sistem perekonomian negara jepang edit[finale]

33
SISTEM PEREKONOMIAN NEGARA JEPANG Makalah Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Komparatif (Masyarakat Jepang) semester tujuh dengan dosen pengempu Dianni Risda, M.Ed Disusun oleh !ri "umelar #$$%&&' uu *idaty #$$%+#+ M. hufail -lhami #$$#+## Sel i Se pti ana ra ti/i #$$#0 '+ ia 1urlatifah #$$$2$% PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 $

Upload: nunu-nurul-fitrijayanti

Post on 10-Oct-2015

225 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

SISTEM PEREKONOMIAN NEGARA JEPANG

MakalahDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Komparatif (Masyarakat Jepang) semester tujuh dengan dosen pengempu Dianni Risda, M.Ed

Disusun oleh:

Ari Gumelar

1006559Cucu Widaty

1006818M. Thufail Ilhami1001811Seli Septiana Pratiwi1001798Tia Nurlatifah

1000406PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013A. Sejarah Ekonomi JepangSejarah ekonomi Jepang mencatat tiga peristiwa yang sangat mempengaruhi perekonomian Jepang saat ini. Yang pertama, masa emas terjadi pada tahun 1955-1970-an, ketika itu Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negaranya yang meningkat pesat, ditandai pertumbuhan ekonomi menjadi rata-rata 11,8%.Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat dirasakan oleh hampir keseluruhan masyarakat Jepang. Kebutuhan hidup mereka dari primer, sekunder dan tersier mulai dapat mereka penuhi.

Yang kedua, terjadinya Perang Timur Tengah yang ke empat mengakibatkan harga minyak bumi yang rendah menjadi tinggi, sehingga Jepang yang hampir tidak memiliki minyak bumi ikut terpukul akibat kenaikan harga minyak bumi yang drastis. Terlihat dari Produk Nasional Bruto menunjukkan tingkat pertumbuhan yang negative (minus 1.3%) dalam tahun 1974.

Yang ketiga, setelah krisis minyak, Jepang mencatat peristiwa penting lainnya yaitu Bubble Economy atau dalam bahasa Jepang disebut baburu keizai. Menurut Lim Hua Sing, Bubble atau gelembung terjadi karena ada dua hal mengapa Jepang mengalami Baburu Keizai.

Pertama, pada bulan September 1985 dalam kesepakatan Plaza, bangsa-bangsa barat yang dipimpin oleh Amerika, mengadakan pertemuan dengan Jepang dengan tujuan menekan Jepang agara membiarkan yen mengalami apresiasi sehingga nilai yen menjadi turun drastis atau yang disebut dengan yendaka, dari harga 242 yen per satu dolar Amerika menjadi 100yen per satu dolar Amerika.Yang kedua oleh pemerintah Jepang sendiri dimana pemerintah tidak dapat memainkan peran aktif apapun karena pemerintah juga mengalami kendala-kendala pengeluaran fiskal dan sedang terdesak oleh kebutuhan utuk menutupi defisit-defisit yang ditimbulkan oleh berbagai departemen pemerintahan.

Akibatnya, nilai-nilai asset (saham dan properti) meningkat secara subtansial namun tidak normal dari paruh kedua dasawarsa tahun 1980-an menjelang akhir tahun 1990. Secara otomatis, harga-harga barang di pasaran pun melonjak tinggi.

Hal ini juga diikuti oleh kebijakan bank yang meinjamkan uang dengan suku bunga rendah kepada para kreditor individu maupun kelompok. Kebijakan tersebutlah yang membuat suburnya pembelian-pembelian real estate di Jepang.

Keadaan ini terus berlanjut sampai harga yen jatuh ketika perputaran uang di pasaran terlalu tinggi sehingga mengakibatkan inflasi, dimana harga barang semakin naik, tetapi uang masih banyak beredar di pasaran dengan demikian membuat nilai uang semakin turun.

Kreditor tidak bisa megembalikan pinjaman kepada bank karena inflasi, harga tanah dan saham menurun mengakibatkan kerugian yang signifikan dirasakan oleh pihak bank dan pihak kreditor.

Akibat dari runtuhnya Baburu Keizai tersebut banyak perusahaan mengurangi karyawan baru dan merumahkan sebagian pegawai, maka membawa masalah baru dalam system kerja perusahaan Jepang. Keadaan bisnis yang buruk dapat memberikan dampak besar terhadap Life employment yaitu pegawai yang baru lulus universitas atau sekolah yang kemudian, bekerja diperusahaan tersebut sampai pension, dan system gaji berlandaskan senioritas, system yang berdasarkan tingkatan pegawai, gaji, dan kualifikasi mengabdi dalam suatu perusahaan. Dimana kedua aspek itu merpakan karakteristik yang menonjol daripada manajemen Jepang.Ditambah dengan adanya serikat buruh yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, ada di setiap perusahaan, sehingga setiap karyawan tetap mendapatkan berbagai fasilitas-fasilitas untuk pribadi di luar dari gaji pokok pegawai berupa liburan bersama keluarga, mensponsori pertandingan voli, bowling, softball, memberikan pelatihan bahasa asing adalah beberapa kelebihan yang diberikan kepada pegawai yang semua ditanggung oleh perusahaan.

Dalam kondisi ekonomi yang terpuruk pasca keruntuhan baburu keizai, perusahaan membuat strategi untuk tetap mempertahankan kelangsungan perusahaan dengan cara pengurangan biaya atau dalam bahasa Jepangnya disebut cost down. Cost down adalah bahasa Inggris dalam struktur bahasa Jepang, sedangkan dalam bahasa Inggris sendiri dikenal dengan cost reduction.Cost down adalah mengurangi biaya produksi (biaya material, biaya sumber daya manusia, dan biaya lain-lainnya). Penggunaan sumber daya yang lebih sedikit untuk pekerjaan yang sama akan membuat marjin keuntungan semakin besar.

Menurut keizai hakusyo tahun 1997 strategi cost down dibagi menjadi lima yaitu:

1. Strategi 1 pengurangan biaya (cost down) : pengurangan biaya umum.

2. Strategi 2 pengurangan biaya (cost down) : pengurangan biaya komunikasi dan telepon.

3. Strategi 3 pengurangan biaya (cost down) : pengurangan biaya sumber daya manusia.

4. Strategi 4 pengurangan biaya (cost down) : pengurangan biaya kantor.

5. Strategi 5 pengurangan biaya (cost down) : pemasaran.

Dalam hal ini, pengurangan sumber daya manusia dianggap yang paling efektif untuk perusahaan, yaitu dengan mengganti karyawan tetap dengan mengerjakan furiitaa. Perusahaan hanya membayar gaji yang dihitung sesuai dengan lamanya jam kerja, sehingga perusahaan tidak perlu lagi membayar gaji seperti terhadap karyawan tetap.Sedangkan, karyawan tetap akan mendapatkan gaji walaupun karyawan tersebut tidak bekerja, karena perusahaan terikat kontrak kerja yang dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan. Untuk furiitaa, perusahaan juga tidak terbebani oleh aturan ketenagakerjaan serta tuntutan dari Peserta Buruh (Roudoukumiai) untuk membayar pesangon dan menjalani prosedur yang kompleks pada saat pemutusan hubungan kerja.Peningkatan furiitaa tak hanya dating dari strategi perusahaan yang menciptakan lapangan kerja dengan system paruh waktu, namun strategi tersebut disesuaikan dengan keadaan anak muda Jepang memilih bekerja paruh waktu.

Kemakmuran Negara Jepang yang ada saat ini membuat pola pikiran anak muda Jepang sekarang dengan generasi sebelumnya sangat berbeda, terutama dalam hal pekrjaan. Furiitaa berasal dari bahasa Inggris free (yang berarti bebas) dan bahasa Jerman ter (dari kata arbeiter, yang berarti pekerja) yang dilafalkan arubaito dan kemudian menjadi sebagai furiitaa.

Pemerintah mengeluarkan definisi furiitaa berdasarkan Kementrian Tenaga Kerja Jepang dalam buku putih tenaga kerja yang diterbitkan pada tahun 2000 yaitu: orang-orang dari rentang 15-34 tahun, yang pekerjaannya disebut paruh waktu, termasuk lelaki yang bekerja dalam waktu kurang dari 5 tahun berturut-turut, wanita yang belum menikah, dan orang yang tidak memiliki pekerjaan baik pekrjaan rumah maupun tidak sedang melanjutkan pendidikan namun menginginkan pekerjaan.

