cocoon_ finale by nuno

Upload: mnnuno

Post on 15-Jul-2015

106 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN ESTETIKA TERAPAN PADA KARYA SENI LUKISAN

COCOONMata Kuliah: APPLIED AESTHETICS

Disusun oleh : Nama NIM Semester : M.J. RETNO BW (Nuno) : 091071017 : 1 (Satu)

Dosen Pembimbing: Dr. Eddy Hadi Waluyo, M. Hum.

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER DESAIN UNIVERSITAS 2008 TRISAKTI

2

PRAKATA

Ketika seni merupakan salah satu upaya manusia untuk memuaskan hasrat akan keindahan, lukisan menjadi media komunikasi yang

menerjemahkan bahasa verbal keindahan ke dalam bentuk visual. Seperti tertera dalam buku Chinese Ink Painting, karangan CM Hsu, terjemahan Tjahjono Abdi ( Jakarta: Yayasan Derita Cita, 1983 ), halaman 198, Su Shi (1036-1101), seorang sastrawan dan pelukis zaman dinasti Song, berbicara tentang lukisan dan syair Wang Wei dengan memformulasikan gejala lukisan melalui kalimat: lukisan adalah syair dengan gambaran, dan syair adalah lukisan dengan perkataan. Maka hadirlah lukisan-lukisan yang selain bisa kita lihat, juga kita baca. Seperti yang ditulis pula oleh Prof. Dr. R.M. Soedarsono dalam bukunya Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa bahwa disiplin seni pertunjukan dan seni rupa masih merupakan disiplin yang memerlukan uluran tangan dari disiplin-disiplin lain dalam berbagai kebutuhan peneliti, terutama mengenai pendekatan, metode, teori, konsep, system, dan sebagainya. Jadi seni lukis dapat dibaca melalui berbagai referensi dan pendekatan ilmu-ilmu disiplin selain seni itu sendiri. Kajian Estetika Terapan pada karya seni lukis Cocoon ini terbagi dalam tiga tahap yaitu: pertama adalah Kajian Pra-Ikonografis yang mendasarkan pada kajian pseudo-formalistik interpretasi tekstual yang akan membahas aspek bentuk, garis, warna ekspresi dan sensasi selain pengalaman praktis

3

pengamat dalam menanggapi berbagai bentuk dan peristiwa yang juga berperan dalam kajian Pra-Ikonografis. Kedua, Kajian Ikonografis yang mengkaji karya seni lukis Cocoon atas makna sekundernya yang mencakup berbagai interpretasi imaji, cerita seta kiasan yang ditunjang dengan pemahaman pengamat secara lebih mendalam dan komprehensif melalui studi pustaka meliputi berbagai referensi yang menyangkut banyak dimensi seperti: dimensi teologis dan spiritualitas, dimensi psikologis, dimensi sosiologis, dimensi etika, dimensi biologis. Yang ketiga, kajian interpretasi Ikonologis atas makna intrinsik atau kandungan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada karya seni lukis Cocoon. Kajian Ikonologis ini melibatkan pendekatan psikologis serta pandangan dunia pengamat terhadap karya seni lukis Cocoon tersebut. Makalah ini tidak dapat muncul tanpa bantuan dari beberapa pihak. Terutama, saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Eddy Hadi Waluyo, M.Hum yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat, tak henti-hentinya memberi semangat serta berbagai literatur yang dapat dijadikan referensi kajian estetika terapan pada karya seni lukis Cocoon ini, teman-teman seperjuangan walaupun berada dalam kampus berbeda namun berbaik hati untuk meminjamkan buku-buku sebagai penambah referensi dalam mengkaji karya seni lukis Cocoon, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Makalah ditulis sebagai tugas pelengkap pada mata kuliah Applied Aesthetics, Program Pasca Sarjana Magister Desain ini masih jauh dari sempurna, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat diterima dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini tetap dapat

4

memberikan

manfaat

pengetahuan

bagi

yang

membacanya

serta

memperkaya khasanah berpikir tentang makna interpretasi karya seni lukis secara mendalam.

Jakarta, July 2008

Penulis

5

COCOON(sumber internet, pelukis anonym)

6

DAFTAR ISI PRAKATA - 2 LAMPIRAN LUKISAN COCOON - 5 DAFTAR ISI - 6 BAB I. KAJIAN PRA-IKONOGRAFIS - 7 BAB II. KAJIAN IKONOGRAFIS - 18 BAB III. KAJIAN IKONOLOGIS - 38 KEPUSTAKAAN - 41

7

BAB I KAJIAN PRA-IKONOGRAFIS Kajian Pra-Ikonografis merupakan kajian deskripsi pada karya seni lukis Cocoon yang mendasarkan pada kajian bentuk formal yang mengarah pada tekstual dan bukan kontekstual, mengutamakan pada analisis formalistik serta ekspresi dan sensasi yang dikandungnya. Kajian Pra-Ikonografis ini juga menyertakan pengalaman praktis pengamat dalam menanggapi berbagai bentuk dan peristiwa yang juga berperan dalam kajian sebagai tahapan pertama ini. Aspek-aspek formalistik meliputi berbagai unsur-unsur seperti: ASPEK TITIK Lukisan Cocoon ini memiliki aspek titik yang kuat, memberikan penekananpenekanan pada lukisan yang terbagi menjadi 3 layer atau bidang. Aspek titik pada karya seni lukis Cocoon mendominasi, mengisi latar belakang pada layer pertama sehingga memberikan nuansa yang cenderung menjadi lebih gelap, sekaligus membuat objek menyerupai bakal manusia yang berada di depannya terlihat kontras. Pada layer kedua dan ketiga, aspek titik tetap terlihat namun berangsur-angsur melebur dengan aspek garis dan bidang sehingga tidak mendominasi melainkan menyiratkan satu kesatuan antara latar belakang dengan objek. Aspek titik juga memberikan alur pandang yang seolah menampakkan adanya pergerakan.

8

ASPEK GARIS Aspek garis pada karya seni lukis Cocoon ini terdiri dari dominasi garis-garis diagonal dan lengkung yang serta-merta memberikan kesan bidang yang bervolume. Garis-garis yang terdapat pada lukisan Cocoon ini juga dibuat dengan ketebalan yang menyiratkan adanya suatu gejolak, pergerakan dengan getaran yang kuat, memberi kesan terjadinya proses metamorfosis pada objek yang terdapat dalam lukisan Cocoon tersebut. Jadi aspek titik dan garis saling berkolaborasi yang nantinya memberikan kekuatan pada unsurunsur formalistik lainnnya seperti pada aspek bidang, bentuk dan warna. Sedangkan aspek garis vertikal terlihat jelas membagi lukisan Cocoon menjadi 3 bagian atau layer. Aspek garis pada karya seni lukis Cocoon secara tidak langsung memberi kesan direction, makna interpretasi yang mengacu pada cara membaca lukisan dari alur pandang dari atas ke bawah.

