laporan sektor unggulan 497 kabupaten kota di indonesia-libre
DESCRIPTION
Potensi Sektor unggulan di Indonesia oleh World BankTRANSCRIPT
-
i
Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia
Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Laporan 2014
-
ii
halaman ini sengaja dikosongkan
-
iii
Peta Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota di Indonesia
Tim Penyusun:
Akhmad Akbar Susamto
Ma uful Musthofa
Amiadji Nur Kamil
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji syuku atas kehadi at Allah u ha ahu Wataala sehi gga lapo a Pe etaa
Sektor Uggulan 49 Ka upate /Kota I do esia i i dapat dipu likasika . Sesuai dengan UU
Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
pemerintah pusat baik itu pemerintah pusat maupun daerah memiiki kewenangan untuk
mengelola pembangunan daerah masing-masing.
Sesuai dengan hal tersebut, laporan ini disusun dalam rangka memetakan sektor
unggulan 467 kabupaten/kota Indonesia berdasarkan sektor pembentuk PDB yang terdiri dari
9 sektor. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut mendukung atas
terselesainya laporan ini.
Semoga Laporan Ini bermanfaat bagi semua pihak.
Selamat Membaca.
Yogyakarta, 10 Juni 2014
Akhmad Akbar Susamto
Koordinator KKDSI UGM
-
v
RANGKUMAN EKSEKUTIF
embangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan daerah dan
pertumbuhan ekonomi daerah dari negara tersebut. Pembangunan dan
pertumbuhan daerah tidak terlepas dari karakteristik serta spesifikasi wilayah
tersebut. Pembangunan daerah tersebut sangat bergantung sejauh mana pemerintah daerah
dapat mengelola sumber daya dan potensi lokal daerah tersebut serta memecahkan
permasalahan yang terjadi di wilayahnya. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berbeda-beda tiap wilayah terkait erat dengan peranan sektoral yang mempengaruhi
pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perbedaan potensi dan keunggulan antara satu daerah
dengan daerah yang lainnya menjadikan sangat penting bagi setiap daerah untuk mengetahui
seberapa besar sektor-sektor yang ada dalam kontribusi terhadap PDRB daerah tersebut,
sehingga dapat menyusun dan membentuk kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan serta
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Laporan ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor perekonomian yang menjadi
sektor unggulan 497 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Pemetaan ini dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan teori basis ekonomi atau sektor unggulan serta dengan
menggunakan alat analisis Static Symetric Location Quatient (SLQ) dan Dinamic Symetric
Location Quation (DSLQ). Sektor sektor perekonomian yang menjadi acuan dalam laporan ini
adalah sektor-sektor pembentuk PDRB di Indonesia, antara lain Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas,
dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi;
Keuangan, Real Estate, dan Jasa-jasa.
Berdasarkan pemetaan sektor unggulan terhadap kabupaten atau kota di seluruh
Indonesia, secara keseluruhan sektor unggulan di kabupaten atau kota di Pulau Jawa
didominasi oleh sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor listrik, gas,
dan air bersih;dan sekor konstruksi. Untuk kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sumatera
P
-
vi
(termasuk Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung) sektor unggulan daerah
didominasi sektor pertanian; dan sektor konstruksi. Untuk wilayah kabupaten atau kota yang
berada di Pulau Kalimantan sektor unggulan sebagain besar terdapat di sektor pertanian;
sektor pertambangan dan penggalian dan sektor konstruksi. Sektor unggulan di wilayah
kabupaten atau kota di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara antara lain paling banyak
dalam sektor pertanian dan sektor konstruksi. Kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sulawesi
didominasi kategori unggulan untuk sektor pertanian dan sektor konstruksi. Untuk wilayah
kabupaten dan kota di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku, kategori unggulan paling banyak
terdapat pada sektor pertanian dan sektor konstruksi.
-
vii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Rangkuman Eksekutif v
Daftar Isi vii
Pendahuluan 1
Kerangka Teori dan Metodologi 3
Pemetaan Masing-masing Sektor Pembentuk PDB 7
1. Sektor Pertanian 8
2. Sektor Manufaktur 25
3. Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 41
4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 57
5. Sektor Pertambangan dan Penggalian 73
6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 91
7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 112
8. Sektor Konstruksi 126
9. Sektor Jasa-Jasa 141
Kesimpulan 156
Daftar Pustaka 157
Lampiran 160
Tentang Penulis 217
-
1
PENDAHULUAN
embangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi suatu
negara. Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi yang
melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta usaha pengentasan kemiskinan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Todaro, 2000). Pembangunan
diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita sehingga diharapkan dapat
mengurangi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Oleh
karena itu strategi dalam pembangunan ekonomi dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Dalam proses pembangunan ekonomi daerah, tidak terlepas dari pembangunan
ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola
kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru dan
perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah
dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut (Arsyad, 1999).
Pemerataan dalam pembangunan daerah tersebut terwujud dengan adanya otonomi
daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan
undang-undang tersebut, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam
merancang dan mengelola program pembangunan sesuai dengan keinginan dan sumberdaya
yang dimiliki oleh daerah setempat.
Salah satu indikator dalam kemajuan perekonomian daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi agregat yang dihitung dari Produk Domestk Bruto (PDB) dari tingkat
pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila suatu sektor memiliki kontribusi yang relatif besar
P
-
2
dan pertumbuhannya sangat lambat, maka dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara
agregat. Sebaliknya apabila suatu sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar
terhadap total perekonomian maka sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat.
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2005-2012* (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2014)
Indonesia masuk dalam 20 negara dengan PDB terbesar di dunia, sehingga
menempatkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia1. Besarnya
PDB tersebut didukung oleh berkembangnya sektor-sektor pembentuk PDB Indonesia. Dilihat
dari laju pertumbuhan PDB, dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia stabil dikisaran angka 5-6 persen pertahun. Sementara laju pertumbuhan terbesar
didukung oleh sektor jasa yang mengalami pertumbuhan hingga 8,3 persen pada tahun 2011
dan industri sekitar 6 persen2. Dalam hal ini setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-
beda disebabkan karena perbedaan geografis dan sumberdaya yang beraneka ragam. Oleh
1 Worldbank mencatat PDB Indonesia 2012 sebesar US$ 878,043 yang berada pada posisi 16
terbesar didunia.
2 Sektor industri: sektor industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; dan sektor konstruksi,
sedangkan sektor jasa meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan
dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.
5.69 5.5
6.356.01
4.63
6.226.49 6.26
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Primer Industri Sektor Jasa PDB* angka sementara
-
3
karena itu perlu pendekatan dalam menganalisis sektor unggulan masing-masing daerah.
Laporan ini disusun untuk memetakan sektor unggulan masing-masing daerah seluruh
kabupaten dan kota di Indonesia dengan tujuan agar sektor-sektor yang menjadi unggulan
dalam penyumbang perekonomian daerah dapat dikelola secara maksimal karena sektor
unggulan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor lainnya
KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI
Pertumbuhan ekonomi daerah ditunjukkan dengan peningkatan PDRB secara agregat.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang ada dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitugan PDRB
berdasarkan metode produksi pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)
dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen yang termasuk nilai tambah
bruto mencakup komponen faktor pendapatan yakni upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan, penysutan, dan pajak tidak langsung. Jadi dengan menghitung nilai tambah
bruto dari masing-masing sektor kemudian dijumlahkan akan menghasilkan PDRB. Sektor-
sektor pembentuk PDRB di Indonesia mencakup sembilan sektor yaitu:
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa dan Lainnya
Teori basis ekonomi atau sektor unggulan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harry
W. Richardson (1983) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar. Arsyad, 1999
menjelaskan bahwa pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan keunggulan daerah dan
-
4
penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan
mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada
sektor yang sama dengan daerah lain. Pada dasarnya sektor basis (sektor unggulan) harus
dikaitkan dengan bentuk perbandingan baik itu dalam skala internasional, nasional, maupun
regional. Pada lingkup internasional suatu sektor dikatakan unggul jika mampu bersaing
dengan sektor yang sama dengan negara lain, sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor
dapat dikategorikan unggulan apabla di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang
sama yang dihasilkan oleh wilayah lain dipasar nasional maupun domestik (Fachrurrazy, 2009).
Data-data yang digunakan untuk mengetahui output pada sektor-sektor
perekonomian adalah data PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun
2000 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang diperoleh dari data Worldbank.
