referat hpp finale

27
PERDARAHAN POSTPARTUM BAB I PENDAHULUAN Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara dramati dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal. Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak. Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas yang mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan tepat. Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 1 Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Upload: septian88cahyo

Post on 16-Feb-2015

21 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

perdarahan post partum

TRANSCRIPT

Page 1: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB I 

PENDAHULUAN 

 

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah

perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara dramati dengan

adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit

dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap

merupakan faktor utama dalam kematian maternal. 

Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin,

terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat

segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang

memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk

pelayanan obstetri yang layak. 

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan, maupun

masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan

dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat membahayakan

ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas yang  mengalami perdarahan, harus segera

dirawat dan ditentukan penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan

tepat. 

Diperkirakan ada 14 juta kasus pendarahan dalam kehamilan setiap tahunnya; paling

sedikit 128.000 perempuan mengalami pendarahan sampai meninggal. Pendarahan pasca

persalinan merupakan pendarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Lebih

dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,

sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan

dapat bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan

menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan mengalami mengalami

masalah kesehatan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan yang tepat dan

cepat dalam mengatasi pendarahan pasca persalinan. 

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 1Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 2: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Pendarahan pasca persalinan dapat  disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio

plasenta, inversio uteri, laserasi jalan lahir dan gangguan pembekuan darah. 

 

Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka

kejadian berkisar 5% sampai 15%. Berdasarkan penyebabnya diperolah sebaran sebagai

berikut :

Atonia uteri : 50%-60%

Retensio plasenta : 16%-17%

Sisa plasenta : 23%-24%

Laserasi jalan lahir : 4%-5%

Kelainan darah : 0,5%-0,8%

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 2Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 3: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Definisi

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat

implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah

satu penyebab kematian ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.1

Definisi dari perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml dalam

masa 24 jam setelah anak lahir.1,2 Kehilangan darah normal terkait dengan persalinan

tergantung tipe. Kehilangan darah untuk vagina, caesar, dan histerektomi caesar adalah 500,

1000, dan 1500 cc. Pada fase awal perdarahan, tubuh mengimbanginya dengan menaikkan

resistensi pembuluh darah untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ke organ

vital.Pasien hamil lebih dapat beradaptasi terhadap perdarahan daripada yang tidak hamil

karena perubahan hemodinamik yang menyertai kehamilan. Perubahan tersebut berupa

peningkatan massa sel darah merah, peningkatan volume plasma, dan peningkatan cardiac

output.3 Pada Tabel. 1 ditunjukkan klasifikasi respon fisiologis yang terjadi dengan berbagai

tahap perdarahan. Hal ini penting bagi dokter kandungan untuk mengenali tanggapan sejak

kuantitas kehilangan darah yang terjadi selama perdarahan postpartum sering diremehkan

seperti yang dinyatakan sebelumnya.

Tabel 1. Klasifikasi Perdarahan dan Respon Fisiologi

II.2. Klasifikasi dan etiologi

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :

a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24

jam setelah anak lahir.2 Biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan

lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang bisa karena inversio uteri.1

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 3Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 4: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah

24 jam biasanya antara hari ke 5 sampai hari ke 15 postpartum, biasanya oleh karena

sisa plasenta.1,2

Tabel 2 menampilkan daftar penyebab perdarahan yang paling banyak, baik primer maupun

sekunder.

Tabel 2. Penyebab Perdarahan Post Partum

II.2.1. Atoni Uterus

Atoni uterus adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan

uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi

dan plasenta lahir.2 Atonia uteri atau ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi secara

efektif adalah penyebab paling umum dari perdarahan postpartum primer. Pada cukup bulan,

darah mengalir melalui plasenta kurang lebih 600 cc/menit. Setelah plasenta dilahirkan,

perdarahan uterus dikontrol oleh kontraksi serabut miometrium yang mengelilingi arteriole.