ASPEK BIDANG Aspek bidang pada karya seni lukis Cocoon tercipta dari unsur titik dan garis yang kuat. Bidang yang terlihat kontras adalah 3 layer berbentuk segi empat dengan tiga objek yang terbangun dari bidang organis atau biomorfis. Setiap bidang dan layer memiliki keteraturannya masing-masing dengan aspek titik, garis yang tercipta menyiratkan bahwa layer-layer yang terdapat dalam karya seni lukis Cocoon ini punya dimensi waktu, dimensi perjalanan cerita, dimensi ruang yang berjalan dan memiliki komunikasi pesan non verbal masing-masing pada tiap layer dan objeknya.

9

ASPEK BENTUK Tiga bidang segi empat yang membagi lukisan Cocoon menjadi 3 layer memang memberikan kesan yang stabil, terbatas, monoton, akrab namun tetap menjamin privacy. Bentuk objek pada lukisan Cocoon yang terlihat seperti pria dan wanita tersebut terbentuk dari aspek titik, garis dan bidang yang melengkung serta tak beraturan atau organis atau biomorfis, menyiratkan kebebasan ruang gerak dan saling keterbukaan antara keduanya. Aspek titik, garis dan bidang menghasilkan bentuk yang memiliki kedalaman atau volume pada objek. Bentuk segi empat pada latar belakang lukisan dengan objek yang memiliki unsur kedalaman atau volume memberikan kesan kontras namun tetap berada dalam satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lainnya. Melalui aspek bentuk inilah objek pada lukisan Cocoon dapat diinterpretasikan secara harafiah sebagai dua manusia pria dan wanita.

ASPEK WARNA Aspek warna yang terdapat pada karya seni lukis Cocoon ini adalah perpaduan warna Monokromatis yang menyiratkan sifat panas dan sejuk. Jika diamati dari masing-masing aspek yang telah disebutkan di atas, semua aspek mewakili makna kontras namun saling berpadu-padan seperti aspek garis vertikal-diagonal, lengkung ; aspek bidang segi empat-bidang tak beraturan, organis atau biomorfis ; aspek bentuk ruang segi empat-bentuk yang melengkung, memiliki ruang dan kedalaman ; aspek warna panassejuk. Warna Monokromatis yang terdapat pada setiap layer menjadikan

10

lukisan Cocoon ini sangat ekspresif. Nada warna yang digunakan hanya biru muda-hitam dan coklat tanah-hitam, namun pada layer ketiga hanya terlihat warna monoton yang terdiri dari warna turunan biru dan coklat tanah.

ASPEK TEKSTUR Aspek tekstur pada lukisan Cocoon ini menciptakan pola yang dapat diinterpretasikan sebagai sebuah metamorfosis terutama terlihat jelas pada objek yang tercipta dari aspek bentuk dan bidang. Sedangkan aspek warna menciptakan kesan pola kontras dari sifat warna panas ke sejuk. Aspek tekstur berpola metamorfosis maksudnya adalah pola yang memiliki dimensi pergerakan, ruang, waktu yang bertahap, seolah seperti sebuah perjalanan, lukisan yang memiliki alur cerita yang dituangkan melalui bahasa komunikasi visual atau non verbal.

PRINSIP DESAIN UKURAN Ukuran yang ditampilkan melalui latar belakang lukisan dengan objek memberikan kenyamanan alur pandang yang menyiratkan keseimbangan sebagai bagian dari satu kesatuan cerita dalam sebuah lukisan Cocoon. Dimensi ukuran lukisan memiliki perbandingan panjang dan lebar yang tidak distorsi melainkan selayaknya dimensi ukuran pada lukisan berbentuk bidang segi empat pada umumnya.

11

SKALA Skala yang terdapat dalam karya seni lukis Cocoon ini membagi media lukis menjadi 3 bidang atau layer, 2 layer atas dan bawah sama besar dan layer yang berada di tengah memiliki ukuran sedikit lebih kecil, skala seperti ini memberikan makna interpretasi penekanan komunikasi non verbal yang berbeda-beda pada setiap layer, seperti pada layer pertama perbandingan objek dengan layer adalah 2:1, layer kedua dan ketiga berbanding dengan skala yang sama yaitu 1:1. Sekali lagi, secara tidak langsung melalui permainan skala antara latar belakang dengan objek pada lukisan menyiratkan sebuah perjalanan yang memiliki dimensi waktu dalam sebuah lukisan.

PROPORSI Lukisan Cocoon ini memiliki interpretasi objek gambar dengan proporsi yang seimbang walau tercipta dari aspek titik, garis, bentuk, bidang yang kontras. Dengan pembagian 3 layer, pada layer tengah memiliki ukuran lebih kecil dari layer yang terdapat di atas dan bawah memberikan makna interpretasi penekanan bagian yang paling penting atau akan dapat menyita lebih banyak perhatian dibandingkan dengan dua layer yang berukuran sama. Proporsi objek pun memiliki kajian tersendiri dengan proporsi dari 2 objek terpisah kemudian akan menjadi satu sampai pada akhirnya menjadi satu kesatuan. Objek memiliki bentuk dan bidang dengan pola proporsi keseimbangan anatomi pria wanita.

12

HARMONI Kekontrasan dan keanekaan aspek-aspek formalistik yang terdapat dalam karya seni lukis Cocoon justru memberikan gambaran harmonisasi yang utuh dalam sebuah lukisan. Didukung juga melalui aspek warna monokromatis dan tekstur pola yang bertahap semakin memperkuat prinsip harmoni dalam lukisan Cocoon tersebut. Setiap sepek formalistiknya mewakili gambaran komunikasi non verbal yang ingin disampaikan melalui objek pada lukisan Cocoon.

KESEIMBANGAN Keseimbangan dalam karya seni lukis Cocoon tercipta baik secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilihat dari aspek titik, garis, bentuk, bidang, warna sementara secara tidak langsung dapat dirasakan ketika mengamati lukisan Cocoon secara keseluruhan, menginterpretasikan bidang lukisan dengan objek lukisan serta alur pandang yang tercipta dari objek.