Dengan kata lain peningkatan jumlah freeters atau furiitaa salah satunya diakibatkan oleh kebijakan perusahaan-perusahaan untuk menyelamatkan kelangsungan kehidupan perusahaan. Dengan mengubah system kepegawaian dari gaya manajemen Jepang sebelumnya, seperti system kepegawaian seumur hidup menjadi system paruh waktu, perusahaan dapat melakukan cost down yang sangat efektif.B. Ekonomi JepangPerekonomian Jepang merupakan yang terbesar ketiga di dunia dengan PDB nominal, terbesar keempat dengan keseimbangan daya beli dan ekonomi berkembang terbesar kedua di dunia. Menurut IMF, per kapita PDB (PPP) berada di $ 35.855 atau 22 tertinggi pada tahun 2012. Jepang adalah anggota Group of Eight (G-8).

Perekonomian Jepang dibentuk dari elemen-elemen yang membentuk ekonomi modern yaitu : industri, perdagangan, pertanian dan lain sebagainya. Seluruh elemen tersebut didukung oleh sistem informasi dan transportasi serta perbankan yang baik. Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju dalam bidang telekomunikasi, permesianan dan robotika. Merk-merk Jepang seperti Toyota, Sony, Fujifilm, dan Panasonic telah terkenal dan masuk pasar dunia.

Perekonomian Jepang juga didukung oleh hubungan baik dengan banyak negara yang akhirnya membantu kelancaran perdagangan luar negeri. Ciri khas ekonomi Jepang diantaranya yaitu kerja sama yang erat diantara perusahaan yang bergerak pada bidang pengilangan, perbekalan, pengedaran dan bank (keiretsu), negosiasi upah antara perusahaan swasta dengan serikat buruh (shunto), hubungan baik dengan birokrasi pemerintah, dan jaminan karir sepanjang hayat (shushin koyo).

Sejak periode Meiji (1868-1912), Jepang mulai menganut ekonomi pasar bebas dan mengadopsi kapitalisme model Inggris dan Amerika Serikat. Sistem pendidikan Barat diterapkan di Jepang, dan ribuan orang Jepang dikirim ke Amerika Serikat dan Eropa untuk belajar. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan Amerika didatangkan sebagai tenaga pengajar di Jepang. Pada awal periode Meiji, pemerintah membangun jalan kereta api, jalan raya, dan memulai reformasi kepemilikan tanah. Pemerintah membangun pabrik dan galangan kapal untuk dijual kepada swasta dengan harga murah. Sebagian dari perusahaan yang didirikan pada periode Meiji berkembang menjadi zaibatsu, dan beberapa di antaranya masih beroperasi hingga kini (sekarang disebut dengan keiretsu).

Profil Ekonomi Jepang

Rank3rd (nominal) / 4th (PPP)

CurrencyJapanese Yen (JPY)

Tahun Fikal1 April 31 March

Organsasi DagangAPEC, WTO, OECD, G-20, G8 and others

Statistik

GDP$5.964 trillion (2012 est.) (nominal; 3rd)

$4.628 trillion (2012 est.) (PPP; 4th)

Pertumbuhan GDP 0.9% (Q1 2013)

GDP per capita$46,736 (2012 est.) (nominal; 14th)

$36,266 (2012 est.) (PPP; 23rd)

GDP by sectoragriculture: 1.2%, industry: 27.5%, services: 71.4% (2012 est.)

Inflasi (CPI)0.3% (April 2011)[1]

Populasi dibawah garis kemiskinan15.7%[2]

Angkatan Kerja65.93 million (2011 est.)

Angkatan Kerja Menurut Pekerjaanagriculture: 3.9%, industry: 26.2%, services: 69.8% (2010 est.)

Pengangguran4.6% (2011 est.)[1]

Industri Utamaprodusen kendaraan bermotor, peralatan elektronik, peralatan mesin, baja dan logam non besi, kapal, bahan kimia, tekstil, makanan olahan

Indeks Kemudahan Melakukan Bismis24th

External

Exports$788 billion (2011 est.)

Export goodskendaraan bermotor 13,6%; semikonduktor 6,2%, produk besi dan baja 5,5%, suku cadang mobil 4,6%; bahan plastik 3,5%, mesin daya pembangkit 3,5%

Main export partnersChina 18.0%United States 17.7%South Korea 7.7%Thailand 5.5%Hong Kong 5.1% (2012 est.) [4]

Imports$808.4 billion (2011 est.)

Barang Importminyak bumi 15,5%, gas alam cair 5,7%, kelompok sandang 3,9%; semikonduktor 3,5%, batubara 3,5%, audio dan alat penglihatan 2,7%

Main import partnersChina 21.3%United States 8.8%Australia 6.4%Saudi Arabia 6.2%United Arab Emirates 5.0%South Korea 4.6%Qatar 4.0% (2012 est.)

FDI stock$161.4 billion (31 December 2010 est.)

Gross external debt$2.719 trillion (30 June 2011)

Public finances

Public debt$13.64 trillion / 229.77% of GDP (2011 est.)[6]

Revenues$1.1trillion (2011 est.)

Expenses$1.157trillion (2011 est.)

1. Zaibatsu dan Keiretsua. Zaibatsu

Zaibatsu banyak mengontrol aktivitas ekonomi dan industri Jepang. Pada awal perang dunia II empat perusahaan terbesar dan terkaya Jepang yaitu Mitsubishi, Mitsui, Sumitomo dan Yasuda memiliki kontrol lebih dari 60% dari bursa efek, 30% dari pertambangan dan 50% dari pasar mesin dan bahan baku. Karena besarnya kontrol tersebut membuat tingkat kontrol terhadap pemerintah Jepang juga besar dalam segala kebijakan yang dibuat. Perang Dunia II telah menghancurkan perekonomian Jepang, akan tetapi pada tahun 1960-1980 an Jepang mengalami keajaiban ekonomi. Zaibatsu banyak menuai kritik dan banyak yang ingin membubarkannya, tetapi zaibatsu berhasil berkembang menjadi keiretsu dengan keiretsu utama adalah Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Mitsui, Da-Ichi Kangyo dan grup Sanwa. Zaibatsu telah dilihat secara ambivalen oleh militer Jepang, yang cukup banyak melakukan nasionalisasi atas kemampuan produk mereka pada masa Perang Dunia II. Sisa-sisa aset yang masih ada juga telah rusak selama perang terjadinya perang.

Di bawah pendudukan Amerika setelah menyerahnya Jepang, upaya sebagian berhasil dibuat untuk membubarkan zaibatsu. Banyak dari penasehat ekonomi yang menyertai administrasi Panglima Tertinggi Tentara Sekutu memiliki pengalaman tentang program "New Deal" di Amerika dari Presiden Roosevelt. Mereka sangat berprasangka terhadap monopoli dan praktik-praktik bisnis yang restriktif, yang menurut mereka tidak efisien dan sekaligus adalah bentuk dari aktivisme korporat, dan dengan demikian secara inheren bersifat anti-demokrasi.

Selama Pendudukan Jepang, enam belas zaibatsu menjadi target pembubaran menyeluruh, dan dua puluh enam lainnya akan direorganisasi setelah pembubaran. Di antara zaibatsu yang ditargetkan untuk dibubaran pada tahun 1946 adalah Asano, Furukawa, Nakajima, Nissan, Nomura, dan Okura. Aset-aset pengendali milik keluarga-keluarga tersebut disita, perusahaan induk dihapuskan, dan dewan direksi yang bersangkut-paut (penting dalam sistem lama untuk koordinasi antar-perusahaan) dilarang. Matsushita (kemudian berganti nama menjadi Panasonic), yang sesungguhnya bukan zaibatsu, pada awalnya juga ditargetkan untuk dibubarkan, tetapi terselamatkan karena adanya petisi yang ditandatangani oleh 15.000 orang serikat pekerja dan anggota keluarga mereka.

Meskipun demikian, pembubaran zaibatsu secara menyeluruh tidak pernah terjadi, terutama karena pemerintah AS membatalkan perintah tersebut dalam usahanya untuk menggalakkan kembali industri di Jepang sebagai benteng pertahanan terhadap komunisme di Asia. Zaibatsu secara keseluruhan pada umumnya dianggap bermanfaat bagi ekonomi dan pemerintahan Jepang, dan pendapat dari masyarakat Jepang, para pekerja dan manajemen zaibatsu, serta birokrasi yang telah ada mengenai rencana pembubaran zaibatsu, berkisar antara tidak antusias dan tidak setuju. Selain itu, perubahan politik masa Pendudukan selama proses penyerahan kembali kekuasaan mengakibatkan timbulnya penghalang yang melumpuhkan, jika tidak dapat dianggap mematikan, proses dihapuskannya zaibatsu.

b. Keiretsu

Keiretsu (, harfiah: sistem, seri, pengelompokan perusahaan, atau urutan suksesi) adalah suatu kelompok perusahaan dengan hubungan bisnis dan kepemilikan saham yang saling terkait.Keiretsu adalah salah satu jenis kelompok usaha, yang mulai muncul di Jepang setelah pasca Perang Dunia II.