Sementara, alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor unggulan daerah adalah
dengan menggunakan gabungan antara analisis Static Location Quatient (LQ) dan Dinamic
Location Quation (DLQ) Metode SLQ digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-
sektor disuatu wilayah tertentu. SLQ merupakan perbandingan antara besarnya peran suatu
sektor di satu daerah terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas
(Kuncoro, 2004). Untuk Menghitung Nilai SLQ formula yang digunakan adalah sebagai berikut: = / dimana:
= PDRB sektor i di kabupaten/kota j = total PDRB di kabupaten/kota j = PDRB nasional di sektor i = total PDRB nasional Nilai i deks de ga e ta g a ta a SLQij . Berdasarkan formulasi yang
ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada dua kemungkinan nilai SLQ yang dapat
ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997: 174; Kuncoro, 2007). Nilai SLQij > 1 menunjukkan
bahwa sektor i merupakan sektor unggulan daerah kabupaten/kota j, sekaligus merupakan
-
5
basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh kabupaten/kota j. Sedangkan nilai SLQij
< 1 menunjukkan bahwa sektor i bukan merupakan sektor unggulan dari kabupaten/kota j dan
bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.
Namun nilai SLQij memiliki kelemahan yakni menunjukkan nilai yang tidak simetris sehingga
nilainya tidak dapat diperbandingkan dua sisinya. Sehingga mengikuti Dalum et al (1998) and
Laursen (1998), Widodo dan Taufiqurrahman (2011) 3 mengembangkan menjadi Indeks
Symetric Static Location Quotient (SSLQ) yakni: = 1 / + 1 Sehingga Nilai SSLQ menjadi antara -1 hingga 1, jika nilai lebih besar dari nol,
menunjukkan bahwa kabupaten/kota j memiliki memiliki keunggulan komparatif di sektor i,
sedangkan sebaliknya jika SSLQij lebih dari nol maka kabupaten/kota j tidak memiliki
keunggulan komparatif pada sektor i.
Sedangkan DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi laju
pertumbuhan sektor dari waktu ke waktu. DLQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Kuncoro, et al, 2005):
= [(1+ )/ 1+ 1+ / 1+ ] = dimana: = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor di kabupaten/kota j = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di Indonesia = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia = Selisih tahun akhir dan tahun awal = Indeks potensi pengembangan sektor i di kabupaten/kota j = Indeks potensi pengembangan sektor i di Indonesia
3Pada dasarnya metode dalam analisis LQ dalam kajian ekonomi regional tidak berbeda dengan konsep Revealed Comparative Advantage (RCA) dalam ekonomi internasional. Kedua alat analisis ini sama-sama digunakan untuk menganalisis komoditas (sektor atau subsektor) unggulan atau berdaya saing di suatu wilayah.
Perbedaannya hanyalah pada lingkup negara dan dunia. Danum, Laursen, dan Widodo dalam penelitiannya mencoba mensimetriskan indeks RCA menjadi
Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) yang ditransformasi dari indeks RSCA. : = 1/ + 1 di mana: RSCAij adalah Revealed Symmetric Comparative Advantage negara i pada produk j; dan RCAij adalah Revealed Comparative Advantage negara i pada produk j.
-
6
Nilai DLQ tersebut dapat diartikan jika DLQij > 1, maka potensi perkembangan sektor i
di kabupaten/kota j lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Indonesia,
sebaiknya jika DLQij < 1, potensi perkembangan sektor i di kabupaten/kota j lebih lambat
dibandingkan dengan sektor i di Indonesia.
Transformasi Dynamic Location Quatient menjadi Dynamic Symetric Location Quatient
diperoleh sebagai berikut: = 1 + 1 Karena dimungkinkannya DLQ bernilai negatif, maka transformasi DLQ menjadi DSLQ
untuk DLQ yang bernilai negatif adalah sebagai berikut: = + 1 1 Oleh karena itu DSLQ akan memiliki nilai antara -1 hingga +1, jika lebih dari nol, maka
sektor i potensi perkembangannya di kabupaten j lebih cepat dibandingkan sektor yang sama
di Indonesia, tetapi jika kurang dari nol, potensi perkembangan sektor i di kabupaten j lebih
lambat dibanding dengan sektor yang sama di nasional.
Selanjutnya adalah hasil dari penggabungan antara SSLQ dan DSLQ (Kuncoro, 2009),
maka diperoleh klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Sektor Gabungan SSLQ dan DSLQ
Sumber: Kuncoro, 2009
-
7
Dengan menggunakan klasifikasi SSLQ dan DSLQ dari kesembilan sektor tersebut,
dapat diperoleh persebaran sektor mana saja yang merupakan sektor andalan, sektor
unggulan, sektor prospektif, dan sektor tertinggal di kabupaten/kota di Indonesia. Selanjutnya
dibuat dalam software ArcGis untuk meakukan pemetaan sektor ungulan. Lebih lanjut
kerangka pemikiran dalam laporan ini ditunjukkan dalam gambar 1.2:
Gambar 1.2. Skema Kerangka Pemikiran Pemetaan Sektor Unggulan Kabupaten-Kota
Indonesia
PEMETAAN MASING-MASING SEKTOR PEMBENTUK PDB
Pembahasan selanjutnya adalah pemetaan masing-masing sektor pembentuk PDB 497
kabupaten/kota di Indonesia yang dijabarkan menjadi 9 sektor antara lain: (1) sektor
pertanian; (2) sektor manufaktur; (3) sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; (4)
sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (5) sektor pertambangan dan penggalian; (6) sektor
pengangkutan dan komunikasi; (7) sektor listrik,gas, dan air bersih; (8) sektor konstruksi; dan
(9) sektor jasa-jasa. Pembahasan dibagi menjadi 6 pulau besar, yakni Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku-Papua.
-
8
sumber gambar: http://www.planetmattersandmore.com/wpcontent/uploads/2011/12/Sustainable-Agriculture.jpg
-
9
ektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam menyumbang perekonomian
nasional terutama dalam kontribusi PDB, penyedia lapangan pekerjaan, dan
penyediaan pangan. Perhitungan PDB sektor pertanian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan produksi. Nilai PDB sektor pertanian mencakup subsektor tanaman
bahan makanan (tanaman pangan dan holtikultura), tanaman perkebunan, peter-nakan dan
hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan mencakup
komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian,
kacang tanah, kedelai, sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.
Subsektor perkebunan mencakup semua kegiatan perkebunan baik yang diadakan
pemerintah maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi cengkeh, jahe,
jarak, kakao, karet, kapas, kelapa, kelapa sawit, pala, kopi, teh, dan tanaman perkebunan
lainnya. Subsektor
kehutanan men-
cakup kegiatan pe-
nebangan segala
jenis kayu serta pe-
ngambilan daun-
daunan, getah, akar,
termasuk juga kegia-
tan perburuan. Ko-
moditi ini terma-suk
kayu gelondongan, rotan, kayu bakar, bambu, serta hasil hutan lainnya. Sedangkan subsektor
perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya baik yang
dibudidayakan di air tawar dan air laut.
Dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, sektor pertanian selalu
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, laju pertumbuhan rata-rata 3,7 persen pertahun
dari tahun 2007 hingga 2013. Pada tahun 2012 nilai PDB sektor pertanian mencapai 328,3
triliun rupiah yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 315,0 tirliun
rupiah. Kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan menyumbang kontribusi terbesar 48,4
S
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga Konstan (2000) Harga Berlaku
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 1.3. Total PDB Sektor Pertanian 2004-2013 (milyar rupiah)
-
10
persen dari total sek-tor pertanian atau setara dengan 158,9 milyar rupiah pada tahun 2012.
Jika dilihat dari tren sektor pertumbuhannya tanaman bahan makanan mengalami
peningkatan rata-rata 30 persen per-tahun. Kontribusi terbesar kedua subsektor perikanan
yang menyumbang 17,6 persen senilai 57,7 triliun rupiah. Sumbangan yang besar ini karena
potensi laut di Indonesia cukup besar dalam menghasilkan produk-produk dari hasil perikanan
dan kelautan.
Kontribusi subsektor perkebunan menyumbang 15,9 persen terhadap sektor pertanian
atau setara 52,3 triliun rupiah pada tahun 2012. Selanjutnya adalah subsektor peternakan
yang menyumbang sebesar 12,8 persen dengan nilai PDB sebesar 41,9 triliun rupiah.
Sementara subsektor kehutanan menyumbang 5,3 persen dari total PDB pertanian atau
sebesar 17,4 triliun rupiah. Tren untuk subsektor hasil hutan ini mengalami penurunan
beberapa tahun terakhir akibat dari adanya deforestasi hutan.