IRAMA Objek yang terdapat pada lukisan Cocoon memberikan irama yang mengalir dari atas ke bawah disertai sifat warna yang panas mengarah ke lembut dan dapat dirasakan pergerakan sebuah gejolak dengan getaran kuat menjadi sebuah ketenangan yang meneduhkan. Irama yang tercipta ini juga dapat didefinisikan secara harafiah dengan cara membaca setiap aspek formalistik yang terbentuk dalam lukisan Cocoon. Titik-titik, garis-garis hitam tebal berangsur menjadi lembut dengan unsur warna monoton, bentuk yang

13

semula terdiri dari dua objek menjadi satu objek, kontras warna monokromatik disertai 3 bidang layer berukuran beda pada bagian tengah, semuanya memberikan irama yang mengalir menyiratkan akan tahapan metamorsofis itu seakan-akan terjadi dalam lukisan Cocoon.

PENEKANAN (Emphasis) Aspek formalistik dalam lukisan Cocoon memberikan penekanan yang berbeda dalam tiga tahapan layer pada lukisan. Pada layer pertama tampak bahwa objek dan latar belakang sama-sama memiliki penekanan yang saling berimbang, pada layer kedua penekanan justru hanya pada objek saja dan pada layer ketiga kembali penekanan secara menyeluruh antara objek dengan latar belakang menjadi satu kesatuan yang utuh.

POLA DAN ORNAMENT Pola yang terdapat dalam lukisan Cocoon merupakan pola Metamorfosis, proses tahapan bersatunya objek manusia pria wanita. Tidak ada ornament lain yang digunakan dalam lukisan Cocoon ini selain hanya menampilkan objek yang diulang tiga kali dengan latar belakang warna berbeda pada masing-masing objek berulang tersebut.

PENGULANGAN (Repetition) Prinsip pengulangan pada karya seni lukis Cocoon dapat dilihat dengan jelas yang terwakili melalui aspek-aspek formalistiknya dalam bentuk objek dan 3 bidang layer yang menjadi latar belakang lukisan. Pola Metamorfosis ini

14

dibangun melalui prinsip pengulangan (repetition) sehingga dapat dirasakan pergerakan dalam tahapan metamorfosis lukisan Cocoon. Prinsip

pengulangan ini membuat alur cerita dalam lukisan Cocoon lebih mudah ditangkap dan dimaknai hanya melalui dari apa yang terlihat.

Kajian Pra-Ikonografis yang melibatkan pengalaman praktis pengamat dalam menanggapi berbagai bentuk dan peristiwa yang terdapat dalam karya seni lukis Cocoon: Lukisan Cocoon ini mengekspresikan tentang sebuah simbol

kehidupan sekaligus makna hubungan pria dan wanita yang memang diciptakan berpasang-pasangan melalui proses metamorfosa menyerupai kepompong. Lukisan Cocoon ini memiliki aspek titik dan garis yang kuat, mampu bercerita tentang makna pada ketiga objek gambar dalam tiga bidang warna monochromatic kontras yang terpisah. Objek gambar pun digambar secara berulang dengan pola metamorfosis. Proporsi warna dan objek dinamis namun juga stabil dan saling mengisi dengan penekan berbeda pada tiap-tiap layer atau 3 latar belakang yang berbeda. Pada bidang pertama terlihat aspek titik dan garis melengkung yang memberikan volume dan kesan pergerakan berangsur-angsur (proses metamorfosa ke tahap berikutnya). Objek pertama pun menjadi sangat dominan dengan arsiran titik serta garis tebal bersanding dengan latar belakang berwarna coklat tanah. Objek terdiri dari dua bagian, terlihat menyerupai sebuah embrio, titik awal sebuah kehidupan manusia, yang

15

nantinya akan tumbuh menjadi manusia utuh sebagai pria atau pun wanita. Warna biru pada objek menyiratkan tentang makna airmanusia tercipta dari air mani laki-laki yang bersatu dengan indung telur sang wanita. Bidang segiempat berwarna coklat tanah dengan aksentuasi arsir titik serta garis hitam tebal tak teratur memberi kesan cenderung gelap dan suatu pergolakan jiwa atau hasrat atau getaran secara kimiawi dalam tubuh (chemistry) yang mewarnai dari masing-masing calon individu manusia pria dan wanita dalam proses menuju penyatuan jiwa (soulmate). Warna latar belakang berubah menjadi biru tanpa aksen titik atau pun garis, menyiratkan kedamaian (peaceful), ketenangan, memberikan hawa sejuk ketika proses penyatuan pria dan wanita berlangsung. Sementara titik dan garis yang berbicara banyak pada objek yang bertukar warna dengan warna latar belakang melukiskan sebuah gejolak ketika dua objek bercengkerama. Ruang, waktu dan objek pada saat ini merupakan proses penyatuan. Objek yang tadinya memiliki warna biru berganti menjadi coklat dengan aksen garis-garis tebal dan kuat seolah ingin memperlihatkan sensasi gejolak serta getaran-getaran hebat ketika metamorfosa berlangsung. Karena pria dan wanita adalah dua individu yang tidak sama (baik secara fisik maupun kodratnya), dalam proses metamorfosa menuju penyatuan pasti akan terjadi sebuah pergumulan sebagai upaya merangkul, meniadakan perbedaan, berusaha mewujudkan kebersamaan yang tak lagi terpisahkan. Akhir dari perjalananakhir dari sebuah metamorfosaproses penyatuan jiwa antara pria dan wanita. Tidak ada lagi gejolak-gejolak yang menggebu-gebu atau pun penekanan tertentu dalam bahasa titik dan garis,

16

tidak ada lagi keterpisahan ruang dan waktu secara kasat mata. Melainkan kesemuanya itu melebur dalam satu kesatuan harmonisasi objek, warna, kesetaraan komposisi. Ada pun garis-garis halus atau lembut tercipta, tetap memberikan nuansamatik yang stabil, bersahabat walaupun ruang keintiman antara dua insan manusia, pria dan wanita dengan kefanaan dunianya akan selalu memiliki privacy nya masing-masing. Menyambungkan dengan kisah Adam dan Siti Hawa, ketiga bagian dari kesatuan lukisan ini menceritakan tentang 3 dunia atau dimensi waktu yaitu: 1. Dunia Atas : ketika manusia masih suci (dengan lambang warna biru pada objek) dan terpisah dari dunia kefanaan (latar belakang yang berwarna coklat) secara tegas. Masing-masing memiliki ruang dan waktu (privacy) sendiri-sendiri sesuai dengan tiap-tiap aksentuasi titik dan garis yang berbeda antara objek (garis melengkung yang memberikan volume dan kedinamisan gerak metamorfosa) dengan latar belakang berbidang segi empat (titik dan garis tidak teratur). Adam dan Siti Hawa yang diciptakan sebagai sosok pria dan wanita mempunyai hasrat untuk saling memiliki, melengkapi. 2. Dunia Tengah : Ketika Adam jatuh ke dalam dosa setelah memakan buah pengetahuan maka pada diri manusia akan selalu ada dosa asal. Ketika pria dan wanita bersetubuh, gejolak birahi yang ada pada diri manusia terpapar dalam penyatuan dan keintiman keduanya. Penggambaran ini dilukiskan melalui pertukaran warna antara objek dengan latar belakang. Manusia tidak lagi murni, suci tetapi sudah dikuasai dengan kefanaan

