laporan sektor unggulan 497 kabupaten kota di indonesia-libre

226
i Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta Laporan 2014

Upload: cicik-r-wati

Post on 17-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Potensi Sektor unggulan di Indonesia oleh World Bank

TRANSCRIPT

  • i

    Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia

    Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta

    Laporan 2014

  • ii

    halaman ini sengaja dikosongkan

  • iii

    Peta Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota di Indonesia

    Tim Penyusun:

    Akhmad Akbar Susamto

    Ma uful Musthofa

    Amiadji Nur Kamil

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syuku atas kehadi at Allah u ha ahu Wataala sehi gga lapo a Pe etaa

    Sektor Uggulan 49 Ka upate /Kota I do esia i i dapat dipu likasika . Sesuai dengan UU

    Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,

    pemerintah pusat baik itu pemerintah pusat maupun daerah memiiki kewenangan untuk

    mengelola pembangunan daerah masing-masing.

    Sesuai dengan hal tersebut, laporan ini disusun dalam rangka memetakan sektor

    unggulan 467 kabupaten/kota Indonesia berdasarkan sektor pembentuk PDB yang terdiri dari

    9 sektor. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dalam

    menentukan arah kebijakan pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.

    Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut mendukung atas

    terselesainya laporan ini.

    Semoga Laporan Ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Selamat Membaca.

    Yogyakarta, 10 Juni 2014

    Akhmad Akbar Susamto

    Koordinator KKDSI UGM

  • v

    RANGKUMAN EKSEKUTIF

    embangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan daerah dan

    pertumbuhan ekonomi daerah dari negara tersebut. Pembangunan dan

    pertumbuhan daerah tidak terlepas dari karakteristik serta spesifikasi wilayah

    tersebut. Pembangunan daerah tersebut sangat bergantung sejauh mana pemerintah daerah

    dapat mengelola sumber daya dan potensi lokal daerah tersebut serta memecahkan

    permasalahan yang terjadi di wilayahnya. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

    yang berbeda-beda tiap wilayah terkait erat dengan peranan sektoral yang mempengaruhi

    pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perbedaan potensi dan keunggulan antara satu daerah

    dengan daerah yang lainnya menjadikan sangat penting bagi setiap daerah untuk mengetahui

    seberapa besar sektor-sektor yang ada dalam kontribusi terhadap PDRB daerah tersebut,

    sehingga dapat menyusun dan membentuk kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan serta

    potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

    Laporan ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor perekonomian yang menjadi

    sektor unggulan 497 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Pemetaan ini dilakukan secara

    kuantitatif dengan menggunakan teori basis ekonomi atau sektor unggulan serta dengan

    menggunakan alat analisis Static Symetric Location Quatient (SLQ) dan Dinamic Symetric

    Location Quation (DSLQ). Sektor sektor perekonomian yang menjadi acuan dalam laporan ini

    adalah sektor-sektor pembentuk PDRB di Indonesia, antara lain Pertanian, Peternakan,

    Kehutanan dan perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas,

    dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi;

    Keuangan, Real Estate, dan Jasa-jasa.

    Berdasarkan pemetaan sektor unggulan terhadap kabupaten atau kota di seluruh

    Indonesia, secara keseluruhan sektor unggulan di kabupaten atau kota di Pulau Jawa

    didominasi oleh sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor listrik, gas,

    dan air bersih;dan sekor konstruksi. Untuk kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sumatera

    P

  • vi

    (termasuk Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung) sektor unggulan daerah

    didominasi sektor pertanian; dan sektor konstruksi. Untuk wilayah kabupaten atau kota yang

    berada di Pulau Kalimantan sektor unggulan sebagain besar terdapat di sektor pertanian;

    sektor pertambangan dan penggalian dan sektor konstruksi. Sektor unggulan di wilayah

    kabupaten atau kota di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara antara lain paling banyak

    dalam sektor pertanian dan sektor konstruksi. Kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sulawesi

    didominasi kategori unggulan untuk sektor pertanian dan sektor konstruksi. Untuk wilayah

    kabupaten dan kota di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku, kategori unggulan paling banyak

    terdapat pada sektor pertanian dan sektor konstruksi.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar iv

    Rangkuman Eksekutif v

    Daftar Isi vii

    Pendahuluan 1

    Kerangka Teori dan Metodologi 3

    Pemetaan Masing-masing Sektor Pembentuk PDB 7

    1. Sektor Pertanian 8

    2. Sektor Manufaktur 25

    3. Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 41

    4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 57

    5. Sektor Pertambangan dan Penggalian 73

    6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 91

    7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 112

    8. Sektor Konstruksi 126

    9. Sektor Jasa-Jasa 141

    Kesimpulan 156

    Daftar Pustaka 157

    Lampiran 160

    Tentang Penulis 217

  • 1

    PENDAHULUAN

    embangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi suatu

    negara. Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi yang

    melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan

    pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta usaha pengentasan kemiskinan yang

    bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Todaro, 2000). Pembangunan

    diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita sehingga diharapkan dapat

    mengurangi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Oleh

    karena itu strategi dalam pembangunan ekonomi dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta

    meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

    Dalam proses pembangunan ekonomi daerah, tidak terlepas dari pembangunan

    ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang dilakukan

    oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola

    kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru dan

    perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah

    dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi

    ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut (Arsyad, 1999).

    Pemerataan dalam pembangunan daerah tersebut terwujud dengan adanya otonomi

    daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999

    tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun

    2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan

    undang-undang tersebut, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam

    merancang dan mengelola program pembangunan sesuai dengan keinginan dan sumberdaya

    yang dimiliki oleh daerah setempat.

    Salah satu indikator dalam kemajuan perekonomian daerah dapat dilihat dari

    pertumbuhan ekonomi agregat yang dihitung dari Produk Domestk Bruto (PDB) dari tingkat

    pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila suatu sektor memiliki kontribusi yang relatif besar

    P

  • 2

    dan pertumbuhannya sangat lambat, maka dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara

    agregat. Sebaliknya apabila suatu sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar

    terhadap total perekonomian maka sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi

    sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat.

    Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2005-2012* (%)

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2014)

    Indonesia masuk dalam 20 negara dengan PDB terbesar di dunia, sehingga

    menempatkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia1. Besarnya

    PDB tersebut didukung oleh berkembangnya sektor-sektor pembentuk PDB Indonesia. Dilihat

    dari laju pertumbuhan PDB, dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi

    Indonesia stabil dikisaran angka 5-6 persen pertahun. Sementara laju pertumbuhan terbesar

    didukung oleh sektor jasa yang mengalami pertumbuhan hingga 8,3 persen pada tahun 2011

    dan industri sekitar 6 persen2. Dalam hal ini setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-

    beda disebabkan karena perbedaan geografis dan sumberdaya yang beraneka ragam. Oleh

    1 Worldbank mencatat PDB Indonesia 2012 sebesar US$ 878,043 yang berada pada posisi 16

    terbesar didunia.

    2 Sektor industri: sektor industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; dan sektor konstruksi,

    sedangkan sektor jasa meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan

    dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

    5.69 5.5

    6.356.01

    4.63

    6.226.49 6.26

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*

    Primer Industri Sektor Jasa PDB* angka sementara

  • 3

    karena itu perlu pendekatan dalam menganalisis sektor unggulan masing-masing daerah.

    Laporan ini disusun untuk memetakan sektor unggulan masing-masing daerah seluruh

    kabupaten dan kota di Indonesia dengan tujuan agar sektor-sektor yang menjadi unggulan

    dalam penyumbang perekonomian daerah dapat dikelola secara maksimal karena sektor

    unggulan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor lainnya

    KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI

    Pertumbuhan ekonomi daerah ditunjukkan dengan peningkatan PDRB secara agregat.

    PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang ada dari seluruh sektor

    perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitugan PDRB

    berdasarkan metode produksi pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)

    dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen yang termasuk nilai tambah

    bruto mencakup komponen faktor pendapatan yakni upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan

    keuntungan, penysutan, dan pajak tidak langsung. Jadi dengan menghitung nilai tambah

    bruto dari masing-masing sektor kemudian dijumlahkan akan menghasilkan PDRB. Sektor-

    sektor pembentuk PDRB di Indonesia mencakup sembilan sektor yaitu:

    1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

    2. Pertambangan dan Penggalian

    3. Industri Pengolahan

    4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

    5. Konstruksi

    6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

    7. Pengangkutan dan Komunikasi

    8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

    9. Jasa-Jasa dan Lainnya

    Teori basis ekonomi atau sektor unggulan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harry

    W. Richardson (1983) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

    daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar. Arsyad, 1999

    menjelaskan bahwa pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk

    tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan keunggulan daerah dan

  • 4

    penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan

    mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada

    sektor yang sama dengan daerah lain. Pada dasarnya sektor basis (sektor unggulan) harus

    dikaitkan dengan bentuk perbandingan baik itu dalam skala internasional, nasional, maupun

    regional. Pada lingkup internasional suatu sektor dikatakan unggul jika mampu bersaing

    dengan sektor yang sama dengan negara lain, sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor

    dapat dikategorikan unggulan apabla di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang

    sama yang dihasilkan oleh wilayah lain dipasar nasional maupun domestik (Fachrurrazy, 2009).

    Data-data yang digunakan untuk mengetahui output pada sektor-sektor

    perekonomian adalah data PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun

    2000 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang diperoleh dari data Worldbank.

    Sementara, alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor unggulan daerah adalah

    dengan menggunakan gabungan antara analisis Static Location Quatient (LQ) dan Dinamic

    Location Quation (DLQ) Metode SLQ digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-

    sektor disuatu wilayah tertentu. SLQ merupakan perbandingan antara besarnya peran suatu

    sektor di satu daerah terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas

    (Kuncoro, 2004). Untuk Menghitung Nilai SLQ formula yang digunakan adalah sebagai berikut: = / dimana:

    = PDRB sektor i di kabupaten/kota j = total PDRB di kabupaten/kota j = PDRB nasional di sektor i = total PDRB nasional Nilai i deks de ga e ta g a ta a SLQij . Berdasarkan formulasi yang

    ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada dua kemungkinan nilai SLQ yang dapat

    ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997: 174; Kuncoro, 2007). Nilai SLQij > 1 menunjukkan

    bahwa sektor i merupakan sektor unggulan daerah kabupaten/kota j, sekaligus merupakan

  • 5

    basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh kabupaten/kota j. Sedangkan nilai SLQij

    < 1 menunjukkan bahwa sektor i bukan merupakan sektor unggulan dari kabupaten/kota j dan

    bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.

    Namun nilai SLQij memiliki kelemahan yakni menunjukkan nilai yang tidak simetris sehingga

    nilainya tidak dapat diperbandingkan dua sisinya. Sehingga mengikuti Dalum et al (1998) and

    Laursen (1998), Widodo dan Taufiqurrahman (2011) 3 mengembangkan menjadi Indeks

    Symetric Static Location Quotient (SSLQ) yakni: = 1 / + 1 Sehingga Nilai SSLQ menjadi antara -1 hingga 1, jika nilai lebih besar dari nol,

    menunjukkan bahwa kabupaten/kota j memiliki memiliki keunggulan komparatif di sektor i,

    sedangkan sebaliknya jika SSLQij lebih dari nol maka kabupaten/kota j tidak memiliki

    keunggulan komparatif pada sektor i.