Zaibatsumenghasilkankeiretsu, dimana beberapa perusahaan saling berhubungan dan menghasilkan kerjasama atau group. Hubungan perusahaan dapat berupa bentuk kepemilikan saham yang saling berkaitan. Atau dengan sistem perjanjian yang memungkinkan perusahaan saling terkait, misalnya antarasupplierdengan perusahaan yang memproduksi barang. Dapat juga dalam hal aliran atau jaringan distribusi. Kerjasama tersebut tidak hanya bersifat sementara atau incidental. Akan tetapi ada kesepakatan tertentu yang mengikat dan ditaati bersama.Chaebolhampir sama dengankeiretsu, dimana konsep ini diterapkan di Korea.

Ada tiga unsur utama dalamkeiretsu, yakni hierarki, kelompok, dan jangka panjang. Ketiga unsur ini diterapkan dalam berbagai nilai-nilai budaya korporasi seperti pengelolaan sumber daya manusia denganshushin kayo(bekerja sampai dengan pensiun) dannenko joretsu sei(sistem senoritas), maupun pengelolaan keuangan (sistem bank utama), pemasaran (penguasaan pangsa pasar) dan produksi (kanban system, kaizen).

Keiretsumerupakan pengelompokan beberapa industri di Jepang yang sama bidang usahanya. Secara garis besar, ada 3 macamkeiretsu, yakni industrial, produksi dan distribusi. Sebagian besar perusahaan di Jepang mempunyai minimal 6keiretsu. Suatu keiretsuberanggotakan ratusan perusahaan yang diorganisasikan oleh suatu bank besar atau perusahaan dagang tertentu (trading company). Setiap anggotakeiretsu memberikan prioritas utama kepada perusahaan lain dalam kelompoknya sebagai konsumen ataupun pemasok. Seringkali, bank dantrading companymenguasai sepertiga saham dari tiap-tiap perusahaan anggota, dan biasanya perusahaan-perusahaan tersebut membiayai aktivitasnya dengan pinjaman (40%) dari bank yang bersangkutan. Perusahaan anggota biasanya mempunyai saham di perusahaan anggota lainnya dan memiliki hubungan manajerial yang bersifatinterlockingdiantara mereka.

Secara umum hubungan dalam suatukeiretsuterjadi diantarakeiretsu parent companydankeiretsu subsidiary. Dalam pengembangan produk dan pembaruan teknologikeiretsu parent companymelakukan kerjasama dengankeiretsu subsidiary. Kerjasama ini memungkinkan munculnya produk yang memiliki tingkat kecacatan yang rendah sehingga kompetitif dalam pasaran internasional. Karyawankeiretsu subsidiarybiasanya juga memiliki tingkat gaji yang lebih rendah sehingga lebih murah bagikeiretsu parent companyuntuk membuat komponen padakeiretsu subsidiarydaripada memproduksi sendiri secarain-house. Bagikeiretsu subsidiarypola kemitraan ini juga memberikan kepada mereka suatu pasar yang sudah mapan bagi produk-produk yang mereka hasilkan.

Dengan sistem seperti itu, maka sebuahkeiretsumempunyai stratgi manajemen yang matang dan bersifat luas. Sehingga arah dan tujuan perusahaan tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi menjadi satu kesatuan. Secara berkala, biasanya dalam satu bulan sekali, pemimpin-pemimpin perusahaan dalamkeiretsumegadakan pertemuan.

Fungsi lain darikeiretsuadalah menyelamatkan salah satu perusahaan yang mengalami kesulitan. Khususnya ekonomi. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 1970-an, Sumitomo membantu Mazda yang kesulitan finansial. Perusahaan dalam satu kelompok tersebut memberikan syarat lunak dalam pengadaan barang. Selanjutnya, para pekerja yang menjadi imbas gagalnya Mazda, diserap perusahaan dalam satu keiretsutersebut. Kampanye terhadap produk Mazda juga dilakukan secara gencar oleh perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam satukeiretsu.

Sembilan Keiretsu Besar

NamaBankGrup Perusahaan Besar

MitsubishiMitsubishi Bank (until 1996)Bank of Tokyo-Mitsubishi (19962005)Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (2006 )Mitsubishi Trust and BankingFinansial: Mitsubishi Corporation, Tokio Marine and Fire Insurance, Mitsubishi Estate, Meiji Mutual FundKonstruksi: Pacific Consultants InternationalMakanan: Kirin BreweryElektronik: Mitsubishi Electric, Mitsubishi PrecisionPerdagangan dan Komersial: Mitsubishi ShojiMobil: Mitsubishi Motors, Mitsubishi Heavy Industries, Mitsubishi Fuso Truck and Bus CorporationPerminyakan: Nippon Oil, Mitsubishi Oil, Mitsubishi Nuclear FuelPrecision Machinery: NikonKimia: Mitsubishi Chemical, Mitsubishi Gas Chemical, Mitsubishi Rayon Co., Ltd., Mitsubishi Materials Corp., Mitsubishi Plastics Industries, Asahi Glass, Nippon Synthetic Chemical Industries (Nippon Gosei)Kertas: Mitsubishi Paper Mills Ltd.Iron and Steel: Mitsubishi SteelShipping: Nippon Yusen Kaisha - "NYK"

MitsuiMitsui Bank (until 1990)Sakura Bank (19902001)Sumitomo Mitsui Bank (2001 )Sony Financial,Sony BankFinansial: Mitsui Real Estate, Mitsukoshi, Mitsui Mutual Life, Mitsui Marine & FireMakanan: Nippon Flour Mills, Mitsui Sugar, SuntoryKimia: Fuji Photo Film, Mitsui Toatsu Chemicals, Mitsui Petrochemical Industries, Toagosei Chemical Industries, Denki Kagaku Kogyo, Daicel Chemical Industries, Mitsui Pharmaceuticals, Mitsui Toatsu Fertilizers, Mitsui Toatsu Dyes, TorayPerdagangan dan Komersial: Mitsui BussanPerminyakan: General Sekiyu, Kyokuto Petroleum IndustriesElektronik: Sony Corporation, Yaussa Corporation, Ibiden Company, ToshibaIron and Steel: Japan Steel WorksGaming: Sony Computer EntertainmentEntertainment: Sony Pictures Entertainment, Sony Music Entertainmentother Sony subsidiaries, and Media Nusantara CitraShipping: Mitsui O.S.K. Lines ("MOL")

SumitomoSumitomo Bank (until 2001)Sumitomo Mitsui Bank (2001 ), Sumitomo Trust and BankingFinansial: Sumitomo Corporation, Sumitomo Corporation of America, Sumitomo Mitsui Financial Group, Sumitomo Trust & Banking, Sumitomo Life Insurance Co., Sumitomo Real Estate, Mitsui Sumitomo Insurance Co., Ltd., Sumitomo Realty & Development Co., Ltd., Presidio Ventures,

Konstruksi: Sumitomo Mitsui Construction Co., Ltd., Sumitomo Densetsu, Sumitomo Osaka Cement Co., Ltd.,Makanan: Asahi BreweriesRail: The Sumitomo Warehouse Co., Ltd., Hanshin Railway, Keihan Railway, Nankai RailwayPerdagangan dan Komersial: Sumitomo CorporationMobil: MazdaPrecise machinery: Sumitomo Heavy Industries, Ltd.,Elektronik: NEC, Sumitomo Electric Industries, Ltd.,Iron and Steel: Sumitomo Metal Industries, Ltd., Mezon Stainless Steel Fzco., Sumitomo Light Metal Industries, Ltd.,Kimia: Sumitomo Chemicals, Nippon Sheet Glass Co., Ltd., Sumitomo Bakelite Co., Ltd., Sumitomo Rubber Industries, Ltd., Dainippon Sumitomo Pharma,Mining: Sumitomo Metal Mining Co., Ltd.Forestry: Sumitomo Forestry Co., Ltd.Infrastructure: Nippon Koei

FuyoFuji Bank (until 2000)Mizuho Bank (2000 )Yasuda Trust and BankingYamaichi SecuritiesFinansial: Yasuda Mutual Life, Yasuda Marine & FireMakanan: Nisshin Flour Milling, Sapporo BreweriesPrecision Machinery: Canon, Hitachi, RicohPerdagangan dan Komersial: MarubeniKimia: Showa Denko, NOF Corporation, Kureha Chemical Industries, Nippon Sanso, Hitachi Chemical, Asahi KaseiRail: Tobu RailwayKendaraan: Yamaha, NissanRetail: Matsuya