Tabel 1.2. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sub Sektor Pertanian 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan 271.5 284.6 295.9 304.8 315.0 328.3 339.9
a. Tanaman Bahan Makanan 133.9 142.0 149.1 151.5 154.2 158.9 162.0
b. Tanaman Perkebunan 43.2 44.8 45.6 47.2 49.3 52.3 54.9
c. Peternakan 34.2 35.4 36.6 38.2 40.0 41.9 43.9
d. Kehutanan 16.5 16.5 16.8 17.2 17.4 17.4 17.4
e. Perikanan 43.7 45.9 47.8 50.7 54.2 57.7 61.7
2. Non Pertanian 1352.4 1434.0 1514.5 1609.2 1712.1 1817.5 1929.3
PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
Sumber: BPS (diolah)
Pangsa sektor pertanian menunjukkan nilai sektor pertanian di provinsi terhadap
sektor pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki nilai PDRB sektor
pertanian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor pertanian terbesar masih terkonsentrasi di
pulau jawa dimana pangsa terbesar ditempati oleh Jawa Timur (15,75%), Jawa Tengah
(12,60%), Jawa Tengah (10,59%). Sedangkan di Pulau Sumatera, Sumatera Utara memiliki
pangsa sektor pertanian sebesar (8,79%), Riau (5,19%), Lampung (4,66%), Sumatera Selatan
(3,93%), dan Pulau Sulawesi Sulawesi Selatan yang menyumbang pangsa (4,41%) . Sedangkan
-
11
provinsi lainnya sektor pertanian masih menyumbang sekitar 1 hingga 2 persen dari total PDB
sektor pertanian di nasional. Ilustrasi dapat dilihat digambar 1.4.
Gambar 1.4. Pangsa Sektor Pertanian Provinsi Tahun 2011 (%)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
Klasifikasi Sektor Unggulan Pertanian Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Jawa
Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ, di Pulau Jawa sendiri, sektor pertanian yang
tergolong dalam kelompok unggulan terdapat di Kabupaten Garut untuk Jawa Barat,
0 5 10 15 20
DKI Jakarta
Gorontalo
Maluku Utara
Maluku
Kepulauan Riau
Papua Barat
Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
D I Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Papua
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Jambi
Bali
Kalimantan Tengah
Banten
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur,
Kalimantan Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Lampung
Riau
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
-
12
sedangkan di Jawa Tengah yang tergolong kategori unggulan terdapat di Kabupaten Brebes,
Demak, Jepara, Kebumen, Kendal, Pati, Rembang, Sragen , Wonogiri, Wonosobo. Sedangkan
untuk provinsi Jawa Timur kategori unggulan untuk sektor pertanian yakni Kabupaten
Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Bondowoso, Magetan, Mojokerto, Pamekasan,
Pasuruhan, dan Kulon Progo. Nilai SLQ dan DSLQ daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih
dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor unggulan yang berarti merupakan sektor basis
dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian di nasional.
Sedangkan kategori
sektor prospektif sek-
tor pertanian dimana
kategori ini nilai
SSLQ>0 yang menun-
jukkan bahwa sektor
pertanian meru-
pakan sektor ba-
sis, namun DSLQ
-
13
dan Tulung Agung. Sedangkan untuk wilayah DIY, Bantul dan Gunung Kidul merupakan sektor
prospektif untuk sektor pertanian.
Selain kategori sektor unggulan dan potensial, terdapat kategori sektor andalan
dimana di sektor andalan memiliki sektor pertanian di kabupaten/kota bukan merupakan
sektor basis, namun memiliki pertumbuhan yang cepat. Untuk kategori sektor andalan sektor
pertanian ini terletak di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Bekasi,
Semarang, dan Kota Blitar. Sedangkan sisanya merupakan sektor tertinggal yang biasanya
merupakan daerah perkotaan, dimana dalam kategori sektor tertinggal daerah ini bukan
merupakan basis pertanian dan pertumbuhan sektor pertanian yang lambat.
2. Sumatera
Gabungan SLQ dan DSLQ di Pulau Sumatera kategori sektor unggulan pertanian
terdapat di hampir setiap provinsi. Di NAD Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh
Jaya, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, dan Nagan Raya. Sumatera Utara,
sektor unggulan pertanian terletak di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Nias.
Langkat, Tanah karo. Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Toba Samosir,
Mandailing Natal, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Samosir, Batu Bara, Padang Lawas,
Pematang Siantar,
Sibolga, dan Tanjung
Balai Kota. Di wilayah
Sumatera Barat sektor
unggulan pertanian ter-
letak di Kabupaten Pe-
sisir Selatan, Solok Se-
latan, Solok, Sawah-
lunto Sijunjung, Tanah
Datar, Agam, Limapu-
luh Kota , Pasaman Ba-
rat, Mentawai, Pasa-
man, dan Kota Pari-
Banda AcehAceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias BaratNias SelatanNias Utara
NiasLangkat
Ta0h KaroDeli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
DairiToba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak Bharat
Humbang Hasundutan
Samosir
Serdang Bedagai
Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas
Medan
Pematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli
Pesisir SelatanSolok Selatan
SolokSawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasamanKepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan SingingiKepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan Ilir
Ogan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat Lawang
Palembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang LebongKaur
Seluma
Mukomuko
LebongKepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung SelatanLampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang BawangTanggamus
Way KananPesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
MetroBangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
Bintan
Karimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
Gambar 1.6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera
-
14
aman. Sementara untuk Provinsi Riau, sektor unggulan pertanian ada hampir di setiap ka-
bupaten kota seperti Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Pelalawan,
Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kuantan Sengingi, dan Kepulauan Meranti. Provinsi Jambi juga masih
terdapat banyak sektor unggulan pertanian yakni tersebar di Kabupaten Kerinci, Merangin,
Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Timur, dan Tembo. Sedangkan di Sumatera Selatan
dan Bengkulu didominasi oleh sektor unggulan pertanian yang tersebar di Kabupaten Ogan
Hilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, dan Banyuasin serta Bengkulu Utara
hingga Selatan, Seluma, Lebong dan Kepahiang. Di wilayah Lampung dan Bangka Belitung
sektor unggulan tersebar di Lampung Utara hingga Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat
dan Tulang Bawang, Way Kanan, Pesawaran, Pring Sewu, dan Mesuji. Untuk Kepulauan
Bangka dan Belitung sektor unggulan pertanian hanya terdapat di Bangka Barat dan Bangka
Tengah.
Klasifikasi sektor prospektif dalam sektor prospektif di pulau Sumatera tersebar di
daerah Aceh Pidie, Aceh Selatan, Aceng Singkil, Aceh Timur, Simeulue, Pidie Jaya, Gayo Luwes,
dan Subussalam, Sarolangun, Batanghari, Bungo, Empat Lwang, Pagar Alam, Rejang Lebong,
Kaur, Mukomuko Lampung Barat, Tenggamus, Bangka, Belitung Timur, Belitung Barat, dan
Lingga. Kabupaten/kota diatas pertanian merupakan sektor basis, namun pertumbuhan
sektor tersebut lebih lambat daripada sektor pertanian di nasional.
Klasifikasi sektor andalan di sektor pertanian antara lain terdapat di Kota Banda Aceh
, Kota Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Padang, Solok, dan
Payakumbuh. Serta beberapa kabupaten kota di Kepulauan Bangka Belitung tang tersebar di
Bangka Tengah, Bintan, dan Batam. Daerah-daerah perkotaan seperti Kota Sabang, Kota
Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Sawah Lunto, Padang Panjang, Bukit Tinggi,
Pekanbaru, Dumai, Jambi, Sungai Penuh, Prabumulih, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung,
Pangkal Pinang, dan Tanjung Pinang tidak memiliki sektor unggulan atau sektor tertinggal
dalam di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan daerah tersebut sektor pertanian bukan
merupakan basis utama dan pertumbuhan yang lambat.
-
15
3. Kalimantan
Sektor unggulan pertanian tidak cukup banyak hanya tersebar dibeberapa
kabupaten/kota saja yakni di Kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu,
Bengkayang, Sintang, Landak, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Rayam Kota Waringin Barat dan
Timur, Kapuas Hulu dan Kapuas Barito Timur, Katingan, Seruyan, Suamara, Lamandau, Gunung
Mas, Pulau Pisang, Hulu Sungai Selatan, Kota Baru, Hulu Sungai Tengah, Tanah Bambu,
Balangan, dan Tana Tidung.