    Sedangkan DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi laju

    pertumbuhan sektor dari waktu ke waktu. DLQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut (Kuncoro, et al, 2005):

    = [(1+ )/ 1+ 1+ / 1+ ] = dimana: = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor di kabupaten/kota j = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di Indonesia = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia = Selisih tahun akhir dan tahun awal = Indeks potensi pengembangan sektor i di kabupaten/kota j = Indeks potensi pengembangan sektor i di Indonesia

    3Pada dasarnya metode dalam analisis LQ dalam kajian ekonomi regional tidak berbeda dengan konsep Revealed Comparative Advantage (RCA) dalam ekonomi internasional. Kedua alat analisis ini sama-sama digunakan untuk menganalisis komoditas (sektor atau subsektor) unggulan atau berdaya saing di suatu wilayah.

    Perbedaannya hanyalah pada lingkup negara dan dunia. Danum, Laursen, dan Widodo dalam penelitiannya mencoba mensimetriskan indeks RCA menjadi

    Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) yang ditransformasi dari indeks RSCA. : = 1/ + 1 di mana: RSCAij adalah Revealed Symmetric Comparative Advantage negara i pada produk j; dan RCAij adalah Revealed Comparative Advantage negara i pada produk j.

  • 6

    Nilai DLQ tersebut dapat diartikan jika DLQij > 1, maka potensi perkembangan sektor i

    di kabupaten/kota j lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Indonesia,

    sebaiknya jika DLQij < 1, potensi perkembangan sektor i di kabupaten/kota j lebih lambat

    dibandingkan dengan sektor i di Indonesia.

    Transformasi Dynamic Location Quatient menjadi Dynamic Symetric Location Quatient

    diperoleh sebagai berikut: = 1 + 1 Karena dimungkinkannya DLQ bernilai negatif, maka transformasi DLQ menjadi DSLQ

    untuk DLQ yang bernilai negatif adalah sebagai berikut: = + 1 1 Oleh karena itu DSLQ akan memiliki nilai antara -1 hingga +1, jika lebih dari nol, maka

    sektor i potensi perkembangannya di kabupaten j lebih cepat dibandingkan sektor yang sama

    di Indonesia, tetapi jika kurang dari nol, potensi perkembangan sektor i di kabupaten j lebih

    lambat dibanding dengan sektor yang sama di nasional.

    Selanjutnya adalah hasil dari penggabungan antara SSLQ dan DSLQ (Kuncoro, 2009),

    maka diperoleh klasifikasi sebagai berikut:

    Tabel 1.1. Klasifikasi Sektor Gabungan SSLQ dan DSLQ

    Sumber: Kuncoro, 2009

  • 7

    Dengan menggunakan klasifikasi SSLQ dan DSLQ dari kesembilan sektor tersebut,

    dapat diperoleh persebaran sektor mana saja yang merupakan sektor andalan, sektor

    unggulan, sektor prospektif, dan sektor tertinggal di kabupaten/kota di Indonesia. Selanjutnya

    dibuat dalam software ArcGis untuk meakukan pemetaan sektor ungulan. Lebih lanjut

    kerangka pemikiran dalam laporan ini ditunjukkan dalam gambar 1.2:

    Gambar 1.2. Skema Kerangka Pemikiran Pemetaan Sektor Unggulan Kabupaten-Kota

    Indonesia

    PEMETAAN MASING-MASING SEKTOR PEMBENTUK PDB

    Pembahasan selanjutnya adalah pemetaan masing-masing sektor pembentuk PDB 497

    kabupaten/kota di Indonesia yang dijabarkan menjadi 9 sektor antara lain: (1) sektor

    pertanian; (2) sektor manufaktur; (3) sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; (4)

    sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (5) sektor pertambangan dan penggalian; (6) sektor

    pengangkutan dan komunikasi; (7) sektor listrik,gas, dan air bersih; (8) sektor konstruksi; dan

    (9) sektor jasa-jasa. Pembahasan dibagi menjadi 6 pulau besar, yakni Pulau Jawa, Sumatera,

    Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku-Papua.

  • 8

    sumber gambar: http://www.planetmattersandmore.com/wpcontent/uploads/2011/12/Sustainable-Agriculture.jpg

  • 9

    ektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam menyumbang perekonomian

    nasional terutama dalam kontribusi PDB, penyedia lapangan pekerjaan, dan

    penyediaan pangan. Perhitungan PDB sektor pertanian dilakukan dengan

    menggunakan pendekatan produksi. Nilai PDB sektor pertanian mencakup subsektor tanaman

    bahan makanan (tanaman pangan dan holtikultura), tanaman perkebunan, peter-nakan dan

    hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan mencakup

    komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian,

    kacang tanah, kedelai, sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.

    Subsektor perkebunan mencakup semua kegiatan perkebunan baik yang diadakan

    pemerintah maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi cengkeh, jahe,

    jarak, kakao, karet, kapas, kelapa, kelapa sawit, pala, kopi, teh, dan tanaman perkebunan

    lainnya. Subsektor

    kehutanan men-

    cakup kegiatan pe-

    nebangan segala

    jenis kayu serta pe-

    ngambilan daun-

    daunan, getah, akar,

    termasuk juga kegia-

    tan perburuan. Ko-

    moditi ini terma-suk

    kayu gelondongan, rotan, kayu bakar, bambu, serta hasil hutan lainnya. Sedangkan subsektor

    perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya baik yang

    dibudidayakan di air tawar dan air laut.

    Dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, sektor pertanian selalu

    mengalami peningkatan dari tahun ketahun, laju pertumbuhan rata-rata 3,7 persen pertahun

    dari tahun 2007 hingga 2013. Pada tahun 2012 nilai PDB sektor pertanian mencapai 328,3

    triliun rupiah yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 315,0 tirliun

    rupiah. Kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan menyumbang kontribusi terbesar 48,4

    S

    0

    200000

    400000

    600000

    800000

    1000000

    1200000

    1400000

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    Harga Konstan (2000) Harga Berlaku

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    Gambar 1.3. Total PDB Sektor Pertanian 2004-2013 (milyar rupiah)

  • 10

    persen dari total sek-tor pertanian atau setara dengan 158,9 milyar rupiah pada tahun 2012.

    Jika dilihat dari tren sektor pertumbuhannya tanaman bahan makanan mengalami

    peningkatan rata-rata 30 persen per-tahun. Kontribusi terbesar kedua subsektor perikanan

    yang menyumbang 17,6 persen senilai 57,7 triliun rupiah. Sumbangan yang besar ini karena

    potensi laut di Indonesia cukup besar dalam menghasilkan produk-produk dari hasil perikanan

    dan kelautan.

    Kontribusi subsektor perkebunan menyumbang 15,9 persen terhadap sektor pertanian

    atau setara 52,3 triliun rupiah pada tahun 2012. Selanjutnya adalah subsektor peternakan

    yang menyumbang sebesar 12,8 persen dengan nilai PDB sebesar 41,9 triliun rupiah.

    Sementara subsektor kehutanan menyumbang 5,3 persen dari total PDB pertanian atau

    sebesar 17,4 triliun rupiah. Tren untuk subsektor hasil hutan ini mengalami penurunan

    beberapa tahun terakhir akibat dari adanya deforestasi hutan.

    Tabel 1.2. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)

    Sub Sektor Pertanian 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    1. Pertanian, Peternakan,

    Kehutanan dan Perikanan 271.5 284.6 295.9 304.8 315.0 328.3 339.9

    a. Tanaman Bahan Makanan 133.9 142.0 149.1 151.5 154.2 158.9 162.0

    b. Tanaman Perkebunan 43.2 44.8 45.6 47.2 49.3 52.3 54.9

    c. Peternakan 34.2 35.4 36.6 38.2 40.0 41.9 43.9

    d. Kehutanan 16.5 16.5 16.8 17.2 17.4 17.4 17.4

    e. Perikanan 43.7 45.9 47.8 50.7 54.2 57.7 61.7

    2. Non Pertanian 1352.4 1434.0 1514.5 1609.2 1712.1 1817.5 1929.3

    PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

    Sumber: BPS (diolah)

    Pangsa sektor pertanian menunjukkan nilai sektor pertanian di provinsi terhadap

    sektor pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki nilai PDRB sektor

    pertanian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor pertanian terbesar masih terkonsentrasi di

    pulau jawa dimana pangsa terbesar ditempati oleh Jawa Timur (15,75%), Jawa Tengah

    (12,60%), Jawa Tengah (10,59%). Sedangkan di Pulau Sumatera, Sumatera Utara memiliki

    pangsa sektor pertanian sebesar (8,79%), Riau (5,19%), Lampung (4,66%), Sumatera Selatan

    (3,93%), dan Pulau Sulawesi Sulawesi Selatan yang menyumbang pangsa (4,41%) . Sedangkan

  • 11

    provinsi lainnya sektor pertanian masih menyumbang sekitar 1 hingga 2 persen dari total PDB

    sektor pertanian di nasional. Ilustrasi dapat dilihat digambar 1.4.

    Gambar 1.4. Pangsa Sektor Pertanian Provinsi Tahun 2011 (%)

    Sumber: INDODAPOER, Worldbank

    Klasifikasi Sektor Unggulan Pertanian Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ

    1. Jawa

    Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ, di Pulau Jawa sendiri, sektor pertanian yang

    tergolong dalam kelompok unggulan terdapat di Kabupaten Garut untuk Jawa Barat,

    0 5 10 15 20

    DKI Jakarta

    Gorontalo

    Maluku Utara

    Maluku

    Kepulauan Riau

    Papua Barat

    Sulawesi Barat

    Kepulauan Bangka Belitung

    Bengkulu

    D I Yogyakarta

    Sulawesi Utara

    Sulawesi Tenggara

    Papua

    Nusa Tenggara Barat

    Nusa Tenggara Timur

    Jambi

    Bali

    Kalimantan Tengah

    Banten

    Sulawesi Tengah

    Kalimantan Selatan

    Kalimantan Timur,

    Kalimantan Barat

    Nanggroe Aceh Darussalam

    Sumatera Barat

    Sumatera Selatan

    Sulawesi Selatan

    Lampung

    Riau

    Sumatera Utara

    Jawa Tengah

    Jawa Barat

    Jawa Timur

  • 12

    sedangkan di Jawa Tengah yang tergolong kategori unggulan terdapat di Kabupaten Brebes,

    Demak, Jepara, Kebumen, Kendal, Pati, Rembang, Sragen , Wonogiri, Wonosobo. Sedangkan

    untuk provinsi Jawa Timur kategori unggulan untuk sektor pertanian yakni Kabupaten

    Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Bondowoso, Magetan, Mojokerto, Pamekasan,

    Pasuruhan, dan Kulon Progo. Nilai SLQ dan DSLQ daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih

    dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor unggulan yang berarti merupakan sektor basis

    dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian di nasional.

    Sedangkan kategori

    sektor prospektif sek-

    tor pertanian dimana

    kategori ini nilai

    SSLQ>0 yang menun-

    jukkan bahwa sektor

    pertanian meru-

    pakan sektor ba-

    sis, namun DSLQ

  • 13

    dan Tulung Agung. Sedangkan untuk wilayah DIY, Bantul dan Gunung Kidul merupakan sektor

    prospektif untuk sektor pertanian.