Jika kontraksi uterus tidak adekuat, akan terjadi kehilangan darah yang cepat (banyak).3

Faktor resiko dari atonia uteri meliputi overdistensi uterus (multiple gestasi,

polihidramnions, fetal makrosomia), penggunaan oxytocin yang berkepanjangan, persalinan

yang terlalu cepat atau terlalu lama, paritas (grand multipara atau multipara), korioamnionitis,

jaringan plasenta yang tertinggal, plasenta previa, dan penggunan agent uterorelaksan (terapi

tokolitik, anestesi halogenasi, nitrogliserin),3 Umur (terlalu muda atau tua), partus lama dan

partus terlantar, obstetri operatif dan narkose, kelainan pada uterus seperti mioma uteri,

uterus couvelaire pada solusio plasenta, faktor sosioekonomi yaitu malnutrisi.2

Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih

aktif dan banyak, bergumpal, dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat

atau lebih dengan kontraksi yang lembek.1 Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 4Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 5: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

dengan melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin,

karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri dan

pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400 - 600 |ig) segera setelah bayi lahir.1

II.2.2. Laserasi traktus genitourinari

Penyebab perdarahan postpartum yang paling sering kedua adalah laserasi traktus

genitourinari.3 Pada umumnya laserasi ini terjadi pada persalinan dengan trauma. Laserasi ini

biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi,

atau karena versi ekstraksi.1 Persalinan pervaginam masih merupakan faktor resiko yang

bermakna dari laserasi traktus genitourinaris, penyebab lain dari trauma kebidanan yang bisa

menyebabkan perdarahan meliputi malpresentasi fetal, fetal makrosomia, episiotomi,

persalinan presipitatus, penempatan cerclage sebelumnya, incisi Duhrssen dan distosia bahu.

Laserasi traktus genitourinarius harus dicurigai bila perdarahan menetap setelah persalinan

walaupun tonus uterus baik. Biasanya, perdarahan tersembunyi berhubungan dengan

lokasinya dan ligamen. Pada keadaan ini, kehilangan darah yang banyak bisa terjadi pada

hematoma yang tidak diketahui.3

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva , vagina,

dan serviks dengan memakai spekulum untuk mencari sumber pendarahan dengan ciri warna

darah yang merah segar dan pulsatif sesuai denyut nadi. Penanganan dari laserasi traktus

genitourinari ini adalah dengan penjahitan. Semua sumber pendarahan yang terbuka harus di

klem, diikat dan luka dititip dengan jahitan cat gut lapis demi lapis sampai perdarahan

berhenti. Teknik penjahitan memerlukan asisten, anastesi local, penerangan lampu yang

cukup serta speculum dan memperthatikan kedalaman luka.3

II.2.3. Retensio plasenta

Tertinggalnya produk konsepsi seperti jaringan plasenta dan membran amnion bisa

menghambat kontraksi yang adekuat dari kontraksi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir ½ jam setelah anak lahir.1,4

Penyebab retentio plasenta :

1. Fungsional :

a. His kurang kuat (penyebab terpenting)

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 5Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 6: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

b. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya

(plasenta membranacea, plasenta anularis) dan ukurannya (plasenta yang sangat

kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta

adhesiva.

2. Patologi anatomi:

a. Plasenta akreta yaitu bila plasenta menembus desidua basalis dan nitabuch layer

b. Plasenta inkreta yaitu bila plasenta sampai menembus miometrium.

c. Plasenta perkreta yaitu bila vili khorialis sampai menembus perimetrium.1,2,4

Faktor resiko tertinggalnya produk konsepsi meliputi persalinan mid-trismester, korio-

amnionitis dan lobus aksesorius plasenta.3Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum

terlepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan tapi bila sebagian plasenta sudah terlepas

dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus

diantisipasi dengan segera melakukan placenta manual meskipun kala uri belum lewat

setengah jam.Plasenta mungkin juga tidak keluar karena kandung kemih atau rektum

penuh,karena itu keduanya harus dikosongkan.1,2

II.2.4. Inversio Uteri

Inversi uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan

keluar lewat ostium uteri eksternum, dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya

masuk ke dalam kavum uteri.1,2 Inversi uteri merupakan kasus yang jarang terjadi,

kejadiannya terjadi pada 1 di antara 2.500 kelahiran.3 Inversio uteri dibagi 3 yaitu :

1. Inversio uteri ringan

Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang

rongga rahim.