17

berbagai hasrat duniawi termasuk seksualitas. Namun di balik hasrat tersebut ada rasa kedamaian, kesejukan bathiniah, rasa menyatu, nyaman ketika dua insan manusia saling bercengkerama, menemukan pasangan, belahan jiwanya. 3. Dunia Bawah : dunia manusia dan segala kefanaan yang ada. Keberlangsungan hidup yang terus berjalan, proses metamorfosa pria dan wanita tetap berlangsung, dunia dengan segala hukum dan aturannya pun memiliki warna sendiri yang akan selalu bersanding dengan kehidupan manusia tidak selalu lagi dan dua, untuk seterusnya. Pria dan sudah

wanita.....mereka

melainkan

satu...mereka

ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan.

Tiga bagian yang melambangkan 3 dimensi waktu ini memiliki pergerakan dinamis ke arah bawah. Bila diperhatikan secara seksama pula, pada gambar objek yang ada terlihat pada bagian ujung yang melengkung lancip ke bawah melukiskan perjalanan Adam dan Siti Hawa dari Taman Eden hingga pada saat mereka dikeluarkan dari Taman Eden ke dunia karena melanggar titah untuk tidak memakan buah pengetahuan. Warna biru sebagai lambang air, murni, suci, ketenangan, sejuk, keteduhan, lambang fertilitas sedangkan warna coklat muda sebagai lambang tanah, dunia, berbagai hasrat gejolak duniawi. Warna-warna tersebut semakin memperkaya cerita perjalanan 3 dimensi waktu dalam lukisan Cocoon. Lukisan ini menggunakan material cat minyak pada kanvas. Dilukis secara

18

halus dan tidak memiliki tekstur timbul baik secara langsung, pada finishing atau pun teknik pelukisannya.

19

BAB II KAJIAN IKONOGRAFIS Kajian Ikonografi adalah tahapan kedua yang mengkaji makna sekunder atas karya seni lukis Cocoon. 1 Makna sekunder yang mencakup berbagai interpretasi imaji, cerita serta kiasan untuk membedakan antara tekstual den konteksual yang ditunjang dengan berbagai referensi kepustakaan yang menyangkut berbagai dimensi seperti: DIMENSI SPIRITUALITAS DAN TEOLOGIS Dari dulu hingga sekarang masih banyak orang yang menggunakan istilah teologis dan spiritualitas untuk menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan. Akan tetapi sekarang ini semakin disadari bahwa istilah itu sudah tidak memadai lagi. Karena istilah itu kerapkali dipahami secara keliru atau kurang tepat. Spiritualitas tentu jauh lebih luas ketimbang sekedar hal-hal yang disebutkan di atas. Spiritualitas tidak hanya menyangkut salah satu atau beberapa aspek dalam kehidupan beriman atau beragama, melainkan keseluruhan hidup beriman. Kata spiritualitas berasal dari kata Latin spiritus yang dapat diartikan sebagai roh, jiwa, sukma, nafas hidup, ilham, kesadaran diri, kebebasan hati, keberanian, sikap dan perasaan. Eka Darmaputera mengartikan spiritualitas itu dengan pengalaman agama (religious

1

Eddy Hadi Waluyo, Kuliah Applied Aesthetics ( Jakarta: FSRD, Trisakti, 2008 )

20

experience). Pengalaman berjumpa dengan Yang Illahi, Sang Maha Lain (the Wholly Other - Rudolf Otto), Sang Kudus (The Sacred - Emile Durkheim) sehingga menimbulkan suatu perasaan yang oleh Rudolf Otto dilukiskan sebagai mysterium fascinans et tremendum, suatu perasaan misterius yang susah dilukiskan karena ia merupakan campuran dari perasaan gentar namun juga penuh pesona yang amat memukau. 2 Oleh sebab itulah dimensi spiritualitas selalu dikaitkan dengan dimensi teologis bila mengacu pada ajaran agama tertentu. Lukisan Cocoon menyiratkan makna proses kehidupan manusia yang diawali pada layer pertama dengan pembentukan pribadi manusia dalam wujud jasmani dan rohani yang diciptakan Allah. Seperti dalam teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: "Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kej 2:7). 3 Allah juga menciptakan manusia sebagai pria dan wanita, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. Kepriaan dan kewanitaan adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama menurut citra Allah. Dalam kepriaan2 Eka Darmaputera: "Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar", dalam Jurnal Teologi dan Gereja PENUNTUN, vol. 3, no. 12 (Juli), Jakarta: Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat, 1997. 3 John Paul II, Discourse at the of Closing of Extraordinary Synod of Bishops, 7 December 1985, n. 6: AAS 78 (1986), 435. Terbitan ini merupakan publikasi terbatas milik Gereja Khatolik berkenaan dengan peluncuran Katekismus Gereja Khatolik yang disusun sehubungan dengan Konsili Vatikan II.

21

dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta. Dan begitu indahnya hikmah penciptaan manusia tertulis dalam ayatayat Al Quran sebagai berikut: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (Al Quran 23:12) ; Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak (Al Quran 30:20) ; Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (Al Quran 36:77) ; Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (Al Quran 77:20) ; Dari apakah Allah menciptakannya? (Al Quran 80:18) ; Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Al Quran 95:4) ; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (Al Quran 96:2) ; Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulangbelulang itu Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (Al Quran 23:14) 4 ; Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Al Quran 15:26) ; (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:

Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. (Al Quran 38:71) ;Muhammad Chirzin, Glosari Al Quran. Cetakan pertama ( Jogjakarta: Penerbit LAZUARDI, Juni 2003 ), 138-139.4

22

Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. (Al Quran 71:17). 5 Diteruskan akan hikmah indahnya hubungan pria wanita yang diciptakan untuk berpasang-pasangan: Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan (Al Quran 53:45) ; Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Al Quran 30:21). 6 Dan alur kehidupan pun akan mengembalikan manusia pada kodratinya kembali pada Penciptanya dalam bentuk material tanah: Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula) (Al Quran 39:30) ; Apakah kami setelah mati akan menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (Al Quran 50:3) ; Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)

5 6

Muhammad Chirzin, 643-644. Muhammad Chirzin, 262-263.

