Gambar 2.12. Warna Komplementer

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

4. Split Complementary Harmony

Split komplementer merupakan sebuah harmoni yang sama seperti

komplementer, namun warna yang diambil merupakan 2 warna diantara

warna komplementer tersebut.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 29: LAPORAN TA FINALE

34

Gambar 2.13. Warna Split Komplementer

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

5. Analogous Complementary Harmony

Merupakan harmoni warna yang warna kuncinya bersebrangan seperti

warna komplementer, namun di kedua warna di tiap sisi komplementer

juga ikut digunakan.

Gambar 2.14. Warna Analogus Komplementer

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

6. Double Complementary Harmony

Merupakan harmoni warna komplementer yang mencakup dua set

warna komplementer yang saling bersebelahan pada roda warna.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 30: LAPORAN TA FINALE

35

Gambar 2.15. Warna Double Komplementer

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

7. Tetrad Harmony

Merupakan harmoni warna yang mencakup empat rona yang

membentuk persegi atau persegi panjang pada roda warna. Hasilnya

berupa dua pasang yang saling melengkapi dengan jarak stidaknya dua

langkah untuk harmoni persegi panjang dan 3 langkah untuk harmoni

persegi.

Gambar 2.16. Warna Tetrad Persegi Panjang

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 31: LAPORAN TA FINALE

36

Gambar 2.17. Warna Tetrad Persegi

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

8. Diad Harmony

Harmoni warna yang menggabungkan dua warna yang berjarak dua

langkah pada roda warna.

Gambar 2.18. Warna Diad

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

9. Triad Harmony

Merupakan harmoni yang terdiri dari tiga warna yang sama-sama

berjarak tiga langkah satu sama lain pada roda warna sehingga

membentuk pola segitiga sama sisi.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 32: LAPORAN TA FINALE

37

Gambar 2.19. Warna Triad

(Sumber: Applying Color Theory to Digital Media and Visualization, 2017)

2.3.5. Tekstur

Dalam seni visual tekstur terdiri dari dua kategori, yaitu taktil dan visual. Tekstur

dalam taktil memiliki kualitas sentuhan yang sebenarnya atau dapat benar benar

disentuh dan dirasakan secara fisik atau disebut tekstur aktual. Dalam hal ini tekstur

secara taktil berfungsi dalam hasil akhir setelah proses perancangan atau bisa

disebut pada tahap produksi. Sedangkan tekstur visual merupakan tekstur yang

dapat diciptakan secara visual oleh pembuatnya. Dalam hal ini tekstur visual

berfungsi dalam penggunaan secara grafis dalam proses perancangan sebagai

penunjuk atau dummy.

Prinsip Desain

2.4.1. Balance

Balance yang dimaksud disini adalah suatu prinsip dalam menjaga keseimbangan

visual. Stabilitas yang ada dalam desain harus diatur dengan sebagik mungkin

dengan menciptakan distirbusi bobot visual yang merata. Menjaga keseimbangan

desain dapat menggunakan dua cara yaitu dengan cara simetris, yaitu menjaga

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 33: LAPORAN TA FINALE

38

keseimbangan sisi kiri dan sisi kanan dengan ukuran dan bentuk yang sama tiap

sisinya, sedangkan asimetris menyimbangkan sisi kiri dan kanan desain dengan

objek atau pengaturan yang berbeda namun dengan berat atupun bobot yang sama

antara sisi kiri dan kanan. (Landa, 2010, hal. 25-26)

Gambar 2.20. Asimetris dan Simetris

(Sumber: https://geometryarchitecture.wordpress.com,2012)

2.4.2. Emphasis

Dalam sebuah desain, penekanan diperlukan untuk menentukan arus informasi dari

yang terpenting hingga yang tidak terlalu penting. Menurut Landa (2010), ada

beberapa cara dalam menentukan penekanan, yaitu:

1. Melalui pengisolasian melalui bentuk,

2. Penempatan pada posisi yang lebih atraktif,

3. Penekanan dalam skala ukuran,

4. Penekanan pada kontras warna,

5. Penekanan dengan menggunakan elemen pendukung arahan seperti panah,

6. Dan penekanan tercipta dalam bentuk bagan atau struktur.

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 34: LAPORAN TA FINALE

39

Gambar 2.21. Contoh Emphasis

(Sumber: http://duniagrafiskita.blogspot.com,2011)

2.4.3. Rhythm

Ritme dalam desain merupakan prinsip yang bisa berarti juga pengulangan yang

membentuk pola ilusi seakan tampak bergerak dari satu frekuensi ke frekuensi lain

sehingga membentuk pola visual baik dalam bentuk, garis, warna, dan ukuran. (hal.

30)

Gambar 2.22. Irama Melalui Ukuran, Garis, dan Bentuk

(Sumber: https://www.blogernas.com,2016)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019

Page 35: LAPORAN TA FINALE

40

Gambar 2.23. Irama melalui Bentuk, Ukuran, dan Gradasi Warna

( Sumber: https://www.blogernas.com,2016)

2.4.4. Unity

Dalam prinsip desain kesatuan yang dimaksud adalah sebuah keselarasan, dan

konsistensi yang kuat dalam penerapan elemen desain yang menciptakan perpaduan

yang kuat dan saling mengikat elemen-elemen yang terdapat di dalamnya dalam

satu tema yang saling berkaitan. (hal. 31)

2.4.5. Proportion

Proporsi dalam desain yang dimaksud adalah konsistensi dalam perubahan ukuran

atau size dari satu bentuk dengan bentuk yang lain. Hal ini ada untuk menghindari

terjadinya distorsi antara bagian satu dengan bagian lain atau bagian satu dengan

elemen keseluruhan. Hal ini menciptakan sebuah harmoni dan konstruksi yang

seimbang dan tertata. (hal. 34-35)

Perancangan City Branding..., Ignatius Pangestu Tresna Perdana Nugraha, FSD UMN, 2019