    Selain kategori sektor unggulan dan potensial, terdapat kategori sektor andalan

    dimana di sektor andalan memiliki sektor pertanian di kabupaten/kota bukan merupakan

    sektor basis, namun memiliki pertumbuhan yang cepat. Untuk kategori sektor andalan sektor

    pertanian ini terletak di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Bekasi,

    Semarang, dan Kota Blitar. Sedangkan sisanya merupakan sektor tertinggal yang biasanya

    merupakan daerah perkotaan, dimana dalam kategori sektor tertinggal daerah ini bukan

    merupakan basis pertanian dan pertumbuhan sektor pertanian yang lambat.

    2. Sumatera

    Gabungan SLQ dan DSLQ di Pulau Sumatera kategori sektor unggulan pertanian

    terdapat di hampir setiap provinsi. Di NAD Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh

    Jaya, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, dan Nagan Raya. Sumatera Utara,

    sektor unggulan pertanian terletak di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Nias.

    Langkat, Tanah karo. Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Toba Samosir,

    Mandailing Natal, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Samosir, Batu Bara, Padang Lawas,

    Pematang Siantar,

    Sibolga, dan Tanjung

    Balai Kota. Di wilayah

    Sumatera Barat sektor

    unggulan pertanian ter-

    letak di Kabupaten Pe-

    sisir Selatan, Solok Se-

    latan, Solok, Sawah-

    lunto Sijunjung, Tanah

    Datar, Agam, Limapu-

    luh Kota , Pasaman Ba-

    rat, Mentawai, Pasa-

    man, dan Kota Pari-

    Banda AcehAceh Barat Daya

    Aceh Barat

    Aceh Besar

    Aceh Jaya

    Aceh Pidie

    Aceh Selatan

    Aceh Singkil

    Aceh Tamiang

    Aceh Tengah

    Aceh Tenggara

    Aceh Timur

    Aceh Utara

    Simeulue

    Bireuen

    Pidie Jaya

    Gayo Lues

    Bener Meriah

    Sabang

    Lhokseumawe

    Langsa

    Subulussalam

    Nagan Raya

    Tapanuli Selatan

    Tapanuli Tengah

    Tapanuli Utara

    Nias BaratNias SelatanNias Utara

    NiasLangkat

    Ta0h KaroDeli Serdang

    Simalungun

    Asahan

    Labuhan Batu Selatan

    Labuhan Batu Utara

    Labuhan Batu

    DairiToba Samosir

    Mandailing Natal

    Pakpak Bharat

    Humbang Hasundutan

    Samosir

    Serdang Bedagai

    Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas

    Medan

    Pematang Siantar

    Sibolga

    Tanjung Bala

    Binjai

    Tebing Tinggi

    Padang Sidempuan

    Gunung Sitoli

    Pesisir SelatanSolok Selatan

    SolokSawahlunto SijunjungTanah Datar

    Padang Pariaman

    Agam

    Limapuluh Kota

    Pasaman BaratPasamanKepulauan Mentawai

    Dharmas Raya

    Pasaman BaratPasaman

    Padang

    Solok

    Sawahlunto

    Padang Panjang

    Bukittinggi

    PayakumbuhPariaman

    KamparIndragiri Hilir

    Indragiri Hulu

    Bengkalis

    Pelalawan

    Rokan Hilir

    Rokan Hulu

    Siak

    Kuantan SingingiKepulauan Meranti

    Pekan Baru, Kota

    Dumai, Kota

    Kerinci

    Merangin

    Sarolangun

    Batanghari

    Muaro Jambi

    Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur

    Bungo

    Tebo

    Jambi

    Sungai Penuh

    Ogan Ilir

    Ogan Komering Ilir

    Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering Ulu

    Muara Enim

    Lahat

    Musi Rawas

    Musi Banyuasin

    Banyuasin

    Empat Lawang

    Palembang

    Pagar Alam

    Prabumulih

    Bengkulu Selatan

    Bengkulu Tengah

    Bengkulu Utara

    Rejang LebongKaur

    Seluma

    Mukomuko

    LebongKepahiang

    Bengkulu, Kota

    Lampung Barat

    Lampung SelatanLampung Tengah

    Lampung Timur

    Lampung Utara

    Tulang Bawang Barat

    Tulang BawangTanggamus

    Way KananPesawaran

    Pringsewu

    Mesuji

    Bandar Lampung

    MetroBangka Barat

    Bangka Selatan

    Bangka Tengah

    Bangka

    Belitung TimurBelitung

    Pangkal Pinang

    Bintan

    Karimun

    Natuna

    Lingga

    Kepulauan Anambas

    Batam

    Tanjung Pinang

    DS

    LQ

    SSLQ

    Gambar 1.6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera

  • 14

    aman. Sementara untuk Provinsi Riau, sektor unggulan pertanian ada hampir di setiap ka-

    bupaten kota seperti Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Pelalawan,

    Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kuantan Sengingi, dan Kepulauan Meranti. Provinsi Jambi juga masih

    terdapat banyak sektor unggulan pertanian yakni tersebar di Kabupaten Kerinci, Merangin,

    Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Timur, dan Tembo. Sedangkan di Sumatera Selatan

    dan Bengkulu didominasi oleh sektor unggulan pertanian yang tersebar di Kabupaten Ogan

    Hilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, dan Banyuasin serta Bengkulu Utara

    hingga Selatan, Seluma, Lebong dan Kepahiang. Di wilayah Lampung dan Bangka Belitung

    sektor unggulan tersebar di Lampung Utara hingga Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat

    dan Tulang Bawang, Way Kanan, Pesawaran, Pring Sewu, dan Mesuji. Untuk Kepulauan

    Bangka dan Belitung sektor unggulan pertanian hanya terdapat di Bangka Barat dan Bangka

    Tengah.

    Klasifikasi sektor prospektif dalam sektor prospektif di pulau Sumatera tersebar di

    daerah Aceh Pidie, Aceh Selatan, Aceng Singkil, Aceh Timur, Simeulue, Pidie Jaya, Gayo Luwes,

    dan Subussalam, Sarolangun, Batanghari, Bungo, Empat Lwang, Pagar Alam, Rejang Lebong,

    Kaur, Mukomuko Lampung Barat, Tenggamus, Bangka, Belitung Timur, Belitung Barat, dan

    Lingga. Kabupaten/kota diatas pertanian merupakan sektor basis, namun pertumbuhan

    sektor tersebut lebih lambat daripada sektor pertanian di nasional.

    Klasifikasi sektor andalan di sektor pertanian antara lain terdapat di Kota Banda Aceh

    , Kota Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Padang, Solok, dan

    Payakumbuh. Serta beberapa kabupaten kota di Kepulauan Bangka Belitung tang tersebar di

    Bangka Tengah, Bintan, dan Batam. Daerah-daerah perkotaan seperti Kota Sabang, Kota

    Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Sawah Lunto, Padang Panjang, Bukit Tinggi,

    Pekanbaru, Dumai, Jambi, Sungai Penuh, Prabumulih, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung,

    Pangkal Pinang, dan Tanjung Pinang tidak memiliki sektor unggulan atau sektor tertinggal

    dalam di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan daerah tersebut sektor pertanian bukan

    merupakan basis utama dan pertumbuhan yang lambat.

  • 15

    3. Kalimantan

    Sektor unggulan pertanian tidak cukup banyak hanya tersebar dibeberapa

    kabupaten/kota saja yakni di Kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu,

    Bengkayang, Sintang, Landak, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Rayam Kota Waringin Barat dan

    Timur, Kapuas Hulu dan Kapuas Barito Timur, Katingan, Seruyan, Suamara, Lamandau, Gunung

    Mas, Pulau Pisang, Hulu Sungai Selatan, Kota Baru, Hulu Sungai Tengah, Tanah Bambu,

    Balangan, dan Tana Tidung.

    Terdapat beberapa daerah yang merupakan sektor basis pertanian namun

    pertumbuhan yang lambat menjadikan klasifikasi sektor prospektif pertanian. Klasifikasi

    sektor prospektif ini tersebar di Ketapang, Melawi, Barito Selatan, Barito Utaram Murung

    Raya, Tanah Laut, Banjar Kota, Tapin, Nunukan dan Malinau.

    Daerah-daerah seperti Kota Palangkaraya, Banjarmasin, Kutai Barat, Kutai Timur,

    Berau, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda, dan Bontang merupakan sektor

    tertinggal karena sektor pertanian tidak banyak memiliki kontribusi terhadap PDRB di

    kabupaten/kota tesebut.

    Gambar 1.7. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan

    SambasPontianak, Kota

    Pontianak

    Sanggau

    Ketapang

    Sintang

    Kapuas Hulu

    Bengkayang

    Landak

    Sekadau

    Melawi

    Kayong UtaraKubu Raya

    Singkawang, Kota

    Kotawaringin BaratKotawaringin Timur

    Kapuas HuluKapuas

    Barito SelatanBarito Timur

    Barito Utara

    Katingan

    Seruyan

    SukamaraLamandauGunung MasPulang Pisau

    Murung Raya

    Palangkaraya, Kota

    Tanah Laut

    Kota Baru

    Banjar, Kota

    Barito Kuala

    Tapin

    Hulu Sungai Selatan

    Hulu Sungai Tengah

    Hulu Sungai UtaraTabalong

    Tanah Bumbu

    Balangan

    Banjarmasin, Kota

    Banjar Baru, Kota

    Kutai Barat

    Kutai Kartanegara

    Kutai Timur

    Berau

    Bulungan

    Nunukan

    Malinau

    Penajam Paser Utara

    Tana Tidung

    Balikpapan, Kota

    Samarinda, Kota

    Tarakan, Kota

    Bontang, Kota

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 16

    4. Bali dan Nusa Tenggara

    Wilayah Bali dan

    Nusa Tenggara

    yang memiiki

    sek-tor unggulan

    di sektor per-

    tanian antara lain

    Kota Bima, Kabu-

    paten Biak, Kabu-

    paten Dompu,

    Lombok Timur,

    Lombok Utara,

    Sumbawa, Sum-

    ba Timur, Ende, Flores Timur, Kupang, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, dan Rote Ndao,

    Sumba Barat Daya, dan Timor Tengah Selatan. Sektor prospektif terdapat di Bangli, Buleleng,

    Gianyar, Jembrana, Karang Asem, Klungkung, Tabanan, Lombok Barat, Lombok Tengah, Alor,

    Belu, Lembata, Mangagrai Barat, Manggarai, Sabu Raijua, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah,

    dan Timor Tengah Utara. Sedangkan daerah lain seperti Kota Denpasar, Badung, Mataram,

    Sumbawa Barat dan Kupang merupakan sektor tertinggal di sektor pertanian.

    5. Sulawesi

    Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan

    pertanian pertanian antara lain Kota Bitung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Buol, Parigi

    Mouting, Poso, Sigi, Tojo Una-una, Toli-toli, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe, Muna,

    Mamuju, Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Polewali Mandar, Bantaeng, Barru, Enrekang,

    Luwu Utara, Luwu , Maros, Pangkajene Kepulauan, Pinrang, Selayar, Sidenreng Rappang,

    Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo Utara, dan

    Pohuwato.