2. Inversio uteri sedang

Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina

3. Inversio uteri berat

Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Ada pula

yang membaginya menjadi inversio uteri inkomplit yaitu 1 dan 2; dan komplit : 3.2

Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks

yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya

karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau

ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede) atau tekanan intraabdominal yang

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 6Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 7: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras atau bersin). Tindakan melakukan traksi umbilikus

pada pertolongan aktif kala III dengan uterus yang masih atonia memungkinkan terjadinya

inversio uteri.1 Inversi uteri bisa komplit atau inkomplit. Pada inversi uterus komplit batas

dalam fundus uteri melewati os cervical, membentuk massa bulat pada vagina dengan tidak

terpalpasinya fundus pada abdomen. Inversi uterus inkomplit terjadi bila extrusi sebagian dari

fundus ke cervix. Kedua jenis inversi uteri memerlukan diagnosa dan reposisi segera

berhubungan dengan kehilangan darah yang banyak dan syok.3

Tiga faktor yang diperlukan untuk terjadinya inversio uteri adalah tonus otot rahim yang

lemah, tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan dan

tarikan pada tali pusat), kanalis servikalis yang longgar. Oleh karena itu, inversio uteri dapat

terjadi saat batuk, bersin, atau mengejan juga karena perasat crede.4

Gejala-gejalanya yaitu syok karena kesakitan, perdarahan banyak bergumpal, di vulva

tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat (seperti tumor

merah di luar vulva). Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila

kejadiannya cukup lama maka jepitan servix yang mengecil akan membuat uterus mengalami

iskemia, nekrosis dan infeksi.1,4

II.2.5. Ruptur uteri

Meskipun bukan kejadian yang sering terjadi, ruptur uteri merupakan suatu ancaman

yang potensial bagi maternal dan fetal yang menyebabkan perdarahan yang berarti bila

tempat plasenta berimplantasi terlibat. Insidensi ruptur uteri 1 dibandingkan dengan 2.000

kelahiran.3 Secara teori, robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut :

1. Spontan :

a. Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka enukleasi

mioma dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta

secara manual dan sepsis pasca persalinan atau pasca abortus.

b. Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak maju,

misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.

c. Campuran

2. Violent (rudapaksa) karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan ekstraksi

(ekspresi kristeller).4

Gejala-gejala ruptur uteri yaitu :

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 7Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 8: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

1. Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat di perut

bagian bawah

2. Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palapasi

3. His berhenti atau hilang

4. Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak

5. Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut (seolah-

olah dapat berjabatan tangan dengan anak).

6. Kadang-kadang di samping anak terba tumor yaitu rahim yang telah mengecil

7. Pada pemeriksaan dalam, ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas bahkan

terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke dalam rongga perut

8. Bunyi jantung anak tidak ada atau tidak terdengar

9. Biasanya pasien jatuh ke dalam syok

10. Jika sudah lama terjadi, perut nyeri dan gembung

11. Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan diagnosis jika gejala-

gejala solusio plasenta kurang jelas.4

Faktor resiko meliputi persalinan cesar terdahulu, malpresentasi fetal, persalinan

terhambat, kehamilan multipel, histerotomi atau miomektomi sebelumnya, manipulasi

uterin (contoh: versi internal podalic) dan persalinan pervaginam yang sukar.3

II.2.6. Koagulopati

Kausal perdarahan post partum karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila

penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai riwayat pernah mengalami hal yang

sama pada persalinan sebelumnya.1 Koagulopati bisa keturunan / didapat. Walaupun jarang,

koagulopati herediter bisa bermakna secara klinis apabila terapi yang tepat tidak ada. Pada

umumnya, kebanyakan koagulopati efektif diobati dengan penggantian faktor koagulasi atau

penambahan agen farmakologik seperti desmopressin ( DDAVP), pada kala tiga persalinan

atau persalinan caesar. Koagulopati yang didapat bisa terjadi karena banyak penyebab.,

termasuk penggunaan antikoagulant, sepsis, preeklampsi berat, emboli cairan amnion,

nekrosis jaringan, placental abruption dan penggunaan faktor pembekuan yang berlebihan

akibat perdarahan yang masif.1,3 Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan

faal hemostasis yang abnormal.Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,

trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia dan terdeteksi adanya FDP (Fibrin degradation

product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial thromboplastin time).1

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 8Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 9: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Skema 1 menjelaskan patofisiologi koagulopati konsumtif yang berhubungan dengan atonia

uteri.