Dai-Ichi Kangyo (DKB)Dai-Ichi Kangyo Bank (until 2000)Mizuho Bank (2000 )Kankaku SecuritiesOrient GroupFinansial: Fukoku Mutual Life, Asahi Mutual Life, Nissan Marine & Fire, Taisei Marine & FireElektronik: Fujitsu, Hitachi, Fuji Electric, Yaskawa Electric, Nippon ColumbiaMobil: Isuzu, Kawasaki Heavy IndustriesPower Generation: Tokyo Electric PowerPerminyakan: Showa Shell SekiyuPrecision Machinery: Asahi OpticalPerdagangan dan Komersial: Seibu, Itochu,Iron and Steel: Kawasaki Steel, Japan Metals, Kobe SteelKimia: Denki Kagaku Kogyo-Mitsui Group, Nippon Zeon, Asahi Denka Kogyo, Sankyo Co., Lion Corporation, Kyowa Hakko Kogyo, Asahi Chemical Industries,Shipping: Kawasaki Kishen Kaisha - K-Line

Sanwa ("Midorikai")Sanwa Bank (until 2002)UFJ Bank (20022006)Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (2006 )Toyo Trust and BankingMakanan: Itoham Foods, SuntoryRail: Hankyu Railway, Keisei RailwaySteel: Kobe Steel, Nakayama Steel Works, Nisshin SteelPrecision Machinery: Konica Minolta, Hoya CorporationPerminyakan: Cosmo OilElektronik: Hitachi, Iwatsu Electric, Sharp Corporation, Nitto Denko, KyoceraPerdagangan dan Komersial: Takashiama, Orix, Nissho IwaiKimia: Ube Industries, Tokuyama Corp, Hitachi Chemical, Sekisui Chemical, Kansai Paint, Tanabe Seiyaku, Fujisawa Pharmaceutical, Daiso Co., Teijin, Unitika FukusureMobil: Hitachi Zosen CorporationRetail: TakashimayaCinema: TohoShin-Maywa

Tokai(Toyota Group)Tokai BankChuo TrustMakanan: KagomeMobil: Daihatsu, Suzuki Motor, ToyotaSteel: Daido SteelPrecision Machinery: RicohPerminyakan: Idemitsu KosanElektronik: Ushio IndustriesPerdagangan dan Komersial: Matsuzakaya

IBJIndustrial Bank of Japan, New Japan SecuritiesWako SecuritiesIBJ SecuritiesMobil: Fuji Heavy Industries (Subaru)Precision Machinery: Ikegai, RikenKimia: Nippon Soda, Chisso Corporation, Nissan Chemical Industries, Tosoh Corporation, Hodogaya Chemical, Plas-Tech, Taihei Chemical, Japan Organo, Kuraray

Pertumbuhan ekonomi riil dari tahun 1960an hingga 1980an sering disebut dengan Keajaiban Ekonomi Jepang. Keajaiban ekonomi Jepang adalah nama yang diberikan pada fenomena sejarah rekor periode pertumbuhan ekonomi Jepang seusai Perang Dunia II, yang didorong oleh intervensionisme ekonomi pemerintah Jepang, khususnya melalui Departemen Perindustrian dan Perdagangan Internasional. Karakteristik khusus dari ekonomi Jepang selama tahun-tahun keajaiban ekonomi diantaranya meliputi :1. Kerjasama antara para produsen/manufaktur, pemasok, distributor, dan bank dalam suatu kelompok yang terjalin erat (keiretsu).

2. Serikat perusahaan yang kuat dan shunto.

3. Hubungan yang baik dengan birokrat pemerintahan.

4. Jaminan pekerjaan seumur hidup (shushin koyo) di perusahaan-perusahaan besar serta pabrik-pabrik yang memiliki serikat pekerja kerah biru yang kuat.

Sejak tahun 1993 perusahaan-perusahaan Jepang telah mulai meninggalkan sebagian dari norma-norma tersebut dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan efisiensi. Keberhasilan Jepang dalam keajaiban ekonomi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Investasi dalam negeri yang tinggi (karena tingginya tingkat tabungan dalam negeri).

2. Pertumbuhan human capital (perbaikan produktivitas dalam bidang agrikultur) yang sangat cepat dan berfungsi sebagai bahan bakar pertumbuhan.

Dengan peningkatan human capital maka akan meningkatkan angkatan kerja yang berpendidikan dan semakin efektifnya sistem administrasi publik. Selain itu, lambatnya pertumbuhan penduduk menjadi salah satu aspek yang mendukung keberhasilan pertumbuhan Jepang. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran pemerintah dalam menerapkan atau menjalankan kebijakan pembangunan yang fundamental untuk mencapai pertumbuhan ini. Kebijakan-kebijakan tersebut, meliputi :1. Kebijakan untuk mendorong kinerja sistem perbankan agar dapat dengan mudah diakses oleh non-tradisional saver tentunya akan meningkatkan tabungan masyarakat. Selain itu diperlukan juga campur tangan pemerintah dalam membangun pasar keuangan yang kuat, dan juga menarik investasi dalam dan luar negeri dengan menjaga agar tingkat bunga deposito rendah, juga menjaga loan deposit ratio (LDR) pada ambang atas untuk meningkatkan keuntungan.2. Kebijakan dalam pendidikan yang terfokus pada pendidikan dasar dan menengah tentunya akan meningkatkan keterampilan pada para angkatan kerja.3. Kebijakan dalam bidang agrikultrul yang menekankan pada aspek produktivitas dan tidak mengenakan pajak pada penduduk pedalaman (kelas ekonomi bawah) tentunya sangat mendukung terciptanya penurunan ketidakmerataan ekonomi.4. Kebijakan bidang industri, pemerintah memberikan subsidi pada beberapa industri terpilih, melindungi industri substitusi impor dan mendorong terciptanya industri yang berorientasi ekspor.Keajaiban ekonomi Jepang terjadi tiga dekade yaitu pada tahun 1960 an rata-rata pertumbuhannya 10%, tahun 1970 an pertumbuhannya sebesar 5% dan pada tahun 1980an pertumbuhannya sebesar 4%. Ekonomi Jepang jatuh pada tahun 1990 an akibat kebijakan uang ketat yang dikeluarkan Bank Of Japan pada tahun 1989, dan kenaikan tingkat diskonto resmi menjadi 6%. Pada 1990, pemerintah mengelurakan sistem baru pajak penguasaan tanah dan bank diminta untuk membatasi pendanaan asset property. Pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami stagnasi pada tahun 1990an dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7% sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien dan penggelembungan harga asset pada tahun 1980 an. Institusi keuangan menanggung kredit bermasalah karena telah mengeluarkan pinjaman uang dengan jaminan tanah atau saham. Usaha pemerintah mengembalikan pertumbuhan ekonomi hanya sedikit yang berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan ekonomi global pada tahun 2000. Hingga tahun 2001 jumlah angkatan kerja jepang mencapai 67 juta orang, dengan tingkat pengangguran sekitar 4%. Pada 2007 Jepang menempati urutan ke-19 dalam produktivitas tenaga kerja. Sebanyak 326 perusahaan Jepang masuk kedalam daftar Forbes Global 2000 atau 16,3% dari 2000 perusahaan public terbesar di dunia. Bursa saham Tokyo memiliki total kapasitas terbesar kedua di dunia dan indeks dari 225 saham perusahan besar yang diperdagangkan di Bursa Saham Tokyo disebut Nikkei 225. Dalam indeks kemudahan berbisnis Jepang menduduki posisi ke-24 dan termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi palang sederhana. Model kapitalisme Jepang memiliki sejumlah ciri khas, yaitu :

1. Keiretsu adalah grup usaha yang beranggotakan perusahaan yang saling memiliki kerja sama bisnis dan kepemilikan saham.

2. Negosiasi upah (shunto) berikut perbaikan kondisi kerja antara manajeman dan serikat buruh dilakukan setiap awal musim semi.