    Gambar 1.8. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara

    Denpasar

    BadungBangli

    BulelengGianyar

    Jembrana

    Karang Asem

    Klungkung

    Tabanan

    Bima

    Mataram

    Bima

    Dompu

    Lombok BaratLombok Tengah

    Lombok TimurLombok Utara

    Sumbawa Barat

    Sumbawa

    Kupang

    Sumba Timur

    Alor

    EndeFlores TimurKupang

    Lembata

    Manggarai Barat

    Manggarai Timur

    Manggarai

    Nagekeo

    NgadaRote Ndao

    Sabu RaijuaSikka Sumba Barat Daya

    Sumba Barat

    Sumba Tengah

    Timor Tengah Selatan

    Timor Tengah Utara

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 17

    6. Maluku dan Papua

    Daerah Maluku dan Papua hampir sebagian besar merupakan basis di sektor pertanian,

    namun ada yang per-

    tumbuhannya lambat

    dan cepat. Di Kepu-

    lauan Maluku Kota

    Tual, Kabupaten Buru

    Selatan, Kabupaten

    Buru, Kepulauan Aru,

    Maluku Barat Daya,

    Maluku Tenggara Ba-

    rat, Kepulauan Tido-

    re, Halmahera Barat,

    Halmahera Selatan,

    Halmahera Timur,

    Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

    Bitung

    Manado

    Tomohon

    BolMong Selatan

    BolMong Timur

    BolMong UtaraBolMong

    Kep. Siau Tagulandang Biaro

    Kepulauan Sangihe

    Kepulauan Talaud

    Minahasa Selatan

    Minahasa Tenggara

    Minahasa Utara

    Minahasa

    PaluBanggai Kepulauan

    Buol

    Donggala

    Morowali

    Parigi Moutong

    PosoSigiTojo Una-Una

    Toli-Toli

    Bau-bau

    Kendari Bombana

    Buton Utara

    Buton

    Kolaka Utara

    KolakaKonawe Selatan

    Konawe Utara

    Konawe

    Muna

    Wakatobi

    MamujuMajene

    Mamasa

    Mamuju Utara

    Polewali Mandar

    Makassar

    Palopo

    Pare-Pare

    Bantaeng

    Barru

    Bone

    Bulukumba

    Enrekang

    Gowa

    Jeneponto

    Luwu Timur

    Luwu UtaraLuwu

    Maros

    Pangkajene KepulauanPinrang

    Selayar

    Sidenreng Rappang

    Sinjai

    Soppeng

    TakalarTana Toraja

    Toraja Utara

    Wajo

    Gorontalo

    Boalemo

    Bone BolangoGorontalo Utara

    Gorontalo

    Pohuwato

    DS

    LQ

    SSLQ

    Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

    Ambon

    Asmat

    Biak Numfor

    Boven Digoel

    Buru SelatanBuru

    Deiyai

    Dogiyai

    Fak-Fak

    Halmahera Barat

    Halmahera Selatan

    Halmahera Tengah

    Halmahera Timur

    Halmahera Utara

    Intan Jaya

    Jayapura

    Jayapura, Kota

    Jayawijaya

    Kaimana

    KeeromKepulauan Aru

    Kepulauan Sula

    Lanny Jaya

    Maluku Barat DayaMaluku Tengah

    Maluku Tenggara Barat

    Maluku Tenggara

    Mamberamo Raya

    Mamberamo Tengah

    Manokwari

    Mappi

    Maybrat

    Merauke

    Mimika

    Morotai

    Nabire

    Nduga

    Paniai

    Pegunungan Bintang

    Puncak Jaya

    Puncak

    Raja Ampat

    Sarmi

    Seram Bagian BaratSeram Bagian TimurSorong Selatan

    Sorong

    Sorong, Kota

    Supiori

    Tambrauw

    Teluk Bintuni

    Teluk Wondama

    Ternate, Kota

    Tidore Kepulauan

    Tolikara

    Tual

    Waropen

    Yahukimo

    Yalimo

    Yapen Waropen

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 18

    Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Morotai merupakan daerah ynag memiliki sek-tor

    unggulan per-tanian. Pulau Papua yang tergo-long dalam sektor unggulan perta-nian tersebar

    di Biak Numfor, Jaya-pura, Keerom, Ma-ppi, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Supiori. Yapen

    Waropen, Fak-fak, Maybrat, Raja Ampat, dan Tambrau. Beberapa wilayah yang memiliki

    sektor basis pertanian namun pertumbuhannya lambat yang masuk dalam kategori sektor

    prospektif pertanian antara lain Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram

    Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Halmahera Tengah, Asmat, Boven Digoel, Deiyai, Dogiyai,

    Intan Jaya, Jayawijaya, Lanny Jaya, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Merauke, Nduga,

    Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Sarmi, Tolikara, Waropen, Yakuhimo, Yalimo,

    Kaimana, Manokwari, Sorong Selatan, dan Teluk Wondama. Daerah lainnya seperti Kota

    Ternate, Jayapura, Mimika, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Teluk Bintuni tergolong

    sektor tertinggal dan andalan.

  • 1. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Jawa

  • 2. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera

  • 3. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan

  • 4. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara

  • 23

    5. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

  • 6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Maluku dan Papua

  • 25

    sumber gambar: http://www.teknoup.com/news_images/16406/main.jpg

  • 26

    ektor industri manufaktur menyumbang hampir 26 persen terhadap total

    sumbangan PDRB Indonesia. Penggolongan Industri pengolahan

    terhadap PDB terdiri dari 2 jenis yaitu industri migas dan industri bukan

    migas. Industri migas terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG).

    Sedangkan Industri bukan migas terdiri dari (1) industri makanan, minuman, dan

    tembakau; (2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; (3) industri kayu dan produk

    lainnya; (4) industri produk kertas dan percetakan; (5) industri produk pupuk, kimia, dan

    karet; (6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; (7) industri logam dasar

    besi dan baja; (8) industri peralatan, mesin dan perlengkapan transportasi; (9) industri

    pengolahan lainnya.

    Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Sektor Industri Pengolahan (yoy) 2001-2013** (%)

    Sumber: BPS (diolah).

    Gambar 2.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur mengalami

    pertumbuhan yang cukup signikan dari tahun 2001 hingga 2013 meskipun pada tahun

    2008 hingga 2009 sempat mengalami penurunan akibat krisis global. Secara gradual

    higga tahun 2012 tercatat pertumbuhan sektor manufaktur meningkat menjadi 5,74

    persen. Industri bukan migas menyumbang kontribusi 93,2 persen dari total PDB industri

    pengolahan, sementara industri migas hanya menyumbang 6,7 persen dari total PDB

    industri pengolahan (2012). Nilai PDRB untuk industri bukan migas ini mencapai 624,7

    triliun rupiah pada tahun 2012.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    S

  • 27

    Tabel 2.2. PDB Sektor Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008-2013 (triliun

    rupiah)

    Sumber: BPS

    Jika dilihat dari subsektor industri pengolahan, industri migas yang terdiri dari

    pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG), kontribusi pengilangan minyak bumi

    sebesar 46,3 persen sedangkan gas alam cair (LNG) sebesar 53,6 persen dengan nilai

    PDRB masing-masing sebesar 21,0 triliun dan 25,9 triliun rupiah. Sementara sektor

    industri bukan migas yang menyumbang kontribusi terbesar adalah subsektor industri

    peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi disusul dengan industri makanan,

    minuan, dan tembakau serta industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kontribusi

    PDB subsektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi pada tahun

    2012 mencapai 58,5 tirliun rupiah atau sebesar 34,7 persen dari total PDB subsektor

    industri pengolahan bukan migas. Industri makanan, minuman, dan tembakau

    Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    Industri Pengolahan 557.8 570.1 597.1 633.8 670.2 707.5

    a.Industri Migas 47.7 46.9 47.2 46.8 45.5 44.6

    1). Pengilangan Minyak Bumi 21.0 21.1 21.3 21.5 21.0 21.3

    2). Gas Alam Cair (LNG) 26.7 25.9 25.9 25.3 24.4 23.4

    b. Industri Bukan Migas 510.1 523.2 549.9 587.0 624.7 662.8

    1). Industri Makanan, Minuman

    dan Tembakau 139.9 155.6 159.9 174.6 187.8 194.1

    2). Industri Tekstil, Barang dari

    Kulit dan Alas Kaki 51.0 51.3 52.2 56.1 58.5 62.1

    3). Industri Kayu dan Produk

    Lainnya 20.3 20.1 19.4 19.4 18.8 20.0

    4). Industri Produk Kertas dan

    Percetakan 25.5 27.1 27.5 27.9 26.6 27.8

    5). Industri Produk Pupuk, Kimia

    dan Karet 68.4 69.5 72.8 75.7 83.6 85.4

    6). Industri Produk Semen dan

    Penggalian Bukan Logam 16.0 15.9 16.3 17.4 18.8 19.3

    7). Industri Logam Dasar Besi dan

    Baja 8.0 7.7 7.9 8.9 9.4 10.1

    8). Industri Peralatan, Mesin dan

    PerlengkapanTransportasi 177.2 172.1 189.9 202.9 217.2 240.0

    9). Produk Industri Pengolahan

    Lainnya 3.8 3.9 4.0 4.1 4.0 4.0

    Non Industri Pengolahan 1524.7 1608.7 1717.3 1830.8 1948.7 2062.9

    PDB 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

  • 28

    menyumbang 187,8 triliun rupiah atau 30,05 persen, dan industri tekstil, barang dari

    kulit dan alas kaki sebesar 58,5 triliun rupiah atau sebesar 9,3 persen dari total subsektor

    industri pengolahan bukan migas. Sedangkan subsektor lainnya menyumbang antara 1

    hingga 10 persen pada tahun 2012.

    Gambar 2.3. Pangsa Sektor Industri Pengolahan Provinsi 2011 (%)

    Dilihat dari pangsa PDRB sektor industri pengolahan baik itu migas maupun

    bukan migas yang dibandingan per provinsi, sektor manufaktur terkonsentrasi di pulau

    Jawa yakni di Jawa Barat dengan konsentrasi 25,43 persen, Jawa Timur 16,28 persen,

    Jawa Timur 11,56 persen, DKI Jakarta 10,97 persen, dan Banten 8,31 persen. Selain Pulau

    0 5 10 15 20 25 30

    Nusa Tenggara Timur

    Maluku

    Gorontalo

    Maluku Utara

    Bengkulu

    Sulawesi Barat

    Papua

    Nusa Tenggara Barat

    Sulawesi Tenggara

    Sulawesi Tengah

    Kalimantan Tengah

    Sulawesi Utara

    Jambi

    Kepulauan Bangka Belitung

    D I Yogyakarta

    Bali

    Kalimantan Selatan

    Nanggroe Aceh Darussalam

    Papua Barat

    Sumatera Barat

    Kalimantan Barat

    Lampung

    Sulawesi Selatan

    Sumatera Selatan

    Riau

    Kepulauan Riau

    Sumatera Utara

    Kalimantan Timur,

    Banten

    DKI Jakarta

    Jawa Tengah

    Jawa Timur

    Jawa Barat

    Sumber: INDODAPOER, Worldbank (diolah)

  • 29

    Jawa, terdapat beberapa provinsi yang termasuk dalam 10 besar pangsa sektor

    manufaktur yakni di Kalimantan Timur 5,11 persen, Sumatera Utara 4,69 persen,

    Kepulauan Riau 3,93 persen, dan Riau 2,10 persen dimana untuk daerah luar jawa

    tersebut lebih didominasi oleh industri pengolahan migas seperti pengilangan minyak

    bumi dan gas alam cair (LNG).