Terdapat beberapa daerah yang merupakan sektor basis pertanian namun
pertumbuhan yang lambat menjadikan klasifikasi sektor prospektif pertanian. Klasifikasi
sektor prospektif ini tersebar di Ketapang, Melawi, Barito Selatan, Barito Utaram Murung
Raya, Tanah Laut, Banjar Kota, Tapin, Nunukan dan Malinau.
Daerah-daerah seperti Kota Palangkaraya, Banjarmasin, Kutai Barat, Kutai Timur,
Berau, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda, dan Bontang merupakan sektor
tertinggal karena sektor pertanian tidak banyak memiliki kontribusi terhadap PDRB di
kabupaten/kota tesebut.
Gambar 1.7. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
Melawi
Kayong UtaraKubu Raya
Singkawang, Kota
Kotawaringin BaratKotawaringin Timur
Kapuas HuluKapuas
Barito SelatanBarito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
SukamaraLamandauGunung MasPulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai UtaraTabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
-
16
4. Bali dan Nusa Tenggara
Wilayah Bali dan
Nusa Tenggara
yang memiiki
sek-tor unggulan
di sektor per-
tanian antara lain
Kota Bima, Kabu-
paten Biak, Kabu-
paten Dompu,
Lombok Timur,
Lombok Utara,
Sumbawa, Sum-
ba Timur, Ende, Flores Timur, Kupang, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, dan Rote Ndao,
Sumba Barat Daya, dan Timor Tengah Selatan. Sektor prospektif terdapat di Bangli, Buleleng,
Gianyar, Jembrana, Karang Asem, Klungkung, Tabanan, Lombok Barat, Lombok Tengah, Alor,
Belu, Lembata, Mangagrai Barat, Manggarai, Sabu Raijua, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah,
dan Timor Tengah Utara. Sedangkan daerah lain seperti Kota Denpasar, Badung, Mataram,
Sumbawa Barat dan Kupang merupakan sektor tertinggal di sektor pertanian.
5. Sulawesi
Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan
pertanian pertanian antara lain Kota Bitung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Buol, Parigi
Mouting, Poso, Sigi, Tojo Una-una, Toli-toli, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe, Muna,
Mamuju, Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Polewali Mandar, Bantaeng, Barru, Enrekang,
Luwu Utara, Luwu , Maros, Pangkajene Kepulauan, Pinrang, Selayar, Sidenreng Rappang,
Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo Utara, dan
Pohuwato.
Gambar 1.8. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
BadungBangli
BulelengGianyar
Jembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
Bima
Mataram
Bima
Dompu
Lombok BaratLombok Tengah
Lombok TimurLombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Kupang
Sumba Timur
Alor
EndeFlores TimurKupang
Lembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote Ndao
Sabu RaijuaSikka Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
-
17
6. Maluku dan Papua
Daerah Maluku dan Papua hampir sebagian besar merupakan basis di sektor pertanian,
namun ada yang per-
tumbuhannya lambat
dan cepat. Di Kepu-
lauan Maluku Kota
Tual, Kabupaten Buru
Selatan, Kabupaten
Buru, Kepulauan Aru,
Maluku Barat Daya,
Maluku Tenggara Ba-
rat, Kepulauan Tido-
re, Halmahera Barat,
Halmahera Selatan,
Halmahera Timur,
Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi
Bitung
Manado
Tomohon
BolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong UtaraBolMong
Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Minahasa
PaluBanggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
PosoSigiTojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
KolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
MamujuMajene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu UtaraLuwu
Maros
Pangkajene KepulauanPinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
TakalarTana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
Boalemo
Bone BolangoGorontalo Utara
Gorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru SelatanBuru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat DayaMaluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian BaratSeram Bagian TimurSorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
-
18
Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Morotai merupakan daerah ynag memiliki sek-tor
unggulan per-tanian. Pulau Papua yang tergo-long dalam sektor unggulan perta-nian tersebar
di Biak Numfor, Jaya-pura, Keerom, Ma-ppi, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Supiori. Yapen
Waropen, Fak-fak, Maybrat, Raja Ampat, dan Tambrau. Beberapa wilayah yang memiliki
sektor basis pertanian namun pertumbuhannya lambat yang masuk dalam kategori sektor
prospektif pertanian antara lain Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Halmahera Tengah, Asmat, Boven Digoel, Deiyai, Dogiyai,
Intan Jaya, Jayawijaya, Lanny Jaya, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Merauke, Nduga,
Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Sarmi, Tolikara, Waropen, Yakuhimo, Yalimo,
Kaimana, Manokwari, Sorong Selatan, dan Teluk Wondama. Daerah lainnya seperti Kota
Ternate, Jayapura, Mimika, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Teluk Bintuni tergolong
sektor tertinggal dan andalan.
-
1. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Jawa
-
2. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera
-
3. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan
-
4. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara
-
23
5. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi
-
6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Maluku dan Papua
-
25
sumber gambar: http://www.teknoup.com/news_images/16406/main.jpg
-
26
ektor industri manufaktur menyumbang hampir 26 persen terhadap total
sumbangan PDRB Indonesia. Penggolongan Industri pengolahan
terhadap PDB terdiri dari 2 jenis yaitu industri migas dan industri bukan
migas. Industri migas terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG).
Sedangkan Industri bukan migas terdiri dari (1) industri makanan, minuman, dan
tembakau; (2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; (3) industri kayu dan produk
lainnya; (4) industri produk kertas dan percetakan; (5) industri produk pupuk, kimia, dan
karet; (6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; (7) industri logam dasar
besi dan baja; (8) industri peralatan, mesin dan perlengkapan transportasi; (9) industri
pengolahan lainnya.
Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Sektor Industri Pengolahan (yoy) 2001-2013** (%)
Sumber: BPS (diolah).
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur mengalami
pertumbuhan yang cukup signikan dari tahun 2001 hingga 2013 meskipun pada tahun
2008 hingga 2009 sempat mengalami penurunan akibat krisis global. Secara gradual
higga tahun 2012 tercatat pertumbuhan sektor manufaktur meningkat menjadi 5,74
persen. Industri bukan migas menyumbang kontribusi 93,2 persen dari total PDB industri
pengolahan, sementara industri migas hanya menyumbang 6,7 persen dari total PDB
industri pengolahan (2012). Nilai PDRB untuk industri bukan migas ini mencapai 624,7
triliun rupiah pada tahun 2012.
0
1
2
3
4
5
6
7
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
S
-
27
Tabel 2.2. PDB Sektor Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008-2013 (triliun
rupiah)
Sumber: BPS
Jika dilihat dari subsektor industri pengolahan, industri migas yang terdiri dari
pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG), kontribusi pengilangan minyak bumi
sebesar 46,3 persen sedangkan gas alam cair (LNG) sebesar 53,6 persen dengan nilai
PDRB masing-masing sebesar 21,0 triliun dan 25,9 triliun rupiah. Sementara sektor
industri bukan migas yang menyumbang kontribusi terbesar adalah subsektor industri
peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi disusul dengan industri makanan,
minuan, dan tembakau serta industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kontribusi
PDB subsektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi pada tahun
2012 mencapai 58,5 tirliun rupiah atau sebesar 34,7 persen dari total PDB subsektor
industri pengolahan bukan migas. Industri makanan, minuman, dan tembakau
Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Industri Pengolahan 557.8 570.1 597.1 633.8 670.2 707.5
a.Industri Migas 47.7 46.9 47.2 46.8 45.5 44.6
1). Pengilangan Minyak Bumi 21.0 21.1 21.3 21.5 21.0 21.3
2). Gas Alam Cair (LNG) 26.7 25.9 25.9 25.3 24.4 23.4
b. Industri Bukan Migas 510.1 523.2 549.9 587.0 624.7 662.8
1). Industri Makanan, Minuman
dan Tembakau 139.9 155.6 159.9 174.6 187.8 194.1
2). Industri Tekstil, Barang dari
Kulit dan Alas Kaki 51.0 51.3 52.2 56.1 58.5 62.1
3). Industri Kayu dan Produk
Lainnya 20.3 20.1 19.4 19.4 18.8 20.0
4). Industri Produk Kertas dan
Percetakan 25.5 27.1 27.5 27.9 26.6 27.8
5). Industri Produk Pupuk, Kimia
dan Karet 68.4 69.5 72.8 75.7 83.6 85.4
6). Industri Produk Semen dan
Penggalian Bukan Logam 16.0 15.9 16.3 17.4 18.8 19.3
7). Industri Logam Dasar Besi dan
Baja 8.0 7.7 7.9 8.9 9.4 10.1
8). Industri Peralatan, Mesin dan
PerlengkapanTransportasi 177.2 172.1 189.9 202.9 217.2 240.0
9). Produk Industri Pengolahan
Lainnya 3.8 3.9 4.0 4.1 4.0 4.0
Non Industri Pengolahan 1524.7 1608.7 1717.3 1830.8 1948.7 2062.9
PDB 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
-
28
menyumbang 187,8 triliun rupiah atau 30,05 persen, dan industri tekstil, barang dari
kulit dan alas kaki sebesar 58,5 triliun rupiah atau sebesar 9,3 persen dari total subsektor
industri pengolahan bukan migas. Sedangkan subsektor lainnya menyumbang antara 1
hingga 10 persen pada tahun 2012.