23

dalam kitab (Lauh Mahfuhz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah (Al Quran 35:11). 7 Layer kedua dan ketiga mengiringi perjalanan kehidupan manusia pria dan wanita menuju hakekatnya untuk saling melengkapi dan saling menghendaki satu sama lain, Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia" (Kej 2:18). Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej 2:19-20). Wanita yang Allah bentuk dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" (Kej 2:23). Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia. 8 Pria dan wanita diciptakan satu untuk yang lain, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan la menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi penolong satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (tulang dari tulangku), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Selayaknya dalam perkawinan Allah

mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka menjadi satu daging7 8

(Kej

2:24)

dan

dapat

meneruskan

kehidupan

manusia:

Muhammad Chirzin, 643. John Paul II, passim.

24

"Beranakcuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi" (Kej 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus. Ketika kita berbicara tentang kesempurnaan hakekat manusia baik sebagai pria maupun wanita, manusia di mata sang Pencipta tetaplah makhluk yang berdosa. Dalam sejarah manusia dosa itu lahir walaupun orang akan berusaha dengan sia-sia untk tidak melihatnya atau untuk mencoba memberikan nama lain pada kenyataan gelap ini. Dosa adalah penyalahgunaan kebebasan yang Allah berikan kepada makhluk yang berakal budi. Kitab Suci menunjukkan akibat-akibat dari ketidaktaatan pertama yang membawa malapetaka. Adam dan Hawa langsung kehilangan rahmat kekudusan asli. Tergoda oleh bujuk rayu setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati di dalam hatinya, menyalahgunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia. Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidaktaatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya. Dalam Adam seluruh umat manusia bersatu bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual. Karena kesatuan umat manusia ini, semua manusia terjerat dalam dosa Adam. Tetapi penerusan dosa asal adalah satu rahasia, yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. Namun melalui spiritualitas kita tahu bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asli untuk diri sendiri, tetapi untuk

25

seluruh kodrat manusia. Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakukan dosa pribadi, tetapi dosa ini menimpa kodrat manusia, yang selanjutnya diwariskan dalam keadaan dosa. Dosa itu diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan. Dengan demikian dosa asal adalah dosa dalam arti analog: ia adalah dosa, yang merupakan bawaan sejak lahir, tetapi bukan orang melakukannya, satu keadaan, bukan perbuatan. 9 Allah memang menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain dengan tujuan kudus mencapai kerukunan hidup yang dipenuhi oleh cinta kasih untuk berkembang biak, beranak cucu, dalam kapasitas saling mencintai, saling membutuhkan dan saling menghargai. Penyatuan manusia pria dan wanita, dapat disimbolkan dalam sebuah ikatan pernikahan monogami, merupakan proses imitas dalam citra sang Pencipta melalui gambaran manusia untuk menjadi banyak di muka bumi ini. Seperti tertulis dalam Kitab Efesus 5:31 dan mereka bukan lagi dua melainkan satu daging, demikian pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, untuk bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 10 Keinginan untuk bersatu antara pria dan wanita merupakan sebuah naluri alamiah sekaligus karunia terindah dari Allah yang terwujud dalam sebuah perasaan kepasrahan, penyerahan roh, jiwa, sukma, nafas hidup secara total dalam sebuah kesadaran diri pria wanita menjadi satu.

5 6

John Paul II, passim. John Paul II, passim.

26

Sehingga pada akhirnya gambaran konkret kesempurnaan sang Pencipta melalui pria dan wanita menjadi satu keutuhan, dwi tunggal. DIMENSI PSIKOLOGIS Psikologi berasal dari bahasa Yunani, kata psyche yang diartikan

sebagai jiwa dan kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi psikologi sering diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa. 11 Sedangkan manusia terdiri dari satu dalam jiwa dan badan ini adalah pribadi yang diciptakan menurut wujud jasmani dan rohani. Ilmu Psikologi juga mempelajari tentang perilaku atau aktivitasaktivitas manusia yang merupakan manifestasi dari kebutuhan psikis. 12 Dalam teori perilaku yang didasarkan pada dorongan (drive theory) dijelaskan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dasar atau drive tertentu dalam dirinya. Menurut Hull, dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, berkembang biak, bersosialisasi, dst. yang mengakibatkan terjadinya ketegangan dalam diri manusia ketika adanya dorongan untuk memenuhi suatu kebutuhannya. 13 Dikaitkan dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup berkembang biak atau meneruskan keturunan pada manusia juga sesuai dengan teori insting yang dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor

11. Bimo Walgito, Prof.Dr., Pengantar Psikologi Umum, Cetakan ke-1 ( Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1980 ),1. 12 Bimo Walgito, 10. 13 B.F. Hergenhahn, dan Olson, M.H., An Introduction of Theories of Learning. 5th Edition ( New Jersey: Prentice- Hall International Inc. 1997 ), passim.

27

psikologi sosial yang menyatakan bahwa insting merupakan perilaku bawaan yang dapat mengalami perubahan karena pengalaman. 14 Wacana mengenai hasrat (passion, desire) antara pria dan wanita selalu menjadi ide yang dapat dituangkan dalam berbagai literatur, seni pada khususnya, (seperti pada torehan garis-garis tebal dan kuat lukisan Cocoon) yang menyiratkan hadirnya ketegangan dalam pergolakan hasrat ketika insting saling ketertarikan pria terhadap wanita itu ada. Dan ketika kesatuan jiwa dan badan begitu mendalam, sehingga jiwa harus dipandang sebagai bentuk badan, artinya jiwa rohani menyebabkan, bahwa badan yang dibentuk dari materi menjadi badan manusiawi yang hidup. Dalam manusia, pria dan wanita bukanlah dua kodrat yang bersatu, melainkan kesatuan mereka membentuk kodrat yang satu saja menjadi sebuah proses saling menyempurnakan. 15 DIMENSI SOSIOLOGIS Dimensi sosiologis dan ilmu psikologi memiliki keterkaitan walaupun tidak secara langsung karena sama-sama mempelajari tentang manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di dalam kehidupan bermasyarakatnya. 16 Menurut Bourman: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hidup manusia dalam hubungan golongan. Ia mempelajari hubunganCarlson, N.R., Psychology: The Science of Behavior ( Boston: Allyn & Bacon Inc., 1987 ), passim. John Paul II, passim. 16 Bimo Walgito, 19.14 15

28

hubungan antara sesama manusia, sepanjang hal ini berarti bagi kita dalam memperdalam pengetahuan kita tentang perhubungan-perhubungan dalam masyarakat. Dalam hal ini yang terutama menarik perhatian kita ialah bentuk-bentuk pergaulan hidup, di mana perhubungan-perhubungan ini menunjukkan sifat yang kurang atau lebih kekal: pertamatama golongan-golongan dan penggolongan-penggolongan (bangsa, keluarga, perhimpunan, tingkatan, kelas, dan sebagainya)......................................................................................... Bagi ahli sosiologi tinggalah satu persoalan yang tidak dapat dimasukkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, yakni menyelami hakekat kerjasama dan kehidupan bersama dalam segala macam bentuk yang timbul dari perhubungan antar manusia dengan manusia. 17 Manusia sebagai makhluk sosial atau dengan dikenal dengan istilah homo sociale, memiliki kecenderungan untuk memiliki pola hidup

bermasyarakat yang saling membutuhkan dengan makhluk di luar dirinya sendiri. Karena manusia diciptakan sempurna dengan keahlian tertentu yang dimilikinya serta segala keterbatasannya yang indah maka dalam aspek kehidupan yang dijalaninya manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang saling melengkapi terutama dengan pasangan hidupnya. Insting atau naluri untuk memenuhi kebutuhan akan saling melengkapi inilah yang kemudian hari ditandai dengan adanya persamaan chemistry ketika manusia bertemu dengan sesama maupun lawan jenisnya. Tidak ada yang orang yang dapat mendefinisikan chemistry ini dengan definisi yang sama persis. Namun, pada

17

P.J. Bourman, Ilmu masyarakat Umum (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1953 ), 9.

29

dasarnya, daya tarik seksual adalah reaksi kimia yang terjadi antara dua orang yang memiliki energi sama besar dan saling tarik menarik. 18 Secara ilmiah, perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul antara dua orang yang berlainan jenis tidak terlepas dari peranan senyawa-senyawa kimia yang membentuk rasa cinta diantara keduanya. Salah satu senyawanya adalah senyawa feromon. Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya pembawa dan mone sensasi. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan dan akan aktif apabila yang bersangkutan telah cukup umur (baligh). Sifat dari senyawa feromon sendiri adalah tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah

18

Menciptakan Sexual Chemistry, http://www.conectique.com , 2008.

30

seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok. 19 Senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja layaknya inisiator atau pemicu dalam reaksi-reaksi kimia. Prosesnya adalah ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon yang kasat mata dan volatil, akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu vomeronasalorgan (VNO) yaitu organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Organ VNO ini terhubung dengan hipotalamus pada bagian tengah otak melalui jaringan-jaringan syaraf. Setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon atau tanggapan. Tanpa perlu menunggu lama hanya setiap sepersepuluh ribu detik, maka akan ada respon dari otak melalui perubahan psikologis tubuh manusia baik itu perubahan pada detak jantung (berdetak lebih kencang), pernafasan (beraturan atau tidak), temperatur tubuh (panas dingin), nafsu, peningkatan pada kalenjar hormon baik itu kalenjar keringat, dan kerja dari produksi hormon testoteron (pada laki-laki) atau hormon esterogen (pada wanita). Pada dasarnya proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Disini setelah senyawa feromon bertindak sebagaiSinly Evan Putra, Valenitnes Day dan Senyawa Feromon, http://www.kanvasdigital.net, 21 February 2007.19

31

inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamine, nenopinephrine, senyawa endropin, dan senyawa oksitosin. Senyawa-senyawa inipun akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa Endropin akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra diantara keduanya. 20 Dari paparan tentang chemistry di atas dapat diambil kesimpulan bahwa chemistry menyebabkan daya tarik menarik antara pria wanita dirasakan menjadi luar biasa karena adanya kesesuaian atau rasa sejalan yang ada dalam diri manusia pria wanita yang membuat dirinya merasa diterima apa adanya dalam sebuah lingkungan yang nyaman, terasa damai, membawa ketenangan lahir bathiniahnya. Maka sering kali membawa pada pernyataan kekaguman akan misteri Allah terhadap penciptaan manusia pria wanita, ketika mereka dua menjadi satu maka hampir tak nampak lagi perbedaan secara tegas akan sifat keduanya. Selayaknya sepasang suami isteri, saling memberikan warna dominan pada pasangannya sehingga mereka benar nampak sebagai satu dwitunggal. Sedangkan Perkawinan adalah institusi sosial masyarakat yang mengesahkan baik secara hukum agama maupun negara akan adanya keterikatan jasmani rohani secara monogami antara satu pria dan satu wanita yang nantinya akan20

Sinly Evan Putra, passim.

32

menghasilkan keturunan sebagai wadah perwujudan cinta kasih terbesar dari keduanya. Demikianlah sebuah keluarga menjadi dasar komunitas terkecil dalam suatu kehidupan bermasyarakat. DIMENSI ETIKA Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988) 21 dipaparkan makna kata etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos, dalam tiga pengertian, yaitu: 1) ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. K. Berten dalam bukunya Etka (Seri Filsafat Atmajaya: 15/1997: 6) mempertajam rumusan makna dalam kamus tersebut di atas, menyatakan kata etika bisa dipakai dalam tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara etika suku-suku Indian, etika agama Buddha, etika Protestan, maka tidak dimaksudkan sebagai ilmu, melainkan arti pertama tadi. Secara singkat arti ini bisa juga dirumuskan sebagai sitem nilai, dan boleh dicatat lagi, sistem nilai itu bisa berfungsi dalam hidup perorangan maupun pada taraf sosial. Kedua, etika21

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Depdikbud, 1988 ), 309.

33

berarti juga kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik, seperti Etika Rumah Sakit Indonesia. Ketiga, etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk. 22 Kata etika sangat dekat maknanya dengan kata moral. Kata moral yang berasal dari kosa kata bahasa Latin (berasal dari kata mos bentuk singular, mores bentuk jamak) yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) disamakan maknanya dengan kata etika. 23 Jika sekarang memandang arti kata moral, perlu disimpulkan bahwa artinya sama dengan etika menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dapat dikatakan, misalnya bahwa perbuatan seseorang tidak bermoral. Dengan itu dimaksudkan bahwa seseorang menganggap orang lain melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau mengatakan bahwa kelompok pemakai narkotika mempunyai moral yang bejat, artinya mereka berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya terdapat nada yang lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya, segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Di samping kata moralI Made Titib, Dimensi Etika dan Moralitas Masa Depan Kebangsaan Indonesia, http://www.dharmawacana.com, 2008. 23 Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Depdikbud, 1988 ), 754.22

34

seperti tersebut di atas, kita masih mendengar atau membaca istilah amoral dan immoral. Menurut K. Berten, kata amoral diartikan sebagai netral dari sudut moral atau tidak mempunyai relevansi etis, sedangkan immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik. Masih terkait dengan moral dan etika dan etiket. Etiket lebih menekankan pada sopan santun pergaulan, di samping berarti label. 24 Keintiman, cinta, seksualitas, dan erotisme merupakan hal-hal yang saling terkait satu dengan yang lain. Merupakan bentuk relasi terdekat antara manusia pria dan wanita yang melibatkan aspek psikologis, sosiologis dan termasuk juga aspek etika di dalamnya. Keintiman berjalan seiring dengan perubahan sosial dalam masyarakat. Sementara perubahan kondisi sosial merupakan basis dari semua bentuk relasi personal. Peradaban manusia ke arah modernitas perlahan mengubah sistem sosial, institusi-institusi sosial dan nilai-nilai sosial, serta berdampak pada perubahan relasi intim manusia. Terlebih-lebih kesetaraan gender yang mendapatkan ruang dalam realitas kehidupan sosial. Tanpa disadari, perkembangan keseharian semacam ini melahirkan sebuah revolusi keintiman, cinta dan seksualitas.25

Teori tentang keintiman, cinta dan seksualitas yang dikemukakan oleh Anthony Giddens terasa nyaman membentuk paradigma etika dalam hubungan relasi terdekat manusia antara pria dan wanita tersebut di atas. Yaitu konsep relasi tulus atau cinta murni yang merupakan relasi denganI Made Titib, passim. Anthony Giddens, Transformation of Intimacy: Sexualitas, Cinta dan Erotisme dalam Masyarakat Modern, (Cambridge: Polity Press, 2007), passim.24 25

35

dasar etika kesetaraan seksual dan emosional. Hubungan cinta murni semacam ini tidak lepas dari relasi cinta romantis yang merupakan perpaduan konsep relasi ideal sublime love (cinta luhur) dan kebebasan yang dibawa oleh passionate love (cinta penuh hasrat). 26 Prinsip etika di sini tidak semena-mena dibawa dalam kontekstualitas yang kaku seperti tertera secara tekstual dalam hukum pernikahan yang diatur oleh negara, agama atau pun adat istiadat, yang sejauh ini masih melibatkan unsur-unsur ras, suku, agama bahkan diferensiasi strata sosial serta gender. Melainkan etika memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai relasi keintiman, cinta, seksualitas sebagai sesuatu yang bersifat agung atau luhur, cinta yang membebaskan dan sama sekali bukan menjadikan pasangan sebagai objek selayaknya benda mati yang dapat serta-merta dimiliki, diperlakukan sesuai dengan ego dan pemuas kehendak diri sendiri yang menggunakan relasi hubungan terdekat antara pria wanita sebagai kedok tak bermoral belaka. DIMENSI BIOLOGIS Dimensi biologis meliputi anatomi dan fisiologi organ sex, hormon, saraf dan pusat peyatuannya di otak. Aspek biologis juga meliputi konsep tentang insting-insting reproduksi untuk mengabadikan perkawinan dan kelangsungan keturunan. 27 Kekuatan dimensi biologis pada lukisan Cocoon ini tersirat dalam hubungan syair dan lukisan: lukisan adalah syair dengan gambaran, dan syair adalah lukisan dengan perkataan. Syair tentang makna penyatuan diri manusia pria dan wanita dituangkan dalam seni lukisan26 27

Antony Giddens, passim. Bimo Walgito, 20.

36

Cocoon (kepompong) yang merupakan bagian terpenting dalam siklus kehidupan metamorfosis seekor kupu-kupu. Dari sekian banyak hewan yang ada di dunia ini, ada beberapa hewan yang hidupnya harus melewati beberapa tahapan berbeda sebelum menjadi dewasa. Tahapan tersebut bisa terlihat dari perubahan bentuk tubuh hewan. Tahapan-tahapan ini disebut juga dengan Metamorfosis. Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah Katak, Kupukupu dan serangga. Ada dua jenis metamorfosis yaitu metamorfosis tidak sempurna dan metamorfosis sempurna. Metamorphosis tidak sempurna umumnya terjadi pada hewan jenis serangga seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Mengapa dikatakan tidak sempurna adalah karena hewan tersebut hanya melewati 2 tahapan, yaitu dari telur menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa. Metamorphosis sempurna kebalikan dari metamorphosis tidak sempurna. Contoh proses metamorphosis sempurna terjadi pada katak dan kupu-kupu. 28 Mengulas tentang metamorfosis kupu-kupu, seekor satwa cantik bersayap yang hanya memiliki siklus hidup 4-6 minggu ini diawali dengan kupu-kupu yang bertelur, telur akan menetas menjadi (larva) ulat dalam waktu 6-12 hari. 29 Ulat tersebut akan mengalami pertumbuhan menuju tahap menjadi kepompong yang memakan waktu sekitar 3-4 minggu. Bagian terpenting dalam siklus kehidupan kupu-kupu adalah pada saat kepompongMetamorfosis pada Hewan, http://www.e-smartschool.com, 2006. Hilman Hilmansyah, Melihat Dari Dekat Penangkaran Kupu-Kupu, http://www.nakita.co.id, 2008.28 29

37

menunggu waktunya untuk menetas menjadi seekor kupu-kupu selama 3-4 minggu. Setelah usai menjalani tahapan tersebut, barulah kupu-kupu bersiap terbang ke alam bebas. Proses perubahan dari kepompong menjadi kupukupu merupakan proses rahasia yang sampai saat ini belum dapat diungkapkan dengan metode ilmu pengetahuan apapun. Ada hal menarik yang dapat diamati melalui proses metamorfosis kupu-kupu ini, bahwa pada saat proses pengeraman dari kepompong hingga menetas menjadi kupukupu terjadi transformasi dari fase kematian ke kehidupan, kematian seekor ulat yang membungkus dirinya dalam sebuah kepompong menuju kehidupan baru menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Dan keindahan warna kupu-kupu biasanya tergantung dari jenis pakan berupa daun atau tanaman yang dikonsumsi oleh ulat semasa siklus hidupnya. Kupu-kupu yang terbentuk dari ulat berpakan daun jeruk (jenis Papilioli) tentu berbeda dengan ulat yang pakannya sirsak (jenis Graphium). 30 Menarik persamaan dengan proses metamorfosis yang dialami oleh satwa cantik kupu-kupu di atas dan dikaitkan dengan kehidupan romantika manusia pria wanita, proses serupa namun tak sama pun terjadi pada diri manusia pria dan wanita yang bersatu dalam proses melangsungkan keturunan, melahirkan seorang anak manusia baru dengan kepribadian dan keutuhan yang serba baru pula. Memang ada beberapa gejala dan ciri fisik dari ayah atau ibu sebagai orangtua yang dibawa oleh si anak namun semuanya tetap menjadi satu pribadi manusia yang baru. Kematian non fisik, berupa ego pun terjadi pada manusia pria dan wanita pada saat keduanya30

Hilman Hilmansyah, passim.