Skema 1. Patofisiologi Koagulopati Konsumtif

II.3. TERAPI INTERVENSI TERHADAP PERDARAHAN POST PARTUM

Ketika ahli kebidanan menghadapi perdarahan post partum, rencana terapi harus

disusun dalam tahapan-tahapan untuk meminimalkan perdarahan lanjut yang berhubungan

dengan morbiditas dan mortalitas. Tabel 4. menunjukkan daftar dari komponen rencana

terapi.3

Tabel 4. Daftar Komponen Rencana Terapi

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 9Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 10: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

II.3.1. Perkiraan kebutuhan darah

Ketika kita menghadapi perdarahan post partum, prioritas utama seorang dokter

adalah mengetahui perkiraan kebutuhan darah. Pemasangan jalur intravena harus segera

dilakukan meliputi 2 kateter intravena berdiameter besar. Tambahan pula, golongan darah

pasien harus dikonfirmasi dan kemungkinan untuk dilakukan cross match. 3

II.3.2. Perkiraan Kehilangan Darah

Kebanyakan perdarahan mengakibatkan bertambahnya morbiditas sekunder akibat

perkiraan darah yang hilang tidak adekuat pada persalinan. Pada onset perdarahan post

partum penting bagi para klinisi untuk memperkirakan darah yang hilang secara tepat. Pada

saat ini, pemantauan hemoglobin, hematokrit, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan,

waktu pembekuan harus dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium yang cepat tidak bisa dilakukan. Pengambilan darah

sebanyak 5 cc ke dalam tabung kosong dan dilihat waktu pembekuan dalam waktu 6 menit

bisa memberikan peringatan kepada klinisi perkiraan derajat pembekuan darah yang terjadi.

Bila darah tidak membeku, fibrinogen pasien kurang dari 200 mg/dL.3

II.3.3. Etiologi

Setelah kita menemukan kemungkinan adanya perdarahan, explorasi secara cepat

diperlukan untuk mencari darimana perdarahan tersebut berasal. Kontraksi uterus yang

kurang baik menunjukkan atonia uterus. Jika atonia uterus bukan merupakan penyebab dari

perdarahan, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan. Eksplorasi harus dimulai dari aspek superior

dari saluran genital baru kemudian berlanjut ke inferior, hal ini disebabkan karena aliran

darah yang turun ke bawah mungkin lebih berat sehingga membuat visualisasi dari sisi

inferior menjadi lebih sulit. Pemeriksaan awal harus difokuskan pada uterus.3

Gambar 1. Eksplorasi Plasenta ManualKepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 10

Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 11: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Penyebab perdarahan dari uterus selain disebabkan karena atonia uterin adalah

tertahannya produk hasil konsepsi. Selain melakukan pemeriksaan untuk mengetahui

tertahannya hasil konsepsi, pemeriksaan uterus yang tepat juga diperlukan untuk menemukan

bukti adanya placenta invasive, ruptur uterus dan invasi uterus. Setelah sumber perdarahan

yang berasal dari uterus telah dikesampingkan, perhatian harus difokuskan pada laserasi

saluran genitourinaria.3

Laserasi cervical dan atau fornix vagina sering sulit diperbaiki karena lokasinya.