3. Budaya bisnis Jepang yang mengenal konsep-konsep local seperti sistem Nenko, nemawashi, salaryman dan office lady.

4. Perusahaan Jepang mengenal kenaikan pangkat berdasarkan senioritas dan jaminan pekerjaan seumur hidup.

Total ekspor Jepang pada tahun 2005 adalah 4.210 dolar AS perkapita dengan pasar ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong. Produk ekspor unggulan Jepang yaitu alat transportasi, kendaraan bermotor, elektronik, mesin-mesin listrik, dan bahan kimia. Selain melakukan ekspor Jepang juga melakukan impor. Negara-negara yang menjadi sumber impor terbesar Jepang adalah Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Australia, Korea Selatan, dan Indonesia dengan impor utamanya adalah mesin-mesin perkakas, minyak bumi, bahan makanan, tekstil dan bahan mentah untuk industri.Selain mengimpor barang-barang tersebut Jepang juga negara pengimpor hasil laut terbesar dunia. Jepang berada diposisi enam setelah RRC, Peru, Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili. Pertanian merupakan sektor industri andalan hingga beberapa tahun seusai Perang Dunia II. Menurut sensus tahun 1950 sekitar 50% angkatan kerja berada di bidang pertanian. Sepanjang masa keajaiban ekonomi Jepang angkatan kerja pada bidang ini terus menyusut hingga sekitar 4,1% di tahun 2008. Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah berusia lanjut sementara angkatan kerja usia dini muda hanya sedikit yang bekerja di bidang pertanian. C. Konsep Dasar Kebudayaan Jepang dalam BisnisSebelum melakukan perundingan bisnis dengan orang Jepang, sebaiknya kita mengetahui dan mempertimbangkan beberapa konsep dasar kebudayaan yang sangat mendasar bagi orang Jepang. Konsep-konsep ini benar-benar mempengaruhi karakter orang Jepang, dalam cara hidup mereka sehari-hari dalam hal ini dalam berbisnis. Tanpa memahami konsep-konsep dasar yang berfungsi sebagai acuan dalam bertingkah laku, seseorang akan cenderung salah paham terhadap tanda-tanda dan akan menghadapi kesulitan untuk memutuskan tindakan atau reaksi yang tepat. Berikut adalah beberapa konsep dasar kebudayaan dalam berbisnis.

1. Honne dan Tatemae Esensi dan Bentuk Hubungan antara Honne, yang umumnya diterjemahkan dengan substansi atau esensi, dan Tatemae atau bentuk, adalah seperti hubungan antara kebenaran yang nyata dengan kebenaran umum.

Seringkali ada saatnya dua kebenaran tidak ketemu dan sering pula perbedaan diantara keduannya muncul ke permukaan sebagai dua hal yang tidak sama. Hal ini merupaka suatu metode yang biasa diterima guna mempertahankan keharmonisan suasana. Contoh, anda bekerja sebagai wartawan di suatu surat kabar, namun secara bersamaan anda juga melakukan kerjaan sampingan yang nyata-nyata tidak bisa dibenarkan. Di sisi lain teman-teman sekerja anda mengetahuinya, tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahui. Fakta bahwa anda mengetahui bahwa mereka mengetahui pekerjaan sampingan anda itu disebut Honne- sedangkan kepura-puraan mereka bahwa mereka tidak mengetahuinya adalah Tatemae. 2. Amae Ketergantungan yang Manis Amae berasal dari akar kata yang sama, yakni amai yang berarti manis. Dalam bahasa Inggris tidak ada terjemahan langsung dari kata amae. Selama ini, kata tersebut disamakan dengan kebaikan, hasil perlindungan seorang ibu pada bayinya sekaligus ketergantungan si bayi pada ibunya. Amae dan ketergantungan ini sangat dianjurkan sampai pada tingkat di mana kebanyakan orang Jepang harus mempertahankan sejumlah bentuk hubungan semacam ini.

Jepang adalah masyarakat vertical, maka berbagai hubungan justru berlangsung antara kelompok atau individu superior dengan kelompok atau individu inferior, yang sangat berbeda dengan yang apa umumnya berlangsung di tengah-tengah masyarakat horizontal, dimana kebanyakann hubungan kental justru berlangsung antara orang-orang sederajat.

Hubungan seperti ini seringkali tersembunyi di balik tingkah laku manis yang dilakukan oleh orang-orang dewasa Jepang, meskipun kadang hal ini dinilai kekanak-kanakan bagi bangsa barat. Hal ini juga menggambarkan sikap ketidakpercayaan orang Jepang terhadap orang-orang asing, yakni orang dengan siapa mereka tidak akan pernah dapat menjalin hubungan amae. Hubungan semacam ini hamper selalu menyertai setiap orang yang bergabung di dalam salah-satu kelompok penting misalnya, keluarga, klub, perusahaan, sekolah dan lain-lain.

Tanpa dukungan hubungan yang sudah mapan ini, orang Jepang tidak dapat mempercayai orang lain untuk memahami segala kelemahannya dari ras malu atau kehilangan muka. Harus mempraktekkan pengendalian diri dan mengatasi semua rintangan untuk melindungi dirinya sendiri, karena tanpa hubungan amae, seorang dapat meramalkan bagaimana orang lain akan bertingkah laku. 3. Oyabun-Kobun Guru-MuridHubungan Oyabun-Kobun adalah pola-pola peninggalan dari zaman feodal Jepang sekitar tahun 1185-1868. istilah ini berasal dari kata oya yang secara harafiah berarti orangtua dan ko yang berarti anak, namun oyabun-kobun biasanya menggambarkan hubungan antara dosen dengan mahasiswa atau antara guru dan murid.

Pada zaman feodal, bos seseorang memainkan peranan sebagai Tuan Besar atau Godfather, di mana majikan dan karyawan dihubungkan dalam pola-pola hubungan amae yang meluas bahkan hingga pada anggota keluarga kedua belah pihak. Di dalam perusahaan dewasa ini, oyabun-kobun tidak lagi mengandung arti hubungan seperti itu (sekarang pengertiannya lebih umum merujuk pada hubungan antara pengikut dan pemimpin dalam sebuah organisasi), namun hal itu masih tetap berlangsung dalam bayangan orang Jepang tentang suasana lingkungan perusahaan yang ideal, sebagai tempat karyawan dan keluarganya diikat secara paternalistic dengan juragan yang menyediakan segala kebutuhan anak buah atas prestasi kerja mereka terhadap perusahaan.

4. Sempai-Kohai Senior-Junior Sempai (senior) dan Kohai (junior) adalah istilah-istilah yang menunjukkan bentuk hubungan vertikal lainnya di dalam adat dan tradisi Jepang. Sempai adalah seseorang yang senior, biasanya karena dia masuk ke instansi tertentu sebelum Kohai (junior) melakukannya. Hubungan tersebut membawa ikatan yang kuat terhadap kewajiban seumur hidup, walaupun sebenarnya hal itu merupakan tradisi perhimpunan perguruan Judo.

Sempai sering bertindak sebagai seorang penasihat. Ini merupakan hubungan amae yaitu sempai menuruti kehendak Kohai yang masih belum berpengalaman sebagai imbalan bagi Kohai yang menutupi kelemahan-kelemahan sempai 9yang karena hunbungan amae mereka, sempai tidak merasa keberatan mengungkapkan segala kelemahan yang dimilikinya). Seperti halnya dengan hubungan oyabun-kobun, ini merupakan bentuk hubungan di mana keberhasilan ataupun kegagalan salah-satu pihak akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pihak lain. 5. Dengan dan Tanpa Kelompok Dalam kelompok di mana seorang Jepang menjadi anggotanya, terdapat seperangkat kaidah tingkah laku yang sangat kaku yang harus dipatuhi. Lingkaran yang terdekat adalah kawan atau keluarga, sedangkan lingkaran yang paling jauh adalah lingkaran persahabatan yang bertemu secara regular ataupun pdijumpai hanya untuk suatu kegiatan khusus.

Di luar lingkaran ini, ketentuan dan kaidah tingkah laku tidak digambarkan dengan jelas, dan di bawah kondisi seperti inilah etiket orang Jepang nyaris tidak diterapkan. Hal ini mungkin sangat mengherankan bagi orang asing yang melihat orang Jepang yang biasanya bersifat formal dan santun, kini bertindak dalam tatacara yang sangat informal dan bersahaja. Misalnya, di tengah keramaian di mana berbeda dengan yang umumnya berlaku orang bisa saling mendesak, mendorong dan karenanya cenderung melalaikan tata karma tradisi dan sopan santun. Ketidaksantunan ini bukan sengaja ditunjukkan kepada anda semata-mata karena anda orang asing, walaupun pada saat itu terasa demikian. Pada saat nanti kita akan melihat bahwa dorong-mendorong itu adalah hal yang lumrah dan tidak pandang bulu.

Di dalam berbagai suasana seperti ini, seseorang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan orang lain bahkan bisa saja tidak mempunyai kaitan apapun, seperti halnya hubungan yang terjadi secara kebetulan antara pelayan took dan pelanggannya dan karenanya tidak ada cara yang jelas untuk bertingkah laku.D. Istilah-isltilah dalam Budaya Ekonomi Jepang1. Nemawashi ()Nemawashi (), atau "konsensus", dalam budaya Jepang adalah proses informal dengan tenang meletakkan dasar untuk beberapa perubahan atau proyek yang diusulkan, dengan berbicara kepada orang-orang yang bersangkutan, mengumpulkan dukungan dan umpan balik, dan sebagainya. Hal ini dianggap sebagai elemen penting dalam setiap perubahan besar, sebelum langkah-langkah formal yang diambil, dan sukses nemawashi memungkinkan perubahan harus dilakukan dengan persetujuan dari semua pihak.Nemawashi dalam bahasa Jepang berarti proses informal secara diam-diam meletakkan dasar untuk beberapa perubahan atau proyek yang diusulkan, dengan berbicara kepada orang-orang yang bersangkutan, mengumpulkan dukungan dan umpan balik, dan sebagainya. Hal ini dianggap sebagai elemen penting dalam setiap perubahan besar, sebelum langkah-langkah formal yang diambil, dan sukses nemawashi memungkinkan perubahan harus dilakukan dengan persetujuan dari semua pihak.