Gambar 2.3. Pangsa Sektor Industri Pengolahan Provinsi 2011 (%)
Dilihat dari pangsa PDRB sektor industri pengolahan baik itu migas maupun
bukan migas yang dibandingan per provinsi, sektor manufaktur terkonsentrasi di pulau
Jawa yakni di Jawa Barat dengan konsentrasi 25,43 persen, Jawa Timur 16,28 persen,
Jawa Timur 11,56 persen, DKI Jakarta 10,97 persen, dan Banten 8,31 persen. Selain Pulau
0 5 10 15 20 25 30
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Gorontalo
Maluku Utara
Bengkulu
Sulawesi Barat
Papua
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Jambi
Kepulauan Bangka Belitung
D I Yogyakarta
Bali
Kalimantan Selatan
Nanggroe Aceh Darussalam
Papua Barat
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Lampung
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Riau
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Timur,
Banten
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
Sumber: INDODAPOER, Worldbank (diolah)
-
29
Jawa, terdapat beberapa provinsi yang termasuk dalam 10 besar pangsa sektor
manufaktur yakni di Kalimantan Timur 5,11 persen, Sumatera Utara 4,69 persen,
Kepulauan Riau 3,93 persen, dan Riau 2,10 persen dimana untuk daerah luar jawa
tersebut lebih didominasi oleh industri pengolahan migas seperti pengilangan minyak
bumi dan gas alam cair (LNG).
1. Jawa
Berdasarkan hitungan SSLQ dan DSLQ, daerah yang berbasis sektor manufaktur
terdapat di Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Serang, Jakarta Timur,
Jakarta Utara,
Bogor Kota, Ka-
bupaten Bogor,
Kota Bandung,
Kabupaten Ban-
dung, Kota Cire-
bon, Kabupaten
Purwakarta, Ka-
rawang, Bekasi
Kota Kabupaten
Bekasi, Bandung
Barat, Sume-
dang, Kota Se-
marang, Surakarta, Kabupaten Batang, Cilacap, Jepara, Karang Anyar Kendal, Kudus,
Pekalongan, Kabupaten Smearang, Sukoharjo, dan Tegal. Untuk wilayah Jawa Timur
sektor basis manufaktur tersebar di Kota Kediri, Malang, Gresik, Mojokerto, Pasuruan,
dan Sidoarjo. Daerah tersebut kesemuanya memiliki nilai SSLQ>0, yang menunjukkan
bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun daerah-daerah tersebut nilai
DSLQ nya
-
30
diatas merupakan sektor tertinggal industri manufaktur karena bukan merupakan basis
manufaktur.
2. Sumatera
Persebaran sektor basis manufaktur di Pulau Sumatera tidak sebanyak di Pulau
Sumatera, hanya tersebar dibebeberapa provinsi seperti di NAD, Sumatera Utara, Riau,
Jambi, dan Bangka Belitung. Yang masuk dalam sektor basis manufaktur antara lain
Lhokseumawe,
Tapanuli Selatan,
Deli Serdang, Asa-
han. Labuhan Batu
Selatan, Labuhan
Batu Utara, Labu-
han Batu, Toba Sa-
mosir, Batu Bara,
Indragiri Hilir, Pe-
lalawan, Kota Du-
mai, Tanjung Ja-
bung Barat, Kota
Palembang, Bang-
ka Barat, dan Kabupaten Bintan. Daerah-daerah tersebut merupakan basis manufaktur
namun pertumbuhan yang lambat menyebabkan sektor-sektor manufaktur di pulau
Sumatera merupakan sektor prospektif. Sedangkan daerah lain di sumatera selain yang
disebutkan diatas tidak tergolong dalam sektor tertinggal industri pengolahan karena
semua bukan berbasis manufaktur dan pertumbuhannya lambat dilihat dari nilai SSLQ
-
31
3. Kalimantan
Kabupaten/kota yang berbasis sektor manufaktur di Kalimantan hanya terdapat di
kabupaten Sanggau, Kubu Raya, Barito Kuala, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang yang
menunjukkan nilai SSLQ>0 dan DSLQ
-
32
5. Sulawesi
Kabupaten Mamuju Utara memiliki nilai SSLQ sebesar 0,21 dan DSLQ sebesar -
0,96. Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun
pertumbuhan yang lambat menjadikan sektor manufaktur sebagai sektor yang
prospektif. Selain itu sektor manufaktur yang tergolong prospektif lainnya tersebar di
Kabupaten Maros dan Pangkajene Kepulauan. Nilai SSLQ di Kabupaten Maros sebesar
0,01 dan DSLQ sebesar -0,95, sedangkan nilai SSLQ dan DSLQ di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan masing-masing sebesar 0,41 dan -0,95. Daerah kabupaten/kota selain ketiga
kabupaten/kota diatas termasuk dalam sektor tertinggal untuk sektor manufaktur
karena di Sulawesi bukan merupakan daerah yang berbasis manufaktur.
Gambar 2.7. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara
DenpasarBadung Bangli Buleleng GianyarJembranaKarang AsemKlungkungTabananBima MataramBima DompuLombok BaratLombok TengahLombok TimurLombok Utara
Sumbawa Barat SumbawaKupangSumba TimurAlorBeluEndeFlores TimurKupangLembataManggarai BaratManggarai TimurManggaraiNagekeoNgadaRote Ndao
Sabu RaijuaSikkaSumba Barat DayaSumba BaratSumba TengahTimor Tengah SelatanTimor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
-
33
6. Maluku dan Papua
Kategori sektor prospektif manufaktur di kawasan Pulau Maluku dan Papua terdapat di
Kabupaten Boven
Digoel, Sorong,
dan Teluk Bintuni.
Nilai SSLQ sektor
manufaktur Kabu-
paten Boven Di-
goel sebesar 0,29
dan DSLQ sebesar -
0,95. Sementara
untuk Sorong me-
miliki nilai SSLQ
dan DSLQ sebesar
0,10 dan -0,98
dimana sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya lebih
Gambar 2.8. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi
BitungKotamobagu Manado
Tomohon
BolMong SelatanBolMong TimurBolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa UtaraMinahasa
PaluBanggai KepulauanBuolDonggala
Morowali Parigi MoutongPosoSigi Tojo Una-UnaToli-ToliBau-bau KendariBombana
Buton Utara
ButonKolaka Utara
KolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe MunaWakatobiMamujuMajeneMamasa
Mamuju UtaraPolewali Mandar MakassarPalopoPare-PareBantaengBarru BoneBulukumbaEnrekang
GowaJenepontoLuwu Timur
Luwu Utara LuwuMaros Pangkajene KepulauanPinrang
SelayarSidenreng RappangSinjai SoppengTakalarTana Toraja
Toraja UtaraWajoGorontaloBoalemo Bone BolangoGorontalo UtaraGorontaloPohuwato
DS
LQ
SSLQ
Gambar 2.9. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi
AmbonAsmat Biak Numfor Boven Digoel
Buru Selatan Buru
DeiyaiDogiyaiFak-Fak
Halmahera BaratHalmahera SelatanHalmahera Tengah
Halmahera TimurHalmahera Utara
Intan Jaya
JayapuraJayapura, KotaJayawijaya Kaimana
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan SulaLanny Jaya
Maluku Barat Daya Maluku TengahMaluku Tenggara BaratMaluku TenggaraMamberamo Raya
Mamberamo TengahManokwariMappi
Maybrat MeraukeMimika MorotaiNabireNduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
SarmiSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur
Sorong Selatan
SorongSorong, Kota
SupioriTambrauw Teluk BintuniTeluk Wondama Ternate, KotaTidore Kepulauan
TolikaraTualWaropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
-
34
lambat dari nasional Sedangkan Teluk Bintuni memiliki nilai SLQ sebesar 0,57 dan DSLQ
sebesar -0,94. Daerah lainnya merupakan sektor tertinggal dalam kategori industri
manufaktur di Papua dan Maluku.