Sebagai tambahan, laserasi yang melibatkan lokasi yang terletak dekat uretra dan atau

pencernaan mungkin lebih sulit jika dilihat dari segi teknis maupun perspektif visual. Setelah

semua kemungkinan penyebab dari perdarahan postpartum dikesampingkan, kemungkinan

terdapatnya sumber perdarahan lain juga harus diperhitungkan.3

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 11Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 12: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

II.3.4. Penggantian Perkiraan Kehilangan Darah

Pemahaman akan kebutuhan pasien terhadap therapy komponen cairan dan darah

penting untuk menyediakan perawatan yang adekuat bagi pasien perdarahan. Perkiraan

penggantian kehilangan darah dimulai dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid yang hangat

dengan rasio perbandingan 3:1 sebagai therapy inisial penting untuk menstabilisasi pasien

dengan perdarahan.3

II.3.5. Terapi Obat

Obat-obatan uterotonika digunakan sebagai therapy obat-obatan yang utama dari

perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri. Pada atonia yang disebabkan oleh

therapy obat tokolitik yaitu obat-obatan yang dapat merusak pemasukan calcium dalam sel

(magnesium sulfate, nifedipine), obat yang dapat mengatasinya yaitu calcium glukonas.

Pemberian 1 ampul calcium gluconas secara intravena dapat secara efektif

meningkatkan tonus uterus dan memperbaiki perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri.

Pemberian 1 ampul calcium gluconas secara intravena dapat secara efektif meningkatkan

tonus uterus dan memperbaiki perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Pemberian 1

ampul calcium gluconas secara intravena dapat secara efektif meningkatkan tonus uterus dan

memperbaiki perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Pemberian 1 ampul calcium

gluconas secara intravena dapat secara efektif meningkatkan tonus uterus dan memperbaiki

perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Pemberian 1 ampul calcium gluconas secara

intravena dapat secara efektif meningkatkan tonus uterus dan memperbaiki perdarahan yang

disebabkan oleh atonia uteri.3

II.3.6. Manajemen Intraoperatif

Manajemen intraoperatif meliputi mulai dari teknik konservatif sampai histerectomy.

Bersamaan dengan therapy obat-obatan, atonia uteri harus dimulai dengan penanganan

dengan massage bimanual secara lembut. Perhatian mesti dilakukan untuk menghindari

massage secara agresif yang dapat melukai pembuluh darah besar dalam ligamentum yang

luas. Jika tertahannya hasil konsepsi ditemukan sebagai penyebab perdarahan postpartum dan

extraksi manual tidak berhasil, kuretase uterus perlu dilakukan.3

USG transabdominal dapat dipergunakan untuk menolong klinisi dalam membantu

menghilangkan fragmen-fragmen plasenta yang tertinggal. Jika inversi uteri merupakan

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 12Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 13: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

sumber dari perdarahan, perubahan posisi dari uterus akan mengatasi perdarahan. Uterus dan

servix harus direlaksasikan dengan obat tokolitik (magnesium sulfate, terbutaline),

nitroglycerine atau anestetik halogen.3

Ketika relaksasi yang adekuat telah dilakukan, penekanan yang lembut pada fundus

uteri diperlukan untuk mengembalikan uterus ke posisi semula. Ketika reinversi uterus telah

terjadi, therapy uterotonika harus diberikan untuk membantu kontraksi uterus dan mencegah

inversi uterus di kemudian hari. Dalam keadaan yang jarang, pendekatan konservatif untuk

reinversi uterus tidak berhasil dan begitu pula perbaikan operatif dengan laparotomi harus

dilakukan. Teknik tamponade adalah pendekatan konservatif yang mungkin dapat dipilih

untuk menghindari operasi lebih lanjut atau mengobati perdarahan di permukaan ketika

perkiraan penggantian kehilangan darah sedang berlangsung.3

Tabel 5. Obat-obatan Uterotonika

Gambar 2. Kompresi Bimanual

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 13Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 14: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Teknik-teknik yang tersedia termasuk packing dan ballon devices. Packing

menggunakan kasa secara terus menerus (misalnya Kerlex) yang diliputi oleh kantung plastik

steril atau sarung tangan. Pack tersebut ditinggalkan dalam tempatnya selama kurang lebih

12-24 jam ketika perhatian difokuskan kepada tanda-tanda vital pasien, parameter

laboratorium, dan pengeluaran urine. Pemasangan kateter transurethral foley dan pemakaian

antibiotik profilaksis harus diperhatikan untuk mencegah retensi urine dan infeksi.3

Balloon devices tersedia untuk tamponade uterus. Ballon device yang biasa

dipergunakan adalah SOS Bakri Tamponade Balloon (Cook Urological, Bloomington

Indiana-USA).