    1. Jawa

    Berdasarkan hitungan SSLQ dan DSLQ, daerah yang berbasis sektor manufaktur

    terdapat di Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Serang, Jakarta Timur,

    Jakarta Utara,

    Bogor Kota, Ka-

    bupaten Bogor,

    Kota Bandung,

    Kabupaten Ban-

    dung, Kota Cire-

    bon, Kabupaten

    Purwakarta, Ka-

    rawang, Bekasi

    Kota Kabupaten

    Bekasi, Bandung

    Barat, Sume-

    dang, Kota Se-

    marang, Surakarta, Kabupaten Batang, Cilacap, Jepara, Karang Anyar Kendal, Kudus,

    Pekalongan, Kabupaten Smearang, Sukoharjo, dan Tegal. Untuk wilayah Jawa Timur

    sektor basis manufaktur tersebar di Kota Kediri, Malang, Gresik, Mojokerto, Pasuruan,

    dan Sidoarjo. Daerah tersebut kesemuanya memiliki nilai SSLQ>0, yang menunjukkan

    bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun daerah-daerah tersebut nilai

    DSLQ nya

  • 30

    diatas merupakan sektor tertinggal industri manufaktur karena bukan merupakan basis

    manufaktur.

    2. Sumatera

    Persebaran sektor basis manufaktur di Pulau Sumatera tidak sebanyak di Pulau

    Sumatera, hanya tersebar dibebeberapa provinsi seperti di NAD, Sumatera Utara, Riau,

    Jambi, dan Bangka Belitung. Yang masuk dalam sektor basis manufaktur antara lain

    Lhokseumawe,

    Tapanuli Selatan,

    Deli Serdang, Asa-

    han. Labuhan Batu

    Selatan, Labuhan

    Batu Utara, Labu-

    han Batu, Toba Sa-

    mosir, Batu Bara,

    Indragiri Hilir, Pe-

    lalawan, Kota Du-

    mai, Tanjung Ja-

    bung Barat, Kota

    Palembang, Bang-

    ka Barat, dan Kabupaten Bintan. Daerah-daerah tersebut merupakan basis manufaktur

    namun pertumbuhan yang lambat menyebabkan sektor-sektor manufaktur di pulau

    Sumatera merupakan sektor prospektif. Sedangkan daerah lain di sumatera selain yang

    disebutkan diatas tidak tergolong dalam sektor tertinggal industri pengolahan karena

    semua bukan berbasis manufaktur dan pertumbuhannya lambat dilihat dari nilai SSLQ

  • 31

    3. Kalimantan

    Kabupaten/kota yang berbasis sektor manufaktur di Kalimantan hanya terdapat di

    kabupaten Sanggau, Kubu Raya, Barito Kuala, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang yang

    menunjukkan nilai SSLQ>0 dan DSLQ

  • 32

    5. Sulawesi

    Kabupaten Mamuju Utara memiliki nilai SSLQ sebesar 0,21 dan DSLQ sebesar -

    0,96. Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun

    pertumbuhan yang lambat menjadikan sektor manufaktur sebagai sektor yang

    prospektif. Selain itu sektor manufaktur yang tergolong prospektif lainnya tersebar di

    Kabupaten Maros dan Pangkajene Kepulauan. Nilai SSLQ di Kabupaten Maros sebesar

    0,01 dan DSLQ sebesar -0,95, sedangkan nilai SSLQ dan DSLQ di Kabupaten Pangkajene

    Kepulauan masing-masing sebesar 0,41 dan -0,95. Daerah kabupaten/kota selain ketiga

    kabupaten/kota diatas termasuk dalam sektor tertinggal untuk sektor manufaktur

    karena di Sulawesi bukan merupakan daerah yang berbasis manufaktur.

    Gambar 2.7. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara

    DenpasarBadung Bangli Buleleng GianyarJembranaKarang AsemKlungkungTabananBima MataramBima DompuLombok BaratLombok TengahLombok TimurLombok Utara

    Sumbawa Barat SumbawaKupangSumba TimurAlorBeluEndeFlores TimurKupangLembataManggarai BaratManggarai TimurManggaraiNagekeoNgadaRote Ndao

    Sabu RaijuaSikkaSumba Barat DayaSumba BaratSumba TengahTimor Tengah SelatanTimor Tengah Utara

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 33

    6. Maluku dan Papua

    Kategori sektor prospektif manufaktur di kawasan Pulau Maluku dan Papua terdapat di

    Kabupaten Boven

    Digoel, Sorong,

    dan Teluk Bintuni.

    Nilai SSLQ sektor

    manufaktur Kabu-

    paten Boven Di-

    goel sebesar 0,29

    dan DSLQ sebesar -

    0,95. Sementara

    untuk Sorong me-

    miliki nilai SSLQ

    dan DSLQ sebesar

    0,10 dan -0,98

    dimana sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya lebih

    Gambar 2.8. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

    BitungKotamobagu Manado

    Tomohon

    BolMong SelatanBolMong TimurBolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

    Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa UtaraMinahasa

    PaluBanggai KepulauanBuolDonggala

    Morowali Parigi MoutongPosoSigi Tojo Una-UnaToli-ToliBau-bau KendariBombana

    Buton Utara

    ButonKolaka Utara

    KolakaKonawe Selatan

    Konawe Utara

    Konawe MunaWakatobiMamujuMajeneMamasa

    Mamuju UtaraPolewali Mandar MakassarPalopoPare-PareBantaengBarru BoneBulukumbaEnrekang

    GowaJenepontoLuwu Timur

    Luwu Utara LuwuMaros Pangkajene KepulauanPinrang

    SelayarSidenreng RappangSinjai SoppengTakalarTana Toraja

    Toraja UtaraWajoGorontaloBoalemo Bone BolangoGorontalo UtaraGorontaloPohuwato

    DS

    LQ

    SSLQ

    Gambar 2.9. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

    AmbonAsmat Biak Numfor Boven Digoel

    Buru Selatan Buru

    DeiyaiDogiyaiFak-Fak

    Halmahera BaratHalmahera SelatanHalmahera Tengah

    Halmahera TimurHalmahera Utara

    Intan Jaya

    JayapuraJayapura, KotaJayawijaya Kaimana

    KeeromKepulauan Aru

    Kepulauan SulaLanny Jaya

    Maluku Barat Daya Maluku TengahMaluku Tenggara BaratMaluku TenggaraMamberamo Raya

    Mamberamo TengahManokwariMappi

    Maybrat MeraukeMimika MorotaiNabireNduga

    Paniai

    Pegunungan Bintang

    Puncak Jaya

    Puncak

    Raja Ampat

    SarmiSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur

    Sorong Selatan

    SorongSorong, Kota

    SupioriTambrauw Teluk BintuniTeluk Wondama Ternate, KotaTidore Kepulauan

    TolikaraTualWaropen

    Yahukimo

    Yalimo

    Yapen Waropen

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 34

    lambat dari nasional Sedangkan Teluk Bintuni memiliki nilai SLQ sebesar 0,57 dan DSLQ

    sebesar -0,94. Daerah lainnya merupakan sektor tertinggal dalam kategori industri

    manufaktur di Papua dan Maluku.

  • 1. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Jawa

  • 2. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sumatera

  • 3. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Kalimantan

  • 4. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara

  • 39

    5. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

  • 6. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Maluku dan Papua

  • 41

    sumber gambar : http://fc01.deviantart.net/fs16/f/2007/159/0/2/BNI46_by_brumie.jpg

  • 42

    ektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan merupakan PDB yang dihitung

    atas nilai tambah sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan. Komponen

    perhitungan PDB ini terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan tanpat bank,

    jasa penunjang keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Secara keseluruhan PDB

    sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan menyumbang sebesar 9,6 persen

    terhadap total PDB Indonesia.

    Tabel 3.1. PDB Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Persahaan Atas Dasar Harga

    Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)

    Sumber: BPS (diolah)

    Sektor keuangan yang berasal dari bank menyumbang sebesar 41,3 persen dari

    total sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan atau senilai 104,4 triliun rupiah.

    Sedangkan sektor real estate menyumbang 30,1 persen atau senilai 76,1 triliun rupiah.

    Sektor jasa perusahaan menyumbang sebesar 19,2 persen atau sebesar 48,6 triliun

    rupiah. Sementara sektor keuangan selain non bank dan jasa penunjang keuangan

    masing-masing menyumbang 8,8 persen dan 0,7 persen dengan nominal 22,2 triliun dan

    1,7 trililun rupiah.

    Terkait dengan pangsa sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan DKI

    Jakarta merupakan pangsa terbesar sektor keuangan yang mampu menyumbang hingga

    55,90 persen dari PDB sektor keuangan, disusul dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang

    masing-masing 9,63 dan 5,72 persen. Sedangkan untuk wilayah selain Pulau Jawa

    S

    Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    1. Keuangan, Real Estate &

    Jasa Perusahaan 183.7 198.8 209.2 221.0 236.1 253.0 272.2

    a. Bank 78.2 84.0 86.1 90.2 96.4 104.4 114.0

    b. Lembaga Keuangan

    Tanpa Bank 15.1 16.5 18.1 19.3 20.7 22.2 23.8

    c. Jasa Penunjang Keuangan 1.3 1.4 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8

    d. Real Estate 55.8 60.8 64.0 67.5 71.8 76.1 80.7

    e. Jasa Perusahaan 33.1 36.1 39.6 42.5 45.6 48.6 51.9

    2. Non Keuangan 1780.7 1883.7 1969.7 2093.4 2228.4 2365.9 2498.2

    PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

  • 43

    Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Kalimantan Timur yang juga memiliki

    pangsa sektor keuangan yang cukup besar antara 2 hingga 4,77 persen.

    Gambar 3.2. Peringkat Pangsa Sektor Keuangan Provinsi 2011 (%)

    Sumber: INDODAPOER, Worldbank

    0 10 20 30 40 50 60

    Maluku Utara

    Papua Barat

    Maluku

    Gorontalo

    Sulawesi Barat

    Kepulauan Bangka Belitung

    Bengkulu

    Nusa Tenggara Timur

    Nanggroe Aceh Darussalam

    Sulawesi Tenggara

    Papua

    Sulawesi Tengah

    Jambi

    Nusa Tenggara Barat

    Kalimantan Tengah

    Sulawesi Utara

    Kalimantan Selatan

    Riau

    Kalimantan Barat

    Kepulauan Riau

    Sumatera Barat

    Bali

    D I Yogyakarta

    Sumatera Selatan

    Banten

    Kalimantan Timur,

    Lampung

    Sulawesi Selatan

    Jawa Tengah

    Sumatera Utara

    Jawa Barat

    Jawa Timur

    DKI Jakarta

  • 44

    Klasifikasi Sektor Keuangan Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ

    1. Jawa

    Di

    Kawasan Pulau

    Jawa, yang

    termasuk dalam

    klasifikasi sektor

    unggulan di sektor

    keuangan antara

    lain Kota Bogor,

    Kota Cirebon, Kota

    Magelang, Kota Sa-

    latiga, Kota Sura-

    karta, Kota Tegal,

    Kabupaten Banyu-

    mas, Grobogan, Kota Blitar, Pacitan, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kota

    Serang. Daerah-daerah tersebut merupakan sektor basis di sektor keuangan, real estate,

    dan jasa perusahaan serta pertumbuhan sektoralnya lebih cepat daripada nasional.