38

mengambil sikap untuk saling menyerahkan diri secara total, maka keberanian untuk memadamkan kebebasan diri sendiri dan meleburkan diri dengan pasangannya menjadi syarat mutlak menuju kebaharuan hidup yang baru.

39

BAB III KAJIAN IKONOLOGIS Kajian Ikonologis atau kesimpulan adalah tahap ketiga atau terakhir dalam makalah ini. Tahap ini ditulis sebagai kajian atas makna intrinsik atau kandungan nilai-nilai simbolik yang terdapat pada karya seni lukis Cocoon yang melibatkan pendekatan psikologis serta pandangan dunia pengamat. Sebuah keindahan siklus kehidupan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah adalah ketika manusia diciptakan sebagai pria dan wanita, yang memiliki relasi hubungan intim, cinta, seksualitas dalam etika kesetaraan seksual serta emosional untuk saling berpasang-pasangan dan saling melengkapi, menyempurnakan dua menjadi satu kepribadian utuh sebagai citra dari sang Pencipta yang sebenarnya. Dan proses imitasi citra sang Pencipta hadir melalui peleburan dua insan pria wanita menjadi satu jiwa dan badan. Lukisan Cocoon yang sangat kuat interpretasi visual maupun berbagai makna sekunder yang terkandung di dalamnya membuat perenungan yang sangat dalam terhadap nilai-nilai relasi kehidupan manusia pria wanita akan keintiman, cinta dan seksualitas bagi yang melihatnya. Seperti perenungan yang terjadi dalam pengeraman kepompong untuk menetas menjadi seekor kupu-kupu, sebuah metamorfosis dari sebentuk ulat yang terlihat kurang sempurna menjadi sesuatu yang luar biasa indah dan semua orang melihatnya pun berdecak kagum, seekor kupu-kupu. Dalam dimensi kehidupan manusia yang hadir dalam dua pribadi berbeda pria dan wanita, akan mengalami proses penghayatan melebur menjadi satu kesempurnaan

40

yang mampu memupuskan segala ruang isolasi diri untuk berani memberikan penyerahan diri total satu terhadap yang lain. Semua hasrat, keindahan relasi hubungan manusia pria dan wanita, sebuah simbol kehidupan yang hidup terwakili oleh setiap tarikan garis yang kuat-tebal menjadi tipis-tegas, paduan warna biru dan coklat yang kerap terbagi dalam 3 layer dimensi waktu. Lukisan bercerita tentang indahnya syair kehidupan relasi keintiman manusia pria dan wanita penuh cinta dan penyatuan yang memberikan nafas hidup pada manusia baru lagi sebagai suatu karunia indah dari sang Pencipta. Indah sekali bila dapat memahami kutipan ini Apa yang kita sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang kita taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Sebuah proses transformasi non fisik dari mati menuju hidup, seperti manusia yang mematikan ego dirinya sendiri, menjadi manusia baru pada saat bersatu dengan pasangannya, peleburan menuju hakekat kesempurnaan kehidupan. Lukisan Cocoon menyiratkan makna kehidupan yang hidup dalam sebuah tampilan visual yang ekspresif. Nuansamatik dari gelora hasrat yang menggebu hingga sebuah keteduhan, ketenangan, kehangatan dapat dirasakan melalui penggambaran simbol relasi intim manusia pria dan wanita secara utuh. Makna entitas kehidupan, seperti dua sisi mata uang yang tak pernah terpisahkan : pria-wanita, mati-hidup, satu dalam dua ; jiwa dan badan.

41

Sudah saatnya kini manusia tidak berpaku hanya pada hal-hal yang bersifat material semata, melainkan kaidah-kaidah immaterial yang bersifat rohani atau bathiniah masih memerlukan banyak waktu untuk terus digali dan dimaknai sehingga pada akhirnya kelak mampu memperkaya khasanah jiwa kita sebagai manusia sekali pun melalui bahasa interpretasi dari sebuah karya seni lukis Cocoon.

42

KEPUSTAKAAN Bourman, P.J. Ilmu masyarakat Umum. Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1953. Carlson, N.R., Psychology: The Science of Behavior. Boston: Allyn & Bacon Inc., 1987. Chirzin, Muhammad. Glosari Al Quran, cetakan pertama. Jogjakarta: Penerbit LAZUARDI, Juni 2003. Darmaputera, Eka. "Agama dan Spiritualitas: Suatu Perspektif Pengantar", dalam Jurnal Teologi dan Gereja PENUNTUN, vol. 3, no. 12 (Juli). Jakarta: Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat, 1997. Giddens, Anthony. Transformation of Intimacy: Sexualitas, Cinta dan Erotisme dalam Masyarakat Modern. Cambridge: Polity Press, 2007. Hergenhahn, B.F. dan M.H. Olson. An Introduction of Theories of Learning. 5th Edition. New Jersey: Prentice- Hall International Inc. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1988. Paul II, John. Discourse at the of Closing of Extraordinary Synod of Bishops. 7 December 1985, n. 6: AAS 78 (1986), 435. Terbitan ini merupakan publikasi terbatas milik Gereja Khatolik berkenaan dengan peluncuran Katekismus Gereja Khatolik yang disusun sehubungan dengan Konsili Vatikan II. Walgito, Bimo Prof.Dr., Pengantar Psikologi Umum. Cetakan ke-1. Jogyakarta: ANDI OFFSET, 1980. Waluyo, Eddy Hadi, Kuliah Applied Aesthetics. Jakarta: FSRD, Trisakti, 2008.

43

Kepustakaan yang bersumber dari Internet:

Hilman Hilmansyah, Melihat Dari Dekat Penangkaran Kupu-Kupu, http://www.nakita.co.id, 2008. I Made Titib, Dimensi Etika dan Moralitas Masa Depan Kebangsaan Indonesia, http://www.dharmawacana.com, 2008. Menciptakan Sexual Chemistry, http://www.conectique.com , 2008.

Metamorfosis pada Hewan, http://www.e-smartschool.com, 2006.

Sinly Evan Putra, Valenitnes Day dan Senyawa Feromon, http://www.kanvasdigital.net, 21 February 2007.