Nemawashi secara harfiah diterjemahkan sebagai "terjadi di sekitar akar", dari( ne , akar ) dan( mawasu , untuk pergi berkeliling [ sesuatu ] ). Makna aslinya adalah : menggali di sekitar akar pohon , untuk mempersiapkan untuk transplantasi.

Nemawashi sering dikutip sebagai contoh dari kata dalam bahasa Jepang yang sulit untuk diterjemahkan secara efektif , karena terikat begitu erat dengan budaya Jepang itu sendiri , meskipun sering diterjemahkan sebagai "meletakkan dasar . "

Di Jepang, orang-orang berpangkat tinggi diharpakan hadir pengajuan proposal baru sebelum pertemuan resmi. Jika mereka mengetahui sesuatu yang buruk untuk pertama kalinya selama pertemuan, mereka akan merasa bahwa mereka telah diabaikan , dan mereka mungkin menolak untuk alasan itu saja . Dengan demikian, penting untuk mendekati orang-orang secara individual sebelum pertemuan . Hal ini memberikan kesempatan untuk memperkenalkan proposal kepada mereka dan mengukur reaksi mereka . Ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk mendengar masukan mereka. Proses ini disebut sebagai nemawashi.2. KaizenKaizen (?), Jepang untuk "perbaikan" atau "perubahan untuk yang terbaik", mengacu pada filsafat atau praktek yang fokus pada perbaikan terus-menerus dari proses dalam manajemen manufaktur, teknik, dan bisnis. Ini telah diterapkan dalam perawatan kesehatan, psikoterapi, pelatihan kehidupan, pemerintahan, perbankan, dan industri lainnya. Ketika diterapkan ke tempat kerja, kegiatan Kaizen terus meningkatkan semua fungsi bisnis, dari manufaktur untuk manajemen dan dari CEO untuk para pekerja perakitan. Dengan meningkatkan kegiatan standar dan proses, Kaizen bertujuan untuk menghilangkan limbah. Kaizen pertama kali diterapkan di beberapa bisnis Jepang selama pemulihan negara itu setelah Perang Dunia II, termasuk Toyota, dan sejak itu menyebar ke bisnis di seluruh dunia. Ironisnya, para pekerja Jepang bekerja di antara yang paling jam per hari meskipun kaizen seharusnya meningkatkan semua aspek kehidupan.3. The Nenko SystemThe Nenko System atau Nenko Joretsu () adalah sistem Jepang untuk mempromosikan seorang karyawan dalam urutan nya atau pendekatan untuk pensiun. Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa hal itu memungkinkan karyawan yang lebih tua untuk mencapai tingkat gaji yang lebih tinggi sebelum pensiun dan itu biasanya membawa lebih banyak pengalaman kepada jajaran eksekutif. Kelemahan sistem ini adalah bahwa hal itu tidak memungkinkan bakat baru untuk digabung dengan pengalaman dan orang-orang dengan keterampilan khusus tidak dapat dipromosikan ke jajaran eksekutif. Hal ini juga tidak menjamin atau bahkan berupaya untuk membawa "orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat".Tingkat perputaran tenaga kerja di Jepang kurang dari setengah tingkat AS. Sistem upah senioritas juga dapat dilihat dalam pemerintahan Jepang. Kursi parlemen Jepang biasanya diisi dengan anggota yang lebih tua dari masing-masing pihak.

Setelah gelembung ekonomi meledak di Jepang pada akhir 80-an, sistem upah senioritas menjadi kurang populer di kalangan bisnis karena mereka tidak mampu untuk menjaga karyawan yang lebih tua dengan gaji tinggi pada penggajian. Banyak eksekutif tingkat menengah yang naik tangga dengan sistem Nenko menjadi korban restrukturisasi perusahaan. Tanpa mengetahui bagaimana untuk bersaing untuk posisi upah yang tinggi seperti bakat muda, di abad 21, sistem upah senioritas dipandang sebagai sistem dekaden yang telah merusak generasi tua.4. Amakudari ()Hubungan antara birokrat pemerintah dan perusahaan seringkali nyaman. Amakudari ( amakudari?, "Keturunan dari surga") adalah praktek yang melembaga di mana para birokrat senior Jepang pensiun ke posisi profil tinggi di sektor swasta dan publik. Praktek ini semakin dipandang sebagai korup dan hambatan pada hubungan antara membuka kancing sektor swasta dan negara yang mencegah reformasi ekonomi dan politik.5. Karyawan Seumur hidup (shushin koyo ())Karyawan tetap, karyawan biasa atau pekerjaan langsung bekerja untuk sebuah perusahaan tunggal dan dibayarkan langsung oleh pemberi kerja itu. Selain upah mereka, mereka sering menerima manfaat seperti perawatan kesehatan bersubsidi, liburan dibayar, liburan, waktu sakit, atau kontribusi untuk program pensiun. Karyawan tetap seringkali memenuhi syarat untuk beralih posisi pekerjaan dalam perusahaan mereka. Bahkan ketika kerja adalah "sesuka hati", karyawan tetap perusahaan besar umumnya dilindungi dari pemutusan hubungan kerja mendadak oleh kebijakan pesangon, seperti pemberitahuan terlebih dahulu dalam kasus PHK, atau prosedur disiplin formal. Mereka mungkin memenuhi syarat untuk bergabung dengan serikat buruh, dan dapat menikmati, baik manfaat sosial dan keuangan pekerjaan mereka.

Di Jepang, konsep pekerjaan seumur hidup ( shushin Koyo) berasal dari perusahaan besar sekitar tahun 1910 tetapi menjadi meluas dalam bentuk terkuat selama periode pertumbuhan ekonomi setelah Perang Dunia II, yang dimulai sekitar tahun 1955. Serikat pekerja telah bereaksi keras terhadap PHK massal di akhir 1940-an dan awal 1950-an, dan preseden pengadilan dibatasi hak pengusaha untuk memberhentikan karyawan karena kesulitan bisnis.

PHK besar-besaran tetap dibatasi secara legal dan sosial dianggap tabu di Jepang, banyak perusahaan besar seperti Sony, Panasonic, NEC dan Toshiba berurusan dengan prestasi kerja berlebih dengan menawarkan program pensiun sukarela dan dengan mengirim para pekerja tidak perlu untuk "keluar ruangan" di mana mereka diberikan tanggung jawab pekerjaan minimal sampai mereka memutuskan untuk mengundurkan diri. Pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe mulai memeriksa kemungkinan melonggarkan pembatasan PHK pada 2013.