Gambar 3. SOS Bakri Tamponade Balloon

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 14Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 15: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Gambar 4. Ligasi Arteri Uterina

Gambar 3. Bakrie Balloon-Looped Uterine Vessels (BB-LUVs)

Ketika perdarahan masih berlanjut disamping memberikan terapi konservatif,

manajemen operasi melalui laparotomy harus diperhatikan. Tindakan intervensi termasuk

ligasi arteri, sutura yang menekan uterus, dan histerektomy. Tujuan dari ligasi arteri adalah

untuk mengurangi perfusi uterus dan perdarahan yang berkelanjutan. Ligasi arteri yang

mungkin dilakukan pada uterus adalah arteri hypogastrik dan utero-ovarian.3 Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 15

Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 16: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Uterine compression sutures merupakan suatu teknik yang mudah dan effektif untuk

mengurangi perdarahan dan menghindari histerektomi. Compression sutures paling baik

digunakan pada kasus atonia uteri yang dikontrol melalui massage bimanual dan plasenta

invasive focal dengan harapan fertilitas di masa yang akan datang. Histerektomy merupakan

terapi definitif yang diperlukan dalam kasus perdarahan yang terus menerus. Hal ini terutama

penting ketika kondisi pasien tidak stabil.

Gambar 4. B-Lynch Suture

Gambar 5. Hayman Vertical Suture

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 16Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 17: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

Gambar 6. Pereira Tranverse and Vertical Suture

II.4. KOMPLIKASI

Ketika perdarahan postpartum telah berhasil ditangani, pasien masih memiliki resiko

akan terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehilangan darah, therapynya atau

keduanya. Sangatlah penting bagi obstetrisian untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh

untuk mencari adanya komplikasi pada sistem organ. Komplikasi-komplikasi ini dapat

meliputi cedera hipoperfusi ke otak, hati dan ginjal, infeksi, koagulopati, cedera paru akut

yang disebabkan karena tranfusi masif dan nekrosis kelenjar pituitary.

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 17Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 18: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB III.

KESIMPULAN

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml dalam masa 24

jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan

postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah

anak lahir misalnya pada atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plascenta, inversi uteri,

ruptur uteri, dan koagulopati.

Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24

jam biasanya antara hari ke 5 sampai hari ke 15 postpartum misalnya karena infeksi,

retensi plasenta, subinvolusi plasenta dan koagulopati.

Penanganan perdarahan post partum meliputi penggantian kehilangan darah dan

cairan, therapy obat-obatan dan manajemen intraoperatif. Komplikasi yang dapat

ditimbulkan meliputi cedera hipoperfusi ke otak, hati dan ginjal, infeksi, koagulopati,

cedera paru akut yang disebabkan karena tranfusi masif dan nekrosis kelenjar pituitary.

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 18Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Page 19: Referat HPP Finale

PERDARAHAN POSTPARTUM

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan :”Perdarahan pasca persalinan”

hal.522-529.Jakarta.

2. Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri ed.2. “Perdarahan postpartum” hal.298-306.

Jakarta:EGC.

3. Francois, Karrie. 2011. Postpartum Hemorrhage in “Obstetric Intensive Care

Manual” third edition page 27-37. New York: McGraw Hall

4. Martadisoebrata, Djamhoer; Wijayanegara Hidayat; Wirakusumah Firmah;

Bratakoesoma Dinan; Krisnadi Sofie; Mose Johannes; Tobing Marigan. 2005.Obstetri

Patologi ed.2.”Patologi kala III dan IV” hal.171-178.Jakarta :EGC.

Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Kudus 19Periode 10 Januari 2011 – 19 Maret 2011Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta