finale luka bakar

Upload: pryta-widyaningrum

Post on 16-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agen termal, kimiawi, atau listrik. Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan kedalaman cedera luka bakar, persentase area permukaan tubuh yang terkena, dan keterlibatan bagian tubuh khusus.Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, derajat dua, dan derajat tiga1. Luka derajat satu hanya mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah hyperemia dan eritema, sedangkan luka derajat dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis disertai dengan lepuh dan atau edema dan juga basah, dan luka derajat tiga mengenai seluruh bagian epidermis dan dermis dan biasanya tampak sebagai luka yang kering1.Statistik menunjukan bahwa 60% luka bakar yang terjadi disebabkan karena kecelakaan rumah tangga, 20% kecelakaan kerja, dan 20% karena sebab-sebab lainnya2. Puncak insiden pasien dengan luka bakar adalah pada kelompok anak-anak usia di bawah 6 tahun, sedangkan puncak insiden kedua adalah pada kelompok usia 25-353. Insiden luka bakar umumnya terjadi pada kaum pria dan umumnya lebih sering melibatkan kelompok ekonomi yang kurang beruntung3.Luka bakar mempunyai dampak langsung terhadap perubahan lokal maupun sistemik tubuh yang tidak terjadi pada luka jenis lain. Pada pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan luka bakar memiliki masa perawatan yang lebih panjang dibandingkan dengan pasien dengan kasus luka lainnya. Hal ini dikarenakan mudahnya terjadi komplikasi berupa terjadinya infeksi, gagal ginjal, ARDS, multiple organ failure terutama pada luka bakar berat2.Pengetahuan tentang luas permukaan luka bakar amatlah penting, hal ini dikarenakan pokok-pokok tindakan pertolongan pada luka bakar ialah untuk mencegah atau untuk mengobati syok, mengurangi rasa sakit, dan mencegah infeksi. Apabila pernafasan buatan diperlukan, maka hal ini harus dikerjakan terlebih dahulu. Luka bakar harus dirawat secara terpadu dan ketat dari beberapa disiplin ilmu, di tempat yang mempunyai fasilitas tempat perawatan, laboratorium, kamar operasi yang memadai, dan tentunya SDM dengan kemampuan dan jumlah yang memadai2.Perawatan penderita luka bakar mungkin menampilkan banyak tantangan bagi para tenaga medis, kususnya para dokter. Dengan penerapan prinsip umum perawatan penderita trauma dan pengetahuan patofisiologi luka bakar, maka terapi dapat dilakukan dengan cara yang rasional dan tentunya memberikan prognosis yang lebih baik dan maksimal. Oleh sebab itulah referat ini kami susun, dengan harapan dapat membantu para pembaca, kususnya dari kalangan medis untuk lebih memahami tentang luka bakar sehingga dapat memberikan terapi pada kasus-kasus luka bakar secara rasional. Kami juga berharap referat ini dapat menambah wawasan masyarakat umum tentang luka bakar.

BAB IIISI

1. Anatomi dan Fisiologi KulitKulit terdiri dari 2 lapisan yaitu epidermis dan dermis, yang terletak diatas lemak subkutan (panniculus adiposus). Epidermis berasal dari ectoderm namun didalamnya terdapat melanosit dan sel Merkel (neural crest origin), serta Langerhans (bone marrow origin). Dermis berasal dari mesoderm dan mengandung kolagen, serat elastin, pembuluh darah, dan fibroblast.Kulit adalah organ dinamis yang selalu berganti dan memiliki siklus tersendiri. Tergantung kepada lokasi, jenis kelamin, dan usia, kulit memiliki variasi dalam ketebalan. Kulit paling tebal berada di telapak tangan dan kaki, sementara kulit tertipis ada di lipatan mata dan telinga belakang.

1.1. EpidermisEpidermis tidak mengandung pembuluh darah dan bergantung pada dermis untuk pemberian nutrisi dan pembuangan bahan sisa melalui difusi melalui dermoepidermal junction. Terdiri dari berlapis epitel berbentuk pipih yang terutama mengandung keratonosit.. Epiodermis memiliki beberapa lapis yaitu stratum germinativum/membrane basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum korneum.

1.1.1. KeratinositKeratinosit membelah dan berdifensiasi di lapisan membrane basalis dan semakin lama naik ke lapisan permukaan. Pada stratum korneum, keratinosit sudah berdifierensiasi sempurna. Keratinosit berfungsi sebagai pelindung dari lingkungan luar.

1.1.2. MelanositMempunyai fungsi utama untuk menghasilkan pigmen melanin yang menyerap energi radiasi dan meloindungi kulit dari radiasi ultraviolet. Produksi melanin dipengaruhi oleh paparan matahari, melanocyte-stimulating hormone (MSH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), estrogen, dan progesterone yang merangsang produksi melanin.1.1.3. LangerhansDitemukan pada bagian basal, spinous, dan lapisan granulasi epidermis. Berfungsi sebagai APC (Antigen Presenting Cell).1.1.4. MerkelSel Merkel berfungsi sebagai persepsi dari rangsangan sentuh ringan.

1.2. DermisFungsi utama dermis adalah untuk mempertahankan dan mendukung epidermis. Dermis dibagi 2 lapisan, yaitu superficial papillary dermis dan deeper reticular dermis. Dermis papilaris lebih tipis, mengandung jaringan ikat longgar, kapiler, serat elastin, serat reticuler, dan kolagen. Dermis retikularis mengandung jaringan ikat dengan pembuluh darah besar serat elastin, dan kolagen.Fibroblas adalah sel terbanyak di dermis. Sel ini memproduksi prokolagen dan serat elastin. Prokolagen akan diproses oleh proteolitik untuk menjadi kolagen. Serat elastin berfungsi untuk menahan tekanan dan mempertahankan bentuk kulit dalam bentuk istirahat. Area dari kerusakan kutis dibagi dalam 3 zona, yaitu :1. Zona koagulasi : area nekrotik dengan kerusakan jaringan yang ireversibel pada saat perlukaan,2. Zona statis : area jaringan dengan penurunan perfusi, yang bisa bertahan ataupun menjadi nekrotik. Pada zona ini, berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah,3. Zona hiperemis : dikarakteristikan dengan vasodilatasi sebagai akibat inflamasi dan tidak berisiko menjadi nekrosis.

2. PatofisiologiLuka bakar menyebabkan nekrosis koagulatif dari epidermis dan jaringan dibawahnya. Derajat kedalaman tergantung pada temperature dan lama kontak. Penyebab luka bakar bisa karena api, cairan panas, kontak dengan benda panas/dingin, zat kimia, dan aliran listrik. Tiga penyebab diawal menyebabkan kerusakan seluler dan nekrosis koagulatif. Zat kimia dan listrik menyebabkan kerusakan langsung membran sel bersamaan dengan transfer panas.Perubahan sistemik :1. Inflamasi dan edemaLuka bakar menyebabkan pelepasan mediator inflamasi baik pada luka atau pada jaringan lain. Mediator ini menimbulkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan edema local. Dengan penurunan tekanan plasma onkotik dan peningkatan tekanan onkotik interstitial, terbentuk edema terutama pada jaringan yang terbakar.Sel mast pada jaringan yang terbakar melepaskan histamine dalam jumlah besar, yang menyebabkan pembentukan ruang pada intercellular junction. Penggunaan antihistamin memiliki kesuksesan yang terbatas. Platelet yang beragregasi melepaskan serotonin. Serotonin meningkatkan resistensi vascular paru-paru dan secara tidak langsung memperburuk efek vasokonstriksi. Agen ini juga menurunkan konsumsi oksigen setelah kejadian. Anti serotonin mengurangi edema pada bintang percobaan. Pemberian vitamin C membantu karena efek anti inflamasi yang dimiliki.Tromboxan A2 mempunyai peranan dalam permeabilitas dan pergeseran cairan. Zat ini menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet pada luka, menyebabkan zona statis meluas.Cardiac output menurun karena penurunan volum darah dan peningkatan kekentalan darah, sementara terjadi penurunan kontraksi otot jantung.

2. Pengaruh pada sistem renal Penurunan cardiac output dan volum darah menyebabkan penurunan aliran derah ginjal dan glomerular filtratuin rate (GFR). Madiator-madiator lain juga berperan menurunkan aliran darah ke ginjal, seperti angiotensin, aldosteron dan vasopressin. Efek ini menyebabkan oliguria yang jika tidak ditangani akan menjadi gagal ginjal. Resusitasi awal menurunkan risiko gagal ginjal.

3. Pengaruh pada sistem GITRespon GIT terhadap luka bakar adalah mukosa atrofi, perubahan fungsi absorpsi, dan peningkatan permeabilitas usus. Atrofi mukosa terjadi dalam 12 jam setelah kejadian. Hal ini bergantung pada luas luka bakar dan kematian sel epitel (apoptosis). Luka bakar juga menyebabkan penurunan penyerapan glukosa dan asam amino, asam lemak. Umumnya fungsi kembali normal dalam 48-72 jam.Peningkatan permeabilitas usus meningkat setelah luka bakar. Peningkatan ini menjadi lebih parah jika luka telah terinfeksi dan sejalan dengan luasnya kematian sel epitel (apoptosis).

4. Pengaruh pada sistem imunLuka bakar menyebabkan penurunan fungsi imun, yang ditandai dengan lamanya allograft skin pada luka. Penurunan fungsi imun ini terjadi pada semua bagian imun, termasuk aktivasi neutrofil, makrofag, limfosit T dan B. Produksi makrofag menurun, berhubungan dengan regulasi negative spontan dari pertumbuhan myeloid. Jumlah neitrofil meningkat pada luka bakar. Namun neutrofil tersebut mengalami disfungsi yang disebabkan oleh defisiensi ekspresi CD11b/CD18 setelah stimulasi inflamasi. Setelah 48-72 jam jumlah neutrofil menurun.Penurunan fungsi T-helper berhubungan dengan polarisasi dari IL-2 dan interferon- cytokinebased T-helper 1 (TH1). Semakin meningkat polarisasi yang terjadi, semakin tinggi tingkat kematian.

5. HipermetabolismeHipermetabolisme dikarakteristikan dengan takikardi, peningkatan cardiac outpit, peningkatan pemakaian energy, peningkatan konsumsi oksigen, proteolisi dan lipolisis. Hal ini terjadi setelah luka bakar berat dan resusitasi. Hipermetabolisme ini dapat terjadi selama berbulan-bulan dan menyebabkan penurunan berat badan. Perubahan metabolism ini disebabkan oleh pelepasan hormone katabolic, seperti katekolamin, glukokortikoid, dan glucagon.

3. Perjalanan PenyakitBerdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :1.Fase akutPada fase ini masalah yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.2.Fase sub akutFase ini berlangsung setelah syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.3.Fase lanjutFase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

4. Klasifikasi luka bakarUntuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :

1.Berdasarkan penyebaba.Luka bakar karena apib.Luka bakar karena air panasc.Luka bakar karena bahan kimiad.Laka bakar karena listrike.Luka bakar karena radiasif.Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2.Berdasarkan kedalaman luka bakara.Luka bakar derajat I-Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis-Kulit kering, hiperemi berupa eritema-Tidak dijumpai bulae-Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi-Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b.Luka bakar derajat II-Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.-Dijumpai bulae.-Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.-Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :Derajat IIdangkal(superficial)1.Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.2.Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.3.Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.Derajat II dalam (deep)1.Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.2.Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.3.Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.c.Luka bakar derajat III1.Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.2.Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.3.Tidak dijumpai bulae.4.Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.5.Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.6.Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.7.Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

3.Berdasarkan tingkat keseriusan lukaAmerican Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:a.Luka bakar mayor1.Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.2.Luka bakarfullthicknesslebih dari 20%.3.Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.4.Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.5.Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.b.Luka bakar moderat1.Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.2.Luka bakarfullthicknesskurang dari 10%.3.Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.c.Luka bakar minorLuka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)adalah :1.Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.2.Luka bakarfullthicknesskurang dari 2%.3.Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.4.Luka tidak sirkumfer.5.Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakarDalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :1.Rule of nineKepala dan leher : 9%Dada depan dan belakang : 18%Abdomen depan dan belakang : 18%Tangan kanan dan kiri : 18%Paha kanan dan kiri : 18%Kaki kanan dan kiri : 18%Genital : 1%

2.DiagramPenentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:

LOKASIUSIA (Tahun)

0-11-45-910-15DEWASA

KEPALA191713107

LEHER22222

DADA & PERUT1313131313

PUNGGUNG1313131313

PANTAT KIRI2,52,52,52,52,5

PANTAT KANAN2,52,52,52,52,5

KELAMIN11111

LENGAN ATAS KA.44444

LENGAN ATAS KI.44444

LENGAN BAWAH KA33333

LENGAN BAWAH KI.33333

TANGAN KA2,52,52,52,52,5

TANGAN KI2,52,52,52,52,5

PAHA KA.5,56,58,58,59,5

PAHA KI.5,56,58,58,59,5

TUNGKAI BAWAH KA555,567

TUNGKAI BAWAH KI555,567

KAKI KANAN3,53,53,53,53,5

KAKI KIRI3,53,53,53,53,5

5. Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase AkutPertolongan pertama : 41. Jauhkan dari sumber trauma2. Bebaskan jalan napas contoh:buka baju,lender dihisap,trakeostomi3. Resusitasi pernapasan4. Perbaiki sirkulasi dengan pemasangan infuse Nacl atau RL5. Terbakardi ruangan tertutup,prasangka keracunan CO diberikan O2 murni6. Trauma asam basa bilas dengan air mengalir terus menerus

1. Evaluasi Pertama (Triage)A. Airway,Breathing,CirculationPrioritas pertama pada penderita luka bakar adalah A,B,C.Apabila perlu lakukan pemasangan intubasi endotrakeal dan pemasangan infus.Tidak lupa untuk melakukan stabilisasi cervical spine.2

B. Pemeriksaan fisik lengkapPemeriksa memakai sarung tangan,bebaskan penderita dari baju yang terbakar,penderita luka baker juga dapat megalami trauma lain misalnya bersamaan dengan trauma kapitis,trauma thoraks,trauma abdomen dan trauma lainnya.

C. AnamnesisPenting untuk mengetahui mekanisme trauma,apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.Kapan kejadiannya terjadi dan ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya.

D. Pemeriksaan Luka Bakar.Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka baker berat,sedang atau ringan. Tentukan luas luka bakar.Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya. Tentukan derajat kedalaman luka bakarnya

2. Penanganan di ruang Emergencya) Diwajibkan memakai sarung tangan STERILb) Bebaskan pakaian yang terbakarc) Pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruhd) Membebaskan jalan napas.e) Pemasangan intravenous catheter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp vein.Diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50cc/jam untuk dewasa dan 20-30cc/jam untuk anak-anak diatas 2 tahun dan 1cc/kg/jam untuk anak di bawah 2 tahun.f) Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk memonitor jumlah produksi urin.Dicatat jumlah urin per jam.g) Pemasangan Nasogstric Tube untuk dekompresi lambung dengan pengisapan intermitten.h) Nyeri hebat diberikan morvin intravena jangan secara intramuskuler.i) Timbang berat badan.j) Diberikan Tetanus Toxoid bila diperlukan terutama bila penderita belum pernah mendapatkan atau booster dalam 5 tahun terakhir.k) Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum.Luka dicuci,debridement dan didesinfeksi dengan savlon 1:30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal.Pada hari ke-5 kasa dibuka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30l) Eskarotomi dan fasiotomi/insisi relaksasi dilakukan pada penderita luka bakar derajat II dalam dan derajat III pada tangan,leher,dan penis. Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi ketegangan pada daerah luka bakarnya.

Penanganan PernapasanTrauma inhalasi merupakan faktor yang memiliki korelasi tertinggi dengan angka kematian.Kematian pada trauma inhalasi terjadi dalam waktu 8-24 jam pertama pasca kejadian.Angka kematian karena trauma inhalasi berkisar 45-78%.Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau jika luka bakar mengenai daerah wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas,asap, atau uap panas yang terhisap.Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.2Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut. Riwayat terjebak dalam ruang tertutup. Sputum tercampur arang Luka bakar perioral,termasuk hidung,bibir,mulut,atau tenggorokan. Penurunan kesadaran termasuk confusion Terdapat tanda distress pernapasan seperti rasa tercekik,tersedak,malas bernapas,wheezing,rasa tidak nyaman pada mata dan tenggorokan yang menandakan adanya iritasi mukosa Takipnea dan kelainan auskultasi seperti krepitasi atau ronchi Adanya sesak napas atau hilangnya suara

Bila ada 3 tanda/gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.

Pengelolaan utama pada smoke inhalation injury berupa: Menjamin jalan napas agar terbuka Pembersihan saluran napas yang agresif Stabilisasi status hemodinamik

Tatalaksana penderita tanpa distress pernapasan: 21) Intubasi dengan pipa endotrakeal yang berukuran besar agar dapat dilakukan bronchial toilet dan bronchoscopy dengan mudah.2) Pemberian oksigen 2-4 liter/menit3) Penghisapan sekret secara berkala4) Humidifikasi dengan nebulizer5) Pemberian bronkodilator(Ventolin inhalasi)6) Pemantauan tanda dan gejala distress pernapasanA. Gejala subjektif: gelisah, sesak napasB. Gejala objektif: frekuensi pernapasan (>30 kali/menit),sianotik,stridor,aktivitas otot pernapasan tambahan,perubahan nilai AGD 8 jam pertama pasca kejadian,infiltrate paru baru ditemukan >24 jam hingga 4-5 hari .C. Pemeriksaan:1. Analisa gas daraha. saat resusitasi(pertama kali)b. 8 jam pertamac. 24 jam pasca kejadiand. selanjutnya sesuai kebutuhan2. Foto thoraks 24 jam pasca kejadian.foto thoraks yang diambil segera setelaj kejadian seringkali normal,kelainan baru terlihat setelah 24-36 jam kemudian berupa patchy atelectasis.3. Pemeriksaan radiologik(foto thoraks) dilakukan bila ada masalah pada jalan napas4. Posisi penderita duduk/setengah duduk,dirawat di bed observasi5. Pelaksanaan di bed instalasi gawat darurat

Penanganan sirkulasiPada luka bakar berat terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti ekstravasasi cairan sehingga terjadi hipovolemik intravaskuler dan edema interstitial. Volume untravaskular mengalami defisit sehingga akan menimbulkan syok.Penatalaksanaan syok dengan menggunakan resusitasi cairan konvensional dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat,menunjukan perbaikan prognosis,derajat kerusakan jaringan diperkecil,hipotermi dipersingkat,dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostik terhadap angka mortalitas.2

Pada penanganan perbaikan sirkulasi luka bakar dikenal beberapa formula berikut: Evans formula Baxter formula Brooke formula Parkland formula

BAXTER formula:2Hari PertamaDewasa:Ringer Laktat 4ccx BB x% luas luka bakar per 24 jamAnak : Ringer Laktat :Dextran=17:3(2ccx BB x % luas luka bakar ) + kebutuhan faali

Kebutuhan faali :50%). Dengan bedah laser, peredaran darah ke luka parut dikurangi sehingga luka parut lebih fleksibel dan tidak eritema. Dengan cryoterapi, terjadi gangguan mikro sirkuler sehingga terjadi kerusakan pada fibroblas yang membentuk luka parut. Biasanya pendekatan bedah dikombinasikan dengan terapi lain seperti kortikosteroid, medikamentosa lain, dan terapi biofisika seperti kompresi.Pemberian lembaran gel silicon yang difiksasi dengan karet dan dipakai selama beberapa bulan untuk memertahankan hidrasi dapat meningkatkan maturasi luka parut dan mengurangi hipertrofi.Untuk terapi farmakologis, dapat diberikan NSAID, antihistamin, kortikosteroid, danprotein kinase C inhibitor. NSAID bekerja dengan cara inhibisi IL-1 dan prostanoid yang menstimulasi fibrosis. Antihistamin seperti dopexin mengatasi pruritus yang terjadi dan menghambat agen-agen proliferative pada jaringan. Penyuntikan steroid dapat membuat luka parut mengalami involusi, mengurangi angiogenesis, dan menginhibisi sintesa kolagen dan sintesa protein matriks ekstraselular, tetapi prosesnya menyakitkan dan dapat terjadi penipisan jaringan sekitar tempat penyuntikan, absorpsi sistemik, dan luka parut rekuren.Jaringan parut dapat berkembang menjadi kontraktur kulit yang dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis berat. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi ekstensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah dengan flap atau skin graft.Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi, terutama jika cacat mengenai wajah atau tangan.