-
1. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Jawa
-
2. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sumatera
-
3. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Kalimantan
-
4. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara
-
39
5. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi
-
6. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Maluku dan Papua
-
41
sumber gambar : http://fc01.deviantart.net/fs16/f/2007/159/0/2/BNI46_by_brumie.jpg
-
42
ektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan merupakan PDB yang dihitung
atas nilai tambah sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan. Komponen
perhitungan PDB ini terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan tanpat bank,
jasa penunjang keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Secara keseluruhan PDB
sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan menyumbang sebesar 9,6 persen
terhadap total PDB Indonesia.
Tabel 3.1. PDB Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Persahaan Atas Dasar Harga
Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sumber: BPS (diolah)
Sektor keuangan yang berasal dari bank menyumbang sebesar 41,3 persen dari
total sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan atau senilai 104,4 triliun rupiah.
Sedangkan sektor real estate menyumbang 30,1 persen atau senilai 76,1 triliun rupiah.
Sektor jasa perusahaan menyumbang sebesar 19,2 persen atau sebesar 48,6 triliun
rupiah. Sementara sektor keuangan selain non bank dan jasa penunjang keuangan
masing-masing menyumbang 8,8 persen dan 0,7 persen dengan nominal 22,2 triliun dan
1,7 trililun rupiah.
Terkait dengan pangsa sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan DKI
Jakarta merupakan pangsa terbesar sektor keuangan yang mampu menyumbang hingga
55,90 persen dari PDB sektor keuangan, disusul dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang
masing-masing 9,63 dan 5,72 persen. Sedangkan untuk wilayah selain Pulau Jawa
S
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Keuangan, Real Estate &
Jasa Perusahaan 183.7 198.8 209.2 221.0 236.1 253.0 272.2
a. Bank 78.2 84.0 86.1 90.2 96.4 104.4 114.0
b. Lembaga Keuangan
Tanpa Bank 15.1 16.5 18.1 19.3 20.7 22.2 23.8
c. Jasa Penunjang Keuangan 1.3 1.4 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
d. Real Estate 55.8 60.8 64.0 67.5 71.8 76.1 80.7
e. Jasa Perusahaan 33.1 36.1 39.6 42.5 45.6 48.6 51.9
2. Non Keuangan 1780.7 1883.7 1969.7 2093.4 2228.4 2365.9 2498.2
PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
-
43
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Kalimantan Timur yang juga memiliki
pangsa sektor keuangan yang cukup besar antara 2 hingga 4,77 persen.
Gambar 3.2. Peringkat Pangsa Sektor Keuangan Provinsi 2011 (%)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
0 10 20 30 40 50 60
Maluku Utara
Papua Barat
Maluku
Gorontalo
Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh Darussalam
Sulawesi Tenggara
Papua
Sulawesi Tengah
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Riau
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Bali
D I Yogyakarta
Sumatera Selatan
Banten
Kalimantan Timur,
Lampung
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Jawa Barat
Jawa Timur
DKI Jakarta
-
44
Klasifikasi Sektor Keuangan Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Jawa
Di
Kawasan Pulau
Jawa, yang
termasuk dalam
klasifikasi sektor
unggulan di sektor
keuangan antara
lain Kota Bogor,
Kota Cirebon, Kota
Magelang, Kota Sa-
latiga, Kota Sura-
karta, Kota Tegal,
Kabupaten Banyu-
mas, Grobogan, Kota Blitar, Pacitan, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kota
Serang. Daerah-daerah tersebut merupakan sektor basis di sektor keuangan, real estate,
dan jasa perusahaan serta pertumbuhan sektoralnya lebih cepat daripada nasional.
Sedangkan untuk sektor keuangan yang prospektif tersebar di Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, Tasikmalaya, Kabupaten Tulungagung, dan
Tangerang Selatan, dimana daerah ini juga merupakan sektor basis keuangan namun
per-tumbuhannya agak lambat atau cenderung stagnan.
Sektor lainnya tergolong dalam sektor andalan dimana sektor finansial bukan
merupakan sektor basis namun pertumbuhannya relatif cepat jika dibandingkan dengan
nasional. Untuk kategori sektor andalan keuangan ini antara lain di Jawa Barat terdapat
di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,
Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi Kota,
Kabupaten Bekasi, Bandung Barat, Cirebon, Depok, Cimahi, Sumedang, dan Kota Banjar.
Gambar 3.3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta PusatJakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota
Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
GarutTasikmalayaCiamis
KuninganCirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
SubangPurwakartaKarawang
Bekasi, KotaBekasi Bandung Barat
Cirebon
DepokCimahi
Tasikmalaya, Kota
BanjarSumedang Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
SurakartaTegal, Kota
BanjarnegaraBanyumas
Batang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
GroboganJepara
Karanganyar
KebumenKendal
Klaten
Kudus
Magelang
PatiPekalonganPemalang
PurbalinggaPurworejoRembang
Semarang
Sragen
SukoharjoTegal
Temanggung
WonogiriWonosobo
Batu
Blitar, KotaKediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, KotaMojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
Blitar
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
Madiun
MagetanMalang
Mojokerto Nganjuk
Ngawi
Pacitan
PamekasanSampangPasuruan
PonorogoProbolinggo
Sidoarjo
SitubondoSumenepTrenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta
BantulGunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
Pandeglang
Serang
TangerangDS
LQ
SSLQ
-
45
Di Jawa Tengah sektor andalan keuangan tersebar di Kabupaten Banjarnegara,
Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap Demak, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus,
Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen,
Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo. Sedangkan wilayah DIY sektor andalan
keuangan ada di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul. Di Provinsi Jawa Timur sektor
andalan keuangan terletak di Kota Batu, Kota Madiun, kota Probolunggo, Kabupaten
Blitar, Bondowoso, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Magetan, Malang,
Mjokerto, Nganjuk, Pamekasan, Sampang, Pasuruhan, Ponorogo, Probolinggo,
Situbondo, Sumenep, Trenggalek, dan Tuban. Dan beberapa daerah yang di provinsi
Banten yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai sektor andalan keuangan.
Untuk sektor tertinggal keuangan hanya ada beberapa saja yang bukan
merupakan basis di sektor pertanian dan pertumbuhan sektoralnya yang lambat. Dari
daerah-daerah di Pulau Jawa yang tergolong tertinggal di sektor keuangan antara lain
Jakarta Utara, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Bandung Kota, Sukabumi, Kota
Pekalongan, Semarang, Kebumen, Kendal, Pati, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Tegal,
Kota Kediri, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten
Bangkalan, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun, Ngawi, Sidoarjo, Kulonprogo, Kota
Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Tangerang.
2. Sumatera
Klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan meliputi Kota Medan, Pematang
Siantar, Padang Sidempuan, Payakumbuh, Kota Jambi, Sungai Penuh, Kota Prabumulih,
Mukomuko, Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kota Pangkal Pinang. Beberapa daerah
di Sumatera yang tergolong sektor prospektif keuangan antara lain Kota Sibolga, Kota
Binjai, Kota Tebing Tinggi, dan Bukit Tinggi dimana sektor keuangan merupakan sektor
basis namun pertumbuhannya lebih lambat dibanding nasional. Untuk sektor keuangan
yang diklasifikasikan dalam sektor tertinggal antara lain terdapat di Aceh Barat Daya,
Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Simeulue, Bireuen, Gayo Lues, Bener Meriah,
Sabang, Nagan Raya, Tapanuli, Nias Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal, Solok
-
46
Selatan, Solok, Agam, Pasaman Barat, Pasaman, Kota Solok, Batanghari, Muaro Jambi,
Tanjung Jabung Barat, Bungo, Ogan Komering Ulu Timur, Bengkulu Selatan, Lampung
Selatan, Tulang
Bawang, Ka-
bupaten Kari-
mun, dan Ko-
ta Batam. Se-
dangkan dae-
rah lainnya
tergolong da-
lam sektor
andalan yang
bukan basis
sektor keua-
ngan tetapi
pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sektor keuangan di
nasional.
3. Kalimantan
Sektor Unggulan di Kalimantan terdapat di beberapa kabupaten/kota
diantaranya di Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan. Kedua kota ini memiliki nilai SSLQ
dan DSLQ lebih dari nol yang menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan
termasuk klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan. Nilai SSLQ dan DSLQ Kota
Banjarmasin masing-masing sebesar 0,130 dan 0,234 sedangkan Kota Tarakan memiliki
nilai masing-masing 0,075 dan 0,167. Selain dua kota tersebut ada kota lain yakni Kota
Pontianak dan Kota Samarinda yang tergolong sektor prospektif di sektor keuangan.