    Sedangkan untuk sektor keuangan yang prospektif tersebar di Jakarta Barat, Jakarta

    Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, Tasikmalaya, Kabupaten Tulungagung, dan

    Tangerang Selatan, dimana daerah ini juga merupakan sektor basis keuangan namun

    per-tumbuhannya agak lambat atau cenderung stagnan.

    Sektor lainnya tergolong dalam sektor andalan dimana sektor finansial bukan

    merupakan sektor basis namun pertumbuhannya relatif cepat jika dibandingkan dengan

    nasional. Untuk kategori sektor andalan keuangan ini antara lain di Jawa Barat terdapat

    di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,

    Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi Kota,

    Kabupaten Bekasi, Bandung Barat, Cirebon, Depok, Cimahi, Sumedang, dan Kota Banjar.

    Gambar 3.3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa

    Kepulauan Seribu

    Jakarta Barat

    Jakarta PusatJakarta Selatan

    Jakarta Timur

    Jakarta Utara

    Bogor, Kota

    Bogor

    Cianjur

    Bandung, Kota

    Bandung

    Sukabumi, Kota

    Sukabumi

    GarutTasikmalayaCiamis

    KuninganCirebon, Kota

    Majalengka

    Indramayu

    SubangPurwakartaKarawang

    Bekasi, KotaBekasi Bandung Barat

    Cirebon

    DepokCimahi

    Tasikmalaya, Kota

    BanjarSumedang Magelang, Kota

    Pekalongan, Kota

    Salatiga

    Semarang, Kota

    SurakartaTegal, Kota

    BanjarnegaraBanyumas

    Batang

    Blora

    Boyolali

    Brebes

    Cilacap

    Demak

    GroboganJepara

    Karanganyar

    KebumenKendal

    Klaten

    Kudus

    Magelang

    PatiPekalonganPemalang

    PurbalinggaPurworejoRembang

    Semarang

    Sragen

    SukoharjoTegal

    Temanggung

    WonogiriWonosobo

    Batu

    Blitar, KotaKediri, Kota

    Madiun, Kota

    Malang, KotaMojokerto, Kota

    Pasuruan, Kota

    Probolinggo, Kota

    Surabaya

    Bangkalan

    Banyuwangi

    Blitar

    Bojonegoro

    Bondowoso

    Gresik

    Jember

    Jombang

    Kediri

    Lamongan

    Lumajang

    Madiun

    MagetanMalang

    Mojokerto Nganjuk

    Ngawi

    Pacitan

    PamekasanSampangPasuruan

    PonorogoProbolinggo

    Sidoarjo

    SitubondoSumenepTrenggalek

    Tuban

    Tulungagung

    Yogyakarta

    BantulGunung Kidul

    Kulon Progo

    Sleman

    Cilegon

    Serang, Kota

    Tangerang Selatan

    Tangerang, Kota

    Lebak

    Pandeglang

    Serang

    TangerangDS

    LQ

    SSLQ

  • 45

    Di Jawa Tengah sektor andalan keuangan tersebar di Kabupaten Banjarnegara,

    Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap Demak, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus,

    Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen,

    Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo. Sedangkan wilayah DIY sektor andalan

    keuangan ada di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul. Di Provinsi Jawa Timur sektor

    andalan keuangan terletak di Kota Batu, Kota Madiun, kota Probolunggo, Kabupaten

    Blitar, Bondowoso, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Magetan, Malang,

    Mjokerto, Nganjuk, Pamekasan, Sampang, Pasuruhan, Ponorogo, Probolinggo,

    Situbondo, Sumenep, Trenggalek, dan Tuban. Dan beberapa daerah yang di provinsi

    Banten yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai sektor andalan keuangan.

    Untuk sektor tertinggal keuangan hanya ada beberapa saja yang bukan

    merupakan basis di sektor pertanian dan pertumbuhan sektoralnya yang lambat. Dari

    daerah-daerah di Pulau Jawa yang tergolong tertinggal di sektor keuangan antara lain

    Jakarta Utara, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Bandung Kota, Sukabumi, Kota

    Pekalongan, Semarang, Kebumen, Kendal, Pati, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Tegal,

    Kota Kediri, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten

    Bangkalan, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun, Ngawi, Sidoarjo, Kulonprogo, Kota

    Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Tangerang.

    2. Sumatera

    Klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan meliputi Kota Medan, Pematang

    Siantar, Padang Sidempuan, Payakumbuh, Kota Jambi, Sungai Penuh, Kota Prabumulih,

    Mukomuko, Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kota Pangkal Pinang. Beberapa daerah

    di Sumatera yang tergolong sektor prospektif keuangan antara lain Kota Sibolga, Kota

    Binjai, Kota Tebing Tinggi, dan Bukit Tinggi dimana sektor keuangan merupakan sektor

    basis namun pertumbuhannya lebih lambat dibanding nasional. Untuk sektor keuangan

    yang diklasifikasikan dalam sektor tertinggal antara lain terdapat di Aceh Barat Daya,

    Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Simeulue, Bireuen, Gayo Lues, Bener Meriah,

    Sabang, Nagan Raya, Tapanuli, Nias Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal, Solok

  • 46

    Selatan, Solok, Agam, Pasaman Barat, Pasaman, Kota Solok, Batanghari, Muaro Jambi,

    Tanjung Jabung Barat, Bungo, Ogan Komering Ulu Timur, Bengkulu Selatan, Lampung

    Selatan, Tulang

    Bawang, Ka-

    bupaten Kari-

    mun, dan Ko-

    ta Batam. Se-

    dangkan dae-

    rah lainnya

    tergolong da-

    lam sektor

    andalan yang

    bukan basis

    sektor keua-

    ngan tetapi

    pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sektor keuangan di

    nasional.

    3. Kalimantan

    Sektor Unggulan di Kalimantan terdapat di beberapa kabupaten/kota

    diantaranya di Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan. Kedua kota ini memiliki nilai SSLQ

    dan DSLQ lebih dari nol yang menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan

    termasuk klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan. Nilai SSLQ dan DSLQ Kota

    Banjarmasin masing-masing sebesar 0,130 dan 0,234 sedangkan Kota Tarakan memiliki

    nilai masing-masing 0,075 dan 0,167. Selain dua kota tersebut ada kota lain yakni Kota

    Pontianak dan Kota Samarinda yang tergolong sektor prospektif di sektor keuangan.

    Kedua kota ini memiliki sektor basis di sektor keuangan namun pertumbuhannya

    tergolong lambat jika dibandingkan dengan nasional. Beberapa daerah lainnya di Pulau

    Gambar 3.4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera

    Banda Aceh

    Aceh Barat Daya

    Aceh Barat

    Aceh Besar

    Aceh JayaAceh Pidie

    Aceh Selatan

    Aceh Singkil

    Aceh Tamiang

    Aceh Tengah

    Aceh Tenggara

    Aceh Timur

    Aceh Utara

    Simeulue

    Bireuen

    Pidie Jaya

    Gayo Lues

    Bener MeriahSabang

    Lhokseumawe

    Langsa

    Subulussalam

    Nagan Raya

    Tapanuli SelatanTapanuli Tengah

    Tapanuli UtaraNias Barat

    Nias SelatanNias Utara

    NiasLangkat

    Ta0h Karo

    Deli Serdang

    Simalungun

    Asahan

    Labuhan Batu Selatan

    Labuhan Batu Utara

    Labuhan Batu

    Dairi

    Toba Samosir

    Mandailing Natal

    Pakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang BedagaiBatu Bara

    Padang Lawas Utara

    Padang Lawas

    MedanPematang Siantar

    Sibolga

    Tanjung Bala

    BinjaiTebing Tinggi

    Padang Sidempuan

    Gunung Sitoli

    Pesisir Selatan

    Solok SelatanSolokSawahlunto Sijunjung

    Tanah DatarPadang Pariaman

    Agam

    Limapuluh Kota

    Pasaman Barat

    Pasaman

    Kepulauan Mentawai

    Dharmas Raya

    Pasaman Barat

    Pasaman

    Padang

    Solok

    SawahluntoPadang Panjang

    Bukittinggi

    PayakumbuhPariaman

    KamparIndragiri Hilir

    Indragiri Hulu

    Bengkalis

    Pelalawan

    Rokan Hilir

    Rokan Hulu

    Siak

    Kuantan Singingi

    Kepulauan Meranti

    Pekan Baru, Kota

    Dumai, Kota

    Kerinci

    Merangin

    Sarolangun

    Batanghari

    Muaro JambiTanjung Jabung Barat

    Tanjung Jabung Timur

    Bungo

    Tebo

    Jambi

    Sungai PenuhOgan Ilir

    Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan

    Ogan Komering Ulu Timur

    Ogan Komering UluMuara Enim

    Lahat

    Musi Rawas

    Musi Banyuasin

    Banyuasin

    Empat LawangPalembang

    Pagar Alam

    Prabumulih

    Bengkulu Selatan

    Bengkulu Tengah

    Bengkulu Utara

    Rejang Lebong

    Kaur

    Seluma Mukomuko

    Lebong

    Kepahiang

    Bengkulu, Kota

    Lampung Barat

    Lampung Selatan

    Lampung Tengah

    Lampung TimurLampung Utara

    Tulang Bawang BaratTulang Bawang

    TanggamusWay Kanan

    Pesawaran

    Pringsewu

    Mesuji

    Bandar Lampung

    Metro

    Bangka Barat Bangka SelatanBangka Tengah

    Bangka

    Belitung TimurBelitung

    Pangkal Pinang

    BintanKarimun

    Natuna

    Lingga

    Kepulauan Anambas

    Batam

    Tanjung Pinang

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 47

    Kalimantan tergolong dalam klasifikasi sektor andalan. Yang tergolong dalam klasifikasi

    sektor andalan di sektor keuangan antara lain di Provinsi Kalimantan terdiri dari

    Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak,

    Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota Singkawang. Sedangkan di

    Kalimantan Tengah terdiri dari Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas Hulu,

    Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur-Utara, Katingan, Seruyan, Sukamara, Lamandau,

    Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Kalimantan Selatan sektor andalan di sektor

    keuangan terletak di Tanah Laut, Kota Baru, Kota Bankar, Barito Kuala, Hulu Sungai

    Selatan, tabalong, dan Kota Banjar Baru. Wilayah Kalimantan Timur terdiri dari Kutai

    Kartanegara, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, dan Kota

    Balikpapan.

    Terdapat beberapa daerah yang tergolong klasifikasi sektor tertinggal di sektor

    keuangan antara lain adalah Kabupaten Pontianak, Ketapang, Bengkayang, Gunung

    Mas, Pulau Pi-

    sang, Tapin,

    Hulu Sungai

    Utara, Tanah

    Bumbu, Bala-

    ngan, Kutai

    Barat, Kutai

    Timur, Berau,

    dan Kota Bon-

    tang. Nilai in-

    deks SSLQ

    dan DSLQ be-

    berapa kabu-

    paten/kota ini kurang dari nol sehingga sektor keuangan bukan merupakan sektor basis

    dan pertumbuhan yang lambat dibanding dengan nasional.