E. Istilah dalam Budaya Ekonomi-Bisnis Jepang1. Salaryman ()Salaryman ( Sararman, pria bergaji) mengacu kepada seseorang yang berpenghasilan berbasis gaji, terutama mereka yang bekerja untuk perusahaan. Yang sering digunakan oleh perusahaan Jepang, dan keberadaan dalam manga dan anime Jepang secara bertahap menyebabkan penerimaan di negara-negara berbahasa Inggris sebagai kata benda untuk pengusaha kerah putih Jepang. Kata tersebut dapat ditemukan dalam banyak buku dan artikel yang berkaitan dengan budaya Jepang. Segera setelah Perang Dunia II, menjadi salaryman dipandang sebagai pintu gerbang ke gaya hidup yang stabil, kelas menengah. Dalam penggunaan modern, istilah membawa asosiasi jam kerja yang panjang, pamor rendah dalam hirarki korporasi, tidak adanya sumber pendapatan yang signifikan selain gaji, perbudakan upah, dan karoshi (mati akibat kelebihan bekerja). Istilah salaryman merujuk hampir secara eksklusif dengan pria. Menurut peneliti Ezra Vogel, kata "salaryman" melihat digunakan secara luas di Jepang pada 1930. Istilah ini tidak mencakup semua pekerja yang menerima gaji yang ditetapkan, tetapi hanya "pekerja kerah putih di birokrasi besar di sebuah perusahaan bisnis atau kantor pemerintah". Jadi, istilah termasuk mereka yang bekerja untuk pemerintah (misalnya birokrat) dan perusahaan-perusahaan besar (misalnya yang tercantum dalam Nikkei 225). Pekerja di mizu Shobai (kehidupan malam) dan industri hiburan (termasuk aktor dan penyanyi) tidak termasuk meskipun pendapatan mereka mungkin berbasis gaji. Demikian pula, dokter, insinyur, pengacara, akuntan, musisi, seniman, politisi, wiraswasta, dan eksekutif perusahaan juga dikecualikan.Penjelasan khas salaryman adalah pekerja meja kerah putih dalam setelan jas dan dasi, yang memiliki pendidikan kelas tinggi (biasanya universitas). Namun, istilah ini juga dapat digunakan untuk memberikan citra sosial yang sangat negatif. Kata "pebisnis" sering digunakan untuk menghindari citra negatif. Sebuah persentase yang signifikan dari pekerja Jepang adalah salarymen. Mereka telah dikirim ke perusahaan dari universitas melalui sistem unik yang disebut "merekrut secara simultan lulusan baru" ( Shinsotsu-Ikkatsu-Saiy?). Dalam sosiologi, salaryman ini dikenal sebagai kelas menengah baru Jepang, yang bertentangan dengan kelas menengah lama yang terdiri dari petani dan pemilik toko.Media sering menggambarkan salaryman dalam mode negatif karena kurangnya inisiatif dan orisinalitas. Karena gambaran ini, masyarakat mungkin kurang bersedia untuk membantu salaryman dengan masalah emosional, yang sering menyebabkan depresi klinis atau bahkan bunuh diri. Perusahaan sering lebih bersedia untuk memecat salarymen untuk menurunkan biaya, dan banyak mahasiswa Jepang sedang berusaha untuk membelok dari jalan khas lulus dari perguruan tinggi untuk masuk sebuah perusahaan dan menjadi salaryman. Tindakan melarikan diri dari gaya hidup perusahaan dikenal sebagai datsusara.Meluasnya salarymen dalam masyarakat Jepang telah melahirkan banyak penggambaran oleh media dan berbagai kartun. Berikut ini adalah gambar stereotip salaryman ini:

a. Gaya hidup berkisar seluruhnya sekitar pekerjaan di kantor.b. Bekerja lembur setiap hari.c. Rajin tapi tidak orisinil.d. Benar-benar taat kepada perintah dari tingkat yang lebih tinggi dari perusahaan.e. Terasa ikatan emosional yang kuat dengan rekan kerja.f. Minum, golf, dan mahjong adalah tiga kegiatan utama sosial yang memberikan rangsangan luar pekerjaan.g. Kurangnya inisiatif dan daya saing.h. Memakai setelan jas, dasi, dan sepatu untuk bekerja setiap hari tanpa gagal.i. Mengambil bagian dalam karaoke larut malam dan pesta minuman keras.Citra gaya hidup bergulir seluruhnya sekitar pekerjaan melahirkan nama-nama, shachiku ( ) Berarti ternak perusahaan, dan kaisha no inu ( ?) Anjing perusahaan, untuk mengolok salarymen.Datsusara () Mengacu pada tindakan berhenti bekerja sebagai salaryman dan mencari pekerjaan baru. Istilah ini hanya merujuk kepada mereka yang berhenti dari pekerjaan kantor mereka untuk menemukan garis yang lebih memuaskan pekerjaan, dan bukan mereka yang dipaksa untuk mencari pekerjaan baru setelah dipecat, atau berhenti hanya karena bosan. Menjadi ayah yang tinggal di rumah juga tidak memenuhi syarat untuk kategori ini. [Rujukan?] Contoh ini termasuk menjadi seorang pekerja SoHo, pengusaha, web designer, petani, nelayan, tukang tradisional, penulis, restoran / pemilik toko, waralaba, dan banyak pekerjaan lainnya.2. Office Lady (OL Japanese: eru)Sebuah wanita kantoran, sering disingkat OL (Jepang: eru), adalah seorang pekerja perkantoran wanita di Jepang yang melakukan tugas-tugas umum kerah merah muda seperti melayani teh dan pekerjaan kesekretariatan atau administrasi. Seperti kebanyakan perempuan yang belum menikah Jepang, OL sering hidup dengan orang tua mereka juga menjadi dewasa lebih awal. Wanita kantor biasanya staf full time, meskipun pekerjaan mereka biasanya memiliki sedikit kesempatan untuk promosi, dan biasanya ada harapan diam-diam bahwa mereka meninggalkan pekerjaan mereka setelah mereka menikah.

Sering dijuluki shokuba no hana atau "bunga perkantoran", wanita kantor biasanya disewa tepat setelah sekolah tinggi atau SMP. Mereka ditugaskan dengan rutin, tugas-tugas rendah dimaksudkan untuk mendukung para pekerja laki-laki. Jenis karir menawarkan kesempatan yang sangat sedikit kemajuan dan secara khusus dirancang sehingga wanita akan meninggalkan untuk menikah sebelum usia tiga puluhan. Perempuan antara usia dua puluh empat Dua Puluh Delapan sering disarankan untuk menetap sebagai pesan halus untuk berhenti, karena pada tahun-tahun itu dianggap paling cocok untuk pernikahan.