Kedua kota ini memiliki sektor basis di sektor keuangan namun pertumbuhannya
tergolong lambat jika dibandingkan dengan nasional. Beberapa daerah lainnya di Pulau
Gambar 3.4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh JayaAceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener MeriahSabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli SelatanTapanuli Tengah
Tapanuli UtaraNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NiasLangkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi
Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang BedagaiBatu Bara
Padang Lawas Utara
Padang Lawas
MedanPematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
BinjaiTebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli
Pesisir Selatan
Solok SelatanSolokSawahlunto Sijunjung
Tanah DatarPadang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman Barat
Pasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman Barat
Pasaman
Padang
Solok
SawahluntoPadang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro JambiTanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai PenuhOgan Ilir
Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Komering UluMuara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat LawangPalembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung TimurLampung Utara
Tulang Bawang BaratTulang Bawang
TanggamusWay Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka Barat Bangka SelatanBangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
-
47
Kalimantan tergolong dalam klasifikasi sektor andalan. Yang tergolong dalam klasifikasi
sektor andalan di sektor keuangan antara lain di Provinsi Kalimantan terdiri dari
Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak,
Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota Singkawang. Sedangkan di
Kalimantan Tengah terdiri dari Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas Hulu,
Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur-Utara, Katingan, Seruyan, Sukamara, Lamandau,
Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Kalimantan Selatan sektor andalan di sektor
keuangan terletak di Tanah Laut, Kota Baru, Kota Bankar, Barito Kuala, Hulu Sungai
Selatan, tabalong, dan Kota Banjar Baru. Wilayah Kalimantan Timur terdiri dari Kutai
Kartanegara, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, dan Kota
Balikpapan.
Terdapat beberapa daerah yang tergolong klasifikasi sektor tertinggal di sektor
keuangan antara lain adalah Kabupaten Pontianak, Ketapang, Bengkayang, Gunung
Mas, Pulau Pi-
sang, Tapin,
Hulu Sungai
Utara, Tanah
Bumbu, Bala-
ngan, Kutai
Barat, Kutai
Timur, Berau,
dan Kota Bon-
tang. Nilai in-
deks SSLQ
dan DSLQ be-
berapa kabu-
paten/kota ini kurang dari nol sehingga sektor keuangan bukan merupakan sektor basis
dan pertumbuhan yang lambat dibanding dengan nasional.
Gambar 3.5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
SintangKapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
Melawi
Kayong Utara
Kubu Raya Singkawang, Kota
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas
Barito SelatanBarito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung MasPulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, KotaTanah Laut
Kota Baru Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
MalinauPenajam Paser UtaraTana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
-
48
4. Bali dan Nusa Tenggara
Kawasan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebagian besar bukan merupakan sektor
keuangan bukan merupakan sektor basis terbukti hanya 2 daerah yakni Kota Denpasar
dan Kota Mataram yang diklasifikasikan dalam sektor unggulan di sektor keuangan. Kota
Denpasar dan Kota Mataram masing-masing memiliki nilai SSLQ sebesar 0,205 dan 0,336
sedangkan nilai DSLQ masing-masing 0,09 dan 0,23 yang berarti bahwa kedua daerah
memiliki sektor basis keuangan dan pertumbuhan sektoral yang cepat. Sedangkan
daerah lainnya tergolong dalam klasifikasi sektor tertinggal. Klasifikasi sektor tertinggal
terdapat di Kabupaten Badung Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Lombok Utara,
Sumbawa Barat, Sumbawa, Flores Timur, dan Timor Tengah Selatan. Selain daerah yang
disebutkan diatas mayoritas tergolong dalam klasifikasi sektor andalan, dimana sektor
keuangan bukan merupakan sektor basis, namun pertumbuhan sektoralnya lebih cepat
hal ini berkaitan dengan adanya program inklusi keuangan.
Gambar 3.6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali
Denpasar
Badung
BangliBuleleng
GianyarJembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
Bima
MataramBima
Dompu
Lombok Barat
Lombok TengahLombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
SumbawaKupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
KupangLembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba BaratSumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
-
49
5. Sulawesi
Tidak jauh berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia, di Pulau Sulawesi
hanya terdapat beberapa daerah yang sektor keuangannya termasuk dalam klasifikasi
sektor unggulan. Daerah tersebut antara lain Kotamobagu, Kota Manado, Kota Kendari,
Kota Makassar, Kota Palopo, Pare-pare, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Sementara
itu terdapat beberapa daerah yang merupakan basis sektor keuangan namun
pertumbuhannya lambat sehingga dikategorikan sebagai sektor prospektif. Daerah
tersebut antara lain adalah Kota Palu, Kabupaten Majene, Kabupaten Boalemo, dan
Kabupaten Gorontalo. Disamping kedua kategori diatas ada juga berapa yang termasuk
kategori sektor tertinggal dan andalan. Sektor keuangan yang tertinggal terdapat di Kota
Bitung, Kota Tomohon, Boolang Mongondow, Kepulauan Baggai, Buol, Donggala,
Morowali, Poso, Toli-toli, Buton, Konawe Utara, Konawe Utara, Kota Mamuju, Mamasa,
Mamuju Utara, Polewali Mandar, Luwu Timur, Pangkajene Kepulauan, Sidenreng
Rappang, dan Pohuwato.
Gambar 3.7. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi
Bitung
KotamobaguManado
TomohonBolMong Selatan
BolMong TimurBolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara
Minahasa
Palu
Banggai KepulauanBuolDonggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
Sigi Tojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari
Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
Kolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
Mamuju
Majene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
MakassarPalopo
Pare-PareBantaengBarru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu Utara
Luwu
Maros
Pangkajene Kepulauan
PinrangSelayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
Boalemo
Bone Bolango
Gorontalo Utara
Gorontalo
PohuwatoDS
LQ
SSLQ
-
50
6. Maluku dan Papua
Sektor unggulan di sektor keuangan di Papua dan Maluku hanya terdapat di Kota
Jayapura. Nilai SSLQ sektor keuangan di Kota Jayapura mencapai 0,120 sedangkan DSLQ
mencapai 0,364. Daerah lain yang tergo-long pros-pektif adalah di Kabupaten Yapen
Wa-ropen dimana sektor keuangan merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya
masih agak lambat. Sementara daerah lain di Maluku maupun Papua sektor keuangan
masih tergolong dalam kategori sektor andalan dan tertinggal.
Gambar 3.8. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi
Ambon
AsmatBiak Numfor
Boven Digoel
Buru SelatanBuru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana Keerom
Kepulauan Aru
Kepulauan SulaLanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan BintangPuncak Jaya
Puncak
Raja Ampat Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
-
1. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa
-
2. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera
-
3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan
-
4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali dan Nusa Tenggara
-
55
5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi
-
6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Maluku dan Papua
-
57
sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-olgyvOMr6zI/UhLFrIjd7SI/AAAAAAAABtM/0fyHHTYtgSE/s1600/pasar-tradisi11.jpg
-
58
ektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan klasifikasi sektor
tersier. Selain sektor ini ada sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, dan sektor jasa. Sektor perdagangan,
hotel, dan restoran mempunyai kontribusi sebesar 14 persen dari total PDB Indonesia.
Tabel 4.1. PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran atas Dasar Harga Konstan
2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Perdagangan, Hotel &
Restoran 592.3 691.5 744.5 882.5 1023.7 1148.7 1301.5
a. Perdagangan Besar dan
Eceran 468.7 551.3 586.1 703.6 827.5 929.7 1053.2
b. Hotel 17.3 18.9 20.8 23.9 26.6 32.2 39.3
c. Restoran 106.2 121.2 137.6 155.0 169.7 186.8 209.0
2. Non Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 3358.6 4257.2 4861.7 5564.4 6395.5 7080.7 7782.5
PDB 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0
Sumber: BPS (diolah)
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama lima tahun terakhir yakni
tahun 2007-2011 meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata PDB sektor ini
sebesar 7.0 persen (yoy) melampaui pertumbuhan rata-rata PDB agregat sebesar 5,9
persen (yoy). Subsektor perdagangan besar dan eceran rata-rata tumbuh sebesar 7,2
persen, subsektor hotel tumbuh 6,5 persen, dan subsektor restoran tumbuh 6,5 persen.