    Gambar 3.5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan

    SambasPontianak, Kota

    Pontianak

    Sanggau

    Ketapang

    SintangKapuas Hulu

    Bengkayang

    Landak

    Sekadau

    Melawi

    Kayong Utara

    Kubu Raya Singkawang, Kota

    Kotawaringin Barat

    Kotawaringin Timur

    Kapuas Hulu

    Kapuas

    Barito SelatanBarito Timur

    Barito Utara

    Katingan

    Seruyan

    Sukamara

    Lamandau

    Gunung MasPulang Pisau

    Murung Raya

    Palangkaraya, KotaTanah Laut

    Kota Baru Banjar, Kota

    Barito Kuala

    Tapin

    Hulu Sungai Selatan

    Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara

    Tabalong

    Tanah Bumbu

    Balangan

    Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota

    Kutai Barat

    Kutai Kartanegara

    Kutai Timur

    Berau

    Bulungan

    Nunukan

    MalinauPenajam Paser UtaraTana Tidung

    Balikpapan, Kota

    Samarinda, Kota

    Tarakan, Kota

    Bontang, Kota

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 48

    4. Bali dan Nusa Tenggara

    Kawasan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebagian besar bukan merupakan sektor

    keuangan bukan merupakan sektor basis terbukti hanya 2 daerah yakni Kota Denpasar

    dan Kota Mataram yang diklasifikasikan dalam sektor unggulan di sektor keuangan. Kota

    Denpasar dan Kota Mataram masing-masing memiliki nilai SSLQ sebesar 0,205 dan 0,336

    sedangkan nilai DSLQ masing-masing 0,09 dan 0,23 yang berarti bahwa kedua daerah

    memiliki sektor basis keuangan dan pertumbuhan sektoral yang cepat. Sedangkan

    daerah lainnya tergolong dalam klasifikasi sektor tertinggal. Klasifikasi sektor tertinggal

    terdapat di Kabupaten Badung Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Lombok Utara,

    Sumbawa Barat, Sumbawa, Flores Timur, dan Timor Tengah Selatan. Selain daerah yang

    disebutkan diatas mayoritas tergolong dalam klasifikasi sektor andalan, dimana sektor

    keuangan bukan merupakan sektor basis, namun pertumbuhan sektoralnya lebih cepat

    hal ini berkaitan dengan adanya program inklusi keuangan.

    Gambar 3.6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali

    Denpasar

    Badung

    BangliBuleleng

    GianyarJembrana

    Karang Asem

    Klungkung

    Tabanan

    Bima

    MataramBima

    Dompu

    Lombok Barat

    Lombok TengahLombok Timur

    Lombok Utara

    Sumbawa Barat

    SumbawaKupang

    Sumba Timur

    Alor

    Belu

    Ende

    Flores Timur

    KupangLembata

    Manggarai Barat

    Manggarai Timur

    Manggarai

    Nagekeo

    NgadaRote Ndao

    Sabu Raijua

    Sikka

    Sumba Barat Daya

    Sumba BaratSumba Tengah

    Timor Tengah Selatan

    Timor Tengah Utara

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 49

    5. Sulawesi

    Tidak jauh berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia, di Pulau Sulawesi

    hanya terdapat beberapa daerah yang sektor keuangannya termasuk dalam klasifikasi

    sektor unggulan. Daerah tersebut antara lain Kotamobagu, Kota Manado, Kota Kendari,

    Kota Makassar, Kota Palopo, Pare-pare, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Sementara

    itu terdapat beberapa daerah yang merupakan basis sektor keuangan namun

    pertumbuhannya lambat sehingga dikategorikan sebagai sektor prospektif. Daerah

    tersebut antara lain adalah Kota Palu, Kabupaten Majene, Kabupaten Boalemo, dan

    Kabupaten Gorontalo. Disamping kedua kategori diatas ada juga berapa yang termasuk

    kategori sektor tertinggal dan andalan. Sektor keuangan yang tertinggal terdapat di Kota

    Bitung, Kota Tomohon, Boolang Mongondow, Kepulauan Baggai, Buol, Donggala,

    Morowali, Poso, Toli-toli, Buton, Konawe Utara, Konawe Utara, Kota Mamuju, Mamasa,

    Mamuju Utara, Polewali Mandar, Luwu Timur, Pangkajene Kepulauan, Sidenreng

    Rappang, dan Pohuwato.

    Gambar 3.7. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

    Bitung

    KotamobaguManado

    TomohonBolMong Selatan

    BolMong TimurBolMong Utara

    BolMong

    Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

    Kepulauan Talaud

    Minahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara

    Minahasa

    Palu

    Banggai KepulauanBuolDonggala

    Morowali

    Parigi Moutong

    Poso

    Sigi Tojo Una-Una

    Toli-Toli

    Bau-bau

    Kendari

    Bombana

    Buton Utara

    Buton

    Kolaka Utara

    Kolaka

    Konawe Selatan

    Konawe Utara

    Konawe

    Muna

    Wakatobi

    Mamuju

    Majene

    Mamasa

    Mamuju Utara

    Polewali Mandar

    MakassarPalopo

    Pare-PareBantaengBarru

    Bone

    Bulukumba

    Enrekang

    Gowa

    Jeneponto

    Luwu Timur

    Luwu Utara

    Luwu

    Maros

    Pangkajene Kepulauan

    PinrangSelayar

    Sidenreng Rappang

    Sinjai

    Soppeng

    Takalar

    Tana Toraja

    Toraja Utara

    Wajo

    Gorontalo

    Boalemo

    Bone Bolango

    Gorontalo Utara

    Gorontalo

    PohuwatoDS

    LQ

    SSLQ

  • 50

    6. Maluku dan Papua

    Sektor unggulan di sektor keuangan di Papua dan Maluku hanya terdapat di Kota

    Jayapura. Nilai SSLQ sektor keuangan di Kota Jayapura mencapai 0,120 sedangkan DSLQ

    mencapai 0,364. Daerah lain yang tergo-long pros-pektif adalah di Kabupaten Yapen

    Wa-ropen dimana sektor keuangan merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya

    masih agak lambat. Sementara daerah lain di Maluku maupun Papua sektor keuangan

    masih tergolong dalam kategori sektor andalan dan tertinggal.

    Gambar 3.8. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

    Ambon

    AsmatBiak Numfor

    Boven Digoel

    Buru SelatanBuru

    Deiyai

    Dogiyai

    Fak-Fak

    Halmahera Barat

    Halmahera Selatan

    Halmahera Tengah

    Halmahera Timur

    Halmahera Utara

    Intan Jaya

    Jayapura

    Jayapura, Kota

    Jayawijaya

    Kaimana Keerom

    Kepulauan Aru

    Kepulauan SulaLanny Jaya

    Maluku Barat Daya

    Maluku Tengah

    Maluku Tenggara Barat

    Maluku Tenggara

    Mamberamo Raya

    Mamberamo Tengah

    Manokwari

    Mappi

    Maybrat

    Merauke

    Mimika

    Morotai

    Nabire

    Nduga

    Paniai

    Pegunungan BintangPuncak Jaya

    Puncak

    Raja Ampat Sarmi

    Seram Bagian Barat

    Seram Bagian Timur

    Sorong Selatan

    Sorong

    Sorong, Kota

    Supiori

    Tambrauw

    Teluk Bintuni

    Teluk Wondama

    Ternate, Kota

    Tidore Kepulauan

    Tolikara

    Tual

    Waropen

    Yahukimo

    Yalimo

    Yapen Waropen

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 1. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa

  • 2. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera

  • 3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan

  • 4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali dan Nusa Tenggara

  • 55

    5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

  • 6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Maluku dan Papua

  • 57

    sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-olgyvOMr6zI/UhLFrIjd7SI/AAAAAAAABtM/0fyHHTYtgSE/s1600/pasar-tradisi11.jpg

  • 58

    ektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan klasifikasi sektor

    tersier. Selain sektor ini ada sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan

    komunikasi, sektor keuangan, dan sektor jasa. Sektor perdagangan,

    hotel, dan restoran mempunyai kontribusi sebesar 14 persen dari total PDB Indonesia.

    Tabel 4.1. PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran atas Dasar Harga Konstan

    2000 2007-2013 (triliun rupiah)

    Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

    1. Perdagangan, Hotel &

    Restoran 592.3 691.5 744.5 882.5 1023.7 1148.7 1301.5

    a. Perdagangan Besar dan

    Eceran 468.7 551.3 586.1 703.6 827.5 929.7 1053.2

    b. Hotel 17.3 18.9 20.8 23.9 26.6 32.2 39.3

    c. Restoran 106.2 121.2 137.6 155.0 169.7 186.8 209.0

    2. Non Perdagangan, Hotel,

    dan Restoran 3358.6 4257.2 4861.7 5564.4 6395.5 7080.7 7782.5

    PDB 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0

    Sumber: BPS (diolah)

    Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama lima tahun terakhir yakni

    tahun 2007-2011 meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata PDB sektor ini

    sebesar 7.0 persen (yoy) melampaui pertumbuhan rata-rata PDB agregat sebesar 5,9

    persen (yoy). Subsektor perdagangan besar dan eceran rata-rata tumbuh sebesar 7,2

    persen, subsektor hotel tumbuh 6,5 persen, dan subsektor restoran tumbuh 6,5 persen.

    Pada tahun 2011 sektor ini mengalami pertmbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,2 persen

    didukung oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 10

    persen, subsektor hotel tumbuh 9 persen, dan subsektor restoran tumbuh 4,1 persen

    (tabel 4.2.)

    Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perlambatan

    yang cukup signifikan pada tahun 2009 karena melambatnya pertubuhan PDB secara

    agregat sebagai dampak dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun

    tersebut sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,3 persen atau melambat dari tahun

    sebelumnya yang tumbuh hingga 6,9 persen. Sementara subsektor hotel dan restoran

    S

  • 59

    masing-masing mengalami pertumbuhan 6,6 persen dan 7,6 persen. Sejalan dengan

    meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat di tahun 2010 dan 2011 maka sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami peningkatan dan tumbuh 8,7 persen

    dan 9,2 persen.

    Tabel 4.2. Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (persen)

    Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-

    rata

    PERDAGANGAN,HOTEL,

    DAN RESTORAN 8,9 6,9 1,3 8,7 9,2 7,0

    Perdagangan Besar dan

    Eceran 9,4 7,0 0,0 9,7 10,0 7,2

    Hotel 5,4 4,5 6,6 6,8 9,0 6,5

    Restoran 7,1 6,6 7,6 3,3 4,1 5,7

    Sumber: BPS (diolah)

    Pangsa sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2011 terbesar di

    Pulau Jawa yakni di Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 23,43 persen, DKI Jakarta 18,55

    persen, Jawa Barat 15,22 persen, dan Jawa Tengah 8,67 persen. Hal ini menunjukkan

    bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,

    sementara yang termasuk sepuluh besar lainnya antara lain adalah Sumatera Utara 4,76

    persen, Banten 3,63 persen, Kalimantan Timur 2,17 persen, Bali 2,01 persen, and Riau

    1,99 persen.