2. Komplikasi Renal

Padapasien luka bakar, kondisi hipovolemia, nekrosis jaringan masif, sepsis atau bakteremia, dan kondis ihiperkatabolik, dapat menyebabkan nekrosis tubulus dan gagal ginjal akut.Untuk mencegah terjadinya komplikasi renal seperti gagal ginjal akibat nekrosis tubular, harus segera dilakukan resusitasi cairan dan kontrol keseimbangan elektrolit. Pada tahap awal ( 0-36 jam setelah kejadian ), terjadi penurunan natrium dan peningkatan kalium sehingga harus segera diberikan cairan dan dilakuakan tindakan untuk menurunkan kadar kalium. Untuk mengurangi efek kalium dalam membrane selular, diberikan kalsium klorida 10% sebanyak 10 ml dalam 10 menit. Untuk transfer dari kalium ekstrasel ke intrasel, dapat diberikan natrium bikarbonat sebanyak 50-100 mEq selama 5-10 menit. Untuk mengeluarkan kalium dari dalam tubuh dapat diberikan diuretic atau hemodialisis pada kasus berat.Keseimbangan elektrolit, urine output, dan EKG harus senantiasa dipantau untuk memonitor keberhasilan resusitasi. Walaupun telah dilakukan resusitasi, kegagalan dapat terjadi akibat usia ekstrem, keterlambatan resusitasi, luka bakar masif, trauma inhalasi, sirosis, penyakit jantung, dan gagal ginjal.Resusitasi dapat ditambahkan dengan dopamine dosis rendah, digitalis, vasodilator (nitroprusside, hydrazaline), beta blocker, calcium channel blocker, dan diuretic sesuai dengan kondisi pasien.Setelah diagnose nekrosis tubulus akut ditegakkan, tidak ada terapi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Maka dasar dari terapi yaitu nutrisi klinis dan hemodialisis atau hemofiltrasi.Untuk nutrisi klinis diberikan glukosa untuk inhibisi lipogenesis dan katekolamin, serta mengurangi konsumsi oksigen serta produksi karbondioksida tubuh. Hemodialisis dengan continuous renal repalcement therapy (CRRT) atau hemofiltrasi dilakukan atas indikasi gagal ginjal yang terjadi bersifat oliguria dan terdapat myoglobinuria masif.

12. RehabilitasiTahap rehabilitasi tidak dimulai setelah terapi selesai diberikan, melainkan dimulai sejak tahap mangemen akut. Terapi rehabilitasi yang diberikan dapat berupa fisioterapi, terapi okupasi, serta terapi psikis. Fisioterapi pada awalnya penting untuk mengatasi permasalahan pulmonal dan selanjutnya penting untuk mobilisasi dan mengembalikan kekuatan pasien. Pasien dengan kontraktur dilatih untuk melakukan gerak aktif dan pasif untuk mempertahankan fungsi resistif, peregangan, kekuatan, serta ambulasi. Sementara terapi okupasi penting untuk manajemen luka parut. Selain itu, psikolog klinis atau psikiater juga berperan penting untuk membantu mengatasi trauma psikis yang signifikan pada pasien luka bakar. Pembedahan rekonstruktif yang kecil sekalipun dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien, terutama bila luka bakar terdapat pada daerah wajah dan tangan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang baik, dibutuhkan kerjasama yang baik antara berbagai disiplin untuk merawat pasien luka bakar.

BAB IIIKESIMPULANLuka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat kompleks dan memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, diantaranya adalah faktor penderita, faktor pelayanan petugas medis, faktor fasilitas perawatan, dan faktor cedera itu sendiri. Dalam menangani kasus luka bakar, ada baiknya kita memahami lebih dahulu fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, dan luas luka bakar. Seperti pada penanganan pada kasus trauma lainnya, pada penanganan luka bakar haruslah ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena sangat menentukan perjalanan penyakit ini selanjutnya.Dalam referat ini telah kami uraikan bagaimana tata cara penatalaksanaan yang bisa dipakai sebagai pedoman dalam menanggulangi kasus luka bakar pada fase akut. Kami berharap referat ini benar-benar dapat memberikan gambaran dan informasi pada kasus luka bakar secara utuh, senhingga para pembaca, kususnya yang bekerja pada bidang medis, ke depannya dapat menangani kasus luka bakar dengan lebih teliti dan lebih sistematik sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Daftar Pustaka

1. James J.Gallagher,Steven E.Wolf,David N.Herndon. Burns. Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. Saunders. 20072. Noer, Sjaifuddin M; Saputro, Iswinarno Doso; etc. Penanggulangan Luka Bakar. Airlangga University Press. 20063. Schwartz, Seymour I, Shires, G. Tom; etc. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta; EGC, 2000.4. http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview#a15. Reksopoadjo,Soelarto,dkk.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Binarupa Aksara.Jakarta:19956. Winkipedia http://id.m.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar7. Kusman Ambar Pamungkas.Luka bakar. Dapat diunduh di : http://medicastore.com/penyakit/987/Luka_Bakar.html pada 28 April 2011 pukul 14.43