Pada tahun 2011 sektor ini mengalami pertmbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,2 persen
didukung oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 10
persen, subsektor hotel tumbuh 9 persen, dan subsektor restoran tumbuh 4,1 persen
(tabel 4.2.)
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perlambatan
yang cukup signifikan pada tahun 2009 karena melambatnya pertubuhan PDB secara
agregat sebagai dampak dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun
tersebut sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,3 persen atau melambat dari tahun
sebelumnya yang tumbuh hingga 6,9 persen. Sementara subsektor hotel dan restoran
S
-
59
masing-masing mengalami pertumbuhan 6,6 persen dan 7,6 persen. Sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat di tahun 2010 dan 2011 maka sektor
perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami peningkatan dan tumbuh 8,7 persen
dan 9,2 persen.
Tabel 4.2. Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (persen)
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
PERDAGANGAN,HOTEL,
DAN RESTORAN 8,9 6,9 1,3 8,7 9,2 7,0
Perdagangan Besar dan
Eceran 9,4 7,0 0,0 9,7 10,0 7,2
Hotel 5,4 4,5 6,6 6,8 9,0 6,5
Restoran 7,1 6,6 7,6 3,3 4,1 5,7
Sumber: BPS (diolah)
Pangsa sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2011 terbesar di
Pulau Jawa yakni di Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 23,43 persen, DKI Jakarta 18,55
persen, Jawa Barat 15,22 persen, dan Jawa Tengah 8,67 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,
sementara yang termasuk sepuluh besar lainnya antara lain adalah Sumatera Utara 4,76
persen, Banten 3,63 persen, Kalimantan Timur 2,17 persen, Bali 2,01 persen, and Riau
1,99 persen.
-
60
Gambar 4.3. Peringkat Pangsa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2011 (persen)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
0 5 10 15 20 25
Gorontalo
Sulawesi Barat
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Bengkulu
Papua
Sulawesi Tenggara
Kepulauan Bangka Belitung
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Jambi
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
D I Yogyakarta
Kalimantan Selatan
Lampung
Kalimantan Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Riau
Bali
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Banten
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Jawa Timur
-
61
Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Berdasarkan Gabungan
SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Pulau Jawa cukup besar
sehingga konsentrasi sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran lebih
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di Jawa Barat sektor unggulan terletak di Kabupaten
Cianjur, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,
Subang, Purwakarta, Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Cimahi,
Tasikmalaya, Banjar, dan Sumedang. Sedangkan di Jawa Tengah sektor unggulan
terdapat di Semarang, Surakarta, Tegal, Boyolali, Cialacap, Klaten, Pemalang, Sukoharjo,
dan Tegal. Di Jawa Timur sektor
unggulan
terdapat di
Kota Batu,
Kota Blitar,
Kota Kediri,
Madiun,
Malang,
Mojokerto,
Pasuruan,
Proboling-
go, Suraba-
ya, Bangka-
lan, Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,
Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi,
Sampang, Pasuruan, Ponorogo, Probolingggo, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep,
Trenggalek, Tulungagung, Sleman, Kota Serang, Tangerang, Lebak, dan Pandeglang.
Sedangkan sektor yang tergolong prospektif terletak di Jakarta Barat, Kota Bogor, Kota
Gambar 4.4. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta PusatJakarta SelatanJakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota
Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon, Kota
MajalengkaIndramayu
SubangPurwakartaKarawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, KotaBanjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
Surakarta
Tegal, Kota
Banjarnegara
BanyumasBatang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
DemakGrobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kendal
KlatenKudus
Magelang
Pati Pekalongan
Pemalang
PurbalinggaPurworejoRembang
Semarang
Sragen
SukoharjoTegal
Temanggung
WonogiriWonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, KotaMalang, Kota
Mojokerto, KotaPasuruan, Kota
Probolinggo, KotaSurabaya
BangkalanBanyuwangiBlitar
Bojonegoro
BondowosoGresik
Jember
Jombang
Kediri LamonganLumajang
Madiun
MagetanMalangMojokerto
NganjukNgawi
Pacitan
Pamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
Situbondo
Sumenep
Trenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta
Bantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
LebakPandeglang
SerangTangerang
DS
LQ
SSLQ
-
62
Sukabumi, Kota Cirebon, Jepara, Kudus, Semarang, dan Kota Yogyakarta. Sedangkan
sektor andalan sektor andalan terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu,
Bekasi, Bandung Barat, Kota Magelang, Banyumas, Batang, Blora, Demak, Grobogan,
Karanganyar, Pati, Pekalongan, Purbalingga, Purworejo, Sragen, Temanggung,
Wonosobo, Bojonegoro, Pacitan, Pamekasan, Tuban, Bantul, Gunung Kidul, dan
Kulonprogo. Sedangkan daerah dengan sektor perdagangan tertinggal terdapat di
Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Kota Salatiga, Banjarnegara, Brebes, Kebumen,
Kendal, Magelang, Rembang, Wonogiri, Serang, dan Tangerang.
2. Pulau Sumatera
Banda aceh, Aceh Barat Daya, Simeulue, Lhoksumawe, Langsa, Subussalam,
Batubara, Medan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Pesisir Selatan,
Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Pekanbaru, Kabupaten Batanghari, Bungo, Kota Jambi,
Sungai Penuh, Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Bangka Tengah, Karimun,
Gambar 4.5. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sumatera
Banda AcehAceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh JayaAceh Pidie
Aceh SelatanAceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo LuesBener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Nias
Langkat
Ta0h Karo
Deli SerdangSimalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan BatuDairi
Toba Samosir
Mandailing NatalPakpak Bharat
Humbang Hasundutan
SamosirSerdang Bedagai
Batu BaraPadang Lawas Utara
Padang LawasMedan
Pematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang SidempuanGunung Sitoli
Pesisir SelatanSolok SelatanSolok
Sawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang PariamanAgam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang PanjangBukittinggiPayakumbuh
Pariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung TimurBungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan Ilir
Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
BanyuasinEmpat Lawang
Palembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
KaurSeluma
Mukomuko
Lebong
KepahiangBengkulu, Kota
Lampung BaratLampung SelatanLampung TengahLampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
TanggamusWay Kanan Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka BaratBangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung Timur
Belitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung PinangDS
LQ
SSLQ
-
63
Lingga, dan Batam masuk dalam sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran.
Daerah lain di Sumatera seperti Aceh Baray, Aceh Besar, Bireuen, Nagan Raya, Nias
Selatan, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Lumapuluh Kota, Kepulauan Mentawai, Kota
Pagar Alam, Bengkulu Selatan, Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang merupakan sektor
basis di perdagangan, hotel, dan restoran, tetapi pertumbuhan didaerah ini lebih lambat
dibandingkan dengan nasional sehingga tergolong dalam sektor prospektif, sementara
daerah lain tergolong kedalam klasifikasi andalan dan tertinggal dimana sektor
perdagangan, hotel, dan restoran bukan merupakan sektor basis.
3. Pulau Kalimantan
Persebaran sekor unggulan untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terdapat di Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, Sintang, Kota Waringin Timur, Kota
Banjar, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Samarinda, dan Tarakan. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang tergolong dalam kategori sektor prospektif
terdapat di Kabupaten Bengakayang, Landak, Melawi, Singkawang, Tanah Laut, dan Kota
Balikpapan. Kabupaten dan
kota lain di
Kalimantan
termasuk da-
lam sektor an-
dalan maupun
tertinggal yang
merupakan bu-
kan basis di
sektor perda-
gangan, hotel,
dan restoran.
SambasPontianak, KotaPontianak
Sanggau
Ketapang
SintangKapuas Hulu
BengkayangLandak
SekadauMelawiKayong Utara
Kubu Raya
Singkawang, KotaKotawaringin Barat
Kotawaringin TimurKapuas Hulu
Kapuas
Barito SelatanBarito TimurBarito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
NunukanMalinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, KotaTarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
Gambar 4.6. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Kalimantan
-
64
3. Bali dan Nusa Tenggara
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sangat berkembang di Pulau Bali
sehingga sebagian besar daerah ini termasuk dalam klasifikasi sektor unggulan antara
lain Kota Denpasar, Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Klungkung, Tabanan,
Lomok Barat dan Ende. Sementara hanya satu daerah yang merupakan sektor basis
namun pertumbuhannya lambat yakni Kota Kupang. Sektor tertinggal perdagangan,
hotel, dan restoran di Bali dan Nusa Tenggara adalah Kabupaten Dompu, Lombok
Tengah, dan Sumbawa Barat, sedangkan daerah lain d