Meningkatnya OL dimulai setelah Perang Dunia II, bersama kantor diperluas. Mereka pertama kali dikenal sebagai "BG" (for Bussiness Girls), tetapi kemudian ditemukan bahwa bahasa Inggris menggunakan akronim yang sama, B-girls, untuk merujuk pada "bargirls". Josei Jishin, majalah wanita, menjalankan kompetisi untuk menemukan nama yang lebih baik bagi perempuan bisnis. OL terpilih pada tahun 1963 dari entri. Pada 1980-an, menjadi seorang OL adalah pekerjaan yang paling umum untuk wanita Jepang, dan OL ada sekitar sepertiga dari angkatan kerja perempuan.Menurut Miyako Inoue, "The Equal Employment Opportunity Law (EEOL) telah diundangkan pada tahun 1986, dan bertahap ke implementasi. Meskipun EEOL telah hampir tidak berpengaruh dalam mengubah praktik bisnis diskriminatif, itu dipromosikan secara nasional oleh pemerintah.3. Freeter(furt)Freeter ( furt) merupakan ungkapan Jepang untuk orang antara usia 15 dan 34 yang tidak memiliki pekerjaan penuh atau menganggur, termasuk ibu rumah tangga dan mahasiswa. Mereka juga dapat digambarkan sebagai setengah pengangguran atau pekerja lepas. Orang-orang tidak memulai karir setelah sekolah tinggi atau universitas tetapi biasanya hidup sebagai single dengan orangtua mereka dan mendapatkan uang dengan pekerjaan yang dibayar terampil dan rendah. Pendapatan rendah menyulitkan freeters untuk memulai sebuah keluarga, dan kurangnya kualifikasi membuatnya sulit untuk memulai karir di sebuah titik di kemudian hari.Kata freeter atau freeta pertama kali digunakan sekitar 1987 atau tahun 1988 dan diperkirakan menjadi portmanteau dari kata bahasa Inggris gratis (atau mungkin freelance) dan Arbeiter kata Jerman ("buruh"). Arubaito adalah kata pinjaman pada bahasa Jepang dari Jerman. Seperti Jerman (bersama dengan bahasa Inggris) digunakan di universitas di Jepang sebelum Perang Dunia II, Arubaito menjadi umum di antara siswa untuk menggambarkan pekerjaan paruh waktu untuk mahasiswa.Dari 2000-2009, jumlah freeters meningkat pesat. Pada tahun 1982 diperkirakan ada 0,5 juta freeters di Jepang, 0,8 juta pada tahun 1987, 1,01 juta pada tahun 1992 dan 1,5 juta pada tahun 1997. Jumlah untuk tahun 2001 adalah 4.170.000 freeters menurut sebuah perkiraan, dan 2 juta pada tahun 2002 menurut perkiraan lain. Menurut beberapa perkiraan, akan ada 10 juta freeters di Jepang pada tahun 2014.Banyak orang Jepang khawatir tentang dampak masa depan freeters pada masyarakat. Jika mereka bekerja sama sekali, freeters sering bekerja di toko-toko, supermarket, gerai makanan cepat saji, restoran, dan digaji rendah serta pekerjaan keterampilan rendah lainnya. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Japan Institute of Labor pada tahun 2000, rata-rata freeter bekerja 4,9 hari per minggu dan mendapatkan 139.000 per bulan (sekitar US $ 1.300). Dua pertiga dari freeters tidak pernah memiliki pekerjaan tetap teratur.The Japan Institute of Labor mengklasifikasikan freeter menjadi tiga kelompok: "tipe moratorium" yang ingin menunggu sebelum memulai karier, tipe mengejar mimpi ", dan " tipe tidak ada alternatif".a. Jenis moratorium freeter ingin menikmati hidup, dan sengaja memilih untuk tidak bergabung dengan persaingan ketat dari lingkungan kerja Jepang.b. Jenis Mimpi mengejar memiliki impian yang spesifik sesuai dengan karir standar Jepang.c. Jenis tidak ada alternatif yang tidak bisa bisa menemukan pekerjaan yang layak sebelum lulus dalam sistem yang disebut "merekrut secara simultan lulusan baru" ( Shinsotsu-Ikkatsu-Saiy) yang unik bagi masyarakat Jepang, dan dipaksa untuk mengambil rendah membayar pekerjaan yang tidak teratur. Hal ini biasanya berkaitan dengan statusnya yang putus sekolah dari lembaga pendidikan sebelumnya. Mereka yang putus sekolah tinggi memiliki prospek paling buruk.4. Karshi(karshi)Karoshi ( karoshi), Yang dapat diterjemahkan secara harfiah dari bahasa Jepang sebagai "kematian dari terlalu banyak bekerja", adalah kematian mendadak kerja. Penyebab medis utama kematian karoshi adalah serangan jantung dan stroke akibat stres.Kasus pertama karoshi dilaporkan pada tahun 1969 dengan kematian serangan stroke seorang pekerja 29 tahun laki-laki di departemen pengiriman perusahaan surat kabar terbesar di Jepang. Tidak sampai bagian akhir tahun 1980-an, selama gelembung Ekonomi, namun, ketika beberapa eksekutif bisnis tingkat tinggi yang masih dalam usia prima mereka mati mendadak tanpa ada tanda-tanda penyakit sebelumnya, bahwa media mulai mengambil pada apa yang tampaknya menjadi fenomena baru. Fenomena baru Ini dengan cepat berlabel karoshi dan segera dilihat sebagai ancaman baru dan serius bagi orang-orang dalam angkatan kerja. Pada tahun 1987, sebagai kepedulian publik meningkat, Departemen Tenaga Kerja Jepang mulai menerbitkan statistik karoshi.Kenaikan Jepang dari kehancuran akibat Perang Dunia II mulai terkenal ekonomi dalam dekade pasca perang telah dianggap sebagai pemicu untuk apa yang disebut wabah baru. Itu diakui bahwa karyawan tidak dapat bekerja selama dua belas jam atau lebih sehari, enam atau tujuh hari seminggu, tahun demi tahun, tanpa menderita secara fisik maupun mental. Sebuah pengukuran terbaru menemukan bahwa seorang pekerja Jepang memiliki sekitar dua jam lembur hari rata-rata dan sudah menjadi umum untuk lembur untuk tidak dibayar.Karojisatsu (bunuh diri karena terlalu banyak pekerjaan dan kondisi kerja stres) juga menjadi masalah sosial di Jepang sejak paruh kedua tahun 1980-an. Jam kerja yang panjang, beban kerja yang berat, kurangnya kontrol pekerjaan, tugas-tugas rutin dan berulang-ulang, konflik interpersonal, penghargaan yang tidak memadai, ketidakamanan kerja, dan masalah organisasi bisa menjadi bahaya psikososial di tempat kerja.5. Skaiya(skaiya)Skaiya ( skaiya), (Kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai penjaga perusahaan, atau pemeras perusahaan) adalah bentuk khusus pemeras khas Jepang, dan sering dikaitkan dengan yakuza yang memeras uang dari atau pemerasan perusahaan dengan mengancam untuk mempermalukan publik perusahaan dan manajemen, biasanya dalam pertemuan tahunan mereka ( skai?).Skaiya berasal dari akhir abad ke-19. Pada saat ini, kewajiban terbatas manajemen menempatkan kekayaan pribadi manajer 'beresiko apabila rumor dan skandal.Karenanya manajemen perlindungan disewa, disebut skaiya, untuk mengurangi risiko rumor tersebut. Bahkan setelah undang-undang Jepang termasuk perseroan terbatas, sehingga mengurangi risiko pribadi untuk manajer, skaiya ini terus berkembang, dan sering digunakan untuk menenangkan pertemuan dinyatakan sulit. Satu kasus terkenal ini terkait dengan penyakit Minamata, Chisso mana berhasil menutup sejumlah pertemuan tahunan dalam menit meskipun ratusan pengunjuk rasa ingin menyuarakan kemarahan mereka. Pada tahun 1984, hukum membuat langkah pertama untuk mengurangi ancaman dari skaiya dengan membentuk jumlah minimum kepemilikan ( 50.000) agar diizinkan masuk ke pertemuan pemegang saham, sehingga terjadi penurunan lambat jumlah skaiya. Menanggapi hal ini, para skaiya terbentuk palsu uyoku dantai, mengumumkan rahasia memalukan perusahaan, fiktif atau tidak, dari pengeras suara yang dipasang di truk untuk memeras uang dari perusahaan.a. Mengacaukan rapat pemegang saham. b. Skaiya juga membentuk kelompok sayap kanan palsu, mengumumkan rahasia perusahaan memalukan, fiktif atau tidak, dari pengeras suara yang dipasang di truk untuk memeras uang dari perusahaan.c. Mencegah gangguan rapat pemegang saham. Skaiya juga telah digunakan oleh perusahaan untuk meredam pertanyaan dari pemegang saham yang sah bahwa para pejabat perusahaan tidak ingin dihadirkan.6. Sarakin ( )Sarakin ( ) Adalah istilah Jepang untuk rentenir Legal yang membuat pinjaman tanpa jaminan dengan bunga tinggi. Ini adalah kependekan dari kata Jepang untuk salaryman dan pinjaman (kin'yu ()). Sebuah rentenir ilegal yang berjalan diizinkan secara hukumeminjamkan suku bunga lebih dari maksimum disebut Yamikin, pendek untuk Dark Finance (Yami Kinyu), dan banyak dari mereka meminjamkan pada 10% selama 10 hari.Sekitar 14 juta orang, atau 10% dari penduduk Jepang, telah pinjam dari seorang sarakin. Secara total, ada sekitar 10.000 perusahaan (turun dari 30.000 satu dekade lalu), namun puncak tujuh perusahaan membentuk 70% dari pasar. Nilai pinjaman total $ 100 miliar. sarakin Yang terbesar diperdagangkan secara publik dan sering bersekutu dengan bank-bank besar.Sarakin mengisi posisi yang penting dalam masyarakat Jepang. pinjaman Konsumen dan bisnis kecil telah lama menjadi salah satu titik lemah dari sistem keuangan Jepang. Meskipun ekonomi secara tradisional didominasi perbankan, bank-bank lebih suka untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan besar dengan jaminan yang kuat (tanah dan real estate) daripada individu atau perusahaan kecil. Teknik risiko kredit juga membatasi masuknya mereka ke konsumen dan pembiayaan usaha kecil.

KesimpulanSejarah ekonomi Jepang mencatat tiga peristiwa yang sangat mempengaruhi perekonomian Jepang saat ini. Yang pertama, masa emas terjadi pada tahun 1955-1970-an, ketika itu Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negaranya yang meningkat pesat, ditandai pertumbuhan ekonomi menjadi rata-rata 11,8%.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat dirasakan oleh hampir keseluruhan masyarakat Jepang. Kebutuhan hidup mereka dari primer, sekunder dan tersier mulai dapat mereka penuhi.Perekonomian Jepang merupakan yang terbesar ketiga di dunia dengan PDB nominal, terbesar keempat dengan keseimbangan daya beli dan ekonomi berkembang terbesar kedua di dunia. Menurut IMF, per kapita PDB (PPP) berada di $ 35.855 atau 22 tertinggi pada tahun 2012. Jepang adalah anggota Group of Eight (G-8).

Jepang sebagai negara yang maju dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat pasca kekalahan nya di perang dunia II, memaksa negara ini untuk lebih maju. Walaupun akhir-akhir ini Jepang dilanda resesi dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah, namun kehebatannya dalam menandingi peatnya industrialisasi di masa lampau patut diacungi jempol.

Berbagai budaya dan dan etos kerja yang melekat pada masyarakat jepang dalam bidang ekonomi menjadikan negara ini memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga menjadi suatu contoh bagi negara-negara lain.

Daftar Pustaka

Publik. 2012. Belajar dari Ekonomi Jepang. Tersedia [Online] http://weanalispembangunan.wordpress.com/2012/09/22/belajar-dari-perekonomian-jepang/ [15 November 2013]Publik. 2013. Perkembangan Ekonomi Jepang. Tersedia [Online] http://perkembanganekonomijepang.blogspot.com/2013/03/perkembangan-ekonomi-jepang_25.html [15 November 2013]Publik.____. Economy of Japan. Tersedia: [Online] http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Japan [15 November 2013]

Retno Sawitri. 2012. Pembangunan Ekonomi Jepang Pasca 1945. Tersedia: [Online] http://retnosawitri.blogspot.com/2012/05/ekonomi-pembangunan-jepang-pasca-1945.html [15 November 2013]6