  • 60

    Gambar 4.3. Peringkat Pangsa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2011 (persen)

    Sumber: INDODAPOER, Worldbank

    0 5 10 15 20 25

    Gorontalo

    Sulawesi Barat

    Papua Barat

    Maluku Utara

    Maluku

    Bengkulu

    Papua

    Sulawesi Tenggara

    Kepulauan Bangka Belitung

    Nusa Tenggara Timur

    Sulawesi Tengah

    Nusa Tenggara Barat

    Jambi

    Sulawesi Utara

    Kalimantan Tengah

    D I Yogyakarta

    Kalimantan Selatan

    Lampung

    Kalimantan Barat

    Nanggroe Aceh Darussalam

    Sumatera Barat

    Sumatera Selatan

    Sulawesi Selatan

    Riau

    Bali

    Kepulauan Riau

    Kalimantan Timur

    Banten

    Sumatera Utara

    Jawa Tengah

    Jawa Barat

    DKI Jakarta

    Jawa Timur

  • 61

    Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Berdasarkan Gabungan

    SSLQ dan DSLQ

    1. Pulau Jawa

    Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Pulau Jawa cukup besar

    sehingga konsentrasi sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran lebih

    terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di Jawa Barat sektor unggulan terletak di Kabupaten

    Cianjur, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,

    Subang, Purwakarta, Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Cimahi,

    Tasikmalaya, Banjar, dan Sumedang. Sedangkan di Jawa Tengah sektor unggulan

    terdapat di Semarang, Surakarta, Tegal, Boyolali, Cialacap, Klaten, Pemalang, Sukoharjo,

    dan Tegal. Di Jawa Timur sektor

    unggulan

    terdapat di

    Kota Batu,

    Kota Blitar,

    Kota Kediri,

    Madiun,

    Malang,

    Mojokerto,

    Pasuruan,

    Proboling-

    go, Suraba-

    ya, Bangka-

    lan, Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,

    Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi,

    Sampang, Pasuruan, Ponorogo, Probolingggo, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep,

    Trenggalek, Tulungagung, Sleman, Kota Serang, Tangerang, Lebak, dan Pandeglang.

    Sedangkan sektor yang tergolong prospektif terletak di Jakarta Barat, Kota Bogor, Kota

    Gambar 4.4. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Jawa

    Kepulauan Seribu

    Jakarta Barat

    Jakarta PusatJakarta SelatanJakarta Timur

    Jakarta Utara

    Bogor, Kota

    Bogor

    Cianjur

    Bandung, Kota

    Bandung

    Sukabumi, Kota

    Sukabumi

    Garut

    Tasikmalaya

    Ciamis

    Kuningan

    Cirebon, Kota

    MajalengkaIndramayu

    SubangPurwakartaKarawang

    Bekasi, Kota

    Bekasi

    Bandung Barat

    Cirebon

    Depok

    Cimahi

    Tasikmalaya, KotaBanjar

    Sumedang

    Magelang, Kota

    Pekalongan, Kota

    Salatiga

    Semarang, Kota

    Surakarta

    Tegal, Kota

    Banjarnegara

    BanyumasBatang

    Blora

    Boyolali

    Brebes

    Cilacap

    DemakGrobogan

    Jepara

    KaranganyarKebumen

    Kendal

    KlatenKudus

    Magelang

    Pati Pekalongan

    Pemalang

    PurbalinggaPurworejoRembang

    Semarang

    Sragen

    SukoharjoTegal

    Temanggung

    WonogiriWonosobo

    Batu

    Blitar, Kota

    Kediri, Kota

    Madiun, KotaMalang, Kota

    Mojokerto, KotaPasuruan, Kota

    Probolinggo, KotaSurabaya

    BangkalanBanyuwangiBlitar

    Bojonegoro

    BondowosoGresik

    Jember

    Jombang

    Kediri LamonganLumajang

    Madiun

    MagetanMalangMojokerto

    NganjukNgawi

    Pacitan

    Pamekasan

    Sampang

    Pasuruan

    Ponorogo

    Probolinggo

    Sidoarjo

    Situbondo

    Sumenep

    Trenggalek

    Tuban

    Tulungagung

    Yogyakarta

    Bantul

    Gunung Kidul

    Kulon Progo

    Sleman

    Cilegon

    Serang, Kota

    Tangerang Selatan

    Tangerang, Kota

    LebakPandeglang

    SerangTangerang

    DS

    LQ

    SSLQ

  • 62

    Sukabumi, Kota Cirebon, Jepara, Kudus, Semarang, dan Kota Yogyakarta. Sedangkan

    sektor andalan sektor andalan terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,

    Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu,

    Bekasi, Bandung Barat, Kota Magelang, Banyumas, Batang, Blora, Demak, Grobogan,

    Karanganyar, Pati, Pekalongan, Purbalingga, Purworejo, Sragen, Temanggung,

    Wonosobo, Bojonegoro, Pacitan, Pamekasan, Tuban, Bantul, Gunung Kidul, dan

    Kulonprogo. Sedangkan daerah dengan sektor perdagangan tertinggal terdapat di

    Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Kota Salatiga, Banjarnegara, Brebes, Kebumen,

    Kendal, Magelang, Rembang, Wonogiri, Serang, dan Tangerang.

    2. Pulau Sumatera

    Banda aceh, Aceh Barat Daya, Simeulue, Lhoksumawe, Langsa, Subussalam,

    Batubara, Medan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Pesisir Selatan,

    Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Pekanbaru, Kabupaten Batanghari, Bungo, Kota Jambi,

    Sungai Penuh, Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Bangka Tengah, Karimun,

    Gambar 4.5. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sumatera

    Banda AcehAceh Barat Daya

    Aceh Barat

    Aceh Besar

    Aceh JayaAceh Pidie

    Aceh SelatanAceh Singkil

    Aceh Tamiang

    Aceh Tengah

    Aceh Tenggara

    Aceh Timur

    Aceh Utara

    Simeulue

    Bireuen

    Pidie Jaya

    Gayo LuesBener Meriah

    Sabang

    Lhokseumawe

    Langsa

    Subulussalam

    Nagan Raya

    Tapanuli Selatan

    Tapanuli Tengah

    Tapanuli Utara

    Nias Barat

    Nias Selatan

    Nias Utara

    Nias

    Langkat

    Ta0h Karo

    Deli SerdangSimalungun

    Asahan

    Labuhan Batu Selatan

    Labuhan Batu Utara

    Labuhan BatuDairi

    Toba Samosir

    Mandailing NatalPakpak Bharat

    Humbang Hasundutan

    SamosirSerdang Bedagai

    Batu BaraPadang Lawas Utara

    Padang LawasMedan

    Pematang Siantar

    Sibolga

    Tanjung Bala

    Binjai

    Tebing Tinggi

    Padang SidempuanGunung Sitoli

    Pesisir SelatanSolok SelatanSolok

    Sawahlunto SijunjungTanah Datar

    Padang PariamanAgam

    Limapuluh Kota

    Pasaman BaratPasaman

    Kepulauan Mentawai

    Dharmas Raya Pasaman BaratPasaman

    Padang

    Solok

    Sawahlunto

    Padang PanjangBukittinggiPayakumbuh

    Pariaman

    KamparIndragiri Hilir

    Indragiri Hulu

    Bengkalis

    Pelalawan

    Rokan Hilir

    Rokan Hulu

    Siak

    Kuantan Singingi

    Kepulauan Meranti

    Pekan Baru, Kota

    Dumai, Kota

    Kerinci

    Merangin

    Sarolangun Batanghari

    Muaro Jambi

    Tanjung Jabung Barat

    Tanjung Jabung TimurBungo

    Tebo

    Jambi

    Sungai Penuh

    Ogan Ilir

    Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur

    Ogan Komering Ulu

    Muara Enim

    Lahat

    Musi Rawas

    Musi Banyuasin

    BanyuasinEmpat Lawang

    Palembang

    Pagar Alam

    Prabumulih

    Bengkulu Selatan

    Bengkulu Tengah

    Bengkulu Utara

    Rejang Lebong

    KaurSeluma

    Mukomuko

    Lebong

    KepahiangBengkulu, Kota

    Lampung BaratLampung SelatanLampung TengahLampung Timur

    Lampung Utara

    Tulang Bawang Barat

    Tulang Bawang

    TanggamusWay Kanan Pesawaran

    Pringsewu

    Mesuji

    Bandar Lampung

    Metro

    Bangka BaratBangka Selatan

    Bangka Tengah

    Bangka

    Belitung Timur

    Belitung

    Pangkal Pinang

    BintanKarimun

    Natuna

    Lingga

    Kepulauan Anambas

    Batam

    Tanjung PinangDS

    LQ

    SSLQ

  • 63

    Lingga, dan Batam masuk dalam sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran.

    Daerah lain di Sumatera seperti Aceh Baray, Aceh Besar, Bireuen, Nagan Raya, Nias

    Selatan, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Lumapuluh Kota, Kepulauan Mentawai, Kota

    Pagar Alam, Bengkulu Selatan, Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang merupakan sektor

    basis di perdagangan, hotel, dan restoran, tetapi pertumbuhan didaerah ini lebih lambat

    dibandingkan dengan nasional sehingga tergolong dalam sektor prospektif, sementara

    daerah lain tergolong kedalam klasifikasi andalan dan tertinggal dimana sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran bukan merupakan sektor basis.

    3. Pulau Kalimantan

    Persebaran sekor unggulan untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran

    terdapat di Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, Sintang, Kota Waringin Timur, Kota

    Banjar, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Samarinda, dan Tarakan. Sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran yang tergolong dalam kategori sektor prospektif

    terdapat di Kabupaten Bengakayang, Landak, Melawi, Singkawang, Tanah Laut, dan Kota

    Balikpapan. Kabupaten dan

    kota lain di

    Kalimantan

    termasuk da-

    lam sektor an-

    dalan maupun

    tertinggal yang

    merupakan bu-

    kan basis di

    sektor perda-

    gangan, hotel,

    dan restoran.

    SambasPontianak, KotaPontianak

    Sanggau

    Ketapang

    SintangKapuas Hulu

    BengkayangLandak

    SekadauMelawiKayong Utara

    Kubu Raya

    Singkawang, KotaKotawaringin Barat

    Kotawaringin TimurKapuas Hulu

    Kapuas

    Barito SelatanBarito TimurBarito Utara

    Katingan

    Seruyan

    Sukamara

    Lamandau

    Gunung Mas

    Pulang Pisau

    Murung Raya

    Palangkaraya, Kota

    Tanah Laut

    Kota Baru

    Banjar, Kota

    Barito Kuala

    Tapin

    Hulu Sungai Selatan

    Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara

    Tabalong

    Tanah Bumbu

    Balangan

    Banjarmasin, Kota

    Banjar Baru, Kota

    Kutai Barat

    Kutai Kartanegara

    Kutai Timur

    Berau

    Bulungan

    NunukanMalinau

    Penajam Paser Utara

    Tana Tidung

    Balikpapan, Kota

    Samarinda, KotaTarakan, Kota

    Bontang, Kota

    DS

    LQ

    SSLQ

    Gambar 4.6. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Kalimantan

  • 64

    3. Bali dan Nusa Tenggara

    Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sangat berkembang di Pulau Bali

    sehingga sebagian besar daerah ini termasuk dalam klasifikasi sektor unggulan antara

    lain Kota Denpasar, Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Klungkung, Tabanan,

    Lomok Barat dan Ende. Sementara hanya satu daerah yang merupakan sektor basis

    namun pertumbuhannya lambat yakni Kota Kupang. Sektor tertinggal perdagangan,

    hotel, dan restoran di Bali dan Nusa Tenggara adalah Kabupaten Dompu, Lombok

    Tengah, dan Sumbawa Barat, sedangkan daerah lain d